SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
HARDJANTO DWI NUGROHO
11140150000012
1
2
3
4
5
6
ABSTRAK
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas nikmat
yang diberikan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Daerah Rawan Bencana Banjir Di Kecamatan Kebumen
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah” Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat
dalam mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Andri Noor Ardiansyah, M.Si dan Anissa Windarti, M.Sc selaku dosen
pembimbing yang telah membantu, meluangkan waktu dan memberikan
semangat kepada penulis.
5. Seluruh dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan semangat dan telah memberikan pengalaman yang sangat
menyenangkan selama studi.
6. Kedua orang tua yang saya cintai Drs. Sahidin dan Siti Maesuri, S.Sos, yang
telah mendukung, memberikan semangat dan mendo’akan dengan ikhlas setiap
saat untuk kelancaran studi penulis.
7. Setyo Nugroho, S.H. sebagai kakak yang selalu memberikan semangat dan
perhatian yang luar biasa kepada penulis untuk segera menyelesaikan studi
sarjana ini.
iii
8. Keluarga besar yang saya banggakan yang telah menyemangati, mendukung
dan mendoakan untuk kesuksesan penulis.
9. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen yang
telah memberikan informasi terkait daerah penelitian.
10. Penduduk Kecamatan Kebumen khususnya para responden yang telah
meluangkan waktunya dan bersedia memberikan informasi.
11. Tim GIS and Remote Sensing UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis untuk berbagi ilmu pemetaan dan memberikan semangat
kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi.
12. Teman-teman Pendidikan IPS khususnya konsentrasi geografi angkatan 2014
yang selalu membantu dan saling menyemangati dan satu sama lain.
13. Seluruh pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini,
semoga Allah SWT memberikan pahala sebagai balasannya.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, khususnya bagi
penulis dan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
yang semakin berkembang.
Alhamdulillahirobbilalamin
iv
DAFTAR ISI
v
3. Pengertian Data Spasial ..................................................................28
4. Sistem Informasi Geografi (SIG) .....................................................29
a. Pengertian Sistem Informasi Geografi SIG .................................29
b. Sub Sistem Informasi Geografis ..................................................30
c. Komponen Sistem Informasi Geografi ........................................31
B. Hasil Penelitian yang Relevan .........................................................33
C. Kerangka Berpikir ..........................................................................35
vi
2. Sebaran Daerah Rawan Bencana Banjir di Kecamatan Kebumen
................................................................................................. 98
3. Keterbatasan Hasil Penelitian ................................................ 103
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 4.15 Lokasi Titik Sampel 7 .................................................................... 84
Gambar 4.16 Lokasi Titik Sampel 8 .................................................................... 86
Gambar 4.17 Lokasi Titik Sampel 9 .................................................................... 87
Gambar 4.18 Lokasi Titik Sampel 10 .................................................................. 89
Gambar 4.19 Lokasi Titik Sampel 11 .................................................................. 90
Gambar 4.20 Lokasi Titik Sampel 12 .................................................................. 91
Gambar 4.21 Lokasi Titik Sampel 13 .................................................................. 93
Gambar 4.22 Lokasi Titik Sampel 14 .................................................................. 94
Gambar 4.23 Peta Potensi Banjir di Kecamatan Kebumen ................................. 97
Gambar 4.24 Peta Kerawanan Banjir di Kecamatan Kebumen .......................... 99
Gambar 4.25 Kombinasi Kerawanan Banjir di Kecamatan Kebumen .............. 102
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki iklim tropis, dilihat dari letaknya
Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia berada di antara 6° LU – 11° LS
dan 95° BT – 141° BT. Wilayah Indonesia paling utara adalah Pulau We di
Nanggroe Aceh Darussalam yang berada di 6° LU. Wilayah Indonesia paling
selatan adalah Pulau Rote di Nusa Tenggara Timur yang berada pada 11° LS.
Wilayah Indonesia paling barat adalah ujung utara Pulau Sumatera yang berada
pada 95° BT dan wilayah Indonesia paling Timur di Kota Merauke yang
berada pada 141° BT.1 Musim hujan di Indonesia terjadi ketika angin lembab
yang berasal dari arah daratan Asia menuju ke arah Benua Australia, periode
ini di sebut sebagai periode angin barat yang bertepatan dengan musim hujan di
sebagian besar wilayah Indonesia. 2 Hujan yang terjadi di Indonesia bisa
memberikan dampak positif dan juga dampak negatif, salah satu dampak
negatif yang dapat timbul adalah munculnya bencana banjir di Indonesia.
Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau
daratan karena volume air yang meningkat.3 Bencana banjir yang timbul akan
menimbulkan berbagai macam kerugian, berdasarkan data yang sudah di
himpun oleh BNPB (Badan Nasional Penangulangan Bencana), banjir di
Indonesia selama periode tahun 1991 sampai 1995, bencana banjir di Indonesia
telah menimbulkan kerugian triliunan rupiah dengan korban jiwa sebanyak
4.246 meninggal, 6.635 luka-luka, sekitar 7 juta menderita, dan 324.559 rumah
mengalami kerusakan. Perkiraan kerugian tersebut belum memperhitungkan
bencana banjir dalam skala kecil, kerugian immaterial dan kerugian tidak
langsung yang tidak sedikit jumlahnya.4 Banjir sendiri dapat terjadi karena ulah
tangan manusia yang tidak mencintai alam sekitarnya, terutama keadaan sungai
1
Julismin, Dampak dan Perubahan Iklim di Indonesia, (Jurnal Geografi, Vol 5 No.1 Tahun 2013),
hlm. 41
2
Julismin, Ibid, hlm 42
3
https://www.bnpb.go.id/home/definisi, diakses pada tanggal 14 Desember 2018, pukul 13.21.
4
Arief Rosyidie, Banjir : Fakta dan Dampaknya Serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan,
(Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 3, Desember 2013), hlm.241 - 249
1
2
5
https://www.liputan6.com/news/read/3636359/foto-kotor-kali-ciliwung-dicemari-ribuan-ton-
sampah?page=1/ Arnaz Sofian, Kotor Kaliciliwing dicemari ribuan ton sampah, diakses pada 15
Dsember 2018 pukul 14.28
6
https://lintaskebumen.wordpress.com/tag/Sungai-Lukulo/Ori-LintasKebumen/2015, diakses
pada tanggal 18 Desember 2017 pukul 08.59
7
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3687136/banjir-melanda-kebumen/Rinto
Heksantoro, Banjir Melanda Kebumen, diakses pada tanggal 18 Desember 2017 pukul 07.19
8
http://krjogja.com/web/news/read/54484/Sungai_Meluap_8_Kecamatan_Dilanda_Banjir,/Sun
gaiMeluap, 8 Kecamatan Dilanda Banjir, Danar Widiyanto, diakses pada 20 Februari 2018 pukul
21.04
3
Kecamatan Kebumen sendiri adalah salah satu dari 21 kecamatan yang ada
di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Kecamatan ini merupakan kematan
dengan jumlah populasi penduduk yang terbanyak di Kabupaten Kebumen.
Kecamatan Kebumen memiliki topografi yang rendah dan menjadi pusat kota
dari Kabupaten Kebumen. Dimana terdapat kantor pusat-pusat pemerintahan
dari Kabupaten Kebumen.
Tabel 1.1
Administrasi Kecamatan Kebumen
Nama Kecamatan Nama Desa / Jumlah Penduduk
Keluarahan Total
1. Kebumen
2. Panjer
3. Tamanwinangun
4. Selang
5. Kembaran
6. Bumirejo
7. Adikarso
8. Argopeni
9. Bandung
10. Candimulyo
11. Candiwulan
12. Depokrejo
13. Gemeksekti
123,657 Jiwa
14. Gesikan
Kecamatan Kebumen 15. Jatisari
16. Jemur
17. Kalibagor
18. Kalijirek
19. Kalirejo
20. Karangsari
21. Kawedusan
22. Kutosari
23. Mengkuwo
24. Muktirejo
25. Muktisari
26. Roworejo
27. Sumberadi
28. Tanahsari
29. Wonosari
Sumber : BPS Kabupaten Kebumen Tahun 2017
Berdasarkan data yang didapat dalam laporan BPS (Badan Pusat Statistik)
Kecamatan Kebumen Dalam Angka 2017, belum tersedia data maupun peta
mengenai tingkat kerawanan banjir di Kecamatan Kebumen, selain itu
4
berdasarkan laporan tersebut belum ada data mengenai daerah yang sudah
mengalami banjir di Kecamatan Kebumen.
Mengingat begitu besarnya dampak yang dapat ditimbulkan oleh bencana
banjir yang dapat berupa kerugian material maupun korban jiwa, dan dalam hal
ini belum tersedianya data berbasis spasial tentang tingkat kerawanan banjir di
Kecamatan Kebumen serta belum adanya penelitian tentang tingkat kerawanan
banjir di kecamatan tersebut. Untuk dapat dilakukan pencegahan dan dapat
mengurangi kerugian akibat banjir itu sendiri, dengan mengidentifikasi wilayah
mana saja yang merupakan daerah rawan banjir dan daerah berpotensi banjir
sehingga kerugian material maupun non material dapat dikurangi dan
diminimalisir.
Berdasarkan hal yang terdapat pada latar belakang tersebut, penulis tertarik
untuk memetakan daerah rawan banjir di daerah Kecamatan Kebumen, Kab.
Kebumen, Jawa Tengah untuk menyelesaikan tugas akhir dengan judul
“Analisis Daerah Rawan Bencana Banjir Di Kecamatan Kebumen Kabupaten
Kebumen Jawa Tengah.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan, maka masalah dapat
diidentifikasikan adalah:
1. Banjir dapat menimbulkan kerugian materil yaitu kerusakan bangunan
akibat terendam air.
