Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)


Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head
Together) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tentang Mekanisme
Peredaran Darah Pada Manusia Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN 1 Moyo
Utara Tahun Pelajaran 2014/2015

DISUSUN OLEH:

SUMIATI (E1A 012 053)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014/2015

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Berbagai permasalahan dalam pendidikan belum sepenuhnya terselesaikan dengan
tuntas. Salah satu permasalahan pendidikan adalah kegiatan pembelajaran yang monoton
dan hanya berpusat pada pendidik (teacher center) sehingga berdampak pada kurangnya
aktivitas dan hasil belajar siswa. Keberhasilan pendidik dalam proses belajar mengajar
dapat dilihat dari hasil belajar siswa saat evaluasi kegiatan pembelajaran. Seorang
pendidik dapat dikatakan berhasil apabila pencapaian KKM sudah 80 %. Namun, pada
kenyataannya hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai KKM. Sehingga
dampaknya mempengaruhi mutu pendidikan secara nasional.
Terkait dengan mutu pendidikan maka perlu usaha yang nyata untuk mengatasi
berbagai permasalahan tersebut salah satu masalah pendidikan yaitu kurangnya hasil
belajar siswa karena metode yang digunakan pendidik tidak menarik dan cenderung
monoton pada sistem belajar teacher center. Rendahnya hasil belajar siswa dapat pula
disebabkan karena kurangnya minat siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal
ini terjadi karena metode yang digunakan pendidik tidak menarik sehingga tidak sedikit
siswa yang bosan dan bahkan malas untuk belajar karena penyampaian materi
pembelajaran oleh pendidik tidak menarik.
Dilihat dari permasalahan tersebut maka sangat diperlukan penggunaan metode
yang banyak melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya adalah
menggunakan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe pembelajaran kooperatif yang
menarik dan mudah dipahami oleh siswa seperti tipe kooperatif learning Numbered Head
Together (NHT). Dengan menggunakan tipe kooperatif learning NHT khusunya pada
materi mekanisme peredaran darah, diharapkan siswa dapat meningkatkan aktivitas
belajarnya sehingga terjadi diskusi secara mendalam dan penguatan terhadap materi yang
diberikan di kelas dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasi
siswa.

1.2 RUMUSAN MASALAH PENELITIAN


Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana telah disebutkan diatas,
maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah:
Apakah melalui metode pembelajaran kooperatif learning tipe Numbered Head
Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar materi mekanisme peredaran darah
pada menusia bagi siswa kelas XI IPA 2 SMAN 1 Moyo Utara ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN TINDAKAN


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan peneliti yang diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi guru san
siswa untuk meningkatkan hasil belajar dan mencoba model-model pembelajaran
yang menarik.

1.3.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apakah dengan digunakannya model pembelajaran kooperatif
learning dapat meningkatkan hasil belajar tentang materi mekanisme peredaran darah
pada manusia siswa kelas XI IPA SMAN 1 Moyo Utara.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. SMAN 1 MOYO UTARA
Dengan hasil penelitian ini diharapkan SMAN 1 MOYO UTARA dapat lebih
meningkatkan hasil belajar dan mencoba model-model pembelajaran yang menarik
agar hasil belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran
lain.
b. GURU
Sebagai bahan masukan guru (pendidik) dalam meningkatkan mutu pendidikan di
kelasnya dan mengembangkan keterampilan pembelajaran.
c. Siswa
Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk mencoba dan menjalankan model
pembelajaran kooperatif learning dalam rangka meningkatkan hasil belajarnya.

1.5 HIPOTESIS TINDAKAN


Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah:
Melalui model pembelajaran kooperatif learning tipe Numbered Head Together (NHT)
dapat meningkatkan hasil belajar (prestasi belajar) materi tentang mekanisme peredaran
darah pada manusia bagi siswa kelas XI IPA 2 SMAN 1 MOYO UTARA

1.6 RUANG LINGKUP


Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 MOYO UTARA Kelas XI IPA 2 pada materi tentang
mekanisme peredaran darah ada manusia tahun 2014/2015.

