Anda di halaman 1dari 13

Manuputty dkk. 2014.

Evaluasi kemampuan Lahan …


 
EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN DAN ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN
DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAI TINA KABUPATEN BURU SELATAN
PROVINSI MALUKU

J. Manuputty., E. Y. Gaspersz dan S. M. Talakua


Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura
Jl. Ir. M. Putuhena Kampus Poka Ambon. 97233

ABSTRAK

Luas DAS Wai Tina 48. 132 ha, terletak di Kabupaten Buru Selatan dan berfungsi sebagai penyedia air bagi
masyarakat setempat. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Penggunaan Lahan DAS Wai Tina di Kabupaten Buru
Selatan, Provinsi Maluku, telah dilakukan dalam rangka untuk menentukan tingkat klasifikasi kemampuan lahan,
dan menentukan arah pola dan penggunaan lahan sesuai dengan masing-masing kelas kemampuan lahan. Metode
penelitian adalah metode survey dengan pola pendekatan sintetik serta analitik dengan jarak observasi fleksibel
mengikuti perubahan bentuk fisiografi dan penggunaan lahan. Hasil ditemukan bahwa DAS Wai Tina memiliki 6
kelas kemampuan lahan, yaitu kelas kemampuan lahan III, IV, V, VI, VII, dan VIII dengan faktor penghambat yang
didominasi oleh lereng yang bergelombang sampai sangat curam, tingkat erosi berat sampai sangat berat, tekstur
tanah sedang, permeabilitas agak cepat sampai lambat, kepekaan erosi sedang, batuan kerikil dari sedang sampai
banyak, dan ancaman banjir agak sering. Kelas kemampuan lahan yang memiliki luas paling besar adalah kelas IV
dengan luasan sebesar 24.636 ha atau 51,19%. Arahan pemanfaatan lahan untuk pertanian adalah 29.184,75 ha atau
61,89%; untuk perkebunan, peternakan dan hutan produksi sebesar 8.396,75 ha atau 17,38%, untuk hutan lindung
sebesar 6.941,25 ha atau 14,42%, dan untuk cagar alam sebesar 3.036,00 ha atau 6,31%.

Kata kunci: DAS Wai Tina, Evaluasi kemampuan lahan, Buru Selatan

EVALUATION OF LAND CAPABILITY AND LAND USE DIRECTION


AT WAI TINA WATERSHED, SOUTH BURU REGENCY
MALUKU PROVINCE
ABSTRACT

Wai Tina watershed area was 48,132 ha, located in South Buru regency and provides water for the local
community. Land Capability Evaluation and Wai Tina Watershed Land Use in South Buru regency, Maluku
Province, has been conducted in order to determine the land capability classification level, and to determine the
direction and pattern of land use in accordance with their respective land capability class. The research method was
a survey method with a pattern of synthetic and analytical approach with a flexible range of observation following
the change in shape of physiographic and land use. The research found that Wai Tina watershed has 6 land
capability class, ie class III, IV, V, VI, VII, and VIII with inhibiting factors were dominated by undulating slopes to
very steep, erosion rates from heavy to very heavy, medium soil texture, permeability rather fast to slow, moderate
sensitivity to erosion, rock gravel of moderate to many, and the threat of flooding rather frequently. The most
extensive land capability was the class IV with an area of 24,636 ha, or 51.19%. Recommendation for agricultural
land use is 29,184.75 ha or 61.89%; for plantations, livestock farm and forest production by 8396.75 ha or 17.38%;
for the protected forest of 6,941.25 ha or 14.42%; and for the nature reserves of 3036.00 ha or 6.31%.

Keywords: Tina Wai watershed, land capability evaluation, South Buru

PENDAHULUAN ruang wilayah. Salah satu DAS yang telah


mengalami penurunan kualitas dan perlu
Daerah aliran sungai (DAS) merupa- mendapat perhatian khusus adalah DAS Wai
kan bagian yang tidak terpisahkan dari tata Tina dengan luas 48.132,00 ha atau 48,13200