2. Tindakan manusia yang tidak menjaga kelestarian sungai dapat
menyebabkan kerusakan sungai dan juga banjir
3. Banjir yang terjadi di Kecamatan Kebumen dapat menghambat aktivitas dan
kegiatan masyarakat baik sosial maupun ekonomi
4. Belum adanya data berbasis spasial tentang kerawanan banjir dan daerah
yang telah mengalami banjir di Kecamatan Kebumen
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu, biaya serta kemampuan yang ada, maka
pembatasan masalah penelitian dimaksudkan agar penelitian dan masalah yang
5
D. Perumusan Masalah
Masalah pemetaan daerah rawan banjir di Kecamatan Kebumen merupakan
suatu yang menarik untuk dikaji dan dianalisa. Berdasarkan pembatasan
masalah di atas maka pertanyaan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat kerawanan bencana banjir di Kecamatan Kebumen?
2. Bagaimana sebaran daerah rawan bencana banjir yang tinggi di Kecamatan
Kebumen?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang sudah ada di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Tingkat kerawanan banjir di Kecamatan Kebumen
2. Daerah sebaran rawan bencana banjir di Kecamatan Kebumen
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat secara
teoritis dan manfaat secara paraktis.
1. Manfaat teoritis
Ditujukan untuk para praktisi pendidikan dan praktisi keilmuan
khususnya praktisi dalam bidang bencana alam banjir untuk dikembangkan
dan disempurnakan dalam penelitian-peneltian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Pembelajaran, dapat dijadikan sebagai referensi pendukung dalam
pembelajaran geografi untuk menggambarkan secara langsung mengenai
materi hidrosfer serta pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG)
6
A. Deskripsi Teoritik
Banjir merupakan kejadian yang dapat terjadi ketika musim hujan datang,
banjir yang terjadi pada skala yang besar bisa menjadi bencana yang dapat
menimbulkan kerugian korban jiwa dan kerugian materil. Dalam kajian teori
ini terdapat dua sub judul berupa kajian tentang banjir dan Sistem Informasi
Geografi (SIG).
1. Banjir
Dalam kajian teori tentang banjir ini terdapat teori tentang definisi banjir,
faktor penyebab banjir, kerawanan banjir, proses terjadinya banjir, prediksi
banjir, serta penyakit dan kerugian yang dapat ditimbulkan.
a. Definisi Banjir
Banjir adalah luapan atau genangan dari sungai atau badan air lainnya
yang disebabkan oleh curah hujan yang berlebihan atau salju yang
mencair atau dapat pula karena gelombang pasang yang membanjiri
kebanyakan pada dataran banjir. 1
Banjir dapat berupa genangan pada lahan yang biasanya kering seperti
pada lahan pertanian, permukiman, pusat kota. Banjir dapat juga terjadi
karena debit/volume air yang mengalir pada suatu sungai atau saluran
drainase melebihi atau di atas kapasitas pengalirannya. Luapan air
biasanya tidak menjadi persoalan bila tidak menimbulkan kerugian,
korban meninggal atau luka-luka, tidak merendam permukiman dalam
waktu lama, tidak menimbulkan persoalan lain bagi kehidupan sehari-
hari. Bila genangan air terjadi cukup tinggi, dalam waktu lama dan sering
maka hal tersebut akan mengganggu kegiatan manusia. 2
Banjir merupakan genangan yang menempati suatu area dalam jangka
waktu tertentu, banjir dapat terjadi karena tingginya curah hujan, selain
1
Sri Muliana Mardikaningsih, Dkk, Studi Kerentanan dan Arahan Mitigasi Bencana Banjir di
Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Tahun 2016, (Jurnal GeoEco Vol. 3, No. 2 Juli 2017),
hlm 157-163.
2
Arief Rosyidie, Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Penngaruh dari Perubahan Guna Lahan
(Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 3, Desember 2013), hlm 241.
7
8
3
Buku Saku Tanggap Tanggkas Tangguh Menghadapi Bencana, (BNPB : Jakarta, 2012), hlm
17.
4
Dr. Dedi Hermon, Geografi Bencana Alam, (Rajawali Pers : Jakarta, 2015), hlm 37.
9
yang jatuh di suatu daerah selama waktu tertentu di sebut curah hujan
atau presipitasi.
Curah hujan atau presipitasi merupakan ketinggian air hujan yang
terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap,
dan tidak mengalir. Hujan memiliki ukuran butiran yang berbeda-
beda. Berdasarkan ukuran butirannya, hujan dibedakan sebagai
berikut:
a) Hujan gerimis, diameter butir-butir air hasil kondensasi kurang dari
0,5 mm.
b) Hujan salju, terdiri atas kristal-kristal es dengan suhu udara di
bawah titik beku.
c) Hujan batu es, merpakan curahan batu es yang turun dalam uap
panas dari awan dengan suhu udara di bawah titik beku.
d) Hujan deras, yaitu curahan air yang turun dari awan dengan suhu
udara di atas titik beku dan diameter.5
Presipitasi meliputi semua air yang jatuh dari atmosfer ke
permukaan bumi. presipitasi terjadi dalam berbagai bentuk yang
menjadi perhatian ahli meteorologi, tetapi bagi ahli hidrologi yang
penting hanyalah membedakannya dalam presipitasi cair (curah hujan)
dan presipitasi beku (salju, batu es). Curah hujan mengalir segera ke
sungai setelah mencapai tanah, dan sebab dari sebagian besar banjir.
Presipitasi beku mungkin berada di tempat jatuhnya untuk waktu yang
lama sebelum mencair.
Mencairnya salju jarang menyebabkan banjir yang besar walaupun,
bila digabungkan dengan curah hujan, mungkin dapat juga
menyebabkan banjir besar. Kumpulan salju gunung sering menjadi
sumber air yang penting bagi irigasi serta kebutuhan-kebutuhan
lainnya. Lapangan salju berfungsi sebagai waduk yang luas yang
menampung presipitasi selama musim dingin hingga pencairannya di
5
Ray K. Linsley, dkk, Teknik Sumber Daya Air, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1991, cet 3), hlm
11.
10
2) Morfologi
Morfologi adalah unsur utama dalam pemetaan bentuk lahan dan
bentang lahan. Cara merepresentasikan kesan relief/topografi
permukaan bumi dapat dilakukan secara deskriptif (morfologi) dan
secara numerik (morfometri). Kondisi ini memberikan kesan relief.
Kesan pertama pada saat orang melihat permukaan bumi adalah relief.
Karakteristik morfologi suatu wilayah terbentuk oleh interaksi
yang kompleks antara material penyusun dengan berbagai proses
geomorfologi yang bekerja padanya. Dengan demikian, perbedaan
morfologi permukaan bumi mengisyaratkan akan perbedaan genesis
bentuk lahan.
6
Ray K. Linsley, dkk, Op.Cit, hlm 11.
7
C.D. Soemarto, Hidrologi Teknik, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1999, cetakan 2), hlm 5.
11
a) Morfografi
Kesan kekasaran dari permukaan bumi yang mendeskripsikan
relief secara relatif dari suatu lahan. Relief permukaan bumi secara
umum dapat dikategorikan secara berurutan yaitu dataran,
pegunungan, perbukitan, lembah/cekungan serta dataran.
b) Morfometri
Profil relief berdasarkan hasil pengukuran secara numerik yang
mungkin berupa ketinggian, kemiringan, kerapatan alur, volume
bukit, volume cekungan dan aspek lainnya yang dapat diukur.
Terdapat tiga parameter yang dapat digunkan untuk mengukur
morfometri.
3) Relief
Merepresentasikan kekasaran permukaan bumi, baik berupa
dataran, gundukan maupun cekungan hasil tenaga dari dalam
permukaan bumi (endogen) maupun tenaga dari luar permukaan bumi
(eksogen). Klasifikasi amplitudo relief mengacu kelas sebagai
berikut:
a) Sangat rendah : < 2 meter
b) Rendah : 2 - 10 meter
c) Sedang : 11 - 50 meter
d) Tinggi : 51 - 300 meter
e) Sangat tinggi : > 300 meter
4) Lereng
Medan yang memiliki permukaan lahan miring baik yang berada di
perbukitan maupun di lembah. Klasifikasi kemiringan lereng
mengacu kelas sebagai berikut :
a) Datar :0-2%
b) Sangat landai : 2 - 8 %
c) Landai : 9 - 15%
d) Agak curam : 16 - 25 %
e) Curam : 26 - 40 %
f) Sangat curam : 41 - 60%
12
5) Elevasi
Ukuran ketinggian suatu tempat di atas permukaan laut. Elevasi
menjadi ukuran ketinggian suatu permukaan dimuka bumi
berdasarkan batas pasang tertinggi dan pasang terendah air laut.
Klasifikasi ketinggian absolut di atas permukaan laut (dpl) menurut
Van Zuidam (1985) adalah:
a) Dataran rendah : < 50 m dpal
b) Dataran rendah pedalaman : 50-100 m dpal
c) Perbukitan rendah : 100-200 m dpal
8
NPSK Pemetaan Sistem Lahan 1:25.000/1:50.000, (Pusat pemetaan dan integrasi tematik
deputi bidang infromasi geospasial tematik tahun 2015).
13
9
NPSK Pemetaan Sistem Lahan 1:25.000/1:50.000, Op.Cit.
14
8) Semak belukar
Kawasan lahan kering yang telah ditumbuhi berbagai vegetasi
heterogen dan homogen yang tingkat kerapatannya jarang hingga
rapat.
9) Hutan
Hutan yang tumbuh dan berkembang di lahan hutan kering dan
juga basah. 10
10
Klasifikasi tutupan lahan, BSN, Jakarta hlm 4-6.
11
Nata Suharta, Sistem lahan borontokok di Kalimantan : Potensi, Kendala dan
Perkembangannya untuk pertanian lahan Kering, (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor), hlm 1.
15
tetapi anggapan ini tidaklah selalu benar, dan nyatanya banyak sekali air
yang diangkut dari DAS yang satu ke DAS lainnya sebagai air tanah. 12
(Sumber : https://bebasbanjir2025.wordpress.com)
Gambar 2.1 Daerah Aliran Sungai
1) Karakteristik sungai
Sungai mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu
daerah tertentu dan mengalirkannya ke laut. Sungai itu dapat
digunakan juga untuk berjenis-jenis aspek seperti pembangkit tenaga
listrik, pelayaran, pariwisata, perikanan dan lain-lain. Dalam bidang
pertanian sungai itu berfungsi sebagai sumber air yang penting untuk
irigasi. 13
a) Daerah Pengaliran
Adalah daerah tempat presipitasi itu mengkonsentasikan ke
sungai. Garis batas daerah-daerah aliran yang berdampingan
disebut batas daerah aliran. Luas daerah pengaliran diperkirakan
dengan pengukuran daerah itu pada peta topografi. Daerah
pengaliran, topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi mempunyai
pengaruh terhadap debit banjir, corak banjir, debit pengairan dasar
dan seterusnya.
12
Ray K. Linsley, dkk, op.cit hlm 10.
13
Kiyotoka Mori, dkk, Hidrologi Untuk Pengairan, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1993, cet 7),
hlm. 169
16
d) Debit sungai
(1) Debit air musim kering adalah debit yang dilampaui oleh
debit-debit sebanyak 355 hari dalam setahun.
14
Kyotoka Mori, dkk, Ibid, hlm 169-170.
18
(2) Debir air rendah adalah debit yang dilampaui oleh debit-debit
sebanyak 275 hari dalam setahun.
(3) Debit air normal adalah debit yang dilampaui oleh debit-debit
sebanyak 185 hari dalam setahun.
(4) Debit air cukup (affluent) adalah debit yang dilampaui oleh
debit-debit sebanyak 95 hari dalam setahun. 15
(Sumber : http://rahmatkusnadi6.blogspot.com)
Gambar 2.5 Pola Aliran Dendritik
(2) Pinnate
Pola aliran sungai yang anak sungainya membentuk sudut
lancip. Terdapat di daerah yang memiliki kemiringan lereng
curam.
(Sumber : http://rahmatkusnadi6.blogspot.com)
Gambar 2.6 Pola Aliran Pinnate
15
Kyotoka Mori, dkk, Ibid, hlm 204.
19
(3) Trellis
Pola aliran sungai yang relatif sejajar dengan anak-anak
sungai yang bermuara pada sungai utama dan membentuk
sudut 90° dan terdapat di daerah lipatan.
(Sumber : http://rahmatkusnadi6.blogspot.com)
Gambar 2.7 Pola Aliran Trellis
(Sumber : http://rahmatkusnadi6.blogspot.com)
Gambar 2.8 Pola Aliran Sentripetal
(Sumber : http://rahmatkusnadi6.blogspot.com)
Gambar 2.9 Pola Aliran Radial Sentrifugal
(6) Anular
Pola aliran sungai yang anak sungainya melingkar. Terdapat
di daerah kubah (dome).16
(Sumber : http://rahmatkusnadi6.blogspot.com)
Gambar 2.10 Pola Aliran Anular
2) Muara Sungai
Muara sungai adalah bagian hilir dari sungai yang berhubungan
dengan laut. Mulut sungai adalah bagian paling hilir dari muara sungai
yang langsung bertemu dengan laut. Sedangkan estuari adalah bagian
dari muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut. Muara sungai
berfungsi sebagai keluaran atau pembuangan debit sungai, terutama
16
P. Jaka Firman, Excellent Geografi, (Yrama Widya : Bandung, 2016), hlm 95-96.
21
pada waktu banjir ke laut. Kerena letaknya yang berada di ujung hilir,
maka debit aliran di muara adalah lebih besar dibanding penampang
sungai di sebelah hulu.
Selain itu muara sungai juga harus melewatkan debit yang di
timbulkan oleh pasang surut, yang bisa lebih besar dari debit sungai.
Sesuai dengan fungsinya tersebut muara sungai harus cukup lebar dan
dalam. Ketidaklancaran pembuangan tersebut dapat mengakibatkan
banjr di daerah sebelah hulu muara. 17
1) Morfologi Muara Sungai
Muara sungai dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yang
tergantung pada faktor dominan yang mempengaruhinya. Ketiga
faktor dominan tersebut adalah gelombang, debit sungai dan
pasang surut. Di muara sungai ketiga faktor tersebut bekerja secara
simultan, tetapi biasanya salah satunya mempunyai pengaruh lebih
dominan dari pada yang lainnya. Gelombang memberikan
pengaruh paling dominan pada sungai kecil yang bermuara di laut
terbuka (luas). Sebaliknya sungai yang besar yang bermuara di laut
tenang akan didominasi oleh debit sungai. 18
a) Muara yang Didominasi Gelombang Laut
Gelombang besar yang terjadi pada pantai pesisir dapat
menyebabkan atau menimbulkan angkutan (transport) sedimen
(pasir), baik dalam arah tegak lurus maupun sejajar atau
memanjang pantai. Dari kedua jenis transpot tersebut, transpor
sedimen sepanjang pantai adalah yang paling dominan.
Transport sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen
transport, yaitu transport sedimen dalam bentuk mata gergaji di
garis pantai dan transport sepanjang pantai di surf zone.
Angkutan sedimen tersebut dapat bergerak masuk ke muara
sungai dan karena di daerah tersebut kondisi gelombang sudah
tenang maka sedimen akan mengendap. Banyaknya endapan
tergantung pada glombang dan ketersediaan sedimen (pasir) di
17
Bambang Triatmodjo, Teknik Pantai, (Beta Offset : Yogyakarta, 1999), hlm 277.
18
Bambang Triatmodjo, Loc.cit, hlm 277.
22
19
Bambang Triatmodjo, Ibid, hlm 278-281.
23
berasal dari hulu. Dialur sungai, terutama pada waktu air surut
kecepatan aliran besar, sehingga sebagian sedimen yang telah
diendapkan tererosi kembali. 20
c) Muara yang Didominasi Pasang Surut
Apabila tinggi pasang surut cukup besar, volume air pasang
yang masuk ke sungai sangat besar. Air tersebut akan bersatu
dengan air dari hulu sungai. Pada waktu air surut, volume air
yang sangat besar tersebut mengalir keluar dalam priode waktu
tertentu yang tergantung pada tipe pasang surut. Dengan
demikian kecepatan arus selama air surut tersebut besar yang
cukup potensial membentuk muara sungai. Tipe muara sungai
ini berbentuk corong atau lonceng. Angkutan sedimen berasal
dari sungai dan laut. beberapa endapat terjadi di muara sungai.
Dari penjelasan di atas dapat didefinisikan bahwa bencana
banjir adalah serangkaian peristiwa banjir yang paling banyak
disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, selain itu banjir dapat
terjadi karena ulah manusia seperti membuang sampah ke
sungai, penggunaan lahan yang tidak tepat dan meluapnya air
sungai kerena sudah tidak tertampungnya air di badan sungai.
d. Kerawanan Banjir
Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan
mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu.21
Kerawanan banjir adalah memperkirakan daerah-daerah yang
mungkin menjadi sasaran banjir. Wilayah-wilayah yang rentan banjir
biasanya terletak pada daerah datar, dekat dengan sungai, berada di
daerah cekungan dan di daerah pasang surut air laut. Sedangkan bentuk
20
Bambang Triatmodjo, Ibid, hlm 283.
21
UU RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
24
22
Dr. Dedi Hermon, Op.cit. 37-38.
25
23
Sukandarrumidi, Bencana Alam dan bencana Antropogene, (Penerbit Kanisius : Yogyakarta,
2010), hlm 144-145.
24
Y. Sudaryoko, Pedoman Penanggulangan Banjir, (Departemen Pekerjaan Umum : Badan
Penerbitan pekerjaan Umum, Jakarta, 1987), hlm 11-12.
26
25
Y. Sudaryoko, Loc. Cit, hlm. 12
26
Sukandarrumidi, Op.cit hlm 145-146.
27
2. Penginderaan Jauh
Pengindraan jauh atau disingkat INEDRAJA secara umum didefinisikan
sebagai ilmu, teknik, dan seni untuk memperoleh infromasi atau data
mengenai kondisi fisik suatu benda atau objek, target, sasaran maupun
daerah dan fenomena tanpa meyentuh atau kontak langsung dengan benda
atau target tersebut. Sensor yang digunakan adalah sensor jauh, yaitu sensor
yang secara fisik berada jauh dari benda atau objek tersebut. Untuk itu
digunakan sistem pemancar (transmitter) dan penerima (receiver).28
Adapun citra penginderaan jauh terlihat pada Gambar 2.11
(Sumber : https://www.lapan.go.id)
Gambar 2.11 Citra Pengindraan Jauh
27
Sukandarrumidi, Op.cit, hlm 147.
28
Sri Hartati Soenarmo, Pengindaraan Juah dan Pengenalan Sistem informasi GeografisUntuk
Bidang Ilmu Kebumian, (Penerbit ITB Bandung : Bandung, 2009), hlm. 1
28
29
Agus Suryantoro, Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Penerbit Ombak : Yogyakarta,
2013), hlm. 105-107
29
30
Agus Suryantoro, Op.Cit hlm. 105-107
30
(Sumber : https://dewantariolgaayu.wordpress.com)
Gambar 2.12 Proses Sistem Informasi Geografis
31
Eddy Prahasta, Sistem Infromasi Geografis, Konsep-konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan
Geomaika), (Infromatika : Bandung, 2009), hlm 101.
31
(Sumber : http://besok-libur155.blogspot.com)
Gambar 2.13 Perangkat Keras Sistem Informasi Geografi (SIG)
32
Eddy Prahasta, Ibid, hlm 102.
32
4) Manajemen, proyek SIG akan berhasil jika dikelola dengan baik dan
dikerjakan oleh orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua
tingkat.33
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Agustinus Budi Prasetyo, “Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Bencana
banjir di Kota Surakarta Tahun 2007”,
Dalam penelitian ini masalah yang di angkat adalah dimana sajakah
persebaran lokasi rawan banjir di Kota Surakarta, kemudian Apakah faktor-
faktor yang menyebabkan banjir di Kota Surakarta, dan seberapa besar risiko
bencana banjir di Kota Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Wilayah
kajiannya mencakup seluruh wilayah Kota Surakarta yang terdiri dari 5
Kecamatan dan 51 Kelurahan. Data yang digunakan adalah data sekunder
dan data primer. Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi
dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui
persebaran banjir adalah pengskoran dan overlay dari tiga parameter yaitu:
33
Eddy Prahasta, Ibid, hlm 104.
34
34
Agustinus Budi Prasetyo, Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Bencana banjir di Kota Surakarta
Tahun 2007, Skripsi, Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, 2009
35
Nurhadi, M.Si., Dkk, Laporan Penelitian Analisis Kerentanan Banjir di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Code Kota Yogyakarta, Laporan Penelitian, Univsitas Negeri Yogyakarta, 2013.
35
36
Alif Noor Anna , Kuswaji Dwi Priyono Dkk, Analisi Potensi dan Kerawanan Banjir di DAS
Bengawan Solo Hulu dan Tengah, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 2017.
36
Tabel 2.1
Tabel Penelitian yang Relevan
Nama
No Judul peneliti Persamaan Perbadaan
peneliti
Pemetaan Kesamaan Pada
Lokasi Rawan dengan penelitian ini
dan Risiko penelitian ini tidak
Bencana banjir adalah memunculkan
Agustinus di Kota melakukan tingkat
1. Budi Surakarta penelitian kerawanan
Prasetyo Tahun 2007 tentang bencana
persebaran banjir
banjir dan
dengan
berbasis spasial
Nurhadi, Laporan Kesamaan Perbedaan
M.Si., Dyah Penelitian dengan dengan
Respati Analisis penelitian yang penelitian ini
Suryo Kerentanan dilakuakan adalah
Sumunar, Banjir di adalah kerenantanan
2. M.Si., Daerah Aliran kesamaan dalam banjir
Nurul Sungai (DAS) dalam meneliti lahar dingin
Khotimah, Code Kota kerentanan
M.Si Yogyakarta dalam bencana
banjir suatu
wilayah
37
Nanik Suryo Aryani, Dkk. Model bahaya banjir menggunakan data pengindraan jauh di
kabupaten sampang, (Jurnal pengindraan jauh LAPAN, 2012).
37
C. Kerangka Berpikir
Banjir menimbulkan
korban jiwa dan
kerugian materi
Mengetahui tingkat
kerawanan banjir di
Kecamatan Kebumen
38
Daerah kerawanan
bencana banjir
Gambar 3.1
Peta Lokasi Penelitian
39
40
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini berlangsung kurang lebih selama 6 bulan, yaitu dari
bulan Agustus 2018 sampai bulan November 2018. Adapun waktu
penelitian ini terlihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1
Time Schedule Penelitian
Bab 1 2-3
Pendahuluan 2-3
Bab 2 4 1-3
Kajian teori 4 1-3
Bab 3 4 1-2
Metodologi 4 1-2
penelitian
Bab 5 3-4
Penyusunan 3-4
kesimpulan
dan saran
Penyelesaian 3-4
akhir : cover,
daftar pustaka,
dan lampiran
Sidang Skripsi 1-2
Wisuda 3
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui wilayah yang tergolong dalam zona rawan banjir yang
berada di Kecamatan Kebumen. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
41
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulannya. 8 Variabel penelitian
dapat dibagi menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel Bebas, variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,
prediktor, antecenden. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel
bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjdi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel Terikat, variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. 9
Variabel terikat penelitian ini adalah tingkat kerawanan bencana banjir,
sementara Variabel bebas penelitian adalah tata guna lahan, curah hujan, sistem
tanah, kelerengan, dan ketinggian dari lokasi penelitian.
8
Juliansyah Noor, Op.cit. hlm 95
9
Juliansyah Noor, Op.cit. hlm 96-97
43
Tabel 3.2(Lanjutan)
10
Raco, Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, karakteristik dan keunggulannya, (Grasindo :
Jakarta, 2010), hlm. 112
11
Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metodologi penelitian, (Bumi Aksara : Jakarta, 2016,
cet.9), hlm 72.
12
Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Ibid, hlm. 116
13
Raco, Op. cit, hlm. 84
44
1. Pengharkatan (Skoring)
46
Tabel 3.5
Pembobotan Tingkat Kerawanan Banjir
No Variabel Kriteria Skoring Bobot
1 Iklim/Curah Curah Hujan > 300mm 5 Mean Spasial
Hujan (CH) Curah Hujan 200-300mm 4
Curah Hujan 100-200mm 3
Curah Hujan 50-100mm 2
Curah Hujan <50mm 1
2 Liputan Pemukiman/Lahan Mean Spasial
Lahan (LP) terbuka/Sungai 5
Sawah/Tambak/Mangrove 4
Ladang/Tegalan/Kebun 3
Semak belukar/Pasir 2
Hutan 1
14
Kurnia Darmawan DKK, Analisi Tingkat Kerawanan Banjir di Kabupaten Sampang
menggunakan metode Overlay dan Scoring berbasis Sistem Informasi Geografis, (Jurnal Geodesi
UNDIP, 2017,) hlm 4
15
Kurnia Darmawan DKK, Ibid
47
Tabel 3.6
Interval Kelas Bahaya Banjir
No Interval Kelas Kelas bahaya banjir
1 100-200 Tidak Rawan
2 201-300 Sedang / Cukup Rawan
3 301-400 Rawan
4 401-500 Sangat Rawan
Sumber : Jurnal pengindraan jauh LAPAN, 2012
Semua peta yang menjadi bahan penelitian akan diberikan nilai sesuai
dengan nilai pengharkatan, sehingga akan memunculkan peta kerawanan
bencana banjir.
2. Composite Mapping Analysis (CMA)
Dalam pelaksanaan proses pembuatan model bahaya banjir diperlukan
bobot setiap variabel tersebut, dimana setiap variabel mempunyai kelas
kriteria. Penentuan bobot setiap variabel bajir dengan menggunakan cara
48
komposit dari setiap variabel banjir. Cara komposit tersebut yang sering
disebut dengan istilah Composite Mapping Analysis atau CMA.16
a. Perhitungan bobot untuk pembuatan model bahaya banjir menggunakan
Composite Mapping Analysis (CMA) dengan sebagai berikut:
Potensi banjir disebabkan oleh beberapa faktor dengan bobot sama.
1) Rangking dan skor setiap kriteria dan setiap faktor mengacu pada
penelitian sebelumnya.
2) Point pertama tersebut dihasilkan distribusi daerah banjir dan luas
daerah banjir.
b. Selanjutnya peta distribusi banjir akan dilakukan overlay dengan setiap
variabel banjir.
c. Hasil yang diperoleh berupa bobot relatif yng disebut mean spasial
d. Selanjutnya dilakukan komposit setiap variabel, sehingga diperoleh
bobot setiap variabel penyebab banjir. 17
Perhitungan Mean Spasial :
Daerah Potensi Banjir Variabel
Mean Spasial =
Luas Variabel
Perhitungan Bobot :
100
Bobot = 𝑥 𝑀𝑒𝑎𝑛 𝑆𝑝𝑎𝑠𝑖𝑎𝑙 (𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙)
Keseluruhan Mean Spasial
16
Nanik Suryo Aryani, Dkk. Model bahaya banjir menggunakan data pengindraan jauh di
kabupaten sampang, (Jurnal pengindraan jauh LAPAN, 2012), hlm 54.
17
Nanik Suryo Aryani, Dkk, Ibid, hlm 56-57.
18
Imam Ubaidilah, Zonasi Potensi Kerawanan Longsor di Kecamatan Cisarua Kabupaten
Bogor, (Skripsi: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2018), hlm 32.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
49
50
b. Curah Hujan
Curah hujan selama tahun 2017 sebesar 3.617 mm dan hari hujan
sebanyak 201 hari. Curah hujan selama tahun 2016 sebesar 3.229 mm
dan hari hujan sebanyak 140 hari. Curah hujan tahun 2015 sebesar 3.229
mm. Curah hujan tahun 2014 sebesar 2.971, dan curah hujan tahun 2013
sebesar 3.785 mm Adapun curah hujan di Kecamatan Kebumen Tahun
2013-2017 dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2
Curah Hujan di Kecamatan Kebumen Tahun 2013-2017
Tahun
Jumlah Curah Hujan
2013 2014 2015 2016 2017
(mm) per Bulan
Tabel 4.3
Ketinggian Kecamatan Kebumen per Desa
Ketinggian
No Nama Desa
(m dpl)
1. Muktisari 18
2. Murtirejo 15
3. Depokrejo 20
4. Mengkowo 12
5. Gesikan 18
6. Kalibagor 28
7. Argopeni 14
8. Jatisari 27
9. Kalirejo 17
10. Selang 19
11. Adikarso 23
12. Tamanwinangun 21
13. Panjer 23
14. Kembaran 23
15. Sumberadi 21
16. Wonosari 17
17. Roworejo 30
18. Tanahsari 24
19. Bandung 22
20. Candimulyo 22
21. Kalijirek 18
22. Candiwulan 18
23. Kawedusan 22
24. Kebumen 27
25. Kutosari 28
26. Bumirejo 26
27. Gemeksekti 22
28. Karangsari 23
29. Jemur 27
Sumber : Data Ketinginggian Kecamatan Kebumen
d. Kemiringan/Kelerengan
Kemiringan atau kelerengan di Kecamatan Kebumen didominasi oleh
kemiringan antara 0-8%, sementara itu hanya sebagian kecil kecamatan
yang memiliki kelerengan lebih dari itu, yaitu Jemur dan Gemesaketi
antara 25-45% dan Argopeni 15-25%. Adapun kelerengan di Kecamatan
Kebumen setiap desa terlihat pada Tabel 4.4
54
Tabel 4.4
Kelerengan Kecamatan Kebumen per Desa
No Nama Desa Kelerengan (%)
1. Muktisari 0-8 %
2. Murtirejo 0-8 %
3. Depokrejo 0-8 %
4. Mengkowo 0-8 %
5. Gesikan 0-8 %
6. Kalibagor 0-8 %
7. Argopeni 15-25 %
8. Jatisari 0-8 %
9. Kalirejo 0-8 %
10. Selang 0-8 %
11. Adikarso 0-8 %
12. Tamanwinangun 0-8 %
13. Panjer 0-8 %
14. Kembaran 0-8 %
15. Sumberadi 0-8 %
16. Wonosari 0-8 %
17. Roworejo 0-8 %
18. Tanahsari 0-8 %
19. Bandung 0-8 %
20. Candimulyo 0-8 %
21. Kalijirek 0-8 %
22. Candiwulan 0-8 %
23. Kawedusan 0-8 %
24. Kebumen 0-8 %
25. Kutosari 0-8 %
26. Bumirejo 0-8 %
27. Gemeksekti 25-45 %
28. Karangsari 0-8 %
29. Jemur 25-45 %
Sumber : Pengolahan Data Elevasi Model Kecamatan Kebumen
e. Penggunaan Lahan/ Tutupan Lahan
Penggunaan lahan di Kecamatan Kebumen didominasi dengan
penggunaan lahan berupa permukiman dan juga sawah, namun selain itu
terdapat juga penggunaan lahan berupa kebun, ladang, padang rumput,
pasir dan sungai. Luasan kebun sebesar 588,08 ha, ladang sebesar 139,47
ha, padang rumput sebesar 21,73 ha, pasir sebesar 6,34 ha, permukiman
sebesar 1.462,16 ha, sawah sebesar 2.490,08 ha, dan sungai 49,48 ha.
Adapun luasan penggunaan lahan Kecamatan Kebumen dapat dilihat
pada Tabel 4.5
55
Tabel 4.5
Luas Penggunaan Lahan
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Kebun 588,08 Ha 12,4 %
2 Ladang 139,47 Ha 3%
3 Padang Rumput 21,73 Ha 0,5 %
4 Pasir 6,34 Ha 0,1 %
5 Permukiman 1.462,16 Ha 30,7 %
6 Sawah 2.490,08 Ha 52,3 %
7 Sungai 49,48 Ha 1%
Total 4.757,39 Ha 100 %
Sumber : Ina-Geospasial
2. Kondisi Sosial
a. Jumlah penduduk
Penduduk Kecamatan Kebumen berdasarkan proyeksi penduduk tahun
2017 sebanyak 123.567 jiwa yang terdiri atas 62.018 jiwa penduduk laki-
laki dan 61.549 jiwa penduduk perempuan1. Dibandingkan dengan
proyeksi jumlah penduduk tahun 2016, penduduk Kecamatan Kebumen
mengalami pertumbuhan sebesar 1,4%. Sementara itu besarnya angka
rasio jenis kelamin penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan
tahun 2017 sebesar 99,24%. Kepadatan penduduk di Kecamatn Kebumen
tahun 2017 mencapai 2.942 jiwa/km2. Kepadatan tertingi yaitu di
Kelurahan Panjer yang mencapai 8.129 jiwa/km2 dan kepadatan terendah
di Desa Tanahsari sebesar 1.101 jiwa /km2. Adapun jumlah penduduk
menurut desa/kelurahan di Kecamatan Kebumen 2016-2017 terlihat pada
Tabel 4.6 Tabel 4.7 dan Tabel 4.8
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk per Desa/Kelurahan di Kecamatan Kebumen
Tahun 2016-2017
Nama Tahun Tahun Laju
No
Desa/Kelurahan 2016 2017 Pertumbuhan (%)
1. Muktisari 4.394 4.451 1,28
2. Murtirejo 2.654 2.692 1,41
3. Depokrejo 3.196 3.239 1,33
4. Mengkowo 2.134 2.162 1,30
5. Gesikan 2.139 2.166 1,25
6. Kalibagor 3.723 3.781 1,53
7. Argopeni 2.741 2.780 1,40
1
Kecamatan Kebumen Dalam Angka 2017
56
Tabel 4.7
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Kebumen
Tahun 2016-2017
Nama
No Laki-laki Perempuan Jumlah
Desa/Kelurahan
1. Muktisari 2.212 2.239 4.451
2. Murtirejo 1.335 1.357 2.692
3. Depokrejo 1.611 1.628 3.239
4. Mengkowo 1.044 1.118 2.162
5. Gesikan 1.106 1.060 2.166
6. Kalibagor 1.881 1.900 3.781
7. Argopeni 1.362 1.418 2.780
8. Jatisari 2.822 2.947 5.769
9. Kalirejo 2.028 2.031 4.059
10. Selang 1.923 1.993 3.916
11. Adikarso 1.904 1.906 3.810
12. Tamanwinangun 4.624 4.635 9.259
13. Panjer 5.350 5.218 10.568
14. Kembaran 955 984 1.939
15. Sumberadi 1.173 1.147 2.320
57
Tabel 4.8
Jumlah penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Menurut di
Kecamatan Kebumen Tahun 2016-2017
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0‒4 4.993 4.745 9.738
5‒9 5.370 5.143 10.513
10‒14 7.271 7.530 14.801
15‒19 6.778 5.573 12.351
20‒24 4.189 3.878 8.067
25‒29 3.700 3.779 7.479
30‒34 3.810 4.015 7.825
35‒39 3.970 4.192 8.162
40‒44 4.154 4.271 8.425
45-49 4.298 4.499 8.797
50‒54 3.737 3.947 7.684
55‒59 2.937 3.012 5.949
60‒64 2.178 2.370 4.548
65‒69 1.612 1.752 3.364
70‒74 1.269 1.407 2.676
75+ 1.283 1.905 3.188
Jumlah 61.549 62.018 123.567
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen, 2017
b. Pemerintahan
Pada tahun 2017, jumlah perangkat desa di Kecamatan Kebumen
sebanyak 285 orang, di mana posisi Sekertaris Desa masih banyak yang
58
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Peta Curah Hujan
Curah hujan di Kecamatan Kebumen adalah 3663 milimeter (mm), data
curah hujan ini didapat dari akumulasi curah hujan rata-rata Kecamatan
Kebumen selama 5 tahun terakhir, yaitu tahun 2017, 2016, 2015, 2014, dan
2013, dari data curah hujan tersebut di ketahui bahwa pada tahun 2017
jumlah curah hujan sebesar 3.617 mm, pada tahun 2016 sebesar 5.098 mm,
pada tahun 2015 sebesar 2.847, dan berturut-turun sebesar 2.971 mm dan
3.785 mm pada tahun 2015 dan 2014. Adapun peta curah hujan rata-rata
Kecamatan Kebumen 2013-2017 terlihat pada Gambar 4.2
59
6. Titik Sampel
Titik sampel diambil dan ditentukan dengan alasan kedekatan lokasi titik
sampel dengan sungai, selain itu titik sampel diambil juga berdasarkan
kemudahan untuk mencapai lokasi titik sampel yang berada di pinggir
sungai. Titik-titik sampel diambil dan berada di Desa Kebumen, Muktisari,
Mengkowo, Gesikan, Jatisari, Wonosari, Kalirejo, Sumberadi, Roworejo,
dan Bandung. Adapun peta titik sampel terlihat pada Gambar 4.7
64
Mean ∑ 0,7812
Spasial
Sumber : Analisis Data, 2018
Tabel 4.15
Bobot setiap variabel berdasarkan Mean Spasial
Bobot
Variabel
No Mean Spasial (Mean Item/Mean Total
(Item)
x100)
1 Curah Hujan 0,7812 29
2 Ketinggian 0,8022 30
3 Kelerengan 0,2567 10
4 Sistem Lahan 0,3363 12
5 Penggunaan Lahan 0,5163 19
Total 2,6927 100
Sumber : Analisis Data, 2018
8. Analisis Hasil Observasi
Observasi ini dilakukan untuk melihat keadaan sungai di lapangan
atau daerah penelitian, dimana observasi ini berpedoman pada pedoman
observasi yang terdiri dari indikator-indikator suatu sungai dapat
mengalami banjir. Dari hasil observasi diketahui dari titik-titik sampel
semua titik sampel mengalami penyempitan kecuali pada titik sampel di
Desa Muktisari, Desa Tamanwinangun, dan Kebumen.
Penyempitan terjadi karena mulai banyaknya kerusak yang terjadi dan
mulai banyaknya pemukiman yang mulai dibangun disekitar sungai.
Sungai-sungai yang berada di sekitar titik sampel juga mulai mengalami
pendangkalan, hal ini disebabkan oleh aktifitas masyarakat sekitar yang
melakukan penambangan pasir terutama di pinggir sungai sehingga
ekosistem sungai terganggu.
Masyarakat juga merusak sungai yang ada, hal ini dapat dilihat karena
masyarakat melakukan penambangan dan membuang sampah ke sungai
sembarangan. Untuk terdapatnya sampah pada sungai sampah banyak
terlihat pada 2 titik sampel yaitu titik sampel di Desa Jatisari dan Desa
Wonosari, namun tidak bisa dipungkiri bahwa pada titik lain juga
terdapat banyak sampah. Pemukiman peduduk mulai banyak terdapat di
pinggir sungai pada daerah penelitian, namun pada titik sampel di Desa
Muktisari, Desa Tamanwinangun, dan Kebumen agak jauh karena sungai
yang berada agak di bawah dari pemukiman.
71
a. Pihak BPBD
Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan, diketahui bahwa
daerah yang sering terjadi banjir di Kecamatan Kebumen adalah
daerah sepanjang aliran Sungai Kedung Bener, di mana hal ini di
sampaikan oleh Bapak Muhidi, selaku Kepala Bidang 2 dan bapak
Agus selaku Kepala Bidang 3 dari BPBD Kebumen,
“Di Kecamatan Kebumen daerah yang sering mengalami banjir
adalah daerah yang berada di sekitar Sungai Kedung Bener. Karena
sering mengalami banjir, sungai Kedung Bener menjadi Prioritas
utama untuk penanganan dalam beberapa tahun ini.”2
2
Transkrip Wawancara Pihak BPBD, Rabu 19 September 2018
3
Transkrip Wawancara Bapak Muhidi dan Bagus Pihak BPBD, Rabu 19 September 2018
72
4
Transkrip Wawancara Bapak Muhidi dan Bagus Pihak BPBD, Rabu 19 September 2018
5
Transkrip Wawancara Bapak Muhidi dan Bagus Pihak BPBD, Rabu 19 September 2018
6
Transkrip Wawancara Bapak Muhidi dan Bagus Pihak BPBD, Rabu 19 September 2018
73
Kedung Bener, dalam masalah banjir ini penyebab utama terjadi banjir
adalah tingkat curah hujan yang tinggi.
Dalam penanganan banjir, pihak BPBD berpendapat kondisi
geografis dari Kecamatan Kebumen yang berupa dataran rendah akan
mempersulit penanganan banjir. Saat terjadi banjir, hal utama yang
dilakukan adalah memberikan bantuan kepada korban banjir berupa
makanan cepat saji, sementara hal yang sudah dilakukan untuk
mengurangi banjir adalah dengan memetakan daerah-daerah yang
menjadi langganan banjir untuk dilakukan pencegahan.
b. Titik Sampel 1
Titik sampel ini berada di Desa Bandung, lokasi titik ini berada di
kordinat 109.6981 dan -7.6683, di lokasi titik sampel ini berdasarkan
wawancara yang sudah dilakukan diketahui bahwa daerah ini dulu
pernah terjadi banjir, namun dari tahun 2013 belum pernah lagi terjadi
banjir, hal ini disampaikan oleh bapak Mudalih sebagai warga
Bandung.
“Selama 6 tahun saya di sini setelah kembali selepas pensiun
belum pernah terjadi banjir, namun dulu sering terjadi banjir. Itu
juga sudah lama sekali, mungkin di bawah tahun 2010.”.7
Di daerah ini tidak terjadi banjir karena daerah ini agak sedikit
lebih tinggi daripada sungai. Dari wawancara yang sudah dilakukan
diketahui pemerintah setempat sudah membangun dinding sungai dan
memperlebar sungai yang sudah ada. Warga tersebut mengakui
pemerintah sudah berperan aktif karena sudah mulai memperbaiki
sungai yang ada, dimana pemerintah sudah membangun dinding
sungai, narasumber juga berharap agar dinding sungai tersebut dapat
dijaga untuk mencegah banjir.
“Sudah ada pemerintah membangun dan memperbaiki dinding
pinggir sungai, dan memperlebar sungai disini. Dengan menjaga
dinding-dinding sungai yang sudah di bangun agar tidak rusak dan
malah menyebabkan banjir”.8
7
Transkrip Wawancara Bapak Mudalih Warga Bandung, 20 September 2018.
8
Transkrip Wawancara Bapak Mudalih Warga Bandung, 20 September 2018.
74
c. Titik Sampel 2
Titik sampel ini berada di Desa Tanah Sari, lokasi titik ini berada
pada 109.6992 dan -7.6744. Di lokasi ini diketahui sering terjadi
banjir karena saat terjadi hujan sungai sudah tidak bisa lagi
menampung air sungai, hal ini disampaikan oleh bapak Durmin selaku
warga Desa Tanah Sari.
“Sering di sini banjir ketika musim hujan tiba, saat hujan besar
dan lebat. kalau banjir penyebabnya utamanya karena saat hujan
sungai sudah tidak bisa menampung debit air sungai”.9
9
Transkrip Wawancara Bapak Durmin Warga Tanah Sari, 20 September 2018.
75
10
Transkrip Wawancara Bapak Durmin Warga Tanah Sari, 20 September 2018.
11
Transkrip Wawancara Bapak Durmin Warga Tanah Sari, 20 September 2018.
76
d. Titik Sampel 3
Titik sampel ke 3 berada di Desa Candi Mulyo, lokasi dari titik
sampel ini berada pada 109.6991 dan -7.6753. Di lokasi titik sampel
ini banjir jarang terjadi, ketika hujan terjadi di daerah ini juga belum
tentu terjadi banjir, tetapi banjir dapat terjadi saat hujan sangat lebat
turun melanda daerah ini yang membuat sungai di dekat daerah ini
meluap.
“Jarang terjadi, namun pernah terjadi. Ketika hujan jarang
banjir, namun kalau hujan sangat besar dapat mengenang karena
sungai meluber”12
Sebagai petani, narasumber yang bernama Poniman, bertutur jika
terjadi banjir, air dapat menggenangi sawah, sehingga pendapatannya
akan berkurang.
“Dapat mengganggu aktivitas pekerjaan, terkadang juga
menggenangi sawah, jadi pendapatan dan menghasilan saya dari
sawah akan berkurang.”13
Untuk menghadapi banjir yang akan datang dapat dilakukan
dengan memindahkan barang-barang elektronik agar tidak rusak, di
daerah sampel juga narasumber berpendapat belum ada peran
pemerintah berarti yang dapat dirasakan untuk mengurangi banjir.
12
Transkrip Wawancara Bapak Poniman Warga Candi Mulyo, 20 September 2018
13
Transkrip Wawancara Bapak Poniman Warga Candi Mulyo, 20 September 2018
77
14
Transkrip Wawancara Bapak Poniman Warga Candi Mulyo, 20 September 2018
78
e. Titik sampel 4
Titik sampel ini berada di Desa Roworejo, titik ini terdapat pada
kordinat 109.6981 dan -7.6809. di lokasi ini dari wawancara yang
dilakukan. Banjir yang sering terjadi di daerah ini dikarenakan hujan
lebat yang turun dan dalam jangka waktu yang lama, namun saat
musim kemarau akan terjadi kekeringan.
“Banjir sering terjadi saat musim hujan, namun saat musim
kemarau akan kering. Kedua-dunya membuat masyarakat di sini
susah.”15
Menurut Bapak Supartoyo, jika terjadi banjir, banjir dapat
mengurangi pendapatan narasumber yang merupakan seorang tukang
jahit. Untuk mengurangi banjir narasumber berpendapat agar
masyarakat tidak membuang sampah ke sungai dan juga jangan
mengambil pasir-pasir yang terdapat di pinggir sungai. Namun,
sekarang sudah sangat jarang yang mengambil pasir di pinggir sungai
lagi, karena sudah terdapat sanksi yang tegas. Hal ini seperti
wawancara yang sudah dilakukan kepada Bapak Supartoyo.
“Pemerintah bertindak tegas terhadap orang-orang yang
mengambil pasir di pinggir sungai, jadi sekarang sudah tidak ada
yang mengambil pasir. Sudah sangat jarang ada lagi.”16
Untuk kemudahan kordinasi dengan pihak terkait, Bapak Supartoyo
berpendapat di daerah tersebut warga masih memiliki sifat gotong-
royong yang tinggi, sehingga memudahkan dalam berkordinasi. Untuk
pencegahan banjir kedepan, diharapkan masyarakat jangan mengambil
pasir di sungai. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pelatihan
atau penyuluhan tentang bencana banjir belum pernah ada.
Pada titik dapat disimpulkan bahawa banjir terjadi karena hujan
lebat yang terjadi dalam durasi yang lama, menurut Bapak Supartoyo
jika banjir terjadi narasumber dapat mengalami pengurangan
pendapatan narasumber yang berprofesi sebagai tukang jahit. Dari
keterangan narasumber banjir dapat dicegah dengan tidak membuang
sampah ke sungai dan dengan tidak melakukan penambangan pasir di
15
Transkrip Wawancara Bapak Supartoyo Desa Roworejo, 20 September 2018
16
Transkrip Wawancara Bapak Supartoyo Desa Roworejo, 20 September 2018
79
17
Transkrip Wawancara Ibu Lastri Desa Sumberadi, 20 September 2018
18
Transkrip Wawancara Ibu Lastri Desa Sumberadi, 20 September 2018
80
Walaupun titik sampel ini sering terjadi banjir dan termasuk aliran
Sungai Kedung Bener yang sering mengalami banjir, belum ada
kegiatan ataupun program pemerintah yang sudah dirasakan, seperti
beberapa lokasi yang sudah dimulai membangun dinding sungai. Saat
terjadi banjir, kordinasi dengan pihak berwenang dirasakan sudah
cukup, terbukti dengan diberikannya bantuan.
“Belum ada walau di sini termasuk Sungai Kedungbener,
sungai ini kan terkenal banjirnya, tapi belum semua di bangun
dinding sungai”.19
Untuk mempersiapkan banjir yang akan datang, diharapkan
masyarakat tidak mengambil pasir lagi, karena sebelumnya banyak
masyarakat yang mengambil pasir di sekitar sungai. Selanjutnya,
mengenai kegiatan ataupun pelatihan mengenai kebencanaan, belum
ada ataupun belum terselenggara di daerah ini.
Pada titik sampel ini dapat disimpulkan bahwa banjir cukup sering
terjadi pada daerah ini jika musim hujan tiba, jika banjir tiba
narasumber berpendapat banjir dapat mengurangi pendapatan
narasumber yang seorang pedagang. Daerah ini merupakan aliran
Sungai Kedung Bener, di daerah ini juga sudah mulai dirasakan
dimana pemerintah sudah mulai memperbaiki sungai yang ada.
Diharapkan untuk mengurangi banjir yang akan datang masyarakat
jangan merusak sungai, terutama melakukan penambangan di sungai.
19
Transkrip Wawancara Ibu Lastri Desa Sumberadi, 20 September 2018
81
g. Titik sampel 6
Lokasi ini berada di Desa Kalirejo, di mana memiliki kordinat
109.6919 dan -7.6843. narasumber yang diwawancarai bernama
Khayat yang bekerja sebagai Serabutan, lokasi ini sering mengalami
bencana banjir, dimana banjir yang timbul diakibatkan oleh derasnya
curah hujan yang turun, banyaknya sampah yang ada di sungai juga
memperparah keadaan.
”Sering banjir ketika musim hujan tiba. pasti selalu seperti ini,
di sini sudah langganan terhadap banjir. Penyebabnya itu sungai
airnya meluap selain itu juga banyaknya sampah yang tergenang di
sungai menyebabkan penyumbatan.”20
Saat terjadi banjir, kendala yang sering dihadapi adalah dimana air
banjir dapat menyebabkan timbulnya penyakit, dan dapat membawa
berbagai material seperti sampah dan juga lumpur. Untuk penanganan
saat bencana banjir, untuk mengurangi resiko penyakit, dilakukan
dengan membersihkan sampah-sampah yang terbawa oleh air banjir.
“Kendala pada saat banjir itu adalah banyaknya penyakit dan air
tersebut membawa banyak material seperti sampah ataupun
lumpur, jadi air banjir menimbulkan bau yang tidak sedap.”21
Program pemerintah yang sudah dilakukan, Bapak Khayat
berpendapat baru di rasakan beberpa waktu belakangan, karena sudah
20
Transkrip Wawancara Bapak Khayat Desa Kalirejo, 20 September 2018
21
Transkrip Wawancara Bapak Khayat Desa Kalirejo, 20 September 2018
82
22
Transkrip Wawancara Bapak Khayat Desa Kalirejo, 20 September 2018
83
h. Titik Sampel 7
Lokasi titik sampel ke tujuh ini berada di Desa Wonosari dengan
kordinat yaitu 109.6916 dan -7.6909. Berdasarkan data yang didapat
dari hasil wawancara dengan warga desa bernama Sri Rahayu, bahwa
daerah ini sering terjadi banjir, di mana banjir yang terjdi karena hujan
lebat selain itu juga terjadi karena sungai tidak dapat menampung air
hujan dengan baik.
“Sering ketika hujan lebat turun di sini, terlebih di sini dekat
Sungai Kedung Bener jadi sudah harus siap-siap kalau musim
hujan”. Sungai yang tidak bisa menampung air hujan sehingga
tidak sanggup lagi menampung debit air yang besar.”23
Saat terjadi banjir, masalah yang sering timbul adalah sungai dapat
merusak rumah. Menurut narasumber, saat terjadi banjir dapat
membersihkan sampah-sampah yang terbawa dari sungai. Untuk
program pemerintah yang sudah dirasakan, dimana pemerintah sudah
mulai membangun pingir sungai dengan tembok batu.
“kalau banjir itu luapan air yang ada pasti bisa merusak rumah
seperti membuat bekas air di dinding rumah”24
Kordinasi yang dilakukan terbilang sulit terlebih jika tidak
memiliki teman dipemerintahan. Dalam mempersiapkan banjir yang
akan datang dapat dilakukan dengan melestarikan sungai. Untuk
kegiatan pelatihan tidak ada.
Pada titik sampel ini dapat disimpulkan bahwa banjir terjadi karena
hujan lebat yang turun dan sungai tidak dapat menampung air hujan
yang turun. Banjir yang terjadi dapat merusak rumah karena air masuk
ke rumah, hal ini di perparah dengan banyaknya sampah di sungai.
Diharapkan untuk mengurangi banjir kedepan masyarakat tidak lagi
membuang sampah ke sungai. Pemerintah juga sudah mulai
memperbaiki bibir sungai yang rusak.
23
Transkrip Wawancara Ibu Sri Rahayu Desa Wonosari, 20 September 2018
24
Transkrip Wawancara Ibu Sri Rahayu Desa Wonosari, 20 September 2018
84
i. Titik sampel 8
Lokasi titik sampel ini berada di Desa Jatisari, dengan kordinat
109.6926 dan -7.6968. wawancara dilakukan dengan warga bernama
Pardjo yang bekerja sebagai pekerja bangunan, dari hasil wawancara
yang dilakukan diketahui di lokasi ini merupakan tempat terjadinya
banjir. Banjir disebabkan oleh meluapnya air sungai dan terjadinya
durasi hujan yang lama.
“Iya sering, di sini merupakan pusat langganan terjadinya banjir,
apalagi lokasinya di dekat sungai, sungai kedung bener itu
langganan banjir. Banjir terjadi karena meluapnya sungai, terlebih
lagi di tambah hujan deras dengan durasi yang lama. Pasti bisa di
pastikan banjir”25
Saat terjadi banjir berdasarkan penuturan narasumber, terkadang
banjir masuk sampai ke dalam rumah sehingg menimbulkan masalah
dan barang-barang di rumah harus dipindahkan dan membuat
masyarakat sampai mengungsi.
“Kalau banjir sudah besar dan lama maka masyarakat di sini
pasti akan pergi ke tempat yang lebih aman dengan mengungsi
baik ke rumah saudara ataupun ke tempat yang sudah di
tentukan.”26
25
Transkrip Wawancara Bapak Pardjo Warga Desa Jatisari, 20 September 2018
26
Transkrip Wawancara Bapak Pardjo Warga Desa Jatisari, 20 September 2018
85
27
Transkrip Wawancara Bapak Pardjo Warga Desa Jatisari, 20 September 2018
86
j. Titik sampel 9
Titik ini berada di Desa Gesikan, titik ini memiliki kordinat
109.6843 dan -7.7037. wawancara dilakukan dengan seorang warga
yang bernama Mukhlis yang bekerja sebagai pedagang. Berdasarkan
penuturan Bapak Mukhlis yang bekerja sebagai Petani Lokasi di
daerah ini tidak terlalu sering terjadi banjir. Jika terjadi banjir maka
banjir yang terjadi diakibatkan curah hujan yang sangat tinggi dan
meluapnya air sungai.
“Tidak terlalu sering, tidak selalu terjadi banjir saat musim
hujan walau tidak setiap tahun dan setiap musim hujan banjir.
Kalau sampai terjadi banjir, pasti kalau sudah hujan besar.”28
Banjir yang timbul dapat menyebabkan penyakit. Selain itu banjir
dapat menyebabkan gagalnya panen padi. Dalam penanganan saat
terjadi banjir, narasumber hanya menunggu bantuan dari pemerintah,
dalam hal ini pemerintah juga memberikan bantuan pada korban
banjir.
“Kalau di sini dalam penanganan banjir akan menunggu bantuan
dan tindakan dari pemerintah, jadi masyarakat akan menunggu.”29
Kordinasi yang dilakukan terbilang cukup mudah terutama saat
terjadi banjir besar. Untuk menghadapi banjir yang akan datang, dapat
28
Transkrip Wawancara Bapak Mukhlis Warga Desa Gesikan, 20 September 2018
29
Transkrip Wawancara Bapak Mukhlis Warga Desa Gesikan, 20 September 2018
87
30
Transkrip Wawancara Bapak Mukhlis Warga Desa Gesikan, 20 September 2018
88
k. Titik sampel 10
Titik sampel ini berada di Desa Depokrejo, di mana titik ini
memiliki kordinat 109.6841 dan -7.7060. berdasarkan penuturan
warga yang bernama Ibu Lasmi, Di lokasi ini tidak pernah terjadi
banjir lagi sejak 2014.
“Kalau banjir di sini sekarang-sekarang tidak pernah, pernah
satu kali. Tetapi sudah lama terjadi tahun 2014, saat itu air sungai
sampai ke luar-luar dari sungainya”. 31
Menurut Ibu Lasmi, banjir yang terjadi pada tahun 2014 terjadi
karena Meluapnya sungai. Saat banjir terdahulu dikarenakan oleh
hujan yang sangat deras.
“Kalau banjir yang dulu sempat terjadi itu karena hujan lebat
tidak berhenti-henti”32
Saat terjadi banjir dulu, masalah yang timbul adalah putusnya jalur
trasnportasi. Menurut narasumber, saat terjadi banjir hal yang perlu
dilakukan adalah dengan menjaga agar banjir tidak menimbulkan
kerugian yang besar.
Program yang sudah dirasakan adalah terdapat program untuk
membersihkan sungai, sementara untuk berkordinasi dengan pihak
terkait sangat sulit. Untuk mempersiapkan banjir yang akan datan
adalah dengan menjaga sungai, sementara di daerah ini sudah ada
kegiatan untuk membersihkan sungai yang dilakukan swadaya oleh
masyarakat.
“kalau saya pasti jangan sampai merusak sungai agar tidak
banjir lagi.”33
Pada titik sampel ini dapat disimpulkan bahwa banjir yang terjadi
pada tahun 2014 terjadi karena Meluapnya sungai. Banji terjadi
dikarenakan oleh hujan yang sangat deras. Saat terjadi banjir masalah
yang timbul adalah terputusnya jalur komunikasi.
Program yang sudah dirasakan adalah terdapat program untuk
membersihkan sungai, sementara untuk berkordinasi dengan pihak
31
Transkrip Wawancara Ibu Lasmi Warga Desa Depokrejo, 20 September 2018
32
Transkrip Wawancara Ibu Lasmi Warga Desa Depokrejo, 20 September 2018
33
Transkrip Wawancara Bapak Bowo Warga Desa Depokrejo, 20 September 2018
89
l. Titik sampel 11
Lokasi titik ini berada di Desa Mengkowo, titik kordinat untuk
lokasi ini adalah 109.6873 dan -7.7182. Wawancara dilakukan dengan
seorang warga bernama Bapak Bowo di lokasi ini sering terjadi banjir
yang diakibatkan oleh hujan yang sangat lebat dan durasi yang lama.
Masalah yang sering dihadapi saat banjir adalah banyaknya sampah
yang terbawa, dan membahayakan untuk anak kecil.
“Kendalanya banyak sampah yang terbawa arus dan masuk ke
pemukiman sehingga mudah menyebarkan penyakiterutama untuk
anak kecil”34
Menurut bapak Bowo, untuk penanganan bencana banjir itu berasal
dari diri sendiri, terutama tidak membuang sampah ke sungai agar saat
banjir tidak terbawa kembali ke pemukiman.
“Upaya penanganan banjir itu dilakukan berawal dari dalam diri
kita masing-masing. Menerapkan kebiasaan jagan sampai
melakukan hal yang membuat sungai itu kotor dan melakukan hal
yang baik seperti tidak membuang sampah ke sungai”. 35
Sampai saat ini belum ada program dari pemerintah yang sudah
dirasakan, sementara itu untuk melakukan kordinasi cukup mudah
34
Transkrip Wawancara Bapak Bowo Warga Desa Mengkowo, 20 September 2018
35
Transkrip Wawancara Bapak Bowo Warga Desa Mengkowo, 20 September 2018
90
m. Titik Sampel 12
Lokasi ini berada di Desa Muktisari, lokasi ini berada pada
kordinat 109.6584 dan -7.6938. Wawancara dilakukan terhadap warga
yang bernama Bapak Idris yang bekerja sebagai pedagang. Menurut
Bapak Idris, lokasi ini belum pernah terjadi banjir dikarenakan lokasi
yang lebih tinggi dari sungai.
“Disini tidak pernah terjadi banjir sedikit pun, posisi sungai
lukulo itu dibawah, sementara rumah warga agak berjauhan jadi
disini tidak akan terjadi banjir seperti.”36
36
Transkrip Wawancara Bapak Idris Warga Desa Muktisari, 20 September 2018.
91
37
Transkrip Wawancara Bapak Idris Warga Desa Muktisari, 20 September 2018.
38
Transkrip Wawancara Bapak Idris Warga Desa Muktisari, 20 September 2018.
92
n. Titik Sampel 13
Lokasi ini berada di Desa Tamanwinangun, di mana memiliki
kordinat 109.6588 dan -7.6837. wawancara dilakukan terhadap
seorang warga yang bernama Sugih yang bekerja secara serabutan. Di
lokasi ini tidak pernah terjadi banjir. Hal ini dikarenakan posisi sungai
yang berada di bawah pemukiman.
“Disini tidak pernah karena sungai berada di bawah dari
pemukiman. Sungai itu posisinya jauh di bawah sana”. 39
Menurut narasumber, secara umum banjir disebabkan oleh hujan
deras, banjir juga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
“Kalau setau saya banjir sering terjadi karena sungai meluap
karena hujan. Banjir bisa menyebabkan munculnya penyakit, dan
memperhambat aktivitas warga.”40
Karena belum pernah terjadi banjir maka tidak pernah menangani
langsung saat banjir. Program yang dilakukan pemerintah belum
terasa karena saat ini daratan sudah mulai terkikis, namun pemerintah
belum bertindak apa-apa. Narasumber tidak mengetahui tentang
kordinasi di lapanga. Untuk mengantisipasi banjir hal yang perlu
dilakukan adalah dengan menjaga kondisi sungai. Di lokasi ini tidak
terdapat pelatihan ataupun penyuluhan tentang banjir.
Dari lokasi ini dapat disimpulkan bahwa di lokasi ini tidak pernah
terjadi banjir. Hal ini dikarenakan posisi sungai yang berada di bawah
pemukiman. Program yang dilakukan pemerintah belum terasa karena
saat ini daratan sudah mulai terkikis, namun pemerintah belum dapat
melakukan kegiatan yang dirasakan oleh masyarakat.
39
Transkrip Wawancara Bapak Sugih Warga Tamanwinangun, 20 September 2018
40
Transkrip Wawancara Bapak Sugih Warga Tamanwinangun, 20 September 2018
93
o. Titik Sampel 14
Lokasi ini berada di Desa Kebumen, di mana titik ini memiliki
kordinat 109.6579 dan -7.6732. Wawancara dilakukan terhadap
seorang penjaga warung kecil bernama Suherman. Menurut
narasumber di lokasi ini banjir bukan diakibatkan oleh meluapnya
sungai, namun ketika hujan deras maka terjadi genangan karena
draeinase tidak berfungsi dengan baik.
“Karena disini daerah perkotaan maka jarang terjadi banjir
karena sungai, terlebih lagi posisi sungai dan dataran agak berbeda
tingginya, namun sering terjadi banjir genangan di jalan”41
Banjir mengakibatkan tersendatnya arus lalu lintas. Pemerintah
sudah mulai membersihkan gorong-gorong di sekitar jalan, untuk
kemudahan kordinasi karena dekat dengan kantor kecamatan maka
mudah melapor.
“pemerintah disini sudah mulai membersihkan dreinasi yang
ada di sekitar jalan agar saluran air dan pembungannya jadi bagus.
Iya pasti mudah, karena di sini juga dekat kantor kecamatan. Jadi
kalau ada apa-apa dekat dengan kantor kecamatan jadi mudah”.42
Untuk mempersiapkan banjir yang akan datang adalah dengan lebih
sering membersihkan drainase di sekitar jalan. Pemerintah juga
41
Transkrip Wawancara Bapak Suherman Warga Kebumen, 20 September 2018
42
Transkrip Wawancara Bapak Suherman Warga Kebumen, 20 September 2018
94
Tabel 4.16
Bobot Setiap Variabel Berdasarkan Mean Spasial
No Variabel Bobot
1 Curah Hujan 29
2 Ketinggian 30
3 Kelerengan 10
95
atas normal. Selain itu Dedi Hermon menjelaskan bahwa ketika curah hujan
tinggi maka sungai akan meluap dan akan menyebabkan banjir di sekitar
Daerah Aliran Sungai (DAS). Adapun peta tingkat kerawanan banjir dengan
menggunakan metode Composite Mapping Analys dapat dilihat pada
Gambar 4.23
97
Jumlah 4.757,39 Ha
3. Keterbarasan Penelitian
Penelitian mengenai analisis daerah rawan banjir di Kecamatan Kebumen
Kabupaten Kebumen Jawah Tengah ini memiliki beberapa keterbatasan
yang mencakup hal-hal di bawah ini :
a. Untuk sampel kejadian banjir hanya berfokus pada sekitar daerah
sungai Kedungbener. Diduga masih ada kejadian banjir yang tidak
terjadi hanya di dekat sungai saja dan masih ada daerah yang tidak
dekat sungai dengan kondisi yang sama.
b. Variabel yang di gunakan hanya curah hujan, tutupan lahan, sistem
lahan, ketinggian, dan kelerengan. Kemungkinan masih terdapat
variabel yang dapat menentukan tingkat kerawanan banjir.
c. Responden yang digunakan hanya berjumlah 14 orang, yaitu 2 orang
dari BPBD dan 12 masyarakat desa, sehingga infromasi yang di
dapatkan kurang luas.
BAB V
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan maka dapat di
sumpulkan bahwa :
1. Tingkat kerawanan bencana banjir di Kecamatan Kebumen terdiri atas
dua klasifikasi yaitu rawan banjir dan sangat rawan banjir. dimana luas
derah sangat rawan banjir memiliki luasan sebesar 3.824,22 ha,
sementara luasan daerah rawan banjir sebesar 933,17 ha.
2. Sebaran daerah rawan bencana banjir yang tinggi di Kecamatan
Kebumen meliputi desa Wonosari, Sumberadi, Adikarso, Kalibagor,
Kalijerek, Tanahsari, Kutosari, Bumirejo, Gesikan, Argopeni,
Bandung, Jatisari, Mengkowo, Candiwulan, Roworejo, Selang,
Kalirejo, Depokrejo, Kebumen, dan Desa Candimulyo. Luas sebaran
daerah rawan bencana banjir sendiri seluas 1.346,09 ha dan luasan
daerah tidak rawan banjir seluas 3.411, 3 ha, dengan Desa Jatisari
sebagai desa dengan luasan daerah rawan banjir paling besar dengan
luas 186,81 ha.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, diketahui bawah daerah
di Kecamatan Kebumen yang memiliki tingkat kerawanan banjir yang
sangat besar adalah daerah di sepanjang aliran Sungai Kedungbener. Di
mana aliran sungai ini melintasi 11 desa, dimana desa yang cukup parah
jika terjadi banjir adalah Desa Jatisari.
C. Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kerawanan di
Kecamatan Kebumen, bahkan tidak hanya di Kecamatan Kebumen
saja, diperlukan penelitian di daerah dan kecamatan lain agar
masyarakat mendapatkan informasi yang lebih luas.
2. Untuk warga di Kecamatan Kebumen, khususnya di sekitar aliran
sungai Kedungbener agar selalu waspada dan mempersiapkan diri
104
105
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Linsley Ray K., dkk, Teknik Sumber Daya Air, Jakarta : Penerbit Erlangga,
1991.
Noor Juliansyah, Metode Penelitian (Skripsi, tesis, desertasi, dan karya ilmiah).
Jakarta : Kencana. 2012.
JURNAL
Rosyidie Arief, Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Penngaruh dari Perubahan
Guna Lahan, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 3, Desember
2013
SKRIPSI
UNDANG-UNDANG
INTERNET
https://www.liputan6.com/news/read/3636359/foto-kotor-kali-ciliwung-
dicemari-ribuan-ton-sampah?page=1/ Arnaz Sofian, Kotor Kaliciliwing dicemari
ribuan ton sampah, diakses pada 15 Dsember 2018 pukul 14.28
https://lintaskebumen.wordpress.com/tag/Sungai-Lukulo/Ori-
LintasKebumen/2015, diakses pada tanggal 18 Desember 2017 pukul 08.59
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3687136/banjir-melanda-
kebumen/Rinto Heksantoro, Banjir Melanda Kebumen, diakses pada tanggal 18
Desember 2017 pukul 07.19
http://krjogja.com/web/news/read/54484/Sungai_Meluap_8_Kecamatan_Dila
nda_Banjir,/SungaiMeluap, 8 Kecamatan Dilanda Banjir, Danar Widiyanto,
diakses pada 20 Februari 2018 pukul 21.04
LAMPIRAN
KEADAAN SUNGAI
Transkrip Wawancara
BPBD Kabupaten Kebumen
Nama : Bapak Muhidi dan Bapak Bagus
Pekerjaan : Kabid 2 dan 3 BPBD Kebumen
Pekerjaan : Pensiunan
Pekerjaan : Serabutan
Pekerjaan : Petani
Pekerjaan : IRT
Pekerjaan : Serabutan
Pekerjaan : IRT
Pekerjaan : Petani
Pekerjaan : Serabutan
Pekerjaan : Pedagang
BIOGRAFI PENULIS
Jakarta. Penulis adalah anak kedua
dari pasangan Sahidin dan Siti
Maesuri yang dilahirkan pada 04
Januari 1997. Sekarang penulis
bertempat tinggal di Jl. Garuda Rt.
001/002 No. 36, Kelurahan Sawah,
Ciputat Tangsel.
Riwayat Pendidikan Penulis Pernah
Hardjanto Dwi Nugroho, NIM Bersekolah di RA Miftahul Huda,
11140150000012 Jurusan Pendidikan SDN Sawah 3, SMPN 13 Tangerang
IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Selatan, dan SMAN 1 Kota
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Tangerang Selatan.