Abstrak.
Tanah longsor merupakan salah satu bencana yang memiliki jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun percampuran keduanya, yang bergerak keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah
atau batuan penyusun lereng tersebut yang dapat menimbulkan korban jiwa dan materil. Berdasarkan
IRBI BNPB dan Perda Kabupaten Banyumas Nomor 10 tahun 2011, daerah utara Kabupaten Banyumas
yaitu disekitar Gunung Slamet, memiliki risiko rawan bencana yang tinggi. Maka dari itu dilakukan
pemetaan daerah rawan longsor menggunakan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi
Geografis. Dengan menggunakan citra Satelit Landsat-8 dalam mengetahui tutupan lahan. Kemudian
dilakukan skoring dan pembobotan dengan parameter lain, sehingga didapatkan peta kerawanan tanah
longsor. Berdasarkan hasil yang dilakukan pada 6 daerah penelitian, didominasi kerawanan tingkat
menengah dengan luas 151.49 km2 dan tingkat tinggi memiliki luas 317.60 km2. Dimana Kecamatan
Gumelar dan Cilongok memiliki potensi kerawanan longsor tertinggi.
Abstract.
Landslide is one of the disasters that has the type of mass movement of soil or rock, or a mixture of both,
which moves out of the slope as a result of the disruption of the stability of the soil or rocks that make up
the slope which can cause human and material casualties. Based on IRBI BNPB and Regional Regulation of
Banyumas Regency No. 10 of 2011, the northern area of Banyumas Regency, which is around Mount
Slamet, has a high disaster-prone risk. Therefore, mapping of landslide-prone areas was carried out using
remote sensing technology and Geographic Information Systems. By using Landsat-8 satellite imagery to
determine land cover. Then the scoring and weighting with other parameters is carried out, so that a
landslide susceptibility map is obtained. Based on the results carried out in 6 research areas, it is
dominated by medium-level vulnerability with an area of 151.49 km2 and high level having an area of
317.60 km2. Where Gumelar and Cilongok Districts have the highest potential for landslide hazard.
1
risiko paling tinggi pada tahun 2020 dari sejumlah Baturaden, Kedungbanteng, Pekuncen, dan
35 Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah, yaitu Gumelar. Dengan Koordinat Geografis antara ---
sebesar 193.71 (BNPB, 2021). sampai --- Bujur Timur dan antara --- dan ---Lintang
Menurut BPBD Kabupaten Banyumas, pada Selatan.
tahun 2020 mengalami peningkatan kejadian
bencana. Hal itupun didominasi oleh tanah longsor
atau tanah gerak. Dimana penyebababnya karena
faktor cuaca ekstrim La Nina.
Berdasarkan Perda Kabupaten Banyumas
Nomor 10 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten
Banyumas 2011 – 2031. Perlu diperhatikan daerah
rawan longsor terutama pada daerah Cilongok,
Pekuncen, Gumelar dan Kedung Banteng.
Dikawasan Gunung Slamet daerah Banyumas
masih belum memiliki peta rawan bencana longsor
yang memiliki akurasi tinggi. Diperlukan informasi
yang mempermudah mengetahui daerah rawan
longsor. dengan memanfaatkan teknologi Gambar 1. Lokasi Penelitian
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi
Data dan Peralatan
(SIG) mampu memberikan solusi dan kemudahan
Pada penelitian ini, akan digunakan beberapa
dalam analisis spasial secara berulang, kontinu,
data yang didapatkan dari beberapa sumber sebagai
cepat dan akurat. Pemanfaaatan Penginderaan Jauh
berikut:
pada citra multispektral Landsat-8 menggunakan
• Data curah hujan tahun 2020 di Kabupaten
sistem sensor pasif, yang berarti memanfaatkan
Banyumas yang didapatkan dari CHIRPS resolusi
sumber tenaga utama yang dibutuhkan oleh satelit
spasial 0,05o.
berasal dari sumber lain yang tidak terintegrasi
• Data Peta Geologi Kabupaten Banyumas
dalam wahana. Sumber tenaga yang dimaksud
• Data Citra Satelit Landsat-8 pada tahun 2019
biasanya berupa energi yang berasal dari matahari.
yang didapatkan dari USGS
Dalam penggunaan citra ini sangat dipengaruhi oleh
• Data DEMNAS yang bersumber dari Badan
tutupan awan dalam penggunaanya.
