Anda di halaman 1dari 156

ANALISIS DAERAH RAWAN BENCANA BANJIR DI KECAMATAN

KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN


JAWA TENGAH

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :
HARDJANTO DWI NUGROHO
11140150000012

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018

1
2
3
4
5
6
ABSTRAK

Hardjanto Dwi Nugroho (11140150000012) Jurusan Pendidikan IPS


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Judul skripsi “Analisis Daerah Rawan Bencana Banjir di Kecamatan
Kebumen Kabupaten Kebumen Jawa Tengah”.
Indonesia adalah negara yang memiliki iklim tropis, dilihat dari letaknya
Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia berada di antara 6° LU – 11° LS dan
95° BT – 141° BT. Musim hujan di Indonesia terjadi ketika angin lembab yang
berasal dari arah daratan Asia menuju ke arah Benua Australia, periode ini di
sebut sebagai periode angin barat yang bertepatan dengan musim hujan di
sebagian besar wilayah Indonesia.
Kecamatan Kebumen adalah salah satu kecamatan yang berada pada
Kabupaten Kebumen, kecamatan ini merupakan ibukota dari Kabupaten
Kebumen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kerawanan bencana
banjir dan sebaran daerah rawan banjir di Kecamatan Kebumen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif.
Dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis, luasan wilayah yang
dapat di teliti memungkinkan dilakukannya penelitian secara berkelanjutan untuk
melihat tingkat kerawanan banjir setiap tahun. Penelitian tingkat kerawanan banjir
menggunakan beberapa variabel penentu, di mana setiap variabel nantinya
memiliki kriteria nilai kelas yang berbeda-beda. Variabel-variabel tersebut adalah,
curah hujan, tutupan lahan, ketinggian, kelerengan dan sistem lahan. Cara yang
digunakan untuk melakukan analisis adalah menggunakan Composite Mapping
Analiysis (CMA), model ini digunakan untuk mencari bobot dari masing-masing
variabel yang nantinya akan digunakan sebagai nilai penentu dalam tingkat
kerawanan bencana banjir.
Hasil penelitian ini penyebab banjir di Kecamatan Kebumen yang memiliki
nilai penentu paling besar adalah curah hujan dan juga ketinggian. Untuk
kerawanan bencana banjir menggunakan data dari hasil wawancara yang
dilakukan terhadap penduduk desa yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Kebumen.
Kata Kunci : Banjir, Kerawanan, Sistem Informasi Geografis, Variabel.

i
ABSTRACT

Hardjanto Dwi Nugroho (11140150000012) Social Sciences Education


Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training at UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. The title of the thesis is "Analysis of Flood Disaster
Prone Areas in Kebumen District, Kebumen Regency, Central Java".
Indonesia is a country that has a tropical climate, seen from its location Based
on its astronomical location, Indonesia is between 6 ° N - 11 ° C and 95 ° East -
141 ° East. The rainy season in Indonesia occurs when humid winds originating
from the direction of the Asian mainland lead to the Continent of Australia, this
period is referred to as a period of west wind that coincides with the rainy season
in most parts of Indonesia.
Kebumen District is one of the sub-districts located in Kebumen Regency, this
sub-district is the capital of Kebumen Regency. This research was conducted to
determine the level of flood hazard and distribution of flood-prone areas in
Kebumen District.
The method used in this research is quantitative descriptive. By using
Geographical Information System technology, the area that can be researched
enables continuous research to see the level of vulnerability of flooding every
year. Research on flood vulnerability uses several determinant variables, where
each variable will have different criteria for class values. These variables are
rainfall, land cover, altitude, slope and land system. The method used to carry out
the analysis is using Composite Mapping Analiysis (CMA), this model is used to
find the weight of each variable which will be used as a determinant in the level of
flood hazard.
The results of this study are the causes of flooding in Kebumen Subdistrict,
which has the highest determinant of rainfall and altitude. For flood hazard using
data from interviews conducted with villagers belonging to the Kebumen District
area.

Keywords: Floods, Geographic Information Systems, Variables,


Vulnerability.

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas nikmat
yang diberikan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Daerah Rawan Bencana Banjir Di Kecamatan Kebumen
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah” Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat
dalam mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Andri Noor Ardiansyah, M.Si dan Anissa Windarti, M.Sc selaku dosen
pembimbing yang telah membantu, meluangkan waktu dan memberikan
semangat kepada penulis.
5. Seluruh dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan semangat dan telah memberikan pengalaman yang sangat
menyenangkan selama studi.
6. Kedua orang tua yang saya cintai Drs. Sahidin dan Siti Maesuri, S.Sos, yang
telah mendukung, memberikan semangat dan mendo’akan dengan ikhlas setiap
saat untuk kelancaran studi penulis.
7. Setyo Nugroho, S.H. sebagai kakak yang selalu memberikan semangat dan
perhatian yang luar biasa kepada penulis untuk segera menyelesaikan studi
sarjana ini.

iii
8. Keluarga besar yang saya banggakan yang telah menyemangati, mendukung
dan mendoakan untuk kesuksesan penulis.
9. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen yang
telah memberikan informasi terkait daerah penelitian.
10. Penduduk Kecamatan Kebumen khususnya para responden yang telah
meluangkan waktunya dan bersedia memberikan informasi.
11. Tim GIS and Remote Sensing UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis untuk berbagi ilmu pemetaan dan memberikan semangat
kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi.
12. Teman-teman Pendidikan IPS khususnya konsentrasi geografi angkatan 2014
yang selalu membantu dan saling menyemangati dan satu sama lain.
13. Seluruh pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini,
semoga Allah SWT memberikan pahala sebagai balasannya.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, khususnya bagi
penulis dan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
yang semakin berkembang.
Alhamdulillahirobbilalamin

Jakarta, 26 November 2018


Penulis

Hardjanto Dwi Nugroho

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK .......................................................................................................i
ABSTRACT ......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR .....................................................................................iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................1


B. Identifikasi Masalah ........................................................................4
C. Pembatasan Masalah .......................................................................5
D. Perumusan Penelitian ......................................................................5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................5
F. Manfaat Penelitian ..........................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis ...........................................................................7


1. Banjir
a. Definisi Banjir .......................................................................7
b. Faktor Penyebab Banjir ..........................................................8
c. DAS ......................................................................................14
d. Kerawanan Banjir ..................................................................23
e. Proses Terjadinya Banjir ........................................................24
f. Prediksi Banjir ........................................................................25
g. Ancaman ...............................................................................26
h. Penyakin dan Kerugian yang Dapat Ditimbulkan ..................26
2. Penginderaan Jauh ..........................................................................27

v
3. Pengertian Data Spasial ..................................................................28
4. Sistem Informasi Geografi (SIG) .....................................................29
a. Pengertian Sistem Informasi Geografi SIG .................................29
b. Sub Sistem Informasi Geografis ..................................................30
c. Komponen Sistem Informasi Geografi ........................................31
B. Hasil Penelitian yang Relevan .........................................................33
C. Kerangka Berpikir ..........................................................................35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................39


B. Metode Penelitian ............................................................................40
C. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................41
D. Variabel Penelitian ..........................................................................42
E. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................42
F. Teknik Analisis Data dan Pengolahan Data ......................................45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Daerah Penelitian ....................................................49


1. Kondisi Fisik ..........................................................................49
2. Kondisi Sosial ........................................................................55
B. Hasil Penelitian ...............................................................................58
1. Analisis Peta Curah Hujan .....................................................58
2. Analisis Peta Ketinggian ........................................................59
3. Analisis Peta Penggunaan Lahan ............................................60
4. Analisis Peta Sistem Lahan (Land System) ..............................61
5. Analisis Peta Kelerengan. .......................................................62
6. Titik Sampel ..........................................................................63
7. Composite Mapping Analysis ..................................................65
8. Analisis Hasil Observasi .........................................................70
9. Analisis Hasil Wawancara ......................................................71
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 94
1. Tingkat Kerawan Bencana Banjir Model CMA di Kecamatan
Kebumen ...............................................................................94

vi
2. Sebaran Daerah Rawan Bencana Banjir di Kecamatan Kebumen
................................................................................................. 98
3. Keterbatasan Hasil Penelitian ................................................ 103

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 104


B. Implikasi .......................................................................................... 104
C. Saran ................................................................................................ 104

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 106

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 108

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Administrasi Kecamatan Kebumen ..................................................... 3


Tabel 2.1 Tabel Penelitian yang Relevan ........................................................... 36
Tabel 3.1 Time Schedule Penelitian .................................................................... 40
Tabel 3.2 Pedoman Observasi ............................................................................. 43
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara BPBD Kebumen ............................................... 44
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara Masyarakat ....................................................... 45
Tabel 3.5 Pembobotan Tingkat Kerawanan Banjir ............................................. 46
Tabel 3.6 Interval kelas Bahaya Banjir ............................................................... 47
Tabel 4.1 Luas Kecamatan Kebumen per Desa/Kelurahan ................................. 49
Tabel 4.2 Curah Hujan di Kecamatan Kebumen Tahun 2013-2017 ................... 52
Tabel 4.3 Ketinggian Kecamatan Kebumen per Desa ........................................ 53
Tabel 4.4 Kelerengan Kecamatan Kebumen per Desa ....................................... 54
Tabel 4.5 Luas Penggunaan Lahan ......................................................................55
Tabel 4.6 Jumlah Penduduk per Desa/Kelurahan di Kecamatan Kebumen Tahun
2016-2017 ........................................................................................................... 55
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelasmin di Kecamatan Kebumen
Tahun 2017 ......................................................................................................... 56
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Kelompok Umur Tahun 2017 ............................... 57
Tabel 4.9 Lokasi Titik Sampel ............................................................................ 64
Tabel 4.10 Rasio Banjir pada Wilayah Curah Hujan .......................................... 66
Tabel 4.11 Rasio Banjir pada Wilayah Ketinggian ............................................. 67
Tabel 4.12 Rasio Banjir pada Wilayah Kelerengan ............................................ 68
Tabel 4.13 Rasio Banjir pada Wilayah Sistem Lahan ......................................... 68
Tabel 4.14 Rasio Banjir pada Wilayah Penggunaan Lahan ................................ 69
Tabel 4.15 Bobot Setiap Variabel Berdasarkan Mean Spasial ............................ 70
Tabel 4.16 Bobot Tiap Variabel Berdasarkan Mean Spasial ............................... 94
Tabel 4.17 Luas Klasifikasi Kelas Kerawanan..................................................... 94
Tabel 4.18 Tabel Hasil Kerawanan Banjir .......................................................... 98
Tabel 4.19 Luas Klasifikasi Kelas Kerawanan .................................................. 100
Tabel 4.20 Luas Daerah Kejadian Banjir per Desa ............................................ 101
Tabel 4.21 Luas Kejadian Banjir di Daerah Rawan dan Sangat Rawan ............ 10

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daerah Aliran Sungai ....................................................................... 15


Gambar 2.2 Sungai Bulu Burung ........................................................................ 16
Gambar 2.3 Sungai Radial ................................................................................... 16
Gambar 2.4 Sungai Pararel .................................................................................. 17
Gambar 2.5 Pola Aliran Dendritik ....................................................................... 18
Gambar 2.6 Pola Aliran Pinnate ........................................................................... 18
Gambar 2.7 Pola Aliran Trelis ............................................................................. 19
Gambar 2.8 Pola Aliran Sentripetal .................................................................... 19
Gambar 2.9 Pola Aliran Sentrifugal ..................................................................... 20
Gambar 2.10 Pola Aliran Anular ......................................................................... 20
Gambar 2.11 Citra Pengindraan Jauh ................................................................... 27
Gambar 2.12 Proses Sistem Informasi Geografi .................................................. 30
Gambar 2.13 Perangkat Keras Sistem Informasi Geografi .................................. 31
Gambar 2.14 Perangkat Lunak Sistem Informasi Geografi ................................. 32
Gambar 2.15 Peta Hasil Sistem Infromasi Geografi ............................................ 33
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ..................................................................... 39
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Kebumen ......................................... 51
Gambar 4.2 Peta Curah Hujan Rata-rata Kecamatan Kebumen Tahun 2013-2017
............................................................................................................................... 59
Gambar 4.3 Ketinggian Kecamatan Kebumen ..................................................... 60
Gambar 4.4 Penggunaan Lahan Kecamatan Kebumen ........................................ 61
Gambar 4.5 Sistem Lahan Kecamatan Kebumen ................................................ 62
Gambar 4.6 Kelerengan Kecamatan Kebumen .................................................... 63
Gambar 4.7 Peta Titik Sampel Kecamatan Kebumen .......................................... 64
Gambar 4.8 Potensi Banjir Kecamatan Kebumen ................................................ 66
Gambar 4.9 Lokasi Titik Sampel 1 ...................................................................... 74
Gambar 4.10 Lokasi Titik Sampel 2..................................................................... 76
Gambar 4.11 Lokasi Titik Sampel 3 .................................................................... 76
Gambar 4.12 Lokasi Titik Sampel 4 .................................................................... 79
Gambar 4.13 Lokasi Titik Sampel 5 .................................................................... 81
Gambar 4.14 Lokasi Titik Sampel 6 .................................................................... 83

ix
Gambar 4.15 Lokasi Titik Sampel 7 .................................................................... 84
Gambar 4.16 Lokasi Titik Sampel 8 .................................................................... 86
Gambar 4.17 Lokasi Titik Sampel 9 .................................................................... 87
Gambar 4.18 Lokasi Titik Sampel 10 .................................................................. 89
Gambar 4.19 Lokasi Titik Sampel 11 .................................................................. 90
Gambar 4.20 Lokasi Titik Sampel 12 .................................................................. 91
Gambar 4.21 Lokasi Titik Sampel 13 .................................................................. 93
Gambar 4.22 Lokasi Titik Sampel 14 .................................................................. 94
Gambar 4.23 Peta Potensi Banjir di Kecamatan Kebumen ................................. 97
Gambar 4.24 Peta Kerawanan Banjir di Kecamatan Kebumen .......................... 99
Gambar 4.25 Kombinasi Kerawanan Banjir di Kecamatan Kebumen .............. 102

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Wawancara


Lampiran 2 Hasil Observasi Keadaan Sungai
Lampiran 3 Transkrip Wawancara
Lampiran 4 Lembar Uji Referensi
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki iklim tropis, dilihat dari letaknya
Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia berada di antara 6° LU – 11° LS
dan 95° BT – 141° BT. Wilayah Indonesia paling utara adalah Pulau We di
Nanggroe Aceh Darussalam yang berada di 6° LU. Wilayah Indonesia paling
selatan adalah Pulau Rote di Nusa Tenggara Timur yang berada pada 11° LS.
Wilayah Indonesia paling barat adalah ujung utara Pulau Sumatera yang berada
pada 95° BT dan wilayah Indonesia paling Timur di Kota Merauke yang
berada pada 141° BT.1 Musim hujan di Indonesia terjadi ketika angin lembab
yang berasal dari arah daratan Asia menuju ke arah Benua Australia, periode
ini di sebut sebagai periode angin barat yang bertepatan dengan musim hujan di
sebagian besar wilayah Indonesia. 2 Hujan yang terjadi di Indonesia bisa
memberikan dampak positif dan juga dampak negatif, salah satu dampak
negatif yang dapat timbul adalah munculnya bencana banjir di Indonesia.
Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau
daratan karena volume air yang meningkat.3 Bencana banjir yang timbul akan
menimbulkan berbagai macam kerugian, berdasarkan data yang sudah di
himpun oleh BNPB (Badan Nasional Penangulangan Bencana), banjir di
Indonesia selama periode tahun 1991 sampai 1995, bencana banjir di Indonesia
telah menimbulkan kerugian triliunan rupiah dengan korban jiwa sebanyak
4.246 meninggal, 6.635 luka-luka, sekitar 7 juta menderita, dan 324.559 rumah
mengalami kerusakan. Perkiraan kerugian tersebut belum memperhitungkan
bencana banjir dalam skala kecil, kerugian immaterial dan kerugian tidak
langsung yang tidak sedikit jumlahnya.4 Banjir sendiri dapat terjadi karena ulah
tangan manusia yang tidak mencintai alam sekitarnya, terutama keadaan sungai

1
Julismin, Dampak dan Perubahan Iklim di Indonesia, (Jurnal Geografi, Vol 5 No.1 Tahun 2013),
hlm. 41
2
Julismin, Ibid, hlm 42
3
https://www.bnpb.go.id/home/definisi, diakses pada tanggal 14 Desember 2018, pukul 13.21.
4
Arief Rosyidie, Banjir : Fakta dan Dampaknya Serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan,
(Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 3, Desember 2013), hlm.241 - 249

1
2

yang tidak di jaga, membuang sampah sembarangan ke sungai, melakukan


penambangan pasir di sungai adalah beberapa tindakan yang dilakukan oleh
warga Kecamatan Kebumen terhadap rusaknya sungai yang dapat
menyebabkan banjir.
Salah satu sungai di Jakarta yaitu Sungai Ciliwung dipenuhi banyak
sampah, dimana menurut Kementerian Lingkungan Hidup 7000 ton sampah
dibuang ke Sungai Ciliwung setiap harinya. 5 Salah satu sungai yang melewati
Kecamatan Kebumen yaitu Sungai Lukulo sudah mulai mengalami kerusakan
karena dilakukan aktivitas penambangan pasir oleh penduduk sekitar, hal ini
mengakibatkan berkurangnya debit air yang dapat ditampung oleh sungai
tersebut.6
Selain kurangnya perhatian dan kesadaran warga terhadap kelestarian
sungai, salah satu faktor penyebab terjadinya banjir adalah curah hujan yang
tinggi, itu berdasakan data yang dikutip dari Detik News, banjir pada Oktober
2017 hujan deras yang melanda Kabupaten Kebumen telah menyebabkan
banjir di kabupaten tersebut, dari banjir yang melanda Kebumen terdapat
daerah-daerah di Kecamatan Kebumen yang terdampak banjir yaitu ada 3 desa
yakni Desa Sumberadi, Candimulyo, dan Jatisari. 7 Selain itu pada awal tahun
2018 terjadi banjir di Kecamatan Kebumen, banjir yang terjadi juga
menenggelamkan lahan pertanian dan memutus jalan transportasi. Banjir juga
merendam rumah warga yang berdampak pada kerugian materil, selain itu
kerugian yang dirasakan oleh petani di kawasan banjir adalah kerugian ekonomi
karena tenggelamnya tanaman padi yang di areal sawah sehingga mengakibatkan
rusaknya tanaman Padi. 8

5
https://www.liputan6.com/news/read/3636359/foto-kotor-kali-ciliwung-dicemari-ribuan-ton-
sampah?page=1/ Arnaz Sofian, Kotor Kaliciliwing dicemari ribuan ton sampah, diakses pada 15
Dsember 2018 pukul 14.28
6
https://lintaskebumen.wordpress.com/tag/Sungai-Lukulo/Ori-LintasKebumen/2015, diakses
pada tanggal 18 Desember 2017 pukul 08.59
7
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3687136/banjir-melanda-kebumen/Rinto
Heksantoro, Banjir Melanda Kebumen, diakses pada tanggal 18 Desember 2017 pukul 07.19
8
http://krjogja.com/web/news/read/54484/Sungai_Meluap_8_Kecamatan_Dilanda_Banjir,/Sun
gaiMeluap, 8 Kecamatan Dilanda Banjir, Danar Widiyanto, diakses pada 20 Februari 2018 pukul
21.04
3

Kecamatan Kebumen sendiri adalah salah satu dari 21 kecamatan yang ada
di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Kecamatan ini merupakan kematan
dengan jumlah populasi penduduk yang terbanyak di Kabupaten Kebumen.
Kecamatan Kebumen memiliki topografi yang rendah dan menjadi pusat kota
dari Kabupaten Kebumen. Dimana terdapat kantor pusat-pusat pemerintahan
dari Kabupaten Kebumen.
Tabel 1.1
Administrasi Kecamatan Kebumen
Nama Kecamatan Nama Desa / Jumlah Penduduk
Keluarahan Total
1. Kebumen
2. Panjer
3. Tamanwinangun
4. Selang
5. Kembaran
6. Bumirejo
7. Adikarso
8. Argopeni
9. Bandung
10. Candimulyo
11. Candiwulan
12. Depokrejo
13. Gemeksekti
123,657 Jiwa
14. Gesikan
Kecamatan Kebumen 15. Jatisari
16. Jemur
17. Kalibagor
18. Kalijirek
19. Kalirejo
20. Karangsari
21. Kawedusan
22. Kutosari
23. Mengkuwo
24. Muktirejo
25. Muktisari
26. Roworejo
27. Sumberadi
28. Tanahsari
29. Wonosari
Sumber : BPS Kabupaten Kebumen Tahun 2017
Berdasarkan data yang didapat dalam laporan BPS (Badan Pusat Statistik)
Kecamatan Kebumen Dalam Angka 2017, belum tersedia data maupun peta
mengenai tingkat kerawanan banjir di Kecamatan Kebumen, selain itu
4

berdasarkan laporan tersebut belum ada data mengenai daerah yang sudah
mengalami banjir di Kecamatan Kebumen.
Mengingat begitu besarnya dampak yang dapat ditimbulkan oleh bencana
banjir yang dapat berupa kerugian material maupun korban jiwa, dan dalam hal
ini belum tersedianya data berbasis spasial tentang tingkat kerawanan banjir di
Kecamatan Kebumen serta belum adanya penelitian tentang tingkat kerawanan
banjir di kecamatan tersebut. Untuk dapat dilakukan pencegahan dan dapat
mengurangi kerugian akibat banjir itu sendiri, dengan mengidentifikasi wilayah
mana saja yang merupakan daerah rawan banjir dan daerah berpotensi banjir
sehingga kerugian material maupun non material dapat dikurangi dan
diminimalisir.
Berdasarkan hal yang terdapat pada latar belakang tersebut, penulis tertarik
untuk memetakan daerah rawan banjir di daerah Kecamatan Kebumen, Kab.
Kebumen, Jawa Tengah untuk menyelesaikan tugas akhir dengan judul
“Analisis Daerah Rawan Bencana Banjir Di Kecamatan Kebumen Kabupaten
Kebumen Jawa Tengah.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan, maka masalah dapat
diidentifikasikan adalah:
1. Banjir dapat menimbulkan kerugian materil yaitu kerusakan bangunan
akibat terendam air.
2. Tindakan manusia yang tidak menjaga kelestarian sungai dapat
menyebabkan kerusakan sungai dan juga banjir
3. Banjir yang terjadi di Kecamatan Kebumen dapat menghambat aktivitas dan
kegiatan masyarakat baik sosial maupun ekonomi
4. Belum adanya data berbasis spasial tentang kerawanan banjir dan daerah
yang telah mengalami banjir di Kecamatan Kebumen

C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu, biaya serta kemampuan yang ada, maka
pembatasan masalah penelitian dimaksudkan agar penelitian dan masalah yang
5

dikaji tidak menyimpang atau berkembang kemasalah lain. Batasan masalah


dalam penelitian ini adalah:
1. Tingkat kerawanan banjir di Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen
Jawa Tengah.
2. Sebaran daerah rawan bencana banjir di Kecamatan Kebumen Kabupaten
Kebumen Jawa Tengah.

D. Perumusan Masalah
Masalah pemetaan daerah rawan banjir di Kecamatan Kebumen merupakan
suatu yang menarik untuk dikaji dan dianalisa. Berdasarkan pembatasan
masalah di atas maka pertanyaan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat kerawanan bencana banjir di Kecamatan Kebumen?
2. Bagaimana sebaran daerah rawan bencana banjir yang tinggi di Kecamatan
Kebumen?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang sudah ada di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Tingkat kerawanan banjir di Kecamatan Kebumen
2. Daerah sebaran rawan bencana banjir di Kecamatan Kebumen

F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat secara
teoritis dan manfaat secara paraktis.
1. Manfaat teoritis
Ditujukan untuk para praktisi pendidikan dan praktisi keilmuan
khususnya praktisi dalam bidang bencana alam banjir untuk dikembangkan
dan disempurnakan dalam penelitian-peneltian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Pembelajaran, dapat dijadikan sebagai referensi pendukung dalam
pembelajaran geografi untuk menggambarkan secara langsung mengenai
materi hidrosfer serta pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG)
6

yang terdapat dalam bab penginderaan jauh dan Sistem Informasi


Geografis (SIG) pada kelas X dan XII SMA/MA.
b. Bagi Pemerintah Kabupaten Kebumen, terutama Dinas Pekerjaan Umum,
hasil penelitian ini dapat menjadi sumber data tentang tingkat kerawanan
banjir yang ada di Kecamatan Kebumen
c. Bagi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Kebumen dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kewaspadaan dan
dapat dilakukan pencegahan untuk mengurangi dampak dan akibat yang
ditimbulkan dari bencana banjir tersebut
d. Bagi Pemerintah Kecamatan Kebumen dapat digunakan sebagai
pedoman pemerintah setempat dalam upaya pencegahan daerah rawah
banjir.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik
Banjir merupakan kejadian yang dapat terjadi ketika musim hujan datang,
banjir yang terjadi pada skala yang besar bisa menjadi bencana yang dapat
menimbulkan kerugian korban jiwa dan kerugian materil. Dalam kajian teori
ini terdapat dua sub judul berupa kajian tentang banjir dan Sistem Informasi
Geografi (SIG).
1. Banjir
Dalam kajian teori tentang banjir ini terdapat teori tentang definisi banjir,
faktor penyebab banjir, kerawanan banjir, proses terjadinya banjir, prediksi
banjir, serta penyakit dan kerugian yang dapat ditimbulkan.
a. Definisi Banjir
Banjir adalah luapan atau genangan dari sungai atau badan air lainnya
yang disebabkan oleh curah hujan yang berlebihan atau salju yang
mencair atau dapat pula karena gelombang pasang yang membanjiri
kebanyakan pada dataran banjir. 1
Banjir dapat berupa genangan pada lahan yang biasanya kering seperti
pada lahan pertanian, permukiman, pusat kota. Banjir dapat juga terjadi
karena debit/volume air yang mengalir pada suatu sungai atau saluran
drainase melebihi atau di atas kapasitas pengalirannya. Luapan air
biasanya tidak menjadi persoalan bila tidak menimbulkan kerugian,
korban meninggal atau luka-luka, tidak merendam permukiman dalam
waktu lama, tidak menimbulkan persoalan lain bagi kehidupan sehari-
hari. Bila genangan air terjadi cukup tinggi, dalam waktu lama dan sering
maka hal tersebut akan mengganggu kegiatan manusia. 2
Banjir merupakan genangan yang menempati suatu area dalam jangka
waktu tertentu, banjir dapat terjadi karena tingginya curah hujan, selain

1
Sri Muliana Mardikaningsih, Dkk, Studi Kerentanan dan Arahan Mitigasi Bencana Banjir di
Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Tahun 2016, (Jurnal GeoEco Vol. 3, No. 2 Juli 2017),
hlm 157-163.
2
Arief Rosyidie, Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Penngaruh dari Perubahan Guna Lahan
(Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 3, Desember 2013), hlm 241.