62 
 
Agrologia, Vol. 3, No. 1, April 2014, Hal. 62-74

km2 yang terletak pada Kabupaten Buru dari yang semula hutan primer menjadi hutan
Selatan. Penurunan kualitas DAS ini diakibat- sekunder. Perubahan fungsi lahan ini
kan karena semakin meningkatnya jumlah menyebabkan deforestasi dan cenderung
penduduk yang tinggal dan mengusahakan merusak lingkungan DAS tersebut yang
dalam suatu DAS ditambah dengan ditandai dengan: (1) pada musim hujan terjadi
penggunaan dan pengelolaan lahan yang tidak banjir dengan debit yang cukup tinggi dan
sesuai dengan daya dukung lahan. airnya sangat keruh, serta kandungan
Mengakibatkan timbulnya masalah kualitas sedimentasi sangat tinggi, (2) pada musim
air, seperti pencemaran air, banjir, kekeringan kemarau debit air sungai menurun dengan
yang semakin meningkat. sangat drastis.
DAS Wai Tina berfungsi sebagai Sampai saat ini belum ada penelitian-
penyedia air bagi masyarakat setempat yang penelitian secara khusus tentang kemampuan
mendiami DAS tersebut. Untuk masyarakat lahan dan arahan penggunaannya pada DAS
yang mendiami DAS pada umumnya, DAS Wai Tina secara spesifik sesuai dengan
Wai Tina dapat memenuhi kebutuhan air ketersediaan lahan yang terus-menerus
dalam peman-faatan potensi sumber daya digunakan untuk keperluan pertanian dan
alam yaitu pertanian lahan basah, pertanian pembangunan infrastruktur pasca pemekaran
lahan kering, perkebunan dan kehutanan. Buru Selatan. Sejauh ini DAS Wai Tina
Wilayah dari DAS Wai Tina hilirnya hanya sebatas konsep dalam Rencana Tata
merupakan dataran rendah, sedangkan bagian Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Buru
tengah dan hulunya merupakan areal Selatan yang akan dikembangkan sebagai
perbukitan dan pegunungan yang landai. wilayah konservasi dan rencana pengembang-
Kondisi penampang sungai sebenarnnya an Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),
masih cukup stabil, namun luas penampung namun belum ada kajian-kajian terdahulu
sungai di hilir semakin kecil sehingga terkait dengan upaya untuk memaksimalkan
menyebabkan kapasitas tampung sungai tidak kondisi lahan yang ada.
bisa mencukupi untuk menampung banjir Berdasarkan kajian masalah di atas
yang terjadi tiap tahun. Hal ini disebabkan maka perlu dilakukan penelitian untuk
karena kemiringan dasar sungai sangat landai, evaluasi kemampuan lahan dan arahan
serta tingkat penggunaan lahan semakin pemanfaatan di daerah aliran sungai Wai Tina
tinggi yang menyebabkan tanah tidak dapat Kabupaten Buru Selatan Provinsi Maluku.
menahan air banjir. Selain itu terdapat Agar dapat diketahui seberapa besar
penggerusan disepanjang sungai sehingga kemampuan lahan dan jenis pemanfaatn lahan
menyebabkan tingginya laju transport yang sesuai, serta pengelolaan yang baik dari
sedimen akibat berkurangnya kapasitas lahan tersebut sehingga selanjutnya dapat
tampung sungai dari tahun ke tahun. dibuat rekomendasi-rekomendasi untuk
Perubahan penggunaan lahan di DAS mengelola DAS tersebut secara keberlanjutan.
Wai Tina tidak dapat dihindari seiring dengan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
adanya peningkatan jumlah penduduk yang tingkat kelas kemampuan lahan yang ada pada
menyebabkan peningkatan kebutuhan wilayah DAS Wai Tina, dan menentukan pola
penggunaan lahan dalam pemenuhan dan arahan penggunaan lahan yang sesuai
kebutuhan sehari-hari atau pembangunan dengan masing-masing kelas Kemampuan
sarana-prasarana pasca pemekaran Kabupaten Lahan agar dapat memperbaiki kualitas lahan
Buru Selatan sebagai daerah otonom. Selain pada wilayah tersebut.
itu dengan adanya kegiatan penebangan
pohon-pohon yang dilakukan oleh perusahan METODOLOGI
Wahana Lestari, Wahana Potensi, dan Fery
Tanaya pada daerah-daerah bagian hulu Penelitian ini dilaksanakan pada DAS
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan Wai Tina Kecamatan Namrole dan Leksula
63 
 
Manuputty dkk. 2014. Evaluasi kemampuan Lahan …
 
Kabupaten Buru Selatan. Bahan diperlukan 2. Tahap Pengolahan Data
antara lain : kertas Kalkir, dan Peta Dasar Pada tahap pengolahan data kegiatan-
yang terdiri dari peta asosiasi tanah, peta kegiatan yang akan dikerjakan meliputi :
kelas topografi, peta geologi dan peta (1). Memperbaiki peta satuan lahan yang
penggunaan lahan Pulau Buru Selatan, serta telah dibuat sebelumnya berdasarkan
alat tulis menulis untuk pembuatan peta unit hasil pengamatan yang dilakukan di
lahan, sedangkan peralatan yang ginakan lapangan
antara lain kompas, Abney level, Altimeter, (2). Menghitung nilai erosi dengan meng-
Bor tanah, Soil munsell colour chart, Soil gunakan Rumus Umum Kehilangan
tester, Parang, Pacul, Sekop, Indikator pH, Tanah (RUSLE) (Renard et al., 1997
Roll Meter, Pisau lapang, GPS, Kartu dalam Talakua S.M, 2009), dengan
deskripsi, Ring sampel, Kalkulator, dan juga rumus sebagai berikut :
alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang A = R.K.LS.C.P
digunakan adalah larutan H2O2, HCl dan Identifikasi faktor pengelolaan
Aquades. tanaman dan faktor tindakan pengendalian
Metode yang digunakan dalam pene- erosi (C dan P aktual) dilakukan dengan
litian ini adalah metode survey dengan pola mengadakan identifikasi lapangan secara
pendekatan sintetik serta analitik dengan
detail pada tiap segmen dalam unit lereng,
jarak observasi fleksibel mengikuti perubahan kemudian untuk mendapatkan nilai faktor C
bentuk fisiografi dan penggunaan lahan pada dan P maka data lapangan ini dipadukan
lokasi penelitian. Pengamatan sifat-sifat dengan beberapa hasil penelitian nilai faktor
morfologi tanah dilakukan melalui C dan P di Indonesia.
pengamatan profil tanah dengan indikator- 1. Analisis dan Penentuan Kelas
indikator yang diamati mulai dari (1) warna Kemampuan Lahan Berdasarkan Faktor
tanah; (2) tekstur tanah; (3) struktur; (4) Pembatas.
konsistensi; (5) bahan kasar; (6) pori tanah; Pada penelitian ini analisis kemampuan
((7) Bahan Organik; (8) pH tanah; dan (9) lahan dilakukan menggunakan metoda
Perakaran. Kemudian dilanjutkan dengan
matching. Dalam metoda matching
pengambilan contoh tanah yang dapat dilakukan pembandingan antara nilai
dilakukan dengan menggunakan dua teknik faktor penghambat pada unit lahan
dasar yaitu : dengan tabel konversi. Faktor
• Pengambilan contoh tanah secara utuh penghambat tersebut adalah: kemiringan
dengan menggunakan taabung silinder lereng, kepekaan erosi, tingkat erosi,
(ring sampel). tekstur tanah (lapisan atas dan lapisan
• Pengambilan contoh tanah tidak utuh bawah), kedalaman tanah, permeabilitas,
menggunakan bor tanah yang digunakan drainase, presentase kerikil/batuan, dan
untuk mendeskripsikan sifat fisik dan ancaman banjir/genangan. Untuk
kimia tanah membantu dalam mengelompokkan kelas
kemampuan, diperlukan seperangkat
1. Tahap Analisis Laboratorium kriteria yang dapat menempatkan lahan ke
Analisis sampel tanah dilakukan di dalam pengelompokan baik sebagai
laboratorium tanah, Balai Penelitian satuan pengelolaan, sub kelas atau kelas.
Tanah Bogor. Analisis sampel tanah 2. Membuat peta Kelas Kemampuan Lahan
meliputi distribusi partikel tanah, tekstur DAS Wai Tina berdasarkan hasil yang
tanah (kandungan pasir kasar – pasir telah diperoleh dari analisis kelas
sangat halus, debu, dan liat), bobot isi kemampuan lahandata.
tanah, persen C – organik, dan sifat-sifat 3. Menentukan Arahan Pemanfaatan Lahan
fisik tanah Permeabilitas, pF (0 – 2,54. DAS Wai Tina
2,54 – 4,5. 4,5 – 7,0) dan salinitas. Arahan Pemanfaatan Lahan pada DAS
64 
 
Agrologia, Vol. 3, No. 1, April 2014, Hal. 62-74

Wai Tina disusun berdasarkan sub kelas dari setiap unit lahan yang beragam. Satuan
kemampuan lahan yang ada (aktual analisis untuk kemampuan lahan dalam
maupun potesial). Pemanfaatan lahan penelitian ini menggunakan unit lahan yang
untuk tiap-tiap sub kelas berbeda. diperoleh dari hasil tumpang tindih antara
4. Membuat peta Arahan Pemanfaatan peta topografi (kemiringan lereng), peta
Lahan Aktual dan Potensial untuk DAS bahan induk (geologi), peta jenis tanah, dan
Wai Tina penggunaan lahan.
Topografi atau kemiringan lereng
HASIL DAN PEMBAHASAN yang ditemui di lokasi penelitian bila ditinjau
berdasarkan total luas areal didominasi oleh
1. Unit Lahan DAS Wai Tina topografi agak curam yang tersebar dalam 16
Berdasarkan hasil penelitian lapangan, unit. Sedangkan topografi yang memiliki total
DAS Wai Tina memiliki 69 unit lahan dan luasan paling kecil adalah topografi landai
memiliki penyebaran serta karakter atau sifat yang tersebar dalam 6 unit lahan.

Tabel 1. Karkteristik Topografi DAS Wai Tina

Bahan induk atau Geologi yang adalah Pzw (terdiri dari Batuan malihan
memiliki luasan paling besar adalah Trg derajat menengah berfasies dari sekis hijau
(terdiri dari Batu gamping dolomit, kalkarius, sampai amfibolit bawah, filit, batu pasir
dan serpih serta napal, serpih umumnya metaarkosa kuarsit dan pualam, urat kuarsa
berbitumen) yang tersebar dalam 19 unit bukan hasil magma) tersebar hanya dalam 4
lahan. Dan yang memiliki luasan paling kecil unit lahan.

65 
 
Manuputty dkk. 2014. Evaluasi kemampuan Lahan …
 
Tabel 2. Formasi Geologi DAS Wai Tina

Jenis tanah yang ditemukan pada Eutrik terdapat pada 25 unit lahan. Dan untuk
lokasi penelitian jika ditinjau dari total luas jenis tanah dengan luasan paling kecil adalah
areal (Tabel 3). DAS Wai Tina didominasi jenis tanah Gleisol Eutrik terdapat hanya pada
oleh tanah Kambisol (Kambisol Eutrik dan 1 unit lahan.
Kambisol Distrik) untuk jenis tanah Kambisol

Tabel 3. Macam Tanah DAS Wai Tina

66 
 
Agroologia, Vol. 33, No. 1, April 2014, Hal. 62-74
6

Jiika ditinjau berdasarkaan total luaas yang tersebar padda 7 unit lah
han. Selanjuutnya
areal penggunaan
p lahan (Tabel 44), untuk jenis pengggunaan lahann dengan luuasan
penggunaaan lahan yang
y memiliiki luas areaal g besar adallah penggun
paling naan lahan untuk
u
paling kecil adallah penggu unaan lahaan Hutann Lahan Kerring Sekund der yang terssebar
Pertaniann Lahan Keering Bercaampur Semaak dalam
m 22 unit lahaan.

Tabell 4 Penggunaaan Lahan DAS


D Wai Tinna

2. Anallisis Kelas Kemamp


puan Lahaan diperooleh 6 Kelaas Kemampu uan Lahan pada
DAS Wai Tina DAS Wai
W Tina yaaitu Kelas IIII, IV, V, VI, VII,
dan VIII.
V Dapat ddilihat pada taabel berikut.
B
Berdasarkan Hasil Penelitian daan
Analisis Kelas Kemampuan Lahan
L makka

Tabel 5. Kelas Keemampuan DAS


D Wai Tinna

67
Manuputty dkk. 2014. Evaluasi kemampuan Lahan …
 

a. Analisis Sub Kelas Kemampuan Lahan kelas kemampuan lahan didasarkan atas jenis
DAS Wai Tina faktor pembatas atau ancaman kerusakan.
Sub kelas kemampuan lahan Berikut ini disajikan data sub kelas
merupakan pembagian lebih lanjut dari kelas kemampuan lahan pada DAS Wai Tina.
kemampuan lahan. Pengelompokkan sub

Tiap Kelas Kemampuan lahan pada pembatas utama berupa lereng


DAS Wai Tina mempunyai faktor pembatas. bergelombang atau agak miring (C)
Faktor pembatas pada tiap sub kelas dengan persentase kemiringan lereng
kemampuan lahan berbeda antara sub kelas antara >8-15%; (2) Sub kelas kemampuan
kemampuan lahan yang satu dengan sub kelas lahan III C.b1 dengan faktor pembatas
kemampuan lahan lainnya, perbedaaan lereng yang bergelombang/agak miring
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : dan batuan/kerikil sedang (15-50%
1. Kelas kemampuan III volume tanah); (3) Sub kelas kemampuan
Kelas kemampuan lahan III menempati lahan III C.p4 memiliki faktor
areal seluas 8.701,75 ha atau 18,08% dari penghambat berupa lereng bergelombang
luas DAS Wai Tina dan merupakan areal dan tingkat permeabilitas tanah agak
terluas kedua setelah kelas kemampuan cepat; (4) Sub kelas kemampuana lahan
lahan IV. Kelas ini terbagi dalam 6 sub III.e2 memiliki faktor pembatas utama
kelas kemampuan lahan, yaitu sub kelas berupa erosi sedang (20-50 ton/ha.tahun);
kemampuan lahan (1) Sub Kelas (5) Sub kelas kemampuan lahan III b1.O2
Kemampuan Lahan III C memiliki faktor memiliki faktor pembatas batuan/kerikil
68 
 
Agrologia, Vol. 3, No. 1, April 2014, Hal. 62-74

sedang, dan ancaman banjir agak sering persentase kemiringan lereng berkisar
(< 1 bulan tanah terendam air dalam antara >30-45%; dan (b) Sub Kelas
setahun); (6) Sub kelas kemampuan lahan Kemampuan Lahan VI.e4 memiliki faktor
III.p4 memiliki faktor pembatas utama pembatas yang dominan yaitu tingkat
berupa kelas permeabilitas tanah (agak erosi berat (50-200 ton/ha/tahun).
cepat).. 5. Kelas Kemampuan VII
2. Kelas kemampuan IV Kelas kemampuan lahan VII, memiliki
Kelas kemampuan lahan IV memiliki luasan areal sebesar 6.941,25 ha atau
luasan areal yang paling besar dari semua 14,42% dari total luas DAS dan
kelas kemampuan lahan yang ada, luasan merupakan daerah dengan luasan areal
areal yang dimiliki adalah sebesar terbesar ke 3 setelah kelas kemampuan
21.083,00 ha atau 43,80% dari total luas lahan III. Pada kelas kemampuan lahan
DAS. Pada kelas kemampuan lahan ini ini terdapat 3 sub kelas kemampuan lahan
terdapat 4 sub kelas kemampuan lahan yaitu; (a) Sub kelas kemampuan VII F
yang masing-masing adalah; (1) Sub kelas mempunyai faktor pembatas utama
kemampuan lahan IV D mempunyai berupa kemiringan lereng curam berada
faktor pembatas utama berupa lereng pada persentase kemiringan lereng antara
miring atau berbukit dengan persentase >45-65%; (b) Sub kelas kemampuan
kemiringan 15-30%; (2) Sub kelas lahan VII F.e5 memiliki faktor pembatas
kemampuan lahan IV D.b2 memiliki berupa kemiringan lereng yang curam
faktor pembatas berupa lereng yang dengan tingkat erosi sangat berat (>200
miring atau berbukit diikuti dengan ton/ha/tahun).
batuan permukaan yang banyak; (3) Sub 6. Kelas kemampuan lahan VIII
kelas kemampuan lahan IV D.k3 tersebar Kelas kemampuan lahan VII memiliki
dalam dua unit lahan dengan faktor luas areal sebesar 3036,25 ha atau 6,31%
pembatas lereng yang berbukit (15-30%) dari total luasan DAS. Pada kelas
dan solum tanah dangkal (20-50 cm); (4) kemampuan lahan hanya terdapat 1 sub
Sub kelas kemampuan lahan IV.k3 hanya kelas kemampuan yaitu sub kelas
terdapat pada 1 unit lahan yaitu L2244 kemampuan VIII G dengan faktor
dengan faktor pembatas utama yaitu pembatas yang utama berupa kemiringan
kedalaman tanah yang sangat dangkal (20 lereng dengan persentase kemiringan
cm). lereng >65%.
3. Kelas Kemampuan V
Kelas kemampuan lahan V memiliki total b. Arahan Pemanfaatan Lahan Aktual
luasan areal sebesar 3.029,75 ha atau Berdasarkan Kelas Kemampuan
6,29% dari total luas DAS. Pada kelas Lahan Aktual
kemampuan lahan ini hanya terdapat satu Arahan pemanfaatan lahan DAS Wai
sub kelas kemampuan lahan yakni V.p1 Tina disusun berdasarkan potensi kemampuan
dan yang menjadi faktor pembatas utama lahan dengan memperhatikan tindakan
adalah permeabilitas yang lambat. konservasi untuk memperbaiki kemampuan
4. Kelas Kemampuan VI lahan yang ada, yang dapat diuraikan sebagai
Kelas kemampuan lahan VI, memiliki berikut:
luasan areal sebesar 5.340,00 ha atau 1. Kelas kemampuan III
11,09% dari total luas DAS. Kelas Lahan kelas III dapat digunakan untuk
kemampuan lahan ini terdiri dari dua sub tanaman semusim dan tanaman tahunan
kelas kemampuan lahan yaitu; (a) Sub
yang memerlukan pengelolaan tanah
Kelas Kemampuan lahan VI E memiliki (Arsyad, 2006). Arahan penggunaan lahan
faktor pembatas yang utama berupa yang direkomendasikan adalah pertanian
lereng agak curam atau bergunung dengan sedang dan terbatas, dimana pertanian
69 
 
Manuputty dkk. 2014. Evaluasi kemampuan Lahan …
 
terbatas ini memerlukan tindakan ternak/padang rumput atau dihutankan,
konservasi khusus serta sudah ada biaya dengan penghambat yang sedang (Sitorus,
agak kecil yang dikeluarkan untuk 1985). Arahan penggunaan lahan yang
memperbaiki kemampuan lahan ini, sesuai untuk kelas kemampuan lahan ini
tindakan konservasi yang perlu dilakukan adalah hutan produksi, perkebunan, dan
adalah penanaman dalam strip, perbaikan peternakan. Hutan produksi adalah hutan
drainase, pembuatan teras, pengelolaan yang dapat dikelola untuk menghasilkan
tanah menurut kontur, penggunaan mulsa, sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan
dan pergiliran tanaman. produksi dapat dikategorikan menjadi dua
2. Kelas kemampuan IV golongan yakni hutan rimba dan hutan
Tanah pada lahan kelas IV dapat budidaya. Untuk menjaga kelas
digunakan untuk berbagai jenis kemampuan lahan ini diperlukan
penggunaan pertanian dengan bahaya ditandakan tindakan konservasi
kerusakan yang lebih besar dari kelas III pembuatan teras tangga/teras bangku serta
(Sitorus, 1985). Kemampuan Lahan Kelas pengelolaan tanah menurut kontur.
IV dengan arahan penggunaan lahan yang 5. Kelas kemampuan VII
direkomendasikan adalah pertanian sangat Tanah pada kelas kemampuan lahan VII
terbatas, dimana pertanian terbatas ini tidak sesuai untuk digarap bagi usaha
memerlukan tindakan khusus untuk pertanian tanaman semusim, dan
pengawetan tanah yang lebih berat dan sebaiknya digunakan untuk vegetasi
lebih terbatas waktu penggunaannya permanen seperti padang rumput atau
untuk tanaman semusim. Jika hutan yang disertai dengan tindakan
dipergunakan untuk tanaman semusim pengelolaan yang tepat dan lebih intensif
diperlukan tindakan konservasi yaitu dari yang diperlukan pada lahan kelas VI
berupa pembuatan teras dan saluran (Sitorus, 1985).
drainase, pergiliran tanaman penutup Arahan penggunaan lahan yang sesuai
tanah/makanan ternak/pupuk hijau. untuk kelas kemampuan lahan ini adalah
3. Kelas kemampuan V Hutan Lindung. Menurut Undang-Undang
Tanah pada lahan kelas V tidak sesuai RI No 41/1999 tentang Kehutanan, yang
untuk ditanami dengan tanaman semusim, menyebutkan bahwa “Hutan lindung
tetapi lebih sesuai untuk ditanami dengan adalah kawasan hutan yang mempunyai
vegetasi permanen seperti tanaman fungsi pokok sebagai perlindungan sistem
makanan ternak atau dihutankan (Sitorus, penyangga kehidupan untuk mengatur tata
1985). Lahan pada kelas ini air, mencegah banjir, mengendalikan
direkomendasikan untuk arahan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
penggunaan lahan perkebunan dan memelihara kesuburan tanah”. Agar
perternakan, dimana pertanian untuk kelestarian hutan tetap terjaga maka perlu
tanaman tahunan yang permanen. Agar dilakukan tindakan konservasi berupa
lahan ini dapat bertahan perlu dilakukan penghijauan dan penanaman tanaman
pengawetan tanah berupa reboisasi penutup tanah.
dengan tanaman permanen, tanaman 6. Kelas kemampuan VIII
makanan ternak atau dihutankan. Tanah pada kelas kemampuan lahan VIII
4. Kelas kemampuan VI tidak sesuai untuk digarap bagi usahatani
Tanah pada lahan kelas VI tidak lagi tanaman semusim dan usaha produksi
sesuai untuk digunakan atau pertanian lainnya dan harus dibiarkan
diperuntukkan bagi usaha pertanian pada keadaan alami di bawah vegetasi
tanaman semusim, akan tetapi lebih sesuai alami. Tanah pada lahan kelas VIII dapat
untuk vegetasi permanen yang dapat digunakan untuk cagar alam, hutan
digunakan sebagai tanaman makanan lindung atau rekreasi (Sitorus, 1985).
70 
 
