PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perlakuan pada hasil pertanian setelah panen yang harus dilakukan untuk
sebagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen
Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil panen tanaman tetap dalam
kondisi baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan
baku pengolahan/bahan baku industri dengan tingkat kehilangan hasil yang dapat
mempertahankan produk dalam kondisi tetap baik / segar dengan tujuan produk
sebab diantaranya rentan dengan kerusakan, baik kerusakan dari dalam produk itu
sendiri maupun dari luar. Tingginya kadar air produk serealia tidak bisa disimpan
dalam jangka waktu lama karena rentan dengan jamur yang menyebabkan
fatal. Demikian juga dengan tempat penyimpanan (gudang) yang tidak sesuai
dapat menyebabkan menurunnya kualitas produk yang disimpan. Keterlambatan
tanaman pangan juga memiliki tingkat kehilangan hasil yang tinggi karena
tepat, bahan hasil pertanian dapat diolah dan disimpan dengan kualitas yang tidak
sejumlah massa air dari dalam bahan. Pengeringan menjadi sangat penting
bahan akibat aktivitas enzimatis dan biologi dapat dikurangi sehingga bahan
Salah satu penanganan pasca panen pada bahan pangan serealia yang biasa
Dengan melakukan proses pengeringan, kadar air pada biji akan mengalami
Sasaran utama pengeringan pada bahan pangan adalah untuk melepaskan atau
kerusakan pada bahan tidak dapat berproduksi, dan untuk memperpanjang masa
simpan suatu bahan. Selain itu pengeringan juga bertujuan untuk meningkatkan
B. Tujuan
Praktikum Pengeringan Produk Pasca Panen ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kadar air dari beberapa produk pasca panen yang diperdagangkan
kesempatan kerja, dan meningkatkan nilai tambah. Penanganan pasca panen yang
baik akan berdampak positif terhadap kualitas gabah konsumsi, benih, dan beras.
et al 2008a). Dengan demikian, beras yang dihasilkan memiliki mutu fisik dan
mutu gizi yang baik sehingga mempunyai daya saing yang tinggi (Setyono et al.
2006b).
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan
pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama panas harus di
air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium
sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus di
panas harus di sediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui
berbagai macam tahanan agar supaya dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air
yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang di keringkan
pemindahan air dari dalam bahan melalui penguapan dengan menggunakan energi
dari udara sekeliling ke permukaan bahan, sehingga terjadi peningkatan suhu dan
terbentuknya uap air yang terkandung di dalam bahan secara kontinyu di alirkan
proses ini berlangsung, entalpi dan suhu bola basah udara pengering tetap,
sedangkan suhu bola kering berkurang yang diikuti dengan kenaikan kelembaban
mutlak, kelembaban nisbi, tekanan parsial uap air dan suhu pengembunan udara
proses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering, makin besar
energi panas yang di bawa udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan
yang di uapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran
udara pengering makin tinggi maka makin cepat massa uap air yang dipindahkan
pemindahan uap air. Pada kelembaban udara tinggi, perbedaan tekanan uap air
didalam dan diluar bahan kecil, sehingga pemindahan uap air dari dalam bahan
bahan yang meliputi interaksi antara bahan pangan dengan molekul air yang
dikandungnya dan molekul air di udara sekitarnya. Peranan air dalam bahan
pangan dinyatakan dengan kadar air dan aktivitas air (aw), sedangkan peranan air
di udara dinyatakan dengan kelembaban relatif (RH) dan kelembaban mutlak (H)
(Rahmawan, 2001).
Dalam suatu proses pengeringan, dikenal adanya suatu laju pengeringan
yang dibedakan menjadi dua tahap utama, yaitu laju pengeringan konstan dan laju
pengeringan menurun. Laju pengeringan konstan terjadi pada lapisan air bebas
yang terdapat pada permukaan biji-bijian. Laju pengeringan ini terjadi sangat
tahap ini dapat disamakan dengan kecepatan penguapan air bebas. Besarnya laju
pengeringan ini tergantung dari: a) Lapisan yang terbuka, b) Perbedaan
kelembaban antara aliran udara dan daerah basah, c)Koefisien pindah massa, dan
pangan dengan kadar air awal di atas 70% 75% basis basah, selama periode
eksternal yaitu kecepatan udara, suhu udara dan kelembaban udara. Jika kondisi
lingkungan konstan, maka laju pengeringan akan konstan (Brooker et al., 1981).