7
8

itu kurangnya kapasitas penampungan pada sungai yang dapat


menyebabkan meluapnya air sungai juga dapat menjadi salah satu faktor
penyebab banjir di suatu daerah.
b. Faktor Penyebab Banjir
Bencana banjir adalah bencana yang paling sering melanda Indonesia.
Curah hujan di atas normal dan adanya pasang naik air laut merupakan
penyebab utama terjadinya banjir. Selain itu faktor ulah manusia juga
berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat, pembuangan
sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran
banjir dan sebagainya.3
Bencana banjir adalah peristiwa atau rangkaian pristiwa yang
mengancam atau mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang diakibatkan oleh meluapnya air sungai yang disebabkan oleh faktor
alamiah akibat rusaknya Buffer Zone pada kawasan Upper DAS (Daerah
Aliran Sungai) atau sungai bagian hulu sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis. 4 Bencana banjir adalah peristiwa di mana
genangan air (banjir) yang terjadi menimbulkan kerugian baik kerugian
materil maupun kerugian non materil.
1) Curah hujan
Hujan terjadi karena adanya penguapan air dari permukaan bumi
seperti laut, danau, sungai, tanah, dan tamanan. Pada suhu udara
tertentu, uap air mengalami pendinginan yang dinamakan kondensasi.
Selama kondensasi berlangsung uap air yang berbentuk gas berubah
menjadi titik-titik air kecil yang melayang di angkasa. Ketika
gabungan titik-titik air ini menjadi besar dan berat maka akan jatuh ke
permukaan bumi. Proses ini disebut dengan presipitasi atau hujan.
Hujan adalah curahan butiran air dari atmosfer sampai ke permukaan
bumi, baik terbentuk cair maupun padat (es dan salju). Jumlah hujan

3
Buku Saku Tanggap Tanggkas Tangguh Menghadapi Bencana, (BNPB : Jakarta, 2012), hlm
17.
4
Dr. Dedi Hermon, Geografi Bencana Alam, (Rajawali Pers : Jakarta, 2015), hlm 37.
9

yang jatuh di suatu daerah selama waktu tertentu di sebut curah hujan
atau presipitasi.
Curah hujan atau presipitasi merupakan ketinggian air hujan yang
terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap,
dan tidak mengalir. Hujan memiliki ukuran butiran yang berbeda-
beda. Berdasarkan ukuran butirannya, hujan dibedakan sebagai
berikut:
a) Hujan gerimis, diameter butir-butir air hasil kondensasi kurang dari
0,5 mm.
b) Hujan salju, terdiri atas kristal-kristal es dengan suhu udara di
bawah titik beku.
c) Hujan batu es, merpakan curahan batu es yang turun dalam uap
panas dari awan dengan suhu udara di bawah titik beku.
d) Hujan deras, yaitu curahan air yang turun dari awan dengan suhu
udara di atas titik beku dan diameter.5
Presipitasi meliputi semua air yang jatuh dari atmosfer ke
permukaan bumi. presipitasi terjadi dalam berbagai bentuk yang
menjadi perhatian ahli meteorologi, tetapi bagi ahli hidrologi yang
penting hanyalah membedakannya dalam presipitasi cair (curah hujan)
dan presipitasi beku (salju, batu es). Curah hujan mengalir segera ke
sungai setelah mencapai tanah, dan sebab dari sebagian besar banjir.
Presipitasi beku mungkin berada di tempat jatuhnya untuk waktu yang
lama sebelum mencair.
Mencairnya salju jarang menyebabkan banjir yang besar walaupun,
bila digabungkan dengan curah hujan, mungkin dapat juga
menyebabkan banjir besar. Kumpulan salju gunung sering menjadi
sumber air yang penting bagi irigasi serta kebutuhan-kebutuhan
lainnya. Lapangan salju berfungsi sebagai waduk yang luas yang
menampung presipitasi selama musim dingin hingga pencairannya di

5
Ray K. Linsley, dkk, Teknik Sumber Daya Air, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1991, cet 3), hlm
11.
10

musim semi mendekati saat dibutuhkannya untuk irigasi. 6 Adapun


bentuk-bentuk presipitasi yaitu:
a) Hujan, merupakan bentuk yang paling penting.
b) Embun, merupakan hasil kondensasi di permukaan tanah atau
tumbuh-tumbuhan dan kondesnasi dalam tanah. Sejumlah air yang
,mengembun malam hari akan diuapkan di pagi harinya. Ini sangat
penting bagi tanaman, tetapi tidak memegang peranan penting
dalam daur hidrologi, karena jumlahnya tidak besar dan
penguapannya di pagi buta.
c) Kondensasi, di atas lapisan es terjadi jika masa udara panas yang
bergerak di atas lapisan es. Kondensasi dalam tanah pada umumnya
terjadi beberapa sentimeter saja di bawah permukaan tanah.
d) Kabut, pada saat terjadi kabut, partikel-partikel air diendapkan di
atas permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan. Kabut beku atau rime
merupakan presipitasi kabut beku. Kabut sangat penting bagi
pertumbuhan hutan, yang dapat menaikan hujan tahunan (30%-
40% di tengah hutan dan 100% di tepinya).
e) Salju dan es.7

2) Morfologi
Morfologi adalah unsur utama dalam pemetaan bentuk lahan dan
bentang lahan. Cara merepresentasikan kesan relief/topografi
permukaan bumi dapat dilakukan secara deskriptif (morfologi) dan
secara numerik (morfometri). Kondisi ini memberikan kesan relief.
Kesan pertama pada saat orang melihat permukaan bumi adalah relief.
Karakteristik morfologi suatu wilayah terbentuk oleh interaksi
yang kompleks antara material penyusun dengan berbagai proses
geomorfologi yang bekerja padanya. Dengan demikian, perbedaan
morfologi permukaan bumi mengisyaratkan akan perbedaan genesis
bentuk lahan.

6
Ray K. Linsley, dkk, Op.Cit, hlm 11.
7
C.D. Soemarto, Hidrologi Teknik, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1999, cetakan 2), hlm 5.
11

a) Morfografi
Kesan kekasaran dari permukaan bumi yang mendeskripsikan
relief secara relatif dari suatu lahan. Relief permukaan bumi secara
umum dapat dikategorikan secara berurutan yaitu dataran,
pegunungan, perbukitan, lembah/cekungan serta dataran.
b) Morfometri
Profil relief berdasarkan hasil pengukuran secara numerik yang
mungkin berupa ketinggian, kemiringan, kerapatan alur, volume
bukit, volume cekungan dan aspek lainnya yang dapat diukur.
Terdapat tiga parameter yang dapat digunkan untuk mengukur
morfometri.

3) Relief
Merepresentasikan kekasaran permukaan bumi, baik berupa
dataran, gundukan maupun cekungan hasil tenaga dari dalam
permukaan bumi (endogen) maupun tenaga dari luar permukaan bumi
(eksogen). Klasifikasi amplitudo relief mengacu kelas sebagai
berikut:
a) Sangat rendah : < 2 meter
b) Rendah : 2 - 10 meter
c) Sedang : 11 - 50 meter
d) Tinggi : 51 - 300 meter
e) Sangat tinggi : > 300 meter

4) Lereng
Medan yang memiliki permukaan lahan miring baik yang berada di
perbukitan maupun di lembah. Klasifikasi kemiringan lereng
mengacu kelas sebagai berikut :
a) Datar :0-2%
b) Sangat landai : 2 - 8 %
c) Landai : 9 - 15%
d) Agak curam : 16 - 25 %
e) Curam : 26 - 40 %
f) Sangat curam : 41 - 60%
12

g) Ekstra curam : > 60 %


Kombinasi relief dan lereng akan membentuk klasifikasi medan
(terrain) sebagai berikut (Desaunettes, 1977):
a) Datar (flat) adalah kemiringan lereng 0-2%, amplitodo relief nill
(kurang dari 1 meter).
b) Berombak/bergelombang lemah (undulating) adalah kemiringan
lereng 2-8%, amplitudo relief 1-10 meter, dominan 10 meter.
c) Bergelombang kuat (rolling) adalah kemiringan lereng 8-16%,
amplitude relief 1-10 meter, dominan 10 meter.
d) Berbukit rendah (hummocky) adalah kemiringan lereng >16%,
amplitude relief 1-10 meter, dominan 10 meter.
e) Berbukit sedang (hilocky) adalah kemiringan lereng >16%,
amplitude relief maksimum 50 meter.
f) Berbukit tinggi (hilly) adalah kemiringan lereng >16%, amplitudo
relief dari 50-300 meter.
g) Bergunung-gunung (mountainous) adalah kemiringan lereng
>16%, amplitudo relief >300 meter.
Klasifikasi medan (terrain) digunakan untuk menentukan suatu
kenampakan di permukaan dikatakan datar, bergelombang
lemah/berombak, bergelombang kuat, berbukit rendah, berbukit
sedang, berbukit tinggi dan bergunung.8

5) Elevasi
Ukuran ketinggian suatu tempat di atas permukaan laut. Elevasi
menjadi ukuran ketinggian suatu permukaan dimuka bumi
berdasarkan batas pasang tertinggi dan pasang terendah air laut.
Klasifikasi ketinggian absolut di atas permukaan laut (dpl) menurut
Van Zuidam (1985) adalah:
a) Dataran rendah : < 50 m dpal
b) Dataran rendah pedalaman : 50-100 m dpal
c) Perbukitan rendah : 100-200 m dpal

8
NPSK Pemetaan Sistem Lahan 1:25.000/1:50.000, (Pusat pemetaan dan integrasi tematik
deputi bidang infromasi geospasial tematik tahun 2015).
13

d) Perukitan : 200-500 m dpal


e) Perbukitan tinggi : 500-1500 m dpal
f) Pegunungan : 1.500-3.000 m dpal
g) Pegunungan tinggi : > 3.000 m dpal9

6) Tutupan Lahan/Lipatan Lahan


Kelas tutupan lahan di bagi menjadi dua bagian besar, yaitu daerah
bervegetasi dan tidak bervegetasi.
1) Pemukiman
Areal atau lahan yang digunakan sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat tinggal yang
mendukung kehidupan.
2) Lahan terbuka
Lahan tanpa tutupan baik yang bersifat alami, maupun artifisial.
3) Sungai
Tempat mengalirnya air yang bersifat alamiah.
4) Sawah
Areal pertanian yang digenangi air atau diberi air baik dengan
teknologi pengairan, tadah hujan, lebak atau pasang surut yang di
cirikan oleh pola pematang, dengan ditanami jenis tanaman pangan
berumur pendek (padi).
5) Tambak
Aktivitas untuk pengairan atau penggaraman yang tampak pola
pematang di sekitar pantai.
6) Ladang/tegalan
Area yang digunakan untuk kegiatan pertanian dengan jenis
tanaman semusim di lahan kering.
7) Kebun
Lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian tanpa
penggantian tanaman selama 2 tahun.

9
NPSK Pemetaan Sistem Lahan 1:25.000/1:50.000, Op.Cit.
14

8) Semak belukar
Kawasan lahan kering yang telah ditumbuhi berbagai vegetasi
heterogen dan homogen yang tingkat kerapatannya jarang hingga
rapat.
9) Hutan
Hutan yang tumbuh dan berkembang di lahan hutan kering dan
juga basah. 10

7) Sistem Lahan/Land System


Konsep sistem lahan (land system) yang diperkenalkan oleh
Christian dan Stewart (1968) didasarkan pada prinsip ekologi dengan
menganggap ada hubungan yang erat antara tipe batuan, hidroklimat,
landform, tanah, dan organisme. Sistem lahan yang sama akan
mempunyai kombinasi faktor-faktor ekologi atau lingkungan yang
sama. Oleh karena itu, sistem lahan bukan merupakan sesuatu yang
unik untuk satu tempat saja (spesifik lokasi), tetapi dapat dijumpai di
mana pun dengan karakteristik lingkungan yang sama. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa satu sistem lahan terdiri atas satu kombinasi
batuan induk, tanah, dan topografi, dan hal ini mencerminkan
kesamaan potensi dan faktor-faktor pembatasnya. 11
c. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Faktor penyebab banjir yang ketiga adalah adalah Daerah aliran
Sungai (DAS). Suatu DAS adalah daerah yang dianggap sebagai wilayah
dari suatu titik tertentu dari suatu sungai dan dipisahkan dari DAS di
sebelahnya oleh suatu pembagi (devide) atau punggung bukit/gunung
yang dapat ditelurusi pada peta topografi. Semua air permukaan yang
berasal dari daerah yang di kelilingi oleh pembagi tersebut dialirkan
melalui titik terendah pembagi, yaitu tempat yang dilalui sungai utama
pada DAS yang bersangkutan. Pada umumnya dianggap bahwa aliran air
tanah sesuai pula dengan pembagi-pembagi di atas permukaan tanah,

10
Klasifikasi tutupan lahan, BSN, Jakarta hlm 4-6.
11
Nata Suharta, Sistem lahan borontokok di Kalimantan : Potensi, Kendala dan
Perkembangannya untuk pertanian lahan Kering, (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor), hlm 1.
15

tetapi anggapan ini tidaklah selalu benar, dan nyatanya banyak sekali air
yang diangkut dari DAS yang satu ke DAS lainnya sebagai air tanah. 12

(Sumber : https://bebasbanjir2025.wordpress.com)
Gambar 2.1 Daerah Aliran Sungai
1) Karakteristik sungai
Sungai mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu
daerah tertentu dan mengalirkannya ke laut. Sungai itu dapat
digunakan juga untuk berjenis-jenis aspek seperti pembangkit tenaga
listrik, pelayaran, pariwisata, perikanan dan lain-lain. Dalam bidang
pertanian sungai itu berfungsi sebagai sumber air yang penting untuk
irigasi. 13
a) Daerah Pengaliran
Adalah daerah tempat presipitasi itu mengkonsentasikan ke
sungai. Garis batas daerah-daerah aliran yang berdampingan
disebut batas daerah aliran. Luas daerah pengaliran diperkirakan
dengan pengukuran daerah itu pada peta topografi. Daerah
pengaliran, topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi mempunyai
pengaruh terhadap debit banjir, corak banjir, debit pengairan dasar
dan seterusnya.

12
Ray K. Linsley, dkk, op.cit hlm 10.
13
Kiyotoka Mori, dkk, Hidrologi Untuk Pengairan, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1993, cet 7),
hlm. 169
16

b) Corak dan Karakteristik Daerah Pengaliran.


(1) Daerah pengaliran berbentuk bulu burung. Jalur daerah di kiri
kanan sungai utama di mana anak-anak sungai mengalir ke
sungai utama di sebut daerah bulu burung. Daerah pengaliran
sedemikian mempunyai debit banjir yang kecil, oleh karena
waktu tiba banjir dari anak-anak sungai itu berbeda-beda.
Sebaliknya banjirnya berlangsung agak lama.

(Sumber : Hidrologi Untuk Pengairan, 1993)


Gambar 2.2 Sungai Bulu Burung
(2) Daerah pengaliran Radial. Daerah pengaliran yang berbentuk
kipas atau lingkaran dan di mana anak-anak sungainya
mengkonsentrasi ke suatu titik secara radial disebut daerah
pengaliran radial. Daerah pengaliran dengan corak-corak
sedemikain rupa mempunyai banjir yang besar di dekat titik
pertemuan anak-anak sungai.

(Sumber : Hidrologi Untuk Pengairan, 1993)


Gambar 2.3 Sungai Radial
17

(3) Daerah pengaliran pararel. Bentuk ini mempunyai corak di


mana dua jalur daerah pengaliran yang bersatu di bagian
pengaliran yang bersatu di bagian hilir. Banjir itu terjadi di
sebelah hilir titik pertemuan sungai-sungai. 14

(Sumber : Hidrologi Untuk Pengairan, 1993)


Gambar 2.4 Sungai Pararel

c) Terminologi permukaan air sungai dan debit


(1) Permukaan air rata-rata adalah jumlah permukaan air yang
diamati untuk suatu perioda tertentu dibagi banyaknya
pengamatan. Terminologinya tergantung dari perioda
pengamatan seperti permukaan air rata-rata bulanan,
permukaan air rata-rata tahunan dan seterusnya.
(2) Permukaan air tinggi rata-rata adalah harga rata-rata
permukaan air yang tinggi. Terdapat juga permukaan air tinggi
bulanan, permukaan air rata-rata tahunan dan seterusnya,
tergantung dari perioda pengamatannya.
(3) Permukaan air rendah rata-rata : harga rata-rata permukaan air
yang rendah.

d) Debit sungai
(1) Debit air musim kering adalah debit yang dilampaui oleh
debit-debit sebanyak 355 hari dalam setahun.

14
Kyotoka Mori, dkk, Ibid, hlm 169-170.
18

(2) Debir air rendah adalah debit yang dilampaui oleh debit-debit
sebanyak 275 hari dalam setahun.
(3) Debit air normal adalah debit yang dilampaui oleh debit-debit
sebanyak 185 hari dalam setahun.
(4) Debit air cukup (affluent) adalah debit yang dilampaui oleh
debit-debit sebanyak 95 hari dalam setahun. 15

e) Sungai Berdasarkan Pola Aliran


(1) Dendritik
Pola aliran sungai yang anak sungainya membentuk sudut
yang tidak teratur. Terdapat di daerah dataran rendah.

(Sumber : http://rahmatkusnadi6.blogspot.com)
Gambar 2.5 Pola Aliran Dendritik
(2) Pinnate
Pola aliran sungai yang anak sungainya membentuk sudut
lancip. Terdapat di daerah yang memiliki kemiringan lereng
curam.

(Sumber : http://rahmatkusnadi6.blogspot.com)
Gambar 2.6 Pola Aliran Pinnate
15
Kyotoka Mori, dkk, Ibid, hlm 204.
19

(3) Trellis
Pola aliran sungai yang relatif sejajar dengan anak-anak
sungai yang bermuara pada sungai utama dan membentuk
sudut 90° dan terdapat di daerah lipatan.

(Sumber : http://rahmatkusnadi6.blogspot.com)
Gambar 2.7 Pola Aliran Trellis

(4) Radial Sentripetal


Pola aliran sungai yang memusat ke suatu daerah, terdapat
di daerah cekungan atau ledok.

(Sumber : http://rahmatkusnadi6.blogspot.com)
Gambar 2.8 Pola Aliran Sentripetal

(5) Radial Sentrifugal


Pola aliran sungai yang menyebar daei suatu puncak ke arah
lereng.
20

(Sumber : http://rahmatkusnadi6.blogspot.com)
Gambar 2.9 Pola Aliran Radial Sentrifugal

(6) Anular
Pola aliran sungai yang anak sungainya melingkar. Terdapat
di daerah kubah (dome).16

(Sumber : http://rahmatkusnadi6.blogspot.com)
Gambar 2.10 Pola Aliran Anular
2) Muara Sungai
Muara sungai adalah bagian hilir dari sungai yang berhubungan
dengan laut. Mulut sungai adalah bagian paling hilir dari muara sungai
yang langsung bertemu dengan laut. Sedangkan estuari adalah bagian
dari muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut. Muara sungai
berfungsi sebagai keluaran atau pembuangan debit sungai, terutama

16
P. Jaka Firman, Excellent Geografi, (Yrama Widya : Bandung, 2016), hlm 95-96.
21

pada waktu banjir ke laut. Kerena letaknya yang berada di ujung hilir,
maka debit aliran di muara adalah lebih besar dibanding penampang
sungai di sebelah hulu.
Selain itu muara sungai juga harus melewatkan debit yang di
timbulkan oleh pasang surut, yang bisa lebih besar dari debit sungai.
Sesuai dengan fungsinya tersebut muara sungai harus cukup lebar dan
dalam. Ketidaklancaran pembuangan tersebut dapat mengakibatkan
banjr di daerah sebelah hulu muara. 17
1) Morfologi Muara Sungai
Muara sungai dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yang
tergantung pada faktor dominan yang mempengaruhinya. Ketiga
faktor dominan tersebut adalah gelombang, debit sungai dan
pasang surut. Di muara sungai ketiga faktor tersebut bekerja secara
simultan, tetapi biasanya salah satunya mempunyai pengaruh lebih
dominan dari pada yang lainnya. Gelombang memberikan
pengaruh paling dominan pada sungai kecil yang bermuara di laut
terbuka (luas). Sebaliknya sungai yang besar yang bermuara di laut
tenang akan didominasi oleh debit sungai. 18
a) Muara yang Didominasi Gelombang Laut
Gelombang besar yang terjadi pada pantai pesisir dapat
menyebabkan atau menimbulkan angkutan (transport) sedimen
(pasir), baik dalam arah tegak lurus maupun sejajar atau
memanjang pantai. Dari kedua jenis transpot tersebut, transpor
sedimen sepanjang pantai adalah yang paling dominan.
Transport sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen
transport, yaitu transport sedimen dalam bentuk mata gergaji di
garis pantai dan transport sepanjang pantai di surf zone.
Angkutan sedimen tersebut dapat bergerak masuk ke muara
sungai dan karena di daerah tersebut kondisi gelombang sudah
tenang maka sedimen akan mengendap. Banyaknya endapan
tergantung pada glombang dan ketersediaan sedimen (pasir) di
17
Bambang Triatmodjo, Teknik Pantai, (Beta Offset : Yogyakarta, 1999), hlm 277.
18
Bambang Triatmodjo, Loc.cit, hlm 277.
22

pantai. Semakin besar gelombang semakin besar angkutan


sedimen dan semakin banyak sedimen yang mengendap di
muara.
Pada muara sungai yang membelok, mulut sungai selalu
bergerak (berpindah-pindah), pindahan tersebut dipengaruhi
oleh angkutan sedimen sepanjang pantai dan debit sungai.
Gelombang pecah yang membentuk sudut terhadap garis pantai
menimbulkan limpasan energi yang dapat diuraikan dalam
komponen tegak lurus dan sepanjang pantai. Limpasan energi
tersebut menyebabkan terjadinya arus dan transport sedimen
sepanjang pantai. Transport sedimen tersebut akan masuk ke
muara setelah tenang maka sedimen tersebut akan mengendap.
Apabila debit sungai dari hulu kecil sehingga tidak mampu
mengerosi endapan, maka mulut sungai dapat tertutup oleh
endapan. Dengan adanya rintangan tersebut maka akan terjadi
genangan di hulu mulut sungai. Dalam kondisi tersebut biasanya
penduduk yang merasa terganggu dengan genangan tersebut
bergotong royong mengggali endapat di mulut sungai. Apabila
elevasi genangan cukup tinggi, kecepatan aliran yang terjadi
besar sehingga dapat mengerosi endapan, sehingga tampang
aliran pada bukaan tersebut menjadi semakin besar.19
b) Muara yang Didominasi Debit Sungai
Muara ini terjadi pada sungai dengan debit sepanjang tahun
cukup besar yang bermuara di laut dengan gelombang relatif
kecil. Sungai tersebut membawa angkutan sedimen dari hulu
cukup besar. Sedimen yang sampai di muara sungai merupakan
sedimen suspensi dengan diameter partikel sangat kecil. Pada
waktu air surut sedimen tersebut akan terdorong ke muara dan
menyebar di laut. Saat berikutnya dimana air mulai pasang,
kecepatan aliran bertambah besar dan sebagian suspensi dari
laut masuk kembali ke sungai bertemu dengan sedimen yang

19
Bambang Triatmodjo, Ibid, hlm 278-281.
23

berasal dari hulu. Dialur sungai, terutama pada waktu air surut
kecepatan aliran besar, sehingga sebagian sedimen yang telah
diendapkan tererosi kembali. 20
c) Muara yang Didominasi Pasang Surut
Apabila tinggi pasang surut cukup besar, volume air pasang
yang masuk ke sungai sangat besar. Air tersebut akan bersatu
dengan air dari hulu sungai. Pada waktu air surut, volume air
yang sangat besar tersebut mengalir keluar dalam priode waktu
tertentu yang tergantung pada tipe pasang surut. Dengan
demikian kecepatan arus selama air surut tersebut besar yang
cukup potensial membentuk muara sungai. Tipe muara sungai
ini berbentuk corong atau lonceng. Angkutan sedimen berasal
dari sungai dan laut. beberapa endapat terjadi di muara sungai.
Dari penjelasan di atas dapat didefinisikan bahwa bencana
banjir adalah serangkaian peristiwa banjir yang paling banyak
disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, selain itu banjir dapat
terjadi karena ulah manusia seperti membuang sampah ke
sungai, penggunaan lahan yang tidak tepat dan meluapnya air
sungai kerena sudah tidak tertampungnya air di badan sungai.

d. Kerawanan Banjir
Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan
mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu.21
Kerawanan banjir adalah memperkirakan daerah-daerah yang
mungkin menjadi sasaran banjir. Wilayah-wilayah yang rentan banjir
biasanya terletak pada daerah datar, dekat dengan sungai, berada di
daerah cekungan dan di daerah pasang surut air laut. Sedangkan bentuk

20
Bambang Triatmodjo, Ibid, hlm 283.
21
UU RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
24

lahan bentukan banjir pada umumnya terdapat pada daerah rendah


sebagai akibat banjir yang terjadi berulang-ulang, biasanya daerah ini
memiliki tingkat kelembaban tanah yang tinggi dibanding daerah-daerah
lain yang jarang terlanda banjir. Kondisi kelembaban tanah yang tinggi
ini disebabkan karena bentuk lahan tersebut terdiri dari material halus
yang diendapkan dari proses banjir dan kondisi drainase yang buruk
22
sehingga daerah tersebut mudah terjadi penggenangan air.
Kerawanan adalah dimana wilayah tidak siap dalam menanggulangi
dan mencegah terjadinya suatu bencana, sementara kerawanan banjir
adalah ketidaksiapan suatu wilayah dalam menanggulangi terjadinya
bencana banjir, selain itu biasanya daerah-daerah ini adalah daerah yang
memang sudah memiliki potensi untuk terjadinya banjir, seperti kondisi
tanah yang kurang baik dan kurangnya tampungan-tampungan air seperti
derainase.
e. Proses terjadinya Banjir
Pada umumnya, banjir terjadi pada musim hujan. Banjir di wilayah
DAS sangat tergantung pada waktu hujan, lama hujan, dan banyaknya
curah hujan. Sistem DAS dapat memiliki luasan sempit ataupun luasan
yang besar. Pada permulaan musim hujan, jarang terjadi banjir sebab air
hujan yang turun baru mampu membasahi lapisan tanah permukaan.
Akibatnya air hujan yang menjadi aliran permukaan (run off) masih
sedikit. Apabila lapisan tanah sudah mulai jenuh air, jumlah aliran
permukaan bertambah banyak, dan apabila air permukaan itu tidak ada
yang menghambat, hampir semuanya mengalir ke sungai. Hambatan
aliran air dipermukaan dapat berupa serahan hutan dan tanaman hutan.
Namun, apabila terjadi keteledoran pengelolaan DAS, banjir dapat
terjadi sewaktu-waktu. Adapun tanda-tanda akan terjadinya banjir antar
lain:
1) Terjadi hujan lebat di wilayah hulu DAS.
2) Air sungai menjadi keruh akibat proses erosi di bagian hulu sungai.