Agrologia, Vol. 3, No. 1, April 2014, Hal. 62-74

Penggunaan lahan yang ada pada kelas ini faktor pembatas dengan pembuatan teras
yaitu hutan lahan kering sekunder dan maka unit lahan ini berpotensial naik
hutan primer. Arahan penggunaan lahan hanya ke kelas kemampuan lahan II
yang tepat untuk kelas kemampuan ini disebabkan adanya faktor pembatas
adalah Cagar Alam. Cagar alam adalah kedalaman tanah (sedang) yang tidak
suatu kawasan suaka alam karena keadaan dapat diubah dengan arahan pemanfaatan
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, lahan pertanian intensif. (2) Unit Lahan
satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem L3364 dan L3645 setelah dilakukan
tertentu yang perlu dilindungi dan tindakan perbaikan faktor pembatas
perkembangannya berlangsung secara terjadi kenaikan kelas ke kelas
alami. kemampuan lahan II jika dilakukan
perbaikan dengan tingkat pengelolaan
c. Arahan Pemanfaatan Lahan Potensial sedang dan naik ke kelas kemampuan
Berdasarkan Perbaikan Faktor lahan I jika dilakukan perbaikan dengan
Pembatas Potensial Pada DAS Wai tingkat pengelolaan tinggi.
Tina. 2. Sub kelas kemampuan III.e2 tersebar
dalam 4 unit lahan. Setelah dilakukan
Setelah diberikan arahan pemanfaatan perbaikan faktor pembatas berupa
lahan berdasarkan kelas kemampuan lahan pembuatan teras, saluran drainase dan
pada DAS Wai Tina, ditemukan ada beberapa pemberian mulsa yang bertujuan untuk
faktor pembatas dalam sub-sub kelas pada menaikkan nilai permeabilitas tanah maka
kelas kemampuan lahan tertentu yang bisa ditemukan 3 unit lahan berpotensial naik
diperbaiki dengan teknik pengelolaan yang ke kelas kemampuan lahan I jika
tepat. Perbaikan faktor pembatas tersebut dilakukan perbaikan dengan tingkat
berpotensi menaikkan kelas kemampuan pengelolaan tinggi. Sedangkan 1 unit
lahan dan meningkatkan pilihan akan lahan hanya berpotensi naik ke kelas II
penggunaan lahan. karena memiliki faktor pembatas yang
Besarnya kenaikan kelas kemampuan tidak dapat dirubah yaitu kedalaman tanah
lahan dipengaruhi oleh tingkat pengelolaan sedang.
terhadap faktor pembatas pada kelas tersebut. 3. Sub kelas kemampuan III.C.p4 tersebar
Tingkat pengelolaan dibagi dalam tiga dalam 3 unit lahan. Setelah dilakukan
kategori yaitu; (1) Tingkat Pengelolaan tindakan perbaikan terhadap faktor
Rendah (pengelolaan dilaksanakan oleh pembatas dengan tingkat pengelolaan
petani dengan biaya rendah, (2) Tingkat sedang dan tinggi diperoleh 2 unit lahan
Pengelolaan Sedang (pengelolaan yang berpotensi naik ke kelas II
dilaksanakan pada tingkat petani dengan disebabkan adanya faktor pembatas
memerlukan modal menengah dan teknik kedalaman tanah (sedang) yang tidak
pertanian sedang, (3) Tingkat Pengelolaan dapat diubah yaitu unit lahan L3373 dan
Tinggi (Pengelolaan hanya dapat L3374 dengan arahan pemanfaatan lahan
dilaksanakan dengan modal relatif besar, pertanian intensif. Sedangkan satu unit
umumnya dilakukan oleh pemerintah atau lahan berpotensi naik ke kelas
perusahaan besar/menengah. Beberapa sub kemampuan lahan I yaitu unit lahan
kelas yang mengalami peningkatan antara L3274 karena memiliki solum tanah
lain sebagai berikut : dalam dengan arahan pemanfaatan lahan
1. Sub kelas kemampuan lahan III C dengan pertanian sangat intensif.
faktor pembatas utama berupa lereng 4. Sub kelas kemampuan lahan III.p4
yang tersebar dalam 3 unit lahan, tersebar dalam 5 unit lahan. Dari 5 unit
diantaranya adalah (1). Unit Lahan L3265 lahan tersebut setelah dilakukan tindakan
setelah dilakukan tindakan perbaikan perbaikan terhadap faktor pembatas
71 
 