Laju pengeringan menurun terjadi setelah periode pengeringan konstan
selesai. Pada tahap ini kecepatan aliran air bebas dari dalam biji ke permukaan
lebih kecil dari kecepatan pengambilan uap air maksimum dari biji (Nurba, 2010).
Proses pengeringan dengan laju menurun sangat tergantung pada sifat-sifat alami
bahan yang dikeringkan. Laju perpindahan massa selama proses ini dikendalikan
oleh perpindahan internal bahan (Istadi et al., 2002). Periode laju pengeringan
menurun meliputi 2 proses yaitu perpindahan air dari dalam bahan ke permukaan
dan perpindahan uap air dari permukaan ke udara sekitar (Henderson and Perry,
1976). Kadar air kritis (critical moisture content) menjadi batas antara laju
Henderson and Perry (1976) dalam bukunya menyatakan bahwa kadar air kritis
adalah kadar air terendah pada saat kecepatan aliran air bebas dari dalam biji ke
permukaan sama dengan kecepatan pengambilan uap air maksimum dari biji.
Proses pengeringan berlangsung sampai kesetimbangan dicapai antara
permukaan dalam dan permukaan luar bahan dan antara permukaan luar bahan
dengan lingkungan. Pada tahap awal, dimulai dengan masa pemanasan singkat
dengan laju pengeringan maksimum dan konstan. Dalam tahap pengeringan ini,
kadar air melebihi kadar air maksimum higroskopis di seluruh bagian dalam
bahan. Dalam hal ini, tingkat pengeringan bahan tertentu tergantung pada
karakteristik bahan yaitu suhu bahan, kelembaban relatif dan kecepatan udara
usahatani jagung. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa petani umumnya
memanen jagung pada musim hujan dengan kondisi lingkungan yang lembab dan
curah hujan yang masih tinggi. Hasil survei menunjukkan bahwa kadar air jagung
yang dipanen pada musim hujan masih tinggi, berkisar antara 25-35%. Apabila
air yang terkandung pada bahan sampai pada kadar air yang diinginkan. Tujuan
asal dengan mengurangi kadar air ke tingkat yang cukup rendah sehingga
bawah sinar matahari karena hal ini akan menurunkan daya tumbuh biji. Lama
pengeringan bervariasi, biji berukuran kecil akan cepat mengering dalam waktu
sehari, sedangkan biji berukuran besar memerlukan waktu beberapa hari (Lingga,
2007). Kadar air biji yang aman untuk disimpan berkisar antara 12-14%.
Suhu maksimum yang diijinkan dalam pengeringan biji-bijian tergantung
pada penggunaan biji, kandungan air awal biji, dan jenis/macam biji. Apabila suhu
pengeringan tinggi, akan berdampak pada perubahan sifat kimia terutama yang
berlebihan pada bagian kulit luar biji - bijian. Kulit (bagian luar) akan mengkerut
dan bahkan gosong, sehingga pori - pori tertutup. Tertutupnya pori -pori ini akan
mengakibatkan air yang masih ada di bagian dalam bahan tidak dapat keluar.