22
Dr. Dedi Hermon, Op.cit. 37-38.
25

3) Air sungai mulai menghanyutkan serasah atau ranting-ranting kayu.23


Banjir banyak terjadi pada pertengahan musim hujan dan menjelang
akhir musim hujan. Hal ini juga terjdi karena kondisi tanah yang kurang
baik, ketika kondisi tanah sudah mulai jenuh maka air di permukaan akan
menjadi lebih banyak.
f. Prediksi Banjir
Peramalan banjir sangat penting sebagai dasar untuk melakukan
persiapan guna untuk mencegah atau memperkecil kerugian akibat banjir.
Hal-hal yang sangat erat hubungannya dengan keberhasilan peramalan,
antara lain adalah peramalan cuaca dan pengenalan karakteristik sungai
serta daerah pengalirannya. Peramalan dapat dilakukan dengan cara
teknis dan cara non-teknis.
1) Cara non teknis
a) Banyak semut atau serangga yang takut air, keluar dari dalam tanah
untuk mencari tempat yang lebih tinggi.
b) Banyak burung sejenis lewat berterbangan dekat alur sungai. 24
2) Cara teknis
a) Berdasarkan keadaan cuaca
Pengamatan terhadap cuaca atau ramalan cuaca dapat
menyimpulkan perkiraan terjadinya hujan pada suatu waktu, di
suatu daerah dan intensitasnya. Dengan memperhatikan
karakteristik daerah tersebut, dapat diperkirakan tempat-tempat
yang mungkin akan terjadi banjir. Pengalaman dan pengenalan
karakteristik daerah akan sangat membantu ketepatan peramalan
dengan cara ini.
b) Hubungan tinggi muka air antara pos-pos pengamatan
Cara ini dilaksanakan berdasarkan hasil pengamatan tinggi
muka air pada beberapa pos pengamatan dan saat pengamatan
dilaksanakan. Berdasarkan tinggi muka air pada suatu saat di suatu

23
Sukandarrumidi, Bencana Alam dan bencana Antropogene, (Penerbit Kanisius : Yogyakarta,
2010), hlm 144-145.
24
Y. Sudaryoko, Pedoman Penanggulangan Banjir, (Departemen Pekerjaan Umum : Badan
Penerbitan pekerjaan Umum, Jakarta, 1987), hlm 11-12.
26

pos pengamatan tersebut, dapat diramalkan kedudukan tinggi muka


air pada lokasi tertentu di sebelah hilirnya. 25

g. Ancaman Setelah Terjadinya Banjir


Banjir terjadi apabila debit air yang mengalir melalui penampang
sungai tidak mampu ditampung sehingga meluap ke dataran banjir atau
aliran air terhalang oleh sampah. Bahaya yang mungkin terjadi antar lain
sebagai berikut:
1) Tergenangnya pemukiman yang dibangun di daerah sempadan sungai.
Air bersama dengan berbagai kotoran masuk ke lingkungan
permukiman, mengakibatkan keadaan lingkungan menjadi becek,
tidak sehat dan berbagai penyakit dapat timbul.
2) Hanyut dan rusaknya bangunan yang diterjang oleh banjir. Hal ini
dapat terjadi apabila kontruksi teknis bangunan sungai tidak dibuat
berdasarkan persyaratan yang sudah ditentukan.
3) Terjadinya tanah longsor akibat arus air yang mengikis tebing sungai.
Pengikisan pada umumnya terjadi di sungai yang membelok (ber-
meander).
4) Rusaknya daerah pertanian dan perkebunan di daerah sempadan
sungai. Tanaman mati dan gagal panen pasti terjadi. 26

h. Penyakit dan Kerugian yang Dapat Ditimbulkan


Apabila suatu wilayah pemukiman terlanda banjir, beberapa penyakit
yang mungkin diderita oleh masyarakat adalah sebagai berikut:
1) Penyakit diare, leptospirosis, dan gatal-gatal pada kulit akibat
lingkungan yang tidak bersih.
2) Penyakit malaria akibat genangan air yang mengundang penyakit
malaria.
3) Penyakit TCD akibat pemakaian air yang tidak higienis.
Selain menimbulkan berbagai penyakit, banjir berdampak juga
pada:
1) Kegagalan panen, apabila banjir melanda daerah pertanian.

25
Y. Sudaryoko, Loc. Cit, hlm. 12
26
Sukandarrumidi, Op.cit hlm 145-146.
27

2) Rusaknya bendungan akibat hilir tegenang oleh banjir.


3) Terendamnya jalan raya dan rusaknya jembatan, sehingga lalu lintas
macet mengakibatkan suatu daerah menjadi terisolasi dan dapat terjadi
rawan pangan.
4) Korban harta benda dan jiwa manusia. 27

2. Penginderaan Jauh
Pengindraan jauh atau disingkat INEDRAJA secara umum didefinisikan
sebagai ilmu, teknik, dan seni untuk memperoleh infromasi atau data
mengenai kondisi fisik suatu benda atau objek, target, sasaran maupun
daerah dan fenomena tanpa meyentuh atau kontak langsung dengan benda
atau target tersebut. Sensor yang digunakan adalah sensor jauh, yaitu sensor
yang secara fisik berada jauh dari benda atau objek tersebut. Untuk itu
digunakan sistem pemancar (transmitter) dan penerima (receiver).28
Adapun citra penginderaan jauh terlihat pada Gambar 2.11

(Sumber : https://www.lapan.go.id)
Gambar 2.11 Citra Pengindraan Jauh

27
Sukandarrumidi, Op.cit, hlm 147.
28
Sri Hartati Soenarmo, Pengindaraan Juah dan Pengenalan Sistem informasi GeografisUntuk
Bidang Ilmu Kebumian, (Penerbit ITB Bandung : Bandung, 2009), hlm. 1
28

3. Pengertian data Spasial


Data spasial mempunyai pengertian sebagai suatu data yang mengacu
pada posisi, objek, dan hubungan antaranya dalam ruang bumi. data spasial
merupakan salah satu item dari infromasi, dimana didalamnya terdapat
informasi mengenai bumi termasuk permukaan bumi, di bawah permukaan
bumi, peraira, kelautan dan bawah atmosfer. Data spasial dan informasi
utamanya digunakan untuk menentukan posisi dari indentifikasi suatu
elemen di permukaan bumi.
Karakteristik utama dari data spasial adalah bagaimana mengumpulkan
dan memeliharanya untuk berbagai kepentingan. Selain itu juga ditunjukan
sebagai salah satu elemen kritis dalam melaksanakan pembangunan sosial
ekonomi secara berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan.
Terdapat empat prinsip yang dapat mengidentifikasi perubahan
teknologi perekaman data spasial selama tiga dasawarsa ini. Prinsip
tersebut adalah :
1) Perkembangan teknologi
2) Kepedulian terhadap lingkungan hidup
3) Konflik politik atau perang
4) Kepentingan ekonomi. 29
Data lokasi yang spesifik dibutuhkan untuk melakukan pemantauan
terhadap dampak dalam suatu lingkungan, untuk mendukung program
restorasi lingkungan, dan untuk mengatur pembangunan. Kegiatan-kegiatan
tersebut dilakukan melalui kegiatan pemetaan dengan menggunakan
komputer dan pengamatan terhadap bumi dengan menggunakan satelit
pengindraan jauh.
Terdapat dua pendorong utama dalam pembangunan data spasial.
Pertama, adalah pertumbuhan suatu pemerintahan dan dunia bisnis dalam
memperbaiki keputusan yang berhubungan dengan keruangan dan
meningkatkan efisiensi dengan bantuan data spasial. Kedua,
mengoptimalkan anggaran yang ada dengan meningkatkan infromasi dan

29
Agus Suryantoro, Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Penerbit Ombak : Yogyakarta,
2013), hlm. 105-107
29

sistem komunikasi secara nyata dengan membangun teknologi infromasi


spasial. 30

4. Sistem Informasi Geografi


a. Pengertian Sistem Informasi Geografi (SIG)
1) Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem komputer untuk
memasukan (capturing), menyimpan (store/record), memeriksa,
mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan
data yang berhububungan dengan posisinya di permukaan bumi.
2) Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah kombinasi perangkat keras
dan perangkat lunak, sistem komputer yang memungkinkan
penggunanya untuk mengelola (manage), menganalisa, dan
memetakan informasi spasial berikut atributnya dengan akurasi
kartografis.
3) Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang berbasiskan
komputer untuk menyimpan dan memanipulasi ingormasi geografis.
SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis
objek dan fenomena di mana lokasi geografis merupakan karakteristik
penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demukian, SIG
merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan dalam
menangani data yang bereferensi geografis: (1) Memasukan, (2)
Menejemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (3) Analisi
dan manipulasi data dan (4) Keluaran.
4) Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang terdiri dari
perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia, organiasi dan
lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan,
menganalisis, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai
daerah-daerah di permukaan bumi.
5) Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem komputer untuk
mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisis
informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi.

30
Agus Suryantoro, Op.Cit hlm. 105-107
30

6) Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem mendukung proses


pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan
deskripsi lokasi dengan karakteristik fenomena yang ditemukan. SIG
yeng lengkap menyangkut metodologi dan teknologi yang diperlukan :
yaitu data spasial, perangkat keras, perangkat lunak, dan struktur
organisasi. 31 Adapun proses Sistem Informasi Geografis terlihat pada
Gambar 2.12

(Sumber : https://dewantariolgaayu.wordpress.com)
Gambar 2.12 Proses Sistem Informasi Geografis

b. Sub Sistem Informasi Geografi (SIG)


1) Data input adalah mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan
data spasial dan atributnya. Sub-sistem ini bertanggung jawab dalam
mengonversikan format data aslinya ke dalam format Sistem
Informasi Geografis (SIG)..
2) Data output adalah menampilkan dan menghasilkan keluaran basis
data spasial softcopy dan hardcopy seperti tabel, grafik, repot, peta
dan lain sebaginya.

31
Eddy Prahasta, Sistem Infromasi Geografis, Konsep-konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan
Geomaika), (Infromatika : Bandung, 2009), hlm 101.
31

3) Data management adalah mengorganiasikan data spasial dan tabel


atribut ke dalam sistem basis data hingga mudah untuk dipanggil
kembali, di-update, dan di-edit.
4) Data manipulation dan analysis adalah menentukan informasi yang
dihasilkan SIG. Selain itu, sub-sistem ini memanipulasi dan
memodelkan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. 32

c. Komponen Sistem Informasi Geografi (SIG)


Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem kompleks yang
umumnya diintegrasikan dengan sistem komputer lainnya pada tingkat
fungsional dan jaringan.
1) Perangkat keras, Sistem Informasi Geografis (SIG) tersedia di
berbagai platform perangkat keras, mulai dari kelas PC dekstop,
workstation, hingga multi-user host. Walaupun demikian,
fungsionalitas SIG tidak terikat ketat pada karakteristik fisik perangkat
kerasnya sehingga keterbatasan memori pada PC dapat diatasi.
Adapun perangkat keras yang sering digunakan untuk aplikasi SIG
adalah Komputer (PC/CPU), mouse, keyborad, monitor yang
beresolusi tinggi, digitizer, printer, plotter, receiver GPS (Global
Positioning System), dan scanner. Perangkat keras Sistem Informasi
Geografis (SIG) dapat dilihat pada Gambar 2.13

(Sumber : http://besok-libur155.blogspot.com)
Gambar 2.13 Perangkat Keras Sistem Informasi Geografi (SIG)

32
Eddy Prahasta, Ibid, hlm 102.
32

2) Perangkat lunak, Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem


perangkat lunak dimana sistem basis datanya memegang peran kunci.
Pada Sistem Informasi Geografis (SIG) lama, sub-sistemnya
diimplementasikan oleh modul-modul perangkat lunak hingga tidak
mengherankan jika ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan model
program yang dapat dieksekusi sendiri. Perangkat lunak SIG tersebut
dapat dilihat pada Gambar 2.14

(Sumber : Koleksi Pribadi/Arcgis10.2)


Gambar 2.14 Perangkat lunak SIG
3) Data dan Infromasi geografis, SIG dapat mengumpulkan dan
menyimpan data/infomasi yang perlukan baik tidak langsung maupun
langsung dengan mendijitasi data spasialnya dari peta analog dan
memasukan data atributnya dari tabel/laporan dengan menggunakan
keyboard. Adapun contoh peta hasil Sistem Informasi Geografis (SIG)
dapat dilihat pada Gambar 2.15
33

(Sumber : Koleksi Pribadi/Peta Kecamatan Kebumen)


Gambar 2.15 Peta Hasil SIG

4) Manajemen, proyek SIG akan berhasil jika dikelola dengan baik dan
dikerjakan oleh orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua
tingkat.33
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Agustinus Budi Prasetyo, “Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Bencana
banjir di Kota Surakarta Tahun 2007”,
Dalam penelitian ini masalah yang di angkat adalah dimana sajakah
persebaran lokasi rawan banjir di Kota Surakarta, kemudian Apakah faktor-
faktor yang menyebabkan banjir di Kota Surakarta, dan seberapa besar risiko
bencana banjir di Kota Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Wilayah
kajiannya mencakup seluruh wilayah Kota Surakarta yang terdiri dari 5
Kecamatan dan 51 Kelurahan. Data yang digunakan adalah data sekunder
dan data primer. Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi
dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui
persebaran banjir adalah pengskoran dan overlay dari tiga parameter yaitu:

33
Eddy Prahasta, Ibid, hlm 104.
34

peta penggunaan lahan, peta kerapatan saluran drainase, peta kemiringan


lereng. Sebelum dilakukan overlay, terlebih dahulu ditentukan faktor
penimbang setiap parameter. Penentuan faktor penimbang didasarkan pada
besarnya pengaruh suatu parameter terhadap kerawanan banjir.
Dari hasil analisis penyebab banjir Kota Surakarta diketahui bahwa
saluran drainase, kemiringan lereng dan penggunaan lahan sangat berperan
dalam terjadinya banjir yang menyebabkan kota tersebut rawan terhadap
banjir.34
2. Nurhadi, M.Si., Dyah Respati Suryo Sumunar, M.Si., Nurul Khotimah,
M.Si. “Laporan Penelitian Analisis Kerentanan Banjir di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Code Kota Yogyakarta”.
Dalam penelitian ini masalah yang diangkat adalah bagaimana kerentanan
bencana banjir lahar dingin di sepanjang bantaran Sungai Code Kota
Yogyakarta, dan Bagaimana arahan penanggulangan bencana banjir lahar
dingin di sepanjang bantaran Sungai Code Kota Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kerentanan bencana banjir
lahar dingin di sepanjang bantaran Sungai Code Kota Yogyakarta, dan (2)
arahan penanggulangan bencana banjir lahar dingin di sepanjang bantaran
Sungai Code Kota Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan di sepanjang
bantaran Sungai Code yang berada di Kota Yogyakarta sejak bulan Mei
hingga Oktober 2013. Populasi penelitian adalah sepanjang bantaran Sungai
Code yang berada di kawasan Kota Yogyakarta. Sampel penelitian adalah
kawasan sepanjang bantaran Sungai Code yang terkena dan tidak terkena
dampak banjir lahar dingin. 35
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder, yang
dikumpulkan dengan metode dokumentasi, wawancara, dan cek lapangan.
Teknik analisis data adalah analisis kuantitatif dengan

34
Agustinus Budi Prasetyo, Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Bencana banjir di Kota Surakarta
Tahun 2007, Skripsi, Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, 2009
35
Nurhadi, M.Si., Dkk, Laporan Penelitian Analisis Kerentanan Banjir di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Code Kota Yogyakarta, Laporan Penelitian, Univsitas Negeri Yogyakarta, 2013.
35

tumpangsusun/overlay parameter-parameter banjir berjenjang tertimbang


dengan menggunakan SIG.
Dari penelitian ini disimpulkan Wilayah di Bantaran Sungai Code yang
memiliki tingkat kerentanan banjir kategori sedang adalah wilayah
Cokrodiningratan dan Gowongan, sedangkan wilayah dengan tingkat
kerentanan banjir kategori rentan adalah wilayah Sosromenduran,
Suryatmajan, Prawirodirjan, Keparakan, Brontokusuman dan Sorosutan.
3. Alif Noor Anna, Kuswaji Dwi Priyono Dkk, “Analisi Potensi dan
Kerawanan Banjir di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah.”
Penelitian ini dilakukan pada DAS (Daerah Aliran Sungai) Bengawan
Solo, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi dan kerawanan banjir.
Metode yang digunakan dalam penelitian tahun ke-2 (dua) ini adalah metode
survei. Analisis data menggunakan teknik skoring. Pengolahan data dibantu dengan
menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan software Arc
GIS 10.2.
Dari penelitian ini disimpulkan DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah
memiliki tingkat potensi banjir tinggi dan rendah. Potensi tinggi terdapat di
Sub DAS Pepe dan terendah tersebar di Sub DAS Alang Unggahan,
Dengkeng, Mungkung, Samin, Wiroko Temon, Jlantah Walikun Ds,
Bambang, dan Keduang.36
d) Nanik Suryo Haryani, Any Zubaidah, Dkk, “Model Bahaya Banjir
menggunakan Data Pengindraan Jauh di Kabupaten Sampang”.
Model Bahaya Banjir menggunakan Data Pengindraan Jauh di
Kabupaten Sampang model penelitian yang digunakan dalam penentuan
bahaya banjir menggunakan beberapa variabel, variabel-variabel yang
digunakan memiliki kelas kriteria masing-masing. Penentuan setiap variabel
kriteria dengan menggunakan nilai komposit yaitu Composite Mapping
Analysis. Model bahaya banjir yang dihasilkan berdasarkan pembobotan
setiap variabel yaitu, sistem lahan, curah hujan, ketinggian, penggunaan
lahan, dan elevasi Dari penelitian yang dilakukan di Kabupaten Sampang,
setelah dilakukan pembobotan setiap variabel diketahui bahwa setelah

36
Alif Noor Anna , Kuswaji Dwi Priyono Dkk, Analisi Potensi dan Kerawanan Banjir di DAS
Bengawan Solo Hulu dan Tengah, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 2017.
36

dilakukan perhitungan dengan metode CMA faktor utama terjadinya banjir


di Kabupaten Sampang adalah dataran rendah dan sistem lahan. 37

Tabel 2.1
Tabel Penelitian yang Relevan
Nama
No Judul peneliti Persamaan Perbadaan
peneliti
Pemetaan Kesamaan Pada
Lokasi Rawan dengan penelitian ini
dan Risiko penelitian ini tidak
Bencana banjir adalah memunculkan
Agustinus di Kota melakukan tingkat
1. Budi Surakarta penelitian kerawanan
Prasetyo Tahun 2007 tentang bencana
persebaran banjir
banjir dan
dengan
berbasis spasial
Nurhadi, Laporan Kesamaan Perbedaan
M.Si., Dyah Penelitian dengan dengan
Respati Analisis penelitian yang penelitian ini
Suryo Kerentanan dilakuakan adalah
Sumunar, Banjir di adalah kerenantanan
2. M.Si., Daerah Aliran kesamaan dalam banjir
Nurul Sungai (DAS) dalam meneliti lahar dingin
Khotimah, Code Kota kerentanan
M.Si Yogyakarta dalam bencana
banjir suatu
wilayah

37
Nanik Suryo Aryani, Dkk. Model bahaya banjir menggunakan data pengindraan jauh di
kabupaten sampang, (Jurnal pengindraan jauh LAPAN, 2012).
37

Tabel 2.1 (Lanjutan)


Alif Noor Analisi Potensi Penelitian ini Perbedaan
Anna , dan Kerawanan meneliti tingkat dengan
Kuswaji Banjir di DAS kerawanan penelitian ini
Dwi Bengawan Solo banjir pada adalah bahwa
3. Priyono Hulu dan suatu daerah penelitian ini
Dkk Tengah lebih spesifik
pada Daerah
Aliran Sungai
(DAS)
Nanik Model Bahaya Penelitian
Suryo Banjir sama-sama
Haryani, menggunakan menggunakan
Pada
Any Data model analisis
penelitian ini
Zubaidah, Pengindraan Composite
data yang
Dkk Jauh di Mapping
digunakan
4. Kabupaten Analysis
adalah time
Sampang
series
kejadian
banjir

C. Kerangka Berpikir

Bajir yang melanda


Kecamatan Kebumen

Banjir menimbulkan
korban jiwa dan
kerugian materi

Belum tersedianya peta


kerawanan banjir di
Kecamatam Kebumen

Mengetahui tingkat
kerawanan banjir di
Kecamatan Kebumen
38

Data curah hujan, sistem


lahan, dan ketinggian
tempat, dan penggunaan
lahan

Pengolahan data spasial


pada software

Teknik overlay peta dan


skoring peta

Daerah kerawanan
bencana banjir

Dalam penelitian ini banjir yang sering terjadi di Kecamatan Kebumen


menimbulkan kerugian, baik kerugian materil dan kerugian non materil, selain
itu belum tersedinya peta tentang tingkat kerawanan banjir di Kecamatan
Kebumen. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar tingkat kerawanan banjir di Kecamatan Kebumen. Maka yang dilakukan
adalah dengan mengolah citra dan data yang akan digunakan adalah data
Kecamatan Kebumen. Data tersebut berupa data curah hujan, ketinggian,
kelerengan, penggunaan lahan dan sistem lahan. kemudian data tersebut diolah
menjadi peta curah hujan, peta jenis tanah, peta kemiringan lahan, peta
penggunaan lahan dan peta ketinggian. Peta-peta tersebut diolah menggunakan
software dengan cara overlay dan analisis skoring. Peta-peta tersebut akan
dianalisis menggunakan peta potensi banjir yang diperoleh dari BPBD
Kabupaten Kebumen.
Dari analisis overlay, skoring dan diolah menggunakan peta potensi banjir
akan menghasilkan peta tingkat kerawanan dan daerah kerawanan banjir di
Kebumen dan selanjutnya akan dilakukan ground check dilapangan terhadap
daerah-daerah tersebut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di salah satu kecamatan yang
ada di Kabupaten Kebumen, yaitu Kecamatan Kebumen. Kecamatan ini
merupakan pusat pemerintahan dari Kabupaten Kebumen, di mana terdapat
gedung-gedung dari pusat pemerintahan Kebumen. Kecamatan Kebumen
merupakan kecamatan dengan populasi penduduk paling banyak di
Kabupaten Kebumen. Adapun peta lokasi penelitian seperti terlihat pada
Gambar 3.1

Gambar 3.1
Peta Lokasi Penelitian

39
40

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini berlangsung kurang lebih selama 6 bulan, yaitu dari
bulan Agustus 2018 sampai bulan November 2018. Adapun waktu
penelitian ini terlihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1
Time Schedule Penelitian

Keterangan Agustus September Oktober November Desamber Februari


Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Proposal 1
penelitian

Bab 1 2-3
Pendahuluan 2-3

Bab 2 4 1-3
Kajian teori 4 1-3

Bab 3 4 1-2
Metodologi 4 1-2
penelitian

Bab 4 3-4 1-2


Pengumpulan 3-4 1-2
data
Pengolahan 3-4 1-2
data
Ground check 3-4 1-2
dan wawancara
Penyusunan 3-4 1-2
hasil bab 4

Bab 5 3-4
Penyusunan 3-4
kesimpulan
dan saran
Penyelesaian 3-4
akhir : cover,
daftar pustaka,
dan lampiran
Sidang Skripsi 1-2

Wisuda 3

B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui wilayah yang tergolong dalam zona rawan banjir yang
berada di Kecamatan Kebumen. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
41

berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat


sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual
sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian
deskriptif, peneliti berusaha untuk mendeskripsikan peristiwa dan kejadian. 1
Penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu
dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini diukur
sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat di analisis. 2

C. Populasi dan Sampel


Dalam penelitian, populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh
elemen/anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau
merupakan keseluruhan dari objek penelitian.3
Sampel adalah sejumlah anggota yang dipilih dari Populasi, sementara
pengambilan sampel (Sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen
secukupnya dalam populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan
pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat
menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada populasi. 4 Sampel
yang digunakan bersifat Non-probability Sampling, di mana teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. 5
Pengambilan daerah sampel menggunakan Purposive Sampling yang berarti
Penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan
sampel6 dan titik-titik sampel diambil berdasarkan Convenience Sampling
dimana sampel dengan pertimbangan kemudahan merupakan teknik penentuan
sampel berdasarkan kemudahan saja.7
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh daerah yang masuk dalam
wilayah Kecamatan Kebumen, Jawa Tengah. Sementara daerah sampel
penelitian ini merupakan daerah atau desa yang dekat dengan Daerah Aliran
1
Juliansyah Noor, Metode Penelitian (Skripsi, tesis, desertasi, dan karya ilmiah). Jakarta :
Kencana. 2012. Hlm 34-35
2
Juliansyah Noor , Ibid hlm 38.
3
Juliansyah Noor , Ibid hlm 147.
4
Juliansyah Noor , Ibid Hlm147-149.
5
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Alafabeta : Bandung 2014). hlm 367.
6
Juliansyah Noor, Op.cit, hlm 155.
7
Juliansyah Noor, Op.cit, hlm 155.
42

Sungai (DAS), dan titik-titik sampel diambil berdasarkan kemudahan menuju


tempat sampel.

D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulannya. 8 Variabel penelitian
dapat dibagi menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel Bebas, variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,
prediktor, antecenden. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel
bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjdi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel Terikat, variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. 9
Variabel terikat penelitian ini adalah tingkat kerawanan bencana banjir,
sementara Variabel bebas penelitian adalah tata guna lahan, curah hujan, sistem
tanah, kelerengan, dan ketinggian dari lokasi penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data peta sekunder dimana
peta ini berasal dari peta BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)
Kabupaten Kebumen yaitu peta curah hujan, peta jenis tanah, peta ketinggian
dan peta tata guna lahan sungai sehingga akan terbentuk daerah kerawanan
banjir kecamatan kebumen. Selain itu akan dilakukan observasi dan wawancara
bebas/tidak terstruktur yang dilakukan dengan menggunakan draft
isian/pertanyaan dengan masyarakat desa untuk melakukan ground check.
Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti
mengumpulkan data langsung dari lapangan. Proses observasi dimulai dengan
mengidentifikasi tempat yang hendak diteliti. Setelah tempat penelitian

8
Juliansyah Noor, Op.cit. hlm 95
9
Juliansyah Noor, Op.cit. hlm 96-97
43

diidentifikasi, dilanjutkan dengan membuat pemetaan, sehingga diperoleh


gambaran umum tentang sasaran penelitian. 10 Jenis observasi yang digunakan
adalah observasi non partisipan, karena observasi yang dilakukan hanya untuk
melihat lokasi yang terdampak berdasarkan hasil penelitian. Di mana observasi
non partisipan adalah jika unsur-unsur partisipasi sama sekali tidak ada pada
observes.11
Wawancara (interview) dilakukan untuk mendapatkan informasi, yang tidak
dapat diperoleh melalui observasi atau kuesioner. Ini disebabkan oleh karena
peneliti tidak dapat mengobservasi seluruhnya. Tidak semua data dapat
diperoleh dengan observasi. Oleh karena itu peneliti harus mengajukan
pertanyaan kepada partisipan. Pertanyaan sangat penting untuk menangkap
persepsi, pikiran, pendapat, perasaan orang tentang suatu gejala, peristiwa,
fakta atau realita. 12
Wawancara yang digunakan adalah wawancara terpimpin, di mana peneliti
menggunakan pedoman wawancara dalam melakukan wawancara pada objek
penelitian. Wawancara terpimpin disebut juga dengan interview guide.
Wawancara yang menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang diteliti. 13
Wawancara yang dilakukan untuk mengetaui dampak dan upaya-upaya yang
dilakukan dalam menangani bencana banjir yang terjadi, pada pihak
pemerintah daerah yaitu pihak BPBD (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah).
Tabel 3.2
Pedoman Observasi Keadaan Sungai
No Aspek Yang diamati Hasil
1. Terjadinya Penyempitan Sungai Ya/Tidak
2. Terjadinya Pendangkalan Sungai Ya/Tidak

Tabel 3.2(Lanjutan)

10
Raco, Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, karakteristik dan keunggulannya, (Grasindo :
Jakarta, 2010), hlm. 112
11
Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metodologi penelitian, (Bumi Aksara : Jakarta, 2016,
cet.9), hlm 72.
12
Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Ibid, hlm. 116
13
Raco, Op. cit, hlm. 84
44

3. Terjadinya Perusakan Sungai Oleh Ya/Tidak


Masyarakat
4. Terdapatnya Banyak Sampah di Ya/Tidak
Sungai
5. Pemukiman Penduduk Dekat Dengan Ya/Tidak
Sungai

Adapun kisi-kisi wawancara yang digunakan pada penelitian ini terbagi


menjadi dua, yaitu kisi-kisi wawancara untuk BPBD dan kisi-kisi
wawancara untuk masyarakat.
a) Kisi-kisi wawancara BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)
1) Kebijakan penangan bencana banjir
2) Program penanganan bencana banjir
3) Bencana banjir
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Wawancara BPBD Kebumen
No Indikator Aspek Nomor
Soal
1 Tingkat frekuensi banjir menggenangi Bencana 1
daerah penelitian banjir
2 Rata-rata lama banjir yang Bencana 2
menggenangi daerah ini banjir
3 Penyebab banjir yang paling dominan Bencana 3
banjir
4 Permasalahan/kendala yang sering di Kebijakan 4
hadapi dalam penanganan banjir
5 Upaya yang dilakukan dalam Kebijakan 5
penanganan bencana banjir
6 Upaya pemerintah yang menjadi Kebijakan 6
prioritas utama dalam penanganan
banjir
7 Upaya yang telah dilakukan untuk Kebijakan 7
mengurangi frekuensi bencana banjir
8 Dukungan masyarakat dalam upaya Program 8
penanggulangan banjir
9 Langkah yang dilakukan untuk Program 9
menghadapi banjir yang akan datang

b) Kisi-Kisi Wawancara dengan Masyarakat


45

1) Kebijakan penanganan bencana banjir


2) Program penangana bencana banjir
3) Bencana banjir
Tabel 3.4
Kisi-kisi Wawancara Masyarakat
No Indikator Aspek Nomor
Soal
1 Tingkat frekuensi banjir menggenangi Bencana 1
banjir
daerah penelitian
2 Penyebab banjir yang paling dominan Bencana 2
banjir
3 Permasalahan/kendala yang sering di Kebijakan 3
hadapi dalam penanganan banjir
4 Upaya yang dilakukan dalam Kebijakan 4
penanganan bencana banjir
5 Upaya pemerintah yang sudah di Kebijakan 5
rasakan dalam menangani banjir yang
terjadi
6 Kemudahan kordinasi antar pihak Kebijakan 6
yang terlibat dalam penanganan
bencana banjir
7 Langkah yang dilakukan untuk Kebijakan 7
menghadapi banjir yang akan datang
8 Kegiatan/pelatihan untuk menghadapi Program 8
bencana banjir
9 Ketersediaan SDM untuk menghadapi Program 9
bencana

F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan berbasis spasial, di mana data diolah dengan
menggunakan software berbasis komputer yaitu dengan menggunakan aplikasi
Quantum Gis dan aplikasi berbasis spasial lain yaitu Arc GIS 10.0

1. Pengharkatan (Skoring)
46

Pembobotan adalah pemberian bobot pada peta digital masing masing


parameter yang berpengaruh terhadap banjir, dengan didasarkan atas
pertimbangan pengaruh masing-masing parameter terhadap banjir.
Pembobotan dimaksudkan sebagai pemberian bobot pada masing-masing
peta tematik (parameter). Penentuan bobot untuk masing-masing peta
tematik didasarkan atas pertimbangan, seberapa besar kemungkinan terjadi
banjir dipengaruhi oleh setiap parameter geografis yang akan digunakan
dalam analisis SIG.14
Skoring adalah pemberian skor terhadap masing-masing parameter.
Pemberian skor didasarkan pada pengaruh kelas tersebut terhadap kejadian.
Semakin besar pengaruhnya terhadap kejadian, maka semakin tinggi nilai
skornya15 Formulasi Pembobotan Kerawanan Banjir :

Scma = (BxSch) + (BxSpl) + (BxSL) + (BxSsl) + (BxSe)

Tabel 3.5
Pembobotan Tingkat Kerawanan Banjir
No Variabel Kriteria Skoring Bobot
1 Iklim/Curah Curah Hujan > 300mm 5 Mean Spasial
Hujan (CH) Curah Hujan 200-300mm 4
Curah Hujan 100-200mm 3
Curah Hujan 50-100mm 2
Curah Hujan <50mm 1
2 Liputan Pemukiman/Lahan Mean Spasial
Lahan (LP) terbuka/Sungai 5
Sawah/Tambak/Mangrove 4
Ladang/Tegalan/Kebun 3
Semak belukar/Pasir 2
Hutan 1

14
Kurnia Darmawan DKK, Analisi Tingkat Kerawanan Banjir di Kabupaten Sampang
menggunakan metode Overlay dan Scoring berbasis Sistem Informasi Geografis, (Jurnal Geodesi
UNDIP, 2017,) hlm 4
15
Kurnia Darmawan DKK, Ibid
47

Tabel 3.5 (Lanjutan)


3 Bentuk Dataran-Landai 0-8% 5 Mean Spasial
Lahan/Lereng Berombak 8-15%
Agak Curam, 4
Bergelombang, Berbukit
15-25% 3
Curam-Sangat Curam 25-
45% 2
Terjal-Sangat Terjal
>45% 1
4 Sistem Lahan Dataran Gabungan Muara, Mean Spasial
(SL) Rawa (MKS) 5
Dataran bergeombang
(AAR) 4
Punggung bukit kecil
(LAR) 3
Teras berkarang (PSI) 2
Teras Kartisk (SKN) 1
5 Elevasi (E) 0-50m 5 Mean Spasial
50-100m 4
100-150m 3
150-200m 2
>250m 1
Sumber : Jurnal pengindraan jauh LAPAN, 2012

Tabel 3.6
Interval Kelas Bahaya Banjir
No Interval Kelas Kelas bahaya banjir
1 100-200 Tidak Rawan
2 201-300 Sedang / Cukup Rawan
3 301-400 Rawan
4 401-500 Sangat Rawan
Sumber : Jurnal pengindraan jauh LAPAN, 2012
Semua peta yang menjadi bahan penelitian akan diberikan nilai sesuai
dengan nilai pengharkatan, sehingga akan memunculkan peta kerawanan
bencana banjir.
2. Composite Mapping Analysis (CMA)
Dalam pelaksanaan proses pembuatan model bahaya banjir diperlukan
bobot setiap variabel tersebut, dimana setiap variabel mempunyai kelas
kriteria. Penentuan bobot setiap variabel bajir dengan menggunakan cara
48

komposit dari setiap variabel banjir. Cara komposit tersebut yang sering
disebut dengan istilah Composite Mapping Analysis atau CMA.16
a. Perhitungan bobot untuk pembuatan model bahaya banjir menggunakan
Composite Mapping Analysis (CMA) dengan sebagai berikut:
Potensi banjir disebabkan oleh beberapa faktor dengan bobot sama.
1) Rangking dan skor setiap kriteria dan setiap faktor mengacu pada
penelitian sebelumnya.
2) Point pertama tersebut dihasilkan distribusi daerah banjir dan luas
daerah banjir.
b. Selanjutnya peta distribusi banjir akan dilakukan overlay dengan setiap
variabel banjir.
c. Hasil yang diperoleh berupa bobot relatif yng disebut mean spasial
d. Selanjutnya dilakukan komposit setiap variabel, sehingga diperoleh
bobot setiap variabel penyebab banjir. 17
Perhitungan Mean Spasial :
Daerah Potensi Banjir Variabel
Mean Spasial =
Luas Variabel
Perhitungan Bobot :
100
Bobot = 𝑥 𝑀𝑒𝑎𝑛 𝑆𝑝𝑎𝑠𝑖𝑎𝑙 (𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙)
Keseluruhan Mean Spasial

3. Overlay (Tumpang Susun)


Metode Overlay adalah suatu metode Sistem Informasi Geogrifis (SIG)
dengan melakukan tumpang susun beberapa data peta yang memuat
informasi dengan karakteristik tersendiri. Hasil dari Overlay ini akan
menunjukan kondisi lahan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai skor yang
18
diberikan. Nilai pada tiap kondisi lahan yang akan di-overlay ini akan
menghasilkan nilai yang nantinya akan menentukan tingkat kerawanan
banjir di daerah penelitian.

16
Nanik Suryo Aryani, Dkk. Model bahaya banjir menggunakan data pengindraan jauh di
kabupaten sampang, (Jurnal pengindraan jauh LAPAN, 2012), hlm 54.
17
Nanik Suryo Aryani, Dkk, Ibid, hlm 56-57.
18
Imam Ubaidilah, Zonasi Potensi Kerawanan Longsor di Kecamatan Cisarua Kabupaten
Bogor, (Skripsi: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2018), hlm 32.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Daerah Penelitian


1. Kondisi Fisik
a. Letak dan Luas
Kecamatan Kebumen adalah salah satu kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Kebumen, kecamatan ini merupakan pusat pemerintahan dari
Kabupaten Kebumen. 7°27’-7°50’ Lintang Selatan dan 109°35’- 109°3’
Bujur Timur. Secara geografis, batas Kecamatan Kebumen adalah:
1) Barat berbatasan dengan Kecamatan Pejagoan
2) Utara berbatasan dengan Kecamatan Alian
3) Selatan berbatasan dengan Kecamatan Buluspsantren
4) Timur berbatasan dengan Kecamatan Kutowinangun dan Kecamatan
Poncowarno.
Kecamatan Kebumen memiliki ketiggian rata-rata 20 meter di atas
permukaan laut, dengan rata-rata topografi yang landai kareta tidak
terdapat daerah permukitan. Kecamatam ini memiliki luas sebesar
4757,39 hektar atau 47,57 Km2. Adapun luas Kecamatan Kebumen setiap
Desa dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1
Luas Kecamatan Kebumen per Desa/Kelurahan
No Desa/Kelurahan Luas Km2 Persentase
1 Muktisari 1,3 3,16
2 Murtirejo 1,9 3,69
3 Depokrejo 1,2 2,85
4 Mengkowo 1,2 2,78
5 Gesikan 2,0 4,83
6 Kalibagor 2,2 2,64
7 Argopeni 2,2 3,88
8 Jatisari 2,0 84,4
9 Kalirejo 1,5 3,85
10 Selang 1,0 2,85

49
50

Tabel 4.1 (Lanjutan)


11 Adikarso 1,2 3,16
12 Tamanwinangun 2,0 3,00
13 Panjer 1,7 1,38
14 Kembaran 0,6 4,00
15 Sumberadi 1,7 2,93
16 Wonosari 2,0 3,85
17 Roworejo 2,0 6,61
18 Tanahsari 2,2 3.04
19 Bandung 1,4 2,93
20 Candimulyo 1,2 2,95
21 Kalijirek 1,2 2,40
22 Candiwulan 1,0 1,63
23 Kawedusan 0,7 3,73
24 Kebumen 1,7 1,93
25 Kutosari 1,1 3,51
26 Bumirejo 1,6 3,86
2 Gemeksekti 2,1 4,51
28 Karangsari 1,9 5,49
29 Jemur 2,3 5,10
Sumber : Ina-Geospasial
Secara administrasi, Kecamatan Kebumen dapat dilihat pada peta
administrasi Kecamatan Kebumen yang terlihat pada Gambar 4.1
51

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Kebumen


52

b. Curah Hujan
Curah hujan selama tahun 2017 sebesar 3.617 mm dan hari hujan
sebanyak 201 hari. Curah hujan selama tahun 2016 sebesar 3.229 mm
dan hari hujan sebanyak 140 hari. Curah hujan tahun 2015 sebesar 3.229
mm. Curah hujan tahun 2014 sebesar 2.971, dan curah hujan tahun 2013
sebesar 3.785 mm Adapun curah hujan di Kecamatan Kebumen Tahun
2013-2017 dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2
Curah Hujan di Kecamatan Kebumen Tahun 2013-2017
Tahun
Jumlah Curah Hujan
2013 2014 2015 2016 2017
(mm) per Bulan

Januari 754 438 429 264 534


Februari 361 209 300 515 421
Maret 313 180 865 300 403
April 350 259 387 382 374
Mei 293 99 148 454 89
Juni 408 178 47 407 432
Juli 272 193 - 141 36
Agustus 7 16 1 159 14
September 6 - 1 399 203
Oktober 118 123 5 663 451
November 243 518 461 774 329
Desember 660 648 585 640 331
Jumlah 3.785 2.971 2.847 5.098 3.617
Rata-Rata 3.663
Sumber : Data Curah Hujan Kabupaten Kebumen
c. Ketinggian/Elevasi
Kecamatan Kebumen merupakan dataran rendah di mana rata-rata
ketinggian di Kecamatan Kebumen adalah 21,5 meter. Desa tertinggi di
Kecamatan Kebumen adalah Roworejo dengan ketinggian 30 meter, dan
desa terendah adalah Mengkowo dengan ketinggian 12 Meter. Adapun
ketinggian Kecamatan Kebumen setiap desa dapat dilihat pada Tabel 4.3
53

Tabel 4.3
Ketinggian Kecamatan Kebumen per Desa
Ketinggian
No Nama Desa
(m dpl)
1. Muktisari 18
2. Murtirejo 15
3. Depokrejo 20
4. Mengkowo 12
5. Gesikan 18
6. Kalibagor 28
7. Argopeni 14
8. Jatisari 27
9. Kalirejo 17
10. Selang 19
11. Adikarso 23
12. Tamanwinangun 21
13. Panjer 23
14. Kembaran 23
15. Sumberadi 21
16. Wonosari 17
17. Roworejo 30
18. Tanahsari 24
19. Bandung 22
20. Candimulyo 22
21. Kalijirek 18
22. Candiwulan 18
23. Kawedusan 22
24. Kebumen 27
25. Kutosari 28
26. Bumirejo 26
27. Gemeksekti 22
28. Karangsari 23
29. Jemur 27
Sumber : Data Ketinginggian Kecamatan Kebumen
d. Kemiringan/Kelerengan
Kemiringan atau kelerengan di Kecamatan Kebumen didominasi oleh
kemiringan antara 0-8%, sementara itu hanya sebagian kecil kecamatan
yang memiliki kelerengan lebih dari itu, yaitu Jemur dan Gemesaketi
antara 25-45% dan Argopeni 15-25%. Adapun kelerengan di Kecamatan
Kebumen setiap desa terlihat pada Tabel 4.4
54

Tabel 4.4
Kelerengan Kecamatan Kebumen per Desa
No Nama Desa Kelerengan (%)
1. Muktisari 0-8 %
2. Murtirejo 0-8 %
3. Depokrejo 0-8 %
4. Mengkowo 0-8 %
5. Gesikan 0-8 %
6. Kalibagor 0-8 %
7. Argopeni 15-25 %
8. Jatisari 0-8 %
9. Kalirejo 0-8 %
10. Selang 0-8 %
11. Adikarso 0-8 %
12. Tamanwinangun 0-8 %
13. Panjer 0-8 %
14. Kembaran 0-8 %
15. Sumberadi 0-8 %
16. Wonosari 0-8 %
17. Roworejo 0-8 %
18. Tanahsari 0-8 %
19. Bandung 0-8 %
20. Candimulyo 0-8 %
21. Kalijirek 0-8 %
22. Candiwulan 0-8 %
23. Kawedusan 0-8 %
24. Kebumen 0-8 %
25. Kutosari 0-8 %
26. Bumirejo 0-8 %
27. Gemeksekti 25-45 %
28. Karangsari 0-8 %
29. Jemur 25-45 %
Sumber : Pengolahan Data Elevasi Model Kecamatan Kebumen
e. Penggunaan Lahan/ Tutupan Lahan
Penggunaan lahan di Kecamatan Kebumen didominasi dengan
penggunaan lahan berupa permukiman dan juga sawah, namun selain itu
terdapat juga penggunaan lahan berupa kebun, ladang, padang rumput,
pasir dan sungai. Luasan kebun sebesar 588,08 ha, ladang sebesar 139,47
ha, padang rumput sebesar 21,73 ha, pasir sebesar 6,34 ha, permukiman
sebesar 1.462,16 ha, sawah sebesar 2.490,08 ha, dan sungai 49,48 ha.
Adapun luasan penggunaan lahan Kecamatan Kebumen dapat dilihat
pada Tabel 4.5
55

Tabel 4.5
Luas Penggunaan Lahan
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Kebun 588,08 Ha 12,4 %
2 Ladang 139,47 Ha 3%
3 Padang Rumput 21,73 Ha 0,5 %
4 Pasir 6,34 Ha 0,1 %
5 Permukiman 1.462,16 Ha 30,7 %
6 Sawah 2.490,08 Ha 52,3 %
7 Sungai 49,48 Ha 1%
Total 4.757,39 Ha 100 %
Sumber : Ina-Geospasial
2. Kondisi Sosial
a. Jumlah penduduk
Penduduk Kecamatan Kebumen berdasarkan proyeksi penduduk tahun
2017 sebanyak 123.567 jiwa yang terdiri atas 62.018 jiwa penduduk laki-
laki dan 61.549 jiwa penduduk perempuan1. Dibandingkan dengan
proyeksi jumlah penduduk tahun 2016, penduduk Kecamatan Kebumen
mengalami pertumbuhan sebesar 1,4%. Sementara itu besarnya angka
rasio jenis kelamin penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan
tahun 2017 sebesar 99,24%. Kepadatan penduduk di Kecamatn Kebumen
tahun 2017 mencapai 2.942 jiwa/km2. Kepadatan tertingi yaitu di
Kelurahan Panjer yang mencapai 8.129 jiwa/km2 dan kepadatan terendah
di Desa Tanahsari sebesar 1.101 jiwa /km2. Adapun jumlah penduduk
menurut desa/kelurahan di Kecamatan Kebumen 2016-2017 terlihat pada
Tabel 4.6 Tabel 4.7 dan Tabel 4.8
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk per Desa/Kelurahan di Kecamatan Kebumen
Tahun 2016-2017
Nama Tahun Tahun Laju
No
Desa/Kelurahan 2016 2017 Pertumbuhan (%)
1. Muktisari 4.394 4.451 1,28
2. Murtirejo 2.654 2.692 1,41
3. Depokrejo 3.196 3.239 1,33
4. Mengkowo 2.134 2.162 1,30
5. Gesikan 2.139 2.166 1,25
6. Kalibagor 3.723 3.781 1,53
7. Argopeni 2.741 2.780 1,40

1
Kecamatan Kebumen Dalam Angka 2017
56

Tabel 4.6 (Lanjutan)


8. Jatisari 5.675 5.769 1,63
9. Kalirejo 3.999 4.059 1,48
10. Selang 3.860 3.916 1,43
11. Adikarso 3.755 3.810 1,44
12. Tamanwinangun 9.120 9.259 1,50
13. Panjer 10.405 10.568 1,54
14. Kembaran 1.916 1.939 1,19
15. Sumberadi 2.286 2.320 1,47
16. Wonosari 4.737 4.810 1,52
17. Roworejo 2.423 2.458 1,42
18. Tanahsari 3.037 3.083 1,49
19. Bandung 3.547 3.601 1,50
20. Candimulyo 1.713 1.738 1,44
21. Kalijirek 1.775 1.800 1,39
22. Candiwulan 2.409 2.445 1,47
23. Kawedusan 2.361 2.398 1,54
24. Kebumen 7.940 8.061 1,50
25. Kutosari 6.371 6.469 1,51
26. Bumirejo 8.394 8.519 1,47
27. Gemeksekti 6.345 6.440 1,48
28. Karangsari 5.969 6.066 1,60
29. Jemur 2.728 2.768 1,45
Jumlah 121.746 123.567 1,47
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen, 2017

Tabel 4.7
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Kebumen
Tahun 2016-2017
Nama
No Laki-laki Perempuan Jumlah
Desa/Kelurahan
1. Muktisari 2.212 2.239 4.451
2. Murtirejo 1.335 1.357 2.692
3. Depokrejo 1.611 1.628 3.239
4. Mengkowo 1.044 1.118 2.162
5. Gesikan 1.106 1.060 2.166
6. Kalibagor 1.881 1.900 3.781
7. Argopeni 1.362 1.418 2.780
8. Jatisari 2.822 2.947 5.769
9. Kalirejo 2.028 2.031 4.059
10. Selang 1.923 1.993 3.916
11. Adikarso 1.904 1.906 3.810
12. Tamanwinangun 4.624 4.635 9.259
13. Panjer 5.350 5.218 10.568
14. Kembaran 955 984 1.939
15. Sumberadi 1.173 1.147 2.320
57

Tabel 4.7 (Lanjutan)


16. Wonosari 2.491 2.319 4.810
17. Roworejo 1.248 1.210 2.458
18. Tanahsari 1.504 1.579 3.083
19. Bandung 1.748 1.853 3.601
20. Candimulyo 880 858 1.738
21. Kalijirek 888 912 1.800
22. Candiwulan 1.240 1.205 2.445
23. Kawedusan 1.156 1.242 2.398
24. Kebumen 4.194 3.867 8.061
25. Kutosari 3.351 3.118 6.469
26. Bumirejo 4.310 4.209 8.519
27. Gemeksekti 3.196 3.244 6.440
28. Karangsari 3.079 2.987 6.066
29. Jemur 1.403 1.365 2.768
Jumlah 62.018 61.549 123.567
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen, 2017

Tabel 4.8
Jumlah penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Menurut di
Kecamatan Kebumen Tahun 2016-2017
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0‒4 4.993 4.745 9.738
5‒9 5.370 5.143 10.513
10‒14 7.271 7.530 14.801
15‒19 6.778 5.573 12.351
20‒24 4.189 3.878 8.067
25‒29 3.700 3.779 7.479
30‒34 3.810 4.015 7.825
35‒39 3.970 4.192 8.162
40‒44 4.154 4.271 8.425
45-49 4.298 4.499 8.797
50‒54 3.737 3.947 7.684
55‒59 2.937 3.012 5.949
60‒64 2.178 2.370 4.548
65‒69 1.612 1.752 3.364
70‒74 1.269 1.407 2.676
75+ 1.283 1.905 3.188
Jumlah 61.549 62.018 123.567
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen, 2017
b. Pemerintahan
Pada tahun 2017, jumlah perangkat desa di Kecamatan Kebumen
sebanyak 285 orang, di mana posisi Sekertaris Desa masih banyak yang
58

kosong. Dari jumlah tersebut 10 persen perangkat desa berjenis kelamin


perempuan.
c. Pendidikan
Jumlah Sekolah di Kecamatan Kebumen terdapat Sekolah Dasar
sebanyak 66 sekolah yang terdiri dari 61 SD Negeri dan 5 SD Swasta,
Sekolah Menengah Pertama sebanyak 18 sekolah yang terdiri 7 SMPN,
11 SMPS, 2 MTsN dan 6 MTS swasta, Sekolah Menengah Atas
(SMA/MA) sebanyak 6 sekolah dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
sebanyak 19 sekolah.
d. Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Kebumen pada tahun
2017 terdapat 3 Rumah Sakit, 1 RS Pemerintah dan 2 RS swasta, 3
puskesmas dan 7 puskesmas pembantu.
e. Agama
Tempat ibadah di Kabupaten Kebumen terdapat 124 masjid, mushola
234 unit, gereja sebanyak 7 unit, sedangkan 1 vihara, dan 1 klenteng

B. Hasil Penelitian
1. Analisis Peta Curah Hujan
Curah hujan di Kecamatan Kebumen adalah 3663 milimeter (mm), data
curah hujan ini didapat dari akumulasi curah hujan rata-rata Kecamatan
Kebumen selama 5 tahun terakhir, yaitu tahun 2017, 2016, 2015, 2014, dan
2013, dari data curah hujan tersebut di ketahui bahwa pada tahun 2017
jumlah curah hujan sebesar 3.617 mm, pada tahun 2016 sebesar 5.098 mm,
pada tahun 2015 sebesar 2.847, dan berturut-turun sebesar 2.971 mm dan
3.785 mm pada tahun 2015 dan 2014. Adapun peta curah hujan rata-rata
Kecamatan Kebumen 2013-2017 terlihat pada Gambar 4.2
59

Gambar 4.2 Peta Curah Hujan

2. Analisis Peta Ketinggian


Kecamatan Kebumen berada pada ketinggian antara 10-30 meter dari
permukaan laut, terdapat 2 klasifikasi ketinggian pada Kecamatan
Kebumen, yaitu ketinggian antara 10-20 meter dan 20-30 meter. Dari hasil
yang didapat terdapat 10 desa yang berada pada ketinggian 10-20 meter
yaitu desa Kalirejek, Candiwulan, Kalirejo, Selang, Wonosari, Argopeni,
Gesikan, Mengkowo, Muktisari, dan Muktirejo, dengan luas daerah sebesar
1.575,78 Ha. Sementara sisanya 19 desa berada pada ketinggian 20-30
meter dan memiliki luas wilayah sebesar 3.181,61 Ha. Adapun peta
ketinggain Kecamatan Kebumen terlihat pada Gambar 4.3
60

Gambar 4.3 Peta Ketinggian Kecamatan Kebumen

3. Analisis Peta Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan di Kecamatan Kebumen terkelasifikasi menjadi 7
klasifikasi penggunaan lahan, yaitu penggunaan lahan pemukiman,
persawahan, ladang, sungai, pasir, kebun dan padang rumput. Penggunaan
lahan yang paling dominan adalah permukiman dan persawahan dengan luas
wilayah masing-masing sebesar 1.462,16 Ha dan 2.490,08 Ha dan berturut-
turut sebesar 588,08 Ha untuk kebun, 139,47 Ha untuk Ladang, 49,48 Ha
untuk Sungai, 21,73 Ha untuk Padang Rumput, dan 6,34 Ha untuk Pasir.
Adapun peta penggunaan lahan Kecamatan Kebumen terlihat pada Gambar
4.4
61

Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kebumen

4. Analisis Peta Sistem Lahan/Land System


Land System atau sistem lahan di Kecamatan Kebumen terdiri atas jenis
dataran banjir, dataran gabungan, plato berbukit, dan punggung bukit
asimetrik. Luas dari masing-masing jenis sistem lahan tersebut adalah
3.942,94 Ha untuk dataran gabungan, 366,55 Ha untuk dataran banjir,
173,19 Ha untuk plato berbukit, dan 274,71 Ha untuk punggung bukit
asimetrik. Adapun peta sistem lahan Kecamatan Kebumen terlihat pada
Gambar 4.5
62

Gambar 4.5 Peta Sistem Lahan Kecamatan Kebumen

5. Analisis Peta Kelerengan


Kecamatan Kebumen memiliki 5 klasifikasi kelerengan, yaitu 0-8%, 8-
15%, 15-25%, 25-45%, dan 45-100%. Kelrengan di Kecamatan Kebumen
adalah kelerengan yang memiliki nilai antara 0-8% dengan luas 4.213,59
Ha, disusul dengan nilai kelerengan 15-25% dengan luas 245,8 Ha,
kemudian 25-45% dengan luas 182,14 Ha, dan berturut-turut nilai
kelerengan 8-15 % serta 45-100% dengan luas sebesar 70,54 Ha dan 45,5
Ha. Adapun peta kelerengan Kecamatan Kebumen terlihat pada Gambar
4.6. untuk peta kelerengan dapat dilihap pada gambar 4.6
63

Gambar 4.6 Peta Kelerengan Kecamatan Kebumen

6. Titik Sampel
Titik sampel diambil dan ditentukan dengan alasan kedekatan lokasi titik
sampel dengan sungai, selain itu titik sampel diambil juga berdasarkan
kemudahan untuk mencapai lokasi titik sampel yang berada di pinggir
sungai. Titik-titik sampel diambil dan berada di Desa Kebumen, Muktisari,
Mengkowo, Gesikan, Jatisari, Wonosari, Kalirejo, Sumberadi, Roworejo,
dan Bandung. Adapun peta titik sampel terlihat pada Gambar 4.7
64

Gambar 4.7 Peta Titik Sampe Kecacatan Kebumen

Penentuan titik sampel tersebut tersebar di beberapa lokasi seperti terlihat


pada tabel 4.9
Tabel 4.9
Tabel Lokasi Titik Sampel
No Sampel Nama Desa Kordinat
1 Titik 1 Bandung 109.7027
-7.6683
2 Titik 2 Tanah Sari 109.6992
-7.6744
3 Titik 3 Candimulyo 109.6991
-7.6753
4 Titik 4 Roworejo 109.6981
-7.6809
5 Titik 5 Sumberadi 109.6982
-7.6824
6 Titik 6 Kalirejo 109.6919
-7.6843
7 Titik 7 Wonosari 109.6916
-7.6909
8 Titik 8 Jatisari 109.6926
-7.6968
9 Titik 9 Gesikan 109.6843
-7.7037
65

Tabel 4.9 (Lanjutan)


10 Titik 10 Depokrejo 109.6841
-7.7060
11 Titik 11 Mengkowo 109.6873
-7.7182
12 Titik 12 Muktisari 109.6584
-7.6938
13 Titik 13 Taman Winangun 109.6588
-7.6837
14 Titik 14 Kebumen 109.6579
-7.6732
Sumber : Analisis Data, 2018

7. Composite Mapping Analysis (CMA)


a. Peta Kerawanan Banjir BPBD
Peta Potensi banjir ini digunakan untuk menentuan nilai mean
spasial, di mana nantinya akan dilakukan perbandingan luas antara
variabel-variabel penelitian terhadap peta kerawanan banjir dari BPBD
ini, sehingga akan dihasilkan kategori daerah rawan bajir dan tidak rawan
banjir.
Untuk menggunakan CMA dan menghitung mean spasial maka
harus menggunakan referensi peta penelitian sebelumnya. Perhitungan
mean spasial berfungsi untuk mengetahui bobot dari masing-masing
variabel, di mana nantinya nilai dari bobot-bobot tersebut akan
digunakan untuk penghitungan Skoring potensi kerawanan banjir. Luas
dari daerah rawan banjir yang digunakan untuk perhitungan mean spasial
sendiri adalah seluas 3.716,57 Ha. Adapun rawan bencana banjir menurut
BPBD terlihat pada Gambar 4.8
66

Gambar 4.8 Peta Potensi Banjir Kecamatan Kebumen

b. Nilai Mean Spasial Curah Hujan


Curah hujan akan menjadi salah satu faktor yang digunakan untuk
penskoran, dalam curah hujan ini hanya terdapat satu klasifikasi curah
hujan, yaitu 3663 mm yang berasal dari rata-rata curah hujan dari tahun
2013-2017. Dalam data curah hujan ini berdasarkan hasil yang sudah di
sandingkan dengan luasan daerah rawan banjir dari BPBD akan muncul
klasifikasi daerah curah hujan rawan dan tidak rawan, dimana luasan
daerah curah hujan potensi banjir seluas 3.716,57 Ha dan daerah tidak
berpotensi seluas 1.040,82 Ha, dengan mean spasial sebesar 0,781. Luas
daerah curah hujan tidak berpotensi dan berpotensi banjir terlihat pada
Tabel 4.10
Tabel 4.10
Rasio Banjir Pada Wilayah Curah Hujan
Curah Potensi
Luas (Ha) Rasio Banjir (Potensi/Luas)
Hujan banjir
3663 mm 4.757,39 3.716,57 0,7812
Jumlah 4.757,39 3.716,57
Tabel 4.10 (Lanjutan)
67

Mean ∑ 0,7812
Spasial
Sumber : Analisis Data, 2018

c. Nilai Mean Spasial Ketinggian


Ketinggian tempat di Kecamatan Kebumen Terbagi atas dua
Klasifikasi yaitu 10-20 dan 20-30 m dpl. Di mana ketinggian yang paling
dominan adalah pada angka 20-30 m dpl. Luasan daerah yang memiliki
ketinggian 10-20 m dpl sendiri yaitu sebesar 1.575,78 Ha sementara
ketinggian 20-30 m dpl memiliki luasan sebesar 3.181,61 Ha. Setelah
dibandingkan dengan daerah rawan banjir yang dari BPBD yang
digunakan untuk menghitung mean Spasial, diketahui ketinggian 10-20
m dpl memiliki luas Potensi banjir sebesar 1.362,66 Ha sementara
ketinggian 20-30 m pdl memiliki potensi luasan banjir sebesar 2.353,91
Ha. Dari hasil tersebut didapat angkat mean spasial dari ketinggian yaitu
sebesar 0,8022. Adapun luas daerah ketinggian berpotensi dan tidak
berpotensi banjir terlihat pada Tabel 4.11
Tabel 4.11
Rasio Banjir Pada Wilayah Ketinggian
Ketinggian Luas (Ha) Potensi Banjir (Ha) Rasio Banjir
(Potensi/Luas)
10-20 1.575,78 1.362,66 0,8647
20-30 3.181,61 2.353,91 0,7398
Jumlah 4.757,39 3.716,57
Mean Spasial ∑ 0,8022
Sumber : Analisis Data, 2018

d. Nilai Mean Spasial Kelerengan


Angka kelerengan di Kecamatan Kebumen dapat diklasifikasikan
menjadi lima klasifikasi, yaitu kelerengan dengan nilai 0-8%, 8-15%, 15-
25%, 25-45%, dan 45-100%. Di mana luas kelerengan yang paling
dominan adalah pada angkat 0-8%, sementara angka mean spasial dari
kelerengan sendiri sebesar 0,2567. Adapun luas daerah kelerengan
berpotensi dan tidak berpotensi banjir terlihat pada Tabel 4.12
Tabel 4.12
68

Rasio Banjir Pada Wilayah Kelerengan


Kelerengan Luas (Ha) Potensi Banjir (Ha) Rasio Banjir
(Potensi/Luas)
0-8% 4.213,59 3.655,92 0,8676
8-15% 70,54 19,55 0,2771
15-25% 245,80 29,66 0,1206
25-45% 182,14 3,37 0,0185
45-100% 45,50 0H 0
Jumlah 4.757,39 3.708,50
Mean Spasial ∑ 0,2567
Sumber : Analisis Data, 2018
e. Nilai Mean Spasial Sistem Lahan
Sistem lahan atau land System di Kecamatan Kebumen terbagi
menjadi empat klasifikasi, di mana klasifikasi-klasifikasi tersebut adalah
dataran banjir, dataran gabungan, plato berbukit, dan punggung bukit
asimetrik. Luas wilayah yang paling dominan adalah dataran gabungan
dengan luas wilayah mencapai 3.942,94 Ha. Adapun luas daerah sistem
lahan berpotensi dan tidak berpotensi banjir terlihat pada Tabel 4.13
Tabel 4.13
Rasio Banjir Pada Wilayah Sistem Lahan
Ketinggian Luas (Ha) Potensi Banjir Rasio Banjir
(Potensi/Luas)
(Ha)
Dataran Banjir 366,55 101,52 0,2769
Dataran Gabungan 3.942,94 3.576,38 0,9070
Plato Berbukit 173,19 9,71 0,0560
Punggung Bukit 274,71 28,97 0,1054
Asimetrik
Jumlah 4.757,39 3.716,58
Mean Spasial ∑ 0,3363
Sumber : Analisis Data, 2018
69

f. Nilai Mean Spasial Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan di Kecamatan Kebumen dibagi atas tujuh
klasifikasi penggunaan lahan, di mana terdapat klasifikasi berupa
penggunaan lahan sawah, pemukiman, ladang, padang rumput, perkebun,
pasir, dan sungai. Klasifikasi penggunaan lahan yang luasannya paling
besar adalah penggunaan lahan sawah dengan luas mencapai 2.490,08
Ha. Adapun luas daerah penggunaan lahan berpotensi dan tidak
berpotensi banjir terlihat pada Tabel 4.14
Tabel 4.14
Rasio Banjir Pada Wilayah Penggunaan Lahan
Penggunaan Luas (Ha) Potensi Banjir (Ha) Rasio Banjir
Lahan (Potensi/Luas)
Sawah 2.490,08 2,177,88 0,8746
Pemukiman 1.462,16 1.248,27 0,8537
Ladang 139,47 14,25 0,1021
Perkebunan 588,08 226,16 0,3845
Pasir 6,34 0 0
Sungai 49,48 34,92 0,7057
Padang 21,73 Ha 15,07 Ha 0,6935
Rumput
Jumlah 4.757,39 3.716,55 Ha
Ha
Mean Spasial ∑ 0,5163
Sumber : Analisis Data, 2018
g. Nilai Bobot Skoring
Dari hasil mean spasial yang telah didapat, maka besaran mean spasial
dari masing-masing variabel tersebut digunakan untuk penentuan bobot
skoring dari setiap variabel. Di mana sudah diketahui bahwa besaran
mean spasial dari masing-masing variabel adalah, 0,7812 untuk curah
hujan, 0,8022 untuk ketinggian/elevasi, 0,2567 untuk kelerengan, 0,3363
untuk sistem lahan/land system, dan 0,5163 untuk penggunaan lahan.
Adapun Bobot setiap variabel berdasarkan mean spasial terlihat pada
Tabel 4.15
70

Tabel 4.15
Bobot setiap variabel berdasarkan Mean Spasial
Bobot
Variabel
No Mean Spasial (Mean Item/Mean Total
(Item)
x100)
1 Curah Hujan 0,7812 29
2 Ketinggian 0,8022 30
3 Kelerengan 0,2567 10
4 Sistem Lahan 0,3363 12
5 Penggunaan Lahan 0,5163 19
Total 2,6927 100
Sumber : Analisis Data, 2018
8. Analisis Hasil Observasi
Observasi ini dilakukan untuk melihat keadaan sungai di lapangan
atau daerah penelitian, dimana observasi ini berpedoman pada pedoman
observasi yang terdiri dari indikator-indikator suatu sungai dapat
mengalami banjir. Dari hasil observasi diketahui dari titik-titik sampel
semua titik sampel mengalami penyempitan kecuali pada titik sampel di
Desa Muktisari, Desa Tamanwinangun, dan Kebumen.
Penyempitan terjadi karena mulai banyaknya kerusak yang terjadi dan
mulai banyaknya pemukiman yang mulai dibangun disekitar sungai.
Sungai-sungai yang berada di sekitar titik sampel juga mulai mengalami
pendangkalan, hal ini disebabkan oleh aktifitas masyarakat sekitar yang
melakukan penambangan pasir terutama di pinggir sungai sehingga
ekosistem sungai terganggu.
Masyarakat juga merusak sungai yang ada, hal ini dapat dilihat karena
masyarakat melakukan penambangan dan membuang sampah ke sungai
sembarangan. Untuk terdapatnya sampah pada sungai sampah banyak
terlihat pada 2 titik sampel yaitu titik sampel di Desa Jatisari dan Desa
Wonosari, namun tidak bisa dipungkiri bahwa pada titik lain juga
terdapat banyak sampah. Pemukiman peduduk mulai banyak terdapat di
pinggir sungai pada daerah penelitian, namun pada titik sampel di Desa
Muktisari, Desa Tamanwinangun, dan Kebumen agak jauh karena sungai
yang berada agak di bawah dari pemukiman.
71

9. Analisis Hasil Wawancara


Wawancara dilakukan untuk menanbah keakuratan data dalam
penelitian di lapangan, wawancara dilakukan terhadap 12 narasumber,
dinama 2 orang narasumber berasal dari BPBD Kabupaten Kebumen
yaitu kepala bidang kedaruratan, bantuan, dan logistik, serta satu orang
lagi yaitu kepala Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Narasumber lain
sebanyak 14 orang yaitu warga desa yang menjadi lokasi dari titik sampel
penelitian. Divmana terdapat masing-masing dari warga Desa Gesikan,
Roworejo, Bandung, Kebumen, Muktisari, Jatisari, Sumberadi, Wonosari,
Mengkowo, Kalirejo, Depokrejo, Tamanwinangun, Tanah Sari dan
Candimulyo.

a. Pihak BPBD
Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan, diketahui bahwa
daerah yang sering terjadi banjir di Kecamatan Kebumen adalah
daerah sepanjang aliran Sungai Kedung Bener, di mana hal ini di
sampaikan oleh Bapak Muhidi, selaku Kepala Bidang 2 dan bapak
Agus selaku Kepala Bidang 3 dari BPBD Kebumen,
“Di Kecamatan Kebumen daerah yang sering mengalami banjir
adalah daerah yang berada di sekitar Sungai Kedung Bener. Karena
sering mengalami banjir, sungai Kedung Bener menjadi Prioritas
utama untuk penanganan dalam beberapa tahun ini.”2

Di Kecamatan Kebumen faktor penyebab utama terjadinya banjir


adalah hujan lebat, selain itu durasi banjir juga dapat berbeda sesuai
dengan lamanya hujan yang turun, hal ini juga disampaikan oleh pak
Muhidi dalam wawancara yang sudah dilakukan.
“Banjir akan terjadi Jika hujan kecil maka banjir akan surut
dalam hitungan jam, namun jika hujan lebat maka banjir bisa
sampai berhari-hari. Untuk penyebab banjir yang paling dominan
adalah Penyebab banjir yang paling dominan adalah hujan lebat
dan tingginya curah hujan. Jika di daerah perkotaan maka dreinase
akan menjadi masalah utama”.3

2
Transkrip Wawancara Pihak BPBD, Rabu 19 September 2018
3
Transkrip Wawancara Bapak Muhidi dan Bagus Pihak BPBD, Rabu 19 September 2018
72

Sesuai dengan hasil wawancara yang sudah dilakukan, menurut


Bapak Muhidi, Faktor utama penyebab banjir adalah Kecamatan
Kebumen berada di daerah dataran rendah. Selain itu, disebutkan juga
bahwa jika terjadi banjir maka prioritas utama yang akan dilakukan
adalah memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak
“Faktor utama yang menjadi masalah dalam penanganan banjir
adalah kondisi geografis karena di daerah ini daerah dataran rendah
jadi ketika banjir akan cukup lama sampai surut. Saat terjadi banjir
upaya yang dilakukan adalah Kalau banjirnya sudah sampai dua
hari, maka pihak BPBD akan mengirimkan makanan cepat saji,
selain itu juga membangun tanggul-tanggul darurat untuk menahan
laju air banjir”. 4
Sementara itu hal yang sudah dilakukan untuk mengurangi banjir
adalah dilalukannya pemetaan untuk daerah-daerah yang sering
terdampak banjir dan melakukan perbaikan terhadap sungai yang
mengalami kerusakan.
“Melakukan pemetaan terhadap daerah-daerah mana saja yang
sering terjadi banjir, sehingga akan siap menghadapi banjir. Sungai
juga akan direkonstruksi agar kembali seperti fungsi asalnya”.5
Dalam penanganan banjir, berdasarkan penuturan pihak BPBD
masyarakat juga ikut membantu, karena saat ini terdapat dana desa
yang disalurkan oleh pemerintah.
“Peran masyarakat dalam penangan banjir adalah masyarakat
sangat antusias terlebih lagi semenjak adanya dana desa
masyarakat menjadi antusias”.6
Untuk mengadapi banjir yang akan datang adalah hal yang
dilakukan adalah dengan membersihkan sungai dan menaman pohon
di pinggir sungai, menanam pohon di tempat yang sudah dipastikan
gundul
Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan dengan pihak BPBD
dapat disimpulkan bahwa daerah yang sering terjadi banjir di
Kecamatan Kebumen adalah daerah yang berada di sekitar sungai

4
Transkrip Wawancara Bapak Muhidi dan Bagus Pihak BPBD, Rabu 19 September 2018
5
Transkrip Wawancara Bapak Muhidi dan Bagus Pihak BPBD, Rabu 19 September 2018
6
Transkrip Wawancara Bapak Muhidi dan Bagus Pihak BPBD, Rabu 19 September 2018
73

Kedung Bener, dalam masalah banjir ini penyebab utama terjadi banjir
adalah tingkat curah hujan yang tinggi.
Dalam penanganan banjir, pihak BPBD berpendapat kondisi
geografis dari Kecamatan Kebumen yang berupa dataran rendah akan
mempersulit penanganan banjir. Saat terjadi banjir, hal utama yang
dilakukan adalah memberikan bantuan kepada korban banjir berupa
makanan cepat saji, sementara hal yang sudah dilakukan untuk
mengurangi banjir adalah dengan memetakan daerah-daerah yang
menjadi langganan banjir untuk dilakukan pencegahan.

b. Titik Sampel 1
Titik sampel ini berada di Desa Bandung, lokasi titik ini berada di
kordinat 109.6981 dan -7.6683, di lokasi titik sampel ini berdasarkan
wawancara yang sudah dilakukan diketahui bahwa daerah ini dulu
pernah terjadi banjir, namun dari tahun 2013 belum pernah lagi terjadi
banjir, hal ini disampaikan oleh bapak Mudalih sebagai warga
Bandung.
“Selama 6 tahun saya di sini setelah kembali selepas pensiun
belum pernah terjadi banjir, namun dulu sering terjadi banjir. Itu
juga sudah lama sekali, mungkin di bawah tahun 2010.”.7
Di daerah ini tidak terjadi banjir karena daerah ini agak sedikit
lebih tinggi daripada sungai. Dari wawancara yang sudah dilakukan
diketahui pemerintah setempat sudah membangun dinding sungai dan
memperlebar sungai yang sudah ada. Warga tersebut mengakui
pemerintah sudah berperan aktif karena sudah mulai memperbaiki
sungai yang ada, dimana pemerintah sudah membangun dinding
sungai, narasumber juga berharap agar dinding sungai tersebut dapat
dijaga untuk mencegah banjir.
“Sudah ada pemerintah membangun dan memperbaiki dinding
pinggir sungai, dan memperlebar sungai disini. Dengan menjaga
dinding-dinding sungai yang sudah di bangun agar tidak rusak dan
malah menyebabkan banjir”.8

7
Transkrip Wawancara Bapak Mudalih Warga Bandung, 20 September 2018.
8
Transkrip Wawancara Bapak Mudalih Warga Bandung, 20 September 2018.
74

Dalam kegiatan pelatiahan ataupun penyuluhan. Berdasarkan


penuturan yang ada pemerintah belum pernah melakukan kegiatan
baik berupa penyuluhan maupun pelatihan tentang kebencanaan,
terlebih tentang bencana banjir.
Pada titik sampel pertama ini diketahui bahwa sudah 6 tahun tidak
terjadi banjir, hal ini dikarenakan dataran di daerah ini berada lebih
tinggi dari sungai, selain itu pemerintah sudah memperbaiki dinding
sungai sehingga semakin membuatv daerah ini terhindar dari banjir.
Warga di daerah ini juga memiliki kesadaran degan ikut serta menjaga
sungai.

Gambar 4.9. Lokasi Titik Sampel 1

c. Titik Sampel 2
Titik sampel ini berada di Desa Tanah Sari, lokasi titik ini berada
pada 109.6992 dan -7.6744. Di lokasi ini diketahui sering terjadi
banjir karena saat terjadi hujan sungai sudah tidak bisa lagi
menampung air sungai, hal ini disampaikan oleh bapak Durmin selaku
warga Desa Tanah Sari.
“Sering di sini banjir ketika musim hujan tiba, saat hujan besar
dan lebat. kalau banjir penyebabnya utamanya karena saat hujan
sungai sudah tidak bisa menampung debit air sungai”.9

9
Transkrip Wawancara Bapak Durmin Warga Tanah Sari, 20 September 2018.
75

Dari banjir yang terjadi, banjir dapat menghambat aktivitas warga,


untuk mengurangi banjir yang akan datang dapat dilakukan dengan
memperbesar sungai yang ada ataupun memperdalam sungai sehingga
dapat menampung air dengan lebih banyak.
“Menurut saya masalah yang timbul adalah jika terjadi banjir
aktivitas dapat terganggu karena semua pasti hanya akan
memikirkan kapan banjir surut”.10
Di lokasi ini belum ada program pemerintah yang sudah dirasakan
terutama untuk mengurangi banjir. Saat terjadi banjir yang sering
melakukan kordinasi adalah pihak RT/RW. Narasumber berharap
untuk mengurangi resiko banjir, pemerintah dapat menormalisasi
sungai agar sungai tidak terjadi pendangkalan. Untuk kegiatan
pelatihan, narasumber menuturkan belum pernah mendengar dan tahu
mengenai hal tersebut.
“Kalau bisa dengan menormalisasi sungai agar sungai tidak
terjadi pendangkalan terus-menerus, soalnya di sini banjir terus”11
Pada titik sampel kedua dapat disimpulkan bahwa jika terjadi
hujan yang sangat lebat akan terjadi banjir yang dikarenakan sungai
yang tidak dapat menampung lagi air hujan. Banjir yang terjadi juga
dapat menggangu aktivitas warga sekitar, menurut warga untuk dapat
mengurangi banjir dapat dilakukan dengan memperlebar sungai,
warga juga berharap pemerintah dapat menormalisasi sungai karena
sampai saat ini belum ada perogram pemerintah yang sudah
dirasakan.

10
Transkrip Wawancara Bapak Durmin Warga Tanah Sari, 20 September 2018.
11
Transkrip Wawancara Bapak Durmin Warga Tanah Sari, 20 September 2018.
76

Gambar 4.10. Lokasi Titik Sampel 2

d. Titik Sampel 3
Titik sampel ke 3 berada di Desa Candi Mulyo, lokasi dari titik
sampel ini berada pada 109.6991 dan -7.6753. Di lokasi titik sampel
ini banjir jarang terjadi, ketika hujan terjadi di daerah ini juga belum
tentu terjadi banjir, tetapi banjir dapat terjadi saat hujan sangat lebat
turun melanda daerah ini yang membuat sungai di dekat daerah ini
meluap.
“Jarang terjadi, namun pernah terjadi. Ketika hujan jarang
banjir, namun kalau hujan sangat besar dapat mengenang karena
sungai meluber”12
Sebagai petani, narasumber yang bernama Poniman, bertutur jika
terjadi banjir, air dapat menggenangi sawah, sehingga pendapatannya
akan berkurang.
“Dapat mengganggu aktivitas pekerjaan, terkadang juga
menggenangi sawah, jadi pendapatan dan menghasilan saya dari
sawah akan berkurang.”13
Untuk menghadapi banjir yang akan datang dapat dilakukan
dengan memindahkan barang-barang elektronik agar tidak rusak, di
daerah sampel juga narasumber berpendapat belum ada peran
pemerintah berarti yang dapat dirasakan untuk mengurangi banjir.

12
Transkrip Wawancara Bapak Poniman Warga Candi Mulyo, 20 September 2018
13
Transkrip Wawancara Bapak Poniman Warga Candi Mulyo, 20 September 2018
77

Untuk kemudahan kordinasi dirasa masih kurang, karena saat terjadi


banjir petugas yang berwenang tidak ada untuk melihat lokasi
terdampak.
“Sulit, karena jika terjadi banjir jarang ada petugas sampai ke
sini. Jadi masyarakat di sini sampai swadaya sendiri. Diharapkan
pemerintah bisa membantu kalau ada bencana banjir lagi”. 14
Untuk mengurangi bencana banjir, narasumber berpendapat
pemerintah dapat meluaskan sungai dan membangun dinding sungai
agar air tidak mudah meluap, dan juga narasumber berpendapat belum
pernah mendengar mengenai pelatihan ataupun penyuluhan mengenai
pengurangan bahaya banjir.
Pada titik ke 3 ini dapat disimpulkan bahwa banjir terjadi karena
sungai yang tidak dapat menampung air ketika hujan lebat turun,
banjir yang terjadi juga dapat merusak pertanian yang ada. Menurut
pendapat warga ketika terjadi banjir dapat memindahkan barang-
barang elektronik agar tidak rusak, di daerah titik ini juga warga
berpendapat pemerintah belum dapat berperan aktif untuk membantu
waga terutama untuk mengurangi banjir yang terjadi.

Gambar 4.11. Lokasi Titik Sampel 3

14
Transkrip Wawancara Bapak Poniman Warga Candi Mulyo, 20 September 2018
78

e. Titik sampel 4
Titik sampel ini berada di Desa Roworejo, titik ini terdapat pada
kordinat 109.6981 dan -7.6809. di lokasi ini dari wawancara yang
dilakukan. Banjir yang sering terjadi di daerah ini dikarenakan hujan
lebat yang turun dan dalam jangka waktu yang lama, namun saat
musim kemarau akan terjadi kekeringan.
“Banjir sering terjadi saat musim hujan, namun saat musim
kemarau akan kering. Kedua-dunya membuat masyarakat di sini
susah.”15
Menurut Bapak Supartoyo, jika terjadi banjir, banjir dapat
mengurangi pendapatan narasumber yang merupakan seorang tukang
jahit. Untuk mengurangi banjir narasumber berpendapat agar
masyarakat tidak membuang sampah ke sungai dan juga jangan
mengambil pasir-pasir yang terdapat di pinggir sungai. Namun,
sekarang sudah sangat jarang yang mengambil pasir di pinggir sungai
lagi, karena sudah terdapat sanksi yang tegas. Hal ini seperti
wawancara yang sudah dilakukan kepada Bapak Supartoyo.
“Pemerintah bertindak tegas terhadap orang-orang yang
mengambil pasir di pinggir sungai, jadi sekarang sudah tidak ada
yang mengambil pasir. Sudah sangat jarang ada lagi.”16
Untuk kemudahan kordinasi dengan pihak terkait, Bapak Supartoyo
berpendapat di daerah tersebut warga masih memiliki sifat gotong-
royong yang tinggi, sehingga memudahkan dalam berkordinasi. Untuk
pencegahan banjir kedepan, diharapkan masyarakat jangan mengambil
pasir di sungai. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pelatihan
atau penyuluhan tentang bencana banjir belum pernah ada.
Pada titik dapat disimpulkan bahawa banjir terjadi karena hujan
lebat yang terjadi dalam durasi yang lama, menurut Bapak Supartoyo
jika banjir terjadi narasumber dapat mengalami pengurangan
pendapatan narasumber yang berprofesi sebagai tukang jahit. Dari
keterangan narasumber banjir dapat dicegah dengan tidak membuang
sampah ke sungai dan dengan tidak melakukan penambangan pasir di

15
Transkrip Wawancara Bapak Supartoyo Desa Roworejo, 20 September 2018
16
Transkrip Wawancara Bapak Supartoyo Desa Roworejo, 20 September 2018
79

pinggir sungai. Pemerintah sendiri sudah dapat bertindak tegas


terhadap penambang pasir sehingga sudah tidak ada lagi penambangan
pasir, untuk kordinasi dengan pemerintah juga dirasa sangat mudah
ketika terjadi banjir.

Gambar 4.12. Lokasi Titik Sampel 4


f. Titik Sampel 5
Titik sampel ke 5 ini berada di Desa Sumberadi, titik kordinat titik
ini berapa pada 109.6981 dan -7.68 24. Di titik ini, narasumber yang
bernama Lastri yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga menjelaskan
bahwa kawasan ini sering terjadi banjir. Banjir yang terjadi
disebabkan oleh hujan deras dan meluapnya sungai.
“Sering terjadi banjir di sini, kalau hujan besar pasti sudah was-
was karena takut banjir. Soalnya banjir bikin susah.”17
Menurut narasumber, jika terjadi banjir aktivitas terutama berkaitan
dengan pekerjaan akan terganggu dimana pekerjaan narasumber
adalah sebagai pedagang. Saat terjadi banjir dan setelah banjir surut,
maka menurut narasumber akan membersihkan sampah yang terbawa
oleh air banjir, agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.
“Saat terjadi banjir dan sesudah banjir melakukan bersih-bersih
rumah, soalnya kalau tidak cepat-cepat dibersihkan akan
menimbulkan bau yang tidak sedap.”18

17
Transkrip Wawancara Ibu Lastri Desa Sumberadi, 20 September 2018
18
Transkrip Wawancara Ibu Lastri Desa Sumberadi, 20 September 2018
80

Walaupun titik sampel ini sering terjadi banjir dan termasuk aliran
Sungai Kedung Bener yang sering mengalami banjir, belum ada
kegiatan ataupun program pemerintah yang sudah dirasakan, seperti
beberapa lokasi yang sudah dimulai membangun dinding sungai. Saat
terjadi banjir, kordinasi dengan pihak berwenang dirasakan sudah
cukup, terbukti dengan diberikannya bantuan.
“Belum ada walau di sini termasuk Sungai Kedungbener,
sungai ini kan terkenal banjirnya, tapi belum semua di bangun
dinding sungai”.19
Untuk mempersiapkan banjir yang akan datang, diharapkan
masyarakat tidak mengambil pasir lagi, karena sebelumnya banyak
masyarakat yang mengambil pasir di sekitar sungai. Selanjutnya,
mengenai kegiatan ataupun pelatihan mengenai kebencanaan, belum
ada ataupun belum terselenggara di daerah ini.
Pada titik sampel ini dapat disimpulkan bahwa banjir cukup sering
terjadi pada daerah ini jika musim hujan tiba, jika banjir tiba
narasumber berpendapat banjir dapat mengurangi pendapatan
narasumber yang seorang pedagang. Daerah ini merupakan aliran
Sungai Kedung Bener, di daerah ini juga sudah mulai dirasakan
dimana pemerintah sudah mulai memperbaiki sungai yang ada.
Diharapkan untuk mengurangi banjir yang akan datang masyarakat
jangan merusak sungai, terutama melakukan penambangan di sungai.

19
Transkrip Wawancara Ibu Lastri Desa Sumberadi, 20 September 2018
81

Gambar 4.13. Lokasi Titik Sampel 5

g. Titik sampel 6
Lokasi ini berada di Desa Kalirejo, di mana memiliki kordinat
109.6919 dan -7.6843. narasumber yang diwawancarai bernama
Khayat yang bekerja sebagai Serabutan, lokasi ini sering mengalami
bencana banjir, dimana banjir yang timbul diakibatkan oleh derasnya
curah hujan yang turun, banyaknya sampah yang ada di sungai juga
memperparah keadaan.
”Sering banjir ketika musim hujan tiba. pasti selalu seperti ini,
di sini sudah langganan terhadap banjir. Penyebabnya itu sungai
airnya meluap selain itu juga banyaknya sampah yang tergenang di
sungai menyebabkan penyumbatan.”20
Saat terjadi banjir, kendala yang sering dihadapi adalah dimana air
banjir dapat menyebabkan timbulnya penyakit, dan dapat membawa
berbagai material seperti sampah dan juga lumpur. Untuk penanganan
saat bencana banjir, untuk mengurangi resiko penyakit, dilakukan
dengan membersihkan sampah-sampah yang terbawa oleh air banjir.
“Kendala pada saat banjir itu adalah banyaknya penyakit dan air
tersebut membawa banyak material seperti sampah ataupun
lumpur, jadi air banjir menimbulkan bau yang tidak sedap.”21
Program pemerintah yang sudah dilakukan, Bapak Khayat
berpendapat baru di rasakan beberpa waktu belakangan, karena sudah

20
Transkrip Wawancara Bapak Khayat Desa Kalirejo, 20 September 2018
21
Transkrip Wawancara Bapak Khayat Desa Kalirejo, 20 September 2018
82

di bangun dinding sungai, namun sampah-sampah masih ada. Selain


itu narasumber berpendapat kordinasi yang dilakukan cukup sulit
karena membutuhkan respon yang cukup lama.
“Sudah ada program yang sudah dirasakan, namun baru
beberapa waktu kebelakang, dengan membangun pinggiran sungai
jadi lebih tinggi dengan semen. Tapi buat sampah-sampah itu
belum dibersihkan sejak lama.”22
Agar tidak terjadi banjir kembali hal dapat dilakukan adalah
menjaga sungai, selain itu dengan tidak membuang sampah ke sungai.
Sementara itu kegiatan-kegiatan yang berkaitan maupun penyuluhan
belum terlaksana di daerah ini.
Pada titik ini dapat disimpulkan bahwa banjir terjadi di daerah ini
karena derasnya hujan yang turun, selain itu keadaan ini diperparah
juga dengan adanya tumpukan sampah yang ada di sungai, warga
untuk mengurangi dampak penyakit yang ada melakukan bersih-
bersih sungai dengan membuang sampah yang ada pada sungai. Untuk
peran pemerintah sendiri baru dirasakan beberapa waktu belakngan
karena pemerintah sudah mulai membangun dan meninggikan bibir
sungai.

Gambar 4.14. Lokasi Titik Sampel 6

22
Transkrip Wawancara Bapak Khayat Desa Kalirejo, 20 September 2018
83

h. Titik Sampel 7
Lokasi titik sampel ke tujuh ini berada di Desa Wonosari dengan
kordinat yaitu 109.6916 dan -7.6909. Berdasarkan data yang didapat
dari hasil wawancara dengan warga desa bernama Sri Rahayu, bahwa
daerah ini sering terjadi banjir, di mana banjir yang terjdi karena hujan
lebat selain itu juga terjadi karena sungai tidak dapat menampung air
hujan dengan baik.
“Sering ketika hujan lebat turun di sini, terlebih di sini dekat
Sungai Kedung Bener jadi sudah harus siap-siap kalau musim
hujan”. Sungai yang tidak bisa menampung air hujan sehingga
tidak sanggup lagi menampung debit air yang besar.”23
Saat terjadi banjir, masalah yang sering timbul adalah sungai dapat
merusak rumah. Menurut narasumber, saat terjadi banjir dapat
membersihkan sampah-sampah yang terbawa dari sungai. Untuk
program pemerintah yang sudah dirasakan, dimana pemerintah sudah
mulai membangun pingir sungai dengan tembok batu.
“kalau banjir itu luapan air yang ada pasti bisa merusak rumah
seperti membuat bekas air di dinding rumah”24
Kordinasi yang dilakukan terbilang sulit terlebih jika tidak
memiliki teman dipemerintahan. Dalam mempersiapkan banjir yang
akan datang dapat dilakukan dengan melestarikan sungai. Untuk
kegiatan pelatihan tidak ada.
Pada titik sampel ini dapat disimpulkan bahwa banjir terjadi karena
hujan lebat yang turun dan sungai tidak dapat menampung air hujan
yang turun. Banjir yang terjadi dapat merusak rumah karena air masuk
ke rumah, hal ini di perparah dengan banyaknya sampah di sungai.
Diharapkan untuk mengurangi banjir kedepan masyarakat tidak lagi
membuang sampah ke sungai. Pemerintah juga sudah mulai
memperbaiki bibir sungai yang rusak.

23
Transkrip Wawancara Ibu Sri Rahayu Desa Wonosari, 20 September 2018
24
Transkrip Wawancara Ibu Sri Rahayu Desa Wonosari, 20 September 2018
84

Gambar 4.15. Lokasi Titik Sampel 7

i. Titik sampel 8
Lokasi titik sampel ini berada di Desa Jatisari, dengan kordinat
109.6926 dan -7.6968. wawancara dilakukan dengan warga bernama
Pardjo yang bekerja sebagai pekerja bangunan, dari hasil wawancara
yang dilakukan diketahui di lokasi ini merupakan tempat terjadinya
banjir. Banjir disebabkan oleh meluapnya air sungai dan terjadinya
durasi hujan yang lama.
“Iya sering, di sini merupakan pusat langganan terjadinya banjir,
apalagi lokasinya di dekat sungai, sungai kedung bener itu
langganan banjir. Banjir terjadi karena meluapnya sungai, terlebih
lagi di tambah hujan deras dengan durasi yang lama. Pasti bisa di
pastikan banjir”25
Saat terjadi banjir berdasarkan penuturan narasumber, terkadang
banjir masuk sampai ke dalam rumah sehingg menimbulkan masalah
dan barang-barang di rumah harus dipindahkan dan membuat
masyarakat sampai mengungsi.
“Kalau banjir sudah besar dan lama maka masyarakat di sini
pasti akan pergi ke tempat yang lebih aman dengan mengungsi
baik ke rumah saudara ataupun ke tempat yang sudah di
tentukan.”26

25
Transkrip Wawancara Bapak Pardjo Warga Desa Jatisari, 20 September 2018
26
Transkrip Wawancara Bapak Pardjo Warga Desa Jatisari, 20 September 2018
85

Program pemerintah yang sudah dirasakan adalah sudah


terbangunnya dinding sungai yang menjadi batu, sehingga diharapkan
dapat mengurangi banjir. Untuk kordinasi saat terjadi banjir, menurut
narasumber mudah dilakukan terbukti saat terjadi pengungsian
pemerintah memberikan bantuan makanan.
“Iya sudah ada, di sini pinggir sungainya sudah ada dan
dibangun tembok batu di pinggir sungai jadi sudah di bangun
untuk mengurangi banjir kedepannya. Semoga saja bisa
mengurangi banjir. Ini Sudah di bangun semenjak awal 2018”.
Kalau masyarakat disini sampai terjadi pengungsian pemerintah
cepat tanggap dengan mengirimkan nasi bungkus dan membuat
dapur umum”.27
Untuk mempersiapkan banjir yang akan datang, sudah disiapkan
agar barang-barang di rumah dapat dipindahkan, sementara itu untuk
mengurangi resiko banjir pmerintah sudah mulai mengadakan
kegiatan membersihkan sungai bersama warga.
Pada titik ini dapat disimpulkan dari hasil wawancara yang
dilakukan diketahui di lokasi ini merupakan tempat terjadinya banjir.
Banjir disebabkan oleh meluapnya air sungai dan terjadinya durasi
hujan yang lama. Terkadang banjir masuk sampai ke dalam rumah
sehingg menimbulkan masalah dan barang-barang di rumah harus
dipindahkan Program pemerintah yang sudah dirasakan adalah sudah
terbangunnya dinding sungai yang menjadi batu, sehingga diharapkan
dapat mengurangi banjir.

27
Transkrip Wawancara Bapak Pardjo Warga Desa Jatisari, 20 September 2018
86

Gambar 4.16. Lokasi Titik Sampel 8

j. Titik sampel 9
Titik ini berada di Desa Gesikan, titik ini memiliki kordinat
109.6843 dan -7.7037. wawancara dilakukan dengan seorang warga
yang bernama Mukhlis yang bekerja sebagai pedagang. Berdasarkan
penuturan Bapak Mukhlis yang bekerja sebagai Petani Lokasi di
daerah ini tidak terlalu sering terjadi banjir. Jika terjadi banjir maka
banjir yang terjadi diakibatkan curah hujan yang sangat tinggi dan
meluapnya air sungai.
“Tidak terlalu sering, tidak selalu terjadi banjir saat musim
hujan walau tidak setiap tahun dan setiap musim hujan banjir.
Kalau sampai terjadi banjir, pasti kalau sudah hujan besar.”28
Banjir yang timbul dapat menyebabkan penyakit. Selain itu banjir
dapat menyebabkan gagalnya panen padi. Dalam penanganan saat
terjadi banjir, narasumber hanya menunggu bantuan dari pemerintah,
dalam hal ini pemerintah juga memberikan bantuan pada korban
banjir.
“Kalau di sini dalam penanganan banjir akan menunggu bantuan
dan tindakan dari pemerintah, jadi masyarakat akan menunggu.”29
Kordinasi yang dilakukan terbilang cukup mudah terutama saat
terjadi banjir besar. Untuk menghadapi banjir yang akan datang, dapat

28
Transkrip Wawancara Bapak Mukhlis Warga Desa Gesikan, 20 September 2018
29
Transkrip Wawancara Bapak Mukhlis Warga Desa Gesikan, 20 September 2018
87

dilakukan dengan mempersiapkan diri dan keluaga serta


memindahkan barang-barang.
“Untuk mepersiapkan kalau sampai terjadi banjir, yang harus di
siapkan keluarga dan diri sendiri jika terjadi banjir terutama
menumpang di rumah saudara, dan memindahkan barang-barang
yang dianggap penting.”30
Menurut narasumber di daerah ini belum pernah dilakukan baik
pelatihan maupun penyuluhan tentang banjir.
Pada titik sampel ini dapat disimpulkan bahwa jika terjadi banjir
maka banjir yang terjadi diakibatkan curah hujan yang sangat tinggi
dan meluapnya air sungai. Banjir yang timbul dapat menyebabkan
penyakit. Selain itu banjir dapat menyebabkan gagalnya panen padi,
dimana saat terjadi banjir warga sangat menunggu bantuan dari
pemerintah, selain itu kordinasi yang dilakukan terbilang cukup
mudah terutama saat terjadi banjir besar

Gambar 4.17. Lokasi Titik Sampel 9

30
Transkrip Wawancara Bapak Mukhlis Warga Desa Gesikan, 20 September 2018
88

k. Titik sampel 10
Titik sampel ini berada di Desa Depokrejo, di mana titik ini
memiliki kordinat 109.6841 dan -7.7060. berdasarkan penuturan
warga yang bernama Ibu Lasmi, Di lokasi ini tidak pernah terjadi
banjir lagi sejak 2014.
“Kalau banjir di sini sekarang-sekarang tidak pernah, pernah
satu kali. Tetapi sudah lama terjadi tahun 2014, saat itu air sungai
sampai ke luar-luar dari sungainya”. 31
Menurut Ibu Lasmi, banjir yang terjadi pada tahun 2014 terjadi
karena Meluapnya sungai. Saat banjir terdahulu dikarenakan oleh
hujan yang sangat deras.
“Kalau banjir yang dulu sempat terjadi itu karena hujan lebat
tidak berhenti-henti”32
Saat terjadi banjir dulu, masalah yang timbul adalah putusnya jalur
trasnportasi. Menurut narasumber, saat terjadi banjir hal yang perlu
dilakukan adalah dengan menjaga agar banjir tidak menimbulkan
kerugian yang besar.
Program yang sudah dirasakan adalah terdapat program untuk
membersihkan sungai, sementara untuk berkordinasi dengan pihak
terkait sangat sulit. Untuk mempersiapkan banjir yang akan datan
adalah dengan menjaga sungai, sementara di daerah ini sudah ada
kegiatan untuk membersihkan sungai yang dilakukan swadaya oleh
masyarakat.
“kalau saya pasti jangan sampai merusak sungai agar tidak
banjir lagi.”33
Pada titik sampel ini dapat disimpulkan bahwa banjir yang terjadi
pada tahun 2014 terjadi karena Meluapnya sungai. Banji terjadi
dikarenakan oleh hujan yang sangat deras. Saat terjadi banjir masalah
yang timbul adalah terputusnya jalur komunikasi.
Program yang sudah dirasakan adalah terdapat program untuk
membersihkan sungai, sementara untuk berkordinasi dengan pihak

31
Transkrip Wawancara Ibu Lasmi Warga Desa Depokrejo, 20 September 2018
32
Transkrip Wawancara Ibu Lasmi Warga Desa Depokrejo, 20 September 2018
33
Transkrip Wawancara Bapak Bowo Warga Desa Depokrejo, 20 September 2018
89

terkait sangat sulit. Untuk mempersiapkan banjir yang akan datan


adalah dengan menjaga sungai.

Gambar 4.18. Lokasi Titik Sampel 10

l. Titik sampel 11
Lokasi titik ini berada di Desa Mengkowo, titik kordinat untuk
lokasi ini adalah 109.6873 dan -7.7182. Wawancara dilakukan dengan
seorang warga bernama Bapak Bowo di lokasi ini sering terjadi banjir
yang diakibatkan oleh hujan yang sangat lebat dan durasi yang lama.
Masalah yang sering dihadapi saat banjir adalah banyaknya sampah
yang terbawa, dan membahayakan untuk anak kecil.
“Kendalanya banyak sampah yang terbawa arus dan masuk ke
pemukiman sehingga mudah menyebarkan penyakiterutama untuk
anak kecil”34
Menurut bapak Bowo, untuk penanganan bencana banjir itu berasal
dari diri sendiri, terutama tidak membuang sampah ke sungai agar saat
banjir tidak terbawa kembali ke pemukiman.
“Upaya penanganan banjir itu dilakukan berawal dari dalam diri
kita masing-masing. Menerapkan kebiasaan jagan sampai
melakukan hal yang membuat sungai itu kotor dan melakukan hal
yang baik seperti tidak membuang sampah ke sungai”. 35
Sampai saat ini belum ada program dari pemerintah yang sudah
dirasakan, sementara itu untuk melakukan kordinasi cukup mudah

34
Transkrip Wawancara Bapak Bowo Warga Desa Mengkowo, 20 September 2018
35
Transkrip Wawancara Bapak Bowo Warga Desa Mengkowo, 20 September 2018
90

karena saat banjir akan ada petugas yang datang. Untuk


mempersiapkan banjir yang akan datang, hal yang perlu dilakukan
terutam adalah memperbaiki diri sendiri karena banjir juga terjadi
karena perilaku buruk manusia. Kegiatan pelatihan atau penyuluhan
belum terdapat di daerah ini.
Pada titik ini dapat disimpulkan bahwa di lokasi ini sering terjadi
banjir yang diakibatkan oleh hujan yang sangat lebat dan durasi yang
lama. Masalah yang sering dihadapi saat banjir adalah banyaknya
sampah yang terbawa air banjir, untuk emngurangi banjir harus
berasal dari diri sendiri. Sementara untuk kegiatan kordinasi cukup
mudah karena saat banjir akan ada petugas yang datang. Untuk
mempersiapkan banjir yang akan datang

Gambar 4.19. Lokasi Titik Sampel 11

m. Titik Sampel 12
Lokasi ini berada di Desa Muktisari, lokasi ini berada pada
kordinat 109.6584 dan -7.6938. Wawancara dilakukan terhadap warga
yang bernama Bapak Idris yang bekerja sebagai pedagang. Menurut
Bapak Idris, lokasi ini belum pernah terjadi banjir dikarenakan lokasi
yang lebih tinggi dari sungai.
“Disini tidak pernah terjadi banjir sedikit pun, posisi sungai
lukulo itu dibawah, sementara rumah warga agak berjauhan jadi
disini tidak akan terjadi banjir seperti.”36
36
Transkrip Wawancara Bapak Idris Warga Desa Muktisari, 20 September 2018.
91

Menurut narasumber, banjir secara umum dapat diakibatkan oleh


hujan besar. Karena belum pernah terjadi banjir, masalah yang timbul
adalah air sungai dapat mengikis daratan di atasnya.
“Di sini kalau di lihat walau tidak terjadi banjir, pasti air di
sungai mengikis daratan di sekitranya. Kemarin juga liat agak
sedikit longsor”.37
Untuk program pemerintah belum pernah dirasakan, pemerintah
lebih memperhatikan daerah sekitar Sungai Kedung Bener.
“belum ada, pemerintah lebih sering menangani sungai kedung
bener yang sudah menjadi langganan banjir, sementara di sini yang
dekat dengan Sungai Lukulo belum”. 38
Kordinasi yang dilakukan sangat kurang, karena sungai di daerah
ini kurang diperhatikan. Untuk mempersiapkan banjir yang akan
datang adalah dengan memperlebar sungai. Dan terakhir belum pernah
ada penyuluhan ataupun kegiatan mengenai banjir.
Pada titik ini dapat disimpulkan bahwa lokasi ini belum pernah
terjadi banjir dikarenakan lokasi yang lebih tinggi dari sungai dan
untuk kordinasi yang dilakukan sangat kurang, karena sungai di
daerah ini kurang diperhatikan.

Gambar 4.20. Lokasi Titik Sampel 12

37
Transkrip Wawancara Bapak Idris Warga Desa Muktisari, 20 September 2018.
38
Transkrip Wawancara Bapak Idris Warga Desa Muktisari, 20 September 2018.
92

n. Titik Sampel 13
Lokasi ini berada di Desa Tamanwinangun, di mana memiliki
kordinat 109.6588 dan -7.6837. wawancara dilakukan terhadap
seorang warga yang bernama Sugih yang bekerja secara serabutan. Di
lokasi ini tidak pernah terjadi banjir. Hal ini dikarenakan posisi sungai
yang berada di bawah pemukiman.
“Disini tidak pernah karena sungai berada di bawah dari
pemukiman. Sungai itu posisinya jauh di bawah sana”. 39
Menurut narasumber, secara umum banjir disebabkan oleh hujan
deras, banjir juga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
“Kalau setau saya banjir sering terjadi karena sungai meluap
karena hujan. Banjir bisa menyebabkan munculnya penyakit, dan
memperhambat aktivitas warga.”40
Karena belum pernah terjadi banjir maka tidak pernah menangani
langsung saat banjir. Program yang dilakukan pemerintah belum
terasa karena saat ini daratan sudah mulai terkikis, namun pemerintah
belum bertindak apa-apa. Narasumber tidak mengetahui tentang
kordinasi di lapanga. Untuk mengantisipasi banjir hal yang perlu
dilakukan adalah dengan menjaga kondisi sungai. Di lokasi ini tidak
terdapat pelatihan ataupun penyuluhan tentang banjir.
Dari lokasi ini dapat disimpulkan bahwa di lokasi ini tidak pernah
terjadi banjir. Hal ini dikarenakan posisi sungai yang berada di bawah
pemukiman. Program yang dilakukan pemerintah belum terasa karena
saat ini daratan sudah mulai terkikis, namun pemerintah belum dapat
melakukan kegiatan yang dirasakan oleh masyarakat.

39
Transkrip Wawancara Bapak Sugih Warga Tamanwinangun, 20 September 2018
40
Transkrip Wawancara Bapak Sugih Warga Tamanwinangun, 20 September 2018
93

Gambar 4.21. Lokasi Titik Sampel 13

o. Titik Sampel 14
Lokasi ini berada di Desa Kebumen, di mana titik ini memiliki
kordinat 109.6579 dan -7.6732. Wawancara dilakukan terhadap
seorang penjaga warung kecil bernama Suherman. Menurut
narasumber di lokasi ini banjir bukan diakibatkan oleh meluapnya
sungai, namun ketika hujan deras maka terjadi genangan karena
draeinase tidak berfungsi dengan baik.
“Karena disini daerah perkotaan maka jarang terjadi banjir
karena sungai, terlebih lagi posisi sungai dan dataran agak berbeda
tingginya, namun sering terjadi banjir genangan di jalan”41
Banjir mengakibatkan tersendatnya arus lalu lintas. Pemerintah
sudah mulai membersihkan gorong-gorong di sekitar jalan, untuk
kemudahan kordinasi karena dekat dengan kantor kecamatan maka
mudah melapor.
“pemerintah disini sudah mulai membersihkan dreinasi yang
ada di sekitar jalan agar saluran air dan pembungannya jadi bagus.
Iya pasti mudah, karena di sini juga dekat kantor kecamatan. Jadi
kalau ada apa-apa dekat dengan kantor kecamatan jadi mudah”.42
Untuk mempersiapkan banjir yang akan datang adalah dengan lebih
sering membersihkan drainase di sekitar jalan. Pemerintah juga

41
Transkrip Wawancara Bapak Suherman Warga Kebumen, 20 September 2018
42
Transkrip Wawancara Bapak Suherman Warga Kebumen, 20 September 2018
94

melakukan kegiatan kerja bhakti dengan warga untuk membersihkan


jalan.
Pada titik ini dapat disimpulkan bahwa di lokasi ini banjir bukan
diakibatkan oleh meluapnya sungai, namun ketika hujan deras maka
terjadi genangan karena draeinase tidak berfungsi dengan baik,
sementara itu pemerintah sudah mulai membersihkan gorong-gorong
di sekitar jalan untuk mengurangi banjir.

Gambar 4.22 Lokasi Titik Sampel 14

C. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Tingkat Kerawan Bencana Banjir Model CMA di Kecamatan Kebumen
Setelah dilakukan penghitungan skoring untuk potensi banjir dengan
menggunakan variabel-variabel berupa penggunaan lahan, kelerengan, curah
hujan, elevasi/ketinggian dan sistem lahan. Dengan masing-masing bobot
variabel terlihat pada Tabel 4.17

Tabel 4.16
Bobot Setiap Variabel Berdasarkan Mean Spasial
No Variabel Bobot
1 Curah Hujan 29

2 Ketinggian 30
3 Kelerengan 10
95

Tabel 4.16 (lanjutan)


4 Sistem Lahan 12
Penggunaan Lahan 19
5
Jumlah 100

Sumber : Analisis Data, 2018.


Dengan menggunakan bobot-bobot tersebut dalam penghitungan skoring,
dapat diketahui sebaran daerah rawan bencana banjir yang tinggi di
Kecamatan kebumen yang ditemukan dua klasifikasi dalam peta yaitu rawan
dan sangat rawan, dengan masing-masing luasan sebesar 3.824,22 Ha untuk
sangat rawan dan 933,17 Ha untuk rawan. Adapun luas klasifikasi kelas
rawan banjir tersebut terlihat pada Tabel 4.18 dan peta potensi banjir di
Kecamatan Kebumen terlihat pada Gambar 4.23
Tabel 4.17
Luas Klasifikasi Kelas Rawan Banjir.
No Klasifikasi Luas
1 Rawan 933,17 Ha
2 Sangat Rawan 3.824,22 Ha
Jumlah 4.757,39 Ha
Sumber : Analisis Data, 2018.
Data-data bobot yang paling besar adalah curah hujan dan ketinggian, di
mana pada kecamatan kebumen ini curah hujan rata-rata selama lima tahun
terhitung sangat tinngi yaitu mencapai 3.636 mm. Selainn curah hujan
faktor utama pendorong banjir di Kecamatan Kebumen adalah ketinggian,
di mana Kecamatan Kebumen tergolong merupakan daerah dataran rendah.
Senada dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh Nanik
Suryo Haryani dan kawan-kawan yang meneliti daerah Kabupaten
Sampang, dalam penelitian tersebut salah satu faktor dan bobot utama.
Terjadinya banjir pada Kabupaten Sampang adalah Sampang berada pada
dataran atau ketinggian rendah. Selain faktor berada pada dataran rendah,
banjir yang terjadi pada suatu wilayah juga bisa disebabkan oleh curah
hujan yang tinggi.
Menurut pedoman dari BNPB bencana banjir bisa terjadi karena
terjadinya curah hujan yang sangat tinggi, curah hujan yang terjadi berada di
96

atas normal. Selain itu Dedi Hermon menjelaskan bahwa ketika curah hujan
tinggi maka sungai akan meluap dan akan menyebabkan banjir di sekitar
Daerah Aliran Sungai (DAS). Adapun peta tingkat kerawanan banjir dengan
menggunakan metode Composite Mapping Analys dapat dilihat pada
Gambar 4.23
97

Gambar 4.23 Peta Potensi Banjir di Kecamatan Kebumen


98

2. Sebaran Daerah Rawan Bencana Banjir Di Kecamatan Kebumen


Tingkat kerawanan banjir di Kecamatan Kebumen dapat dianalisis dari
peta potensi banjir yang dikombinasikan dari hasil wawancara, di mana
sudah terdapat 14 sampel hasil wawancara yang terlihat pada Tabel 4.19
Tabel 4.18
Hasil Tingkat Kerawanan Banjir
No No Titik Nama Desa Kejadian banjir Status
1 Titik 1 Bandung Tidak Tidak Rawan
2 Titik 2 Tanah Sari Ya Rawan
3 Titik 3 Candimulyo Ya Rawan
4 Titik 4 Roworejo Ya Rawan
5 Titik 5 Sumberadi Ya Rawan
6 Titik 6 Kalirejo Ya Rawan
7 Titik 7 Wonosari Ya Rawan
8 Titik 8 Jatisari Ya Rawan
9 Titik 9 Gesikan Ya Rawan
10 Titik 10 Depokrejo Tidak Tidak Rawan
11 Titik 11 Mengkowo Ya Rawan
12 Titik 12 Muktisari Tidak Tidak Rawan
13 Titik 13 Taman Tidak Tidak Rawan
Winangun
14 Titik 14 Kebumen Ya Rawan
Sumber : Wawancara
Dari hasil wawancara diketahui bahwa dari 14 titik sampel yang didasari
dengan wawancara dengan pihak BPBD dan warga. Terdapat 10 pernah
mengalami banjir, dan 4 titik mengalami banjir. Di mana 4 titik tidak rawan
banjir adalah Bandung, Muktisari, Taman Winangun, dan Depokrejo.
Dengan demikian akan muncul peta baru, berupa peta kerawanan banjir di
kecamatan kebumen. Adapun peta tingkat kerawanan banjir di Kecamatan
Kebumen terlihat pada Gambar 4.24
99

Gambar 4.24 Peta Kerawanan Banjir di Kecamatan Kebumen


100

Dari hasil interpolasi yang dilakukan akan memunculkan dua klasifikasi


peta kejadian banjir, yaitu Daerah Kejadian dan Tidak Kejadian. Di mana
daerah Kejadian memiliki luas sebesar 2170,97 Ha dan daerah tidak
kejadian memiliki luas 2.587,42. Adapun luas klasifikasi Kejadian terlihat
pada Tabel 4.20
Tabel 4.19
Luas Klasifikasi Kelas Kerawanan
No Klasifikasi Luas
1 Tidak Kejadian 2.587,42 Ha
2 Kejadian 2.170,97 Ha

Jumlah 4.757,39 Ha

Sumber : Analisis Data, 2018.


Di mana luasasan daerah kejadian banjir per desa dapat di lihat pada
Tabel 4.21 berikut.
Tabel 4.20
Luas Daerah Kejadian Banjir per Desa
Luas Daerah Rawan banjir
No Nama Desa
(Ha)
1 Wonosari 165,52 Ha
2 Sumberdadi 90,67 Ha
3 Adikarso 3,58 Ha
4 Kalibagor 6,96 Ha
5 Kalijerek 27,41 Ha
6 Tanahsari 86,94 Ha
7 Kutosari 0,82 Ha
8 Bumirejo 51,45 Ha
9 Gesikan 110,76 Ha
10 Argopeni 1,66 Ha
11 Bandung 24,05 Ha
12 Jatisari 186,81 Ha
13 Mengkowo 97,82 Ha
14 Candiwulan 19,4 Ha
15 Roworejo 67,17 Ha
101

Tabel 4.21 (Lanjutan)


16 Selang 39,6 Ha
17 Kalirejo 124,8 Ha
18 Depokrejo 41,56 Ha
19 Kebumen 90,76 Ha
20 Candimulyo 108,35 Ha
Total 1.346,09 Ha

Sumber : Analisis Data, 2018


Dengan menggunakan analisis overlay dari hasil peta tingkat kerawanan
dan peta sebaran daerah rawan banjir maka akan ditemukan kejadian Banjir
yang terjadi di klasifikasi daerah rawan dan kejadian banjir yang terjadi di
daerah sangat rawan. Dengan demikian maka akan diketahui luasan
kejadian banjir yang terjadi di daerah rawan dan sangat rawan yang akan
ditampilkan pada Tabel 4.22
Tabel 4.21
Luas Kejadian Banjir di Daerah Rawan dan Sangat Rawan
No Kejadian Banjir Luas
1 Di Daerah Rawan 172, 09 Ha
2 Di Daerah Sangat Rawan 1.174 Ha
Total Luas 1.346,09 Ha
Sumber : Analisis Data, 2018
Diketahui luasan daerah kejadian banjir pada daerah rawan seluas 172,
04 Ha, sementara daerah kejadian banjir pada daerah sangat rawan sebesar
1174 Ha, dengan demikian maka luas dari kejadian banjir di dua daerah
tersebut adalah sebesar 1.346,04 Ha.
102

Gambar 4.25 Peta Kombinas Kerawanan Banjir di


Kecamatan Kebumen
103

3. Keterbarasan Penelitian
Penelitian mengenai analisis daerah rawan banjir di Kecamatan Kebumen
Kabupaten Kebumen Jawah Tengah ini memiliki beberapa keterbatasan
yang mencakup hal-hal di bawah ini :
a. Untuk sampel kejadian banjir hanya berfokus pada sekitar daerah
sungai Kedungbener. Diduga masih ada kejadian banjir yang tidak
terjadi hanya di dekat sungai saja dan masih ada daerah yang tidak
dekat sungai dengan kondisi yang sama.
b. Variabel yang di gunakan hanya curah hujan, tutupan lahan, sistem
lahan, ketinggian, dan kelerengan. Kemungkinan masih terdapat
variabel yang dapat menentukan tingkat kerawanan banjir.
c. Responden yang digunakan hanya berjumlah 14 orang, yaitu 2 orang
dari BPBD dan 12 masyarakat desa, sehingga infromasi yang di
dapatkan kurang luas.
BAB V
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan maka dapat di
sumpulkan bahwa :
1. Tingkat kerawanan bencana banjir di Kecamatan Kebumen terdiri atas
dua klasifikasi yaitu rawan banjir dan sangat rawan banjir. dimana luas
derah sangat rawan banjir memiliki luasan sebesar 3.824,22 ha,
sementara luasan daerah rawan banjir sebesar 933,17 ha.
2. Sebaran daerah rawan bencana banjir yang tinggi di Kecamatan
Kebumen meliputi desa Wonosari, Sumberadi, Adikarso, Kalibagor,
Kalijerek, Tanahsari, Kutosari, Bumirejo, Gesikan, Argopeni,
Bandung, Jatisari, Mengkowo, Candiwulan, Roworejo, Selang,
Kalirejo, Depokrejo, Kebumen, dan Desa Candimulyo. Luas sebaran
daerah rawan bencana banjir sendiri seluas 1.346,09 ha dan luasan
daerah tidak rawan banjir seluas 3.411, 3 ha, dengan Desa Jatisari
sebagai desa dengan luasan daerah rawan banjir paling besar dengan
luas 186,81 ha.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, diketahui bawah daerah
di Kecamatan Kebumen yang memiliki tingkat kerawanan banjir yang
sangat besar adalah daerah di sepanjang aliran Sungai Kedungbener. Di
mana aliran sungai ini melintasi 11 desa, dimana desa yang cukup parah
jika terjadi banjir adalah Desa Jatisari.
C. Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kerawanan di
Kecamatan Kebumen, bahkan tidak hanya di Kecamatan Kebumen
saja, diperlukan penelitian di daerah dan kecamatan lain agar
masyarakat mendapatkan informasi yang lebih luas.
2. Untuk warga di Kecamatan Kebumen, khususnya di sekitar aliran
sungai Kedungbener agar selalu waspada dan mempersiapkan diri

104
105

ketika musim hujan tiba karena dapat menimbulkan bahaya bencana


banjir. Selain itu masyarakat diharapkan dapat menjaga lingkungan
sekitarnya, terutama sungai agar banjir tidak terjadi secara terus-
menerus.
3. Untuk pemerintah setempat, diharapkan partisipasinya di mana dapat
memunculkan program yang dapat secara langsung bermanfaat bagi
masyarakat terutama berkenaan dengan pengurangan bencana banjir.
Selain itu juga agar dapat melakukan upaya pencegahan terutama
dalam bentuk penyuluhan dan sosialisasi.
4. Bagi pendidik, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan ajar
yang baik, untuk menunjang pengetahuan siswa tentang bencana
banjir.
5. Bagi peneliti diharapkan dapat melakukan penelitian dengan lebih
lengkap dengan menggunakan sampel yang lebih banyak, sehingga
dapat memberikan gambaran kejadian banjir yang lebih akurat. Selain
itu diharapkan melakukan penelitian dengan menggunakan variabel
yang lebih kompleks dan dengan jumlah responden yang lebih banyak
agar hasil penelitian yang dihasilkan lebih tepat dan luas.
106

DAFTAR PUSTAKA
BUKU

Buku Saku Tanggap Tanggkas Tangguh Menghadapi Bencana, Jakarta :


BNPB, 2012

Firman P. Jaka, Excellent Geografi, Bandung : Yrama Widya, 2016

Hermon Dedi, Geografi Bencana Alam, : Jakarta : Rajawali Pers 2015

Klasifikasi tutupan lahan, Jakarta : BSN.

Linsley Ray K., dkk, Teknik Sumber Daya Air, Jakarta : Penerbit Erlangga,
1991.

Mori Kiyotoka, dkk, Hidrologi Untuk Pengairan, Jakarta : Pradnya Paramita,


1993

Narboko Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi penelitian, Jakarta : Bumi


Aksara, 2016.

Noor Juliansyah, Metode Penelitian (Skripsi, tesis, desertasi, dan karya ilmiah).
Jakarta : Kencana. 2012.

NPSK Pemetaan Sistem Lahan 1:25.000/1:50.000, Pusat pemetaan dan


integrasi tematik deputi bidang infromasi geospasial tematik tahun, 2015.

Prahasta Eddy, Sistem Infromasi Geografis, Konsep-konsep Dasar (Perspektif


Geodesi dan Geomaika), Bandung : Infromatika, 2009.

Raco, Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, karakteristik dan keunggulannya,


Jakarta : Grasindo 2010.

Sudaryoko .Y, Pedoman Penanggulangan Banjir, Jakarta : Departemen


Pekerjaan Umum : Badan Penerbitan pekerjaan Umum, 1987.

Soemarto C.D, Hidrologi Teknik, Jakarta : Penerbit Erlangga, 1999.

Soenarmo Sri Hartati, Pengindaraan Juah dan Pengenalan Sistem informasi


GeografisUntuk Bidang Ilmu Kebumian, Bandung : Penerbit ITB Bandung, 2009.

Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, Bandung : Alafabeta 2014.

Sukandarrumidi, Bencana Alam dan bencana Antropogene, Yogyakarta :


Penerbit Kanisius, 2010.
107

Suryantoro Agus, Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis, Yogyakarta :


Penerbit Ombak, 2013.

Triatmodjo Bambang, Teknik Pantai, Yogyakarta : Beta Offset, 1999.

JURNAL

Aryani Nanik Suryo, Dkk. Model bahaya banjir menggunakan data


pengindraan jauh di kabupaten sampang, Jurnal pengindraan jauh LAPAN, 2012.

Darmawan Kurnia DKK, Analisi Tingkat Kerawanan Banjir di Kabupaten


Sampang menggunakan metode Overlay dan Scoring berbasis Sistem Informasi
Geografis, Jurnal Geodesi UNDIP, 2017.

Julismin, Dampak dan Perubahan Iklim di Indonesia, Jurnal Geografi, Vol 5


No.1 Tahun 2013

Mardikaningsih Sri Muliana Mardikaningsih, Dkk, Studi Kerentanan dan


Arahan Mitigasi Bencana Banjir di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen
Tahun 2016, Jurnal GeoEco Vol. 3, No. 2 Juli 2017

Rosyidie Arief, Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Penngaruh dari Perubahan
Guna Lahan, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 3, Desember
2013

Suharta Nata, Sistem lahan borontokok di Kalimantan : Potensi, Kendala dan


Perkembangannya untuk pertanian lahan Kering, Bogor : Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, TT.

SKRIPSI

Ubaidilah Imam, Zonasi Potensi Kerawanan Longsor di Kecamatan Cisarua


Kabupaten Bogor, Skripsi : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta,
2018.

UNDANG-UNDANG

Peraturan Menteri PUPR Nomor 28/PRT/M/2015 Tentang Penetapan Garis


Sepadan Sungai dan Garis Sepadan Danau.

UU RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana


108

INTERNET

https://www.bnpb.go.id/home/definisi, diakses pada tanggal 14 Desember


2018, pukul 13.21.

https://www.liputan6.com/news/read/3636359/foto-kotor-kali-ciliwung-
dicemari-ribuan-ton-sampah?page=1/ Arnaz Sofian, Kotor Kaliciliwing dicemari
ribuan ton sampah, diakses pada 15 Dsember 2018 pukul 14.28

https://lintaskebumen.wordpress.com/tag/Sungai-Lukulo/Ori-
LintasKebumen/2015, diakses pada tanggal 18 Desember 2017 pukul 08.59

https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3687136/banjir-melanda-
kebumen/Rinto Heksantoro, Banjir Melanda Kebumen, diakses pada tanggal 18
Desember 2017 pukul 07.19

http://krjogja.com/web/news/read/54484/Sungai_Meluap_8_Kecamatan_Dila
nda_Banjir,/SungaiMeluap, 8 Kecamatan Dilanda Banjir, Danar Widiyanto,
diakses pada 20 Februari 2018 pukul 21.04
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 FOTO WAWANCARA


LAMPIRAN 2 HASIL OBSERVASI

LEMBAR HASIL OBSERVASI

KEADAAN SUNGAI

No Aspek Ya Tidak Keterangan


1 Terjadinya V Penyempitan terjadi karena
Penyempitan Sungai mulai banyaknya kerusak
yang terjadi dan mulai
banyaknya pemukiman yang
mulai dibangun disekitar
sungai
2 Terjadinya V Sungai-sungai yang berada
Pendangkalan Sungai di sekitar titik sampel mulai
mengalami pendangkalan,
hal ini disebabkan oleh
aktifitas masyarakat sekitar
yang melakukan
penambangan pasir terutama
di pinggir sungai sehingga
ekosistem sungai terganggu
3 Terjadinya Perusakan V Masyarakat merusak sungai
Sungai Oleh yang ada, hal ini karena
Masyarakat masyarakat melakukan
penambangan di sekitar
sungai dan membuang
sampah ke sungai.
4 Terdapatnya Banyak V Sampah pada sungai sampah
Sampah di Sungai banyak terlihat pada 2 titik
sampel yaitu titik sampel di
Desa Jatisari dan Desa
Wonosari, namun tidak bisa
dipungkiri bahwa pada titik
lain juga terdapat banyak
sampah
5 Pemukiman Penduduk V Pemukiman peduduk mulai
Dekat Dengan Sungai banyak terdapat di pinggir
sungai pada daerah
penelitian, namun pada titik
sampel di Desa Muktisari,
Desa Tamanwinangun, dan
Kebumen agak jauh karena
sungai yang berada agak di
bawah dari pemukiman.
LAMPIRAN 3 TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip Wawancara
BPBD Kabupaten Kebumen
Nama : Bapak Muhidi dan Bapak Bagus
Pekerjaan : Kabid 2 dan 3 BPBD Kebumen

1. Apakah di daerah ini sering terjadi banjir ?


Jawab : Di kecamatan kebumen daerah yang sering mengalami banjir
adalah daerah yang berada di sekitar sungai kedung bener. Karena sering
mengalami banjir, sungai Kedung Bener menjadi Prioritas utama untuk
penanganan dalam beberapa tahun ini.
2. Berapa lama rata-rata waktu banjir menggenangan ?
Jawab : Jika hujannya kecil maka banjir akan surut hanya dalam
hitungan jam, namun jika hujan lebat maka banjir bisa sampai berhari-
hari.
3. Apa penyebab banjir yang paling dominan ?
Jawab : Penyebab banjir yang paling dominan adalah hujan lebat dan
tingginya curah hujan. Jika di daerah perkotaan maka dreinase akan
menjadi masalah utama.
4. Apa permasalahan yang sering dihdapi saat penanganan banjir ?
Jawab : Faktor utama yang menjadi masalah dalam penanganan banjir
adalah kondisi geografis karena di daerah ini daerah dataran rendah jadi
ketika banjir akan cukup lama sampai surut.
5. Upaya apa saja yang dilakukan dalam penangan bencana banjir ?
Jawab : Kalau banjirnya sudah sampai dua hari, maka pihak BPBD akan
mengirimkan makanan cepat saji, selain itu juga membangun tanggul-
tanggul darurat untuk menahan laju air banjir.
6. Upaya apa yang menjadi prioritas utama dalam penangan banjir ?
Jawab : Memberikan bantuan bagi korban banjir yang sampai mengungsi
dengan memberikan makanan cepat saji.
7. Upa apa saja yang sudah dilakukan untuk mengurangi banjir ?
Jawab : Melakukan pemetaan terhadap daerah-daerah mana saja yang
sering terjadi banjir, sehingga akan siap menghadapi banjir. Sungai juga
akan di rekonstruksi agar kembali seperti fungsi asalnya.
8. Bagaimana dukungan masyarakat untuk penangan banjir ?
Jawab : Masyarakat sangat antusial terlebih lagi semenjak adanya dana
desa masyarakat menjadi antusias.
9. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengadapi banjir yang
akan datang ?
Jawab : hal yang kita lakukan adalah dengan membersihkan sungai dan
menaman pohon di pinggir sungai, menanam pohon di tempat yang sudah
kita pastikan gundul.
Transkrip Wawancara
Warga Bandung
Nama : Bapak Mudalih

Pekerjaan : Pensiunan

1. Apakah di derah ini sering terjadi banjir?


Jawab : Selama 6 tahun saya di sini setelah kembali selepas pensiun
belum pernah terjadi banjir, namun dulu sering terjadi banjir. Itu juga
sudah lama sekali, mungkin dibawah tahun 2010.
2. Menurut Bapak/ibu, apakah penyebab banjir tersebut?
Jawab : banjir bisa di sebabkan oleh hujan terlebih hujan yang
berlangsung lama
3. Apakah kendala/masalah yang sering dihadapi dalam penanganan
banjir?
Jawab : tidak ada karena di sini tidak terjadi banjir
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana banjir?
Jawab : memperbaiki pinggir sungai agar air tidak meluap
5. Apakah sudah ada program yang dilakukan pemerintah untuk
menangani banjir?
Jawab : iya sudah ada pemerintah membangun dan memperbaiki dinding
pinggir sungai, dan memperlebar sungai disini.
6. Apakah untuk melakukan kordinasi antar pihak yang terlibat dalam
penanganan bencana banjir itu dapat dilakukan dengan mudah?
Jawab : iya mudah, terbukti dengan di lakukannya pemabngunan dinding
sungai
7. Bagaimana langkah yang dilakukan untuk menghadapi banjir yang
akan datang?
Jawab : dengan menjaga dinding-dinding sungai yang sudah di bangun agar
tidak rusak dan malah meyebabkan banjir
8. Apakah sudah ada kegiatan/pelatihan untuk menghadapi bencana
banjir?
Jawab : tidak pernah ada selama saya di sini
Transkrip Wawancara
Warga Tanah Sari
Nama : Bapak Durmin

Pekerjaan : Serabutan

1. Apakah di derah ini sering terjadi banjir?


Jawab : sering di sini banjir ketika musim hujan tiba, saat hujan besar
dan lebat.
2. Menurut Bapak/ibu, apakah penyebab banjir tersebut?
Jawab : kalau banjir penyebabnya utamanya karena saat hujan sungai
sudah tidak bisa menampung debit air sungai
3. Apakah kendala/masalah yang sering dihadapi dalam penanganan
banjir?
Jawab : menurut saya masalah yang timbul adalah jika terjadi banjir aktivitas
dapat terganggu karena semua pasti hanya akan memikirkan kapan banjir
surut.
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana banjir?
Jawab : dapat dilakukan dengan memperbesar dan memperdalam sungai
5. Apakah sudah ada program yang dilakukan pemerintah untuk
menangani banjir?
Jawab : belum ada, mungkin masih di daerah lain, namun di sini belum ada.
6. Apakah untuk melakukan kordinasi antar pihak yang terlibat dalam
penanganan bencana banjir itu dapat dilakukan dengan mudah?
Jawab : kurang tau, biasnya RT/RW yang melaporkan
7. Bagaimana langkah yang dilakukan untuk menghadapi banjir yang
akan datang?
Jawab : kalau bisa dengan menormalisasi sungai agar sungai tidak terjadi
pendangkalan terus-menerus, soalnya di sini banjir terus.
8. Apakah sudah ada kegiatan/pelatihan untuk menghadapi bencana
banjir?
Jawab : Belum ad
Transkrip Wawancara
Warga Candi Mulyo
Nama : Bapak Poniman

Pekerjaan : Petani

1. Apakah di derah ini sering terjadi banjir?


Jawab : Jarang terjadi, namun pernah terjadi. Ketika hujan jarang
banjir, namun kalau hujan sangat besar dapat mengenang karena sungai
meluber.
2. Menurut Bapak/ibu, apakah penyebab banjir tersebut?
Jawab : kalau sudah hujan sangat parah ditambah sungai meluap
3. Apakah kendala/masalah yang sering dihadapi dalam penanganan
banjir?
Jawab : dapat menggangu aktivitas pekerjaan, terkadang juga menggenangi
sawah, jadi pendapatan dan menghasilan saya dari sawah akan berkurang.
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana banjir?
Jawab : mempersiapkan rumah, denga memindahkan barang-barang
elektronik
5. Apakah sudah ada program yang dilakukan pemerintah untuk
menangani banjir?
Jawab : belum ada program pemerintah yang sudah di rasakan
6. Apakah untuk melakukan kordinasi antar pihak yang terlibat dalam
penanganan bencana banjir itu dapat dilakukan dengan mudah?
Jawab : sulit, karena jika terjadi banjir jarang ada petugas sampai ke sini.
Jadi masyarakat di sini sampai swadaya sendiri. Diharapkan pemerintah bisa
membantu kalau ada bencana banjir lagi.
7. Bagaimana langkah yang dilakukan untuk menghadapi banjir yang
akan datang?
Jawab : dengan memperlebar sungai, bisa juga dengan membangun dinding
sungai.
8. Apakah sudah ada kegiatan/pelatihan untuk menghadapi bencana
banjir?
Jawab : tidak tahu, tidak pernah mendengar juga.
Transkrip Wawancara
Warga Roworejo
Nama : Bapak Supartoyo
Pekerjaan : Penjahit Rumahan
1. Apakah di derah ini sering terjadi banjir?
Jawab : iya sering terjadi saat musim hujan, namun saat musim
kemarau akan kering. Kedua-dunya membuat masyarakat di sini susah.
2. Menurut Bapak/ibu, apakah penyebab banjir tersebut?
Jawab : iya sering terlebih saat hujan besar dalam jangka waktu yang
lama
3. Apakah kendala/masalah yang sering dihadapi dalam penanganan
banjir?
Jawab : jika terjadi banjir maka pesanan jahitan penduduk akan berkurang,
karena aktivitas warga pasti akan terganggu.
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana banjir?
Jawab : mengurangi membuang sampah ke sungai dan mengurangi
pengambilan pasir di sungai
5. Apakah sudah ada program yang dilakukan pemerintah untuk
menangani banjir?
Jawab : pemerintah bertindak tegas terhadap orang-orang yang mengambil
pasir di pinggir sungai, jadi sekarang sudah tidak ada yang mengambil pasir.
Sudah sangat jarang.
6. Apakah untuk melakukan kordinasi antar pihak yang terlibat dalam
penanganan bencana banjir itu dapat dilakukan dengan mudah?
Jawab : karena disini daerah jawa maka memiliki sifat gotong royong,
sehingga pemerintah cepat tanggap
7. Bagaimana langkah yang dilakukan untuk menghadapi banjir yang
akan datang?
Jawab : diharapkan orang-orang jangaan mengambil pasir di pinggir sungai,
agar sungainya terjaga dan tidak mendangkal.
8. Apakah sudah ada kegiatan/pelatihan untuk menghadapi bencana
banjir?
Jawab : belum pernah ada di daerah ini
Transkrip Wawancara
Warga Sumberadi
Nama : Ibu Lastri

Pekerjaan : IRT

1. Apakah di derah ini sering terjadi banjir?


Jawab : Sering terjadi banjir di sini, kalau hujan besar pasti sudah was-
was karena takut banjir. Soalnya banjir bikin susah.
2. Menurut Bapak/ibu, apakah penyebab banjir tersebut?
Jawab : hujan deras dan di barengi dengan meluapnya sungai
3. Apakah kendala/masalah yang sering dihadapi dalam penanganan
banjir?
Jawab : saat terjadi banjir membuat aktivitas berdagang susah
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana banjir?
Jawab : saat terjadi banjir dan sesudah banjir melakukan bersih-bersih
rumah, soalnya kalau tidak cepat-cepat di bersihkan akan menimbulkan bau
yang tidak sedap.
5. Apakah sudah ada program yang dilakukan pemerintah untuk
menangani banjir?
Jawab : belum ada walau di sini termasuk sungai kedungbener, sungai ini
kan terkenal banjirnya, tapi belum semua di bangun dinding sungai.
6. Apakah untuk melakukan kordinasi antar pihak yang terlibat dalam
penanganan bencana banjir itu dapat dilakukan dengan mudah?
Jawab : iya saat terjadi banjir pemerintah pasti memberikan bantuan
7. Bagaimana langkah yang dilakukan untuk menghadapi banjir yang
akan datang?
Jawab : jangan mengambil pasir di sungai karena akan merusak sugai
8. Apakah sudah ada kegiatan/pelatihan untuk menghadapi bencana
banjir?
Jawab : belum ada dan belum pernah ikut
Transkrip Wawancara
Warga Kalirejo
Nama : Bapak Khayat

Pekerjaan : Serabutan

1. Apakah di derah ini sering terjadi banjir?


Jawab : sering banjir ketika musim hujan tiba. pasti selalu seperti ini, di
sini sudah langganan terhadap banjir.
2. Menurut Bapak/ibu, apakah penyebab banjir tersebut?
Jawab : penyebabnya itu sungai airnya meluap selain itu juga
banyaknya sampah yang tergenang di sungai menyebabkan
penyumbatan.
3. Apakah kendala/masalah yang sering dihadapi dalam penanganan
banjir?
Jawab : kendala pada saat banjir itu adalah banyaknya penyakit dan air
tersebut membawa banyak material seperti sampah ataupun lumpur, jadi air
banjir menimbulkan bau yang tidak sedap.
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana banjir?
Jawab : dapat dilakukan dengan memperbaiki saluran air, membersihkannya
dari sampah-sampah.
5. Apakah sudah ada program yang dilakukan pemerintah untuk
menangani banjir?
Jawab : sudah ada program yang sudah di rasakan, namun baru beberapa
waktu kebelakang, dengan membangun pinggiran sungai jadi lebih tinggi
dengan semen. Tapi buat sampah-sampah itu belum di bersihkan sejak lama.
6. Apakah untuk melakukan kordinasi antar pihak yang terlibat dalam
penanganan bencana banjir itu dapat dilakukan dengan mudah?
Jawab : koordinasi dapat dilakukan tapi membutuhkan waktu dan respon
yang lama.
7. Bagaimana langkah yang dilakukan untuk menghadapi banjir yang
akan datang?
Jawab : langkah yang dapat dilakukan dari sekarang adalah menjaga sungai,
selain itu jangan membuang sampah ke sungai sembarangan.
8. Apakah sudah ada kegiatan/pelatihan untuk menghadapi bencana
banjir?
Jawab : Belum ada
Transkrip Wawancara
Warga Wonosari
Nama : Ibu Sri Rahayu
Pekerjaan : IRT
1. Apakah di derah ini sering terjadi banjir?
Jawab : sering ketika hujan lebat turun di sini, terlebih di sini dekat
sungai kedung bener jadi sudah harus siap-siap kalau musim hujan.
2. Menurut Bapak/ibu, apakah penyebab banjir tersebut?
Jawah : sungai yang tidak bisa menampung air hujan sehingga tidak
sanggup lagi menampung debit air yang besar.
3. Apakah kendala/masalah yang sering di hadapi dalam penanganan
banjir?
Jawab : kalau banjir itu luapan air yang ada pasti bisa merusak rumah seperti
membuat bekas air di dinding rumah
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana banjir?
Jawab : membersihkan sungai dari sampah agar air tidak tersumbat.
5. Apakah sudah ada program yang dilakukan pemerintah untuk
menangani banjir?
Jawab : sudah ada, dengan diperbaikinya pinggiran-pinggiran sungai
6. Apakah untuk melakukan kordinasi antar pihak yang terlibat dalam
penanganan bencana banjir itu dapat dilakukan dengan mudah?
Jawab : terkadang koordinasi itu sulit dilakukan karena jika kita tidak
memiliki teman di pemerintahan, maka respon pemerintah juga akan cukup
lama.
7. Bagaimana langkah yang dilakukan untuk menghadapi banjir yang
akan datang?
Jawab : Langkah yang dilakukan itu harus menjaga kelestarian sungai selain
itu melakukan keguatan seperti menanam pohon di sekitar sungai dan
membersihkan sampah-sampah yang menyumbat aliran.
8. Apakah sudah ada kegiatan/pelatihan untuk menghadapi bencana
banjir?
Jawab : tidak ada.
Transkrip Wawancara
Warga Jatisari
Nama : Bapak Pardjo

Pekerjaan : Pekerja Bangunan

1. Apakah di derah ini sering terjadi banjir?


Jawab : iya sering, disini merupakan pusat langganan terjadinya banjir,
apalagi lokasinya di dekat sungai, sungai kedung bener itu langganan
banjir.
2. Menurut Bapak/ibu, apakah penyebab banjir tersebut?
Jawab : banjir terjadi karena meluapnya sungai, terlebih lagi di tambah
hujan deras dengan durasi yang lama. Pasti bisa di pastikan banjir
3. Apakah kendala/masalah yang sering dihadapi dalam penanganan
banjir?
Jawab : saat banjir, air banjir pasti bisa masuk ke dalam rumah, sehingga
harus memindahkan barang-barang berutama barang-barang elektronik yang
ada di dalam rumah.
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana banjir?
Jawab : kalau banjir sudah besar dan lama maka masyarakat di sini pasti
akan pergi ke tempat yang lebih aman dengan mengungsi baik ke rumah
saudara ataupun ke tempat yang sudah di tentukan.
5. Apakah sudah ada program yang dilakukan pemerintah untuk
menangani banjir?
Jawab : Iya sudah ada, di sini pinggir sungainya sudah ada dan dibangun
tembok batu di pinggir sungai jadi sudah di bangun untuk mengurangi banjir
kedepannya. Semoga saja bisa mengurangi banjir. Ini Sudah di bangun
semenjak awal 2018
6. Apakah untuk melakukan kordinasi antar pihak yang terlibat dalam
penanganan bencana banjir itu dapat dilakukan dengan mudah?
Jawab : iya mudah, kalau masyarakat disini sampai terjadi pengungsian
pemerintah cepat tanggap dengan mengirimkan nasi bungkus dan membuat
dapur umum
7. Bagaimana langkah yang dilakukan untuk menghadapi banjir yang
akan datang?
Jawab : jika dirasa perlu maka akan memindahkan barang-barang berharga
8. Apakah sudah ada kegiatan/pelatihan untuk menghadapi bencana
banjir?
Jawab : sudah mulai ada kegiatan untuk bersih-bersih sungai
Transkrip Wawancara
Warga Gesikan
Nama : Bapak Mukhlis
Pekerjaan : Pedagang Pasar
1. Apakah di derah ini sering terjadi banjir?
Jawab : tidak terlalu sering, tidak selalu terjadi banjir saat musim hujan
walau tidak setiap tahun dan setiap musim hujan banjir.
2. Menurut Bapak/ibu, apakah penyebab banjir tersebut?
Jawab : kalau sampai terjadi banjir, pasti kalau sudah hujan besar.
3. Apakah kendala/Masalah yang sering dihadapi dalam penanganan
banjir?
Jawab : kalau sampai terjadi banjir, banjir itu dapat menyebabkan timbulnya
penyakit gatal karena di sini masih menggunakan sumur dan menyebabkan
gagal panen untuk pertanian.
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana banjir?
Jawab : kalau di sini dalam penanganan banjir akan menunggu bantuan dan
tindakan dari pemerintah, jadi masyarakat akan menunggu.
5. Apakah sudah ada program yang dilakukan pemerintah untuk
menangani banjir?
Jawab : pemerintah akan memberikan bantuan makanan jika terjadi
pengungsian
6. Apakah untuk melakukan kordinasi antar pihak yang terlibat dalam
penanganan bencana banjir itu dapat dilakukan dengan mudah?
Jawab : iya dapat dilakukan dengan mudah, terlebih lagi jika terjadi banjir
besar
7. Bagaimana langkah yang dilakukan untuk menghadapi banjir yang
akan datang?
Jawab : untuk mepersiapkan kalau sampai terjadi banjir, yang harus di
siapkan keluarga dan diri sendiri jika terjadi banjir terutama menumpang di
rumah saudara, dan memindahkan barang-barang yang dianggap penting.
8. Apakah sudah ada kegiatan/pelatihan untuk menghadapi bencana
banjir?
Jawab : belum pernah dan tidak tahu
Transkrip Wawancara
Warga Depokrejo
Nama : Ibu Lasmi

Pekerjaan : IRT

1. Apakah di derah ini sering terjadi banjir?


Jawab : Kalau banjir di sini sekarang-sekarang tidak pernah, pernah
satu kali. Tetapi sudah lama terjadi tahun 2014, saat itu air sungai
sampai ke luar-luar dari sungainya.
2. Menurut Bapak/ibu, apakah penyebab banjir tersebut?
Jawab : kalau banjir yang dulu sempat terjadi itu karena hujan lebat
tidak berhenti-henti
3. Apakah kendala/masalah yang sering dihadapi dalam penanganan
banjir?
Jawab : memutus jalur transportasi, jadi kalau mau kemana-mana itu susah.
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana banjir?
Jawab : saat banjir, memindahkan barang-barang berharga agar tidak
terendam.
5. Apakah sudah ada program yang dilakukan pemerintah untuk
menangani banjir?
Jawab : perangkat desa mengajak masyarakat bekerja bhakti membersihkan
sungai
6. Apakah untuk melakukan kordinasi antar pihak yang terlibat dalam
penanganan bencana banjir itu dapat dilakukan dengan mudah?
Jawab : dulu sulit, kalau sekarang belum terjadi lagi jadi belum pernah ada
perubahan atau tidak.
7. Bagaimana langkah yang dilakukan untuk menghadapi banjir yang
akan datang?
Jawab : kalau saya pasti jangan sampai merusak sungai agar tidak banjir lagi.
8. Apakah sudah ada kegiatan/pelatihan untuk menghadapi bencana
banjir?
Jawab : belum pernah ada.
Transkrip Wawancara
Warga Mengkowo
Nama : Bapak Bowo

Pekerjaan : Petani

1. Apakah di derah ini sering terjadi banjir?


Jawab : banjir akan selalu terjadi ketika musim hujan datang.
2. Menurut Bapak/ibu, apakah penyebab banjir tersebut?
Jawab : meluapnya sungai
3. Apakah kendala/masalah yang sering di hadapi dalam penanganan
banjir?
Jawab : kendalanya banyak sampah yang terbawa arus dan masuk ke
pemukiman sehingga mudah menyebarkan penyakiterutama untuk anak kecil
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana banjir?
Jawab : upaya penanganan banjir itu dilakukan berawal dari dalam diri kita
masing-masing. Menerapkan kebiasaan jagan sampai melakukan hal yang
membuat sungai itu kotor dan melakukan hal yang baik seperti tidak
membuang sampah ke sungai
5. Apakah sudah ada program yang dilakukan pemerintah untuk
menangani banjir?
Jawab : belum ada program yang sudah di rasakan
6. Apakah untuk melakukan kordinasi antar pihak yang terlibat dalam
penanganan bencana banjir itu dapat dilakukan dengan mudah?
Jawab : cukup mudah karena biasanya apabila banjir ini terjadi, pemerintah
datang mengunjungi dan memberikan bantuan seperti makanan.
7. Bagaimana langkah yang dilakukan untuk menghadapi banjir yang
akan datang?
Jawab : kita harus waspada saja dan membenarkan perilaku kita sehari-hari.
Harus diantisipasi karena banjir juga terjadi karena perilaku penduduk juga.
8. Apakah sudah ada kegiatan/pelatihan untuk menghadapi bencana
banjir?
Jawab : kegiatan seperti pelatihan itu belum pernah saya dengar.
Transkrip Wawancara
Warga Muktisari
Nama : Bapak Idris
Pekerjaan : Pedagang
1. Apakah di derah ini sering terjadi banjir?
Jawab : Disini tidak pernah terjadi banjir sedikit pun, posisi sungai
lukulo itu dibawah, sementara rumah warga agak berjauhan jadi disini
tidak akan terjadi banjir seperti.
2. Menurut Bapak/ibu, apakah penyebab banjir tersebut?
Jawab : mungkin di daerah lain dapat terjadi hujan besar sehingga
sungai akan meluap
3. Apakah kendala/masalah yang sering dihadapi dalam penanganan
banjir?
Jawab : di sini kalau di lihat walau tidak terjadi banjir, pasti air di sungai
smengikis daratan di sekitranya. Kemarin juga liat agak sedikit longsor.
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana banjir?
Jawab : karena banyaknya sampah. Maka membersihkan sampah-sampah
yang ada agar air banjir tidak cepat menimbulkan penyakit
5. Apakah sudah ada program yang dilakukan pemerintah untuk
menangani banjir?
Jawab : belum ada, pemerintah lebih sering menangani sungai kedung bener
yang sudah menjadi langganan banjir, sementara di sini yang dekat dengan
sungai lukulo belum.
6. Apakah untuk melakukan kordinasi antar pihak yang terlibat dalam
penanganan bencana banjir itu dapat dilakukan dengan mudah?
Jawab : kurang, karena sungai sampai sekarang kurang di perhatikan
7. Bagaimana langkah yang dilakukan untuk menghadapi banjir yang
akan datang?
Jawab : menjaga kondisi sungai, walau jarang terjadi namun sewaktu-waktu
dapat menimbulkan banjir
8. Apakah sudah ada kegiatan/pelatihan untuk menghadapi bencana
banjir?
Jawab : belum ada dan belum pernah mendengarnya.
Transkrip Wawancara
Warga Tamanwinangun
Nama : Bapak Sugih

Pekerjaan : Serabutan

1. Apakah di derah ini sering terjadi banjir?


Jawab : di sini tidak pernah karena sungai berada di bawah dari
pemukiman. Sungai itu posisinya jauh di bawah sana
2. Menurut Bapak/ibu, apakah penyebab banjir tersebut?
Jawab : kalau setau saya banjir sering terjadi karena sungai meluap
karena hujan.
3. Apakah kendala/masalah yang sering dihadapi dalam penanganan
banjir?
Jawab : banjir bisa menyebabkan munculnya penyakit, dan memperhambat
aktivitas warga.
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana banjir?
Jawab : karena disini belum pernah jadi tidak tahu apa yang perlu dilakukan
5. Apakah sudah ada program yang dilakukan pemerintah untuk
menangani banjir?
Jawab : belum pernah ada, padalah daratan sudah mulai terkikis juga oleh
sungai.
6. Apakah untuk melakukan kordinasi antar pihak yang terlibat dalam
penanganan bencana banjir itu dapat dilakukan dengan mudah?
Jawab : tidak tahu.
7. Bagaimana langkah yang dilakukan untuk menghadapi banjir yang
akan datang?
Jawab : memperbaiki sungai, terlebih agar sungai tidak mengikis tanah.
8. Apakah sudah ada kegiatan/pelatihan untuk menghadapi bencana
banjir?
Jawab : tidak tahu sudah ada atau belum.
Transkrip Wawancara
Warga Kebumen
Nama : Bapak Suherman

Pekerjaan : Pedagang

1. Apakah di derah ini sering terjadi banjir?


Jawab : karena disini daerah perkotaan maka jarang terjadi banjir
karena sungai, terlebih lagi posisi sungai dan dataran agak berbeda
tingginya, namun sering terjadi banjir genangan di jalan
2. Menurut Bapak/ibu, apakah penyebab banjir tersebut?
Jawab : selain karena hujan lebat, banjir genangan juga terjadi karena
tersumbatnya dreinase
3. Apakah kendala/masalah yang sering dihadapi dalam penanganan
banjir?
Jawab : jika terjadi banjir maka laju kendaraan akan sedikit tersendat
4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana banjir?
Jawab : pemerintah menerjunkan personil dari dinas dan lembaga terkait
agar menangani dan memperlancar kembali arus lalu lintas
5. Apakah sudah ada program yang dilakukan pemerintah untuk
menangani banjir?
Jawab : pemerintah disini sudah mulai membersihkan dreinasi yang ada di
sekitar jalan agar saluran air dan pembungannya jadi bagus
6. Apakah untuk melakukan kordinasi antar pihak yang terlibat dalam
penanganan bencana banjir itu dapat dilakukan dengan mudah?
Jawab : iya pasti mudah, karena di sini juga dekat kantor kecamatan. Jadi
kalau ada apa-apa dekat dengan kantor kecamatan jadi mudah.
7. Bagaimana langkah yang dilakukan untuk menghadapi banjir yang
akan datang?
Jawab : lebih sering membersihkan dreinase agar tidak terjadi banjir
8. Apakah sudah ada kegiatan/pelatihan untuk menghadapi bencana
banjir?
Jawab : pemerintah mengajak masyarakat untuk melakukan kerja bakti untuk
membersihkan dreinase di sekitar jalan.
LAMPIRAN 4 UJI REFERENSI
LAMPIRAN 5 IZIN PENELITIAN

BIOGRAFI PENULIS
Jakarta. Penulis adalah anak kedua
dari pasangan Sahidin dan Siti
Maesuri yang dilahirkan pada 04
Januari 1997. Sekarang penulis
bertempat tinggal di Jl. Garuda Rt.
001/002 No. 36, Kelurahan Sawah,
Ciputat Tangsel.
Riwayat Pendidikan Penulis Pernah
Hardjanto Dwi Nugroho, NIM Bersekolah di RA Miftahul Huda,
11140150000012 Jurusan Pendidikan SDN Sawah 3, SMPN 13 Tangerang
IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Selatan, dan SMAN 1 Kota
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Tangerang Selatan.

Anda mungkin juga menyukai