Informasi Geospasial (BIG)
Bahaya tanah longsor pada penelitian ini juga
Tahapan Penelitian
dapat diidentifikasi secara cepat melalui Sistem
Berikut adalah tahapan penelitian yang disajikan
Informasi Geografis dengan menggunakan metode
dalam diagram alir di bawah ini:
skoring, pembobotan, dan overlay terhadap
parameter-parameter tanah longsor seperti curah
hujan, jenis tanah, kemiringan lerengdan tutupan
lahan.
METODOLOGI
Lokasi Penelitian
Lokasi studi pada penelitian ini adalah
6Kecamatan disekitar kaki Gunung Slamet di
Kabupaten Banyumas, yaitu Kecamatan Sumbang,
2
atau beratnya dampak tertentu pada suatu
fenomena secara spasial. Setelah dilakukan Skoring
dan pembobotan dilakukan overlay tiap parameter.
Tabel 1. Klasifikasi Curah Hujan (Khoiri, dkk 2017)
Kelas (mm/tahun) Skor Bobot
<2000 1
2000-3000 2 30%
>3000 3
3
tanah longsor akan semakin rendah sehingga skor
yang diberikan semakin kecil.
Parameter Geologi
Klasifikasi Geologi pada daerah penelitian terdiri
dari 10 kelas. Dimana Jenis atau kelas batuan yang
menyusun suatu daerah mempunyai tingkat bahaya
yang berbeda satu sama lain. Berdasarkan besar
butirnya, batuan yang berbutir halus pada
umumnya mempunyai bahaya terhadap gerakan
tanah yang lebih tinggi, sedangkan bila dilihat dari
kekompakannya maka batuan yang kompak dan
masif lebih kecil kemungkinan terkena gerakan
Gambar 2. Peta Curah Hujan tanah (Falahnsia, 2015).
4
Gambar 5. Peta Tutupan Lahan Gambar 6. Peta Kerawanan Longsor
Berdasarkan klasifikasi termbimbing Dari hasil ploting, warna hijau menandakan kelas
menggunakan metode maximum likelihood rendah, warna kuning menandakan kelas
didapatkan 3 kelas tutupan lahan yaitu, Vegetasi, menengah, warna oren menandakan kelas tinggi
Permukiman, dan Tegalan. Namun karena dan warna merah menandakan kelas sangat tinggi.
menggunakan citra multispektral yaitu Landsat-8 , Pada Gambar 8 didominasi oleh warna oren yang di
terdapat tutupan awan pada daerah penelitian ikuti warna kuning yang menandakan tingkat kelas
disekitar Gunung Slamet. tinggi dan menengah.
Tabel 6. Tabel Kerawanan Tanah Longsor dan Luasan
Kerawanan Tanah Longsor Daerah Kelas Luas (km2) % luas
Berdasarkan skoring, Pembobotan, dan Overlay dari Rendah 0.27 0.51
4 Parameter, yaitu curah hujan, kemiringan lereng, Sumbang Menengah 38.40 71.89
geologi, dan tutupan lahan didapatkan indeks Tinggi 18.79 35.18
kerawanan longsor yang dibagi menjadi 4 kelas. Rendah 0.06 0.13
Tabel 5. Kerawanan Tanah Longsor (Khoiri, dkk 2017) Baturaden Menengah 15.34 33.69
Kerawanan Tanah Longsor Kelas Tinggi 30.57 67.14
0 – 0.875 Rendah Rendah 0.22 0.36
0.875 – 1.75 Menengah Kedungbanteng Menengah 16.96 28.16
1.75 – 2.625 Tinggi Tinggi 39.69 65.91
2.625 – 3.5 Sangat Rendah 0.43 0.41
Cilongok Menengah 49.91 47.38
Peta Kerawanan Longsor dapat dilihat pada Tinggi 82.32 78.14
gambar berikut. Rendah 0.19 0.21
Pekuncen Menengah 19.52 21.06
Tinggi 64.27 69.33
Rendah 0.17 0.18
Gumelar Menengah 11.35 12.08
Tinggi 81.96 87.24