Peristiwa tersebut dikenal sebagai case hardening. Oleh karena itu, pengendalian
tingginya suhu dengan kecepatan aliran udara pengering sangatlah penting untuk
adanya panas dari media pengering, sehingga uap air akan lepas dari permukaan
pecah. Untuk itu, kadar air biji harus diturunkan menjadi < 20%. Pengeringan
dimaksudkan untuk mencapai kadar air biji 12-14% agar tahan disimpan lama,
berlangsung proses respirasi yang menghasilkan CO2, uap air, dan panas sehingga
proses biokimiawi berjalan cepat. Jika proses tersebut tidak segera dikendalikan
maka gabah menjadi rusak dan beras bermutu rendah. Salah satu cara perawatan
gabah adalah melalui proses pengeringan dengan cara dijemur atau menggunakan
mesin pengering. Menurut Windi (2012) pengeringan padi untuk keperluan
rata-rata 6,5 m/menit. Pengeringan dilakukan sampai kadar air gabah mencapai
12% -14%, sedangkan pengeringan padi untuk keperluan benih, suhu udara
12 %.
Pengeringan kacang tanah untuk keperluan konsumsi, suhu udara pengering
50 C selama 12 jam sampai kadar air < 10%, sedangkan untuk keperluan benih
temperatur yang dipakai sekitar 35-45 C dan kelembaban udara pengering sekitar
(rapuh, mudah pecah, kulit biji mudah mengelupas pada waktu perontokan dan
konstan menandakan tingkat kadar air kesetimbangan telah tercapai. Untuk benih
1994).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Pasca Panen yaitu Hari Jumat, tanggal 4 Desember 2015 pukul 08.00 WIB
Soedirman.
meliputi : biji jagung kering, biji jagung segar, gabah kering, gabah segar, kacang
tanah kering, kacang tanah segar. Alat yang digunakan dalam praktikum ini
meliputi : alat pengukur kadar air (moisture meter), kantong plastik kg, karet
C. Prosedur Kerja
Kegiatan I
1. Produk pasca panen segar dan kering disiapkan.
2. Produk pasca panen tersebut diukur dengan alaat pengukur kadar air
(Moisture meter).
3. Kadar airnya dibuat perbandingan dengan grafik batang.
Kegiataan II
1. Produk pasca panen segar dan kering disiapkan.
2. Produk kering dan segar dimasukkan ke dalaam kantong pastik yang berbeda.
3. Masing-masing kantong plastik diberi label. Label memuat nama produk,
air yang terkandung di dalam bahan secara kontinyu di alirkan keluar dari
pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama panas harus di
air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium
sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus di
panas harus di sediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui
berbagai macam tahanan agar supaya dapat lepas daribahan dan berbentuk uap air
yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang di keringkan
sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air denganmenggunakan
energi panas. Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangisampai suatu batas
terkandung pada bahan sampai pada kadar air yang diinginkan. Tujuan
mengurangi kadar air adalah untuk memperpanjang kehidupan rak produk bio asal
air untuk pertumbuhannya. Bila kadar air bahan berkurang, maka aktivitas
mengandung air dalam jumlah yang tinggi, maka hilangnya air akan sangat
adalah :
- Kelebihan dari teknik pengeringan dengan sinar matahari adalah
dapat ditekan.
- Kekurangan pengeringan dengan menggunakan alat pengering
Seed Moisture tester dalah alat untuk mengukur kadar air benih tanpa
mengeluarkan air dari dalam benih, tetapi dengan memasukan benih atau gerusan
benih ke dalam lubang pengujian. Pengujian kadar air benih menggunakan alat ini
langsung dapat terbaca. Cara penggunaan alat ini yaitu benih yang akan diuji
benih, selanjutnya pilih menu uji sesuai benih yang akan diuji kadar airnya.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu beberapa butir benih diletakkan pada tempat
penampung benih, dimasukkan dalam laci di sisi kana alat (di bawah alat
penekan). Secara perlahan kita memutar alat penekan sampai pemutarnya berhenti
dan sudah tidak dapat diputar kembali. Tombol power kita tekan, kita pilih benih
yang akan kita ukur dengan menekan tombol select dan memilih jenis benihnya.
Setelah itu kita tekan tombol measurement sebanyak tiga kali (kita mengambil
reratanya agar lebih akurat). Setelah tombol measurement ditekan tiga kali, kita
alat tersebut.
4 Paddy berfungsi untuk mengukur kadar air gabah
5 Paddy indryer untuk mengukur kadar air benih gabah kering
6 Barley untuk mengukur kadar air benih basah
7 Matter barley untuk mengukur kadar air jagung kering.
Jenis-jenis teknik pengolahan dan pengawetan bahan pangan menurut
(quick freezing) di lakukan pada suhu -24 sampai -40C. Pendinginan biasanya
terlalu rendah.
2. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau
adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil
Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apabila telah di
yaitu karena sifat asal bahan yang di keringkan dapat berubah, misalnya
bentuknya, sifat - sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan sebagainya.
Kerugian yang lainya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan
energi panas pada bahan yang di keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk
Penyedotan uap air ini dapat juga di lakukan secara vakum. Pengeringan dapat
berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan
tersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua permukaan bahan
permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan
waktu pengeringan.
3. Pengemasan
Pengemasan merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan
karton, gelas dan metal sebagai bahan pembungkus primer. Berbagai jenis
dengan pemberian cairan atau uap hydrogen peroksida dan sinar UV atau
lembaran plstik berpori yang disebut Sspore 2226, sejenis platik yang
pangan yang dipak secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba,
dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan
kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa. Namun, karena dalam
mutlak), mungkin saja masih terdapat spora atau mikroba lain (terutama yang
bersifat tahan terhadap panas) yang dapat merusak isi apabila kondisinya
sering digunakan untuk pembekuan secara tepat buah dan sayur sehinnga
berat secara fisiologis pada pasca panen, kerusakan karena kapang, pemecahan
bahwa terjadinya browning, kehilangan berat dan pembusukan buah leci dapat
dikurangi bila buah buahan tersebut direndam dalam larutan binomial hangat
(0,05%, 52C ) selama 2 menit dan segera di ikuti dengan pemanasan PVC
pangan sangat berpengaruh pada bahan pangan. Beberapa jenis bahan pangan
seperti halnya susu dan kapri serta daging, sangat peka terhadap susu
dengan cara lain misalnya dengan bahan pengawet. Proses pengawetan dapat
habitat dan lingkungan hidup sangat luas, baik di perairan (air tawar
dari bakteri laktat adalah NI (not yet identified atau belum diketahui).
menu makanan sehari - hari. Yang paling terkenal tentu saja adalah asinan
sayuran dan buah - buahan. Bahkan selama pembuatan kecap, tauco, serta
penggunaannya.
8. Teknik Iradiasi
Iradiasi adalah proses aplikasi radiasi energi pada suatu
teknik yang digunakan untuk pemakaian energi radiasi secara sengaja dan
iradiasi buatan. Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan
eksitasi pada materi yang dilaluinya. Jenis iradiasi ini dinamakan radiasi
makanan adalah sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co
(kobalt-60) dan 137 Cs (caesium 37) dan berkas elektron yang terdiri dari
radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan
merupakan faktor kritis pada iradiasi pangan. Seringkali untuk tiap jenis
Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek
yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan
Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukkan
banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar air suatu bahan dapat
dinyatakan berdasarkan bobot basah (wet basis) atau berdasarkan bobot kering
(dry basis). Kadar air bobot basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar
100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan bobot kering dapat lebih dari 100
persen, karena pada kadar air basis kering jumlah air pada bahan dibagi dengan
diproduksi hingga tidak dapat diterima lagi oleh konsumen akibat adanya
produk dapat diamati dari penurunan kualitas dan kuantitas. Laju penyerapan air
oleh produk pangan selama penyimpanan dipengaruhi oleh tekanan uap air murni
pada suhu udara tertentu, permeabilitas uap air dan luasan kemasan yang
digunakan, kadar air awal produk, berat kering awal produk, kadar air kritis, kadar
air kesetimbangan pada RH penyimpanan, dan slope kurva isoterm sorpsi air.
umur simpan produk pangan kering adalah kadar air awal, kadar air kritis, kadar
Kadar air merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi daya
simpan suatu produk pasca panen. Jika kadar air produk terlalu tinggi dapat
memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh (Nelson, 2001). Semakin
tinggi kadar air suatu produk, maka daya simpannya akan semakin rendah dimana
kadar air sampai nilai tertentu maka suatu produk tersebut akan memiliki daya
simpan yang lebih panjang. Masalah yang dihadapi dalam penyimpanan produk
yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko terserang cendawan. Benih
bersifat higroskopis, sehingga benih akan mengalami kemunduran tergantung dari
biji-bijian bahan pangan yaitu gabah padi kering dan basah, jagung kering dan
basah, serta kacang tanah kering dan basah. Pengujian kadar air pada biji-bijian
ini dilakukan dengan menggunakan seed moisture tester. Pada alat tersebut
terdapat beberapa tombol atau menu uji yang berbeda-beda tergantung pada jenis
benih yang akan diuji. Cara penggunaan alat ini yaitu biji yang akan diuji
menghancurkan benih, selanjutnya pilih menu uji sesuai biji yang akan diuji kadar
airnya. Prinsip kerja dari alat ini yaitu beberapa butir biji diletakkan pada tempat
penampung biji, dimasukkan dalam laci di sisi kana alat (di bawah alat penekan).
Secara perlahan kita memutar alat penekan sampai pemutarnya berhenti dan sudah
tidak dapat diputar kembali. Tombol power kita tekan, kita pilih biji yang akan
kita ukur dengan menekan tombol select dan memilih jenis bijinya. Setelah itu
kita tekan tombol measurement sebanyak tiga kali (kita mengambil reratanya agar
lebih akurat). Setelah tombol measurement ditekan tiga kali, kita menekan
nilai kadar air akan tertera pada layar. Menu uji paddy indryer untuk pengujian
kadar air gabah kering dan tombol paddy untuk pengujian kadar air gabah basah,
dan menu uji matter barley untuk pengujian kadar air biji jagung kering. Kadar
biji yang diuji akan akan terbaca hasilnya pada display alat tersebut.
Berdasarkan pengujian kadar air yang telah dilakukan menggunakan
moisture tester untuk biji gabah padi, jagung dan kacang tanah dalam keadaan
kering dan basah maka di dapatkan kadar air yang terbaca pada display. Gabah
basah berwarna cokelat pada permukaan sekamnya dan memiliki kadar air sebesar
25,4 %. Gabah kering berwarna kuning kecokelatan memiliki kadar air 14,8%.
Biji jagung basah berwarna kuning memiliki kadar air sebesar 25,8 % dan untuk
biji jagung kering berwarna putih dengan kadar air sebesar 16 %. Biji kacang
tanah basah berwarna cokelat keputih-putihan memiliki kadar air sebesar 28,2 %
sedangkan biji kacang tanah kering berwarna cokelat kekuningan memiliki kadar
air sebesar 17,6 %. Masing-masing biji dalam keadaan kering dan basah memiliki
Menurut Brooker et al., (1974) kadar air biji jagung yang aman untuk
disimpan berkisar antara12-14%. Untuk itu, kadar air biji jagung harus diturunkan
mencapai kadar air biji 12-14% agar tahan disimpan lama, tidak mudah terserang
(Handerson and Perry, 1982). Butir kacang tanah dengan kadar air yang tinggi
akan mengakibatkan butir keriput dan butir rusak. Butir keriput dan biji rusak
rentan terhadap infeksi Aspergillus flavus (Woodrof 1983 dalam Ginting dan
Beti 1996).
tersebut perlu dikeringkan sampai kadar air sekitar 14% (wb) agar dapat
diolah dan disimpan untuk waktu yang lama.Menurut Food and Agriculture of
kadar air sekitar 14 %. Butir gabah yang basah (kadar air tinggi) akan
menyebabkan butir beras remuk, sebaliknya gabah yang sangat kering (kadar air
terlalu rendah) butir beras juga akan patah dan dihasilkan butir - butir menir.
dilakukan selama 5 hari. Pengamatan dilakukan pada biji gabah kering dan basah,
biji jagung kering dan basah, serta biji kacang tanah kering dan basah. Setelah
dilakukan pengamatan selama 5 hari, pada gabah padi kering dan basah tidak
terjadi perubahan baik dalam hal warna, bentuk, penampilan dan bau. Hal tersebut
menunjukan bahwa kadar air gabah kering sebesar 14,8% memiliki daya simpan
yang bagus, sedangkan gabah paadi basah dengan kadar air 25,4 % masih dapat
terhadap biji jagung basaah dan kering yang dilakukan selama 5 hari juga tidak
menimbulkan perubahan dari segi warna, bentuk, penampilan dan bau yaang
dihasilkan. Hal tersebut menunjukan bahwa pada biji jagung kering dengan kadar
air 16 % memiliki daya simpan yang baik, sedangkan untuk biji jagung basah
dengan kadar air 25,8% juga masih dapat tahaan disimpan dalam jangka waktu
ynag pendek.
Pengamataan pada biji kaacang tanaah dilakukan selama 5 hari. Biji kacang
tanah kering memiliki kadar air sebesar 17,6 %, sedangkan biji kacang tanah
basah memiliki kadaar air 28,2 %. Setelah dilakukan pengamatan selama 5 hari,
pada biji kacang tanah kering tidak terjadi perubahaan baik dari segi warna,
bahwa kadar air 17,6 % pada kacang tanah kering dapat disimpan dalam jangka
waktu yang relatif lama. Biji kacang tanah basah pada pengamataan hari ke-2
terjadi perubahan penampilan yaitu biji kacang tanah basah dengan kadar air
28,2% menjadi keriput, hal tersebut disebabkan oleh tingginya kadar air dan
dengan kadar air yang tinggi akan mengakibatkan butir keriput dan butir rusak.
Butir keriput dan biji rusak rentan terhadap infeksi Aspergillus flavus
Kadar air merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi daya
simpan suatu produk pasca panen. Jika kadar air produk terlalu tinggi dapat
memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh (Nelson, 2001). Semakin
tinggi kadar air suatu produk, maka daya simpannya akan semakin rendah dimana
kadar air sampai nilai tertentu maka suatu produk tersebut akan memiliki daya
gabah padi, kacang tanah, dan biji jagung yang masih dapat memiliki daya
biji kacang tanah kering dengan biji kacang tanah basah yaitu 17,6 % : 28,2%;
dan perbandingan kadar air biji jagung kering dengan biji jagung basah yaitu
16% : 25,8%.
3 Produk kering dengan kadar air yang lebih rendah memiliki daya simpan lebih
panjang dibandingkan produk pasca panen dengan kadar air yang lebih tinggi.
Hal tersebut dapat terlihat mencolok pada daya simpan kacang tanah kering
dan basah. Pada hari ke-2, kacang tanah telah mengalami perubahan
penampilan.
B. Saran
a Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan pengamataan terhadap
perubahan warna, bentuk, penampilan dan bau pada produk pasca panen.
b Sebaiknya praktikan lebih rajin dalam melakukan pengamatan setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, D.R. (2006). Hubungan sorpsi air, suhu transisi gelas, dan mobilitas
air serta pengaruhnya terhadap stabilitas produk pada model pangan.
Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Labuza, T.P. (1984). Practical aspects of isotherm measurement and use: Am.
Assoc. Cereal Chem. St. Paul, Minnesota.
Mahadi. 2007. Model Sistem dan Analisa Pengering Produk Makanan. USU
Repository. Universitas Sumatera Utara.
Nurba, D. 2010. Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, RH dan Kadar Air
dalam In Store Dryer (ISD) untuk Biji Jagung. Institut Pertanian Bogor.
Pantastico, E.R.B. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Gadjah Mada University
Press:Yogyakarta.
Obin, Rahmawan. 2001. Pengeringan, Pendinginan dan Pengemasan Komoditas
Pertanian. Direktorat Pendidikan Kejuaraan. Jakarta.
Setyono A., S. Nugraha, dan Sutrisno. 2008a. Prinsip penanganan pasca panen
padi. hlm. 439-461. Dalam Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan. Buku
I. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi.