Anda di halaman 1dari 45

Nama : Iqbal Saifi Razan

NPM : 2014131033
Kelas : Agb C
Tugas Ringkasan Jurnal Mata Kuliah Pengantar Ilmu Tanah

Jurnal 1:

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH


PADA LAHAN PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DAN
KEBUN CAMPURAN DI DESA ADIPURO KECAMATAN TRIMURJO,
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Penulis : M. Rizki Ramandha, Didin Wiharso, Supriatin, dan Abdul Kadir


Salam

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) memiliki kemampuan adaptasi yang baik, yaitu
dapat tumbuh pada kondisi tanah yang memiliki pH masam, kandungan senyawa Al
yang tinggi dan sifat fisik tanah yang kurang baik yang sangat potensial. Dalam
jangka pendek pengolahan tanah intensif bersifat positif bagi tanaman, namun
pengolahan tanah secara berlebih dalam jangka panjang akan menimbulkan dampak
negatif terhadap produktivitas lahan dan menurunkan kualitas tanah.

Lahan kebun campuran memiliki lapisan permukaan tanah yang lebih tipis dan warna
tanah yang lebih gelap dibandingkan lahan ubi kayu. Sementara pada lahan kebun
campuran dan ubi kayu memiliki tekstur yang sama yaitu liat. Struktur tanah pada
lapisan I pada kedua lahan tersebut berbeda, tetapi pada lapisan selanjutnya sama dan
konsistensi tanah pada kedua lahan tersebut sama. Nilai kandungan C-organik lahan
kebun campuran lebih tinggi pada lapisan I , II dan V , sedangkan lapisan III dan IV
lebih tinggi ubi kayu dibandingkan lahan kebun campuran. Nilai kandungan
P-tersedia , pH dan KTK lapisan I sampai V pada lahan kebun campuran lebih tinggi
dibandingkan lahan ubi kayu, sedangkan kandungan N-Total pada lapisan I lebih
tinggi lahan ubi kayu. Kejenuhan Basa pada lapisan II, III, IV dan V profil tanah pada
lahan ubi kayu lebih tinggi dibandingkan kebun campuran.
Jurnal 2 :

UJI APLIKASI KAPUR DAN FOSFOGIPSUM TERHADAP SIFAT FISIKA,


KIMIA TYPIC KANHAPLUDULT DAN PARAMETER AGRONOMIS
TEBU DI LAMPUNG TENGAH

Penulis : Afif Nurpriambodo , Azwar Maas, dan Supriyanto Notohadisuwarno

Tujuan penelitian untuk mendapatkan fosfogipsum dan laju pengapuran


mempengaruhi sifat Ultisol dan kinerja tebu di Perkebunan Gunung Madu, Lampung
Tengah. Masalah Ultisol dalam Aiditas, toksisitas Al, pertukaran kation rendah
kapasitas (KTK), dan kejenuhan basa (BS) menyebabkan rendahnya rendemen tebu.

Pemupukan fosfogipsum (PG) dan kapur pertanian secara konsisten mampu


memperbaiki sifat kimia Ultisol pada 2,4, dan 6 bulan setelah tanam, terutama pH,
namun belum mampu meningkatkan kandungan Ca dan S dalam tanah secara
signifikan. Kadar hara S daun pada kondisi kecukupan pada umur 2,4 bulan, tetapi
pada umur 6 bulan mengalami penurunan pada takaran PG 500 kg ha-1 . Pemberian
kapur dan foPG dengan dosis 500 kg ha-1 - 1500 kg ha-1 juga telah mampu
meningkatkan pertumbuhan, produksi biomassa tanaman tebu.

Pemberian dosis kapur dan PG belum mampu meningkatkan berat jenis, berat volume,
potositas total, retensi air tanah dan pori penyimpan lengas, tetapi aplikasi PG sebesar
400-600 kg ha-1 mampu meningkatkan permeabilitas tanah pada kategori agak cepat
(10,116 cm jam-1 ), tingkat kestabilan agregat < 2mm (water stable aggregate) masih
mengalami peningkatan hingga dosis PG sebesar 1000 kg ha-1, sedangkan dosis kapur
kapur sebesar 1093 kg ha-1 mampu memberikan tingkat kestabilan maksimum sebesar
66,07 %.
DAFTAR PUSTAKA

Ramandha, Wiharso, Supriatin, dan Abdul Kadir Salam. 2021. Karakteristik


Morfologi dan Beberapa Sifat Kimia Tanahpada Lahan Pertanaman Ubi
Kayu (Manihot Esculenta Crantz) Dankebun Campuran di Desa Adipuro
Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Agrotek Tropika
9(1): 91-102, 2021.

Nurpriambodo , Maas, dan Supriyanto Notohadisuwarno. 2016. Uji Aplikasi Kapur


Dan Fosfogipsum Terhadap Sifat Fisika, Kimia Typic Kanhapludult Dan
Parameter Agronomis Tebu Di Lampung Tengah. Jurnal Magrobis Volume
16 (No.1), 2016.
PIT

RINGKASAN
JURNAL PIT
IQBAL SAIFI RAZAN
2014131033
“Karakteristik Morfologi dan Beberapa
Sifat Kimia Tanahpada Lahan
Pertanaman Ubi Kayu (Manihot Esculenta
Crantz) dan Kebun Campuran di Desa
Adipuro Kecamatan Trimurjo, Kabupaten
Lampung Tengah.”

—JurnalPertama
TUJUAN, LOKASI & WAKTU

TUJUAN LOKASI & WAKTU


Mempelajari perbedaan Desa Adipuro,
morfologi dan sifat kimia Kecamatan Trimurjo,
tanah pada lahan yang Kabupaten Lampung
telah ditanami ubi kayu Tengah pada bulan
dan kebun campuran Februari 2018.
selama 15 tahun.
SIFAT FISIK SIFAT KIMIA

Lahan kebun campuran memiliki lapisan Nilai kandungan C-organik lahan kebun
permukaan tanah yang lebih tipis dan campuran lebih tinggi pada lapisan I , II
warna tanah yang lebih gelap dan V , sedangkan lapisan III dan IV lebih
dibandingkan lahan ubi kayu. Sementara tinggi ubi kayu dibandingkan lahan kebun
pada lahan kebun campuran dan ubi kayu
campuran. Nilai kandungan P-tersedia , pH
memiliki tekstur yang sama yaitu liat.
dan KTK lapisan I sampai V pada lahan
kebun campuran lebih tinggi dibandingkan
lahan ubi kayu, sedangkan kandungan N-
Total pada lapisan I lebih tinggi lahan ubi
kayu. Kejenuhan Basa pada lapisan II, III, IV
dan V profil tanah pada lahan ubi kayu
lebih tinggi dibandingkan kebun campuran
“Uji Aplikasi Kapur Dan Fosfogipsum
Terhadap Sifat Fisika, Kimia Typic
Kanhapludult dan Parameter Agronomis
Tebu di Lampung Tengah.”

—JurnalKedua
TUJUAN, LOKASI & WAKTU

TUJUAN LOKASI & WAKTU


Tujuan penelitian untuk Lahan produksi Divisi I, petak 90
mendapatkanfosfogipsu BS 8 PT. Gunung Madu
m dan laju pengapuran Plantation (GMP) Perkebunan
mempengaruhi sifat Gunung Madu, Lampung
Ultisol dan kinerja tebu Tengah pada tahun 2013.
SIFAT FISIK SIFAT KIMIA

Pemberian dosis kapur dan PG belum Pemupukan fosfogipsum (PG) dan kapur
mampu meningkatkan berat jenis, berat pertanian secara konsisten mampu
volume, potositas total, retensi air tanah memperbaiki sifat kimia Ultisol pada 2,4,
dan pori penyimpan lengas, tetapi aplikasi dan 6 bulan setelah tanam, terutama pH,
P G s e be s ar 4 0 0 - 6 0 0 k g h a - 1 m a m p u namun belum mampu meningkatkan
meningkatkan permeabilitas tanah pada kandungan Ca dan S dalam tanah secara
kategori agak cepat (10,116 cm jam-1 ), signifikan. Kadar hara S daun pada kondisi
tingkat kestabilan agregat < 2mm (water kecukupan pada umur 2,4 bulan, tetapi
stable aggregate) masih mengalami pada umur 6 bulan mengalami penurunan
peningkatan hingga dosis PG sebesar 1000 pada takaran PG 500 kg ha-1 . Pemberian
kg ha-1, sedangkan dosis kapur kapur kapur dan foPG dengan dosis 500 kg ha-1 -
sebesar 1093 kg ha-1 mampu memberikan 1500 kg ha-1 juga telah mampu
tingkat kestabilan maksimum sebesar meningkatkan pertumbuhan, produksi
66,07 %. biomassa tanaman tebu.
Thanks!
Ramandha, Wiharso, Supriatin, dan Abdul Kadir Salam. 2021.
Karakteristik Morfologi dan Beberapa Sifat Kimia Tanahpada
Lahan Pertanaman Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz)
Dankebun Campuran di Desa Adipuro Kecamatan Trimurjo,
Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Agrotek Tropika 9(1): 91-102,
2021.

Nurpriambodo , Maas, dan Supriyanto Notohadisuwarno. 2016. Uji


Aplikasi Kapur Dan Fosfogipsum Terhadap Sifat Fisika, Kimia
Typic Kanhapludult Dan Parameter Agronomis Tebu di Lampung
Tengah. Jurnal Magrobis Volume 16 (No.1), 2016.

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik
J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993
Vol. 9, No. 1 : 91 - 102,Ramandha
Januari 2021
et al.: Karakteristik Morfologi dan Beberapa Sifat Kimia Tanah 91

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH


PADA LAHAN PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DAN
KEBUN CAMPURAN DI DESA ADIPURO KECAMATAN TRIMURJO,
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH


PADA LAHAN PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DAN
KEBUN CAMPURAN DI DESA ADIPURO KECAMATAN TRIMURJO,
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

M. Rizki Ramandha*, Didin Wiharso, Supriatin, Abdul Kadir Salam


.

Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung


Jl Sumantri Brojonegoro 1, Bandar Lampung 35145, Indonesia
*Email: rizkirmndha08@gmail.com

ABSTRACT

Cassava (Manihot esculenta Crantz) has a good adaptability, which can grow in soil conditions that have
a acidic pH, high content of Al compounds and potentially poor physical soil properties. In the short term
intensive tillage is positive for plants, but overland cultivation in the long run will have a negative impact
on land productivity and degrade soil quality. Meanwhile, in mixed garden lands apply a minimum tillage
system that can protect the soil from erosion resulting in erosion of the top soil layer and reduce soil
evaporation so as to maintain soil moisture. This study aims to study differences in morphology and
chemical properties of soil on land that has been planted with cassava and mixed gardens for 15 years in
Adipuro Village, Trimurjo District, Central Lampung Regency. In its implementation, this research was
conducted with a survey stage, namely location determination, data collection, and laboratory analysis.
The results of this study indicate that mixed garden land has better soil morphology and chemical proper-
ties than cassava plantations.

Keywords: Cassava, chemical properties, mixed gardens, soil morphology, tillage

ABSTRAK

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) memiliki kemampuan adaptasi yang baik, yaitu dapat tumbuh pada kondisi
tanah yang memiliki pH masam, kandungan senyawa Al yang tinggi dan sifat fisik tanah yang kurang baik yang
sangat potensial. Dalam jangka pendek pengolahan tanah intensif bersifat positif bagi tanaman, namun pengolahan
tanah secara berlebih dalam jangka panjang akan menimbulkan dampak negatif terhadap produktivitas lahan dan
menurunkan kualitas tanah.Sedangkan, pada lahan kebun campuran menerapkan sistem olah tanah minimum
yang dapat menjaga tanah dari bahaya erosi yang mengakibatkan terjadinya pengikisan lapisan top soil dan
mengurangi evaporasi tanah sehingga mempertahankan kelembaban tanah. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari perbedaan morfologi dan sifat kimia tanah pada lahan yang telah ditanami ubi kayu dan kebun
campuran selama 15 tahun di Desa Adipuro, Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah. Dalam
pelaksanaanya, penelitian ini dilakukan dengan tahapan survei yaitu penentuan lokasi, pengumpulan data, dan
92 Jurnal Agrotek Tropika 9(1): 91-102, 2021

analisis laboratorium. Hasil penelitian ini menunjukkan pada lahan kebun campuran memiliki morfologi tanah dan
sifat kimia yang lebih baik dibanding pertanaman ubi kayu.
Kata kunci: Kebun campuran, morfologi tanah, olah tanah, sifat kimia, ubi kayu.

PENDAHULUAN vegetasi tanaman tahunan yang tinggi menciptakan


Ubi kayu merupakan komoditas tanaman kanopi yang rapat sehingga permukaan tanah lahan
pangan yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi, kebun campuran terlindung dari paparan sinar matahari,
protein, vitamin, zat besi, kalsium, dan fosfor pada mengurangi daya pukul air hujan dan meningkatkan
umbinya (Akinfala dkk., 2002 dalam Caniago dkk., daya serap air pada tanah.Selain itu, kebun campuran
2014).Ubi kayu dapat dijadikan sebagai pangan juga berperan dalam konservasi biologi dan iklim mikro.
alternatif pengganti beras dalam mengatasi menurunnya Berdasarkan hal tersebut, lahan kebun campuran dapat
ketahanan pangan di Indonesia. Selain itu, ubi kayu dijadikan pembanding untuk melihat perbedaan
memiliki keunggulan yang tidak dimiliki tanaman pangan morfologi dan sifat kimia tanah karena merupakan pola
lain, yaitu dapat tumbuh di lahan kering dan kurang penggunaan lahan yang lebih konservatif dibandingkan
subur serta masa panennya yang tidak diburu waktu dengan lahan pertanaman ubi kayu.
sehingga dapat dijadikan lumbung hidup. Untuk itu, penelitian tentang morfologi dan
Penerapan sistem olah tanah intensif yang beberapa sifat kimia tanah pada lahan pertanaman ubi
dilakukan secara terus menerus dan tidak diimbangi kayu dan kebun campuran yang telah digunakan dalam
dengan kegiatan konservasi dapat mempercepat jangka waktu selama 15 tahunakan dilakukan.
terjadinya perombakan bahan organik dan memicu
terjadinya erosi yang merupakan penyebab degradasi BAHAN DAN METODE
tanah (Utomo, 2012). Jika kondisi ini berlangsung Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanaman
dalam jangka waktu yang panjang maka degradasi ubi kayu dan kebun campuran yang telah ditanami
tanah akan berjalan lebih cepat, sehingga dapat selama 15 tahun di Desa Adipuro, Kecamatan Trimurjo,
menurunkan kualitas tanah. Berbeda dengan Kabupaten Lampung Tengah padabulan Februari
pertanaman ubi kayu, prosespenanaman vegetasi 2018. Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium
tanaman tahunanpada kebun campuran dilakukan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
dengan pembuatan lubang tanam, disertai dengan Luas keseluruhan lahan pertanaman ubi kayu
pengolahan tanah.Penyebaran vegetasi pada kebun di Desa Adi Puro adalah 5 ha sedangkan luas lahan
campuran terjadi dengan bantuan angin dan air hujan kebun campuran adalah 5 ha. Sampel lahan ditentukan
sehingga perkembangan kebun campuran berlangsung dengan melihat keadaan topografi yang relatif datar
secara alami. Kebun campuran mampu berperan dalam dan pola penggunaan lahan yang sesuai dengan kondisi
konservasi tanah dan air. Hal ini karena keragaman yang telah ditentukan. Pengumpulan data pola
Ramandha et al.: Karakteristik Morfologi dan Beberapa Sifat Kimia Tanah 93

penggunaan lahan dilakukan dengan wawancara Penampang profil tanah yang diamati adalah
langsung kepada pemilik lahan yang meliputi sejarah penampang yang mendapat pencahayaan cukup, namun
penggunaan lahan, teknik pengolahan tanah dan tidak terpapar sinar matahari langsung dan juga tidak
pemupukan. Penentuan lahan kebun campuran ternaungi. Pengamatan dilakukan pada pagi hari, namun
dilakukan dengan kriteria berada di sekitar lokasi ubi tidak terlalu pagi atau sore ketika sinar matahari masih
kayu dan memiliki topografi yang relatif sama. lemah (Rayes, 2006). Sebelum pengamatan profil
Setelah itu dilakukan pengumpulan data iklim tanah, penampang tanah dibasahi hingga berada dalam
berupa data curah hujan dan suhu udara daerah kondisi lembab. Pembuatan garis batas perbedaan
penelitian. Pengumpulan data batuan induk juga warna pada profil tanah dilakukan dengan mengunakan
dilakukan dengan melihat peta geologi daerah tempat pisau pandu sehingga terlihat batas perbedaan warna
penelitian dan memastikan lahan pertanaman ubi kayu lapisan-lapisan tanah. Setelah itu morfologi tanah pada
dan kebun campuran yang akan digunakan memiliki masing-masing lapisan tanah pada profil tanah beserta
formasi geologi yang sama sehingga keduanyamemiliki kondisi lingkungan diamati dan dicatat pada formulir
persamaan proses pedogenik dan hanya berbeda pada profil tanah.
pola penggunaan lahannya saja. Dengan proses Lapisan tanah diukur ketebalannya beserta
pedogenik yang sama dan hanya berbeda pada pola batas topografi dan batas kejelasan warna lapisan
penggunaan lahan, maka morfologi dan sifat kimia tanah tanah. Setiap lapisan diamati warna matriknya
pada kedua lahan tersebut dapat dibandingkan. menggunakan Buku Munsell Soil Color Chart. Selain
Setelah didapatkan lahan yang sesuai dan kedua warna matrik, dilakukan pengamatan warna lain seperti
lahan tersebut dinyatakan berada pada kondisi yang warna gley, karat, dan konkresi. Pengamatan proporsi
relatif sama, selanjutnya dilakukan pengeboran dan ukuran konkresi serta karat yang dominan
sebanyak dua titik di lahan yang akan dibuat profil dilakukan pada setiap lapisan tanah pada masing-
untuk mengetahui keseragaman sifat tanahnya (Mahi, masing profil tanah. Setelah itu dilakukan pengambilan
2013). Satu profil tanah dibuat pada masing-masing massa tanah dan diberikan sedikit remasan untuk
lahan dengan ukuran 150 cm x 100 cm x 200 cm. melihat struktur tanah. Agregat yang diamati adalah
Pengumpulan data di lapang dilakukan agregat yang bentuknya paling dominan. Selanjutnya
dengan pengamatan profil tanah dan kondisi pada dilakukan pengamatan konsistensi pada keadaan
masing-masing lahan pertanaman ubi kayu dan kebun lembab dengan membasahi massa tanah menggunakan
campuran. Deskripsi profil tanah dilakukan dengan air hingga keadaan lembab dan meremas massa tanah
mengamati dan mencatat morfologi tanah serta menggunakan ibu jari dan telunjuk. Pengamatan tekstur
kondisi lingkungan pada formulir profil tanah (Mahi, tanah juga dilakukan dengan membasahi massa tanah
2013). Pengamatan morfologi tanah di lapang dilakukan dengan air hingga keadaan lembab dan memijat massa
berdasarkan kriteria Balai Penelitian Tanah (2004). tanah menggunakan ibu jari dan telunjuk sambil
94 Jurnal Agrotek Tropika 9(1): 91-102, 2021

memperhatikan rasa kasar, licin dan lekat. HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah itu dilakukan pengambilan sampel tanah Letak geografis
pada setiap lapisan pada masing-masing profil tanah. Penelitian dilakukan di Desa Adipuro
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan mengambil Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
sampel tanah terganggu secukupnya untuk analisis sifat pada lahan pertanaman ubi kayu dan kebun
kimia dan tekstur tanah di laboratorium. campuran.Lokasi lahan penelitian pertanamanan ubi
Sebelum dilakukan analisis tanah, contoh kayu dan kebun campuran terletak pada ketinggian
tanah terganggu dikering udarakan selama 4 x 24 jam. 61 m dpl. Lokasi profil tanah penelitian ubi kayu
Kemudian tanah tersebut ditumbuk dan diayak monokultur dan kebun campuran berada pada
menggunakan ayakan 2 mm. Tanah yang lolos koordinat sekitar 5°09’24" LS dan 105°12’18" LU.
ayakan 2 mm kemudian digunakan untuk analisis kimia Geologi
dan tekstur tanah di laboratorium. Sifat kimia tanah Secara geomorfologis, tanah di sekitar daerah
yang dianalisis adalah pH H2O (pH meter), C-organik penelitian merupakan enclave, yang berbeda dengan
(Walkley and Black), kapasitas tukar kation tanah disekitarnya. Tanah disekitarnya memiliki warna
(NH 4 OAc 1 N pH 7), basa-basa dapat yang cenderung pucat/terang. Menurut peta geologi
dipertukarkan(NH4OAc 1 N pH 7), kejenuhan basa, tanjung karang, wilayah di sekitar Desa Adipuro,
N-total ( Kjeldahl) dan P-tersedia ( Bray-1). Selain Kecamatan Trimurjo terbentuk dari formasi Qti yaitu
melakukan penetapan kelas tekstur menurut perasaan tufa Lampung yang berasal dari rhyolite hingga dasit.
di lapang, tekstur tanah juga dianalisis di laboratorium Tanah di daerah penelitian terbentuk dari batuan yang
dengan Metode Pipet untuk mendapatkan data berupa metamorf hingga basa yang lebih tua dibanding
proporsi pasir, debu dan liat. tufa Lamung.
Data hasil analisis sifat kimia tanah di Iklim
laboratorium berupa pH , C-organik, kandungan Curah hujan minimum terjadi pada bulan
basa-basa dapat dipertukarkan, kejenuhan September dengan rata-rata 68,0 mm/bulan sedangkan
basa,kapasitas tukar kation, kandungan N-total dan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Desember
P-tersediadibandingkan berdasarkan kriteria Balai dengan rata-rata 266,6 mm/bulan (Gambar 1). Data
Penelitian Tanah (2009). Data morfologi tanah lahan hujan harian yang sudah direkap menjadi data hujan
pertanaman ubi kayu dan kebun campuran berupa bulanan selanjutnya dilakukan analisis.
warna, struktur, tekstur dan konsistensi, serta sifat Bulan basah (BB) dan Bulan kerting (BK)
kimia tanahberupa pH, C-organik, KTK, kandungan sesuai besarnya curah hujan bulanan tersebut.
bsa-basa dapat dipertukarkan, kejenuhan basa, Dikatakan bulan basah (BB) jika jumlah curah hujan
kandungan N-total dan P-tersediadibandingkan dalam bulan tersebut lebih dari 200 mm/bulan, dan
secara kualitatif. dikatakan bulan kering (BK) jika jumlah curah hujan
Ramandha et al.: Karakteristik Morfologi dan Beberapa Sifat Kimia Tanah 95

Gambar 1. Data curah hujan rata-rata bulanan 10 tahun terakhir di Desa Adipuro Kecamatan Trimurjo Kabupaten
Lampung Tengah.

kurang dari 100 mm/bulan. Diantara BB dan BK menggunakan varietas ubi kayu Kasesa, dengan jarak
terdapat bulan lembab (BL), yaitu bulan dengan jumlah tanam 100 cm x 60 cm. Di sekitar lahan pertanaman
curah hujan bulanan antara 100-200 mm/bulan ubi kayu terdapat vegetasi lainnya, yaitu kebun
(Lakitan,1997). Klasifikasi tipe utama pada sistem campuran yang digunakan sejak tahun 2004 sampai
klasifikasi iklim Oldeman, dilakukan berdasarkan sekarang. Vegetasi utama pada kebun campuran yaitu
jumlah BB yang terjadi selama satu tahun. Wilayah mahoni (Swietenia mahagoni), karet (Hevea
dengan jumlah BB lebih dari 9 termasuk dalam tipe brasiliensis), bayur (Pterosperium javanicum Jungh),
iklim A, wilayah dengan jumlah BB antara 7-9, pohon duku ( Lansium domesticum Corr ), kelapa
termasuk dalam tipe B, wilayah dengan jumlah BB (Cocos nucifera), dan jambu air (Eugenia aquea).
antara 5-6 termasuk dalam tipe iklim C, wilayah Pengolahan tanah pada lahan ubi kayu
dengan jumlah BB antara 3-4 termasuk dalam tipe dilakukan secara terus menerus dengan pengolahan
iklim D, dan wilayah dengan jumlah BB kurang dari3, yang dilakukan selama 3 kali sebelum melakukan
termasuk tipe iklim E. Daerah lahan penelitian penanaman. Pada budidaya tanaman ubi kayu, kapur
tergolong ke dalam daerah yang memiliki tipe iklim C dolomit dan pupuk organik diberikan sebanyak 10 ton/
karena memiiki jumlah bulan basah sebanyak 5 bulan ha sebelum pembajakan. Pupuk anorganik yang
dalam satu tahun yaitu pada bulan Januari, Februari, digunakan berupa pupuk KCl sebanyak 100kg/ha,
Maret, April, dan Desember. pupuk Urea 100kg/ha dan pupuk TSP 100kg/ha yang
Penggunaan Lahan diaplikasikan 60 hari setelah tanam. Pemanenan ubi
Lokasi penelitian di Desa Adipuro Kecamatan kayu sendiri dilakukan hanya 1 tahun sekali. Tanah di
Trimurjo memiliki luas sekitar 5 hektar dengan vegetasi kebun campuran sendiri sama sekali belum pernah
utama yaitu ubi kayu (Manihot esculenta Crantz). mengalami olah tanah, hanya sebagai kebun simpanan
Lahan pertanaman ubi kayu monokultur ini mulai dan tanaman yang ada di kebun campuran tersebut
digunakan pada tahun 2004 sampai sekarang, tumbuh secara liar atau alami.
96 Jurnal Agrotek Tropika 9(1): 91-102, 2021

Morfologi Struktur Tanah


Morfologi tanah merupakan sifat tanah yang Hasil pengamatan struktur tanah pada lapisan
dapat diamati langsung di lapang yang menunjukkan top soil sampai sub soil lahan ubi kayu memiliki struktur
profil tanah ke arah dalam tanah. Morfologi yang diamati tanah angular blocky (gumpal bersudut) tetapi
dalam penelitian ini yaitu kedalaman lapisan tanah, memiliki ukuran struktur yang berbeda.Pada lapisan
warna, struktur dan konsistensi dan struktur tanah. pertama ubikayu dan kedua memiliki ukuran struktur
Tanah pada kebun campuran bahan organiknya lebih halus dan tingkat perkembangan lemah, sedangkan
tinggi dibandingkan tanah ubi kayu karena tanah pada pada lapisan ketiga dan keempat memiliki ukuran
ubi kayu lebih sering diolah. struktur sedang dan tingkat perkembangan sedang
Warna Tanah pula.Selanjutnya pada lahan kebun campuran pada
Hasil pengamatan profil tanah pada pertanaman lapisan top soil memiliki struktur tanah crumb (remah)
ubi kayu dan kebun campuran memiliki 5 lapisan dan dengan ukuran halus dan tingkat perkembangan sedang
warna yang berbeda. Warna tanah matriks pada lapisan dan pada lapisan sub soil yaitu lapisan kedua, ketiga,
I (top soil) lahan pertanaman ubi kayu yaitu 5 YR 3/ keempat memiliki struktur tanah angular blocky
2(reddish brown), sedangkan tanah di bawah vegetasi (gumpal bersudut) dengan ukuran struktur sedang pada
kebun campuran memiliki warna tanah 5 YR 3/3 lapisan kedua dan tingkat perkembangan sedang,
(reddish brown). Lapisan (sub soil) lapisan II lahan sedangkan pada lapisan ketiga dan keempat memiliki
ubi kayu memiliki warna matriks 5 YR 3/4(reddish ukuran struktur tanah yang sama yaitu halus dengan
brown), sedangkan pada lahan kebun campuran tingkat perkembangan sedang pada lapisan tiga dan
memiliki warna matriks 5 YR 4/6 ( yellowish red). lemah pada lapisan keempat.
Warna pada lapisan III lahan ubi kayu memiliki warna Struktur tanah lapisan pertama pada lahan
5 YR 4/4 (reddish brown), sedangkan pada lahan kebun campuran dan ubi kayu memiliki perbedaan.
kebun campuran 5 YR 4/6 (yellowish red). Warna Lapisan pertama lahan ubi kayu memiliki struktur tanah
pada lapisan IV lahan ubi kayu memiliki warna 5 YR dalam bentuk angular blocky (gumpal bersudut)
4/4 ( reddish brown),sedangkan pada lahan kebun sedangkan pada lahan kebun campuran dalam bentuk
campuran memiliki warna 5 YR 4/4 ( redish brown), crumb (remah). Perbedaan struktur tanah pada kedua
dan pada lapisan V lahan ubi kayu memiliki warna 5 lahan tersebut dikarenakan pada lahan kebun campuran
YR 4/6 ( yellowish red),sedangkan pada lahan kebun memiliki bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan
campuran memiliki warna 5 YR 4/4 ( reddish brown). lahan ubi kayu. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Pada saat pengamatan lahan ubi kayu terdapat karat penelitian Pratiwi (2013) bahwa tanah yang terbuka
pada lapisan II dan lapisan IV, dan memiliki konkresi seperti lahan ubi kayu memiliki kemantapan agregat
pada lapisan II dan lapisan IV. Sedangkan pada lahan yang lebih lemah dibandingkan dengan lahan yang
kebun campuran tidak terdapat karat dan konkresi. tertutup. Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan
Ramandha et al.: Karakteristik Morfologi dan Beberapa Sifat Kimia Tanah 97

tingginya bahan organik pada lahan yang tertutup dan untuk menghancurkan tanah dan tanah sama sekali tidak
tidak dilakukannya pengolahan tanah secara intensif. mudah untuk dihancurkan dengan remasan tangan.
Konsistensi Tanah Tekstur Tanah
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya Makin kecil ukuran separate (tanah) berarti
kohesi butir – butir tanah atau daya adhesi butir – butir makin banyak jumlah dan makin luas permukaannya
tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya per satuan bobot tanah, yang menunjukkan makin
tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya padatnya partikel-partikel per satuan volume tanah.
– gaya tersebut misalnya pencangkulan dan Hal ini berarti makin banyak ukuran pori mikro yang
pembajakan. Tanah yang mempunyai konsistensi baik terbentuk, sebaliknya jika ukuran separate makin
pada umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada besar, berarti makin sedikit jumlah dan makin sempit
alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan luas permukaannya (Ali, 2005). Berdasarkan hasil
dalam keadaan lembab, basah, atau kering, maka pengamatan tekstur tanah di lapang dan analisis tekstur
penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan tanah di laboratorium diperoleh data bahwa pori-pori
keadaan tanah tersebut (Cahyono,1998). tanah pada lahan ubi kayu lebih banyak, sehingga liat
Hasil pengamatan profil tanah menunjukkan lebih mudah masuk ke dalam pori-pori tanah pada
bahwa lahan ubi kayu dan kebun campuran memiliki lahan ubi kayu dibandingkan tanah pada kebun
konsistensi relatif sama, yaitu pada lapisan I tanah campuran, karena tanah pada ubi kayu sering diolah.
dibawah vegetasi ubi kayu dan kebun campuran Dari hasil analisis tekstur didapatkan
memiliki konsistensi gembur, pada lapisan II agak teguh, perbandingan fraksi pasir, debu dan liat yang
pada lapisan III agak teguh, lapisan IV teguh dan pada dinyatakan dalam persen (%). Debu adalah suatu fraksi
lapisan V teguh. Konsistensi tanah agak teguh sampai berukuran 0.05– 0.002 mm (Foth, 1991). Tanah yang
teguh memiliki arti memerlukan tekanan yang besar didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori

Tabel 1. Persentase tekstur tanah pada lahan kebun ubi kayu dan campuran.

Partikel Tanah (%)


Lokasi
Pasir Debu Liat Tekstur
KS 1 14.57 21.78 63.65 Liat
KS 2 8.62 11.01 80.37 Liat
KS 3 12.57 8.92 78.51 Liat
KS 4 8.74 12.63 78.63 Liat
KS 5 10.81 23.57 65.62 Liat
KC 1 18.63 17.66 63.71 Liat
KC 2 9.82 7.96 82.22 Liat
KC 3 9.64 8.21 82.15 Liat
KC 4 8.77 8.92 82.31 Liat
KC 5 10.79 12.39 76.82 Liat
98 Jurnal Agrotek Tropika 9(1): 91-102, 2021

meso (sedang), sedangkan tanah yang didominasi liat


akan banyak mempunyai pori- pori mikro (kecil). Liat
merupakan suatu fraksi berukuran < 0,002 mm. Pasir
merupakan suatu fraksi berukuran 2.0– 0.05 mm dan
berdasarkan sistem USDA, dibedakan pasir yang
sangat halus, halus, sedang, kasar dan sangat kasar.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada pertanaman
Gambar 2. Hubungan kedalaman profil tanah dan jenis
ubi kayu dan kebun campuran memiliki tekstur tanah
lahan terhadap C-organik tanah.
liat (Tabel 1).
Tabel 1 menunjukkan bahwa tekstur tanah pada mempengaruhi karakteristik agregat dan air tanah.
lahan kebun campuran dan ubi kayu mengandung Seringkali ada hubungan langsung antara persentase
persentase partikel liat tertinggi dibandingkan partikel C-organik total dan karbon dari biomassa mikroba yang
pasir dan debu. Fraksi tanah yang memiliki kemampuan ditemukan dalam tanah pada zona iklim yang sama.
besar dalam memegang air adalah fraksi liat. Liat adalah C-organik juga berhubungan dengan aktivitas enzim
fraksi yang berpengaruh terhadap campuran fraksi lain, tanah. Di perkebunan teh Gambung, C-organik tanah
dengan sifat tanah yang didominasi oleh liat yaitu lengket, juga digunakan untuk menentukan dosis asam-asam
sulit menyerap air, dapat terpecah menjadi butiran yang organik dan apabila ditambahkan ke dalam tanah
halus saat keadaan kering. Fraksi debu biasanya akan meningkatkan kandungan senyawa organik dalam
berasal dari kandungan mineral feldspar dan mika yang tanah yang dicirikan dengan meningkatnya kadar C-
cepat lapuk, pada saat pelapukan akan terjadi organik tanah (Darliana, 2009).
pembebasan sejumlah hara, sehingga tanah yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa lapisan
bertekstur debu lebih subur dibandingkan dengan yang permukaan tanah pada vegetasi kebun campuran
bertekstur pasir, sedangkan fraksi pasir umumnya memiliki kandungan C- organik lebih tinggi bila
didominasi oleh mineral kuarsa yang sangat tahan dibandingkan dengan lahan ubi kayu (Gambar 2). Hal
terhadap pelapukan sehingga tanah yang terlalu banyak ini disebabkan pada vegetasi kebun campuran terdiri
bertekstur pasir kurang baik untuk lahan pertanaman. dari beberapa tanaman yang masih alami terjaga
C-Organik lingkungannya yang menghasilkan serasah dan memiliki
C-organik dalam tanah merupakan hasil dari perkaran yang banyak sehingga serasah tertimbun pada
pelapukan sisa sisa tanaman atau hewan yang lapisan top soil dan tanah pada kebun campuran belum
bercampur dengan bahan mineral lain di dalam tanah dilakukan pengolahan tanah. Serasah yang dihasilkan
pada lapisan atas tanah. C-organik penting untuk terdekomposisi menjadi bahan organik yang
mikroorganisme tidak hanya sebagai unsur hara, mengakibatkan tanah berwarna cokelat hingga hitam.
tetapi juga sebagai pengkondisi sifat fisik tanah yang Faktor utama yang mempengaruhi kandungan bahan
Ramandha et al.: Karakteristik Morfologi dan Beberapa Sifat Kimia Tanah 99

organik tanah adalah kedalaman tanah, iklim dan vegetasi. tanah rawan terjadi erosi. Selain itu tanaman ubi kayu
pH Tanah memiliki luas kanopi yang rendah sehingga dianggap
Berdasarkan hasil analisis di laboratorium tanah kurang mampu melindungi tanah dari pukulan air hujan
pada lahan kebun campuran memiliki nilai pH sebesar dan menjadikan lahan ubi kayu peka terhadapa erosi.
4,60-4,77 sedangkan pada pertanaman ubi kayu Ubi kayu juga dianggap sebagai tanaman yang
memiliki nilai pH berkisar dari 4,28–4,68 pada lapisan menghasilkan bahan organik yang rendah dan
profil tanah pertama hingga lapisan profil tanah kelima mengangkut unsur hara lebih banyak dibandingkan
(Gambar 3). Nilai pH pada lapisan tanah lahan kebun tanaman lain. Erosi tanah dapat membawa kation-
campuran termasuk masam sedangkan pada lahan kation basa di dalam tanah ke daerah yang lebih rendah
kebun ubi kayu termasuk kategori masam hingga sangat sehingga lahan yang terkena erosi tersebut memiliki pH
masam. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar masam. Menurut Susilawati (2008), pH tanah yang
tanah di Lampung merupakan tanah Ultisol yang rendah akan menyebabkan ketersediaan hara
memiliki pH masam yakni di bawah 5,5 (Munir, 1996). menurun dan perombakan bahan organik terhambat.
Meskipun secara umum kedua jenis lahan Pada lahan kebun campuran tidak dilakukan
tersebut memiliki pH masam namun pH pada kebun pengolahan tanah karena tanaman yang terdapat pada
campuran lebih tinggi dibandingkan dengan pH tanah lahan kebun campuran merupakan tanaman tahunan
pada kebun ubi kayu. Hal tersebut karena pada lahan yang tumbuh secara alami. Kebun campuran memiliki
pertanaman ubi kayu dilakukan olah tanah intensif kanopi daun yang luas karena terdiri dari tanaman
dengan membajak seluruh permukaan tanah minimal tahunan sehingga tanah dapat terhindar dari resiko erosi.
sebanyak dua kali untuk menciptakan kondisi tanah KTK Tanah
yang gembur dan juga dilakukan pembersihan seluruh Berdasarkan hasil analisis di laboratorium KTK
vegetasi yang terdapat di lahan sehingga permukaan tanah pada lahan kebun campuran dan pertanaman ubi
kayu memiliki nilai KTK yang rendah berkisar dari
4,28–7,60 cmol kg-1 (Gambar 4). Pada Gambar 4,
terlihat bahwa semakin dalam lapisan profil tanah maka
nilai KTK semakin tinggi terutama pada lahan kebun
campuran. KTK tanah pada kedua jenis lahan termasuk
rendah sebab nilai kapasitas tukar kation tanah pada
umumnya berkisar antara 25-45 cmol kg-1sampai
dengan kedalaman 1 meter. KTK rendah berkisar 5-
16 cmol kg-1 (Balai Penelitian Tanah, 2009). Pada
Gambar 3. Hubungan kedalaman profil tanah dan jenis kebanyakan tanah ditemukan bahwa pertukaran kation
lahan terhadap pH tanah. berubah dengan berubahnya pH tanah. Pada pH
100 Jurnal Agrotek Tropika 9(1): 91-102, 2021

dilihat bahwa kedua kebun memiliki kandungan N-total


rendah pada lapisan profil tanah pertama yakni 0,12%
untuk kebun campuran dan 0,14% untuk kebun ubi
kayu. Pada lapisan profil kedua sampai kelima baik
pada kebun campuran dan kebun ubi kayu memiliki
kandungan N total sangat rendah yakni 0,01-0,05%.
Lebih tingginya kandungan N-total pada lapisan
permukaan (topsoil) disebabkan oleh adanya bahan
Gambar 4. Hubungan kedalaman profil tanah dan jenis
lahan terhadap KTK tanah. organik yang memberikan sumbangan kedalam tanah.
Hal ini mengidentifikasikan bahwa telah terjadi
rendah, hanya muatan permanen liat, dan sebagian pelepasan hara dari proses dekomposisi bahan organik
muatan koloid organik memegang ion yang dapat ke dalam tanah sebagai stimulan bertambahnya N
digantikan melalui pertukaran kation. Dengan demikian tanah. Selanjutnya, penurunan kandungan nitrogen pada
KTK relatif rendah (Hardjowigeno, 1993). lapisan bawah (subsoil) dipengaruhi oleh penurunan
Hasil KTK yang diperoleh dalam penelitian ini jumlah bahan organik dan mikroorganisme tanah di
sesuai dengan pendapat Foth (1998) yang menyatakan lokasi tersebut. Karenadi dalam susunan jaringan bahan
bahwa semakin tinggi tingkat kemasaman tanah maka organikterkandung unsur nitrogen organik yang
semakin rendah kemampuan kapasitas tukar kation didekomposisi oleh mikroorganisme tanah menjadi
tanah atau nilai KTK tanah. Tanah Ultisol masam yang nitrogen tersedia bagi tanaman (Izzudin, 2013).
mendominasi kawasan lahan di Lampung memiliki nilai Kejenuhan Basa (KB)
KTK rendah. Kemasaman tanah Ultisol terjadi karena Hasil analisis kation basa dapat dipertukarkan
tanah Ultisol adalah tanah yang terbentuk di daerah memperlihatkan bahwa kejenuhan basa pada lapisan
yang lembab. Tanah Ultisol bersifat masam dengan pertama lahan kebun campuran lebih tinggi
kejenuhan basa yang rendah, karena adanya pencucian
kation basa. Suhu yang cukup tinggi dan pencucian
yang lama mengakibatkan terjadinya pelapukan yang
intensif pada mineral yang mudah lapuk.
N – Total
Pada Gambar 5 terlihat bahwa kandungan N-
total di lapisan tanah pertama pada kebun ubi kayu
lebih tinggi dari kebun campuran, namun memiliki
kandungan N-total yang relatif sama di lapisan profil Gambar 5. Hubungan kedalaman profil tanah dan jenis
kedua hingga kelima. Berdasarkan data tersebut dapat lahan terhadap N-total
Ramandha et al.: Karakteristik Morfologi dan Beberapa Sifat Kimia Tanah 101

dibandingkan dengan lahan pertanaman ubi kayu lurus dengan pH tanah yang menunjukkan bahwa pH
(Gambar 6). Lapisan pertama pada lahan kebun tanah pada lapisan pertama lahan pertanaman ubi kayu
campuran memiliki kejenuhan basa sebesar 54,12 % lebih rendah dibandingkan kebun campuran.
yang tergolong sedang, sedangkan pada lahan P-tersedia
pertanaman ubi kayu memiliki kejenuhan basa 49,60% Berdasarkan hasil analisis laboratorium P-
yang juga tergolong sedang. Pada lapisan kedua lahan tersedia tanah pada lahan kebun campuran lebih tinggi
kebun campuran dan lahan kebun ubi kayu mulai dibandingkan kebun ubi kayu yaitu 1,52 – 2,73 ppm
mengalami penurunan kejenuhan basa dan terus pada kebun campuran sedangkan pada kebun ubi kayu
menurun hingga kedalaman lapisan kelima. Secara berkisar 1,53 – 1,74 (Gambar 7). Semakin dalam lapisan
umum, kejenuhan basa pada lapisan kedua hingga profil tanah, nilai P-tersedia semakin rendah. Kandungan
kelima pada lahan ubi kayu lebih tinggi dibandingkan P-tersedia pada kedua lahan tersebut tergolong sangat
pada kebun campuran. rendah, yaitu < 4 ppm (Balai Penelitian Tanah, 2009).
Lapisan pertama lahan kebun campuran Rendahnya kandungan fosfor pada lahan
memiliki kejenuhan basa sebesar 54,12 % yang artinya pertanaman ubi kayu disebabkan salah satunya yaitu
54/100 atau lebih dari 1/2 kapasitas tukar kation terangkut oleh tanaman. Total kehilangan P dari tanah
ditempati oleh kationkation basa. Pada lapisan pertama karena diangkut tanaman semusim berkisar antara 5
lahan pertanaman ubi kayu memiliki persentase – 6 kg ha-1 (Rachman.A, 2013). Nilai 6 kg ha-1 adalah
kejenuhan basa sebesar 49,60 % yang berarti hanya sama dengan kurang lebih 0,4 % dari rata-rata kadar
sekitar 49/100 atau kurang dari1/2 kapasitas tukar P dalam lapisan olah. Keadaan ini berbanding lurus
kation ditempati oleh kation-kation basa, sedangkan dengan hasil uji laboratorium yang menunjukkan
sebagian besar didominasi oleh Al3+ dan H+ yang kandungan fosfor pada kebun ubi kayu lebih rendah
merupakan kation masam. Keadaan ini berbanding dibandingkan kebun campuran.

Gambar 6. Hubungan kedalaman profil tanah dan jenis Gambar 7. Hubungan kedalaman profil tanah dan jenis
lahan terhadap kejenuhan basa tanah. lahan terhadap P-Tersedia.
102 Jurnal Agrotek Tropika 9(1): 91-102, 2021

KESIMPULAN Chaniago, M., D.I. Roslim,dan Herman. 2014.


Berdasarkan hasil penelitian yang telah Deskripsi Karakter Morfologi Ubi Kayu
(Manihot esculenta Crantz) Juray dari
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: Lahan
Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Online
kebun campuran memiliki lapisan permukaan tanah Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu
yang lebih tipis dan warna tanah yang lebih gelap Pengetahuan Alam 1(2): 613- 618.
dibandingkan lahan ubi kayu. Sementara pada lahan
Darliana. 2005. Pengaruh jenis bokashi terhadap bobot
kebun campuran dan ubi kayu memiliki tekstur yang isi, C-organik, dan KTK tanah, serta hasil daun
sama yaitu liat. Struktur tanah pada lapisan I pada teh pada Andosol asal Gambung.
kedua lahan tersebut berbeda, tetapi pada lapisan www.p4tkipa.org. Diakses tanggal
20September 2018.
selanjutnya sama dan konsistensi tanah pada kedua
lahan tersebut sama. Foth, H.D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi
Nilai kandungan C-organik lahan kebun Ketujuh. Gajah Mada University Press.
campuran lebih tinggi pada lapisan I , II dan V , Yogyakarta. 782 hlm.

sedangkan lapisan III dan IV lebih tinggi ubi kayu


Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah Edisi ketiga.
dibandingkan lahan kebun campuran. Nilai kandungan Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 233 hlm
P-tersedia , pH dan KTK lapisan I sampai V pada
Izzudin, 2012. Perubahan Sifat Kimia dan Biologi Tanah
lahan kebun campuran lebih tinggi dibandingkan lahan
Pasca Kegiatan Perambahan di Areal Hutan
ubi kayu, sedangkan kandungan N-Total pada lapisan Pinus Reboisasi Kabupaten Humbang Hasunduta
I lebih tinggi lahan ubi kayu. Kejenuhan Basa pada Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas
lapisan II, III, IV dan V profil tanah pada lahan ubi Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

kayu lebih tinggi dibandingkan kebun campuran.


Mahi, A.K. 2013. Survei Tanah, Evaluasi, dan
Perencanaan Penggunaan Lahan. Lembaga
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Universitas Lampung. Bandar
Lampung. 218 hlm.
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis
Pengamatan Tanah. Badan Penelitian dan Munir, M. 1996. Tanah Ultisol; Tanah Ultisol di
Pengembangan Pertanian Departemen Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta.
Pertanian. Bogor. 140 hlm.
Purwono, H. dan Purnamawati. 2007. Budidaya 8
Cahyono, A. 1998. Bahan Assistensi dan Petunjuk Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar
Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Swadaya. Jakarta. 138 hlm.
Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Magrobis Journal 1

UJI APLIKASI KAPUR DAN FOSFOGIPSUM TERHADAP SIFAT FISIKA,


KIMIA TYPIC KANHAPLUDULT DAN PARAMETER AGRONOMIS
TEBUDI LAMPUNG TENGAH
Phosphogypsum and Lime Application affect physical, chemical Typic
Kanhapludult and Sugarcane Agronomic Parameters in Central Lampung

Oleh : Afif Nurpriambodo1), Azwar Maas2) dan Supriyanto Notohadisuwarno3)

ABSTRACT
The aim of the resarch to obtainedphosphogypsum and liming rate
affectUltisol properties and sugarcane performance in Gunung Madu Plantation,
Lampung Tengah. Ultisol problems in aidity, Al-toxicity, low cation exchange
capacity (CEC), and base saturation (BS) caused low yield of sugarcane. The
experiment was arranged by completely randomized block design, with 12 treatment
and 3 replicates of each treatment.Chemical nutrient status in soil dan nutrient leaf
content and plant was observed each 2 month after phosphogypsum and lime
application. Physical properties was observed 4 month after phosphogypsum and
lime application. Sugarcane growth parameters were observed in each month after
planting, biomass sample harvested in end of vegetative phase. The result of this
study was showed that phosphogypsum and lime application increased soil pH,sulfur
leaf content, aggregate stability, permeability, sugarcane performance and decreased
Al toxicity.

Keyword : soil amendment, calcium source, red yellow podzol, agronomic properties,
sulfur.

PENDAHULUAN

Kebutuhan gula di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan


dengan rata-rata konsumsi 3,3 juta ton pertahun dan diprediksi akan mencapai 5,1
juta ton, dan produksi sekitar 2,8 juta ton pada tahun 2020 (Sugiyanto, 2007).
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Hakim (2010) potensi sumberdaya lahan
yang sesuai untuk tanaman tebu sebesar 33,80 juta hektar yang tersebar pada daerah
Kalimantan, Papua, Sumatera Selatan, Riau, Sumatera Utara, dan Lampung.
Sebagian besar lahan tersebut merupakan lahan dengan kelas kesesuaian sangat
sesuai (2,70 juta hektar), agak sesuai (6,40 juta hektar) marginal sesuai (14,80 juta
hektar). tanaman tebu dan meningkatkan kemantapan agregat maupun permeabilitas
tanah pada masa vegetatif tebu.
Budidaya tanaman tebu sebagian besar dilakukan pada tanah-tanah podsolik
merah kuning (Ultisol:Soil Taxonomy, 1993). Tanah tersebut merupakan tanah yang
berkembang lanjut dengan sifat fisik maupun kimia yang kurang mendukung untuk
pertumbuhan tanaman. Budidaya pada lahan kering memiliki tantangan yang besar,

1) Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Univ. Gadjah Mada
2&3) Dosen Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Volume 16 ( No. 1) April 2016


Magrobis Journal 2

selain tidak didukung dengan kondisi alami tanah produksi tebu pada lahan kering
juga sangat bergantung terhadap masukan (input) yang diberikan dan irigasi yang
berasal dari air hujan.
Ultisol memiliki kandungan lempung yang sangat tinggi pada horison bawah
permukaan. Lapisan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
infiltrasi tanah. Adanya pengolahan yang intensif juga menyababkan terbentuknya
lapisan keras yang dapat menghambat penetrasi perakaran tebu.Permasalahan lain
pada lahan-lahan marginal pada tanah podsolik merah kuning adalah kekahatan
beberapa unsur hara yang disebabkan karena pelindian yang sangat intensif,
toksisitas Al, dan pengangkutan unsur hara yang berlebih.
Pupuk kapur dan gipsum merupakan sumber unsur hara Ca dan S yang cepat
dan mudah tersedia bagi tanaman, selain itu Ca juga secara temporer berfungsi untuk
meningkatkan sifat fisik tanah seperti pembentukan agregat tanah, mengurangi
pelindian unsur hara dan erosi. Berdasarkan studi yang dilakukan Yadav dan Prasad
(1996) peningkatan hasil tebu secara maksimal dapat diperoleh dengan adanya
peningkatan kepadatan populasi dan meminimalkan pelindian unsur hara. Budidaya
tanaman tebu secara monokultur dalam jangka panjang juga menyebabkan
terkurasnya unsur hara dalam tanah. Pemupukan dengan berbagi perlakuan NPK
dikombinasikan dengan gipsum dan kapur pertaniandiharapkan dapat meningkatkan
sumber unsur hara tersedia tanah dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tebu.
Pemberian bahan amandemen pada lapisan permukaan dinilai lebih
menguntungkan karena biaya yang diperlukan lebih kecil. Aplikasi pada lapisan
permukaan tanah juga memiliki beberapa kelemahan antara lain risiko kehilangan
oleh air dan angin, dapat menimbulkan polusi udara, dan jangkauan yang rendah.
Dosis, waktu dan cara aplikasi Fosfogipsum maupun kapur hendaknya disesuaikan
dengan kondisi lingkungan yang berada pada lokasi. Aplikasi dalam jumlah besar
secara mudah dapat dilakukan pada lapisan atas namun jumlah kehilangan juga akan
semakin besar.

ALAT, BAHAN DAN METODE

Deskripsi lokasi
Percobaan dilakukan pada lahan produksi Divisi I, petak 90 BS 8 PT. Gunung
Madu Plantation (GMP) dengan letak astronomis 4°43’03,2’ LS dan 105°12’44,8”
BT dengan ketinggian berada pada 42 m diatas permukaan laut (mdpl). Daerah
penelitian memiliki curah hujan yang tinggi yaitu sebesar 2811 mm per tahun pada
tahun 2013 dengan suhu rata-rata tahunan sebesar 32,9 °C.

Volume 16 (No.1) April 2016


Magrobis Journal 3

Tabel 1. Hasil analisis kimia tanah awal sebelum perlakuan


Top soil Harkat Sub soil Harkat
Parameter
(0-30 cm) (30-60 cm)
1. pH
H2O (1:1) 5,2 Masam 5,3 Masam
KCl 4,6 4,5
2. C (%) 1,73 Rendah 1,08 Rendah
3. N (%) 0,13 Rendah 0,13 Rendah
4. C:N 13 Sedang 8 Rendah
5. KPK (me/100g) 5,70 Rendah 3,27 Sangat rendah
6. Ca (me/100g) 1,26 Rendah 1,49 Rendah
7. Mg (me/100g) 0,41 Rendah 0,54 Rendah
8. K (me/100g) 0,20 Rendah 0,07 Sangat rendah
9. KB (me/100g) 33,51 Rendah 64,86 Tinggi
10. P (ppm) 78,00 Sangat tinggi 42,67 Sangat tinggi
11. Al (me/100g) 0,62 0,60
12. S (ppm) 15,33 Sangat rendah 11,33 Sangat rendah
13. Tekstur Kelas Kelas
Tekstur Tekstur
Klei (clay) 36,4 Sandy clay 42,4 Clay loam
Debu (silt) 8,9 loam 4,9 (CL)
Pasir 64,6 (SCL) 52,6
(sand)
Ket.: Harkat didasarkan pada Balai Penelitian Tanah (BPT), 2009

Rancangan percobaan
Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap faktor tunggal
(Mongomery, 2013) dengan perlakuan yang diujikan terdiri dari 12 perlakuan yaitu
(1) tanah asli (0-NPK), (2) tanah + NPK (0+NPK), (3) tanah dengan pupuk baku
NPK ditambah dengan dosis Fosfogipsum masing-masing 250, 500, dan 1000 kg ha-
1
, (4)tanah dengan pupuk NPK ditambah kapur masing-masing 1000, 1500, dan 2000
kg ha-1, (5) kombinasi tanah dengan NPK ditambah dengan Fosfogipsum 250 kg ha-1
dan kapur 1000 kg ha-1 (NPK+250G+1000K), ditambah Fosfogipsum dan 500 dan
1500 kg ha-1 (6) tanah dengan NPK (urea diganti ZA) ditambah Fosfogipsum 1000
kg ha-1 dan kapur 1000 kg ha-1.Perlakuan yang diujikan terdiri dari 12 dengan 3 kali
ulangan. Pupuk NPK yang digunakan mengacu pada standar yang diterapkan oleh
Divisi Penelitian dan Pengembangan GMP. Dosis pupuk baku NPK masing-masing
adalah sebesar 300 kg ha-1 urea, 200 kg ha-1 triple super phosphate (TSP), dan 300 kg
ha-1 kalium klorida (KCl).

Pelaksanaan Percobaan
Proses persiapan lahan untuk tanaman tebu (0-31 hari) sesuai dengan tahapan
operasional standar yang terdapat pada divisi Plantation PT. Gunung
Madu.Pemupukan kapur dan Fosfogipsum dilakukan pada lapisan bawah permukaan
dengan kedalaman (0-15 cm) setelah pemupukan pupuk baku NPK.Pengambilan

Volume 16 (No.1) April 2016


Magrobis Journal 4

contoh tanah awal dilakukan sebelum aplikasi, kemudian dilanjutkan pada 2,3,4 dan
6 bulan setelah tanam.
Analisis sifat fisika dan kimia tanah, tanaman dan pupuk
Analisis kimia tanah dilakukan di laboratorium kimia tanah, Departemen
Penelitian dan Pengembangan, Gunung Madu Plantation. Sifat kimia yang diamati
meliputi N total metode Kjeldahl, P tersedia metode Bray I, Kation tertukar (K+,
Ca2+, Mg2+, Al3+) metode spektrofotometri atom,Sulfur tersedia metode turbidimetri,
Karbon total metode Kurmies, KPK metode kolom pencucian, kejenuhan basa
dengan total penjumlahan basa basa, dan pH tanah dengan menggunakan metode
elektroda. Analisis tanah awal dilakukan sebelum perlakuan, 2 bulan setelah tanam
(bst), 3 bst, 4 bst, dan 6 bst (panen biomassa tanaman).
Pengambilan contoh daun dilakukan pada masing-masing plot sebanyak 40
helai dengan panjang masing –masing helai 20 cm. Kandungan unsur hara daun yang
dianalisis meliputi nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium dan sulfur total.
Analisis fisika tanah dilakukan di laboratorium fisika tanah, Departemen R&D
Gunung Madu Plantation. Parameter yang diamati meliputi berat jenis tanah metode
piknometer, berat volume tanah (volumetri), porositas tanah
(gravimetri),permeabilitas tanah dengan metode falling-head permeameter,
kemantapan agregat dengan menggunakan metode pengayakan tunggal(Kemper dan
Rosenau,1986), dan retensi air tanah dengan menggunakan piring tekan. Analisis
pupuk dilakukan untuk mengetahui kandungan air pH, N, Ca, Mg, dan S total yang
hasilnya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. pH, Kadar air N total, Ca total dan S total pupuk yang digunakan untuk
penelitian, produk PT.Petrokimia Gresik
Kadar air N-total Ca Mg S
Pupuk pH
------------------------ % ------------------------
ZA 4,76 0,20 19,55 TD TD TD
Kapur pertanian 8,03 18,88 TD 52,06 0 TD
Fosfogipsum pertanian 2,26 17,85 TD 33,72 0 23,07
*TD=tidak ditetapkan

Pupuk Fosfogipsum termasuk dalam jenis phospho Fosfogipsum yang merupakan


hasil samping reaksi batuan fosfat (apatit) dengan asam sulfurik sehingga memiliki
pH yang masam.
Pertumbuhan tanaman
Parameter peubah pertumbuhan tanaman tebu yang diamati setiap bulan
meliputi tinggi batang (cm), jumlah ruas, jumlah daun (helai), populasi (batang ha-1).
Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan pada tanaman contoh sebanyak 15
batang pada baris ke 6 dan 8, jumlah total tanaman yang diamati adalah 30 per
plot.Pengambilan sampel panen biomassa dilakukan dengan mengepras tanaman tebu
pada baris pengamatan, sepanjang 5 m pada baris ke 6 dan 8 masing-masing plot
percobaan.

Volume 16 (No.1) April 2016


Magrobis Journal 5

Analisis data
Pengolahan data dilakukan dengan software Minitab.Inc (2013). Untuk
mengetahui homogenitas data diuji dengan bartlett, kemudian dilakukan uji
kenormalan distribusi data kolmogorov-smirnov. Analisis sidik ragam (ANOVA)
dan ujilanjut BNT, dan DMRT digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata
perlakuan kapur dan Fosfogipsum terhadap variabel yang diamati.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sifat kimia tanah
Tanah yang didominasi dengan mineral klei kaolinitik memiliki muatan yang
netral sehingga memiliki kapasitas pertukaran kation (CEC) yang rendah. Luas
permukaan kaolinityang kecil menyebabkan kapasitas pertukaran tanah tergolong
rendah. Selain kaolinit pada tanah tua juga terdapat seskuioksida besi seperti goethite
dan hematit yang menyebabkan warna tanah menjadi agak kemerahan.

pH Tanah
Perubahan pH pada tanah Ultisol disebabkan karena adanya perubahan
kesetimbangan antara. Pelepasan H+ oleh koloid tanah disebabkan karena adanya
penggantian H+ dengan Ca2+. Penggunaan kapur dan Fosfogipsum pada awal masa
pertumbuhan tanaman dapat meningkatkan kelangsungan hidup tanaman tebu.
Fosfogipsum dan Kapur merupakan garam yang larut secara perlahan (Amezketa,
1999), namun Fosfogipsum memiliki indeks kegaraman yang tinggi (± 8). Pemberian
Fosfogipsum dalam jumlah yang besar dengan jangka waktu yang berdekatan dengan
waktu tanam akan menyebabkan tanaman mati karena adanya tekanan osmosis sel.
Pada 2 bst nilai pH H2O tertinggi diperoleh pada perlakuan kombinasi 500 kg
ha-1 Fosfogipsum dengan 1500 kg ha-1 kapur pertanian dan substitsi urea dengan ZA
100 kg ha-1 + 2000 kg ha-1 kapur pertanian dengan nilai pH berturut-turut adalah 6,4
dan 6,5. Namun nilai tersebut tidak memiliki perbedaan dengan perlakuan 0+NPK
(kontrol dengan NPK). Sedangkan pH KCl menunjukkan nilai tertinggi pada
pemberian ZA+2000 kg ha-1 kapur pertanian, namun tidak berpengaruh nyata dengan
perlakuan 500 kg ha-1Fosfogipsum. Pada 4 bst nilai tertinggi pH H2O dan KCl
diperoleh pada perlakuan 250 kg ha-1Fosfogipsum + 1000 kg ha-1 kapur, namun tidak
berpengaruh nyata dengan pemberian 1000 kg ha-1Fosfogipsum, dan pH KCl juga
tidak dipengaruhi secara nyata olehdosis 250 kg ha-1Fosfogipsum. Pada6
bstpemberian dosis kapur sebesar 1500 kg ha-1 memberikan peningkatan pH
dibandingkan dengan perlakuan dengan gipsum maupun tanah kontrol dengan NPK
(0+NPK), dan tidak berpengaruh nyata terhadap kontrol tanah asli (0-NPK)
meskipun memiliki nilai yang lebih tinggi. Namun peningkatan tersebut mampu
memberikan nilai pH tanah diatas 6,0 sehingga unsur-unsur hara menjadi lebih
tersedia bagi tanaman.
Aplikasi kapur dan Fosfogipsum sangat dipengaruhi oleh cara, waktu dan jenis
pupuk yang digunakan. Pemupukan pada lapisan permukaan membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk dapat meningkatkan pH tanah. Aplikasi pada saat musim
kemarau menyebabkan Fosfogipsum atau kapur mudah mengalami flokulasi
sehingga tidak terlarut.Perubahan kemasaman tanah selama masa vegetatif tanaman
tebu menunjukkan adanya perubahan reaksi tanah. Perubahan sifat kimia tanah
Volume 16 (No.1) April 2016
Magrobis Journal 6

dengan adanya pengapuran (0-20 t ha-1) juga diungkapkan oleh Moore, et al (2008)
yang menunjukkan adanya peningkatan pH, CEC, dan KB tetapi menurunkan
kandungan K, Na dan kemasaman.
Pemberian kapur dan Fosfogipsum secara bersamaan (250 kg ha-1Fosfogipsum
dan 1000 kg ha-1 kapur) mampu meningkatkan pH H2O dan KCl secara signifikan
dibandingkan dengan kontrol. Pemberian 250, dan 1000 kg ha-1 Fosfogipsum juga
memberikan perbaikan terhadap pH tanah meskipun tidak berpengaruh nyata secara
statistika. Peningkatan pH tanah disebabkan karena efek pengapuran mandiri (self-
liming effect) dari Fosfogipsum yang melepaskan OH- melalui mekanisme
pertukaran ligan antara SO42- dan OH- (Alva dan Sumner,1990). Kandungan kalsium
hidroksida (CaO) atau yang sering disebut dengan kapur bakar (quicklime) pada
Fosfogipsum memiliki kemampuan yang cepat untuk mentralkan pH tanah secara
cepat. Berdasarkan laporan tahunan PT. Petrokimia Gresik (2012) kandungan CaO
pada Fosfogipsum minimal adalah 30%, dan SO3 sebesar 42%.

Aluminium tertukar
Potensial distribusi aluminium pada tanah masamyaitu dalam bentuk senyawa
Al anorganik, kompleks Al yang tidak larut, Al yang terdapat pada tapak pertukaran,
bahan organik, klei dan hidro oksida, dan Al yang secara khusus diabsobsi
hidrooksida dan tepi partikel klei (Robson,1989). Selain bereaksi dengan Ca,
alumininum juga bereaksi dengan bahan organik taanah.
Dosis kapur dan Fosfogipsum yang diberikan pada bulan pertama tidak
menunjukkan adanya pengaruh terhadap Al-dd pada umur 2 bst. Sedangkan pada 4
bst pemupukan kapur dan Fosfogipsummemberikan pengaruh nyata terhadap Al-dd
tanah, tetapi tingkat pemupukan yang dilakukan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap Al-dd Ultisol. Pertukaran aluminium terendah sebesar 0,16 dan 0,14 me 100
g-1 berturut-turut diperoleh dengan dengan penambahan Fosfogipsum 250 kg ha-1 dan
kombinasi Fosfogipsum 250 kg ha-1 + kapur 1000 kg ha-1.
Aktivitas Al pada tanah berkurang dengan adanya peningkatan pH dan
kandungan Ca2+ pada Ultisol. Pemberian kapur setara 1x Al-dd dapat menurunkan
pertukaran Al dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman (Wahjudin,
2006). Mekanisme pertukaran ligan antara Al3+ dengan SO42- menyebabkan
keduanya terjerap dan tidak tersedia bagi tanaman. Kandungan sulfur tersedia tanah
pada fase vegetatif menunjukkan adanya kecukupan.
Pemberian kapur dan Fosfogipsum memberikan pengaruh yang nyata terhadap
penurunan Al-dd tanah pada umur 4 bulan setelah tanam. Bedasarkan uji statistik
perlakuan 250 kg ha-1Fosfogipsum dan kombinasi antara 250 kg ha-1Fosfogipsum
dan 1000 kg ha-1 kapur pertanian yang berturut-turut memberikan nilai Al-dd
terendah sebesar 0,16 me 100 g-1 dan 0,14 me 100 g-1. Berdasarkan hasil penelitian
Hartatik et al. (1993) menunjukkan bahwa pemberian sumber Ca yang berasal dari
tiga jenis sumber kalsium yaitu kalsit, Fosfogipsum dan dolomit. Jumlah Ca sebesar
1x Al-dd mampu menurunkan kejenuhan aluminium sebesar <20%, kecuali pada
perlakuan Fosfogipsum. Efektifitas Fosfogipsum dalam menurunkan kandungan Al-
dd tanah lebih rendah dibandingkan dengan kapur dan dolomit, sehingga diperlukan
dosis yang lebih besar.
Aluminium tertukar tanah merupakan salah satu acuan dalam penentuan
dosis kapur yang akan digunakan. Kondisi tanah yang memiliki kejenuhan Al yang
tinggi dapat menghambat perkembangan tanaman. Gejala pengaruh toksisitas Al
Volume 16 (No.1) April 2016
Magrobis Journal 7

yang muncul pada tanaman pada umumnya akan dijumpai pada akar. Pergerakan
aluminium di dalam tanah didominasi oleh poses pergerakan secara difusi. Sehingga
kalsium akan berperan dalam pertukaran ion untuk menggantikan aluminium.
Kemampuan akar dalam membongkar Al dalam tanah bergantung pada konsentrasi
larutan Al dalam tanah dan perpindahan ke akar dengan difusi.

Volume 16 (No.1) April 2016


Magrobis Journal 8

Tabel 3. Karakteristik kimia Ultisol umur 2 bulan setelah tanam


pH C N KPK Ca Mg K Al KB P S
Perlakuan C/N
H2O KCl ----- % ----- ----------------- me / 100 g ----------------- % --- ppm ---
0-NPK 5,5bc 4,8b 1,80a 0,15a 12a 5,80a 2,05a 0,79a 0,27a 0,41a 53,98a 129a 25a
0+NPK 5,7abc 4,8b 1,76a 0,17a 10a 7,41a 2,17a 0,90a 0,26a 0,42a 45,62a 136a 23a
NPK+250G 6,0abc 5,1b 1,83a 0,17a 11a 5,75a 3,45a 0,67a 0,33a 0,69a 73,05a 113a 28a
NPK+500G 5,5bc 4,8ab 1,65a 0,14a 12a 5,61a 2,12a 0,70a 0,23a 0,47a 54,48a 128a 23a
NPK+1000G 5,4c 4,9b 1,77a 0,16a 11a 6,64a 2,82a 0,49a 0,30a 0,48a 56,66a 146a 30a
NPK+1000K 6,0abc 5,4ab 1,64a 0,15a 11a 5,26a 3,08a 0,60a 0,26a 0,23a 73,70a 100a 26a
NPK+1500K 6,3ab 5,5ab 1,61a 0,15a 11a 6,65a 3,81a 0,67a 0,32a 0,12a 71,66a 129a 35a
NPK+2000K 5,6abc 5,0b 1,89a 0,16a 12a 6,85a 2,50a 0,65a 0,28a 0,42a 49,75a 162a 24a
NPK+250G+1000K 5,7abc 5,0b 1,80a 0,15a 12a 6,65a 2,78a 0,64a 0,23a 0,34a 55,01a 136a 27a
NPK+500G+1500K 6,4a 5,7ab 1,90a 0,17a 11a 6,53a 4,15a 0,60a 0,43a 0,09a 79,46a 132a 20a
NPK+1000G+1000K 6,1abc 5,4ab 2,22a 0,17a 13a 5,50a 2,77a 0,46a 0,23a 0,19a 65,39a 124a 28a
ZAPK+2000K 6,5a 6,2a 2,23a 0,19a 12a 5,29a 3,42a 0,63a 0,33a 0,23a 81,94a 167a 26a
Rerata 5,9 5,2 1,8 0,2 11,5 6,2 2,48 0,7 0,3 0,3 61,5 133,5 26,2
Ket.:Rerata pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji BNJ taraf kepercayaan 95 % (P<0,05)

Tabel 4. Karakteristik kimia Ultisol umur 3 bulan setelah tanam


Ca-dd Mg-dd K-dd S
Perlakuan
------------- me / 100 g ------------- ppm
0-NPK 1,89 a 0,62 a 0,19 a 30 ab
0+NPK 1,88 a 0,61 a 0,17 a 35 a
NPK+250G 2,12 a 0,69 a 0,15 a 22 bc
NPK+500G 2,30 a 0,69 a 0,12 a 31 ab
NPK+1000G 2,31 a 0,60 a 0,17 a 26 abc
NPK+1000K 2,23 a 0,66 a 0,16 a 25 abc
NPK+1500K 3,25 a 0,58 a 0,22 a 22 bc
NPK+2000K 3,20 a 0,67 a 0,22 a 17 c
NPK+250G+1000K 3,60 a 0,73 a 0,28 a 21 bc
NPK+500G+1500K 3,34 a 0,52 a 0,15 a 17 c
NPK+1000G+1000K 3,25 a 0,63 a 0,25 a 21 bc
ZAPK+2000K 3,54 a 0,63 a 0,24 a 19 c
Rerata 2,74 0,63 0,19 23,82
Ket.: Rerata pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji BNJ taraf kepercayaan 95 % (P<0,05)

Volume 16 ( No. 1) April 2016


Magrobis Journal 9

Tabel 5. Karakteristik kimia Ultisol umur 4 bulan setelah tanam


pH C N KTK Ca Mg K Al KB P S
Perlakuan C/N ----- ppm ----
H 2O KCl ------ % ------ --------------------- me/100 g --------------------- %
-
0-NPK 5,7cdef 4,8cde 1,52ab 0,17a 9a 6,45a 1,77a 0,62bcde 0,17d 0,36cdef 39,96c 134a 12a
0+NPK 5,5def 4,6de 1,63ab 0,14a 11a 7,75a 2,34a 0,69abcd 0,20bcd 0,59abcd 42,51c 106abc 13a
NPK+250G 5,9bc 5,1abc 1,18c 0,13a 9a 5,27a 2,24a 0,75ab 0,14bcd 0,16f 59,58abc 45d 10a
NPK+500G 5,8cd 4,9bcd 1,41bc 0,13a 11a 4,57a 2,63a 0,57bcde 0,21b 0,27def 74,95ab 107abc 11a
NPK+1000G 6,1ab 5,3ab 1,63ab 0,13a 12a 5,48a 3,60a 0,72abc 0,19a 0,21ef 82,44a 121ab 13a
NPK+1000K 5,4f 4,5e 1,67ab 0,13a 12a 6,06a 1,85a 0,52de 0,14cd 0,71abc 42,32c 86abcd 13a
NPK+1500K 5,5def 4,6de 1,74ab 0,14a 12a 6,40a 2,09a 0,56bcde 0,21bcd 0,48abcdef 46,18c 49d 13a
NPK+2000K 5,5ef 4,6de 1,83ab 0,16a 11a 4,83a 2,18a 0,49e 0,18bcd 0,73ab 59,16abc 106abc 13a
NPK+250G+1000K 6,3a 5,5a 1,79a 0,14a 13a 6,46a 2,56a 0,48e 0,28b 0,14f 53,20bc 111abc 12a
NPK+500G+1500K 5,7cdef 4,7cde 1,66a 0,13a 13a 5,84a 2,50a 0,54cde 0,18b 0,56abcde 56,38abc 55cd 12a
NPK+1000G+1000K 5,7cdef 4,7cde 1,73ab 0,13a 13a 6,78a 2,44a 0,86a 0,23bc 0,80a 53,36bc 122ab 14a
ZAPK+2000K 5,7cdef 4,7cde 1,74ab 0,13a 13a 7,83a 2,34a 0,62bcde 0,16bcd 0,39bcdef 40,83c 74bcd 13a
Rerata 5,7 4,8 1,6 0,1 11,7 6,1 2,4 0,6 0,2 0,5 54,2 93,1 12,4
Ket.:Rerata pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji
BNJ taraf kepercayaan 95 % (P<0,05)

Volume 16 ( No. 1) April 2016


Magrobis Journal 10

Tabel 6. Karakteristik kimia Ultisol umur 6 bulan setelah tanam


pH C N KPK Ca Mg K Al KB P S
Perlakuan C/N
H2O KCl ------- % ------- -------------------- me / 100 g --------------------- % ----- ppm -----
0-NPK 5,6b 4,8b 1,95abcde 0,15a 13ab 5,72abc 2,19cd 0,55a 0,15a 0,60a 51,23de 114abc 11a
0+NPK 5,5b 4,8b 1,92abcde 0,16a 12ab 5,92abc 1,73d 0,50a 0,16a 0,93a 41,03e 121abc 12a
NPK+250G 5,4b 4,7b 2,24abcde 0,15a 15ab 5,06abc 1,97d 0,65a 0,17a 0,72a 55,35bcde 122ab 11a
NPK+500G 5,4b 4,6b 2,07ab 0,15a 14a 5,02c 2,44bcd 0,47a 0,13a 0,88a 61,25abcde 95abcd 11a
NPK+1000G 5,5b 4,6b 1,82abcd 0,16a 12ab 5,40bc 3,19abc 0,63a 0,17a 0,87a 75,30abc 121abc 12a
NPK+1000K 5,6b 4,7b 1,67cde 0,15a 11ab 4,46c 1,77d 0,49a 0,13a 0,68a 54,32bcde 93abcd 13a
NPK+1500K 6,2a 5,7a 1,65e 0,15a 11ab 4,48c 1,76d 0,42a 0,11a 0,21a 51,33de 86bcd 12a
NPK+2000K 5,7b 4,8b 1,82abcde 0,16a 12ab 3,95c 2,42bcd 0,58a 0,15a 0,53a 79,60a 85bcd 11a
NPK+250G+1000K 5,5b 4,7b 1,92abcde 0,15a 13ab 4,27c 2,72abcd 0,49a 0,14a 0,78a 77,52ab 85cd 11a
NPK+500G+1500K 5,7b 4,9b 2,23abc 0,16a 14ab 4,49c 2,53bcd 0,60a 0,15a 0,56a 72,84abcd 109abcd 13a
NPK+1000G+1000K 5,5b 4,7b 2,26a 0,16a 14ab 7,86ab 3,40ab 0,51a 0,15a 0,48a 53,49cde 72d 13a
ZAPK+2000K 5,8ab 4,9ab 2,15abc 0,15a 14ab 8,38ab 3,63a 0,57a 0,14a 0,24a 52,05cde 126a 10a
Rerata 5,6 4,8 2,0 0,2 12,8 5,4 2,5 0,5 0,1 0,6 60,4 102,4 11,7
Ket.:Rerata pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji BNJ taraf kepercayaan 95 %
(P<0,05)

Volume 16 (No.1) April 2016


Magrobis Journal 11

Status hara daun tanaman tebu

Tabel 7. Kadar hara jaringan tanaman umur 2 bulan setelah tanam


N P K Ca Mg S
Perlakuan
----------------------------- % -----------------------------
0-NPK 2,27a 0,21c 1,69abc 0,24b 0,13a 0,19d
0+NPK 2,24a 0,21bc 1,64bc 0,23b 0,12a 0,22cd
NPK+250G 2,21a 0,22abc 1,57c 0,22b 0,12a 0,25abc
NPK+500G 2,31a 0,23abc 1,75abc 0,24b 0,14a 0,22bcd
NPK+1000G 2,28a 0,22abc 1,64bc 0,23b 0,14a 0,23abc
NPK+1000K 2,23a 0,21c 1,61c 0,23b 0,13a 0,19d
NPK+1500K 2,37a 0,23abc 1,66abc 0,22b 0,13a 0,30abc
NPK+2000K 2,32a 0,22abc 1,71abc 0,24b 0,14a 0,30ab
NPK+250G+1000K 2,28a 0,22abc 1,69abc 0,23b 0,12a 0,27abc
NPK+500G+1500K 2,29a 0,22ab 1,57c 0,24b 0,13a 0,27abc
NPK+1000G+1000K 2,20a 0,25a 1,84ab 0,29a 0,13a 0,31a
ZAPK+2000K 2,24a 0,25a 1,86a 0,29a 0,14a 0,29ab
Rerata 2,27 0,22 1,69 0,24 0,13 0,25
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata pada taraf kepercayaan 95 % (P<0,05)

Tabel 8. Kadar hara jaringan tanaman umur 4 bulan setelah tanam


N P K Ca Mg S
Perlakuan ----------------------------- % --------------------
---------
0-NPK 1,98a 0,21a 1,42a 0,25a 0,14a 0,20abc
0+NPK 1,99a 0,20a 1,40a 0,24a 0,13a 0,20abc
NPK+250G 1,99a 0,21a 1,45a 0,24a 0,13a 0,22abc
NPK+500G 2,03a 0,22a 1,50a 0,25a 0,13a 0,26ab
NPK+1000G 2,15a 0,22a 1,47a 0,24a 0,14a 0,24ab
NPK+1000K 2,06a 0,22a 1,37a 0,25a 0,13a 0,20bc
NPK+1500K 2,01a 0,21a 1,37a 0,24a 0,12a 0,21ab
NPK+2000K 2,04a 0,21a 1,36a 0,24a 0,14a 0,23ab
NPK+250G+1000K 2,02a 0,21a 1,34a 0,22a 0,12a 0,23ab
NPK+500G+1500K 2,04a 0,22a 1,37a 0,24a 0,12a 0,24ab
NPK+1000G+1000K 2,07a 0,22a 1,51a 0,24a 0,14a 0,27a
ZAPK+2000K 1,97a 0,22a 1,46a 0,23a 0,13a 0,14c
Rerata 2,03 0,21 1,42 0,24 0,13 0,22
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata pada taraf kepercayaan 95 % (P<0,05)

Volume 16 ( No. 1) April 2016


Magrobis Journal 12

Tabel 9. Kadar hara jaringan tanaman umur 6 bulan setelah tanam


N P K Ca Mg S
Perlakuan
----------------------------- % -----------------------------
0-NPK 1,62a 0,19a 1,47a 0,24a 0,13a 0,12de
0+NPK 1,68a 0,19a 1,47a 0,24a 0,13a 0,11de
NPK+250G 1,80a 0,20a 1,49a 0,23a 0,13a 0,11e
NPK+500G 1,73a 0,19a 1,54a 0,23a 0,11a 0,18abc
NPK+1000G 1,73a 0,18a 1,46a 0,22a 0,13a 0,14cd
NPK+1000K 1,71a 0,19a 1,51a 0,24a 0,13a 0,16bc
NPK+1500K 1,63a 0,19a 1,50a 0,22a 0,13a 0,16bc
NPK+2000K 1,68a 0,20a 1,53a 0,21a 0,12a 0,16bc
NPK+250G+1000K 1,67a 0,19a 1,44a 0,22a 0,12a 0,19ab
NPK+500G+1500K 1,67a 0,19a 1,48a 0,21a 0,12a 0,17abc
NPK+1000G+1000K 1,73a 0,20a 1,45a 0,22a 0,12a 0,20a
ZAPK+2000K 1,00a 0,19a 1,45a 0,22a 0,12a 0,15c
Rerata 1,64 0,19 1,48 0,22 0,13 0,15
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata pada taraf kepercayaan 95 % (P<0,05)

Kadar hara Sulfur jaringan tanaman. Sulfur pada jaringan tanaman diperlukan
sebagai Ketersediaan sulfur di dalam tanah merupakan salah satu. Sulfur diserap oleh
tanaman dalam bentuk ion SO42-. Kadar hara S pada daun pada umur 2, 4 dan 6 bulan
setelah tanam secara berurutan ditunjukkan pada Tabel 6, 7 dan 8. Berdasarkan hasil
analisis sidik ragam perlakuan berpengaruh nyata terhadap kadar sulfur pada daun umur
2 dan 6 bulan. Pada umur 2, 4 dan 6 bulan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara
kontrol tanah asli (tanpa NPK) dan kontrol tanah dengan pupuk NPK. Perlakuan
Fosfogipsum secara terpisah pada umur 2 bst tidak memberikan perbedaan yang
signifikan terhadap kontrol, tetapi kapur memberikan perbedaan yang signifikan
terhadap kontrol, kecuali pada perlakuan 1000 kg ha-1. Kombinasi dosis kapur dan
Fosfogipsum memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada kadar hara S daun tebu
terutama umur 2 dan 6 bst. Perlakuan kapur dan Fosfogipsum masing-masing sebesar
1000 kg ha-1 akan memberikan kadar hara S tertinggi pada umur 2,4 dan 6 bst dengan
nilai berturut-turut sebesar 0,31 %, 0,27 % dan 0,20 %.Kandungan sulfur pada umur 2
hingga 6 bulan pada daun menunjukkan hara S pada kondisi yang rendah hingga
sedang. Berdasarkan kriteria Dierolf (2000) kadar Sulfur pada jaringan tanaman tebu
berada dalam kondisi kecukupan dengan nilai 0,2-0,3%. Rendahnya kandungan sulfur
disebabkan karena kelembaban tanah yang tinggi, sehingga S tersedia dalam bentuk S2 .
Kadar hara Kalsium jaringan tanaman. Kalsium merupakan salah satu unsur
hara kunci dalam proses pembawa informasi didalam sel pada tumbuhan dan hewan.
Protein yang mengikat kalsium atau yang disebut dengan kalmodulin ditemukan pada
semua jenis eukariot. Protein tersebut merupakan salah satu mediator utama untuk
pergerakan kalsium. Kalsium bersama dengan kalmodulin telah terlibat dalam
mengendalikan perkembangan pada sel eukariotik, termasuk pada tanaman. Sel
memerlukan kalsium dalam jumlah takaran milimolar untuk perkembangbiakan secara
ekstraseluler (Reddy dan Day, 2002).
Gejala kekahatan kalsium saat pengamatan dilapangan tidak dijumpai pada semua
perlakuan. Hal tersebut juga dapat terlihat dari kandungan hara kalsium pada daun
Volume 16 (No.1) April 2016
Magrobis Journal 13

dalam kondisi kecukupan. Gejala kekahatan unsur kalsium dijumpai pada titik tumbuh
daun muda yang mengering, daun yang melengkung. Penyerapan unsur ion oleh
tanaman dikendalikan oleh membran sel. Ukuran suatu ion menentukan kemudahan
dalam menembus membran. Ion memiliki kemampuan untuk mengikat molekul air
sehingga memiliki ukuran yang berbeda setelah menempelnya molekul air. Ukuran
setelah ion bersama dengan molekul air disebut ukuran terhidrat. Pada kondisi tersebut
ukuran awal suatu ion tidak menentukan besarnya ukuran bersama molekul air, tetapi
lebih disebabkan karena kemampuan untuk mengikat molekul air. Ion yang memiliki
valensi besar akan memiliki kemampuan untuk mengikat molekul air lebih banyak
dibandingkan ion dengan valensi yang lebih kecil (Lakitan, 1993). Unsur hara tersebut
berperan dalam kestabilan dan penguatan dinding sel dan juga berperan dalam
permeabilitas membran. Pengaruh kalsium terhadap permeabilitas membran juga
mempengaruhi pengangkutan unsur hara yang lain (Kingston, 2014). Berdasarkan
analisis sidik ragam (ANOVA) seluruh perlakuan yang diujikan tidak memberikan
pengaruh yang nyata pada kadar hara kalsium pada daun tanaman tebu.
Sifat fisika tanah
Tanah merupakan sistem yang terdiri dari tiga fase (padat, cair dan gas) yang
memiliki ruangan tertentu (Hillel, 2004). Kemampuan tanah berproduksi secara
maksimal tidak hanya dipengaruhi oleh sifat kimia tetapi juga sifat fisik tanah. Salah
satu upaya untuk meningkatkan sifat fisika tanah adalah dengan pemberian kapur dan
Fosfogipsum. Pemberian dosis Fosfogipsum sebesar 0-1000 kg ha-1maupun kapur
sebesar 0-2000 kg ha-1 belum mampu memberikan pengaruh terhadap berat volume
(BV), berat jenis (BJ), porositas, retensi air tanah (pF), dan sebaran pori tanah.
Sedangkan beberapa sifat fisik tanah yang dipengaruhi dengan pemberian kapur dan
fosfogipsum pada penelitian adalah sebagai berikut:

Permeabilitas tanah
Penanambahan amandemen fosfogipsum memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap kecepatan permeabilitas tanah (Pvalue = 0,005). Dosis Fosfogipsum sebesar
500 kg ha-1 mampu meningkatkan permeabilitas tanah menjadi kategori agak
cepat(FAO, BBSDLP) dibandingkan dengan tanpa pemberian Fosfogipsum (kontrol)
yang memiliki permeabilitas agak lambat. Nilai permeabilitas Ultisol dengan
pemupukanFosfogipsum disajikan pada Gambar 1. Permeabilitas maksimum yang
dicapai dengan persamaan y = 2,82 + 0,029x – 0,00003x2 (r2 = 0,83) adalah 10,116cm
jam-1 dengan penambahan amandemen Fosfogipsum sebesar 572 kg ha-1. Sedangkan
pemberian kapur pertanian tidak mampu mempengaruhi permeabilitas ultisol (). Nilai
tertinggi permeabilitas tanah dengan aplikasi kapur dicapai dengan pemberian 1500 kg
ha-1 sebesar 6,21 cm jam-1 (termasuk dalam kategori agak cepat) . Presisi dan akurasi
dosis kapur maupun Fosfogipsum sangat diperlukan untuk menghindari dampak negatif
penambahan bahan. Pemupukan dengan dosis yang berlebih dapat menyebabkan
pembentukan lapisan keras akibat sementasi Ca2+yang berasal dari kapur maupun
Fosfogipsum sehingga sulit ditembus oleh air.

Volume 16 (No.1) April 2016


Magrobis Journal 14

Tabel 10 Permeabilitas ultisol dengan pemupukan Fosfogipsum (cm jam-1)


Blok Rata-
Fosfogipsum Jumlah Kategori*
I II III rata**
agak
0 2,12 2,20 1,52 5,84 1,95 d
lambat
250 10,54 11,36 10,47 32,38 10,79 a agak cepat
500 5,97 10,72 8,97 25,67 8,56 b agak cepat
1000 6,71 1,59 1,12 9,41 3,14 b Sedang
Blok Rata-
Kapur Jumlah Kategori*
I II III rata**
agak
0 2,12 2,20 1,52 0,79 1,95 a
lambat
1000 0,85 3,53 2,47 1,35 2,28 a Sedang
1500 2,15 2,41 14,05 3,56 6,21 a agak cepat
2000 6,59 0,93 1,82 1,35 3,11 a Sedang
Ket.: * pengharkatan didasarkan pada kriteria Uhland - O’neil (LPT, 1979) dan FAO
** angka-angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMR dengan taraf kepercayaan
95% (α=0,05).

Gambar 1. Permeabilitas tanah dengan pemupukan Fosfogipsum

Stabilitas agregat
Agregat tanah dapat terbentuk karena adanya penyatuan antara partikel-partikel
tanah pada unit struktural. Kemantapan agregat tanah dapat didefinisikan sebagai
kemampuan tanah dalam menahan gaya-gaya merusak yang berasal dari luar (Rachman
dan Adimiharja,2006).Perubahan aggregat tanah lebih sering dihubungkan dengan
respon terhadap pengelolaan, pengaruh adanya curah hujan dan pemberian bahan
organik. Residu bahan organik pada tebu berasal dari seresah pada musim tanam
sebelumnya.Kemampuan penetrasi perakaran tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh
stabilitas agregat tetapi oleh ukuran agregat. Misra (1989) mengemukakan bahwa

Volume 16 (No.1) April 2016


Magrobis Journal 15

kemampuan penetrasi tanah semakin berkurang dengan meningkatnya ukuran agregat


tanah.

Tabel 11. Stabilitas agregat ultisol 4 bulan setelah tanam (%)


Blok
Fosfogipsum Jumlah Rata-rata
I II III
0 44,00 44,44 53,85 142,29 47,43 b
250 47,83 48,00 52,00 147,83 49,28 b
500 52,00 66,67 72,41 191,08 63,69 ab
1000 77,00 83,33 70,00 230,33 76,78 a
Blok
Kapur Jumlah Rata-rata
I II III
0 44,00 44,44 53,85 142,29 47,43 b
1000 54,17 64,29 87,50 205,95 68,65 a
1500 60,87 60,00 54,17 175,04 58,35 ab
2000 57,14 51,85 54,50 163,49 54,50 ab
Ket.: angka-angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada uji DMR dengan taraf kepercayaan 95% (α=0,05)

Stabilitas agregat tanah merupakan salah satu sifat fisika tanah yang sangat
dinamis dan bergantung terhadap kondisi lingkungan terutama kandungan air.
Pengamatan terhadap stabilitas agregat tanah menunjukkan bahwa pemberian dosis
Fosfogipsum hingga 1000 kg ha-1 masih mampu memberikan nilai stabilitas agregat
hingga 76,78%. Sedangkan kapur pertanian memberikan kestabilan agregat maksimum
pada 66,07% pada dosis 1093 kg ha-1 dan kemudian semakin menurun tingkat stabilitas
agregat dengan penambahan dosis kapur. Tingkat kestabilan agregat tanah mengalami
penambahan dengan peningkatan sumber Ca2+ yang berasal dari Fosfogipsum. Hal
tersebut disebabkan karena kemampuan Ca2+ dalam mengikat mineral lempung dan
partikel-partikel tanah yang lain. Nilai kemantapan agregat tanah dengan pmupukan
kapur dan Fosfogipsum disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Stabilitas aggregat tanah dengan pemupukan (A) Fosfogipsum (B) kapur
pertanian
Volume 16 (No.1) April 2016
Magrobis Journal 16

Pemecahan agregat pada umumnya terjadi pada tanah-tanah dengan pengolahan


yang intensif dan daerah curah hujan yang tinggi.Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa stabilitas aggregat tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, aktivitas
mikroorganisme di dalam tanah, pergerakan dan eksudat akar tanaman.Fosfogipsum dan
Kapur mempengaruhi kestabilan agregat tanah terutama agregat mikro tanah (<250µm).
Kombinasi kapur dan Fosfogipsum menurut Zalvano (2001) memiliki pengaruh dalam
mengurangi dispersi padatanah yang kaya Na, meningkatkan konduktivitas,
ketersediaan air, kelembabab tanah, dan ketahanan penetrasi. Pembentukan agregasi
tanah berhubungan dengan peningkatan aktivitas biota dengan peningkatan pH tanah.
Biota tanah dapat mensekresikan bahan-bahan sebagai agensia perekat antar partikel
tanah.
Selain stabilisasi secara biologis, kestabilan agregat juga dapat terjadi secara
kimiawi. Stabilitas agregat tanah yang didominasi oleh mineral kaolinitik pada
umumnya akan meningkat dengan penambahan kandungan Si tanah. Silikon memiliki
afinitas elektron yang tinggi dengan oksida besi dan menyebabkan mekanisme
pengikatan terhadap oksida – oksida besi. Struktur siloksane yang mengalami perusakan
pada tepi menghasilkan silikon oksida yang kemudian menjerap oksida maupun
oksihidroksida yang terdapat pada permukaan mineral lempung (Henin, 1990)

Parameter agronomis
Pertumbuhan merupakan suatu proses dalam kehidupan tanaman yang
mengakibatkan perubahan ukuran tanaman, pertambahan besar dan pertambahan ukuran
tubuh tanaman. Pertambahan ukuran jaringan tanaman disebabkan karena adanya
pertambahan ukuran bagian-bagian (organ-organ) tanaman. Pertambahan jaringan sel
membutuhkan jumlah substrat dalam jumlah yang cukup untuk disintesis. Pertumbuhan
sebagai fungsi dari proses pengolahan masukan substrat hingga hasil akhir produk
merupakan salah satu konsep hubungan yang linear.

Gambar 4. Tinggi tebu umur 1- 4 bst Gambar 5. Jumlah ruas tebu umur 1- 4 bst

Volume 16 (No.1) April 2016


Magrobis Journal 17

Gambar 6. Jumlah daun tebu umur 1- 4


Gambar 7. Populasi tebu umur 1- 4 bst
bst

Pertumbuhan tanaman selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi


oleh berbagai faktor edafik. Kedua faktor tersebut sangat menentukan dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan
tanaman selama umur 1-4 bst menunjukkan bahwa pertambahan jumlah tanaman tebu
diikuti dengan adanya penambahan jumlah ruas. Secara normal penambahan jumlah
tanaman tebu berkisar antara 2-3 ruas perbulan. Panjang ruas tanaman tebu pada umur 4
bulan rata-rata adalah 10 cm.
Penambahan jumlah populasi tertinggi terjadi setelah umur 2 bst dan kemudian
mengalami penurunan yang tajam terkecuali pada beberapa perlakuan. Kemampuan
berkembang biak dapat diketahui dengan munculnya anakan yang kemudian akan
menjadi individu baru. Penambahan jumlah populasi menyebabkan persaingan untuk
mendapatkan hara menjadi semakin besar sehingga tanaman yang tidak mendapatkan
unsur hara dalam jumlah yang mencukupi akan mati.
Pengaruh jarak antar tanaman tebu terhadap pertumbuhan dan hasil melalui
propagasi mikro telah dibahas oleh Raghu et al.(2005). Jarak tanaman tebu 90 x 60 cm
meningkatkan panjang batang, panjang ruas dan hasil tanaman tebu. Kerapatan jarak
tanam antar tanaman tebu mempengaruhi besarnya cahaya yang dapat masuk dan
perolehan unsur hara dan air. Pertumbuhan tanaman tebu juga sering dikaitkan dengan
pemupukan Nitrogen, Zhao (2014) menunjukkan bahwa berbagai dosis N yang
diberikan mempengaruhi luas area daun, fotosintesis relatif daun dan biomassa tanaman.
Pertumbuhan tanaman pada masa vegetatif sangat penting untuk menuju pada tahap
pematangan dan menentukan hasil panen tanaman tebu.

Volume 16 (No.1) April 2016


Magrobis Journal 18

Tabel 12. Biomassa tanaman umur 6 bulan setelah tanam

Biomassa Tanaman Panen


----------------------------- Pengamatan ----------------------------- ------ Non Pengamatan ------
Perlakuan
Brix
TB (cm) JR PR (cm) Ø (cm) BS (g) BK (g) Btg (g) NonBB (kg) NonBK (kg) NonBtg (kg)
(%)
0-NPK 185,09 ab 18 a 11,45 a 2,24 ab 227,95 a 54,20 ab 789,47 b 4,38 a 2,82 a 22,27 a 18,0 ab
0+NPK 192,47 ab 19 a 10,56 a 2,21 ab 286,21 a 57,16 b 858,13 ab 4,85 a 2,43 a 24,58 a 17,7 ab
NPK+250G 203,31 ab 19 a 11,88 a 2,23 ab 229,94 a 55,24 b 893,42 ab 5,05 a 2,78 a 28,17 a 18,2 ab
NPK+500G 209,79 ab 20 a 11,54 a 2,29 ab 275,91 a 59,34 b 954,73 ab 4,55 a 2,00 a 25,83 a 16,9 b
NPK+1000G 209,63 ab 19 a 12,00 a 2,35 ab 270,99 a 70,86 ab 1003,36 ab 5,18 a 2,68 a 26,10 a 17,4 ab
NPK+1000K 203,44 ab 19 a 11,14 a 2,22 ab 259,50 a 69,45 ab 927,22 ab 5,05 a 3,08 a 30,72 a 18,2 ab
NPK+1500K 203,19 ab 18 a 11,85 a 2,28 ab 232,86 a 64,88 ab 821,69 ab 5,80 a 3,27 a 32,30 a 18,1 ab
NPK+2000K 200,48 ab 19 a 11,65 a 2,32 ab 268,34 a 69,76 ab 949,69 ab 4,48 a 2,32 a 26,55 a 17,8 ab
NPK+250G+1000K 190,67 ab 18 a 11,28 a 2,20 b 266,37 a 66,51 ab 969,70 ab 5,00 a 2,73 a 27,42 a 18,9 a
NPK+500G+1500K 198,90 ab 19 a 12,07 a 2,28 ab 263,00 a 79,79 a 1158,86 a 4,60 a 2,73 a 29,03 a 17,4 b
NPK+1000G+1000K 222,86 a 20 a 12,02 a 2,41 a 271,83 a 67,59 ab 862,79 ab 5,25 a 2,68 a 29,98 a 18,0 ab
ZAPK+2000K 179,07 b 18 a 10,99 a 2,16 b 238,39 a 62,31 b 733,81 b 4,80 a 2,48 a 27,40 a 17,7 ab
Rerata 19,9 18,8 11,5 2,3 257,6 64,8 910,2 4,9 2,7 27,5 17,9
Ket.: angka-angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji lanjut dengan taraf kepercayaan 95% (α=0,05).
TB = tinggi batang, JR = jumlah ruas, PR = panjang ruas, Ø = diameter batang, BB = brangkasan basah, BK = brangkasan kering, Btg = berat basah batang,
Non Pengamatan = pada baris tanaman yang dikorbankan tetapi tidak diamati pertumbuhannya.

Volume 16 ( No. 1) April 2016


Magrobis Journal 19

Biomassa tanaman diambil pada akhir masa vegetatif tanaman tebu (6 bulan
setelah tanam) untuk memperkirakan secara dini hasil produksi tebu. Pengukuran
biomassa pada umumnya didasarkan pada hasil akhir produk yang akan digunakan.
Bagian tebu yang dipanen adalah batangnya dan kemudian diambil niranya untuk
diproses menjadi gula. Pengambilan contoh biomassa tanaman pada umur 6 bst
ditujukan untuk memprediksi hasil panen yang akan diperoleh pada akhir masa
tanam.
Pemberian kapur dan Fosfogipsum secara bersamaan memberikan pengaruh
yang nyata terhadap tinggi batang, diameter, brangkasan kering, berat batang, dan
brix (kadungan nira) pada tanaman tebu yang diamati pada umur 6 bst. Rata-rata
tinggi batang dan diameter terbesar diperoleh pada kombinasi perlakuan kapur dan
Fosfogipsum masing-masing 1000 kg ha-1 dengan nilai berturut-turut adalah 222,86
cm dan 2,41 cm. Berdasarkan penelitian Nasution et.al (2013) pemberian dosis
pupuk anorganik NPK 400 kg ha-1 dan 800 kg ha-1 ZA, NPK 600 kg ha-1 dan ZA
sebesar 1000 kg ha-1 mampu meningkatkan diameter tanaman tebu pada umur 71
hari setelah tanam.Sedangkan brangkasan kering tertinggi sebesar 79,79 g, berat
batang basah tanaman tebu tertinggi sebesar 1158,85 g (1,16 kg).
Kandungan nira tanaman tebu juga menunjukkan nilai yang tinggi dengan
rentangan nilai antara 17-18%. Nilai brix tertinggi sebesar 18,9% diperoleh pada
kombinasi perlakuan 250 kg ha-1Fosfogipsum dengan 1000 kg ha-1 kapur. Preisser
(1991) mengemukakan bahwa akumulasi glukosa dan fruktosa pada tanaman tebu
terjadi di vakuola pada awal-awal masa pertumbuhan (fase perkecambahan) dan
kemudian terjadi pemerataan antara jumlah glukosa dan fruktosa pada vakuola dan
sitosol. Sedangkan sukrosa tidak terakumulasi pada setiap fase dari siklus
pertumbuhan. Pada batang non pengamatan perlakuan tidak menunjukkan adanya
pengaruh yang nyata terhadap biomassa tanaman tebu. Penggunaan dosis S sebesar
175 kg S ha-1 yang berasal dari Fosfogipsum pada tanaman tebu meningkatkan
pertumbuhan dan hasil produksi tebu maupun gula telah dilaporkan oleh Jayaram et
al., 2010.

KESIMPULAN

Pemupukan fosfogipsum (PG) dan kapur pertanian secara konsisten mampu


memperbaiki sifat kimia Ultisol pada 2,4, dan 6 bulan setelah tanam, terutama pH,
namun belum mampu meningkatkan kandungan Ca dan S dalam tanah secara
signifikan. Kadar hara S daun pada kondisi kecukupan pada umur 2,4 bulan, tetapi
pada umur 6 bulan mengalami penurunan pada takaran PG 500 kg ha-1. Pemberian
kapur dan foPG dengan dosis 500 kg ha-1 - 1500 kg ha-1 juga telah mampu
meningkatkan pertumbuhan, produksi biomassa tanaman tebu.
Pemberian dosis kapur dan PG belum mampu meningkatkan berat jenis, berat
volume, potositas total, retensi air tanah dan pori penyimpan lengas, tetapi aplikasi
PG sebesar 400-600 kg ha-1 mampu meningkatkan permeabilitas tanah pada kategori
agak cepat (10,116 cm jam-1), tingkat kestabilan agregat < 2mm (water stable
aggregate) masih mengalami peningkatan hingga dosis PG sebesar 1000 kg ha-1,
sedangkan dosis kapur kapur sebesar 1093 kg ha-1 mampu memberikan tingkat
kestabilan maksimum sebesar 66,07 %.

Volume 16 ( No. 1) April 2016


Magrobis Journal 20

Ucapan Terimakasih

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada PT Gunung Madu Plantation,


PT. Petrokimia Gresik, Pusat Studi Sumber Daya Lahan (PSSL) UGM, dan juga
kepada Direktorat Ristek dan Pendidikan Tinggi (RISTEKDIKTI).

DAFTAR PUSTAKA

Amezketa, E. 1999. Soil aggregate stability:A review. Journal of Sust. Agric. 14:83-
151.

Dierolf, T. Fairhust, T.H. dan Mutert, E.W. 2000. Soil fertility kit:A toolkit for acid
upland soil fertility management in Southeast Asia. Potash & Phosphate
Institute - East and South East Asia Programs. Singapore.

Hakim, M. 2010. Potensi Sumber Daya Lahan untuk Tanaman Tebu di Indonesia.
Jurnal Agrikultura. 21 (1):5-12.

Hartatik, W. Rochyani, S. dan Adiningsih, J.S. 1993. Pembandingan efektivitas


sumber kapur dan Fosfogipsum. Pusat penelitian tanah dan Agroklimat.
Bogor.

Henin, S. 1990. Dalam: Soil colloids and their associations in aggregates. De Boodt
M. F., Hayes M.H., Herbillon, A. (Ed). Springer – Plenum Press. New York.

Jayaram, S., Thanunathan, K., Jeyabal, A., & Thiruppathi, M. 2010. Influence of
sulphur on sugarcane yield, economics and post harvest soil sulphur status
under sandy loam soil condition. Plant Archives, 10(2), 773-775.

Kemper, W.D. dan Rosenau, R.C. 1986. Method of Soil Analysis, Part I. Physical
and Mineralogical Mehods-Agronomy Monograph no 9 (2nd Edition).
American Society of Agronomy-Soil Science Society of America. South
Segoer Road, Madison, USA.

Kingston, G. 2014. Mineral nutrition of sugarcane, Dalam: Moore, P.H. dan Botah,
F.C (ed). Sugarcane: Physiology, biochemisty & functional biology. John
Wiley & Sons. New Delhi, India.

Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Misra, R.K. 1989. Penetration of soil aggregates of finite size III wetting-drying and
aggregate confinement effects of the penetrometer pressure. Soil & Tillage
Res. 13:23-33.

Volume 16 (No.1) April 2016


Magrobis Journal 21

Montgomery, D.C. 2013. Design and analysis of experiments eight edition. John
Wiley & Sons, Inc. Denver. Colorado. USA.

Moore, J.D., Duchesne, L. And Ouimet, R. 2008. Soil properties and maple-beech
regeneration a decade after liming in nothern hardwood stand. For. Eco. and
Mang. 255:3460:3468.

Preisser, J., & Komor, E. 1991. Sucrose uptake into vacuoles of sugarcane
suspension cells. Planta, 186(1), 109-114.

Rachman, A., dan Adimihardja, A. 2006. Penetapan kemantapan agregat tanah.


Dalam:Sifat Fisik tanah dan Metode Analisisnya. Kurnia, U. Agus,F.
Adimihardja, A. Dairiah, A (Ed). Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian.

Raghu, S., Jayaram, S., Ramkumar, S., Prabakaran, P., dan Vekatesalu, V. 2006.
Influence on growth and yield of sugarcane raised through in vitro
micropropagation. Sugar Tech. 8(1): 82-84.

Reddy, A. S., Ali, G. S., Celesnik, H., & Day, I. S. 2011. Coping with stresses: roles
of calcium-and calcium/calmodulin-regulated gene expression. The Plant Cell
Online, 23(6), 2010-2032.

Robson, A.D. 1989. Soil Acidity and Plant Growth. Academic Press, Harcourt Brace
Jovanovisvh, Publishers. Sydney.

Soil Survey Division Staff. 1993. Soil survey manual. Soil Conservation Service.
U.S. Department of Agriculture Handbook 18.

Soil Survey Staff. 2014. Soil Survey Field and Laboratory Methods Manual. Soil
Survey Investigations Report No. 51, Version 2.0. R. Burt and Soil Survey
Staff (ed.). U.S.Department of Agriculture, Natural Resources Conservation
Service.

Sugiyanto, C. 2007. Permintaan gula di Indonesia. J. Ekonomi Pembangunan, Vol. 8


(2):113-127

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataan. Penerbit


Kanisius. Yogyakarta.

Wahjudin, U.M. 2006. Pengaruh pemberian kapur dan kompos sisa tanaman
terhadap aluminium dapat ditukar dan produksi tanaman kedelai pada tanah
vertic hapludult dari Gajrug, Banten. Bul. Agron. 34:141-147.

Yadav, R.L. dan Prasad, S.R. Maxiimizing sugarcane yield by increasing plant
population density, minimizing NO3-N leaching and improving soil organic
matter in different crop rotations. J. Agron. & Crop Sci. 178:117-123.

Volume 16 (No.1) April 2016


Magrobis Journal 22

Zalvano, F.P., Murphy, B.W., dan Greene, R.S.B. 2001. The long-term of lime
(CaCO3), Fosfogipsum (CaSO4.2H2O), and tillage on the physical and
chemical properties of a sodic red-brown earth.

Zhao, D., Glaz, B., dan Comstock, J.C. 2014. Physiological and growth response of
sugarcane genotypes to nitrogen rate on a sand soil. J. Agro Crop Sci. 200:
290-301.

Volume 16 (No.1) April 2016

Anda mungkin juga menyukai