1.7 DEFINISI OPERASIONAL


Secara operasional, beberapa istilah dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) yang terdiri atas
empat tahap kegiatan, yaitu numbering (bernomor), questioning (bertanya), heads
together (kepala bersama), dan answering (menjawab).
2. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif
yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai antara pre-test dengan post-test
yang dibatasi pada aspek kognitif (C1, C2, C3, C4, C5, dan C6).
3. Pembelajaran yang berorientasi kooperatif dalam penelitian ini adalah
pembelajaran yang diterapkan berdasarkan materi pelajaran yang memerlukan
pemahaman yang cukup mendalam sehingga hasil belajar siswa lebih meningkat. r
4. Model kooperatif learning tipe NHT dalam penelitian ini dilakukan untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam mereview materi pelajaran dan mengecek
pemahaman siswa tentang materi mekanisme peredaran darah pada manusia,
dibandingkan dengan mengajukan pertanyaan ke seluruh siswa di dalam kelas.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI

Pendidikan merupakan suatu bekal penting bagi suatu individu dalam


menjalani kehidupannya. Dunia pendidikan saat ini sudah berkembang pesat siring

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebaliknya perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi yang pesat ini terjadi karena adanya peran dari berbagai
faktor, salah satunya adalah faktor pendidikan, yaitu pendidikan yang berkualitas dan
bermutu. Untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan bermutu perlu
dilakukan perbaikan, perubahan dan pembaharuan dalam segala aspek yang
mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Aspek-aspek tersebut meliputi kurikulum,
sarana dan prasarana, guru, siswa, serta metode pengajaran yang digunakan
(Susilowati, Muniroh Dwi, 2010:1)
Bentuk-bentuk kekeliruan teknis mendidik berupa kegiatan pendidikan yang
salah teknis pelaksanaannya, yaitu kesalahan dalam cara memilih dan menggunakan
alat pendidikan (kegiatan mendidik dan penciptaan situasi/lingkungan pendidikan).
Dengan demikian kekeliruan-kekeliruan teknis mendidik mencakup: (1) kekeliruan
cara mendidik (misalnya mendidik dengan memanjakan atau murah ganjaran,
mendidik

dengan

mengendalikan

atau

murah

hukuman,

mengembangkan

keterampilan hanya dengan ceramah, dan sebagainya). Pendidikan salah teknis


bearakibat pendidikan tidak menjadi efektif, efisien, dan relevan dalam membanu
pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak menuju kedewasaan.
Kekeliruan-kekeliruan

teknis

ini

dapat

berakibat

penguasaan

pengetahuan/keterampilan yang keliru, dan gangguan-gangguan emosional seperti


rendah diri, sombong, keras kepala, dan sebagainya. Penanggulangan terhadap akibatakibat kekeliruan teknis ini dapat dilakukan antara lain dengan jalan memperbaiki
cara-cara mendidik dan lingkungan hidup, serta memberikan bimbingan dan
penyuluhan yang tepat (Mudyahardjo, Redja, 2012: 38-39).
Strategi penyampaian pembelajaran merupakan keseluruhan perencanaan
model, metode, teknik dan taktik yang dipakai untuk menyajikan materi pelajaran
sekaligus menerima dan merespon prilaku peserta didik dalam proses belajar dan
pembelajaran. Pada dasarnya strategi penyampaian pembelajaran meliputi lingkungan
belajar, pendidik, materi pelajaran, dan segala kegiatan yang terkait dengan proses
pembelajaran. Strategi penyampaian pembelajaran berfungsi sebagai acuan dalam
menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dan sebagai informasi atau
kumpulan bahan-bahan yang diperlukan peserta didik untuk dapat mencapai atau
menguasai kompetensi tertentu (Wena, 2007; dalam Jufri, Wahab, 2010: 82).
Biologi merupakan cabang sains yang ada dalam dunia pendidikan. Namun pada
kenyataannya kebanyakan orang beranggapan bahwa pelajaran ini hanya berbentuk

pengetahuan teoritis. Hal ini menimbulkan berkurangnya perhatian orang terhadap


pelajaran tersebut. Padahal jika ditelusuri lebih jauh, Biologi tidak hanya dapat
dipelajari dengan teori karena diperlukan pemahaman konsep yang benar.
Pemahaman konsep dalam mempelajarinya dapat dilakukan dengan meningkatkan
kualitas proses pembelajaran, salah satunya dengan penggunaan metode tertentu,
dimana metode-metode tersebut menentukan strategi yang akan digunakan
(Susilowati, Muniroh Dwi, 2010:2).
Keberhasilan suatu pembelajaran Biologi dapat diukur dari keberhasilan siswa
yang mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari prestasi yang diperoleh siswa.
Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal
(dalam) dan faktor eksternal (luar). Faktor internal meliputi bakat, minat, kecerdasan,
motivasi, kemampuan kognitif, kondisi fisik dan kondisi panca indra. Faktor eksternal
meliputi faktor alam, sosial, kurikulum, guru, sarana dan prasarana serta manajemen
sekolah (M. Ngalim Purwanto, 2002 dalam Susilowati, Muniroh Dwi, 2010:2).
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam
pendidikan khususnya pendidikan Biologi dapat dilakukan dengan pemilihan metode
yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan dan kondisi siswa tersebut. Seorang
guru yang menggunakan metode dengan tepat sesuai dengan situasi dan kondisi
siswa, maka siswa akan cepat merespon atau memahami materi yang diajarkan dan
kondisi siswa tersebut. Seorang guru yang menggunakan metode dengan tepat sesuai
dengan situasi dan kondisi siswa, maka siswa akan cepat merespon atau memahami
materi yang diberikan oleh guru. Hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa baik dari aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik. Sebaliknya
jika guru memberikan metode yang kurang tepat dengan kondisi dan situasi siswa,
maka siswa kurang bisa merespon materi yang diajarkan dan dikhawatirkan prestasi
siswa juga akan menagalami penurunan (Susilowati, Muniroh Dwi, 2010:2-3).
Model kooperatif learning tipe Numbered Head Together (NHT) dalam A.
Wahab Jufri (2010: 138) menyatakan bahwa pendekatan ini dikembangkan oleh
Spencer Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam mereview materi
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka tentang materi tertentu. Dibandingkan
dengan mengajukan pertanyaan ke seluruh kelas.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 LATAR DAN SUBJEK PENELITIAN


3.1.1 Subjek penelitian
SMA NEGERI 1 MOYO UTARA terletak di Jalan Batu Tamin Desa
Sebewe Kec. Moyo Utara Sumbawa Besar. Lokasi ini tidak jauh dari jalan
raya, hal ini mempermudah transfortasi maupun komunikasi dengan sekolah
sekolah lain. Dengan letak lokasi yang strategis merupakan suatu nilai tambah
dalam menyerap segala informasi informasi yang berkaitan dengan
pendidikan.

3.1.2 Tempat Penelitian


Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SMAN 1
Moyo Utara Sumbawa. Pertimbangan penulis mengambil lokasi atau tempat
ini karena kemungkinan suatu saat penulis dapat menjadi salah satu guru
Biologi di Sekolah tersebut. Dimana penulis merupakan salah satu alumni
SMAN 1 MOYO UTARA dan jika telah menjadi salah satu tenaga pendidik di
Sekolah tersebut maka penulis berencana untuk mengaplikasikan penelitian
tindakan kelas dengan proposal PTK yang dibuat penulis.

3.1.3 Waktu Penelitian


Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan
penggunaan waktu penelitian selama 1 bulan. Mengenai tanggal, bulan dan
tahun penelitian dijadwalkan setelah penulis resmi menjadi tenaga pendidik di
sekolah tersebut.
3.1.4 Lama Tindakan
Waktu untuk melaksanakan tindakan disesuaikan dengan penelitian
yang dijadwalkan, mulai dari siklus I, siklus II dan siklus III.
3.2 DESAIN/RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemmis dan
Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan pembelajaran berdasarkan refleksi
mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Setiap siklus tersebut

terdiri dari empat tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan


(observasi), dan refleksi. Berikut ini model Spiral dan Taggart menurut Suharsini
Arikunto, 2006: 16 dalam http://eprints.walisongo.ac.id/1709/4/113911175_Bab3.pdf.

3.3 PERENCANAAN
Pada tahap perencanaan ini peneliti membuat:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2) Menyusun kuis
3) Menyiapkan lembar observasi
3.4 PROSEDUR PELAKSANAAN TINDAKAN & PENGAMATAN
a.Tindakan
Pada tahap tindakan ini peneliti memulai proses pembelajaran ini dengan
mengucapkan salam dan mengajak semua siswa untuk berdoa bersama, mengabsensi
siswa, menghubungkan pelajaran yang lalu dengan yang sekarang.
Selanjutnya tahap peneliti menerangkan sekilas tentang materi mekanisme
peredaran darah pada manusia dan dlanjutkan dengan menerapkan model kooperatif
learning tipe NHT. Langkah-langkah NHT menurut A. Wahab Jufri (2010: 138-139)
adalah sebagai berikut.
Langkah 1

: bernomor (numbering)

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5


orang tiap-tiap siswa diberi nomor secara berurutan. Misalnya 1,2,3 atau 1,2,3,4,
dan 5.
Langkah 2

: bertanya (questioning)

Guru memberikan beberapa tugas yang bervariasi. Artinya, dapat berupa


pertanyaan spesifik.
Langkah 3

: kepala bersama (heads together)

Siswa mendekatkan kepalanya bersama-sama untuk menyakinkan bahwa


setiap orang dalam kelompok mengetahui jawaban pertanyaan atau memiliki ide
tentang isu yang diberikan.
Langkah 4

: menjawab (answering)

Guru memanggil nomor tertentu dan siswa dengan nomor yang disebutkan
oleh guru pada tiap-tiap kelompok mengangkat tangannya dan menjawab
pertanyaan dengan keras sehingga semua siswa dalam kelas dapat mendengarkan
apa yang diucapkannya.

b. Pengamtan
Setelah mengobservasi siswa selama proses pembelajaran di kelas dengan
menggunakan instrumen observasi yang dipegang kolaborator, terkait dengan
keaktifan peserta didik dalam berdiskusi, keaktifan peserta didik dalam mengerjakan
tugas yang diberikan guru dan keaktifan peserta didik dalam menjawab pertanyaan
guru.

3.5 REFLEKSI
Tahap refleksi ini peneliti melakukan mengevaluasi kegiatan yang ada di
siklus I, sehingga di dapatkan beberapa kelemahan dari sistem pelaksanaan.
Kelemahan yang dimaksud misalnya:
1) Guru kurang dapat menerangkanmateri dengan baik
2) Guru lebih banyak di depan kelas, tidak aktif mengelilingi siswa
3) Guru kurang dapat memotivasi siswa untuk aktif belajar
4) Guru kurang dapat menyeting kelas yang komunikatif
5) Siswa lebih banyak bekerja secara individual dan tidan terjalin kerja sama diantara
siswa.

Selanjunya peneliti melakukan refleksi dengan mengevaluasi kegiatan yang ada di


siklus I, mencari solusi terhadap permasalahan yang ditemukan di kelas dengan
melakukan tindakan.
3.6 INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
1) Instrumen Prestasi Belajar
Instrumen Prestasi Belajar adalah alat untuk memperolah hasil yang telah
sesua dengan kenyataan yang dievaluasi. Sedang bentuk evaluasi yang dilakukan
untuk mengetahui hasil belajar peserta didik adalah soal pilihan ganda sebanyak
10 soal, dimana setiap item yang benar nilainya 1, dan salah nol (0).
Berikut contoh tabel prestasi belajar siswa.

Contoh Lembar penilaian prestasi belajar


No

Nama

J. Benar

J. Salah

Nilai

Keterangan

Absen
1.
2.
3.

Kategori Prestasi belajar Siswa

Nilai

Kategori

90 100

Baik sekali

70 89

Baik

50 69

Cukup

<50

Kurang

2) Instrumen Observasi Keaktifan Siswa


Instrumen observasi keaktifan siswa adalah lembar observasi yang harus diisi
oleh observer. Lembar observasi berisi aktifitas peserta didik dalam pembelajaran.
Berikut contoh tabel lembar observasi keaktifan siswa:

No

Nama

Absen

Aspek Pengamatan
A

Jumlah aktivitas
C

1.
2.

Keterangan:
A. Peserta didik aktif dlam berdiskusi
B. Peserta ddik aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru
C. Peserta didik aktif dalam menjawab pertanyaan guru.

3.7 TEKNIK ANALISIS DATA


Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes
kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan
peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dengan rumus sebagai
berikut:
1.Mean
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa
setelah proses belajar mengajar setiap siklusnya dilakukan dengan cara
memberkan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir siklus.
Untuk

menghitung

nilai

rata-rata,

Sudjana

(2005:67)

dalam

http://eprints.walisongo.ac.id/1709/4/113911175_Bab3.pdf. Digunakan rumus:

2. Persentase
Digunakan untuk menganalisis jumlah siswa yang mengalami peningkatan
hasil belajar dalam pembelajaran materi mekanisme peredaran darah pada
manusia dengan metode kooperatif learning tipe NHT kelas XI IPA 2 SMAN 1

Moyo Utara Sumbawa yang diperoleh dari tindakan siklus 1, II dan seterusnya.
Menurut Muslim (1996: 18) dalam http://eprints.walisongo.ac.id data yang
diperoleh dapat diolah dengan materi persentase dengan menggunakan rumus:

3.8 PENYIAPAN PARTISIPAN


Penelitian ini melibatkan Tim peneliti, identitas dari Tim tersebut adalah :
1. Nama

: Ari Rahmawati

2. NIP

:-

3. Tugas dalam penelitian

: Pengumpulan dan Analisis Data.

3.9 JADWAL PENELITIAN


MINGGU KE..
No

KEGIATAN
1

Perencanaan

Proses pembelajaran

Evaluasi

Pengumpulan Data

Analisis Data

Penyusunan Hasil

Pelaporan Hasil

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Metode Penelitian. Diakses dari:


http://eprints.walisongo.ac.id/1709/4/113911175_Bab3.pdf.

Jufri, A. Wahab. 2010. Belajar dan Pembelajaran Sains. Mataram: Arga Puji Press.

Mudyahardjo, Redja. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


.
Susilowati, Muniroh Dwi. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar Biologi Melalui
Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berorientasi
Kontekstual. (Skripsi). Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Sains
Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai