Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS RISIKO BENCANA TANAH LONGSOR

DI DESA HARAPAN JAYA KECAMATAN WAY RATAI


KABUPATEN PESAWARAN

(JURNAL)

Oleh

MARYADI BUDI WIYONO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
1

Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor di Desa Harapan Jaya


Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran

Maryadi Budi Wiyono1, Edy Haryono2, Dedy Miswar3


FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof Dr Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
*email : maryadibudii@gmail.com. Telp : +6282186876176

Received: Feb, 27th 2018 Accepted: Feb, 27th 2018 Online Published: Feb, 27th 2018

The study purposed to analyze the risk levels of a landslide disaster in Harapan
Jaya Village with overlay based method. The data gathered using a technique of
observation, documentation and interview. The research result have been showed:
1) The lowest hazard landslides level is 4,45 hectares, medium is 1133,10
hectares, highest is 598,49 hectares. 2) The low vulnerability physic landslide (
0,33) is 597,32 hectares; the high vulnerability physic landslide (> 0,66) is
1134,28 hectares. 3) The high vulnerability social level is (0,77). 4) The capacity
level of landslides have a low (38,63) or 0,32. 5) The level of the landslides
disaster medium risk area is 1165,20 hectares and higher is 548,30 hectares.

Keywords: capacity, landslide, physical vulnerability, risk, social vulnerability

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko bencana tanah longsor
di Desa Harapan Jaya dengan metode overlay. Pengumpulan data menggunakan
teknik observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan: 1)
Tingkat bahaya longsor rendah 4,45 ha, sedang 1133,10 hektar, tertinggi 598,49
ha. 2) Tingkat kerentanan fisik longsor rendah ( 0,33) seluas 597,32 hektar;
tingkat kerentanan fisik tinggi (> 0,66) seluas 1134,28 hektar. 3) Tingkat
kerentanan sosial longsor tinggi (0,77) seluas 1731,60 hektar. 4) Tingkat longsor
rendah bernilai 38,63 atau 0,32. 5) Tingkat risiko bencana longsor sedang seluas
1165,20 hektar,dan tinggi 548,30 hektar.

Kata kunci: kapasitas, kerentanan fisik, kerentanan sosial, risiko, tanah longsor

Keterangan:
1
Mahasisa Pendidikan Geografi
2
Dosen Pembimbing 1
3
Dosen Pembimbing 2
2

PENDAHULUAN

Latar Belakang penduduk berpolakan menyebar pada


Wilayah Indonesia menjadi wilayah lerengnya.
yang rentan terhadap bencana karena
seringkali terjadi pergerakan Berdasarkan hasil wawancara dengan
lempeng yang memicu terjadinya Bapak Bibit Haryanto sekalu
gempa, gerakan tanah, tsunami, dan Sekretaris Desa, ia mengatakan
bencana alam lainnya. Bencana yang bahwa kejadian tanah longsor
sering terjadi selain gempa bumi, sebelumnya pernah terjadi tepatnya
yaitu bencana tanah longsor. di Dusun Sinar Dua Atas. Longsor
terjadi pada musim hujan disebabkan
Bencana tanah longsor adalah suatu karena adanya pemangkasan lereng
peristiwa alam yang terjadi berupa untuk dibangun pemukiman, longsor
pergerakan tanah atau bebatuan tersebut menimpa salah satu rumah
menuruni lereng. Berdasarkan warga yang dekat dengan lereng.
catatan Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi Melihat kondisi fisik desa tersebut,
(PVMBG), kejadian bencana tanah maka perlu adanya kegiatan-kegiatan
longsor selama periode 2003-2005 mitigasi dengan melakukan
telah terjadi 103 bencana tanah pengkajian risiko bencana tanah
longsor di Indonesia yang seluruhnya longsor di Desa Harapan Jaya.
menewaskan 411 jiwa, 149 terluka,
256 rumah hancur, dan 751 hektar Penentuan indeks risiko bencana
tanah pertanian rusak (Sukhyar, dilakukan dengan menggabungkan
2009:7). Data Indeks Risiko Bencana nilai indeks bahaya, kerentanan, dan
Indonesia tahun 2013 menyebutkan kapasitas (Mohd Robi Amri., Gita
bahwa di Kabupaten Pesawaran Yulianti., Ridwan Yunus., Sesa
memiliki indeks risiko tinggi dengan Wiguna., Asfirmanto Adi, W.,
skor 181,6 (BNPB, 2015:13). Ageng Nur Ichwana., Roling Evans
Randongkir., Rizky Tri Septian,
Desa Harapan Jaya yang merupakan 2016:53).
salah satu desa di Kabupaten
Pesawaran sangat berpotensi terjadi Tujuan Penelitian
longsoran, hal ini disebabkan karena Tujuan dari penelitian ini untuk
letaknya yang dekat dengan kawasan mengetahui:
hutan lindung dengan curah hujan 1. Tingkat bahaya bencana tanah
berdasarkan data BMKG Masgar tanah longsor di Desa Harapan
yaitu  200 milimeter per tahun, Jaya.
berada di ketinggian lebih dari 500 2. Tingkat kerentanan fisik bencana
meter di atas permukaan laut dengan tanah longsor di Desa Harapan
jenis tanah berupa tanah gley humus, Jaya.
dan tanah alluvial, topografi berupa 3. Tingkat kerentanan sosial bencana
perbukitan berlereng didominasi tanah longsor di Desa Harapan
lereng terjal dan terdapat Jaya.
perkembangan pemukiman 4. Tingkat kapasitas bencana tanah
longsor di Desa Harapan Jaya.
3

5. Tingkat risiko bencana tanah longsor di Desa Harapan Jaya.


4

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian 3. Citra (SRTM) resolusi 60 meter.


Metode dalam penelitian ini dilakukan 4. Data curah hujan wilayah
dengan metode overlay atau tumpang Kabupaten Pesawaran tahun 2009-
susun antara beberapa peta dan data, 2017;
diantaranya: 5. Peta Tanah Skala 1 : 250.000
1. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) 6. Peta Bentuk Lahan Asal Vulkan;
Bakosurtanal dengan skala 1 : 7. Peta Unit Lahan;
25.000; 8. Peta Bahaya;
2. Data statistik PODES Desa 9. Peta Kerentanan, dan
Harapan Jaya Tahun 2013 dari 10. Peta Kapasitas.
Badan Pusat Statistik;

Prosedur Penelitian Desa Harapan Jaya yang berjumlah 9


Penelitian ini memiliki beberapa (sembilan), terdiri dari Dusun Sinar
prosedur yaitu pengolahan data dengan Dua Bawah, Cengkuang, Sinar
bantuan aplikasi SIG untuk Harapan, Sinar Tiga, Sinar Ogan,
menghasilkan keluaran data akhir Mekar Sari, Sinar Satu, Sinar Dua
berupa peta yang menunjukkan indeks Atas, dan Sinar Puncak.
dan tingkat risiko bencana tanah
longsor di wilayah masing-masing Berdasarkan jumlah populasi yang ada
dusun pada daerah penelitian. maka sampel penelitian berjenis area
sampling. Dari sampel tersebut,
Proses pemetaan dimulai dari metode penentuan sampel dilakukan
persiapan data, cek lapangan, secara sengaja atau dengan teknik
interpretasi data hingga data purposive sampling atas dasar
direpresentasikan menjadi peta risiko pertimbangan yaitu daerah penelitian
bencana longsor. Peta RBI digital adalah daerah yang berpotensi terjadi
skala 1 : 25.000 dibutuhkan untuk data longsor. Sampel penelitian ditentukan
jaringan sungai dan batas administrasi berdasarkan peta unit lahan pada
sekaligus sebagai data dasar untuk gambar 2. Terdapat 8 saampel yang
yang digunakan untuk analisis risiko mewakili keseluruhan unit lahan di
longsor secara spasial. Data dari peta Desa Harapan Jaya yaitu yaitu, sampel
risiko tersebut di analisis dengan I: LA-III-P2-G, sampel II: LA-III-P4-
metode analisis deskriptif sehingga G, sampel III: LT-III-P2-G, sampel
informasi yang diperoleh dapat IV: LT-II-P3-G sampel V: LT-III-P4-
digunakan untuk pengambilan G, sampel VI: LB-II-P2-G, sampel
keputusan dalam melakukan rencana VII: LB-II-P3-G, dan sampel VIII:
upaya kegiatan mitigasi bencana LB-II-P4-G.
longsor di daerah penelitian. Alur
prosedur penelitian ini disajikan pada
gambar 1.
Peta RBI Skala Citra Landsat 7 Citra Peta Tanah Skala 1
1 : 25.000 SRTM : 250.000

Peta Peta Penggunaan Peta Bentuk Peta Peta Tanah


Administrasi Lahan Lahan Kem.Ler Tentatif
Tentatif Tentatif Tentatif Tentatif

Cek Lapangan

Interpretasi

Peta Administrasi
Peta Penggunaan Lahan
Peta Bentuk Lahan
Peta Kemiringan Lereng
Peta Tanah

Overlay

Peta Unit Lahan

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

 Peta Batas  Peta Jumlah Penduduk  Peta Kelerengan


 Peta Batas Administrasi  Peta Kepadatan Penduduk  Peta Penggunaan Lahan
Administrasi
 Data Sarana-Prasarana   Peta Tanah dan Batuan
 Data Hasil Survey Data Rasio Jenis Kelamin



Data Penduduk Miskin
Data Penduduk Cacat
Data Kelompok Rentan
 Peta Curah Hujan
 Peta Zona Kerentanan
Gerakan Tanah
Gambar 2. Peta Unit Lahan Desa
Overlay

PETA KAPASITAS
Overlay

PETA KERENTANAN FISIK


Overlay

PETA KERENTANAN SOSIAL


Overlay

PETA BAHAYA LONGSOR Harapan Jaya.


Overlay

Peta Risiko Bencana Tanah Longsor

Analisis
Teknik Pengumpulan Data dan
Informasi dan Rekomendasi Mitigasi Bencana Bagi Masyarakat dan Pemerintah

Gambar 1. Alur Prosedur Penelitian.


Analisis Data
Adapun teknik observasi digunakan
Populasi dan Sampel
untuk memperoleh data kerentanan
Populasi dalam penelitian ini adalah
fisik. Teknik dokumentasi digunakan
keseluruhan sebaran wilayah dusun di
untuk mengumpulkan data peta
5

kemiringan lereng, peta curah hujan, (0,3 x skor fasilitas umum) + (0,3 x
dan peta tanah, peta geologi, dan peta skor fasilitas kritis).
penggunaan lahan; data kerentanan
sosial. Wawancara digunakan untuk Peta kerentanan sosial berisi data kelas
memperoleh data kapasitas daerah. kepadatan penduduk, rasio jenis
kelamin, rasio penduduk miskin, rasio
Secara umum analisis data dalam penduduk cacat, dan rasio kelompok
penelitian ini terdiri dari analisis umur. Kelompok umur rentan.
overlay dan analisis deskriptif yang Kepadatan penduduk memiliki bobot
bertujuan untuk mendeskripsikan 60 % lebih besar dari pada parameter
sebaran tingkat risiko bencana di yang lainnya karena daerah yang
daerah penelitian. Semua data disusun memiliki penduduk yang padat
dalam bentuk layer yang di analisis memiliki potensi terpapar bencana
dengan bantuan aplikasi Sistem lebih tinggi. Perhitungan bobot
Infoemasi Geografis (SIG). Data yang dilakukan dengan rumus:
di analisis dengan teknik overlay
sehingga diperoleh 0,6 untuk
terdiri dari peta bahaya, peta
kepadatan penduduk, 0,1 untuk rasio
kerentanan fisik, peta kerentanan
jenis kelamin, 0,1 untuk rasio
sosial, dan peta kapasitas.
penduduk miskin, 0,1 untuk rasio
penduduk cacat, dan 0,1 untuk rasio
Bahaya bencana tanah longsor diukur
kelompok umur. Skor kerentanan
menjadi tiga kelas,bahaya tingkat
sosial dihitung dengan rumus:
rendah, bahaya tingkat sedang, dan
bahaya tingkat tinggi dengan .
menggunakan perhitungan skala
interval kelas bahaya sebagai berikut. Teknik analisis overlay digunakan
= ( ) ( )= 3,6 pada peta kapasitas bencana longsor di
daerah penelitian dengan
(dibulatkan menjadi 4).
menampalkan data survei
kesiapsiagaan masyarakat dan peta
Peta kerentanan fisik berisi data nilai
administrasi. Perhitungan nilai
rupiah ganti rugi jumlah rumah,
kapasitas dilakukan dengan cara:
jumlah fasilitas umum, dan jumlah
fasilitas kritis. kelas kerentanan fisik
daerah penelitian digolongkan (Arif Suryawan, 2014:20).
berdasarkan biaya ganti rugi aset
bangunan. Bobot rumah sebesar 40% Teknik analisis overlay dilakukan
atau 0,4 karena rumah merupakan untuk menghasilkan peta risiko
bangunan yang paling rentan terhadap bencana longsor melalui penampalan
bahaya gerakan tanah. Bobot fasilitas peta bahaya, peta kerentanan fisik,
umum dan fasilitas kritis sebesar 30% kerentanan sosial, dan kapasitas. Peta
atau 0,3. Perhitungan bobot dilakukan risiko bencana longsor terdiri dari tiga
dengan rumus: . Skor kelas yang dihitung dengan rumus:
√ .
kerentanan fisik dihitung dengan
Hasil akhir dari peta risiko yaitu 0,67-
rumus: Perhitungan 1,00 (risiko tinggi), 0,34-0,66 (risiko
akhir kelas kerentanan fisik dilakukan sedang) dan  0,33 (risiko rendah).
dengan rumus: (0,4) x skor rumah) +

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Fisik Daerah Penelitian 509000-516000mT dan 9383000-


Daerah penelitian adalah Desa 9389000mU dengan luas wilayah
Harapan Jaya yang merupakan salah 1731,60 ha dengan lahan produktif
satu desa dari sembilan (9) desa di atau yang diolah 859 ha.
Kecamatan Way Ratai. Jarak desa
dengan ibukota kecamatan sekitar 10 Secara administratif sebaran spasial
kilometer. Secara astronomis Desa Desa Harapan Jaya dengan wilayah
Harapan Jaya terletak pada koordinat lain, adalah:
Unit Transverse Marcator (UTM) a. Sebelah utara berbatasan dengan
6

b. Hutan Register 19 Wan Grafik Curah Hujan Kecapi Padang


Abdulrahman. Cermin (mm)
c. Sebelah Timur berbatasan dengan
Desa Padang Cermin Kecamatan
Padang Cemin.
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan
Desa Way Urang, Desa Hanau
Berak Kecamatan Padang Cermin. Sumber: Data Curah Hujan Bulanan
e. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecapi Padang Cermin (mm).
Desa Paya Kecamatan Padang
Cermin dan Desa Pesawaran Indah Berdasarkan tabel dan grafik di atas,
Kecamatan Way Ratai. menunjukkan pada bulan November
hingga Februari grafik rata-rata curah
hujan bergerak naik mulai dari 600
milimeter sampai 1700 milimeter yang
terjadi karena pengaruh pergantian
musim. Subarjo (2006:116)
menyatakan, bulan November sampai
dengan April merupakan musim
penghujan dan bulan Juni sampai
September adalah musim kemarau.
Dengan demikian potensi terjadi
longsor lebih tinggi pada bulantersebut
Gambar 3. Peta Administrasi Desa
karena intensitas curah hujan yang
Harapan jaya.
tinggi. data curah hujan juga dapat
dilihat pada gambar 4.
Kependudukan
Desa Harapan Jaya Kecamatan Way
Ratai pada Tahun 2017 memiliki
jumlah penduduk 2.213 jiwa yang
tersebar di 9 Dusun dengan jumlah
perbandingan sex ratio sebesar 110,9
dimana jumlah laki-laki 1.164 jiwa dan
perempuan 1.049 jiwa.

Analisis Bahaya Bencana Tanah


Longsor
Penentuan risiko bencana tanah Gambar 4. Peta Curah Hujan Desa
longsor di daerah penelitian dapat Harapan Jaya Tahun 2017.
diketahuidengan menganalisis
beberapa parameter fisik curah hujan Dari gambar di atas, gambar tersebut
bulanan, kelerengan, penggunaan adalah hasil interpolasi dari data pada
lahan, dan kondisi geologi untuk dapat tabel 1 didukung dengan data pada
menggambarkan sebaran wilayah stasiun lainnya. Hasil interpolasi
berbahaya longsor. Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa semua dusun
data survei yang diperoleh dari BMKG memiliki rata-rata curah hujan sama,
Masgar, rata-rata curah hujan bulanan ini terjadi karena letak geografis yang
di Desa Harapan Jaya disajikan pada, berada di daerah tropis dengan iklim
tabel 1 dan grafik berikut. yang sama.

Tabel 1. Curah Hujan Bulanan Kecapi


Padang Cermin (mm).

Sumber: Data Curah Hujan BMKG


Masgar Tahun 2009-2017.
Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng Desa
Harapan Jaya Tahun 2017.
7

Kemiringan lereng di Desa Harapan 933 hektar terdiri dari perkebunan


Jaya dominan curam (25-45%) rakyat dan perkebunan swasta dengan
sehingga dengan kemiringan lereng jenis vegetasi secara keseluruhan
yang semakin curam menyebabkan berupa pohon kopi cokelat, pohon
wilayah tersebut lebih berpotensi kelapa, pohon pisang, dan pohon pala.
untuk terjadi longsor. Pada lereng- Pengaruh daripada pemukiman
lereng pegunungan maka sering terjadi tersebut terntunya dapat menjadi beban
gerak yang perlahan-lahan menuju ke terhadap lereng sehingga bila hujan
arah lembah (Katili, 1963:161). Dari deras terjadi material pada lereng
peta kelerengan pada gambar 5, menjadi mudah bergerak.
menunjukkan sangat curam (> 45%)
seluas 7,85 km2, curam (25-45%)
seluas 7,91 km2, agak curam (15-25%)
seluas 0,135 km2.
.

Gambar 7. Peta Jenis Tanah Desa Harapan


Jaya Tahun 2017.

Jenis tanah di daerah penelitian yang


Gambar 6. Peta Penggunaan Lahan Desa tersaji pada gambar 7, terdiri dari
Harapan Jaya Tahun 2017. tanah Gleisol dan Alluvial. Jenis tanah
ini cenderung tidak peka sehingga
Penggunaan lahan yang tersaji pada mampu mengurangi tingkat bahaya
gambar 6, menunjukkan di daerah longsor.Dari hasil overlay empat
penelitian lebih banyak dimanfaatkan parameter di atas menghasilkan peta
sebagai kawasan permukiman, bahaya bencana tanah longsor pada
perkebunan, dan pertanian dengan luas gambar 8.

Gambar 8. Peta Bahaya Longsor Desa Harapan Jaya Tahun 2017.

Dari gambar 8, dapat dijelaskan bahwa 215,67 ha, dan 179,92 ha masing-
tingkat bahaya longsor rendah seluas masing di Dusun Sinar Harapan, Sinar
4,45 km2 di Dusun Sinar Harapan, Tiga, dan Sinar Ogan, Tingkat bahaya
bahaya sedang seluas 273,90 ha, tinggi seluas 321,89 ha di Dusun
8

Mekar Sari, Cengkuang, dan Sinar sedang, jumlah rumah yang terdampak
Dua Atas.Tingginya tingkat bahaya dikalikan Rp. 10.000.000,00. Pada
tersebut terjadi karena karakteristik kelas bahaya tinggi, jumlah rumah
topografinya yang berlerengsangat yang terdampak dikalikan Rp.
curam, didukung penggunaan lahan 15.000.000,00.Total seluruh fasilitas
yang dominan perkebunan dan umum berjumlah 55 bangunan, di
pemukiman., menunjukkan bahwa mana kesemuanya termasuk bangunan
sebaran daerah dengan tingkat bahaya yang ada di daerah berbahaya longsor
longsor tinggi terletak dibagian lereng di Desa Harapan Jaya. Nilai
atas yang lebih dekat dengan puncak kerentanan fisik di Desa Harapan Jaya
perbukitan, daerah tersebut memiliki dapat dilihat pada tabel 2, dan untuk
ciri wilayah yang sangat curam. sebaran spasial tersaji pada gambar 9.

Analisis Kerentanan Fisik Bencana Tabel 2. Nilai Kerentanan Fisik Desa


Tanah Longsor Harapan Jaya.
Kerentanan fisik dapat diketahui
dengan menghitung jumlah rumah,
jumlah fasilitas umum, dan jumlah
fasilitas kritisdengan ganti rugi sesuai
pada kelas bahaya yang ada. Pada
kelas bahaya rendah, jumlah rumah
yang terdampak dikalikan Rp.
Sumber: Hasil Perhitungan Kerentanan
5.000.000,00 sebagai biaya pengganti
Fisik.
kerugian material. Pada kelas bahaya

Gambar 9. Peta Kerentanan Fisik Longsor Desa Harapan Jaya Tahun 2017.

Berdasarkan gambar di atas, peta dengan metode skoring dengan kelas


tersebut dihasilkan dari pengolahan rendah (0-0,33), sedang (0,34-0,66)
data survei menunjukkan bahwa dan tinggi (0,67-1,00). Dapat dilihat
Dusun Sinar Harapan, Sinar Satu, dan pada gambar 10, bahwa seluruh
Sinar Dua Bawah adalah dusun dengan penduduk di Desa Harapan Jaya dapat
nilai kerentanan rumah tertinggi, nilai dikatakan terpapar bencana. Di mana
kerentanan fasilitas umum tertinggi tingkat kerentanan sosial di Desa
ada di Dusun Sinar Harapan, Sinar Harapan Jaya tergolong tinggi dan
Dua Atas, Sinar Dua Bawah, Mekar tidak terdapat kerentanan sosial
Sari, dan Sinar Tiga, begitu juga untuk bencana kelas sedang maupun rendah.
nilai total kerentanan fisiknya. Hal ini Hal ini terjadi disebabkan angka
terjadi karena banyaknya bangunan kepadatan penduduk dan rasio jenis
yang ada di dusun =tersebut.Pemetaan kelamin yang tinggi di daerah tersebut.
tingkat kerentanan sosial dilakukan
9

Analisis Kerentanan Sosial Bencana Tanah Longsor

Gambar 10. Peta Kerentanan Sosial Desa Harapan Jaya.

Parameter kerentanan sosial terdiri dari kerentanan sosial yang tinggi. Diantara
kepadatan penduduk, rasio jenis sembilan dusun, Dusun Sinar Dua
kelamin, rasio cacat, rasio miskin, dan Atas, Sinar Satu, Sinar Tiga, Sinar
rasio umur rentan. Rumus setiap Ogan, dan Sinar Puncak adalah dusun
parameter yang digunakan untuk dengan skor kerentanan tertinggi yakni
mencari skor rasionya yaitu: 0,77 atau tergolong indeks kerentanan
a. Kepadatan Penduduk tinggi.
:
b. Rasio jenis kelamin:
.
c. Rasio penduduk miskin
: .
d. Rasio penduduk cacat:
.
e. Rasio umur rentan:
. Gambar 11. Peta Kerentanan Longsor
Desa Harapan Jaya Tahun
Hasil analisis tingkat kerentanan sosial 2017.
mengacu pada skor di tabel 3.
Hasil overlay antara tingkat kerentanan
Tabel 3. Rekapitulasi Perhitungan Nilai fisik dan tingkat kerentanan sosial
Kerentanan Sosial. menunjukkan bahwa tingkat
kerentanan menurut dusun di Desa
Harapan Jaya sedang sesuai pada
gambar pada gambar 11, berwarna
kuning. Nilai kerentanan bencana
longsor dapat dihitung dengan faktor
pembobot yaitu (0,4 x skor kerentanan
sosial) + (0,25 x skor kerentanan
Sumber: Hasil Perhitungan Kerentanan ekonomi) + (0,25 x skor kerentanan
Sosial
fisik) + (0,1 x skor kerentanan
lingkungan). Nilai kerentanan
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan
sesungguhnya dapat dilihat pada tabel
bahwa keseluruhan dusun di Desa
4, di mana skor rata-rata kerentanan
Harapan Jaya memiliki indeks
adalah 0,44 (sedang).
10

Analisis Kapasitas Bencana Tanah Longsor

Gambar 12. Peta Kapasitas Longsor Desa Harapan Jaya Tahun 2017.

Hasil analisis kapasitas bencana tanah pada kelas kapasitas. Rendahnya


longsor di Desa Harapan Jayamengacu tingkat kapasitas di Desa Harapan Jaya
pada hasil overlay peta administrasi disebabkan karena rendahnya nilai
dan data survei, dari data survei yang prioritas dari tiap-tiap komponen
diperoleh, total skor seluruh jawaban kesiapsiagaan bencana Hyogo
informan dengan jawaban Ya adalah Framework Actions (HFA). Untuk
320 dan jawaban Tidak sebesar 360 mengatahui sebaran spasial tingkat
sehingga nilai kapasitasnya 38,63 atau kapasitas bencana longsor dapat dilihat
0,32. Nilai tersebut tergolong rendah pada gambar 12.

Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor


Hasil overlay antara peta bahaya, peta memiliki tingkat risiko sedang dan
kerentanan, dan peta kapasitas tinggi yang tersaji pada gambar 13.
menunjukkan bahwa di Desa Harapan

Gambar 13. Peta Risiko Bencana Longsor Desa Harapan Jaya Tahun 2017.
11

Gambar 13. menunjukkan bahwa sedang, tersebar di Dusun Sinar Satu


tingkat risiko bencana longsor tinggi seluas 133,54 hektar yang ditempati
berada di Dusun Sinar Dua Atas seluas 235 jiwa, Dusun Sinar Tiga seluas
177,72 hektar yang ditempati 218 jiwa, 231,03 hektar yang ditempat 212 jiwa,
Dusun Sinar Dua Bawah seluas 164,39 Dusun Sinar Ogan seluas 196,47
hektar yang ditempati 366 jiwa, dan hektar yang ditempati 196 jiwa, Dusun
Dusun Mekar Sari seluas 206,24 Sinar Puncak seluas 111,34 hektar
hektar yang ditempati 380 jiwa. Total yang ditempati 175 jiwa, Dusun Sinar
daerah dengan tingkat risiko longsor Harapan seluas 354,90 hektar yang
tinggi seluas 548,35 hektar dengan ditempati 294 jiwa, dan Dusun
jumlah penduduk 964 jiwa. Tingginya Cengkuang seluas 155,97 hektar yang
tingkat risiko bencana longsor tersebut ditempati 134 jiwa. hal ini terjadi
disebabkan karena rendahnya nilai karena indeks bahaya yang ada di
kapasitas bencana dan tingginya dusun tersebut dominan sedang serta
potensi bahaya dan potensi kerentanan jumlah penduduk yang tinggal di
bencana. daerah tersebut lebih sedikit dibanding
jumlah penduduk yang tinggal di
Sedangkan untuk tingkat risiko longsor daerah berisiko tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 5. Tingkat risiko bencana tanah


Berdasarkan hasil pnelitian dan longsor sedang di Desa Harapan
pembahasan maka dapat disimpulkan Jaya seluas 1165,20 hektar dan
bahwa: tingkat risiko tinggi seluas 548,30
1. Tingkat bahaya bencana tanah hektar.
longsor rendah di Desa Harapan
Jaya seluas 4,45 hektar. Tingkat Saran
bahaya sedang seluas 1133,10 1. Membuat jalur evakuasi, tempat
hektar. Tingkat bahaya tinggi seluas evakuasi, dan titik kumpul yang
598,49 hektar. ditempatkan di daerah aman
2. Tingkat kerentanan fisik bencana bencana di Desa Harapan jaya
tanah longsor berdasarkan Dusun di 2. Melakukan mitigasi struktural
Desa Harapan Jaya dengan kelas dengan rekayasa keteknikan seperti
tinggi ( 0,66) terdapat di Dusun membuat tanggul penahan erosi dan
Sinar Dua Atas, Sinar Dua Bawah, longsoran tanah sesuai dengan
Sinar Tiga, Mekar Sari, dan Sinar derajat kemiringan lereng.
Harapan dengan luasan 1134,28 Melakukan pembuatan terasering
hektar. Tingkat kerentanan fisik atau sistem lahan bertingkat untuk
rendah ( 0,33) terdapat di Dusun mencegah dan mengurangi
Sinar Satu, Sinar Ogan, Cengkuang ancaman bencana longsor.
dan Sinar Puncak dengan luasan 3. Melakukan pengelolaan kawasan
597,32 hektar. perbukitan berlereng curam untuk
3. Tingkat kerentanan sosial bencana meningkatkan ketahanan terhadap
tanah longsor tinggi yaitu Dusun bencana longsor.
Sinar Dua Atas, Sinar Satu, 4. Mengurangi kepadatan dan aktifitas
Sinar Tiga, Sinar Ogan, dan Sinar penduduk yang tinggal di dusun
Puncak adalah Dusun dengan skor dengan risiko bencana longsor
kerentanan tertinggi yaitu 0,77 tinggi.
diantara dusun yang lainnya. Secara 5. Melestarikan kearifan lokal
keseluruhan, tingkat kerentanan masyarakat yang ada di Desa
bencanatanah longsor di Desa Harapan Jaya seperti sistem
Harapan Jaya tergolong sedang perkebunan dengan tanaman
(0,44) dengan luas 1731,60 hektar. berakar lebat.
4. Tingkat kapasitas bencana tanah 6. Membiasakan kegiatan peringatam
longsor di Desa Harapan Jaya dini (early warning system) bahaya
rendah. Nilai indeks ketahanan dengan mengaktifkan kembali pos-
daerah bernilai 38,63 atau dengan pos ronda yang tersebar pada
tingkat kapasitas 0,32 (rendah). masing-masing dusun.
12

DAFTAR PUSTAKA

Arif Suryawan. 2014. Kesiapsiagaan Asfirmanto Adi, W., Ageng Nur


Masyarakat Terhadap Bencana Ichwana., Roling Evans
Banjir di Desa Nguter Randongkir., Rizky Tri Septian.
Kecamatan Nguter Kabupaten 2016. Buku Resiko Bencana
Sukoharjo (Jurnal). Prodi Indonesia (RBI). BNPB. Jakarta.
Pendidikan Geografi. Fakultas 218 hlm.
Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Subarjo. 2006. Meteorologi dan
Surakarta. 29 hlm. Klimatologi (Buku Ajar).
Universitas Lampung. Bandar
BNPB. 2015. Rencana Strategis Lampung. 119 hlm.
Penanggulangan Bencana
Tahun 2015-2019. Indonesia. Sukendar Asikin. 1992. Geologi
135 hlm. Struktur Indonesia. Lab Geologi
Dinamis ITB. Bandung. 155
Katili, J.A. dan Marks, P. 1963. hlm.
Geologi. Percetakan Kilatmadju.
Bandung. 855 hlm. Sukhyar, R. 2009. Buku Pedoman
Analisis Resiko Bahaya Alam.
Mohd Robi Amri., Gita Yulianti., Departemen Energi dan Sumber
Ridwan Yunus., Sesa Wiguna., Daya Mineral. Bandung. 88 hlm.

Anda mungkin juga menyukai