Manuputty dkk. 2014. Evaluasi kemampuan Lahan …
 
dengan tingkat pengelolaan sedang dan dua unit lahan tidak berpotensi untuk
tinggi diperoleh 4 unit lahan yang terjadi kenaikan kelas kemampuan lahan
berpotensi naik ke kelas I yaitu unit lahan yaitu unit lahan L4152 dan L4373.
L1134, L1271, L1274 dan L2264 dengan 7. Sub kelas kemampuan lahan VII.e5
arahan pemanfaatan lahan pertanian tersebar dalam 6 unit lahan. Dari 6 unit
intensif. Sedangkan satu unit lahan hanya lahan tersebut diperoleh hanya 1 unit
berpotensi naik ke kelas kemampuan lahan yaitu L3293 yang mengalami
lahan II yaitu unit lahan L2174 dengan kenaikan ke kelas kemampuan lahan III
arahan pemanfaatan lahan pertanian dengan arahan pemanfaatan lahan
intensif disebabkan karena faktor pertanian terbatas setelah dilakukan
pembatas yang tidak dapat dirubah yaitu perbaikan pembuatan teras, penanaman
kedalaman tanah sedang. sejajar kontur, penanaman penutup tanah,
5. Sub kelas kemampuan lahan V.p1 tersebar pembuatan saluran drainase, pemberian
dalam 5 unit lahan. Untuk unit lahan mulsa yang bertujuan untuk menaikkan
L0121 berpotensi naik ke kelas nilai permeabilitas tanah dan kandungan
kemampuan lahan II dengan arahan bahan organik.
pemanfaatan lahan pertanian intensif.
Unit lahan L1292 dan L3194 setelah KESIMPULAN
dilakukan tindakan perbaikan tanah
dengan tingkat pengelolaan sedang dapat 1. DAS Wai Tina memiliki 6 kelas
berpotensi naik ke kelas kemampuan kemampuan lahan, yaitu kelas
lahan IV dan ke kelas kemampuan lahan kemampuan lahan III, IV, V, VI, VII, dan
III jika dilakukan perbaikan dengan VIII dengan faktor penghambat yang
tingkat pengelolaan tinggi dengan arahan didominasi oleh lereng yang
pemanfaatan lahan pertanian terbatas. bergelombang sampai sangat curam,
Sedangkan unit lahan L3294 hanya dapat tingkat erosi berat sampai sangat berat,
naik ke kelas kemampuan lahan IV tekstur tanah sedang, permeabilitas agak
disebakan adanya faktor pembatas berupa cepat sampai lambat, kepekaan erosi
batuan (banyak) yang tidak dapat dirubah sedang, batuan kerikil dari sedang sampai
dengan arahan pemanfaatan lahan banyak, dan ancaman banjir agak sering.
pertanian terbatas. Kelas kemampuan lahan yang memiliki
6. Sub kelas kemampuan lahan VI.e4 luas paling besar adalah kelas IV dengan
tersebar dalam 11 unit lahan dimana luasan sebesar 24.636 ha atau 51,19%
setelah dilakukan tindakan perbaikan dan kelas kemampuan lahan yang
dengan pembuatan teras, penanaman memiliki luas paling kecil adalah kelas V
sejajar kontur, penanaman penutup tanah, dengan luasan sebesar 2.944,75 ha atau
perbaikan sistem drainase diperoleh 9 unit 6,12%. 6 kelas kemampuan lahan
lahan yang berpotensi. Jika dilakukan tersebut terbagi dalam 17 sub kelas
perbaikan dengan tingkat pengelolaan kemampuan lahan dan tersebar dalam 69
sedang dan tinggi maka unit lahan L2253 unit lahan.
hanya berpotensial naik ke kelas 2. Arahan pemanfaatan lahan untuk lahan
kemampuan lahan IV dengan arahan pertanian sedang dan terbatas tersebar
pemanfaatan lahan pertanian sangat dalam 6 sub kelas kemampuan lahan
terbatas, dikarenakan adanya faktor yaitu III C, III C.b1, III.e2, III.b1O2, III.p4,
pembatas utama yaitu solum tanah III.C.p4. Untuk pemanfaatan lahan
dangkal. 8 unit lahan lainya jika pertanian sangat terbatas tersebar dalam
dilakukan perbaikan dengan tingkat 4 sub kelas kemampuan yaitu IV D, IV
pengelolaan tinggi berpotensi naik ke D.b2, IV D.k3 dan IV.k3. Total luas areal
kelas kemampuan lahan III. Sedangkan yang dapat digunakan untuk pertanian
72 
 
Agrologia, Vol. 3, No. 1, April 2014, Hal. 62-74

adalah 29.184,75 ha atau 61,89%. http://aqshankonservasi.blogspot.com/


Arahan pemanfaaatan lahan untuk 2011/01/pendugaan-erosi-dan-
perkebunan, peternakan dan hutan evaluasi-kemampuan.html.
produksi tersebar dalam 3 sub kelas yaitu [27/03/2012].
V.p1, VI E, VI.e4. Total luas untuk
pemanfaatan lahan ini adalah 8.396,75 ha Arsyad, S, 2006, Konservasi Tanah dan Air,
atau 17,38%. Untuk sub kelas VII F, VII Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.
F.e5 dan VII.e5 diarahkan hanya untuk
pemanfaatan lahan Hutan Lindung Asdak, C. 2010, Hidrologi dan Pengelolaan
dengan luas 6.941,25 ha atau 14,42%. Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada
Sedangkan arahan pemanfaatan lahan University Press, Yogyakarta.
untuk cagar alam hanya tersebar pada sub
kelas kemampuan lahan VIII G dengan BAPEDAS. 2012, Pengelolaan Daerah Aliran
luas 3.036,00 atau 6,31%. Sungai. http://www.bpdas-
3. Ditemukan ada beberapa unit lahan dari pemalijratun.net/index.php?option=co
tiap sub kelas kemampuan lahan yang m_content&view=article&id=48:peng
berpotensi mengalami kenaikan kelas dan elolaan-das&catid=12:pengelolaan-
peningkatan pilihan akan penggunaan das&Itemid=76. [06/05/2012].
lahan dengan perbaikan faktor pembatas.
Unit lahan yang berpotensi naik ke kelas Banuwa, I.S, et al. 2008. Evaluasi
kemampuan lahan I dengan arahan Kemampuan Lahan DAS sekampung
pemanfaatan pertanian sangat intensif Hulu. J. Tanah Trop., Vol 13,
yaitu L3364, L3465, L0131, L1131, L1231, No.2,2008; 145-153. Jakarta.
L3274, L1134, L1271, L1274 dan L2264.
Unit lahan yang berpotensi naik ke kelas Departemen Kehutanan RI. 2012, Kerangka
kemampuan lahan II dengan arahan Kerja Pengelolaan Daerah Aliran
pemanfaatan pertanian intensif yaitu Sungai Di Indonesia.
L3265, L2171, L2174, L3373 dan L3374. http://www.dephut.go.id/files/framew
Unit lahan yang berpotensi naik ke kelas ork_das_09.pdf. [15/03/2012].
kemampuan lahan III dengan arahan
pemanfaatan lahan pertanian sedang FORDAMOF. 2012, Pengelolaan Daerah
yaitu L1292, L2112, L3173, L3191, L3194, Aliran Sungai Hulu.
L3263, L3271, L3272, L3273 dan L3372. http://www.fordamof.org/files/RPI_14
Untuk unit lahan yang berpotensi naik ke _Sist._Pengelolaan_DAS_Hulu,%20
kelas kemampuan lahan IV dengan Lintas_Kab.,_Lintas_Prov.pdf.
arahan pemanfaatan lahan pertanian [05/03/2012].
sangat terbatas yaitu L2253, L3293 dan
L3294. Geonviron. 2012. Penentuan Fungsi Kawasan
Lahan Dan Arahan Fungsi
DAFTAR PUSTAKA Pemanfaatan Lahan Das Grompol
Bagian Hulu Di Kabupaten
Tarigan, A. 2004. Evaluasi Pemanfaatan Karanganyar.Tahun.2010.http://geoen
Lahan DAS Beringin Ditinjau Dari viron.blogspot.com/2011/04/penentua
Tata Ruang Wilayah Kota Semarang. n-fungsi-kawasan-lahan-dan.html.
[19/07/2012].
Aqshan. 2012, Pendugaan Erosi dan Evaluasi
Kemampuan Lahan Wilayah SUB
DAS Girindulu Kabupaten Pacitan
Jawa Timur .
73 
 
Manuputty dkk. 2014. Evaluasi kemampuan Lahan …
 
Hardjowigeno S., dan Widiatmaka. 2007. Talakua S. M. 2009a. Efek Penggunaan
Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Lahan Terhadap Kerusakan Tanah
Perencanaan Tataguna Lahan, Gadjah Karena Erosi Di Kecamatan Kairatu
Mada University Press, Yogyakarta. Kabupaten Seram Bagian Barat
Propinsi Maluku. [Disertai]
La Jiro, 2011. Pendekatan Erosi dan Evaluasi Universitas Padjadjaran Bandung.
Lahan di Sub DAS Wai Sari DAS Wai
Riuapa Kecamatan Kairatu Kabupaten Talakua S. M. 2009b. Efek Penggunaan
Seram Bagian Barat Provinsi Maluku. Lahan Terhadap Kerusakan Tanah
Tesis Program Pascasarjana Universitas Karena Erosi Di Kecamatan Kairatu
Pattimura, Ambon. Program Studi Kabupaten Seram Bagian Barat
Pengolahan Lahan. Propinsi Maluku. Jurnal Budidaya
Pertaniaan Volume 5, Nomor 1, Juli
Palawa, M.T. 2011. Analisis Tingkat 2009. Jurusan Budidaya Pertanian
Kekritisan Lahan dan Arahan Universitas Pattimura.
Penggunaannya di DAS Wai Ruhu
Kota Ambon. Tesis Program UNDIP. 2012, Konservasi Sumberdaya Alam
Pascasarjana Universitas Pattimura, Dan Pengelolaan Lingkungan.
Ambon. Program Studi Pengolahan http://eprints.undip.ac.id/1070/1/ILING
Lahan. -II-5-KONSERVASI.pdf. [1/03/2012].

Muta’ali. 1993. Analisis Daya Dukung UPI. 2012. Evaluai Kemampuan Lahan
Lingkungan untuk Perencanaan Untuk Arahan Penggunaan Lahan
Pengembangan Wilayah Kabupaten Dengan Foto_Udara.
Kebumen. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/LAI
http://eprints.undip.ac.id/23631/1/Jok NNYA/HENDRO_MURTIANTO/03_
o_Pramono.pdf. [01/02/2012]. Evaluasi_Kemampuan_Lahan.pdf.
[04/04/2012].
SHVOONG. 2012, Kemiringan Lereng.
http://id.shvoong.com/society-and- Wattimury, E. 2011. Evaluasi Kemampuan
news//2173206-kemiringan- Lahan DAS Wai Ruhu Kota Ambon
lereng/#ixzz1oAIspMpN. [skripsi] Universitas Pattimura,
[09/03/2012]. Ambon.

Sitorus. 1995, Evaluasi Sumberdaya Lahan,


Tarsito, Bandung.

74 
 

Anda mungkin juga menyukai