Anda di halaman 1dari 120

STUDI ANALISIS GENANGAN BANJIR PADA SALURAN

DRAINASE JALAN CENDRAWASIH KOTA TARAKAN

SKRIPSI

MUH. SYAHRUL

NPM. 17.403010.66

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021
STUDI ANALISIS GENANGAN BANJIR PADA SALURAN
DRAINASE JALAN CENDRAWASIH KOTA TARAKAN

SKRIPSI

Sebagai Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Teknik
Pada Fakultas Universitas Borneo Tarakan

MUH. SYAHRUL

NPM. 17.403010.66

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : STUDI ANALISIS GENANGAN BANJIR


PADA SALURAN DRAINASE JALAN
CENDRAWASIH KOTA TARAKAN
Nama Mahasiswa : MUH. SYAHRUL
NPM : 1740301066
Program Studi : TEKNIK SIPIL
Jurusan : TEKNIK SIPIL
Fakultas : TEKNIK

Menyetujui,

Ketua Jurusan Teknik Sipil Dosen Pembimbing

Rosmalia Handayani, S.T., M.T. Asta, S.T., M.Eng.


NIDN. 1108087901 NIDN. 1109117701

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik
Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan

Asta, S.T., M.Eng.


NIDN. 1109117701

ii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
STUDI ANALISIS GENANGAN BANJIR PADA SALURAN DRAINASE
JALAN CENDRAWASIH KOTA TARAKAN

Nama Mahasiswa : Muh.Syahrul


Npm : 17.403010.66
Program Studi : Teknik Sipil

Diperiksa dan Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing Dosen Penguji 1

Asta, S.T., M.Eng. Rosmalia Handayani, S.T., M.T.


NIDN. 1109117701 NIDN. 1108087901

Dosen Penguji 2

Ir. Azis Susanto, S.T., M.T.


NIDN. 1107027401

Dosen Penguji 3

Aswar Amiruddin, S.T., M.T.


NIDN. 0008018902

Tarakan, 22 Oktober 2021


Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil

Rosmalia Handayani, S.T., M.T.


NIDN. 1108087901

iii
RIWAYAT HIDUP

Muh.Syahrul lahir di Watampone pada tanggal 02 Desember


1998. Anak Ke empat dari Lima bersaudara ini merupakan anak
dari pasangan Bapak Ridwan, S.Pd dan Ibu Siti Suhrah, S.Pd.
Penulis menempuh pendidikan di SD Inpres 6/75 Manurunge
Kabupaten Bone selama 6 tahun dan menyelesaikan pendidikan
dasarnya dengan waktu normal selama 6 tahun terhitung dari
tahun 2005 hingga lulus pada tahun 2011. Setelah itu pada tahun 2011 penulis
melanjutkan pendidikan di MTSN Watampone Kabupaten Bone dan
menyelesaikan jenjang menengah pertamanya selama 3 tahun terhitung dari tahun
2011 hingga lulus pada tahun 2014.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1 Watampone dengan


mengambil Jurusan Teknik Komputer Dan Jaringan (TKJ), selama menempuh
Pendidikan penulis juga melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di Gama
School dan berhasil menyelesaikan Pendidikan menengah kejuruan selama 3 tahun,
dari tahun 2014 hingga tahun 2017. Penulis melanjutkan pendidikan ketingkat
perguruan tinggi di Universitas Borneo Tarakan pada tahun 2017 dengan pilihan
pertamanya adalah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil.

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama Mahasiswa : MUH. SYAHRUL

Nomor Pokok Mahasiswa : 17 403010 66

Judul Skripsi : STUDI ANALISIS GENANGAN BANJIR


PADA SALURAN DRAINASE JALAN
CENDRAWASIH KOTA TARAKAN

Menyatakan bahwa Skripsi dengan judul tersebut di atas saya susun dengan
sejujurnya, berdasarkan norma akademik dan bukan merupakan hasil plagiat.
Adapun semua kutipan di dalam Skripsi ini telah saya sertakan nama penulisnya
dan telah saya cantumkan ke dalam Daftar Pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila ternyata dikemudian hari
saya terbukti melanggar pernyataan tersebut di atas, saya bersedia menerima sanksi
sesuai aturan yang berlaku.

Tarakan, 22 Oktober 2021


Yang Menyatakan,

MUH. SYAHRUL
NPM. 1740301066

v
STUDI ANALISIS GENANGAN BANJIR PADA SALURAN DRAINASE
JALAN CENDRAWASIH KOTA TARAKAN

Nama Mahasiswa : Muh. Syahrul


NPM : 17.403010. 66
Dosen Pembimbing : Asta, S.T.,M.Eng

ABSTRAK

Wilayah Kecamatan Tarakan Barat merupakan salah satu daerah yang


berpengaruh dan merupakan pusat kota Tarakan, Salah satu daerah pusat kota yang
sangat rawan banjir adalah di sekitar Jalan Cendrawasih Kecamatan Tarakan Barat
yang merupakan kecamatan terpadat dan terbanyak penduduknya serta menjadi
pusat perekonomian di Kota Tarakan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui
kapasitas saluran drainase yang mengakibatkan genangan banjir akibat tidak
mampu mengalirkan debit aliran air hujan serta menganalisis sistem drainase.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan perhitungan data curah hujan
yang diperoleh dari BMKG Kota Tarakan melalui website ogimet.com,
menggunakan perhitungan secara manual sesuai dengan metode rasional untuk
menghitung debit hujan dan rumus manning untuk perhitungan kecepatan aliran
kemudian hasil perhitungan di input pada program HEC-RAS 5.0.7.
Hasil penelitian perhitungan bedasarkan dari kondisi saluran eksisting
kemampuan daya tampung saluran yang ada pada daerah Cendrawasih untuk besar
debit saluran existing pada saluran sisi kanan sebesar Qs = 0,356 m3 /dtk, saluran
sisi kiri sebesar Qs = 0,373 m3 /dtk. Hasil debit saluran eksisting menunjukkan

vi
STUDI ANALISIS GENANGAN BANJIR PADA SALURAN DRAINASE
JALAN CENDRAWASIH KOTA TARAKAN

Nama Mahasiswa : Muh. Syahrul


NPM : 17.403010.66
Dosen Pembimbing : Asta, S.T.,M.Eng

ABSTRAK

Wilayah Kecamatan Tarakan Barat merupakan salah satu daerah yang


berpengaruh dan merupakan pusat kota Tarakan, Salah satu daerah pusat kota yang
sangat rawan banjir adalah di sekitar Jalan Cendrawasih Kecamatan Tarakan Barat
yang merupakan kecamatan terpadat dan terbanyak penduduknya serta menjadi
pusat perekonomian di Kota Tarakan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui
kapasitas saluran drainase yang mengakibatkan genangan banjir akibat tidak
mampu mengalirkan debit aliran air hujan serta menganalisis sistem drainase.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan perhitungan data curah hujan
yang diperoleh dari BMKG Kota Tarakan melalui website ogimet.com,
menggunakan perhitungan secara manual sesuai dengan metode rasional untuk
menghitung debit hujan dan rumus manning untuk perhitungan kecepatan aliran
kemudian hasil perhitungan di input pada program HEC-RAS 5.0.7.
Hasil penelitian perhitungan bedasarkan dari kondisi saluran eksisting
kemampuan daya tampung saluran yang ada pada daerah Cendrawasih untuk besar
debit saluran existing pada saluran sisi kanan sebesar Qs = 0,356 m3 /dtk, saluran
sisi kiri sebesar Qs = 0,373 m3 /dtk. Hasil debit saluran eksisting menunjukkan
dengan kala ulang 10 tahun terlihat bahwa daya tampung kedua saluran existing
tidak mampu menampung debit banjir rencana sehingga terjadi genangan banjir
pada daerah tersebut.

Kata kunci : Debit, Drainase, HEC-RAS 5.0.7

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas


berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Studi Analisis Genangan Banjir Pada Saluran Drainase Jalan
Cendrawasih Kota Tarakan”. Adapun maksud penelitian skripsi ini adalah sebagai
langkah yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1)
pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan.

Selama menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis,
oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Dekan Fakultas Teknik Ibu Asta, S.T.,M.Eng Universitas Borneo Tarakan


beserta staf pengajar dan staf administrasi, yang telah banyak membantu
penulis belajar di Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan.
2. Ibu Rosmalia Handayani, S.T.,M.T selaku ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan.
3. Ibu Asta, S.T.,M.Eng. selaku dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk selalu membantu membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
4. Ibu Rosmalia Handayani, S.T., M.T. ; Ir. Azis Susanto, S.T., M.T. dan
Bapak Aswar Amiruddin, S.T.,M.T. selaku Dosen Penguji.
5. Bapak Ibu Dosen selaku tenaga pengajar di Fakultas Teknik Universitas
Borneo Tarakan.
6. Staf Tata Usaha Fakultas Teknik dan Program Studi Teknik Sipil
Universitas Borneo Tarakan.
7. Terima kasih kepada saudara-saudari mahasiswa Teknik Sipil Angkatan
2017 Universitas Borneo Tarakan yang selalu memberi semangat dan
dukungan kepada penulis.
8. Seluruh rekan-rekan Fakultas Teknik Senior dan Junior yang selalu
memberi dukungan kepada penulis.

viii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kelemahan dan
kekurangannya, oleh karena itu sangat diharapkan keritik dan saran untuk
membangun agar tulisan ini lebih disempurnakan dan semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Tarakan, 22 Oktober 2021

MUH. SYAHRUL
NPM. 174030106

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................ii

RIWAYAT HIDUP .....................................................................................iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................v

ABSTRACT...................................................................................................vi

ABSTRAK ...................................................................................................vii

KATA PENGANTAR .................................................................................viii

DAFTAR ISI................................................................................................x

DAFTAR TABEL ........................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................xvi

DAFTAR NOTASI ......................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................3

1.5 Batasan Masalah .....................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................4

2.1. Genangan Banjir ...................................................................................4

2.2. Karakteristik Genangan Banjir ............................................................5

2.3. Drainase ...............................................................................................7

x
2.4. Drainase Perkotaan...............................................................................7

2.5. Sistem Drainase ...................................................................................7

2.6. Evaluasi Sistem Drainase ....................................................................9

2.7. Drainase Jalan Raya ............................................................................10

2.8. Aspek Hidrologi ...................................................................................11

2.8.1. Analisis Frekuensi Dan Probalitas ...............................................17

2.8.2. Uji Kecocokan Chi-Kuadrat .........................................................23

2.8.3. Koefisien Aliran Permukaan ........................................................25

2.8.4. Intensitas Hujan ............................................................................26

2.8.5. Waktu Konsentrasi Dan Intensitas Curah hujan ...........................27

2.8.6. Debit Rencana Banjir ....................................................................27

2.8.7. Priode Ulang Hujan ......................................................................28

2.8.8. Koefisien Limpasan ......................................................................28

2.9. Aspek Hidrolika ...................................................................................29

2.9.1. Debit Rencana ...............................................................................29

2.9.2. Dimensi Penampang Saluran ........................................................29

2.9.3. Kapasitas Saluran .........................................................................31

2.10. Pasang Surut Air Laut .........................................................................32

2.11. Program Aplikasi HEC-RAS 5.0.7 .....................................................34

BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................36

3.1. Tinjuan Umum .....................................................................................36

3.2. Lokasi Penelitian ..................................................................................36

xi
3.3. Tahap Persiapan ...................................................................................37

3.4. Pengumpulan Data ...............................................................................37

3.4.1. Prosedur Pengumpulan Data .........................................................38

3.4.2. Metode Pengumpulan Data ...........................................................38

3.5. Metode Analisis Data ...........................................................................39

3.6. Bagan Alir Penelitian ...........................................................................40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................41

4.1. Analisa Hidrologi ..................................................................................41

4.1.1. Analisa Curah Hujan (Hidrologi) ..................................................41

4.1.2. Analisis Distribusi Frekuensi ........................................................42

4.1.3. Uji Kecocokan ...............................................................................52

4.2. Debit Banjir Rencana (Qr) ....................................................................54

4.2.1. Analisis Intensitas Curah Hujan ...................................................55

4.2.2 Analisa Waktu Konsentrasi Dan Intensitas Hujan .........................57

4.2.3. Luas (A) dan Koenfisien Pengaliran (C) .......................................59

4.2.4. Perhitungan Debit Banjir Rencana (Qr) ........................................60

4.3. Analisa Hidrolika ..................................................................................61

4.3.1. Analisa Kapasitas Drainase ..........................................................61

4.3.2. Perhitungan Daya Tampung Debit Saluran Eksisting (Qs) ...........64

4.4. Rencana Perbaikan Drainase .................................................................65

4.4.1. Analisa Kapasitas Drainase Rencana ...........................................65

4.4.2. Perhitungan Daya Tampung Debit Saluran Eksisting (Qs) ...........67

xii
4.4.3. Perbandingan Saluran Eksisting dan saluran Rencana ..................68

4.5. Proses Analisis Data Saluran Drainase Pada HEC-RAS 5.0.7 .............69

4.5.1 Debit Aliran ...................................................................................71

4.5.2. Hasil Input Data pada Program HEC-RAS 5.0.7 ..........................73

4.6. Pengaruh Drainase Terhadapa Pasang Surut Air Laut Hecras 5.0.7 ....76

4.7. Perbandingan Hitungan Matematis Dan Mengunakan Hec-ras 5.0.7 ...80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................82

5.1. Kesimpulan ............................................................................................82

5.2. Saran ......................................................................................................83

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................84

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Variabel Reduksi Gauss ......................................................18

Tabel 2.2 Nilai K untuk distribusi Log-Person III .......................................21

Tabel 2.3 Reduced Mean, Yn.......................................................................22

Tabel 2.4 Reduced Standard Deviation, Sn .................................................23

Tabel 2.5 Reduced variate, YTr sebagai fungsi periode ulang ......................23

Tabel 2.6 Tabel nilai parameter Chi-Kuadrat Kritis, χ2 cr...........................24

Tabel 2.7 Koefisien Pengaliran ....................................................................25

Tabel 2.8 Nilai Kekasaran Manning (n) ......................................................31

Tabel 4.1. Data Curah Maksimum Bulanan Stasiun Juwata Tarakan ..........41

Tabel 4.2. Data Curah Maksimum Tahunan Stasiun Juwata Tarakan..........42

Tabel 4.3. Data Curah Hujan Maksimum Tahunan Setelah Diurutkan .......42

Tabel 4.4. Hasil Analisis Frekuensi Distribusi Normal................................43

Tabel 4.5. Besarnya Curah Hujan Priode Ulang Metode Normal ................44

Tabel 4.6. Hasil Analisis Frekuensi Distribusi Log Normal ........................45

Tabel 4.7. Besarnya Curah Hujan Priode Ulang Metode Log Normal ........46

Tabel 4.8. Hasil Analisis Frekuensi Distribusi Gumbel ...............................47

Tabel 4.9. Nilai Yn, Sn, dan Ytr untuk Periode Ulang (T)...........................48

Tabel 4.10. Besarnya Curah Hujan Priode Ulang Metode Gumbel .............49

Tabel 4.11. Hasil Analisis Frekuensi Distribusi Log Pearson III ................50

Tabel 4.12. Besarnya Curah Hujan Priode Ulang Metode Log

Pearson III ................................................................................51

xiv
Tabel 4.13. Rekapitulasi Curah Hujan Rancangan Maksimum....................52

Tabel 4.14. Nilai Uji Dispersi Distribusi Frekuensi Curah Hujan ...............52

Tabel 4.15. Nilai Uji Chi Kuadrat Distribusi Log Normal...........................54

Tabel 4.16. Perhitungan Intensitas Curah Hujan..........................................55

Tabel 4.17 Perhitungan Intensitas Curah Waktu Konsentrasi......................58

Tabel 4.18 Koefisien Pengaliran (C) ............................................................59

Tabel 4.19 Perhitungan Koefisien Pengaliran ..............................................60

Tabel 4.20 Perhitungan Debit Banjir Rencana Kala Ulang 2,5 Dan

10 Tahun ....................................................................................61

Tabel 4.21 Perhitungan Kapasitas Saluran Eksisting ...................................63

Tabel 4.22 Perbandingan Daya Tampung Debit Saluran Eksisting

Dan Debit Rencana....................................................................64

Tabel 4.23 Perhitungan Kapasitas Saluran Rencana ....................................67

Tabel 4.24 Perbandingan Daya Tampung Debit Saluran Rencana

Dan Debit Rencana....................................................................68

Tabel 4.25 Perbandingan Saluran Eksisting dan saluran Rencana...............68

Tabel 4.26 Perbandingan Saluran Eksisting dan saluran Rencana...............69

Tabel 4.27 Koefisien Kekasaran Manning ...................................................71

Tabel 4.28 Perbandingan Hitungan Matematis Dan Mengunakan

Hec-ras 5.0.7 .............................................................................80

Tabel 4.29 Perbandingan Hitungan Matematis Dan Mengunakan

Hec-ras 5.0.7 .............................................................................80

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi .......................................................................12

Gambar 2.2 Metode Poligon Thiessen..........................................................16

Gambar 2.3 Metode Isohyet.........................................................................16

Gambar 2.4 Kurva Distribusi Frekuensi Normal .........................................18

Gambar 2.5 Penampang Saluran persegi ......................................................29

Gambar 2.6 Penampang Saluran Trapesium.................................................30

Gambar 3.1 Peta Lokasi ...............................................................................36

Gambar 3.2 Peta Drainase ............................................................................37

Gambar 3.3 Bagan Alir Penelitian................................................................40

Gambar 4.1 Grafik Intensitas Curah Hujan..................................................56

Gambar 4.2 Skema Geometrik Data Drainase Kanan Jalan Cendrawasih

pada HEC-RAS 5.0.7 ...............................................................70

Gambar 4.3 Skema Geometrik Data Drainase Kiri Jalan Cendrawasih

pada HEC-RAS 5.0.7 ...............................................................70

Gambar 4.4 Tampilan Editor Cross Section .................................................70

Gambar 4.5 Tampilan Editor Steady Flow Drainase Kanan ........................72

Gambar 4.6 Tampilan Editor Steady Flow Drainase Kiri ............................72

Gambar 4.7 Tampilan Steady Flow Analysis................................................72

Gambar 4.8 Tampilan Editor Running Program...........................................73

Gambar 4.9 Penampang Saluran Existing Pada ( Hulu )..............................73

Gambar 4.10 Penampang Saluran Existing Pada ( Hilir ) ............................74

xvi
Gambar 4.11 Penampang Saluran Existing Pada ( Hulu )............................74

Gambar 4.12 Penampang Saluran Existing Pada ( Hilir ) ...........................75

Gambar 4.13 Penampang Saluran Rencana Pada Drainase kanan

( Hilir ) ..................................................................................75

Gambar 4.14 Penampang Saluran Rencana Pada Drainase Kiri

( Hilir ) ..................................................................................76

Gambar 4.15 Grafik Pasang Surut Air Laut.................................................76

Gambar 4.16 Stogate Hydrograph ...............................................................77

Gambar 4.17 Unsteady Flow Analisis ..........................................................77

Gambar 4.18 Penampang Saluran Existing ..................................................78

Gambar 4.19 Penampang Saluran Existing ..................................................78

Gambar 4.20 Penampang Saluran Rencana .................................................79

Gambar 4.21 Penampang Saluran Rencana .................................................79

xvii
DAFTAR NOTASI

P(X) = Fungsi densitas peluang normal (ordinat kurva normal).


X = Veriabel acak kontinu.
μ = Rata-rata nilai X.
σ = Simpangan baku nilai X.
S = Standart daviasi nilai variat.
Σy = Deviasi standar nilai variat Y.
μY = Nilai rata-rata populasi Y.
Ȳ = Nilai rata-rata hitung variat.
K = Variabel standart (standardized variabel)
Yn = Reduced mean yang tergantung jumlah sampel/data n
YTr = Reduced variate
𝑋ℎ2 = Parameter chi-kuadrat.
G = Jumlah sub kelompok.
Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i.
Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i.
Dk = Derajat kebebasan
α = Derajat kepercayaan
X = Nilai rata-rata variat.
𝐶𝑣 = Koefisien fariasi
𝐶𝑠 = Koefisien kemiringan
𝐶𝑘 = Koefisien kurtosis
𝑆𝑑 = Simpangan baku
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
Tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang lintasan air (km)
QT = Debit Genangan Banjir (m3 /detik)
C = Koefisien Pengaliran (0 ≤ C ≤ 1)
I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)

xviii
A = Luas Daerah (ha)
Ci = koefisien limpasan untuk daerah luasan Ai
Ai = luasan dengan nilai C yang berbeda
∑ 𝐴i = penjumlahan semua luasan dengan nilai C yang berbeda.
A = Luas penampang saluran (m2 )
b = Lebar dasar saluran (m)
h = Kedalaman saluran (m)
P = Keliling basah saluran (m)
R = Jari-jari hidrolis (m)
S = Kemiringan saluan
m = Kemiringan talud
V = Kecepatan aliran (m/detik)
n = koefisien kekasaran Manning
R = Jari-jari hidrolik (m) dimana R = A/P
QS = Kapasitas debit (m3 /det)
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-
tahunan.
KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode
ulang dan tipe model matematik dsitribusi peluang yang akan
digunakan untuk analisis peluang.
YT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T
tahunan.
Sn = Reduced standart deviation yang juga tergantung jumlah
sampel/ data n

xix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara administratif Kota Tarakan terletak di bagian utara Provinsi


Kalimantan. Kota ini terdiri dari empat kecamatan, yaitu Kecamatan Tarakan
Tengah, Tarakan Barat, Tarakan Timur dan Tarakan Utara. Kota Tarakan
berbatasan dengan pesisir pantai Kecamatan Pulau Bunyu (Kabupaten Bulungan)
di bagian utara, Laut Sulawesi dan pesisir pantai kecamatan Tanjung Palas
(Kabupaten Bulungan) di sebelah selatan. Di sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Pulau Bunyu (Kabupaten Bulungan) dan Laut Sulawesi, serta di sebelah
barat berbatasan dengan pesisir pantai Kecamatan Sesayap (Kabupaten Bulungan).
Kota Tarakan mempunyai luas 677,53 km2 yang secara geografis terletak pada
3°14'23" - 3°26'37" Lintang Utara dan 117°30'50" - 117°40'12" Bujur Timur yang
beriklim tropis dengan suhu udara minimum 24,1 °C dan maksimum 31,1 °C,
kondisi ini membuat Kota Tarakan memiliki Kelembapan rata-rata ±84%. (Badan
Pusat Statistik Kota Tarakan, 2020).
Kota Tarakan merupakan kawasan padat penduduk yang mengalami banyak
perubahan tata guna lahan, lahan hijau untuk resapan beralih menjadi kawasan
kedap air. Berdasarkan penelitian terdahulu dari Faizal, R dkk (2019) menyatakan
bahwa evaluasi menggunakan software SWMM diperoleh sistem drainase di
Tarakan terutama di Jalan Mulawarman terdapat beberapa saluran yang tergenang
yaitu pada saluran 2, 3, 4, 5, 6, 7, 11, 12, 13, 14. Hal ini dipengaruhi oleh dimensi
saluran drainase tidak dapat menampung limpasan air yang ada serta tebalnya
endapan sedimen yang menutupi saluran drainase sehingga daya tampung
berkurang, akibatnya jika terjadi hujan maka akan menimbulkan genangan air di
beberapa titik di Kota Tarakan. Salah satu daerah pusat kota yang rawan banjir
adalah di Jalan Cendrawasih Kecamatan Tarakan Barat yang merupakan kecamatan
terpadat dan terbanyak penduduknya serta menjadi pusat perekonomian di Kota
Tarakan. Berdasarkan hasil survey tahun 2012 Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kota Tarakan, Jalan Cend rawasih Kecematan Tarakan Barat

1
Kelurahan Karang Anyar Pantai termasuk Kawasan Banjir dengan luas area banjir
19,1 ha. Banjir ini bukan hanya merendam pemukiman tetapi juga pertokoan dan
akses jalan yang menimbulkan kerugian ekonomi.
Pengembangan saluran drainase merupakan hal yang tidak mudah,
pendekatannya harus memperhatikan aspek–aspek sosial dan teknis, dengan
harapan akan memberikan kenyamanan bagi kehidupan penghuni perkotaan. Secara
umum drainase dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan maupun dari air irigasi
dari suatu kawasan, sehingga fungsi kawasan/ lahan tidak terganggu (Suripin,
2004). Faktor utama yang menyebabkan Kota Tarakan sering tergenang banjir
adalah karena Kota Tarakan merupakan dataran rendah, sehingga pada musim
hujan di setiap tahun, ada beberapa wilayah Kota Tarakan yang menjadi daerah
genangan banjir.
Mengingat wilayah Kecamatan Tarakan Barat merupakan salah satu daerah
yang berpengaruh dan merupakan pusat kota Tarakan maka dilakukan penelitian
untuk mengetahui kapasitas saluran drainase yang mengakibatkan genangan banjir
akibat tidak mampu mengalirkan debit aliran air hujan serta menganalisis sistem
drainase di Kota Tarakan khususnya di Jalan Cendrawasih Kecamatan Tarakan
Barat. Pemilihan titik ini sebagai daerah penelitian dikarenakan daerah tersebut
rawan tergenang saat musim hujan. Dalam hal ini penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Studi Analisis Genangan Banjir Pada Saluran
Drainase Jalan Cendrawasih Kota Tarakan”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah yang terjadi
yaitu:
1. Berapa besar debit banjir rancangan kala ulang 2, 5 dan 10 tahun di Jalan
Cendrawasih Kota Tarakan?
2. Bagaimana kondisi kapasitas saluran drainase yang ada di Jalan
Cendrawasih Kota Tarakan ?
3. Bagaimana rencana design saluran drainase yang ada di Jalan Cendrawasih
Kota Tarakan ?

2
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui besar debit banjir rancangan kala ulang 2, 5 dan 10 di Jalan
Cendrawasih berdasarkan data yang diperoleh.
2. Mengetahui kapasitas saluran drainase yang ada di Jalan Cendrawasih.
3. Mengetahui design saluran drainase yang aman untuk di Jalan
Cendrawasih.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Dapat digunakan oleh mahasiswa dan/atau tenaga teknik sipil untuk
merencanakan dan meninjau kembali kondisi jalan dan saluran
drainasenya guna mengurangi dampak banjir yang mungkin ditimbulkan.
2. Dapat menjadi acuan bagi para ahli dalam penyelesaian masalah-masalah
genangan banjir yang ada di Kota Tarakan secara umum dan menyeluruh.

1.5 Batasan Masalah


Mengingat luas serta kompleksnya masalah yang terjadi, maka perlu
diberikan batasan masalah untuk memperjelas arah dari pokok bahasan yang
dimaksud. Adapun batasan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Daerah atau area yang diteliti di sekitar Jalan Cendrawasih.
2. Data curah hujan yang digunakan 10 tahun terakhir.
3. Untuk Perhitungan Intensitas Curah Hujan menggunakan Metode
Mononobe.
4. Untuk perhitungan debit banjir rancangan menggunakan Metode
Rasional.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Genangan Banjir


Banjir berasal dari aliran limpasan yang mengalir melalui sungai atau menjadi
genangan. Sedangkan limpasan adalah aliran air mengalir pada permukaan tanah
yang ditimbulkan oleh curah hujan setelah air mengalami infiltrasi dan evaporasi,
selanjutnya mengalir menuju ke sungai (Hadisusanto, 2010).

Dalam (Suripin, 2004) menerangkan, banjir adalah suatu kondisi dimana


tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang (palung sungai) atau
terhambatnya air di dalam saluran pembuang, sehingga meluap mengenai daerah
(dataran banjir) sekitarnya. Selanjutnya dinyatakan bentuk hidrograf banjir pada
suatu daerah tangkapan ditentukan oleh 2 hal yaitu :

1. Karakteristik hujan lebat yaitu didistribusi dari intensitas hujan dalam


waktu dan ruang.
2. Karakteristik daerah tangkapan seperti : luas, bentuk, sistem saluran dan
kemiringan lahan, jenis, dan distribusi lapisan tanah serta struktur
geologi dan geomorfologi.

Dalam (Suhelmi and Prihatno 2014) di jelaskan bahwa jenis penggenangan


yang diakibatkan oleh kenaikan muka air laut dibedakan dalam 3 (tiga) macam
yaitu: Pertama adalah penggenangan permanen yaitu penggenangan rob yang
disebabkan kenaikan muka air laut terhadap garis pantai bergeser ke arah daratan.
Besarnya pergeseran garis pantai ke arah daratan tergantung pada topograf i daerah
setempat. Biasanya penggenangan ini akan dialami langsung oleh kawasan pesisir
yang berbatasan dengan garis pantai di pinggiran-pinggiran sungai dekat muara
sungai. Kedua adalah penggenangan sesaat yaitu penggenangan yang dialami pada
saat terjadi pasang tinggi tertinggi akan tetapi setelah surut kawasan tersebut
terbebas lagi. Pada daerah ini berpotensi mengalami penggenangan permanen bila
muka air laut terus mengalami kenaikan. Ketiga berupa penggenangan semu yaitu
bilamana suatu kawasan tersebut tidak terjadi penggenangan air laut tetapi terkena

4
pengaruh penggenangan, yaitu melalui perembesan air laut yang masuk melalui
pori-pori tanah ke arah daratan. Hal ini terlihat dan kawasan di mana permukaan
tanahnya selalu lembab atau basah disebabkan pengaruh air laut yang bergerak
melalui bagian bawah permukaan.

2.2. Karakteristik Genangan Banjir


Banjir adalah suatu kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran
pembuang (sungai/kali) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang
(Suripin, 2006). Kejadian seperti ini dapat terjadi karena ruang kota dan lahan yang
tersedia sangat terbatas dibandingkan dengan tingkat pemanfaatan luas lahan yang
tertutup oleh bangunan. Adapun pemanfaatan lahan tersebut tidak sesuai dengan
pola rencana dan tidak mempertimbangkan keseimbangan ekologi. Hal ini dapat
dilihat dari lahan yang semula merupakan rawa-rawa, kawasan penampungan air
hujan, daerah resapan air dan limpasannya menjadi kawasan pemukiman, industri,
rekreasi dan lain sebagainya, dengan tidak mempertimbangkan kemampuan sistem
drainase kota, akibatnya aliran permukaan atau banjir bertambah besar.
Banjir yang menggenang pada lokasi tertentu biasanya berlangsung dalam
periode waktu tertentu, tergantung pada sifat dan intensitas serta kecepatan aliran
banjir. Lama air menggenang pada suatu lokasi atau tempat tertentu cukup
bervariasi. Periode waktu air menggenang biasanya berlangsung dalam beberapa
menit atau jam bahkan berhari-hari atau berminggu lamanya. Genangan banjir yang
terjadi pada suatu lokasi atau tempat selama periode waktu tertentu memiliki tingkat
ketinggian yang berbeda, dan secara perlahan mengalami penurunan ketinggian.
Secara umum proses penurunan ketinggian genangan air ada dua yaitu secara alami
dan peran manusia. Penurunan secara alami melalui proses penguapan(evaporasi)
dan peresapan ke dalam tanah (infiltrasi), sedangkan peran manusia yaitu dengan
adanya campur tangan manusia yang memberi perlakuan dengan menggunakan
teknik pengaliran tertentu.
Genangan banjir dapat merusak prasarana lingkungan hidup manusia,
sehingga timbul kerugian ataupun kerusakan pada tata kehidupan masyarakat.
Rusaknya jalan-jalan yang menganggu kelancaran transportasi dan lalu lintas,

5
rusaknya jaringan irigasi dan tanaman pangan yang terlanda oleh banjir,
menimbulkan kesulitan yang berat pada sektor produksi dan distribusi pangan pada
khususnya, maupun pada segi kehidupan masyarakat yang lain pada umumnya.
Banjir yang pada umumnya menyebabkan terjadinya genangan air
permukaan disebabkan oleh banyak faktor. Secara umum penyebabnya
diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu :

1. Genangan banjir yang disebabkan secara alami diantaranya curah hujan,


pengaruh fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, dan
kapasitas drainase yang tidak memadai serta pengaruh pasang surut.
2. Genangan banjir yang disebabkan oleh tindakan manusia diantaranya
perubahan tata guna lahan, kawasan kumuh, sampah, Drainase lahan,
bangunan air, dan rencana sistem pengendalian banjir yang tidak tepat.

Aspek-aspek yang menjadi karakterisitik genangan banjir adalah sebagai


berikut:
1. Kedalaman genangan
Kedalaman genangan adalah tinggi genangan air dari permukaan tanah
dalam satu kawasan wilayah tertentu.
2. Lama genangan
Lama genangan adalah waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan tinggi
genangan air permukaan, setidaknya medekati keadaan semula
(maksimal 5 cm dari permukaan tanah).
3. Luas area
Luas area adalah luas daerah yang tergenang air dalam satu kawasan
wilayah tertentu dalam waktu yang sama.
4. Volume genangan
Volume genangan adalah besarnya jumlah genangan air yang terjadi
diukur berdasarkan panjang, lebar, dan tinggi genangan.

6
2.3. Drainase
Drainase yang berasal dari bahasa Inggris drainage mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik
sipil, secara umum drainase dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk
mengurangi kelebihan air, yang berasal dari hujan, rembesan , maupun kelebihan
air irigasi dari suatu kawasan/ lahan, sehingga fungsi kawasan/ lahan tidak
terganggu. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air
tanah dalam kaitannya sanitasi. Jadi, menyangkut tidak hanya air permukaan tapi
juga air tanah (Suripin: 2004).

2.4. Drainase Pekotaan


Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari
wilayah perkotaan yang meliputi: pemukiman, kawasan industri dan perdagangan,
sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya, lapangan olah raga , lapangan
parkir, instalasi militer, instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara,
pelabuhan laut/ sungai serta tempat lainnya merupakan bagian dari sarana kota
(H.A. Halim Hasmar: 2011). Sedangkan menurut (SK SNI T-07-1990-F) Drainase
perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi mengendalikan air
permukaan, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan
manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia.
Dengan demikian kriteria desain drainase perkotaan memiliki ke-Khususan,
sebab untuk perkotaan ada tambahan variable design seperti : keterkaitan dengan
tata guna lahan, keterkaitan dengan master plan drainase kota, keterkaitan dengan
masalah sosial budaya (kurangnya kesadaran masyarakat dalam ikut memelihara
fungsi drainase kota) dan lain-lain.

2.5. Sistem Drainase


Menurut Suhardjono (2013) drainase adalah suatu tindakan untuk
mengurangi air yang berlebihan, baik itu air permukaan maupun air bawah tanah.
Air yang berlebihan yang umumnya berupa genangan disebut dengan banjir.
Sedangkan menurut Abdel Dayem (2005) drainase adalah suatu proses alami, yang

7
diadaptasikan manusia dengan tujuan mereka sendiri, mengarahkan air dalam ruang
dan waktu dengan memanipulasi ketinggian muka air. Sistem drainase telah
diperlukan sejak beberapa abad yang lalu, seperti tahun 300 SM ruas jalan pada
masa tersebut dibangun dengan elevasi lebih tinggi dengan maksud agar
menghindari adanya limpasan dijalan (Long, 2007).
Adapun permasalahan drainase perkotaan yang sering terjadi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Permasalahan drainase karena ulah manusia, seperti:
a. Perubahan tata guna lahan didaerah aliran sungai (DAS).
b. Perubahan fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase.
c. Pembuangan sampah ke saluran drainase.
d. Kawasan kumuh di sepanjang sungai atau saluran drainase.
e. Infrastruktur drainase kurang berfungsi (bendungan dan bangunan air).
2. Permasalahan drainase karena alam, seperti :
a. Erosi dan sedimentasi.
b. Curah hujan.
c. Kondisi fisiografi/ geofisik sungai.
d. Kapasitas sungai atau saluran drainase yang kurang memenuhi.
e. Pengaruh pasang naik air laut (black water).
Selain permasalahan di atas, salah satu permasalahan yang selalu timbul
setiap tahun pada musim hujan adalah banjir dan genangan air. Banjir dan genangan
air disebabkan oleh fungsi drainase yang belum tertangani secara menyeluruh,
kurangnya kesadaran dan pastisipasi masyarakat dalam memlihara saluran drainase
yang terjadi di sekitarnya menyebabkan penyumbatan saluran drainase oleh industri
maupun sampah rumah tangga (Riman, 2011).
Jenis drainase ditinjau berdasarkan dari sistem pengalirannya, dapat
dikelompokkan menjadi :
a. Drainase dengan sistem jaringan adalah suatu sistem pengeringan atau
pengaliran air pada suatu kawasan yang dilakukan dengan mengalirkan
air melalui sistem saluran dengan bangunan-bangunan pelengkapnya.

8
b. Drainase dengan sistem resapan adalah sistem pengeringan atau
pengaliran air yang dilakukan dengan meresapkan air kedalam tanah.
Cara resapan ini dapat dilakukan langsung terhadap genangan air di
permukaan tanah kedalam atau melalui sumuran/ saluran resapan (Wesli,
2008).

2.6. Evaluasi Sistem Jaringan Drainase


Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
berkerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Arikunto
dan Cepi (2008 : 2). Secara umum evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur
dan sumber nilai objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan
sebelumnya, dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik
untuk perencanaan yang akan dilakukan kedepan.
Sistem jaringan drainase merupakan bagian infrastruktur pada suatu kawasan,
drainase masuk pada kelompok infrastruktur air pada pengelompokan wilayah.
Menurut Rencana Umum Tata Ruang (RTRW) sistem jaringan drainase kota harus
dikembangkan mulai dari air buangan (limbah) atau hujan yang masuk kedalam
saluran atau parit, diteruskan kedalam tanah atau diarahkan untuk mengalir
kesungai dan bermuara dilaut.
Secara umum pendekatan sistem jaringan drainase jalan dimulai dengan
memplot rute jalan yang akan ditinjau pada peta topografi untuk mengetahui daerah
layanan sehingga dapat memprediksi kebutuhan penempatan bangunan drainase
jalan dan penunjang lainnya dengan memperhatikan keberadaan lingkungan.
Intinya harus menghitung debit aliran, menghitung dimensi saluran, kemiringan
saluran dan bangunan badan air lainnya serta memperhatikan faktor-faktor lainnya
yang mendukung sistem jaringan drainase.
Evaluasi sistem jaringan drainase adalah sebuah usaha untuk mengukur
pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya dalam hal ini perencanaan
sistem jaringan drainase jalan dalam mengalirkan air hujan atau air buangan dari
hulu menuju hilir. Evaluasi sistem jaringan drainase jalan meliputi topografi jalan,

9
arah aliran, debit saluran, dimensi saluran, kemiringan saluran dan bangunan badan
air lainnya serta faktor-faktor yang mendukung jalannya sistem jaringan drainase
dimana evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan
yang akan dilakukan kedepannya.

2.7. Drainase Jalan Raya


Pada hakekatnya drainase jalan raya (saluran tepi jalan) berfungsi sebagai
saluran permukaan untuk mengalirkan air permukaan dari badan jalan, dengan
asumsi menampung luasan daerah tangkapan air (catchmen area) dalam lingkungan
sekitarnya yang terbatas, termasuk drainase pada lereng atau bukit yang berada di
sisi jalan. Prinsip utamanya adalah menyediakan fasilitas berupa saluran dan
bangunan pelengkapnya, yang ditempatkan pada kedua sisi tepi jalan, dan atau pada
media jalan dan atau pada bangunan saluran yang dibawah badan permukaan jalan,
yang berfungsi bagi pengaliran air hujan yang turun disekitar permukaan atau badan
jalan (daerah tangkapan terbatas) dengan lebih cepat (tidak terjadi genangan air),
dan atau ada air bawah tanah yang harus dialirkan sehingga kerusakan
(struktur/badan) jalan, seperti jalan berlubang, jalan amblas yang dapat
membahayakan lalu lintas dapat dihindari, dan jalan terpelihara secara struktur dan
berfungsi dengan baik.
Tujuan pembuatan saluran drainase jalan raya ialah sebagai berikut:
1. Mencegah terkumpulnya air hujan (genangan) yang dapat mengganggu
transportasi.
2. Menjaga kadar air tanah badan/ pondasi jalan tersebut berumur panjang.
3. Mencegah berkurangnya kekuatan bahan-bahan penutup.
4. Mengurangin berubah-ubah volume tanah dasar.
5. Mencegah kerusakan karena hasilnya pasir halus pada perkerasan rigit dan
mencegah timbulnya gelombang pada perkerasan fleksibel.
6. Mencegah erosi tanah.
7. Mencegah kelongsoran lereng.
8. Menambah keindahan kota.

10
2.8. Aspek Hidrologi
Air secara alami mengalir dari hulu ke hilir, dari daerah yang lebih tinggi ke
daerah yang lebih rendah. Air mengalir di atas permukaan tanah namun air juga
mengalir di dalam tanah. Air yang terdapat di alam ini dalam bentuk cair, tetapi
dapat berubah dalam bentuk padat/es, salju dan uap yang terkumpul di atmosfer.
Air juga tidaklah statis tetapi selalu mengalami perpindahan. Air menguap dari laut,
danau, sungai, tanah dan tumbuh-tumbuhan akibat panas matahari. Kemudian
akibat proses alam air yang dalam bentuk uap berubah menjadi hujan, yang
kemudian sebagian menyusup ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian menguap
(evaporasi) dan sebagian lagi mengalir di atas permukaan tanah (run off). Air
permukaan ini mengalir ke dalam sungai, danau, kemudian mengalir ke laut,
kemudian dari tempat itu menguap lagi dan seterusnya berputar yang disebut siklus
hidrologi. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud, gerakan aliran air
(dipermukaan tanah, di dalam tanah dan di udara) dan jenis air mengikuti siklus
keseimbangan dan dikenal istilah siklus hidrologi (Kodoatie, 2010).
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tetap mulai dari lautan sampai ke
udara dan kembali ke lautan. Proses yang terjadi pada siklus hidrologi adalah
evaporasi, transpirasi, presipitasi, pergerakan massa udara, kondensasi, dan
pergerakan air tanah.
Penguapan dari laut (evaporasi) dan tanaman (transpirasi) akan membentuk
uap air. Uap air tersebut membentuk awan serta mengemban di udara (kondensasi)
dan pada akhirnya cenderung menimbulkan hujan (presipitasi) dan apabila telah
terlalu berat maka turunlah hujan. Air hujan ada yang jatuh lagi ke laut, sedang yang
jatuh ke daratan meresap ke dalam tanah (infiltrasi). Air dalam tanah sebagian
diserap oleh akar tanaman dan sebagian lagi membentuk mata air. Karena pengaruh
radiasi matahari terjadi lagi penguapan, demikianlah terjadinya siklus tersebut.
Pergerakan air dalam tanah disebut perkulasi, sedangkan aliran air di permukaan
tanah disebut run off.

11
Selaras hal tersebut untuk mengetahui/memprediksi besarnya debit air hujan maka
perlu diketahui siklus hidrologi seperti yang dijelaskan pada Gambar 2.1 berikut
ini:

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi

Mengacu pada Gambar 2.1, proses perjalanan air dalam siklus hidrologi, maka
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Penguapan/evaporasi : Terjadi pada air laut karena panas matahari yang
merupakan sumber air terbesar. Evaporasi juga terjadi pada sungai, danau,
rawa, tambak, embung, situ-situ, waduk.
b. Evapotranspirasi : Air diambil oleh tanaman melalui akar-akarnya yang
dipakai untuk kebutuhan hidup dari tanaman tersebut disebut dengan
transpirasi, lalu air di dalam tanaman juga keluar berupa uap akibat energi
panas matahari (evaporasi). Proses pengambilan air oleh akar tanaman
kemudian terjadinya penguapan dari tanaman disebut sebagai evapo-
transpirasi.
c. Presipitasi : Triadmodjo (2010) mendefinisikan presipitasi sebagai sebuah
proses turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi. Jumlah presipitasi

12
yang turun ke bumi tidak tetap bentuk dan jumlahnya. Uap air akibat dari
evaporasi dan evapo-transpirasi bergerak ke atmosfer (udara) kemudian
akibat perbedaan temperatur di atmosfer dari panas menjadi dingin maka air
akan terbentuk akibat kondensasi dari uap menjadi keadaan cairan (from air
to liqued state). Bila temperatur berada di bawah titik beku (freezing point)
kristal-kristal es terbentuk. Tetesan air kecil (tiny droplet) tumbuh oleh
kondensasi dan berbenturan dengan tetesan air lainnya dan terbawa oleh
gerakan udara turbulen sampai pada kondisi yang cukup besar menjadi
butir-butir air. Apalagi jumlah butir air sudah cukup banyak dan akibat berat
sendiri (secara gravitasi) butir-butir air itu akan turun ke bumi dan proses
turunnya butiran air ini disebut dengan hujan. Bila temperatur udara turun
sampai di bawah 0º Celcius maka butiran air akan berubah menjadi salju.
Bentuk preseiptasi yang jatuh ke bumi dapat berupa hujan (air), salju, kabut,
embun, dan hujan es. Bervariasinya bentuk dan jumlah presipitasi yang
jatuh ke bumi ini disebabkan oleh faktor – faktor klimatologi di atmosfer,
seperti tekanan atmosfer, angin, dan temperatur (Triadmodjo, 2008).
d. Aliran permukaan (run-off) : Secara gravitasi (alami) air mengalir dari
daerah yang tinggi ke daerah yang rendah, dari gunung-gunung,
pegunungan, ke lembah, lalu ke daerah lebih rendah, sampai ke daerah
pantai dan akhirnya akan bermuara ke laut (dapat juga bermuara ke danau).
Aliran air ini disebut aliran permukaan tanah karena bergerak di atas muka
tanah;
e. Aliran sungai : Aliran permukaan biasanya akan memasuki daerah
tangkapan air (catchment area) atau daerah aliran sungai (DAS) menuju ke
sistem jaringan sungai. Dalam sistem sungai, aliran mengalir mulai dari
sistem sungai yang kecil menuju ke sistem sungai yang besar dan akhirnya
akan menuju mulut sungai atau sering disebut estuari yaitu tempat
bertemunya sungai dengan laut. Dapat juga berakhirnya sistem sungai di
danau;

13
f. Transpirasi : Seperti telah di uraikan pada poin b, air dalam tanah diambil
oleh tanaman melalui akar-akarnya yang dipakai untuk kebutuhan hidup
dari tanaman tersebut
g. Infiltrasi : Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah melalui
permukaan tanah (Sri Harto, 1983). Proses infiltrasi dapat berlangsung
secara vertikal dan horisontal (Triadmodjo, 2008). Proses infiltrasi secara
vertikal disebabkan oleh adanya gaya gravitasi dan dikenal dengan sebutan
perkolasi. Proses infiltrasi yang terjadi secara horisontal disebabkan oleh
adanya gaya kapiler yang dikenal sebagai aliran antara (interflow)Sebagian
dari air permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah dalam bentuk
infiltrasi
h. Aliran antara (interflow) : Yaitu air di bawah vadose zone yang mengalir
menuju jaringan sungai, waduk, situ-situ, danau
i. Aliran dasar (base flow) : Yaitu aliran air tanah yang mengisi sistem
jaringan sungai, waduk, situ-situ, rawa dan danau
j. Aliran run-out : Yaitu aliran air tanah yang langsung menuju ke laut
k. Perkolasi : Air dari soil moisture di daerah vadose zone yang mengisi aliran
air tanah
l. Kapiler : Yaitu aliran dari air tanah yang mengisi soil moisture.

Hujan merupakan faktor terpenting dalam siklus hidrologi sehingga


pengukuran curah hujan memang perlu dilakukan. Data curah hujan dikumpulkan
oleh alat ukur yang tersebar, hanya menghasilkan harga perkiraan di daerah sekitar
alat ukur tersebut. Beberapa metode perhitungan banjir rencana diantaranya dengan
cara hubungan empiris Hujan-limpasan (metode Rasional, Weduwen, Melchior
dsb), Hidrograf satuan banjir, dan dengan pengamatan langsung dilapangan
(Kodoatie: 2003).

14
Ada tiga macam cara umum yang dipakai dalam menghitung hujan rata-rata
kawasan (Suripin, 2004):

1. Rata-rata Aljabar
Metode yang paling sederhana dalam perhitungan hujan kawasan. Metode
ini didasarkan pada asumsi bahwa semua penakar hujan, mempunyai
pengaruh yang setara. Cara ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata
atau datar, alat penakar ini tersebar merata dan harga individual curah
hujan tidak terlalu jauh dari harga rata-ratanya (Suripin: 2004).
Hujan kawasan diperoleh dari persamaan.
𝑃1 +𝑃2 +... 𝑃𝑛
𝑃= .................................................................................. (2-1)
𝑛

Keterangan :
P = Rata-rata aljabar ( mm ).
P1, P2... Pn = Curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan.
1, 2, ...n = Banyaknya pos penakar hujan

2. Metode Poligon Thiessen


Metode ini dikenal juga sebagai metode rata-rata timbang (weighted mean)
dihitung dengan cara memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos
penakar hujan untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah
pengaruh dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus
terhadap garis penghubung antara dua pos terdekat (Suripin: 2004).
Prosedur hitungan dari metode ini pada persamaan berikut :

𝐴1 𝑃1 +𝐴2 𝑃2 +𝐴3 𝑃3 +...+ 𝐴𝑛 𝑃𝑛


𝑃= ............................................................. (2-2)
𝐴1 +𝐴2 +𝐴3 +⋯+𝐴𝑛

Keterangan :
P = Hujan rerata Kawasan
𝑃𝑛 = Hujan di stasiun 1,2,...,n
𝐴𝑛 = Luas Daerah yang mewakili stasiun 1,2,...,n

15
Gambar 2.2 Metode Poligon Thiessen
Sumber : Suripin, 2004

3. Metode Isohyet
Medote ini merupakan metode yang paling akurat untuk menentukan hujan
rata-rata, namun diperlukan keahlian dan pengalaman. Isohyet adalah
kontur yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang
sama. Dua garis isohyet tidak pernah saling berpotongan. Persamaan
dalam hitungan hujan rata-rata dengan metode isohyet dapat kita rumuskan
sebagai berikut :
𝐼 𝐼 𝐼 𝐼 𝐼 𝐼 𝐼 𝐼
𝐴1 1 2 +𝐴2 2 3 +𝐴3 3 4 +...+ 𝐴𝑛 𝑛 𝑛+1
2 2 2 2
𝑃= .................................................. (2-3)
𝐴1 +𝐴2 +𝐴3 +⋯+𝐴𝑛

Keterangan :
P = Curah hujan rata - rata
𝐼𝑛 = Curah hujan pada masing – masing stasiun
𝐴𝑛 = Luas areal dari titik I

Gambar 2.3 Metode Isohyet


Sumber : Suripin, 2004

16
2.8.1. Analisis Frekuensi Dan Probalitas
Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai
atau dilampaui. Sebaliknya, kala-ulang (return period) adalah waktu hipotetik di
mana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Tujuan
analisis frekuensi dan probalitas data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran
peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui
penerapan distribusi kemungkinan. Data hidrologi yang di analisis diasumsikan
tidak bergantung (independent) dan terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik
(Suripin: 2004).
Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos
penakar hujan, baik yang manual maupun yang otomatis. Analisis frekuensi ini
didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh
probalitas besaran hujan di masa yang akan datang. Ada empat macam seri data
yang dipergunakan dalam analisis frekuensi yaitu:

a. Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut distribusi Gauss. Fungsi
densitas peluang normal (PDF = probability density function) yang paling dikenal
adalah bentuk bell dan dikenal normal. Distribusi normal adalah simetris terhadap
sumbu vertikal dan berbentuk seperti lonceng (Triatmodjo, 2006). Distribusi
normal dapat dituliskan dalam bentuk rata - rata dan simpangan sebagai berikut
(Suripin,2004):
1 ( 𝑥−𝜇) 2
𝑃 (𝑋) = exp [− ] ................................................................. (2 -4)
𝜎√2𝜋 2𝜎2

Keterangan:

P(X) = fungsi densitas peluang normal (ordinat kurva normal).


X = veriabel acak kontinu.
μ = rata-rata nilai X.
σ = simpangan baku nilai X.

17
Gambar 2.4 Kurva Distribusi Frekuensi Normal
Sumber: Suripin (2004) Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan
Berikut rumus umum untuk distribusi normal yaitu:

𝑋𝑇 −𝑋
𝐾𝑇 = ............................................................................................... (2-5)
𝑆

Keterangan:
XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-
tahunan.
X = nilai rata-rata variat.
S = standart daviasi nilai variat.
KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang
dan tipe model matematik dsitribusi peluang yang akan digunakan
untuk analisis peluang.
Untuk mempermudah perhitungan, nilai faktor frekuensi KT umumya
sudah tersedia dalam tabel, disebut sebagai tabel nilai variabel reduksi Gauss
(Variable reduced Gauss), seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Nilai Variabel Reduksi Gauss


Periode ulang,T
No. (tahun) Peluang KT
1 1,001 0,999 -3,05
2 1,005 0,995 -2,58
3 1,010 0,990 -2,33
4 1,050 0,950 -1,64
5 1,110 0,900 -1,28
6 1,250 0,800 -0,84
7 1,330 0,750 -0,67
8 1,430 0,700 -0,52
9 1,670 0,600 -0,25
10 2,000 0,500 0

18
Periode ulang,T
No. (tahun) Peluang KT
11 2,500 0,400 0,25
12 3,330 0,300 0,52
13 4,000 0,250 0,67
14 5,000 0,200 0,84
15 10,000 0,100 1,28
16 20,000 0,050 1,64
17 50,000 0,020 2,05
18 100,000 0,010 2,33
19 200,000 0,005 2,58
20 500,000 0,002 2,88
21 1000,000 0,001 3,09

Sumber : Suripin (2004)

b. Distribusi Log Normal


Hitungan distribusi log normal dilakukan dengan menggunakan tabel yang
sama dengan distribusi normal. Distribusi log normal dipakai jika nilai-nilai dari
variabel random tidak mengikuti distribusi normal, tetapi nilai logaritmanya
memenuhi distribusi normal (Triatmodjo, 2006). Hitungan distribusi log normal
dilakukan dengan tabel yang sama dengan tabel distribusi normal.
Jika variabel acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan
mengikuti distribusi Log Normal. Distribusi Log Normal dapat dituliskan dalam
bentuk rata-rata dan simpangan bakunya, sebagai berikut (Suripin, 2006:39).
1 ( 𝑌−𝜇𝑌 ) 2
𝑃 (𝑋) = exp[− 𝑋 > 0 ....................................................... (2-6)
𝜎√2𝜋 2𝜎𝑌 2

Keterangan:
P(X) = peluang log normal.
X = nilai variat pengamatan.
Σy = deviasi standar nilai variat Y.
μY = nilai rata-rata populasi Y.
Apabila nilai P(X) digambarkan pada kertas, maka peluang logaritmik akan
merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat dinyatakan sebagai model
matematik dengan persamaan (Suripin, 2006)
𝑌𝑇 = Ȳ + 𝐾𝑇 𝑆 .................................................................................... (2-7)

19
Keterangan:
YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T
tahunan.
Ȳ = nilai rata-rata hitung variat.
S = deviasi standar nilai variat.
K T = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang
dan tipe mode matematik distribusi peluang yang digunakan untuk
analisis peluang.

c. Distribusi Log Pearson III


Salah satu distribusi dari serangkaian distribusi yang dikembangkan Person
yang menjadi perhatian ahli sumberdaya air adalah Log Pearson III . Tiga parameter
penting dalam Log Pearson III , yaitu harga rata-rata, simpangan baku dan
kemencengan. Yang menarik, jika koefisien kemencengan sama dengan nol,
distribusi kembali ke distribusi Log Normal.
Berikut ini langkah-langkah penggunaan distribusi Log Pearson III :
1. Ubah data kedalam bentuk logaritmis, 𝑋 = 𝑙𝑜𝑔 𝑋
2. Hitung harga rata-rata:
∑𝑛
𝑖=1 log 𝑋𝑖
log 𝑋 = ................................................................................ (2-8)
𝑛

3. Hitung harga simpangan baku:


𝑛 ∑𝑛
𝑖=1(log 𝑥𝑖 −log 𝑥)
2
𝑠=[ ] 0.5 ............................................................... (2-9)
𝑛−1

4. Hitung koefisien kemencengan:


𝑛 ∑𝑛
𝑖=1(log 𝑥𝑖 −log 𝑥)
3
𝐺= 3 ..................................................................... (2-10)
(𝑛−1)(𝑛−2)𝑠

5. Hitung logaritma hujan dan banjir dengan periode ulang T dengan rumus:
𝑙𝑜𝑔 = 𝑋 𝑇 = 𝑙𝑜𝑔 𝑋 + 𝐾. 𝑠........................................................... (2-11)

Keterangan:
K = variabel standart (standardized variabel) untuk X yang besarnya
tergantung keofisien kemencengan G. Tabel 2.2
memperlihatkan harga K untuk berbagai nilai kemencengan G.

20
Tabel 2.2 Nilai K untuk distribusi Log Pearson III

Interval kejadian (Recurrence interval), tahun (periode ulang)

1,0101 1,2500 2 5 10 25 50 100

Koef,G Persentase peluang terlampaui (Percent chance of being exceeded)

99 80 50 20 10 4 2 1
3,0 -0,667 -0,636 -0,396 0,420 1,180 2,278 3,152 4,051
2,8 -0,714 -0,666 -0,384 0,460 1,210 2,275 3,114 3,973
2,6 -0,769 -0,696 -0,368 0,499 1,238 2,267 3,071 2,889
2,4 -0,832 -0,725 -0,351 0,537 1,262 2,256 3,023 3,800
2,2 -0,905 -0,752 -0,330 0,574 1,284 2,240 2,970 3,705

2,0 -0,990 -0,777 -0,307 0,609 1,302 2,219 2,192 3,605


1,8 -1,087 -0,799 -0,282 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499
1,6 -1,197 -0,817 -0,254 0,675 1,329 2,163 2,780 3,388
1,4 -1,318 -0,832 -0,225 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271
1,2 -1,449 -0,844 -0,195 0,732 1,340 2,087 2,626 3,149

1,0 -1,588 -0,852 -0,164 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022


0,8 -1,733 -0,856 -0,132 0,780 1,336 1,993 2,453 2,891
0,6 -1,880 -0,857 -0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755
0,4 -2,029 -0,855 -0,066 0,816 1,317 1,880 2,261 2,615
0,2 -2,178 -0,850 -0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472

0,0 -2,326 -0,842 0,000 0,842 1,282 1,751 2,051 2,326


-0,2 -2,472 -0,830 0,033 0,850 1,258 1,680 1,945 2,178
-0,4 -2,615 -0,816 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029
-0,6 -2,755 -0,800 0,099 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880
-0,8 -2,891 -0,780 0,132 0,856 1,166 1,448 1,606 1,733

-1,0 -3,022 -0,758 0,164 0,852 1,128 1,366 1,492 1,588


-1,2 -2,149 -0,732 0,195 0,844 1,086 1,282 1,379 1,449
-1,4 -2,271 -0,705 0,225 0,832 1,041 1,198 1,270 1,318
-1,6 -2,388 -0,675 0,254 0,817 0,994 1,116 1,166 1,197
-1,8 -3,499 -0,643 0,282 0,799 0,945 1,035 1,069 1,087

-2,0 -3,605 -0,609 0,307 0,777 0,895 0,959 0,980 0,990


-2,2 -3,705 -0,574 0,330 0,752 0,844 0,888 0,900 0,905
-2,4 -3,800 -0,537 0,351 0,725 0,795 0,823 0,830 0,832
-2,6 -3,889 -0,490 0,368 0,696 0,747 0,764 0,768 0,769
-2,8 -3,973 -0,469 0,384 0,666 0,702 0,712 0,714 0,714
-3,0 -7,051 -0,420 0,396 0,636 0,660 0,666 0,666 0,667

Sumber : Suripin (2004)

21
d. Distribusi Gumbel
Persoalan yang utama dengan nilai-nilai ekstrim datang dari persoalan
banjir (E.J Gumbel, 1941). Tujuan dari nilai-nilai ekstrim tersebut datang untuk
menganalisis hasil pengamatan nilai-nilai ekstrim tersebut untuk memperkirakan
nilai-nilai ekstrim berikutnya. Distribusi Gumbel banyak digunakan untuk
menganalisis pada data maksimum.
Analisis frekuensi Gumbel tersebut dilakukan dalam persamaan sebagai
berikut:
X = X + sK ........................................................................ (2-11)
Faktor probabilitas K untuk harga-harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan
dalam persamaan
𝑌𝑇𝑟 −𝑌𝑛
𝐾= 𝑆𝑛
............................................................................. (2-12)

Keterangan:
Yn = reduced mean yang tergantung jumlah sampel/data n
Sn = reduced standart deviation yang juga tergantung pada jumlah sampel/
data n
YTr = reduced variate, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut ini
𝑇𝑟 −1
𝑌𝑇𝑟 = −𝐼𝑛 {−𝐼𝑛 }........................................................................ (2-13)
𝑇𝑟

Nilai Reduced Mean, Yn sebagai fungsi periode ulang, Reduced Standart


Deviation, Sn dan Reduced Variate, Ytr sebagai fungsi periode ulang.
Tabel 2.3 Reduced Mean, Yn
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,8396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611
Sumber : Suripin (2004)

22
Tabel 2.4 Reduced Standard Deviation, Sn
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,949 0,967 0,983 0,997 1,009 1,020 1,031 1,041 1,049 1,056
20 1,062 1,069 1,075 1,081 1,086 1,091 1,096 1,100 1,104 1,108
30 1,112 1,115 1,119 1,122 1,125 1,128 1,131 1,133 1,136 1,138
40 1,141 1,143 1,145 1,148 1,149 1,151 1,153 1,155 1,157 1,159
50 1,160 1,162 1,163 1,165 1,166 1,168 1,169 1,170 1,172 1,173
60 1,174 1,175 1,177 1,178 1,179 1,180 1,181 1,182 1,183 1,184
70 1,185 1,186 1,187 1,188 1,189 1,189 1,190 1,191 1,192 1,193
80 1,193 1,194 1,195 1,195 1,196 1,197 1,198 1,198 1,199 1,200
90 1,200 1,201 1,202 1,202 1,203 1,203 1,204 1,204 1,205 1,206
100 1,206 1,206 1,207 1,207 1,208 1,208 1,208 1,209 1,209 1,209
Sumber : Suripin (2004)

Tabel 2.5 Reduced variate, YTr sebagai fungsi periode ulang


Periode Ulang, Tr Reduced variate Periode ulang, Tr Reduced variate
(tahun) YTr (tahun) Ytr

2 0,3668 100 4,6012


5 1,5004 200 5,2969
10 2,2510 250 5,5206
20 2,9709 500 6,2149
25 3,1993 1000 6,9087
50 3,9028 5000 8,5188
75 4,3117 10000 9,2121
Sumber : Suripin (2004)

2.8.2. Uji Kecocokan Chi-kuadrat


Uji chi-kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan
distribusi yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang
dianalisis. Pengambilan keputusan ini menggunakan parameter X2 , yang dapat
dihitung dengan rumus berikut (Suripin, 2004):
(0𝐼 −𝐸𝑖 ) 2
𝑋ℎ2 = ∑𝐺𝑖−1 ................................................................................ (2-14)
𝐸𝑖

Keterangan:
𝑋ℎ2 = parameter chi-kuadrat.
G = jumlah sub kelompok.
Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i.
Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i.

23
Prosedur uji chi-kuadrat adalah sebagai berikut :
1. Urutkan data pengamatan dari data yang besar ke yang kecil atau
sebaliknya
2. Kelompokkan data menjadi G sub-grup yang masing-masing
beranggotakan minimal 4 data pengamatan.
3. Jumlahkan data pengamatan sebesar Oi tiap-tiap sub-grup.
4. Jumlahkan data dari persamaan distribusi yang digunakan sebesar Ei.
5. Pada tiap sub-grup hitung nilai
(0𝑖 −𝐸𝑖 ) 2
(0𝑖 − 𝐸𝑖 )2 𝑑𝑎𝑛 .................................................................. (2-15)
𝐸𝑖

(0𝑖 −𝐸𝑖 ) 2
6. Jumlahkan seluruh G sub-grup nilai untuk menentukan nilai
𝐸𝑖

chikuadrat.
7. Tentukan derajad kebebasan dk = G-R-1 (nilai R=2 untuk distribusi
normal dan binominal).
Interprestasi hasil uji adalah sebagai berikut:
1. Apabila peluang lebih dari 5%, maka persamaan distribusi yang digunakan
dapat diterima.
2. Apabila pelung kurang dari 1%, maka persamaan distribusi yang
digunakan tidak dapat diterima.
3. Apabila peluang berada di antara 1 – 5%, maka tidak mungkin mengambil
keputusan, misal perlu data tambahan. Parameter Xh 2 merupakan variabel
acak. Peluang untuk mencapai nilai Xh 2 sama atau lebih besar dari nilai
chi-kuadrat sebenarnya (X2 ).
Tabel 2.6 Tabel nilai parameter Chi-Kuadrat Kritis, χ2 cr
(Α) Derajat Kepercayaan
Dk 0,995 0,99 0,975 0,95 0,05 0,02 0,01 0,005
1 0,0000393 0,000157 0,00098 0,00393 3,84 5
5,02 6,63 7,879
2 0,0100 0,0201 2
0,0506 0,103 1
5,99 4
7,37 5
9,21 10,597
3 0,0717 0,115 0,216 0,352 1
7,81 8
9.,48 0
11,34 12,838
4 0,207 0,297 0,484 0,711 5
9,48 11,14 5
13,27 14,860
5 0,412 0,554 0,831 1,145 8
11,07 3
12,83 7
15,08 16,750
6 0,676 0,872 1,237 1,635 0
12,59 2
14,44 6
16,81 18,548
7 0,989 1,239 1,69 2,167 2
14,06 9
16,01 2
18,47 20,278
8 1,344 1,646 2,18 2,733 7
15,50 3
17,53 5
20,0 21,955
9 1,735 2,088 2,7 3,325 7
16,91 5
19,02 9
21,66 23,589
9 3 6

24
(Α) Derajat Kepercayaan
Dk 0,995 0,99 0,975 0,95 0,05 0,02 0,01 0,005
10 2,156 2,558 3,247 3,940 18,30 5
20,48 23,20 25,188
11 2,603 3,053 3,816 4,575 7
19,67 3
21,49 9
24,72 26,757
12 3,074 3,571 4,404 5,226 5
21,02 2
23,33 5
26,21 28,300
13 3,565 4,107 5,009 5,892 6
22,36 7
24,73 7
27,68 29,819
14 4,075 4,660 5,629 6,571 2
23,68 6
26,11 8
29,14 31,319
15 4,601 5,229 6,161 7,261 5
24,99 9
27,48 1
30,57 32,801
16 5,142 5,812 6,908 7,962 6
26,29 8
28,84 8
32,00 34,267
17 5,697 6,408 7,564 8,672 6
27,58 5
30,19 0
33,40 35,718
18 6,265 7,015 8,231 9.,90 7
28,86 1
31,52 9
34,80 37,156
19 6,844 7,633 8,907 10,117 9
30,14 6
32,85 5
36,19 38,582
20 7,434 8,260 9,591 10,851 4
31,41 2
34,1 1
37,56 39,997
21 8,034 8,897 10,283 11,591 0
32,67 7
35,47 6
38,93 41,401
22 8,643 9,542 10,982 12,338 1
33,92 9
36,78 2
40,28 42,796
23 9,260 10,196 11,689 13,091 4
36,17 1
38,07 9
41,63 44,181
24 9,886 10,856 12,401 13,848 2
36,41 6
39,36 8
42,98 45,558
25 10,52 11,524 13,120 14,611 5
37,65 4
40,64 0
44,31 46,928
26 11,16 12,198 13,844 15,379 2
38,88 6
41,92 4
45,64 48,290
27 11,808 12,879 14,573 16,151 5
40,11 3
43,19 2
46,96 49,645
28 12,461 13,565 15,308 16,928 3
41,33 4
44,46 3
48,27 50,993
29 13,121 14,256 16,047 17,708 7
42,55 1
45,72 8
49,58 52,336
30 13,787 14,953 16,791 18,493 43,77
7 46,97
2 50,89
8 53,672
Sumber : Soewarno (1995) 3 9 2

2.8.3. Koefisian Aliran Permukaan (C)


Pada saat terjadi hujan pada umumnya sebagian air hujan akan menjadi
limpasan dan sebagian mengalami infiltrasi dan evaporasi. Bagian hujan yang
mengalir diatas permukaan tanah dan saat sesudahnya merupakan
limpasan/pengaliran. Besarnya koefisien pengaliran untuk daerah perencanaan
disesuaikan dengan karakteristik daerah pengaliran yang dipengaruhi oleh tata guna
lahan (Land Use) yang terdapat dalam wilayah pengaliran tersebut. Besarnya
koefisien pengaliran dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.7 Koefisien pengaliran


Kondisi Koefisien Karakteristik Koefisien
Pusat Perdagangan 0,70 - 0,95 Permukaan Aspal 0,70 – 0,95
Lingkungan Sekitar 0,50 – 0,70 Permukaan Beton 0,80 – 0,95
Rumah-Rumah Tinggal 0,30 – 0,50 Permukaan Batu Buatan 0,70 – 0,85
Kompleks Perumahan 0,40 – 0,60 Permukaan Kerikil 0,15 – 0,35

25
Kondisi Koefisien Karakteristik Koefisien
Daerah Pinggiran 0,25 – 0,40 Alur Setapak 0,10 – 0,85
Apartemen 0,50 – 0,70 Atap 0,75 – 0,95
Industri Berkembang 0,50 – 0,80 Lahan Tanah Berpasir 0,05 – 0,10
Industri Besar 0,60 – 0,90 Kemiringan 2 % 0,10 – 0,15
Taman Pekuburan 0,10 – 0,25 Kemiringan 2 s/d 7 % 0,15 – 0,20
Taman Bermain 0,10 – 0,25 Bertrap 7 % 0,13 – 0,17
Lapangan dan Rel Kereta 0,25 – 0,40 Lahan tanah keras kemiringan 2 0,18 – 0,22
Daerah Belum %
berkembang 0,10 – 0,30 Kemiringan rata -rata 2 s/d 7 % 0,25 – 0,35
Bertrap 7 %
Sumber : Urban Drainage Guidelines and Design Standards

2.8.4. Intensitas Hujan


Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan
atau volume hujan tiap satuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan
berlangsung intensitasnya cendrung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya
makin tinggi pula intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama hujan, dan
frekuensi hujan dinyatakan dalam lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi
(IDF=Intensity-Duration- Frequency Curve). Intensitas hujan diperoleh dengan
cara melakukan analisis data hujan baik secara statistik maupun empiris. Intensitas
hujan ialah ketinggian hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu air hujan
terkonsentrasi (Wesli, 2008).
Intensitas hujan biasanya dihubungkan dengan durasi hujan jangka pendek,
misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan berjam-jam. Untuk pembuatan grafik IDF
dibutuhkan data hujan jangka pendek. Kemudian, berdasarkan data hujan jangka
pendek tersebut, grafik IDF dapat dibuat dengan rumus Mononobe (Suripin, 2004).
Sebagai Berikut :
𝑅24 24
𝐼= ( )2/3 ..................................................................................(2-16)
24 𝑡𝑐

Keterangan :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
tc = Waktu konsentrasi (jam)

26
2.8.5. Waktu Konsentrasi Dan Intensitas Curah hujan
Waktu konsentrasi suatu saluran adalah waktu yang diperlukan oleh air
hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran saluran
(titik control) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi.
Berikut waktu konsentrasi yang dikembangkan oleh Kirpich (1940) :

0,87 𝑥 𝐿2
𝑡𝐶 = [ 1000 𝑥 𝑆 ]0,385 ............................................................................... (2-17)

Keterangan :
Tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau (km)
S = kemiringan daerah saluran/sungai = H/L

2.8.6. Debit Rencana Banjir


Untuk menentukan banjir rencana, ada banyak metode perhitungan.
Beberapa metode perhitungan banjir rencana (Kodoatie 2013), diantaranya :
a) Hubungan empiris curah hujan-limpasan (metode-metode : Rasional,
Weduwen, Melchior)
b) Dengan menggunakan hidrograf satuan untuk menghitung hidrograf
banjir
c) Dengan pengamatan langsung di lapangan
Untuk menghitung debit genangan banjir digunakan Metode Rasional
dimana data hidrologi memberikan kurva intensitas durasi frekuensi yang seragam
dengan debit puncak dari curah hujan rata-rata sesuai waktu konsentrasi.
Perhitungan debit genangan menggunakan Metode Rasional dapat diformulasikan
dengan rumus :
Q = 0,00278 . C . I . A ........................................................................ (2-18)
Dimana :
Q = Debit Genangan Banjir (m3 /detik)
C = Koefisien Pengaliran (0 ≤ C ≤ 1)
I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
A = Luas Daerah (ha)

27
Konstanta 0,00278 adalah faktor konversi debit banjir rencana ke satuan
(m3 /dtk).
Beberapa asumsi dasar untuk menggunakan formula Rasional adalah
sebagai berikut :
a) Curah hujan terjadi dengan intensitas yang tetap dalam satu jangka
waktu tertentu, setidaknya sama dengan waktu konsentrasi.
b) Limpasan langsung mencapai maksimum ketika durasi hujan dengan
intensitas yang tetap, sama dengan waktu konsentrasi.
c) Koefisien run off dianggap tetap selama durasi hujan.
d) Luas daerah genangan banjir tidak berubah selama durasi hujan.

2.8.7. Periode Ulang Hujan


Menurut Robert J.Kodoatie, kala ulang atau periode ulang hujan dapat
didefinisikan sebagai interval dari suatu waktu yang mencapai suatu harga tertentu
atau melampaui harga tersebut. Umumnya data hidrologi yang sering dipakai
sebagai dasar perhitungan I (intensitas) rencana, adalah data curah hujan harian
maksimum tahunan yang dapat terjadi sekali setiap tahunnya. Jadi fungsi waktunya
ialah tahunan. Periode Ulang tahunan adalah rata -rata selang waktu perkiraan
terjadi banjir.

2.8.8. Koefisien Limpasan


Menurut (Triatmodjo:2008) koefisien limpasan merupakan nilai banding
antara bagian hujan yang membentuk limpasan langsung dengan hujan total yang
terjadi. Koefisien limpasan untuk tiap bagian daerah yang memiliki fungsi lahan
yang berbeda dapat dihitung dengan rumus:
∑ 𝐶𝑖 𝐴𝐼
𝐶= ∑ 𝐴𝐼
....................................................................................................... (2-19)

Keterangan:
Ci = koefisien limpasan untuk daerah luasan Ai
Ai = luasan dengan nilai C yang berbeda
∑ 𝐴i = penjumlahan semua luasan dengan nilai C yang berbeda.

28
2.9. Aspek Hidrolika
2.9.1. Debit Rencana
Debit rencana adalah adalah debit yang diperkirakan akan menjadi debit
maksimum yang akan dialirkan oleh saluran drainase untuk kemudian dijadikan
sebuah patokan untuk mendimensi saluran drainase supaya tidak terjadi genangan.
Untuk drainase perkotaan dan jalan raya debit rencana ditetapkan debit
banjir maksimum periode 5 tahun berdasarkan pada pertimbangan.
1. Resiko genangan yang timbul dari hujan relatif kecil bila dibandingkan
dengan banjir yang ditimbulkan oleh meluapnya sebuah sungai.
2. Lahan yang relatif terbatas apabila merencanakan saluran untuk
menangani debit banjir maksimum dengan periode diatas 5 tahun.
3. Daerah perkotaan dan jalan raya sering mengalami perubahan dalam
periode tertentu sehingga saluran drainase turut mengalami perubahan.

2.9.2. Dimensi Penampang Saluran


Bentuk saluran yang paling ekonomis adalah saluran yang dapat melampaui
debit maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran dan kemiringan dasar
tertentu. Berdasarkan persamaan kontinuitas, tampak jelas bahwa untuk luas
penampang melintang tetap, debit maksimum dicapai jika kecepatan aliran
maksimum (Suripin, 2004). Berikut beberapa penampang efektif saluran drainase :

a. Penampang Persegi

Gambar 2.5 Penampang Saluran Persegi


Sumber : Hidrolika II (Triadmodjo, 1993)

29
Dalam hal ini maka digunakan persamaan :

A = b. h............................................................................................. (2-20)
P = b + 2h ...................................................................................... (2-21)
𝐴
R = ................................................................................................ (2-22)
𝑃

Keterangan :
A = Luas penampang basah (m2 )
b = Lebar dasar saluran (m)
h = Kedalaman saluran (m)
P = Keliling basah saluran (m)
R = Jari-jari hidrolis (m)

b. Penampang Trapesium

Gambar 2.6. Penampang saluran trapesium


Sumber : Hidrolika II (Triatmodjo, 1993)
Dalam hal ini maka digunakan persamaan :

𝐴 = ( 𝑏 + 𝑚ℎ )ℎ ............................................................................. (2-23)

𝑃 = 𝑏 + 2ℎ √1 + 𝑚2 ) ................................................................. (2-24)
𝐴
𝑅 = ............................................................................................... (2-25)
𝑃

Keterangan :
A = Luas penampang saluran (m2 )
b = Lebar dasar saluran (m)
h = Kedalaman saluran (m)
P = Keliling basah saluran (m)
R = Jari-jari hidrolis (m)
m = Kemiringan talud

30
2.9.3. Kapasitas Saluran
Kapasitas rencana dari setiap komponen sistem drainase dihitung
berdasarkan rumus Manning:

2 1
1
V= x R3 x S2 ..................................................................................... (2-26)
n

Keterangan :
V = Kecepatan aliran (m/detik)
n = koefisien kekasaran Manning
R = Jari-jari hidrolik (m) dimana R = A/P
S = kemiringan dasar saluran

Qsal = Vsal x Asal ...............................................................................................................(2-27)


Keterangan :
Q = Kapasitas debit (m3 /det)
V = Kecepatan aliran (m/detik)
A = luas penampang basah (m2 )

Tabel 2.8 Nilai Kekasaran Manning (n)


Harga
No Tipe Saluran dan Jenis Bahan
Mini mum Normal Ma ksi mum
1 Beton

Gorong-gorong lurus dan bebas dari 0,001 0,011 0,013


kotoran
Gorong-gorong dengan lengkungan dan sedikit
0,011 0,013 0,014
kotoran / gangguan
Beton dipoles 0,011 0,012 0,014
Saluran pembuang 0,013 0,015 0,017
2 Tanah, lurus dan seraga m
Bersih baru 0,016 0,018 0,020
Bersih telah melapuk 0,018 0,022 0,025
Berkerikil 0,022 0,025 0,030
Berumput pendek, sedikit tanaman
0,022 0,027 0,033
pen gganggu

3 Saluran Ala m
Bersih lurus 0,025 0,030 0,033

31
Harga
No Tipe Saluran dan Jenis Bahan
Mini mum Normal Ma ksi mum
Bersih, berkelok-kelok 0,033 0,040 0,045
Banyak tanaman pengganggu 0,050 0,070 0,080
Dataran banjir berumput pendek-tinggi 0,025 0,030 0,035
Saluran di belukar 0,035 0,050 0,070

Sumber : Suripin, 2004

2.10. Pasang Surut Air Laut


Menurut Poerbandono dan Djunarsjah, pasang surut adalah fenomena
naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik (dalam kurun waktu
tertentu) yang dipengaruhi oleh gravitasi bulan dan matahari terhadap bumi. Dan
untuk pengaruh gravitasi benda-benda langit lainnya diabaikan karena jaraknya
yang jauh atau ukurannya yang lebih kecil (2005). Pasang surut air laut adalah
gerakan naik- turunnya muka air laut, dimana amplitudo dan fasenya
berhubungan langsung terhadap gaya geofisika yang periodik yaitu gaya yang
ditimbulkan oleh gerak reguler benda benda angkasa terutama bulan, bumi, dan
matahari. Naik turunnya muka air laut yang ditimbulkan oleh gaya geofisika
inilah yang disebut dengan pasang surut gravitasi. Dari semua benda-benda
angkasa yang mempengaruhi proses pembentukan pasang surut air laut hanya
bumi dan bulan yang sangat berpengaruh. Akibat dari adanya pasang surut air
laut, maka permukaan air laut akan selalu berubah setiap saat seirama dengan
pergerakan pasang surut yang terjadi.
Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Di suatu daerah dalam
satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum pasang
surut di berbagai daerah dapat dibedakan dalam empat tipe, yaitu
1. Pasang Surut Harian Ganda (Semi Diurnal Tide) Dalam suatu hari terjad i
dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama
dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang
surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di
Selat Malaka sampai Laut Andaman.

32
2. Pasang Surut Campuran Condong ke Harian Ganda (Mixed Tide Prevailing
Semidiurnal). Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air
surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak
terdapat di perairan Indonesia Timur.
3. Pasang Surut Harian Tunggal (Diurnal Tide) Dalam satu hari terjadisatu kali
air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50
menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat Karimata.
4. Pasang Surut Campuran Condong ke Harian Tunggal (Mixed Tide
Prevailing Diurnal) Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang
dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjad i
dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat
berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat di Selat Kalimantan dan Pantai
Utara Jawa Barat.
Tipe pasut bergantung pada frekuensi air pasang dengan air surut yang
terjadi setiap harinya. Tipe pasut yang dihasilkan berbeda dikarenakan respon
setiap lokasi berbeda pada gaya pembangkit pasut. Jika ada suatu perairan terjadi
satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut
dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika pada perairan
tersebut terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari, maka kawasan
tersebut dikatakan bertipe pasut harian ganda (semidiurnal tides).

Gambar 2.7 Tipe Pasang Surut


(Sumber : Tugas Akhir Perencanaan Saluran Irigasi Pasang Surut, Teknik Sipil
UGM Yogyakarta,1996)

33
Menurut Suripin (2004 : 116) mengatakan bahwa Sistem drainase mempunyai
pengaruh yang besar terhadap pasang surut air laut, terutama terletak pada
kawasan pesisir pantai khususnya untuk daerah yang datar. Fungsi dari drainase
yaitu untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan sehingga kawasan
tersebut dapat difungsikan secara optimal, sebagai pengendali air permukaan
dengan tindakan untuk memperbaiki daerah genangan air, dapat menurunkan
permukaan air tanah pada tingkat yang ideal,untuk mengendalikan erosi tanah
dan kerusakan jalan, dan juga untuk mengendalikan air hujan yang berlebihan
sehingga tidak terjadi bencana banjir, Azwarudin (2008 : 101).

2.11. Program Aplikasi HEC-RAS 5.0.7

HEC-RAS merupakan program aplikasi untuk memodelkan aliran


sungai, River Analysis System (RAS), Yang dibuat oleh Hydrologic
Engineering Center (HEC) yang merupakan satu divisi di dalam Institute for
Water Resources (IWR), di bawah US Army Corps of Engineering (USACE).
HEC-RAS merupakan model satu dimensi aliran permanen maupun tak
permanen ( Steady and unsteady one dimensional flow model ). HEC – RAS
versi terbaru saat ini, versi 5.0.7 release sejak april 2016. HEC – RAS memiliki
empat komponen model satu dimensi :
1. Hitungan profil muka aliran permanen.
2. Simulasi aliran tak permanen.
3. Hitungan transport sedimen.
4. Hitungan kualitas air.
Satu elemen penting dalam HEC-RAS adalah keempat komponen
tersebut memakai data geometri yang sama, rountine hitungan hidraulika yang
sama, serta beberapa fitur desain hidraulik yang dapat diakses setelah hitungan
profil muka air berhasil dilakukan HEC-RAS merupakan program aplikasi yang
mengintegrasikan fitur graphical user interface, analisi hidraulik, manajemen
dan penyimpanan data, grafik, serta pelaporan.
- Cara Pembuatan File Project pertama pemodelan atau hitungan hidrulika
dengan HEC- RAS adalah membuat file project, suatu model dalam

34
HECRAS di simpan dalam sebuah file project. Pemakai menuliskan nama
file project dan HEC – RAS akan memakai nama file project tersebut untuk
menamai semua file yang berkaitan dengan model tersebut.
- Peniruan Geometrik Saluran yang di butuhkan oleh HEC – RAS adalah
alur, tampang Panjang dan lintang kekasaran dasar ( kofisien manning ),
serta kehilangan energi di tempat perubahan tampang saluran ( kofisien
ekspansi dan kontraksi ). HEC – RAS juga di butuhkn geometri struktur
hidrulika yang ada di sepanjang saluran, missal jembatan, pintu air,
bendung, peluap, dan sejenisnya.

35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tinjauan Umum


Dalam studi analisis genangan banjir , terlebih dahulu harus dilakukan
beberapa tahap, mulai persiapan, survey serta investigasi dari suatu daerah atau
lokasi yang bersangkutan, guna memperoleh data yang berhubungan dengan
perencanaan yang lengkap dan teliti. Untuk mengatur pelaksanaan perencanaan
perlu adanya metodologi yang baik dan benar, karena metodologi merupakan acuan
untuk menentukan langkah-langkah kegiatan yang perlu di ambil dalam penelitian.

3.2. Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Jalan Cendrawasih Kecamatan Tarakan Barat
sebagai Kecamatan padat penduduk serta daerah yang rawan tergenang banjir.
Berikut peta lokasi penelitian Jalan Cendrawasih pada Gambar 3.1 berdasarkan Peta
penggunaan lahan 2021 serta Peta drainase sisi kiri dan sisi kanan pada Gambar 3.2
daerah lokasi penelitian.

Lokasi
Penelitian

Gambar 3.1 Peta Lokasi (Sumber : Data Peta 2021)

36
Drainase Kanan

Drainase Kiri

Gambar 3.2 Peta Drainase (Sumber : Data Peta 2021)

3.3. Tahap Persiapan


Dalam tahapan persiapan ini disusun hal-hal penting yang harus segera
dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu dan pekerjaan.
Dalam tahapan persiapan ini meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Menentukan kebutuhan data.
2. Studi pustaka terhadap landasan teori yang berkaitan dengan penanganan
permasalahan untuk menentukan garis besarnya.
3. Survey lapangan dengan observasi langsung ke lokasi untuk mendapatkan
gambaran umum kondisi wilayah studi, sehingga dari tahap persiapan ini
dapat diketahui langkah-langkah penyelesaian pekerjaan secara berurutan
dan teratur agar di dapatkan hasil yang optimal.

3.4. Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk penelitian ini dibutuhkan
data primer dan data sekunder. Data tersebut didapatkan dari beberapa sumber yang
terpercaya dan relevan. Untuk data primer mengenai dimensi saluran eksisting,
penulis melakukan pengukuran secara langsung di lokasi. Untuk data sekunder
berupa data curah hujan diperoleh dari BMKG Kota Tarakan.

37
Dan data berupa Gambaran Umum Wilayah, Topografi, Peta Genangan, Peta
Jaringan dan Saluran Drainase Kota Tarakan didapatkan melalui Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Tarakan.

3.4.1. Prosedur Pengumpulan Data


Dalam mengumpulkan dan mengolah data primer dan data sekunder perlu
dilakukan beberapa tahapan persiapan yang perlu dilakukan. Tahapan-tahapan
persiapan tersebut meliputi kegiatan berikut ini, yaitu :
1. Studi pustaka terhadap materi dan objek untuk menentukan garis besar dari
penelitian yang diangkat.
2. Menentukan dan mengidentifikasi data-data yang diperlukan untuk
penelitian ini.
3. Menentukan instansi terkait yang dapat dijadikan narasumber dalam
mengumpulkan data dan perizinan.
4. Membuat surat izin untuk pengambilan data-data.
5. Kunjungan dan pengamatan ke lokasi untuk mendapatkan gambaran
umum mengenai kondisi drainase di Lingkungan Jalan Cendrawasih.

3.4.2. Metode Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka
penulis melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :
1. Studi Literatur / Kepustakaan Studi literatur didapatkan dengan cara
mengumpulkan berbagai data yang berasal dari berita, laporan, dokumen,
jurnal, riset, data tertulis, pedoman-pedoman dan buku refrensi atau
sember bacaan yang relevan dengan objek penelitian.
2. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan metode observasi ini dilakukan dengan cara
melaukan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian untuk
mengetahui keadaan drainase dan kondisi eksisting drainase.

38
a. Data Primer
Meliputi data yang di peroleh dari hasil penelitian secara langsung dan
tidak langsung di lapangan. Data primer ini meliputi :
1) Letak dan kondisi drainase
2) Dimensi saluran eksisting
3) Data debit sesaat saluran dalam kondisi normal
b. Data Skunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mencari informasi
secara ilmiah pada instansi maupun lembaga yang terkait. data
sekunder didapatkan dari pihak-pihak terkait.
1) Data Gambaran umum, Peta Topografi, Peta Genangan, Tata
Guna Lahan (Tata Ruang) dan Sistem Jaringan Drainase
Eksisting didapatkan dari Penataan Ruang (PUPR) Tarakan.
2) Data curah hujan dari tahun 2001-2021 Kota Tarakan.

3.5. Metode Analisis Data

Berikut ini merupakan tahapan-tahapan prosedur pelaksanaan perhitungan


untuk merencanakan dan melengkapi data penelitian, yakni:
1. Data curah hujan selama sepuluh tahun terakhir
2. Menganalisa curah hujan maksimum pada periode ulang (tr) tahun.
3. Menentukan distribusi frekuensi curah hujan yang akan dipilih
(Distribusi Normal, Log Normal, Gumbel, dan Log Pearson III ).
4. Menguji distribusi frekuensi curah hujan maksimum yang direncanakan
dengan uji Chi-Kuadrat dan uji kecocokan.
5. Menghitung Intensitas (I) curah hujan rata-rata
6. Menghitung Waktu Konsentrasi (tc) dan Kemiringan Saluran (S)
7. Menghitung Luas Daerah Pengaliran (A) dan Koefisien Limpasan (C)
8. Menghitung Debit Banjir Rencana (Qr) dengan Rumus Rasional
9. Menghitung Kecepatan Aliran (V) dengan Rumus Manning
10. Menghitung daya tampung (Qs) debit air dari saluran drainase exsisting.
11. Periksa kapasitas daya tampung (Qs > Qr)

39
3.6 Bagan Alir Penelitian

Mulai

Studi Pustaka

Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder

1. Survei lapangan 1. Peta Topografi, Peta Genangan dan


• Dimensi saluran esksisting Peta Penggunaan Lahan
2. Data curah hujan Dan Pasang surut
air laut

Analisis Data
• Hidrologi
• Hidrolika

Pemodelan
HEC-RAS 5.0.7

Hasil Dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.3 Bagan Alir Penelitian

40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Hidrologi


Analisa hidrologi merupakan suatu proses pengolahan data-data sekunder
yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Kota Tarakan.

4.1.1 Analisa Curah Hujan (Hidrologi)


Penelitian ini menggunakan data curah hujan dengan jangka waktu 10 tahun
terakhir dari tahun 2011 sampai 2020, data curah hujan diperoleh dari Ogimet.com
yang akan dianalisa dengan 4 (empat) metode analisa distribusi frekuensi hujan
yang ada. Berikut data curah hujan maksimum bulanan dan tahunan Stasiun Juwata
Tarakan :

Tabel 4.1 Data Curah Hujan Maksimum Bulanan Stasiun Juwata Tarakan (mm)
BULAN
THN
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
2011 115 103 70 22 75 68 45 93 68 89 52 100
2012 106 45 90 59 116 58 62 84 45 88 41 50
2013 68 61 84 81 72 78 90 33 94 52 92 69
2014 49 56 50 112 38 61 85 83 111 99 41 84
2015 43 81 66 57 53 67 80 48 72 71 36 37
2016 37 39 56 122 45 84 92 54 109 136 58 85
2017 0 0 0 0 113 31 55 58 43 56 95 157
2018 34 116 59 61 54 26 87 27 81 65 87 85
2019 101 19 63 74 59 61 53 53 68 87 106 123
2020 88 33 52,8 119 116 51 99 47 130 51 64 112

Sumber : Hasil Analisis, 2021

Setelah di peloreh Data Curah Hujan Maksimum Bulanan Stasiun Juwata


Tarakan maka dilakukan analisis lagi untuk mendapatkan data curah hujan tahunan
untuk manganalisis distribusi frekuensi. Adapun data curah hujan tahunan dapat
dilihat pada tabel 4.2 (Data Curah Hujan Maksimum Tahunan Stasiun Juwata
Tarakan)

41
Tabel 4.2 Data Curah Hujan Maksimum Tahunan Stasiun Juwata Tarakan
Curah Hujan Maksimum
No Tahun
(mm)
1 2011 115
2 2012 116
3 2013 94
4 2014 112
5 2015 81
6 2016 136
7 2017 157
8 2018 116
9 2019 123
10 2020 130

Sumber : Hasil Analisis, 2021

4.1.2 Analisis Distribusi Frekuensi


Dalam menentukan distribusi frekuensi curah hujan dapat dilakukan berbagai
cara analisis distribusi curah hujan. Mengacu pada landasan teori yang sudah ada
dalam penelitian ini, analisis frekuensi curah hujan dilakukan dengan distribusi
Normal, Log Normal, Log Pearson III dan Gumbel.
Setelah didapatkan hasil data curah hujan maksimum tersebut. Selanjutnya
data perlu diurutkan dari yang terbesar hingga keterkecil seperti dalam tabel 4.3 di
bawah ini.
Tabel 4.3 Data Curah Hujan Maksimum Tahunan Setelah Diurutkan
Curah Hujan Maksimum
No Tahun
(mm)
1 2015 81
2 2013 94
3 2014 112
4 2011 115
5 2012 116
6 2018 116
7 2019 123
8 2020 130
9 2016 136
10 2017 157

Sumber : Hasil Analisis, 2021

42
Selanjutnya data tersebut digunakan dalam analisis statistik untuk distribusi
Normal, Log Pearson, Log Pearson III dan Gumbel. Selanjutnya dipilih distribusi
frekuensi yang sesuai dengan nilai uji kesesuaian data dengan pengujian Chi kudrat.

1. Distribusi Normal

Tabel 4.4 Hasil Analisis Frekuensi Distribusi Normal


Curah Hujan
No Tahun Xi-X (Xi - X)2 (Xi - X)3 (Xi - X)4
(Xi)
1 2015 81 -37,00 1369,00 -50653,00 1874161,00
2 2013 94 -24,00 576,00 -13824,00 331776,00
3 2014 112 -6,00 36,00 -216,00 1296,00
4 2011 115 -3,00 9,00 -27,00 81,00
5 2012 116 -2,00 4,00 -8,00 16,00
6 2018 116 -2,00 4,00 -8,00 16,00
7 2019 123 5,00 25,00 125,00 625,00
8 2020 130 12,00 144,00 1728,00 20736,00
9 2016 136 18,00 324,00 5832,00 104976,00
10 2017 157 39,00 1521,00 59319,00 2313441,00
Jumlah 1180,00 0,00 4012,00 2268,00 4647124,00
R rata rata 118
Sumber : Hasil Analisis, 2021

Dalam perhitungan distribusi normal dibutuhkan nilai curah hujan rata-ratadan


standar deviasi, yakni:

a. Rata-rata Curah Hujan (X)


∑ ^𝑥 1180,00
𝑋= = = 118 mm
𝑛 10

b. Standar Deviasi (Sd)


∑( Xi−X)2 4012,00
𝑆𝑑 = √ =√ = 21,11
n−1 10−1

c. Koefisien Variasi (Cv)

𝑆 21,11
𝐶𝑣 = = = 0,18
𝑋 118

43
d. Koefisien Skewness (Cs)

𝑛𝑥 ∑( 𝑋𝑖−𝑋 ) 3 10 𝑥 2268,00
𝐶𝑠 = = 9 𝑥 8 𝑥 21,113 = 0,03
9𝑥8𝑥 𝑆3

e. Koefisien Kurtoris (Ck)

𝑛𝑥 ∑( 𝑋𝑖−𝑋 ) 4 10 𝑥 4647124,00
𝐶𝑘 = = = 3,24
9𝑥8𝑥 𝑆4 9 𝑥 8 𝑥 21,114

Menentukan nilai faktor frekuensi (K T) yang dapat dilihat dalam (Tabel 2.1
Nilai Variabel Reduksi Gauss) dengan rumus:
𝑋 𝑇 𝑋 = 𝐾𝑇 . 𝑆

Maka untuk periode ulang 2,5,10 didapatkan Hasil Analisis sebagai berikut:
Tabel 4.5 Besarnya Curah Hujan Priode Ulang Metode Normal
Periode Ulang Xt
No X S KT
Tahun (mm)

1 2 118,00 21,11 0 118,00

2 5 118,00 21,11 0,84 135,74

3 10 118,00 21,11 1,28 145,03

Sumber : Hasil Analisis, 2021

Berikut perhitungan curah hujan rencana dengan Distribusi Normal:


Untuk periode ulang (T) 2 tahun
𝑋𝑇 −𝑋
𝑋𝑇 = → 𝑋 𝑇 = 𝑋 + ( 𝐾𝑇 𝑥 𝑆 )
𝑆

= 118,00 + ( 0 x 21,1135 )
= 118,00 mm
Untuk periode ulang (T) 5 tahun
𝑋𝑇 −𝑋
𝑋𝑇 = → 𝑋 𝑇 = 𝑋 + ( 𝐾𝑇 𝑥 𝑆 )
𝑆

= 118,00 + ( 0,84 x 21,1135 )


= 135,74 mm

44
Untuk periode ulang (T) 10 tahun
𝑋𝑇 −𝑋
𝑋𝑇 = → 𝑋 𝑇 = 𝑋 + ( 𝐾𝑇 𝑥 𝑆 )
𝑆

= 118,00 + ( 1,28 x 21,1135 )


= 145,03 mm

2. Distribusi Log Normal

Tabel 4.6 Hasil Analisis Frekuensi Distribusi Log Normal


Curah
( Log Xi - ( Log Xi - ( Log Xi -
No Tahun Hujan Log Xi Log Xi - Log X
Log X )2 Log X )3 Log X )4
(Xi)
1 2015 81 1,91 -0,16 0,02 0,00 0,00
2 2013 94 1,97 -0,09 0,01 0,00 0,00
3 2014 112 2,05 -0,02 0,00 0,00 0,00
4 2011 115 2,06 0,00 0,00 0,00 0,00
5 2012 116 2,06 0,00 0,00 0,00 0,00
6 2018 116 2,06 0,00 0,00 0,00 0,00
7 2019 123 2,09 0,02 0,00 0,00 0,00
8 2020 130 2,11 0,05 0,00 0,00 0,00
9 2016 136 2,13 0,07 0,00 0,00 0,00
10 2017 157 2,20 0,13 0,02 0,00 0,00
Jumlah 1180,00 20,65 0,00 0,06 0,00 0,00
Rrata - rata 2,065
Sumber: Hasil Analisis, 2021

Dalam perhitungan Log normal dibutuhkan nilai curah hujan rata-rata dan standar
deviasi, yakni:
a. Rata-rata Curah Hujan (X)
∑ ^𝑙𝑜𝑔 𝑥𝑖 20,65
𝑋= = = 2,065 mm
𝑛 10

b. Standar Deviasi (Sd)

∑( Log Xi − Log X ) 2 0,06


𝑆𝑑 = √ =√ = 0,08
𝑛−1 10 − 1

c. Koefisien Variasi (Cv)

𝑆 0,08
𝐶𝑣 = = 2,065 = 0,04
𝑋

45
d. Koefisien Skewness (Cs)

𝑛𝑥 ∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − 𝐿𝑜𝑔 𝑋 ) 3 10 𝑥 0,00


𝐶𝑠 = ( 𝑛−1) − ( 𝑛−2) . 𝑆3
= ( 10−1) 𝑥 ( 10−2) . 0,083
= −0,53

e. Koefisien Kurtoris (Ck)

𝑛𝑥 ∑( 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − 𝐿𝑜𝑔 𝑋 ) 4 100 𝑥 ∑ 0,00


𝐶𝑘 = ( 𝑛−1) −( 𝑛−2) . 𝑆4
= ( 10−1) 𝑥 ( 10−2) 𝑥 (10−3). 0,084
= 4,75

Selanjutnya menganalisis distribusi Log Normal dengan memperhatikan nilai


Log X dan Nilai K T seperti pada distribusi normal pada (Tabel 2.1 Nilai Variabel
Reduksi Gauss)
𝑌𝑇 = 𝑌 + 𝐾𝑇 . 𝑆

Sementara, untuk curah hujan rencana yang didapatkan:


𝑋 = 10𝑌𝑇

Untuk periode ulang 2, 5, 10 berikut didapatkan dari hasil perhitungan


sebagai berikut:

Tabel 4.7 Besarnya Curah Hujan Priode Ulang Metode Log Normal
Periode Ulang Xrt (log Xt
No Peluang s k Log Xt
Tahun x) (mm)
1 2 50,0000 2,0654 0,08 0 2,0630 115,60

2 5 80,0000 2,0654 0,08 0,83 2,1321 135,56

3 10 90,0000 2,0654 0,08 1,30 2,1697 147,80

Sumber : Hasil Analisis, 2021

Berikut perhitungan curah hujan rencana dengan Distribusi Log Normal:


Untuk periode ulang (T) 2 tahun
𝐿𝑜𝑔 𝑋 𝑇 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋 + ( 𝐾𝑇 𝑥 𝑆 )
= 2,0654 + ( 0 x 0,08 )
= 102,0630
= 115,60 mm

46
Untuk periode ulang (T) 5 tahun
𝐿𝑜𝑔 𝑋 𝑇 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋 + ( 𝐾𝑇 𝑥 𝑆 )
= 2,0654 + ( 0,83 x 0,08 )
= 102,1321
= 135,56 mm
Untuk periode ulang (T) 10 tahun
𝐿𝑜𝑔 𝑋 𝑇 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋 + ( 𝐾𝑇 𝑥 𝑆 )
= 2,0654 + ( 1,30 x 0,08 )
= 102,1697
= 147,80 mm

3. Distribusi Gumbel
Tabel 4.8 Hasil Analisis Frekuensi Distribusi Gumbel
Curah Hujan
No Tahun Xi-X (Xi - X)2 (Xi - X)3 (Xi - X)4
(Xi)
1 2015 81 -37,00 1369,00 -50653,00 1874161,00
2 2013 94 -24,00 576,00 -13824,00 331776,00
3 2014 112 -6,00 36,00 -216,00 1296,00
4 2011 115 -3,00 9,00 -27,00 81,00
5 2012 116 -2,00 4,00 -8,00 16,00
6 2018 116 -2,00 4,00 -8,00 16,00
7 2019 123 5,00 25,00 125,00 625,00
8 2020 130 12,00 144,00 1728,00 20736,00
9 2016 136 18,00 324,00 5832,00 104976,00
10 2017 157 39,00 1521,00 59319,00 2313441,00
Jumlah 1180,00 0,00 4012,00 2268,00 4647124,00
R rata rata 118

Sumber : Hasil Analisis, 2021

Dalam perhitungan distribusi normal dibutuhkan nilai curah hujan rata-rata


dan standar deviasi, yakni:
a. Rata-rata Curah Hujan (X)
∑ ^𝑥 1180,00
𝑋= = = 118 mm
𝑛 10

47
b. Standar Deviasi (Sd)
∑( Xi−X) 2 4012,00
Sd = √ =√ = 21,11
n−1 10−1

c. Koefisien Variasi (Cv)

𝑆 21,11
𝐶𝑣 = = 118 = 0,18
𝑋

d. Koefisien Skewness (Cs)

𝑛𝑥 ∑( 𝑋𝑖−𝑋 ) 3 10 𝑥 2268,00
𝐶𝑠 = = = 0,03
9𝑥8𝑥 𝑆3 9 𝑥 8 𝑥 21,113

e. Koefisien Kurtoris (Ck)

𝑛𝑥 ∑( 𝑋𝑖−𝑋 ) 4 10 𝑥 4647124,00
𝐶𝑘 = = = 3,24
9𝑥8𝑥 𝑆4 9 𝑥 8 𝑥 21,114

Setelah mendapat nilai rata-rata curah hujan dan simpangan bakunya, maka
didapatkan nilai Reduced Mean (Yn), Reduced Standard Deviation (Sn) dan
Reduced Variate (Ytr) pada tabel 4.9 di dapatkan nilai Ytr, Yn, dan Sn sebagai
berikut:
Tabel 4.9 Nilai Yn, Sn, dan Ytr untuk Periode Ulang (T)

No. Periode Ulang (T) Jumlah Tahun (N) Yn Sn Ytr

1. 2 10 0,4952 0,9496 0,3668

2. 5 10 0,4952 0,9496 1,5004

3. 10 10 0,4952 0,9496 2,251

Sumber : Tabel Ketentuan

Selanjutnya menghitung curah hujan rencana untuk periode ulang 2, 5 , 10


tahun yang direncanakan setelah mendapat nilai Yn, Sn, dan Ytr dengan distribusi
Gumbel sebagai berikut:
𝑌𝑡𝑟−𝑌𝑛
𝑋𝑡𝑟 = 𝑋 + ( . 𝑆)
𝑠𝑛

48
Tabel 4.10 Besarnya Curah Hujan Priode Ulang Metode Gumbel

Periode Ulang Xt
No X S Yt Yn Sn
Tahun (mm)

1 2 118,0000 21,1135 0,3665 0,4952 0,9496 115,1385

2 5 118,0000 21,1135 1,4999 0,4952 0,9496 140,3385

3 10 118,0000 21,1135 2,2502 0,4952 0,9496 157,0208

Sumber : Hasil Analisis,2021

Berikut perhitungan curah hujan rencana dengan Distribusi Gumbel:


Untuk periode ulang (T) 2 tahun

YTR − Yn
K = X+( .s )
Sn
0,3665−0,4952
= 118,0000 + ( . 21,1135 ) = 115,1385 mm
0,9496

Untuk periode ulang (T) 5 tahun


YTR − Yn
K = X+( .s )
Sn
1,4999−0,4952
= 118,0000 + ( . 21,1135 ) = 140,3385 mm
0,9496

Untuk periode ulang (T) 10 tahun


YTR − Yn
K = X+( .s )
Sn
2,2502 −0,4952
= 118,0000 + ( . 21,1135 ) = 157,0208 mm
0,9496

49
4. Distribusi Log Pearson III
Tabel 4.11 Hasil Analisis Frekuensi Distribusi Log Pearson III
Curah
( Log Xi - ( Log Xi - ( Log Xi -
No Tahun Hujan Log Xi Log Xi - Log X
Log X )2 Log X )3 Log X )4
(Xi)
1 2015 81 1,91 -0,16 0,02 0,00 0,00
2 2013 94 1,97 -0,09 0,01 0,00 0,00
3 2014 112 2,05 -0,02 0,00 0,00 0,00
4 2011 115 2,06 0,00 0,00 0,00 0,00
5 2012 116 2,06 0,00 0,00 0,00 0,00
6 2018 116 2,06 0,00 0,00 0,00 0,00
7 2019 123 2,09 0,02 0,00 0,00 0,00
8 2020 130 2,11 0,05 0,00 0,00 0,00
9 2016 136 2,13 0,07 0,00 0,00 0,00
10 2017 157 2,20 0,13 0,02 0,00 0,00
Jumlah 1180,00 20,65 0,00 0,06 0,00 0,00
Rrata - rata 2,065

Sumber: Hasil Analisis, 2021

Dalam perhitungan Log Pearson III dibutuhkan nilai curah hujan rata-rata dan
standar deviasi, yakni:
a. Rata-rata Curah Hujan (X)
∑ ^𝑙𝑜𝑔 𝑥𝑖 20,65
𝑋= = = 2,065 mm
𝑛 10

b. Standar Deviasi (Sd)


∑( Log Xi − Log X )2 0,06
𝑆𝑑 = √ =√ = 0,08
𝑛−1 10 − 1

c. Koefisien Skewness (Cs)

𝑛𝑥 ∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − 𝐿𝑜𝑔 𝑋 ) 3 10 𝑥 0,00


𝐶𝑠 = ( 𝑛−1) − ( 𝑛−2) . 𝑆3
= ( 10−1) 𝑥 ( 10−2) . 0,083
= −0,53

d. Koefisien Variasi (Cv)

𝑆 0,08
𝐶𝑣 = = 2,065 = 0,04
𝑋

e . Koefisien Skewness (Cs)

𝑛𝑥 ∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − 𝐿𝑜𝑔 𝑋 ) 3 10 𝑥 0,00


𝐶𝑠 = ( 𝑛−1) − ( 𝑛−2) . 𝑆3
= ( 10−1) 𝑥 ( 10−2) . 0,083
= −0,53

50
f. Koefisien Kurtoris (Ck)

𝑛𝑥 ∑( 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − 𝐿𝑜𝑔 𝑋 ) 4 100 𝑥 ∑ 0,00


𝐶𝑘 = ( 𝑛−1) −( 𝑛−2) . 𝑆4
= ( 10−1) 𝑥 ( 10−2) 𝑥 (10−3). 0,084
= 4,75

Didapatkan koefisien kemencengan (G) sebesar - 0,35 Setelah menghitung


nilai koefisien kemencengan (G) dengan nilai periode ulang sebesar 2, 5, 10 tahun
di dapatkan seperti tabel 4.12

Tabel 4.12 Besarnya Curah Hujan Priode Ulang Metode Log Pearson III
Periode Ulang S Log Xt
No Peluang G k Log Xt
Tahun LogX Xrt (mm)
1 2 50 0,0803 2,0654 -0,53 0,16 2,0782 119,7

2 5 20 0,0803 2,0654 -0,53 0,83 2,1317 135,4

3 10 10 0,0803 2,0654 -0,53 1,13 2,1564 143,4

Sumber: Hasil Analisis, 2021

Berikut perhitungan curah hujan rencana dengan Distribusi Log Pearson III :
Log 𝑋 𝑇 = log 𝑋 + 𝐾. 𝑆
Untuk periode ulang (T) 2 tahun
Log X = Log X + ( K x S )
= 2,0654 + ( 0,16 x 0,0803)
= 102,0782
= 119,7 mm
Untuk periode ulang (T) 5 tahun
Log X = Log X + ( K x S )
= 2,0654 + ( 0,83 x 0,0803)
= 102,1317
= 135,4 mm
Untuk periode ulang (T) 10 tahun
Log X = Log X + ( K x S )
= 2,0654 + ( 1,13 x 0,0803)
= 102,1564
= 143,4 mm

51
Tabel 4.13 Rekapitulasi Curah Hujan Rancangan Maksimum
Periode
Gumbel Log Person Tipe III Log Normal Normal
Ulang Tahun
2 115,1385 119,7179 115,6016 118,0000

5 140,3385 135,4191 135,5594 135,7353

10 157,0208 143,3589 147,8033 145,0252

Sumber: Hasil Analisis, 2021

4.1.3 Uji Kecocokan


1. Uji Dispersi
Uji dispersi ini dilakukan berdasarkan perhitungan dibawah ini, maka
didapatkan hasil dari uji dispersi sebagai berikut:

Tabel 4.14 Nilai Uji Dispersi Distribusi Frekuensi Curah Hujan

Jenis
NO Syarat Perhitungan Kesimpulan
Distribusi
Cs = 0 0,0335 MEMENUHI
1 Normal
Ck = 3 2,3386 MEMENUHI
TDK
Cs Cv 3 +3Cv = 0,120 -0,5311
MEMENUHI

Ck =
2 Log Normal TDK
Cv 8 +6Cv 6 +15Cv 4 +16Cv2 +3 4,7503 MEMENUHI
= 3,026
TDK
Cs = 0 -0,5311
Log Pearson MEMENUHI
3
III TDK
Ck = 0 4,7503
MEMENUHI
TDK
Cs = 1,14 0,0335
MEMENUHI
4 Gumbel
TDK
Ck = 5,4 2,3386
MEMENUHI

Sumber: Hasil Analisis, 2021

52
2. Uji Chi Kuadrat Dsitribusi Log Normal
Tujuan Uji Chi-kuadrat ini untuk menentukan apakah persamaan distribusi
yang telah terpilih dapat mewakili distribusi sample data yang dianalisis. Penentuan
keputusan ini menggunakan parameter X2 , yang dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝐺
(0𝐼 − 𝐸𝑖 )2
𝑋ℎ2 =∑
𝐸𝑖
𝑖−1

Pada pengujian uji dispersi hanya Log Normal yang memenuhi, maka
selanjutnya hanya distribusi Log Normal saja yang dipakai untuk uji chi kuadrat
sebagai berikut.
a. Kelas
K = 1 + (3,322 Log n)
= 1 + (3,322 𝐿𝑜𝑔 10)
= 4,322 = 5
b. Derajat Kebebasan (DK)
Dk = 4 − 𝑅 − 1
= 4 − 1− 1
= 2
𝑛
c. Ei =
𝐾
10
=
5
=2
Xmax −Xmin
d. ∆X = K−1

157 − 81
=
5−1
= 14,2
e. Xawal = Xmin − ( 0,5 ∆X)
= 1,91 − ( 0,5 𝑥 14,2)
= −5,19

53
Tabel 4.15. Nilai Uji Chi Kuadrat Distribusi Log Normal
Jumlah Data
No Kemungkinan ( Oi-Ei )^2 (( Oi-Ei )^2)/Ei
Ei Oi

1 1,0490 <X< 2,7720 2 4 4 2,0

2 2,7720 <X< 4,4950 2 2 0 0,0

3 4,4950 <X< 6,2180 2 1 1 0,5

4 6,2180 <X< 7,9410 2 2 0 0,0

5 7,9410 <X< 9,6640 2 1 1 0,5

Jumlah 10 3,0

Sumber : Hasil Analisis, 2021

Chi-Square Hitung (Xh^2) = 3,0


n = 10
α = 0,05
K = 5
DK = 2
Chi-Square Kritis = 5,991
(Xh^2) < (Xh^2 cr) 3,0 < 5,991

Dengan menggunakan taraf nyata pengujian ( α ) = 0,05 atau setara 5% dan


DK = 2, dari diperoleh dsitribusi chi kudrat X𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 = sebesar 5,991. Dari Hasil
Analisis diatas didapatkan X 2 hitung sebesar 3,0 < X2 tabel = 5,991 sehingga dapat
diambil keputusan bahwa metode yang dipakai untuk pemilihan curah hujan
rencana yaitu metode distribusi Normal dan sudah memenuhi syarat.

4.2 Debit Banjir Rencana (Qr)


Debit banjir rencana merupakan debit maksimum rencana di sungai atau
bangunan air lainnya dengan periode ulang tertentu yang dapat dialirkan oleh
saluran tersebut tanpa membahayakan lingkungan sekitar dan stabilitas saluran
tersebut. Debit rencana tersebut dilakukan dengan menganalisis data curah hujan
maksimum pada stasiun curah hujan kemudian melakukan pengamatan dan
pengukuran langsung dilokasi saluran drainase tersebut.

54
4.2.1 Analisis Intensitas Curah Hujan (I)
Waktu yang diperlukan oleh hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik
terjauh sampai ketempat keluarannya (titik kontrol) disebut dengan waktu
konsentrasi suatu daerah aliran dimana setelah tanah menjadi jenuh dan tekanan
kecil terpenuhi. Dalam hal ini diasumsikan bahwa jika durasi hujan sama dengan
waktu konsentrasi maka setiap bagian daerah aliran secara serentak telah
menyumbangkan aliran terhadap titik kontrol.
Data hujan yang digunakan adalah data hujan maksimum harian rata-rata,
sehingga dalam perhitungan intensitas hujan menggunakan rumus dari Mononobe,
yang mana lamanya hujan diasumsikan sama dengan nilai waktu konsentrasi telah
didapat pada perhitungan sebelumnya. Perhitungan intensitas hujan untuk periode
ulang 2,5 dan 10 tahun dapat dilihat tabel 4.16 dibawah ini:

Tabel 4.16 Perhitungan Intensitas Curah Hujan


t R 24
(Jam) R2 (mm) R5 (mm) R10 (mm)
118,0000 135,7353 145,0252
1 40,9083 47,0568 50,2774
2 25,7706 29,6439 31,6728
3 19,6667 22,6225 24,1709
4 16,2345 18,6745 19,9526
5 13,9904 16,0932 17,1946
6 12,3892 14,2513 15,2267
7 11,1793 12,8595 13,7396
8 10,2271 11,7642 12,5694
9 9,4547 10,8758 11,6201
10 8,8134 10,1381 10,8319
11 8,2708 9,5139 10,1651
12 7,8047 8,9778 9,5922
13 7,3992 8,5113 9,0938
15 6,7259 7,7368 8,2663
16 6,4427 7,4110 7,9182
17 6,1875 7,1174 7,6046
18 5,9561 6,8513 7,3202
19 5,7453 6,6088 7,0611
20 5,5521 6,3866 6,8237
21 5,3744 6,1822 6,6053
22 5,2103 5,9934 6,4036
23 5,0582 5,8184 6,2166
24 4,9167 5,6556 6,0427
Sumber : Hasil Analisis, 2021

55
Secara grafis intensitas curah hujan dapat dilihat pada grafik berikut ini :
60

50

40
118,0000 R2
30
135,7353 R5
145,0252 R10
20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Gambar 4.1 Grafik Intensitas Curah Hujan


Salah satu contoh perhitungan (R 2 , R5 , R10 ,) analisa intensitas curah hujan
Distribusi Log Normal diatas sebagai berikut:
Untuk priode ulang (T) 2 tahun

2
𝑅 24 3
I 𝑇 = 24 ( )
24 𝑡

2
118,0000 24 3
I𝑇 = ( )
24 1

I 𝑇 = 40,9083 mm / jam

Untuk priode ulang (T) 5 tahun

2
𝑅 24 3
I 𝑇 = 24 ( )
24 𝑡

2
135,7353 24 3
I𝑇 = ( )
24 1

I 𝑇 = 47,0568 mm / jam

56
Untuk priode ulang (T) 10 tahun

2
𝑅 24 3
I 𝑇 = 24 ( )
24 1

2
145,0252 24 3
I𝑇 = ( )
24 1

I 𝑇 = 50,2774 mm / jam

Dari perhitungan diatas didapatkan angka 40,9083 mm / jam untuk periode


ulang 2 tahun, 47,0568 mm / jam untuk periode ulang 5 tahun dan 50,2774 mm /
jam untuk priode 10 tahun yang akan digunakan untuk mengevaluasi sistem
jaringan drainase denga rumus Mononobe.

4.2.2 Analisa Waktu Konsentrasi Dan Intensitas Hujan


Perhitungan analisa waktu konsentrasi dan intensitas hujan rencana dihitung
dengan menggunakan rumus Mononobe, adapun salah satu contoh perhitungannya
adalah sebagai berikut:
Waktu aliran air diatas permukaan tanah sampai keujung saluran (t c) dapat
dihitung dengan menggunakan rumus, yaitu:

1. Saluran Sisi Kanan


0,87 𝑥 𝐿2 0,385
𝑡𝐶 = [ ]
1000 𝑥 𝑆

0,87 𝑥 5382 0,385


𝑡𝐶 = [ ]
1000 𝑥 0,001

𝑡𝐶 = 120,065 Jam

2. Saluran Sisi Kiri


0,87 𝑥 𝐿2 0,385
𝑡𝐶 = [ ]
1000 𝑥 𝑆

57
0,87 𝑥 5342 0,385
𝑡𝐶 = [ ]
1000 𝑥 0,001

𝑡𝐶 = 119,377 Jam

Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (I) dihitung dengan menggunakan


rumus Mononobe, yaitu:

1. Saluran Sisi Kiri


2
𝑅24 24 3
I= ( )
24 𝑡𝑐
2
118,0000 24 3
I= ( )
24 120,065 /60

I = 25,76 mm / jam

2. Saluran Sisi Kiri


2
𝑅 24 3
I = 24 ( )
24 𝑡𝑐
2
118,0000 24 3
I= ( )
24 119,377 /60

I = 25,86 mm / jam

Tabel 4.17 Perhitungan Intensitas Curah Waktu Konsentrasi.

R24 I (mm/jam)
Tc
No Saluran L2 (m) S
(Jam) 2Th 5Th 10Th 2Th 5Th 10Th

1 Sal Sisi 538 0,001 120,08 118,00 135,74 145,03 25,76 29,63 31,66
Kanan

2 Sal Sisi 534 0,001 119,39 118,00 135,74 145,03 25,86 29,75 31,78
Kiri

Sumber : Hasil Analisis, 2021

58
4.2.3 Luas (A) dan Koenfisien Pengaliran (C)
Dalam penelitian sistem jaringan drainase jalan raya ini, koefisien
pengaliran (C) mengacu pada SNI 03-3424-1994 tentang Tata Cara Perencanaan
Drainase permukaan Jalan Raya, maka didapatkan nilai koefisien pengaliran (C)
untuk menghubungkan kondisi permukaan tanah tertentu, sebagai berikut:

Tabel 4.18 Koefisien Pengaliran (C)


No Kondisi Daerah Pengaliran Koefisien Pengaliaran (C)
1 Jalan Beton dan Aspal 0,70
2 Bahu Jalan 0,40
3 Pemukiman Padat 0,60

Sementara, untuk perencanaan luas daerah aliran ( A ) untuk jalan dihitung


dengan perhitungan sebagai berikut yaitu:
1. Saluran Sisi Kanan
a. Luas A1 (Jalan Beton dan Aspal) = 4,5 m x 649,36 m = 2922 m2
b. Luas A2 ( Bahu Jalan ) = 0,60 m x 649,36 m = 389,62 m2
c. Luas A3 (Pemukiman) = 87.104,65 m²
Total luas Area (A) pada perhitungan diatas sekitar 90416,39 m2
Selanjutnya menghitung nilai koefisen gabungan (Cw) yang perhitungannya
sebagai berikut:

(𝐶1 𝑥 𝐴1 ) + (𝐶2 𝑥 𝐴2 ) + (𝐶3 𝑥 𝐴3 )


𝐶𝑤 =
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 +
(0,70 𝑥 2922) + (0,40 𝑥 389,62 ) + (0,60 𝑥 87.104,65 )
𝐶𝑤 =
2922 + 389,62 + 87.104,65
𝐶𝑤 = 0,602

Koefisien pengaliran gabungan (C) didapat hasil sebesar 0,602

2. Saluran Sisi Kiri


a. Luas A1 (Jalan Beton dan Aspal) = 4,5 m x 649,36 m = 2922 m2
b. Luas A2 ( Bahu Jalan ) = 0,60 m x 649,36 m = 389,62 m2
c. Luas A3 (Pemukiman) = 103.149,9 m²
Total luas Area (A) pada perhitungan diatas sekitar 106460,74 m2

59
Selanjutnya menghitung nilai koefisen gabungan (Cw) yang perhitungannya
sebagai berikut:

(𝐶1 𝑥 𝐴1 ) + (𝐶2 𝑥 𝐴2 ) + (𝐶3 𝑥 𝐴3 )


𝐶𝑤 =
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 +
(0,70 𝑥 2922) + (0,40 𝑥 389,62) + (0,60 𝑥 17,800)
𝐶𝑤 =
2922 + 389,62 + 103.149,9
𝐶𝑤 = 0,704

Koefisien pengaliran gabungan (C) didapat hasil sebesar 0,704


Tabel 4.19 Perhitungan Koefisien Pengaliran

Nama Koefisien Pengaliran Luasan A


No Ci*Ai A Ctotal
Saluran (C) (m2 )

Jalan Aspal 0,70 2.922,12 2.045,48


Sal. Sisi
1 Bahu Jalan 0,40 389,62 155,85 90.416,39 0,602
Kanan
Pemukiman
0,60 87.104,65 52.262,79
Padat
Jalan Aspal 0,85 2.922,12 2.483,80
Sal. Sisi
2 Bahu Jalan 0,60 389,62 233,77 106.461,74 0,704
Kiri
Pemukiman
0,70 103.149,00 72.204,30
Padat
Sumber : Hasil Analisis, 2021

4.2.4 Perhitungan Debit Banjir Rencana (Qr)


Perhitungan debit banjir rencana yang digunakan dalam penelitian ini
ialah menggunakan metode debit banjir rasional dengan periode ulang 2,5 dan
10 tahun.
Q = 0,2778 . C . I . A

Sebelumnya sudah didapatkan nilai koefisien pengaliran (C), Nilai


intensitas curah hujan (I) dengan periode ulang 2,5 dan 10 tahun dan luas
aliran (A).
Maka dapat dihitung debit banjir rencana untuk periode ulang tahun
sebagai berikut:

60
1. Saluran Sisi Kanan
I = 25,76 mm / jam
C = 0,60237
A = 0,090416 Km2
𝑄𝑇 = 0,2778 x 0,60237 x 25,24 x 0,090416 = 0,390 𝑚3 /detik
2. Saluran Sisi Kanan
I = 25,86 mm / jam
C = 0,70375
A = 0,106461 Km2
𝑄𝑇 = 0,2778 x 0,70375 x 25,33 x 0,106461 = 0,538 𝑚3 /detik

Tabel 4.20 Perhitungan Debit Banjir Rencana Kala Ulang 2,5 dan 10 Tahun
I (mm/jam) Qah (m 3 /dt)
A
No Saluran C 2 5 10 2 5 10
(km 2 )
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Sal. sisi
1
Kanan
0,602 0,090 25,76 29,63 31,66 0,390 0,448 0,479
Sal. sisi
2
Kiri
0,703 0,106 25,86 29,75 31,78 0,538 0,619 0,662

Sumber : Hasil Analisis, 2021

4.3 Analisis Hidrolika


Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang
dalam menampung debit air oleh saluran drainase.

4.3.1 Analisa Kapasitas Drainase

Analisa ini dilakukan sebagai kontrol terhadap perhitungan debit banjir


rencana. Dari data-data yang ada dapat dihitung kapasitas maksimal debit
drainase dengan menggunakan rumus manning sebagai berikut:
1. Saluran Sisi Kanan
Panjang saluran (L) = 538 m
Kemiringan saluran ( S )
∆E ( 1,3 − 1 )
S= = = 0,001 %
panjang saluran 538

61
Dimensi Saluran :
Lebar atas = 1,14 m
Lebar bawah = 0,98 m
Tinggi hair = 0,34 m
Tinggi jagaan = 0,45 m
Tinggi saluran = 0,79 m
Luas penampang (A) :
A = (b + mh) h
A = (0.98 + ( 1 x 0.34 )) x 0,34
A = 0,449 m 2
Keliling basah (P) :
P = b 2h (√𝑚2 + 1)

P = 0.98 + 2 x 0,34 √12 + 1)


P = 1,942 m2
Jari-jari hidrolis (R) :
A
R=
P
0,449
R=
1,924
R = 0,231 m
Kecepatan Aliran (V) :
1 2 1
V= x R3 x S2
n
1 2 1
V= x ( 0,231 )3 x ( 0.001 )2
0.015
V = 0.794 m/detik

2. Saluran Sisi Kiri


Panjang saluran (L) = 534 m
Kemiringan saluran ( S )
∆E ( 1,3 − 1 )
S= = = 0,001 %
panjang saluran 538

Dimensi Saluran :

62
Lebar atas = 1,08 m
Lebar bawah = 0,92 m
Tinggi hair = 0,36 m
Tinggi jagaan = 0,46 m
Tinggi saluran = 0,82 m
Luas penampang (A) :
A = (b x mh) h
A = (0.92 + ( 1 x 0.36 )) x 0,36
A = 0,461 m 2
Keliling basah (P) :
P = b 2h √𝑚2 + 1)

P = 0.92 + 2 x 0,36 √12 + 1)


P = 1,938 m2
Jari-jari hidrolis (R) :
A
R=
P
0,461
R=
1,938
R = 0,238 m
Kecepatan Aliran (V) :
1 2 1
V= x R3 x S2
n
1 2 1
V= x ( 0.238 )3 x ( 0.001 )2
0.015
V = 0,809 m/detik
Tabel 4.21 Perhitungan Kapasitas Saluran Eksisting
Dimensi Saluran Dimensi Hidrolis
V
Saluran B b H h m A P R n S
(m/detik)
(m) (m) (m) (m) ( m 2) (m) (m)
Sal.
Sisi 1,14 0,98 0,79 0,34 1 0,449 1,942 0,231 0,015 0,001 0,794
Kanan
Sal.
Sisi 0,95 0,92 0,82 0,36 1 0,461 1,938 0,238 0,015 0,001 0,809
Kiri
Sumber : Hasil Analisis,2021

63
4.3.2 Perhitungan Daya Tampung Debit Saluran Eksisting (Qs)
Perhitungan daya tampung debit saluran dapat dihitung dengan rumus
sebagai berkut:
𝑄𝑠 = 𝑉. 𝐴
1. Saluran Sisi Kanan
Debit Saluran (Q) :
Qs = As x V
Qs = 0,449 x 0.794
Qs = 0.356 m3 /detik

2. Saluran Sisi Kiri


Debit Saluran (Q) :
Qs = As x V
Qs = 0,461 x 0,809
Qs = 0.373 m3 /detik

Tabel 4.22 Perbandingan Daya Tampung Debit Saluran Eksisting Dan Debit
Rencana

QS QT (m3 /detik) Keterangan


Saluran
(m3 /detik) 2 Tahun 5 Tahun 10 Tahun QS > QT
Sal Sisi
Kanan
0,356 0,390 0,448 0,479 Tidak Memenuhi
Sal Sisi
Kiri
0,373 0,538 0,619 0,662 Tidak Memenuhi

Sumber : Hasil Analisis, 2021

Berdasarkan hasil perbandingan kapasitas eksisting dan debit rencana diatas


kapasitas saluran drainase yang sudah ada tidak memenuhi dan menyebabkan air
hujan meluap dan menggenangi daerah sekitarnya. Salah satu cara untuk
mengurangi terjadinya luapan banjir adalah dengan meningkatkan kapasitas saluran
dengan mendesain saluran drainase berdasarkan debit rencana kala ulang 10 Tahun.

64
4.4 Rencana Perbaikan Drainase

4.4.1 Analisa Kapasitas Drainase Rencana


Rencana perbaikan drainase dilakukan untuk mencegah terjadinya genangan
akibat saluran yang tidak mampu menampung debit yang lewat. Dalam
perencanaan dimensi, penulis memberikan beberapa pilihan yang dapat diambil
setelah dilakukan perhitungan berdasarkan faktor yang dapat dilihat dilapangan,
dimensi saluran diperbesar namun tipe saluran tetap. Adapun contoh
perhitungannya seperti dilampirkan berikut ini:

1. Saluran Sisi Kanan


Panjang saluran (L) = 538 m
∆E ( 1,3 − 1 )
S= = = 0,001 %
panjang saluran 538

Dimensi Saluran :
Lebar atas = 1,20 m
Lebar bawah = 1,00 m
Tinggi hair = 0,56 m
Tinggi jagaan = 0,54 m
Tinggi saluran = 1,10 m
Luas penampang (A) :

A = (b + mh) h
A = (1,00 + ( 1 x 0.56 )) x 0,56
A = 0,874 m 2
Keliling basah (P) :
P = b 2h (√𝑚2 + 1)

P = 1,00 + 2 x 0,56 √12 + 1)


P = 2,584 m2
Jari-jari hidrolis (R) :
A
R=
P
0,874
R=
2,584

65
R = 0,338 m
Kecepatan Aliran (V) :
1 2 1
V= x R3 x S2
n
1 2 1
V= x ( 0,338 )3 x ( 0.001 )2
0.015
V = 1,279 m/detik
2. Saluran Sisi Kiri
Panjang saluran (L) = 534 m
∆E ( 1,3 − 1 )
S= = = 0,001 %
panjang saluran 538

Dimensi Saluran :
Lebar atas = 1,20 m
Lebar bawah = 1,00 m
Tinggi hair = 0,58 m
Tinggi jagaan = 0,52 m
Tinggi saluran = 1,10 m
Luas penampang (A) :

A = (b x mh) h

A = (1,00 + ( 1 x 0,58 )) x 0,58

A = 0,916 m 2

Keliling basah (P) :


P = b 2h √𝑚2 + 1)

P = 1,00 + 2 x 0,58 √12 + 1)


P = 2,640 m2
Jari-jari hidrolis (R) :
A
R=
P
0,916
R=
2,640
R = 0,347 m

66
Kecepatan Aliran (V) :
1 2 1
V= x R3 x S2
n
1 2 1
V= x ( 0.347 )3 x ( 0.001 )2
0.015
V = 1,301 m/detik

Tabel 4.23 Perhitungan Kapasitas Saluran Rencana

Dimensi Saluran Dimensi Hidrolis


V
Saluran m n S
B b H h A P R (m/detik)
(m) (m) (m) (m) ( m 2) (m) (m)

Sal. Sisi
1,2 1 1,1 0,56 1 0,874 2,584 0,338 0,012 0,001 1,279
Kanan

Sal. Sisi
1,2 1 1,1 0,58 1 0,916 2,640 0,347 0,012 0,001 1,301
Kiri
Sumber : Hasil Analisis, 2021

4.4.2 Perhitungan Daya Tampung Debit Saluran (Qs)


Perhitungan daya tampung debit saluran dapat dihitung dengan rumus
sebagai berkut:
𝑄𝑠 = 𝑉. 𝐴
1. Saluran Sisi Kanan
Debit Saluran (Q) :
Qs = As x V
Qs = 0,874 x 1,279
Qs = 1,117 m3 /detik

2. Saluran Sisi Kiri


Debit Saluran (Q) :
Qs = As x V
Qs = 0,916 x 1,301
Qs = 1,193 m3 /detik

67
Tabel 4.24 Perbandingan Daya Tampung Debit Saluran Rencana Dan Debit
Rencana.

QT (m 3 /detik)
QS Keterangan
Saluran
(m 3 /detik) QS > QT
2 Tahun 5 Tahun 10 Tahun

Sal Sisi Kanan 1,117 0,390 0,448 0,479 Memenuhi

Sal Sisi Kiri 1,193 0,538 0,619 0,662 Memenuhi

Sumber : Hasil Analisis,2021

4.4.3 Perbandingan Saluran Eksisting dan saluran Rencana


1. Saluran sisi kanan

Tabel 4.25 Perbandingan Saluran Eksisting Dan Saluran Rencana

Dimensi Saluran Saluran Eksisting Saluran Rencana


Trapesium Trapesium

Bentuk Saluran

Lebar Atas (B) 1,14 m 1,20 m

Lebar Bawah (b) 0,98 m 1,00 m

Tinggi Muka Air (h) 0,34 m 0,56 m

Tinggi Jagaan 0,45 m 0,54 m

Tinggi Saluran (H) 0,79 m 1,10 m

Kecepatan Aliran 0,794 m/detik 1,279 m/detik

Debit Saluran 0,356 m 3 /detik 1,117 m 3 /detik

Sumber : Hasil Analisis, 2021

68
2. Saluran sisi Kiri

Tabel 4.26 Perbandingan Saluran Eksisting Dan Saluran Rencana


Dimensi Saluran Saluran Eksisting Saluran Rencana
Trapesium Trapesium

Bentuk Saluran

Lebar Atas (B) 1,08 m 1,20 m


Lebar Bawah (b) 0,92 m 1,00 m
Tinggi Muka Air (h) 0,36 m 0,58 m
Tinggi Jagaan 0,46 m 0,52 m
Tinggi Saluran (H) 0,82 m 1,10 m
Kecepatan Aliran 0,809 m/detik 1,301 m/detik
Debit Saluran 0,373 m 3 /detik 1,193 m3 /detik

Sumber : Hasil Analisis, 2021

4.5 Proses Analisis Data Saluran Drainase Pada HEC-RAS 5.0.7


Simulasi yang dilakukan untuk menghitung saluran drainase pada Jalan
Cendrawasih Kota Tarakan dengan program HEC-RAS 5.0.7 membutuhkan
input data- data yang sesuai agar hasil simulasi dapat menghasilkan sesuai dengan
dilapangan. Data yang dibutuhkan untuk melakukan simulasi pada program HEC-
RAS 5.0.7 antara lain data geometrik drainase Jalan Cendrawasih yang meliputi
gambar penampang melintang dan gambar penampang memanjang.

Data geometrik yang didapatkan digunakan untuk membuat model drainase


jalan Cendrawasih pada program HEC-RAS 5.0.7. data geometrik penampang
memanjang drainase jalan Cendrawasih untuk drainase kanan membentang dari
titik STA 0 pada hulu hingga STA 538 pada hilir drainase dan drainase kiri
membentang dari titik STA 0 pada hulu hingga STA 534 pada hilir drainase.

69
Gambar 4.2 Skema Geometrik Data Drainase Kanan Jalan Cendrawasih
pada HEC-RAS 5.0.7
Sumber : HEC-RAS 5.0.7

Gambar 4.3 Skema Geometrik Data Drainase Kiri Jalan Cendrawasih


pada HEC-RAS 5.0.7
Sumber : HEC-RAS 5.0.7

Data geometrik untuk penampang melintang di input sesuai dengan data


penampang asli yang ada dilapangan yaitu pada drainase Jalan Cendrawasih Kota
Tarakan, berikut tampilan editor untuk memasukkan data penampang melintang.

Gambar 4.4 Tampilan Editor Cross Section Data

70
Pada data cross section coordinates dimasukkan data untuk membentuk
penampang melintang drainase, untuk Downstream Reach lengths dimasukkan 50
pada setiap kolom untuk menunjukkan jarak per potongan penampang yaitu per
50 m. pada data Manning’s Values diisikan 0,015 untuk tipe saluran lurus dan
bahan beton dipoles dan nilai Contraction andxpansion Coefficients digunakan
nilai default yaitu 0,1 dan 0,3. Nilai tersebut umumnya berlaku pada perubahan
tampang saluran secara gradual.

Tabel 4.27 Koefisien Kekasaran Manning


Tipe saluran Koefisien Manning (n)
a. Baja 0,011 – 0,014

b. Baja permukaan gelombang 0,021 – 0,030

c. Semen 0,010 – 0,013

d. Beton 0,011 – 0,015

e. Pasangan batu 0,017 – 0,030

f. Kayu 0,010 – 0,014

g. Bata 0,011 – 0,015

h. Aspal 0,013

Sumber: Wesli, Drainase Perkotaan,(2004)

4.5.1 Debit Aliran


Data debit aliran dibutuhkan untuk kebutuhan input data pada HEC-RAS
5.0.7 dengan menggunakan flow series atau catatan debit yang masuk pada drainase
Jalan Cendrawasih Kota Tarakan sebagai pilihan. Data yang dipelukan dalam
perhitungan debit adalah dimensi drainase dan tinggi muka air sehingga data
debit yang digunakan merupakan Hasil Analisis debit rencana.
Selanjutnya memasukkan data debit aliran yang diperlukan dalam hitungan
aliran permanen (steady Flow) data yang dimasukkan untuk saluran drainase
kanan adalah 0,479 m3 /dtk dan untuk saluran drainase kiri adalah 0.662 m3 /dtk
seperti pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 dibawah ini.

71
Gambar 4.5 Tampilan Editor Steady Flow Drainase Kanan
Sumber: HEC-RAS 5.0.7

Gambar 4.6 Tampilan Editor Steady Flow Drainase Kiri


Sumber: HEC-RAS 5.0.7

Setelah ditentukan kondisi batas baik dari data geometrik, dan data debit
drainase saluran kemudian dilakukan running program sejak saat pengaktifan
HEC-RAS 5.0.7 yang dapat dilihat pada Gambar 4.7 di bawah ini.

Gambar 4.7 Tampilan Steady Flow Analysis


Sumber: HEC-RAS 5.0.7

72
Gambar 4.8 Tampilan Editor Running Program
Sumber: HEC-RAS 5.0.7
Hasil dari perhitungan debit banjir rencana menggunakan metode Log
Normal pada perhitungan curah hujan dan rumus Manning pada perhitungan
kecepatan aliran didapatkan debit Banjir rencana drainase kanan 0,479 m3 /dtk dan
drainase kiri 0,662 m3 /dtk.

4.5.2 Hasil Input Data pada Program HEC-RAS 5.0.7

Dari hasil input data pada program HEC-RAS 5.0.7 didapatkan hasil yang
berbeda baik dari kondisi saluran rencana maupun saluran existing.

1. Saluran Existing
Dari hasil input data geometrik dan data debit existing yang menggunakan
debit banjir rencana drainase kanan 0,479 m3 /dtk dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan
4.10 :

Gambar 4.9 Penampang Saluran Existing Pada ( Hulu )


Sumber:HECRAS 5.0.7

73
Gambar 4.10 Penampang Saluran Existing Pada ( Hilir )
Sumber:HECRAS 5.0.7

Gambar 4.9 dan 4.10 menjelaskan kondisi tinggi air pada penampang saluran
existing. Dari hasil tersebut ketinggian air pada hulu sebesar 0,4 m dan pada hilir
sebesar 1,1 m.

Dari hasil input data geometrik dan data debit existing yang menggunakan
debit banjir rencana drainase kiri 0,662 m3 /dtk dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan
4.12 :

Gambar 4.11 Penampang Saluran Existing Pada ( Hulu )


Sumber: HECRAS 5.0.7

74
Gambar 4.12 Penampang Saluran Existing Pada ( Hilir )
Sumber: HECRAS 5.0.7

Gambar 4.11 dan 4.12 menjelaskan kondisi tinggi air pada penampang
saluran existing. Dari hasil tersebut ketinggian air pada hulu sebesar 0,38 m dan
pada hilir sebesar 1,4 m.

2. Saluran Rencana
Dari hasil input data geometrik dan data debit rencana drainase kanan 0,479
m3 /dtk dapat dilihat pada Gambar 4.13

Gambar 4.13 Penampang Saluran Rencana Pada Drainase kanan ( Hilir )


Sumber:HECRAS 5.0.7

Gambar 4.13 menjelaskan kondisi tinggi air pada penampang saluran


rencana drainase kanan . Dari hasil tersebut ketinggian air pada hilir sebesar 0,84
m ini membuktikan bahwa saluran drainase mampu menampung debit rencana.

75
Dari hasil input data geometrik dan data debit rencana drainase kanan 0,622
m3 /dtk dapat dilihat pada Gambar 4.14

Gambar 4.14 Penampang Saluran Rencana Pada Drainase Kiri( Hilir )


Sumber:HECRAS 5.0.7
Gambar 4.14 menjelaskan kondisi tinggi air pada penampang saluran
rencana. Dari hasil tersebut ketinggian air pada hilir sebesar 0,98 m ini
membuktikan bahwa saluran drainase mampu menampung debit rencana.

4.6 Pengaruh Drainase Terhadap Pasang Surut Air Laut Hecras 5.0.7
Tarakan merupakan dataran rendah sehingga jika terjadi hujan bersamaan
dengan pasang surut air laut, maka pada kondisi tersebut perlu diperhitungkan
kombinasi banjir dan pasang surut dalam analisisnya. Data pasang surut air laut ini
digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruhnya terhadap saluran drainase
pada Jalan Cendrawasih Kota Tarakan. Data pasang surut di yang diperoleh pusat
hidrografi dan oseanografi TNI Angkatan Laut. Berikut grafik data pasang surut air
laut per November 2021 Kota Tarakan.

Gambar 4.15 Grafik Pasang Surut Air Laut

76
Data debit dan data pasang surut air laut digunakan untuk mengetahui kapasitas
saluran eksisting dan data tersebut di input seperti pada Gambar 4.16

Gambar 4.16 Stogate Hydrograph


Sumber:HECRAS 5.0.7

Setelah data tersebut di input kemudian dilakukan running program sejak


saat pengaktifan HEC-RAS 5.0.7 yang dapat dilihat pada Gambar 4.17 di bawah
ini.

Gambar 4.17 Unsteady Flow Analisis


Sumber:HECRAS 5.0.7

77
Dari hasil input data pada program HEC-RAS 5.0.7 didapatkan hasil yang berbeda
ketika pada saat terjadi pasang air laut.
1. Saluran Existing Sisi Kanan

Gambar 4.18 Penampang Saluran Existing


Sumber: HECRAS 5.0.7
Terlihat bahwa pada saluran existing pada drainase sisi kanan Gambar 4.18
menjelaskan kondisi pada penampang saluran existing terjadi banjir dengan tinggi
genangan sebesar 60 cm ini membuktikan bahwa saluran drainase mampu
menampung air saat terjadi pasang.
2. Saluran Existing Sisi Kiri

Gambar 4.19 Penampang Saluran Existing


Sumber: HECRAS 5.0.7
Terlihat bahwa pada saluran existing pada drainase sisi kanan Gambar 4.19
menjelaskan kondisi pada penampang saluran existing terjadi banjir dengan tinggi
genangan sebesar 48 cm ini membuktikan bahwa saluran drainase mampu
menampung air saat terjadi pasang.

78
Dari hasil input data pada program HEC-RAS 5.0.7 didapatkan hasil yang berbeda
ketika dilakukan perencanaan pada saluran.
1. Saluran Rencana Sisi Kanan

Gambar 4.20 Penampang Saluran Rencana


Sumber: HECRAS 5.0.7
Terlihat bahwa pada saluran rencana pada drainase sisi kanan Gambar 4.20
menjelaskan kondisi pada penampang saluran rencana tidak terjadi banjir ini
membuktikan bahwa saluran drainase mampu menampung air saat terjadi pasang.
2. Saluran Rencana Sisi Kanan

Gambar 4.21 Penampang Saluran Rencana


Sumber: HECRAS 5.0.7
Terlihat bahwa pada saluran rencana pada drainase sisi kanan Gambar 4.21
menjelaskan kondisi pada penampang saluran rencana tidak terjadi banjir ini
membuktikan bahwa saluran drainase mampu menampung air saat terjadi pasang.

79
4.7 Perbandingan Hitungan Matematis Dan Mengunakan Hec-ras 5.0.7
Tabel 4.28 Perbandingan Hitungan Matematis Dan Mengunakan Hec-ras 5.0.7
Nama Saluran Matematis Hec-ras 5.0.7

Saluran Rencana
Drainase Kanan

Sumber : Hasil Analisis, 2021

Berdasarkan hasil dari perhitungan matematis didapatkan dimensi saluran


seperti pada gambar di atas dengan tinggi air pada saluran sebesar 0,56 m ini
membuktikan bahwa saluran tersebut mampu menampung debit rencana sebesar
0,479 m3 /dtk sedangkan dari Hasil Analisis menggunakan hec-ras didapatkan
dimensi saluran seperti pada gambar diatas dengan tinggi air sebesar 0,84 m ini
membuktikan bahwa saluran tersebut mampu menampung debit rencana sebesar
0,479 m3 /dtk. Kedua cara tersebut mampu menampung debit banjir rencana yang
membedakan hanya ketinggian air pada saluran tersebut.

Tabel 4.29 Perbandingan Hitungan Matematis Dan Mengunakan Hec-ras


Nama Saluran Matematis Hec-ras 5.0.7
Saluran Rencana
Drainase Kiri

Sumber : Hasil Analisis, 2021

80
Berdasarkan hasil dari perhitungan matemastis didapatkan dimensi saluran
seperti pada gambar di atas dengan tinggi air pada saluran sebesar 0,58 m ini
membuktikan bahwa saluran tersebut mampu menampung debit rencana sebesar
0,662 m3 /dtk sedangkan dari Hasil Analisis menggunakan hec-ras didapatkan
dimensi saluran seperti pada gambar diatas dengan tinggi air sebesar 0,98 m ini
membuktikan bahwa saluran tersebut mampu menampung debit rencana sebesar
0,662 m3 /dtk. Kedua cara tersebut mampu menampung debit banjir rencana yang
membedakan hanya ketinggian air pada saluran tersebut.

81
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dari penelitian maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan dari hasil analisis didapatkan besar debit banjir rencana pada
Saluran drainase eksisting pada Jalan Cendrawasih. Saluran sisi kanan di
dapatkan debit banjir rencana kala ulang 2 tahun sebesar : 0,390 m3 /dtk, 5
tahun sebesar : 0,448 m3 /dtk, dan debit banjir rencana kala ulang 10 tahun
sebesar : 0,479 m3 /dtk. Saluran sisi kiri di dapatkan debit banjir kala ulang
2 tahun sebesar : 0,538 m3 /dtk, 5 tahun sebesar : 0,619 m3 /dtk dan debit
banjir kala ulang 10 tahun sebesar : 0,662 m3 /dtk.
2. Bedasarkan dari kondisi saluran eksisting kemampuan daya tampung
saluran yang ada pada Jalan Cendrawasih untuk besar debit saluran existing
pada saluran sisi kanan sebesar Qs = 0,356 m3 /dtk, saluran sisi kiri sebesar
Qs = 0,373 m3 /dtk. Hasil debit saluran eksisting menunjukkan dengan kala
ulang 10 tahun terlihat bahwa daya tampung kedua saluran existing tidak
mampu menampung debit banjir rencana sehingga terjadi genangan banjir
pada daerah tersebut.
3. Besarnya debit banjir rencana yang tidak memenuhi kapasitas saluran
eksisting maka diperlukan design ulang. Rencana perbaikan saluran
dilakukan untuk mencegah terjadinya genangan banjir kala ulang 10 tahun.
Dalam perencanaan dimensi saluran di perbesar namun tipe saluran saluran
tetap. Saluran sisi kanan direncanakan lebar atas (B) = 1,20 m, Lebar bawah
(b) = 1,00 m, Tinggi Muka Air (h) = 0,56 m, Tinggi Jagaan = 0,54 m, Tinggi
Saluran (H) = 1,10 m, Kecepatan Aliran (V) = 1,279 m/detik dan Debit Saluran
(Q) = 1,117 m3 /detik. Saluran sisi kiri direncanakan Lebar Atas (B) = 1,20 m, Lebar
Bawah (b) = 1,10 m, Tinggi Muka Air (h) = 0,58 m, Tinggi Jagaan = 0,52 m, Tinggi
Saluran (H) = 1,10 m, Kecepatan Aliran (V) = 1,301 m/detik, Debit Saluran (Q) =
1,193 m3 /detik.

82
5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis memberikan saran kiranya
dapat membantu dan memberikan manfaat diantarnya :

1. Perlunya dilakukan normalisasi pada saluran drainase dengan cara


mengangkat sedimentasi yang menumpuk pada saluran agar pengaliran
terhadap saluran berjalan dengan lancar.
2. Memberikan himbauan kepada masyarakat sekitar untuk tidak membangun
bangunan permanen yang dapat memperkecil ukuran saluran drainase
karena sangat berpengaruh terhadap pengaliran saluran tersebut.

83
DAFTAR PUSTAKA

Abdeldayem, S. 2005. Agricultural Drainage : Towards an Integrated Approach, Irrigation


and Drainage Systems. 19:17-87.

Anonim. SK.SNI.T-07-1990-F. Tata Cara Pemasangan Blok Beton Terkunci Untuk


Permukaan Jalan. DPU. 1990

Faizal, R dkk. (2019). Evaluasi Sustem Drainase Menggunakan Strom Water Management
Model (SWMM) dalam Mencegah Genangan Air di Kota Tarakan. Jurnal Teknik
Sipil Vol. 3 No. 2:144-153

Hadisusanto, N. 2010. Aplikasi Hidrologi. Jogja Mediautama. Malang

Hasmar, H.A Halim , 2011 , Drainase Perkotaan, UII Press, Yogyakarta.

Kodoatie, Robert J. (2010). Tata Ruang Air. (Yogyakarta: Andi Yogyakarta).

Kodoatie, Robert J. (2013). Rekayasa Dan Manajemen Banjir Kota. (Yogyakarta: Andi
Yogyakarta)

Long A. R. 2007. Drainage Evaluation at the U. S. 50 Joint Sealant Experiment. J.


Transportation Engineering 1(1):133.

Nugraha, MA. (2014). Analisis Hidrograf Banjir Pada DAS Boang. Jurnal Teknik Sipil
dan Lingkungan, Vol. 2 No. 4:638-641

Putri, HP. Suprapto, B dkk. (2018). Studi Evaluasi Saluran Drainase di Kecamatan
Tarakan Tengah Kota Tarakan. Jurnal Rekayasa Sipil, Vol. 6 No. 2:138-145

Riman. 2011. Evaluasi sistem drainase perkotaan di kawasan kota metropolis Surabaya J.
Widya Teknika 19(2):39-46.

Suhardjono. 2013. Drainase Perkotaan. Universitas Brawijaya, Malang.

Suhelmi, Ifan R, and Hari Prihatno. (2014). Model Spasial Dinamik Genangan Akibat
Kenaikan Muka Air Laut Di Pesisir Semarang, 21 (1): 15–20.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Andi, Yogyakarta.

Triatmodjo, B. 1993. Hidrolika II. Beta Offset, Yogyakarta.

Soewarno, 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data. Penerbit Nova.
Bndung.
Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Graha Ilmu, Yogyakarta.

84
Lampiran 1 Data Curah Hujan Harian Stasiun Tarakan (mm)

2011

Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 29,0 19,0 5,0 2,0 11,0 68,0 40,0 0,0 8,0 22,0 41,0 5,0

2 0,0 0,0 0,0 0,4 0,0 0,0 0,0 0,0 0,5 13,0 50,0 4,0

3 24,0 3,0 27,0 0,0 75,0 0,0 0,4 0,0 0,0 2,0 11,0 0,0

4 68,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 30,0 0,0 2,0 89,0 14,0 13,0

5 0,0 25,0 0,0 0,0 19,0 17,0 0,0 4,0 3,0 1,0 2,0 0,0

6 0,0 36,0 27,0 9,0 64,0 5,0 0,0 0,0 5,0 15,0 23,0 24,0

7 8,0 48,0 3,0 9,0 0,0 23,0 4,0 28,0 0,0 47,0 0,0 0,0

8 3,0 2,0 6,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 18,0 11,0 0,0 0,0

9 0,0 0,0 7,0 6,0 0,3 0,0 0,0 5,0 3,0 0,0 0,0 9,0

10 2,0 17,0 1,0 0,0 15,0 29,0 10,0 0,0 58,0 0,0 22,0 0,0

11 2,0 0,9 2,0 0,0 0,0 6,0 0,0 0,0 0,3 0,4 52,0 0,0

12 0,0 49,0 1,0 7,0 0,0 0,0 7,0 45,0 0,6 0,0 0,0 81,0

13 55,0 4,0 1,0 10,0 22,0 0,0 1,0 40,0 6,0 3,0 7,0 37,0

14 4,0 11,0 0,0 0,8 22,0 4,0 5,0 29,0 13,0 17,0 0,0 0,0

15 2,0 4,0 0,0 0,0 0,5 30,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0

16 0,0 103,0 1,0 3,0 57,0 3,0 0,0 0,0 3,0 0,0 46,0 0,0

17 16,0 38,6 21,0 0,0 6,0 9,0 23,0 13,0 2,0 25,0 6,0 0,0

18 7,0 0,0 10,0 2,0 0,0 0,0 30,0 1,0 3,0 31,0 5,0 3,0

19 2,0 0,0 26,0 0,0 12,0 0,0 0,6 0,0 0,0 25,0 0,0 0,0

20 3,0 17,0 2,0 9,0 2,0 2,0 8,0 93,0 0,0 30,0 0,0 11,0

21 9,0 0,0 9,0 1,0 0,0 1,0 0,0 0,0 13,0 39,0 13,0 4,0

22 0,6 0,0 1,0 22,0 38,0 0,0 2,0 2,0 68,0 8,0 1,0 7,0

23 115,0 0,0 15,0 0,0 11,0 15,0 12,0 26,0 46,0 9,0 0,0 11,0

24 2,0 0,0 70,0 0,0 10,0 16,0 22,0 30,0 0,0 14,0 7,0 0,0

25 0,2 10,0 20,0 3,0 8,0 0,0 0,0 0,4 0,0 32,0 0,0 11,0

26 1,0 1,0 10,0 7,0 29,0 0,0 0,2 23,0 47,0 0,0 7,0 0,0

27 33,0 0,0 7,0 0,0 5,0 0,0 0,0 36,0 0,0 0,0 0,0 9,0

28 0,0 0,0 8,0 5,0 58,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 33,0 100,0

29 7,0 5,0 0,0 1,0 0,0 0,0 2,0 0,0 3,0 4,0 75,0

30 0,0 8,0 12,0 3,0 59,0 45,0 10,0 0,5 6,0 4,0 0,0

31 0,0 59,0 1,0 25,0 2,0 1,0 10,0


JUMLAH
392,8 388,5 352,0 108,2 469,8 287,0 265,2 389,4 299,9 443,4 348,0 416,0
HARIAN HUJAN

85
Lampiran 2 Data Curah Hujan Harian Stasiun Tarakan (mm)

2012

Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 0- 5,0 14,0 0- 44,0 0- 0,6 16,0 0,0 0,1 7,0 8,0

2 0,5 8,0 6,0 0,0 0- 0,0 0,0 0,0 0,0 76,0 1,0 0,0

3 7,0 0,0 46,0 0,5 13,0 0,0 6,0 0,0 0,0 0,8 0- 0,0

4 0,0 22,0 6,0 0,0 45,0 0,0 0,0 19,0 0,0 51,0 0,0 0,5

5 25,0 0,0 14,0 2,0 0,0 0,0 17,0 11,0 2,0 29,0 4,0 9,0

6 82,0 0,0 11,0 0,0 12,0 0,4 0,7 50,0 35,0 0,0 5,0 1,0

7 13,0 0,0 1,0 0,0 116,0 45,0 0- 0,0 0,0 41,0 0,2 35,0

8 14,0 1,0 12,0 0,0 2,0 0,8 15,0 7,0 6,0 0,8 0,0 0,0

9 4,0 1,0 0- 0,0 0,0 0,8 7,0 0,0 22,3 9,0 1,0 1,0

10 3,0 29,0 11,0 0,0 0,0 23,0 3,0 0,0 42,0 10,0 0,0 15,0

11 0- 11,0 2,0 5,0 5,0 16,0 8,0 0,0 15,0 2,0 21,0 0,0

12 40,0 0,0 0,0 2,0 47,0 1,0 0,0 2,0 0,0 13,0 0,0 4,0

13 0,8 8,0 2,0 21,0 0,0 0,0 0- 0,0 0,0 8,0 0,0 4,0

14 0- 0,0 0,0 0,0 85,0 3,0 0,0 37,0 9,0 0,8 28,0 1,0

15 0,0 0,0 0,0 34,0 9,0 0,0 0,0 40,0 25,0 1,0 4,0 6,0

16 20,0 0,4 0,0 0,0 8,0 0,0 62,0 10,0 11,0 1,0 0- 49,9

17 32,0 11,0 0,0 15,0 14,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 0,0 0,0

18 0,0 45,0 0,0 0,6 0,0 16,0 24,0 0,0 0,4 0,6 0,0 3,0

19 17,0 44,0 19,0 3,0 0,8 0,0 1,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

20 1,0 5,0 53,0 21,0 7,0 0,0 0- 3,0 0,0 0- 6,0 0,0

21 14,0 21,0 0,8 9,0 39,0 10,0 0- 5,0 0- 0,8 3,0 2,0

22 0,0 0,0 38,0 29,0 3,0 20,0 0,0 0,4 16,0 0,0 0,8 12,0

23 4,0 0,0 23,0 34,0 0,9 10,0 0,0 84,0 45,0 18,0 16,0 46,0

24 0,0 0,0 5,0 3,0 49,0 19,0 38,0 0,5 9,0 2,0 17,0 0,8

25 58,0 19,0 0,6 0,6 0,0 2,0 7,0 0,0 0- 0,4 15,0 2,0

26 106,0 2,0 23,0 1,0 21,0 0- 3,0 3,0 4,0 88,0 0,0 0,0

27 0- 3,0 0,0 10,0 0,0 58,0 0,0 1,0 0,0 12,0 7,0 0,0

28 12,0 2,0 90,0 59,0 6,0 3,0 0,0 0,0 12,0 0,1 41,0 18,0

29 3,6 5,0 0,0 44,0 11,0 4,0 28,0 3,0 5,0 6,0 4,0 22,0

30 0,4 50,0 2,0 5,0 0,9 0,3 15,0 38,0 0,0 2,0 49,0

31 3,0 0,8 42,0 0,0 31,0 0,5 13,0


JUMLAH HARIAN
460,3 242,4 428,2 295,7 584,7 232,9 220,6 337,9 296,7 372,9 183,0 302,2
HUJAN

86
Lampiran 3 Data Curah Hujan Harian Stasiun Tarakan (mm)

2013

Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 2,0 12,0 8,0 1,3 2,0 0,8 1,0 0,0 7,0 1,0 10,0 2,0

2 0,0 44,0 0,0 0,0 36,0 47,0 2,0 33,0 0,0 0,0 64,0 0-

3 4,0 6,0 0,0 44,0 10,0 0,0 1,0 0,0 1,0 7,0 2,0 12,0

4 0,0 0,9 0,0 12,0 6,0 6,0 41,0 28,0 0,3 0,9 0,0 0,0

5 52,0 5,0 0,0 0,7 13,0 71,0 18,0 0,0 7,0 21,0 4,0 0,0

6 0,8 26,0 0,0 41,0 23,0 1,0 0,5 1,0 14,0 7,0 12,0 27,0

7 2,0 0,0 40,0 20,0 55,0 22,0 43,0 2,0 2,0 1,0 4,0 0,0

8 0,0 4,0 3,0 0,3 18,0 0,0 5,0 0,0 3,0 9,0 0,6 0,0

9 0,0 16,0 0,0 20,0 37,0 0,0 0,0 15,0 0- 8,0 0,0 0,0

10 0,0 3,0 63,0 4,0 15,0 10,0 0,8 0,0 6,0 29,0 92,0 19,0

11 0,0 17,0 84,0 21,0 6,0 18,0 1,0 13,0 22,0 2,0 3,0 0,0

12 3,0 0- 20,0 8,0 4,0 10,0 25,0 0,0 3,0 8,0 0,0 4,0

13 68,0 5,0 0,0 13,0 0,0 27,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 38,0

14 0,0 28,0 24,0 36,0 0,8 0,5 43,0 8,0 38,0 0,0 59,0 53,0

15 0- 1,0 0- 81,0 0,5 0,0 15,0 0,7 94,0 52,0 0,0 0-

16 0,0 0- 0,0 0,0 4,0 0,5 0,7 0,0 9,0 19,0 33,0 8,0

17 15,0 6,0 6,0 7,0 2,0 0,0 0,0 10,0 9,0 0,0 27,0 29,0

18 0,0 0,0 0,0 3,0 30,0 0,0 82,0 0,0 0,0 0,0 10,0 0-

19 0,8 0,0 7,0 14,0 12,0 0,0 0,0 8,0 0,0 0,0 6,0 4,0

20 10,0 3,0 14,0 7,0 3,0 0,0 22,0 0,6 0,0 0,0 0,0 16,0

21 2,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,0 0,0 12,0 3,0 50,0 31,0 20,0

22 0,0 61,0 36,0 9,0 10,0 0,0 40,0 0,0 0,9 2,0 1,0 0-

23 22,0 5,0 0,0 12,0 5,0 0,0 0,0 16,0 0,0 0,0 0,0 5,0

24 0,0 19,0 19,0 1,0 23,6 17,0 0,0 3,0 0,0 1,0 10,0 1,0

25 9,0 0- 3,0 0,8 0,0 9,0 90,0 0,1 7,0 17,0 13,0 4,0

26 13,0 0- 5,0 6,0 44,0 13,0 0,0 0,0 0,0 3,0 19,0 27,0

27 10,0 7,0 2,0 0,4 0,0 3,0 52,0 0,0 16,0 3,0 14,0 69,0

28 0,0 0,5 6,0 8,0 13,0 7,0 58,0 0,0 35,0 11,0 2,0 0,0

29 0,0 5,0 1,0 0,3 4,0 0,0 3,0 7,0 5,0 2,0 3,0

30 0,0 0,0 30,0 0,9 78,0 4,0 0,0 22,0 29,0 7,0 0,0

31 0- 6,0 72,0 12,0 26,0 14,0 0,0


JUMLAH HARIAN
213,6 269,4 353,0 401,5 450,1 344,8 557,0 179,4 306,2 299,9 425,6 341,0
HUJAN

87
Lampiran 4 Data Curah Hujan Harian Stasiun Tarakan (mm)

2014

Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 0,0 0,0 0,0 14,0 18,0 4,0 2,0 3,0 111,0 0,0 13,0 2,0

2 0- 0,0 2,0 15,0 18,0 22,0 0- 83,0 0,0 11,0 0- 0-

3 10,0 0,0 0,0 13,0 34,0 0,0 0,0 29,0 0,0 0,0 34,0 0,0

4 2,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 8,0 11,0 11,0 12,0 0,0 53,0

5 0,0 0,2 1,0 8,0 0,0 0,5 51,0 5,0 26,0 0,0 4,0 2,0

6 17,0 0,0 0,0 8,0 0,0 34,0 85,0 1,0 17,0 8,0 2,0 0-

7 2,0 0,0 0,0 2,0 5,0 0,0 13,0 0,9 6,0 4,9 0,0 0,8

8 0,0 0,0 0,0 12,0 0,0 10,0 44,0 0,0 0- 0,0 0,0 84,0

9 11,0 4,0 0,0 18,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 0,0 0,0 26,0

10 0,0 56,0 0,0 0,0 5,0 4,0 33,0 5,0 2,0 0,0 41,0 15,0

11 0,5 27,0 0,0 44,0 22,0 37,0 13,0 4,0 19,0 2,0 18,0 0,0

12 2,0 5,0 0,0 0,0 22,0 17,0 0- 0,0 43,0 0,0 3,0 22,0

13 0,0 0,6 0,0 0,0 11,0 0,0 39,0 1,0 3,0 1,0 0- 0,6

14 35,0 0,0 4,0 66,0 0,4 13,0 53,0 6,0 0,0 2,0 0,0 0,5

15 38,0 5,0 0,0 60,0 3,0 4,0 9,0 35,0 0,5 31,0 6,0 0,0

16 3,0 2,0 2,0 4,0 30,0 0,0 0,0 6,0 3,0 0,0 0,0 0,6

17 0,0 13,0 7,0 1,0 5,0 37,0 28,0 0,0 0,0 7,0 0,0 28,0

18 0,0 1,0 6,0 4,0 7,0 0,0 21,0 51,0 2,0 0,0 2,0 0,0

19 0,0 0,0 21,0 24,0 6,0 17,0 3,0 2,0 0,0 0,0 24,0 2,0

20 0,0 3,0 6,0 1,0 27,0 0,0 0,0 0,0 0,0 4,0 0,4 0-

21 20,0 0,0 0- 0,0 0,0 0,0 0,0 74,0 0,0 5,0 8,0 11,0

22 8,0 0,0 4,0 15,0 16,0 1,0 0,0 2,0 0,0 2,0 13,0 8,0

23 40,0 0,0 7,0 112,0 0,0 0,0 32,0 1,0 12,0 0- 0,0 0,4

24 39,0 0,0 0,0 15,0 38,0 0,0 6,0 2,0 0,0 1,0 12,0 5,0

25 49,0 5,0 50,0 24,0 2,0 6,0 0,0 0,0 1,0 13,0 0,0 0-

26 0,0 0- 0,0 0,0 0,0 0,0 11,0 2,0 0,0 0,4 3,0 0,0

27 6,0 0,0 21,0 0,5 5,0 1,0 24,0 32,7 0,0 34,0 32,0 0,7

28 0,0 0,0 0- 15,0 0,0 0,0 51,0 14,0 0,8 99,0 9,0 0,0

29 0,0 16,0 57,0 2,0 61,0 0- 5,6 0,0 44,0 4,0 23,0

30 0,0 1,0 0,0 5,0 3,0 1,0 0,0 5,0 1,0 5,0 0,0

31 0,0 0,0 2,0 0,0 0,4 9,0 0,0


JUMLAH HARIAN
282,5 121,8 148,0 532,5 283,4 271,5 527,0 376,6 264,3 291,3 233,4 284,6
HUJAN

88
Lampiran 5 Data Curah Hujan Harian Stasiun Tarakan (mm)
2015

Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 17,0 0,8 0,2 6,0 0,0 0,0 0,0 40,0 72,0 0,0 2,0 4,0

2 43,0 10,0 1,0 26,0 13,0 0,0 0,0 0- 0,8 6,0 2,0 0,0

3 21,0 0,0 0,0 14,0 0,4 0,0 0,0 4,0 2,0 2,0 17,2 0,4

4 1,0 67,0 0,0 2,0 35,0 0,0 0,0 48,0 11,0 12,0 10,0 19,0

5 9,0 16,0 15,0 0,0 52,0 0,0 0,0 15,0 3,0 0,0 0,0 6,0

6 0,0 0,0 7,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 15,0 0,0 2,0 0,4

7 0,0 1,0 13,0 0,0 0,4 3,0 0,0 0,0 22,0 0,0 0- 0,0

8 2,0 1,0 0,4 57,0 0,0 0,0 2,0 8,0 6,0 0,0 3,0 6,0

9 2,0 3,0 2,0 0,7 3,0 7,0 12,0 6,0 23,0 4,0 2,0 0,0

10 0,0 0,0 0,0 18,0 5,0 8,0 0,0 0,4 0,0 3,0 10,0 36,0

11 5,0 0,0 0,0 5,0 0,0 3,0 26,0 0,0 0,8 0- 3,0 0,5

12 8,0 3,0 0,0 36,0 53,0 8,0 0,0 0,0 0,0 0,2 36,0 15,0

13 25,0 56,0 25,0 0,0 7,0 0,0 9,0 0,0 7,0 0,2 10,0 37,0

14 7,0 0,0 34,0 0,9 28,0 67,0 0,0 13,0 49,0 0,0 0,0 8,0

15 31,0 81,0 0,0 9,0 2,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,0

16 0,0 9,0 66,0 8,0 0,8 0,0 0,0 0,0 1,0 23,0 24,0 12,0

17 7,0 0,0 39,0 6,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 13,0 22,0 0-

18 6,0 0,0 4,0 0,0 0,0 0- 0,0 0,0 0,0 0,0 24,0 27,0

19 0,2 0,0 0,0 1,0 0,0 0,0 1,0 0,6 0,0 0,0 3,0 10,0

20 7,0 0,0 2,0 13,0 7,0 0,0 0,0 0,0 9,0 0,0 20,0 37,0

21 16,0 5,0 2,0 0,4 7,0 0,0 0,6 0,0 63,0 0,0 25,0 22,0

22 0,6 7,0 2,0 0,5 10,0 66,0 0,0 0,0 58,0 9,0 3,0 0,5

23 0,0 0,0 59,0 0,0 0,0 0,6 80,0 0,0 0,6 0,0 6,0 19,0

24 0,0 0,0 0,6 0,4 2,0 0,0 0,0 0,0 0,6 0,0 5,0 0,0

25 1,0 0,0 0,0 10,0 1,0 0,0 0,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0

26 0,0 55,0 0,0 8,0 0,0 0,0 3,0 0,0 0,0 28,0 32,0 0,0

27 2,0 0,4 16,0 32,0 21,0 0,0 0,0 11,0 13,0 14,0 0,8 0,0

28 0,0 0,0 2,0 4,0 2,0 4,0 5,0 0,0 0,0 0,0 0,4 1,0

29 3,0 63,0 7,0 9,0 25,0 3,0 0,8 0,0 9,0 1,0 0,6

30 1,0 8,0 0,8 2,0 24,0 0,0 0,0 0,0 71,0 0,0 2,0

31 0,0 1,0 3,0 18,0 0,0 2,0 21,0

JUMLAH HARIAN
214,8 315,2 362,2 265,7 263,6 215,6 159,6 146,8 357,8 196,4 264,4 287,4
HUJAN

89
Lampiran 6 Data Curah Hujan Harian Stasiun Tarakan (mm)

2016

Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 - 0,0 0,0 14,0 40,0 18,0 0,0 0,0 0,0 18,0 3,0 48,0

2 6,0 0,8 0,0 0,2 - 53,0 12,0 31,0 0,4 8,0 4,0 0,4

3 2,0 13,0 2,0 0,0 0,0 0,0 1,0 2,0 63,0 61,0 0,0 3,0

4 0,0 39,0 11,0 23,0 8,0 20,0 14,0 5,0 0,8 12,0 11,0 18,0

5 2,0 6,0 2,0 0,0 3,0 0,2 0,0 0,5 0,0 0,0 0,0 0,0

6 29,0 16,0 0,0 0,0 6,0 0,0 25,0 - 0,6 4,0 6,0 0-

7 4,0 0,0 0,0 0,0 3,0 0,0 92,0 0,0 1,0 19,0 0- 13,0

8 0,0 3,0 0,6 0,0 7,0 0,0 50,0 - 0,0 0,8 1,0 2,0

9 0,0 2,0 0,2 17,0 25,0 71,0 2,0 0,0 4,0 31,0 0,0 0,0

10 0,0 0,0 0,2 0,0 1,0 3,0 0,0 0,0 0- 47,0 0,0 22,0

11 0,0 0,0 6,0 7,0 0,0 3,0 41,0 0,0 8,0 0,0 58,0 20,0

12 28,0 18,0 14,0 1,0 0,0 19,0 1,0 0,1 2,0 136,0 33,0 2,0

13 0,0 10,0 0,4 55,0 0,0 29,0 0,0 9,0 45,0 7,0 4,0 4,0

14 0,0 - 56,0 122,0 7,0 2,0 0,0 19,0 0,0 13,0 0- 0,0

15 0,0 29,0 32,0 11,0 6,0 6,0 0,0 14,9 0,0 9,0 8,0 8,0

16 0,6 0,0 - 7,0 0,0 0,0 2,0 35,0 0,0 0- 39,0 0,8

17 37,0 0,4 0,0 11,0 45,0 5,0 14,0 54,0 18,0 67,0 1,0 33,0

18 13,0 1,0 0,0 1,0 8,0 - 0,0 36,0 7,0 38,0 30,0 0,0

19 3,0 19,0 0,0 0,0 24,0 0,0 0,0 33,0 9,0 0,0 3,0 0,7

20 0,0 39,0 0,2 1,0 4,0 3,0 37,0 15,0 0,0 79,0 16,0 0,0

21 31,0 0,0 0,0 0,0 4,0 0,0 9,0 3,0 109,0 0,8 0,4 6,0

22 15,0 0,0 50,0 0,0 7,0 84,0 0,9 0,0 6,0 0- 0,5 85,0

23 6,0 0,0 0,0 0,0 11,0 0,5 4,0 22,0 2,0 0- 0,0 0,0

24 1,0 0,0 0,0 0,0 - 6,0 0,0 0,0 0- 16,0 0,8 21,0

25 0,0 0,0 15,0 0,0 2,0 18,0 3,0 0,0 0,0 41,0 0,4 2,0

26 1,0 0,0 2,0 0,0 0,0 1,0 57,0 37,0 5,0 2,0 4,0 8,0

27 22,0 0,0 0,0 4,0 1,0 75,2 36,0 0,2 73,0 0,0 1,0 0,3

28 0,0 0,0 0,0 29,0 4,0 3,0 - 1,0 0,9 3,0 1,0 77,0

29 0,0 0,0 0,0 2,0 0,0 0,6 10,0 0,0 0- 65,0 14,0 0,0

30 0,0 0,0 1,0 12,0 0,0 0,7 0,0 26,0 0- 26,0 0,0

31 0,0 17,0 2,0 - 0,0 10,0 0,0


JUMLAH HARIAN
200,6 196,2 208,6 306,2 230,0 420,5 411,6 317,7 380,7 687,6 265,1 374,2
HUJAN

90
Lampiran 7 Data Curah Hujan Harian Stasiun Tarakan (mm)

2017

Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 0- 5,0 0,0 0,0 0- 0,0 2,0 10,0

2 0,0 13,0 0- 0,5 0,2 5,0 0,8 20,0

3 2,0 10,0 0,0 5,0 0- 6,0 1,2 157,0

4 0,0 0,0 16,0 0,0 0,0 13,0 6,0 0,0

5 19,0 0,0 6,0 5,0 0,0 0,0 27,0 36,0

6 5,0 1,0 0,0 0,0 35,0 26,0 0,0 3,0

7 8,0 14,0 13,0 15,0 5,0 2,0 2,0 0,4

8 0,8 3,0 20,7 4,0 0,0 2,0 7,0 0,0

9 0,8 11,0 21,0 1,6 0- 0- 9,0 46,0

10 3,0 30,0 0,0 0,0 0,0 0,0 14,0 2,0

11 0,4 6,0 14,0 6,0 3,0 5,0 35,0 41,0

12 0- 0,0 0,0 9,0 16,0 12,0 2,0 9,0

13 0- 31,0 0,4 47,0 20,0 0,0 2,0 9,0

14 0- 3,0 20,0 0,8 33,0 29,0 27,0 6,0

15 8,0 0,0 20,0 4,0 2,0 6,6 0,0 0,0

16 0,0 14,0 0,0 49,0 0- 16,0 1,0 0,8

17 21,0 0,0 16,0 0- 0,5 0,0 0,0 0,0

18 0,0 0,0 55,0 12,0 19,0 0,0 29,0 25,0

19 0- 2,0 0,6 0,0 0,0 0,0 16,0 20,0

20 2,0 2,5 0,0 31,0 0,0 0,0 2,0 14,0

21 113,0 0,0 10,0 9,0 43,0 0,0 20,0 0-

22 0,0 0,0 13,0 0,0 41,0 0,0 95,0 0,0

23 0- 0,0 0,0 0,0 0,2 47,0 0- 1,4

24 14,0 0,0 0,0 2,0 1,0 0,0 1,0 40,0

25 12,0 12,0 0,0 0,0 5,0 56,0 9,0 23,0

26 23,0 2,0 0,0 0,0 3,0 0,4 10,0 0,4

27 19,0 0,0 0,0 3,0 0,0 7,0 39,0 0,0

28 10,0 9,0 0,0 0,0 16,0 5,0 4,0 2,0

29 0,0 7,0 0,0 4,0 16,0 38,0 32,0 0,0

30 0,0 1,0 20,0 0,0 0,6 1,0 7,0 2,0

31 7,0 29,0 58,0 0,0 0,0


JUMLAH HARIAN
0,0 0,0 0,0 0,0 268,0 176,5 274,7 265,9 259,5 277,0 400,0 468,0
HUJAN

91
Lampiran 8 Data Curah Hujan Harian Stasiun Tarakan (mm)
2018

Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 0- 0,4 9,0 21,0 5,0 11,0 30,0 0,0 0,6 7,0 0,0 3,8

2 0,0 0,0 0,0 22,0 0,0 22,0 6,0 0,6 24,0 25,2 0,0 0,6

3 23,0 0,0 59,0 5,0 0,6 17,0 0- 1,0 0,0 14,3 2,0 1,0

4 0,5 0,0 3,0 25,0 54,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 14,0 0,2

5 0,0 0,0 3,0 4,0 14,0 0,0 3,0 0,0 0,0 2,0 0,0 3,0

6 33,0 9,0 0,0 0,0 0- 1,0 0,0 6,0 0,0 0,0 32,0 10,0

7 0- 116,0 23,0 14,0 0,7 0,0 0,0 0,0 4,0 0,0 12,0 53,0

8 23,0 27,3 12,0 0,0 0,2 1,0 0,0 5,0 0,0 0,0 8,0 17,4

9 0,0 0,0 23,0 0,0 0,0 4,0 0,0 1,0 81,0 7,0 9,0 3,0

10 5,0 0,0 0,0 3,0 11,0 21,0 0,0 2,0 2,0 4,0 3,0 7,0

11 0,0 19,0 0- 0,6 2,0 2,0 35,0 0,8 0,0 4,0 18,0 2,0

12 6,0 31,0 0,0 1,0 0,0 6,0 14,0 0- 0,0 30,0 0,0 0,0

13 13,0 49,0 7,0 28,0 0,0 5,0 0,0 0,0 15,0 44,0 34,0 8,0

14 4,0 2,0 12,6 33,0 0,2 0,0 0,0 13,0 0,0 29,0 0,7 39,0

15 9,0 0- 12,0 2,0 0- 26,0 0,0 0,5 22,4 65,0 50,0 0,0

16 13,0 3,0 0,0 17,0 0,7 0,0 39,0 0,0 0,0 23,0 24,0 0,0

17 28,0 2,0 0,0 0,0 0,0 6,0 0,0 6,0 0,3 0,0 32,0 49,0

18 13,0 2,0 9,8 13,0 28,2 7,0 0,0 0,0 12,0 2,0 36,0 3,0

19 2,0 6,0 12,0 37,0 13,0 1,0 2,0 9,0 0- 5,0 0,0 0,0

20 9,0 9,0 38,0 1,6 26,0 0,0 44,0 2,0 9,0 47,0 5,0 18,0

21 0,0 42,0 7,0 2,0 0,8 0,0 59,0 2,0 0,0 2,0 4,0 0,0

22 4,0 4,0 6,0 14,0 0,0 0,0 0- 8,0 2,0 7,0 0,0 2,5

23 0,4 0,0 0,6 0,4 6,1 3,0 30,0 12,0 0,0 21,0 0,6 0,0

24 0,0 0,0 3,2 8,0 26,0 21,0 23,0 16,0 4,0 0,0 87,0 1,0

25 0,0 0,0 1,0 7,0 26,0 0,0 21,0 0,0 0,4 0- 6,0 14,0

26 24,0 0,0 7,0 13,0 2,0 1,0 87,0 0,0 5,0 0,6 5,0 30,0

27 0,4 3,0 8,0 52,0 0,0 3,0 7,0 0,4 0,0 0,0 0,0 85,0

28 8,1 0,0 3,0 61,0 0,0 0,0 49,0 0,0 53,0 32,0 0,0 0,0

29 34,0 0,2 0,4 19,4 1,0 58,6 19,0 1,6 1,2 15,0 0,0

30 14,0 56,0 14,0 0,0 0,0 0,0 27,0 0,2 0,0 0,0 27,0

31 8,0 0,0 1,0 0,0 0,0 8,0 35,0


JUMLAH HARIAN
274,4 324,7 315,4 399,0 236,9 159,0 507,6 131,3 236,5 380,3 397,3 412,5
HUJAN

92
Lampiran 9 Data Curah Hujan Harian Stasiun Tarakan (mm)

2019

Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 35,0 0,0 0,0 47,0 0,0 6,0 0,4 0,0 0,0 14,6 0,0 0,0

2 101,0 7,0 0,0 2,0 22,0 0,4 0,0 22,0 51,0 39,0 72,0 1,0

3 0- 0,0 0,0 0- 0,0 2,0 2,0 0,0 20,0 19,4 11,0 1,0

4 0,0 0,0 0,0 6,0 0,0 3,0 9,2 0,0 0,1 0,7 106,0 32,0

5 0,0 0,0 0,0 2,0 0,0 0,8 30,0 0,0 68,0 6,0 3,0 41,0

6 0,0 0,0 11,0 0,0 36,0 0,0 0,0 0,0 0,8 16,0 54,0 8,0

7 10,0 5,0 7,0 3,0 36,0 21,0 0,0 0,0 0,6 5,0 0,0 3,0

8 20,0 0,0 12,0 3,0 59,0 2,0 3,0 0,0 8,0 27,0 77,0 0,0

9 8,0 0,0 0,0 0,8 37,0 33,0 12,0 0,0 4,0 1,0 0,0 0,2

10 0,0 4,0 2,0 0,0 11,0 11,0 41,0 0,0 0,0 38,0 0,0 3,0

11 0,0 4,0 28,0 0,4 0,6 0,5 7,0 0,0 0,0 0,1 0,0 59,0

12 0,0 17,0 23,0 25,0 0,0 0,0 0- 0,0 0,0 19,0 6,0 0,0

13 0,5 0,0 24,0 2,0 0,0 4,0 47,0 16,0 0,0 0,0 1,8 25,0

14 13,0 0,0 0,0 6,0 33,0 0,0 23,0 0,0 0,0 0,6 0,0 5,0

15 0,0 0,0 0,2 12,0 1,0 0,8 4,0 0,0 0,0 0,2 0,6 58,0

16 4,0 0,0 0,0 0,0 0,4 46,0 0,0 0,0 0,0 17,0 15,0 105,2

17 13,0 0,0 0,0 43,0 34,0 0,0 0,0 0,0 0,0 59,0 0,0 123,0

18 0,0 0,0 0,0 0,0 6,0 30,0 0,0 1,0 0,0 9,0 1,0 25,0

19 0,0 1,0 0,0 0,0 0,0 13,0 0,0 0,0 29,0 15,0 5,0 0,6

20 2,0 0,0 0,0 0,0 0,0 10,0 0,0 0,0 0,0 87,0 0,0 54,0

21 0,0 19,0 37,0 0,0 3,0 4,0 0,0 0,0 3,0 7,0 5,0 0,0

22 3,0 0- 37,0 0,0 8,0 0,0 0,0 0,0 0,8 0,0 10,4 6,0

23 2,0 0,0 63,0 0,4 49,0 4,0 23,0 0,0 0,0 0,2 37,0 5,0

24 0,0 0,2 4,0 7,0 20,0 10,0 53,0 0,0 0,0 24,0 8,4 0,8

25 9,0 0,0 9,0 1,0 20,0 0,0 1,0 2,0 0,0 0,0 3,0 0,4

26 3,0 0,0 61,0 0,0 1,0 2,0 7,0 5,0 8,0 16,8 0,8 2,0

27 48,0 0,0 28,0 5,0 0,0 0,8 11,0 53,0 0,0 0,4 0,0 2,0

28 0,7 0,0 6,0 14,0 2,0 4,0 0,2 2,8 0,0 5,0 0,8 68,0

29 0,0 0- 74,0 0- 0,0 2,0 43,0 19,0 0,0 2,0 6,0

30 2,0 0,0 25,0 19,0 61,0 9,0 0,0 2,0 7,0 1,0 0,6

31 3,0 9,0 28,0 0,0 0,0 19,0 0,0


JUMLAH
277,2 57,2 361,2 278,6 426,0 269,3 284,8 144,8 214,3 453,0 420,8 634,8
HARIAN HUJAN

93
Lampiran 10 Data Curah Hujan Harian Stasiun Tarakan (mm)

2020

Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 0 0,8 5 1 0 31 0 28 39 4 0,4 28

2 5,5 11 1 35 22 1 6 0 4,4 0 17 16

3 2 2 0 1 9 2 19 2 1 15 0,4 85

4 51 33 9 3 54 0,1 26 43 39 18 64 26

5 0 0 23 0 0 5 0 0 2 15 37 14

6 0,8 0 0 1 116 9 16 16 8 0 3 29

7 0 0 0 19 3 5 0 0 0 6 15 6

8 0,4 0 2 0,6 2 0 3 0 10 0,6 13 12

9 0 20 3 119 17 0 3 18 4 0 32 32

10 0,4 0 0 2 21 5 0 0 4 28 10 1

11 7 0 19 2 0 42 3 0 4 0,3 4 0,8

12 88 4 0 0,4 4 0 99 37 18 51 1 18

13 42 2 0 55 13 31 4 0,4 25 0 0 3

14 0 0 0 0 0 0 11 0 23,3 0 0 5

15 3 5 0 0 3 1,4 0,7 0 0 5 6 0

16 28 26 0 0 65 51 81 19 3 34 0,8 3

17 45 7 0 0 3 6 3,4 12 1 1 24 2

18 0 0,4 0 0 8 0 0 5 2 5 12,2 12

19 2 0 0 5 10 7 0 4 11 0 14 0

20 0 4 13 0 12 0 0 0,4 3 20 9 5

21 0 0 26 0 32 33 0 0,8 4 24 0 7

22 0 0 0,8 2 8 7 0,6 0 0 0 32 11

23 0,8 0 5 0,6 14 2,6 36 0,2 47 4 0,6 112

24 0 0 20 0 0 2 8,6 17 0,8 6 5 4

25 0 0 33 3 75 19 1 1 2,6 32 28,8 0

26 22 0 52,8 4 0 0 45 4 0 47,4 3 0,8

27 36 0,8 27 6 0 0 0 0 44 44 2 0

28 2 0 9 13 22 1 0 47 130 24 7 4

29 12 12 35 14 1,4 1 23 12 26 6 44 0

30 2 0,8 0 0 0,4 0 6 0 7 0 32

31 38 10 6 0 0,2 0 0,5
JUMLAH HARIAN
387,9 128 294,4 286,6 520,4 262,5 389,3 273 456,1 397,3 385,2 469,1
HUJAN

94
Lampiran 11 Peta Kawasan Banjir Kota Tarakan

95
Lampiran 12 Peta Topografi Kota Tarakan

96
Lampiran 13 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tarakan

97
Lampiran 14 Foto Dokementasi

98
Lampiran 15 Data Pasang Surut Air laut Bulan November 2021

JAM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
TGL
1 1,8 2,0 2,2 2,4 2,4 2,3 2,0 1,7 1,4 1,2 1,1 1,2 1,4 1,8 2,1 2,3 2,5 2,4 2,2 1,8 1,5 1,2 1,1 1,2
2 1,4 1,8 2,2 2,5 2,6 2,6 2,3 1,9 1,4 1,0 0,9 0,9 1,2 1,7 2,1 2,5 2,7 2,7 2,5 2,1 1,5 1,1 0,8 0,8
3 1,1 1,5 2,0 2,5 2,7 2,8 2,6 2,1 1,6 1,0 0,7 0,7 1,0 1,5 2,1 2,6 3,0 3,1 2,9 2,1 1,8 1,1 0,6 0,5
4 0,7 1,1 1,8 2,3 2,4 2,9 2,8 2,4 1,8 1,2 0,7 0,5 0,7 1,2 1,9 2,6 3,1 3,3 3,2 2,8 2,1 1,3 0,7 0,3
5 0,3 0,7 1,4 2,1 2,1 3,0 3,0 2,7 2,1 1,4 0,7 0,4 0,4 0,8 1,5 2,3 3,0 3,4 3,5 3,2 2,5 1,7 0,9 0,3
6 0,1 0,4 1,0 1,7 1,7 2,9 3,1 2,9 2,4 1,7 1,0 0,4 0,3 0,5 1,2 2,0 2,8 3,4 3,6 3,5 3,0 2,2 1,3 0,6
7 0,2 0,2 0,6 1,3 1,3 2,7 3,0 3,0 2,6 2,0 1,3 0,6 0,3 0,4 0,8 1,6 2,5 3,2 3,6 3,6 3,3 2,6 1,8 1,0
8 0,4 0,2 0,4 0,9 1,0 2,3 2,8 2,9 2,7 2,3 1,6 1,0 0,5 0,3 0,6 1,2 2,0 2,8 3,3 3,6 3,4 2,9 2,3 1,5
9 0,8 0,4 0,4 0,7 1,0 1,9 2,4 2,7 2,7 2,4 1,9 1,3 0,8 0,5 0,6 1,0 1,6 2,3 2,9 3,3 3,4 3,1 2,6 2,0
10 1,3 0,8 0,6 0,7 1,1 1,6 2,1 2,4 2,5 2,4 2,1 1,7 1,2 0,9 0,7 0,9 1,3 1,9 2,5 2,9 3,1 3,0 2,8 2,3
11 1,8 1,3 0,9 0,8 1,5 1,3 1,7 2,0 2,2 2,3 2,1 1,9 1,6 1,3 1,1 1,0 1,2 1,6 2,0 2,4 2,7 2,8 2,7 2,5
12 2,1 1,8 1,4 1,2 1,9 1,2 1,4 1,7 1,9 2,0 2,0 2,0 1,8 1,6 1,5 1,4 1,4 1,5 1,7 2,0 2,2 2,3 2,4 2,4
13 2,3 2,1 1,9 1,7 2,3 1,4 1,4 1,4 1,5 1,7 1,8 1,9 1,9 1,9 1,9 1,8 1,7 1,6 1,6 1,6 1,7 1,9 2,0 2,2
14 2,3 2,3 2,2 2,1 2,6 1,7 1,5 1,3 1,3 1,3 1,5 1,7 1,9 2,1 2,2 2,2 2,1 1,9 1,7 1,5 1,4 1,4 1,5 1,8
15 2,0 2,3 2,4 2,4 2,8 2,1 1,7 1,4 1,1 1,0 1,1 1,4 1,7 2,1 2,4 2,0 2,5 2,3 2,0 1,6 1,3 1,1 1,1 1,3
16 1,6 2,0 2,4 2,6 2,8 2,4 2,1 1,6 1,2 0,9 0,8 1,0 1,4 1,9 2,4 2,7 2,8 2,7 2,4 1,9 1,3 0,9 0,7 0,8
17 1,2 1,7 2,2 2,6 2,6 2,7 2,4 1,9 1,4 0,9 0,7 0,7 1,1 1,6 2,2 2,7 3,0 3,1 2,8 2,3 1,6 1,0 0,6 0,5
18 0,8 1,2 1,8 2,4 2,3 2,9 2,7 2,3 1,7 1,1 0,7 0,6 0,8 1,3 2,0 2,6 3,1 3,3 3,0 2,7 2,0 1,3 0,7 0,4
19 0,4 0,8 1,4 2,1 2,0 2,9 2,9 2,5 2,0 1,3 0,8 0,5 0,6 1,0 1,7 2,4 3,0 3,4 3,4 3,0 2,4 1,7 -0,9 0,4
20 0,3 0,5 1,1 1,7 1,7 2,7 2,9 2,7 2,2 1,6 1,0 0,6 0,5 0,8 1,4 2,1 2,8 3,3 3,5 3,3 2,8 2,1 1,3 0,6
21 0,3 0,4 0,8 1,4 1,5 2,5 2,8 2,7 2,4 1,9 1,3 0,7 0,5 0,6 1,1 1,8 2,6 3,1 3,4 3,4 3,0 2,4 1,7 1,0
22 0,5 0,4 0,6 1,1 1,3 2,3 2,6 2,7 2,5 2,0 1,5 1,0 0,6 0,6 0,9 1,5 2,2 2,9 3,3 3,4 3,2 2,7 2,1 1,4
23 0,8 0,5 0,6 0,9 1,2 2,0 2,4 2,5 2,4 2,2 1,7 1,2 0,8 0,7 0,9 1,3 1,9 2,5 3,0 3,2 3,2 2,8 2,3 1,7
24 1,2 0,8 0,7 0,9 1,3 1,7 2,1 2,3 2,4 2,2 1,9 1,5 1,1 0,9 0,9 1,2 1,7 2,2 2,7 2,0 3,0 2,9 2,5 2,0
25 1,5 1,1 0,9 0,9 1,2 1,5 1,9 2,1 2,2 2,1 1,9 1,6 1,3 1,1 1,0 1,2 1,5 1,9 2,4 2,7 2,8 2,8 2,5 2,2
26 1,8 1,5 1,2 1,1 1,2 1,4 1,7 1,9 2,1 2,1 2,0 1,8 1,6 1,4 1,3 1,3 1,4 1,7 2,0 2,3 2,5 2,5 2,5 2,3
27 2,0 1,8 1,5 1,4 1,3 1,4 1,6 1,7 1,9 1,9 1,9 1,9 1,8 1,6 1,5 1,5 1,5 1,6 1,8 2,0 2,1 2,2 2,3 2,2
28 2,1 2,0 1,8 1,6 1,5 1,5 1,5 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 1,9 1,9 1,8 1,8 1,7 1,7 1,7 1,7 1,8 1,9 2,0 2,2
29 2,1 2,1 2,0 1,9 1,8 1,6 1,5 1,4 1,4 1,5 1,6 1,8 2,0 2,1 2,1 2,1 2,0 1,9 1,7 1,6 1,5 1,5 1,6 1,8
30 2,0 2,1 2,2 2,2 2,1 1,9 1,6 1,4 1,3 1,2 1,4 16,0 1,9 2,2 2,4 2,4 2,4 2,2 1,9 1,6 1,3 1,2 1,2 1,4

99

Anda mungkin juga menyukai