Mengacu pada RTRW Kota Tasikmalaya, cekungan air tanah merupakan suatu
wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
Sementara itu, Gregory dan Walling (1973); Zeffitni (2010), menjelaskan bahwa
cekungan air tanah adalah suatu area dengan air yang berasal dari aliran permukaan.
Oleh karenanya faktor litologi menjadi salah satu faktor yang menentukan adanya
cekungan air tanah dilihat dari kecepatan proses perkolasi air ke permukaan. Faktor
litologi tersebut diantaranya ketersediaan endapan alluvial yang merupakan ciri
utamanya adanya cekungan air tanah. Hal ini didukung oleh pendapat Todd (1980);
Zeffitni, (2010) yang menyatakan bahwa cekungan air tanah merupakan suatu satuan
hidrogeologi yang terdiri dari satu atau beberapa bagian akuifer yang saling
berhubungan membentuk suatu sistem dan dapat berubah akibat perubahan
lingkungan. Cekungan air tanah juga merupakan representasi nyata dari sistem
geomorfologi. Penerapan sistem geomorfologi ini tepat dalam menunjukkan
hubungan antara bagian-bagian sistem tersebut.
Analisis
Berdasarkan hasil analisis peta kontur Kota Tasikmalaya, ada dua daerah yang
berpotensi besar terdapat cekungan air tanah jika dilihat dari struktur batuan dan
lipatan(?). Potensi cekungan air tanah terbesar berada pada Selatan dan Timur Laut
Kota Tasikmalaya.
Pada peta di atas terlihat jika pada bagian selatan Kota Tasikmalaya didominasi oleh
endapan sedimen tersier yang terdiri atas batu pasir dan batu gamping dari Formasi
Bentang dan Batu Gamping Kalipucang. Batu pasir dan batu gamping merupakan
batuan yang mudah menyerap air yang sangat dibutuhkan peran akuifer untuk
menyimpan air tanah. Oleh karena itu, daerah yang memiliki batu pasir dan batu
gamping terbesar memungkinkan besarnya potensi cekungan air tanah yang dimiliki.
Selain itu terlihat jika pada bagian Timur Laut Kota Tasikmalaya didominasi oleh
endapan sedimen tersier berupa batu pasir yang berasal Formasi Halang. Batuan
yang berusia tersier ini bersifat impermeable atau kedap air karena telah mengalami
kompaksi oleh tekanan gaya tektonik yang menyebabkan terbentuknya suatu
struktur patahan dan lipatan. Oleh karena sifatnya yang kedap air sehingga batuan
tersebut memiliki tingkat porositas yang tinggi sehingga memiliki potensi yang besar
akan terbentuknya cekungan air tanah.