WULAN
I
Kementer
ianPer
encanaanPembangunanNasional
/
BadanPerenc
anaanPembangunanNasional
REPUBLIK INDONESIA
Pada periode Triwulan I Tahun 2021, persentase realisasi penyerapan terhadap target mencapai 14,2 persen.
Nilai ini lebih rendah 12,0 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 sebesar 26,2
persen, dan lebih rendah 3,4 persen dari rata-rata penyerapan lima tahun terakhir pada triwulan satu, yaitu
sebesar 17,6 persen. Menurunnya kinerja penyerapan tersebut, antara lain disebabkan oleh penurunan
persentase penyerapan pada beberapa instansi, dan terdapat juga beberapa instansi yang belum
melakukan penyerapan, antara lain pada BMKG, BNPB, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa PDTT,
Kementerian Kesehatan, PT. Pertamina, dan PT. Sarana Multi Infrastruktur. Berdasarkan kinerja dari masing-
masing proyek, dalam Triwulan I Tahun 2021, terdapat 20 proyek yang memiliki kinerja dengan penyerapan
cukup baik, yaitu mampu menyerap di atas 17,5 persen dari target penarikan pinjaman. Beberapa kendala
yang masih menjadi penyebab rendahnya kinerja proyek, antara lain permasalahan pembebasan lahan,
pengadaan barang/jasa, kinerja kontraktor yang buruk, dan adanya gangguan cuaca yang ekstrem.
Pembelajaran (lesson learned) pelaksanaan Pinjaman/Hibah Luar Negeri yang dicantumkan dalam laporan
ini, antara lain dari proyek Construction of Jakarta Mass Rapid Transit Project Phase I yang memberikan
pembelajaran tentang pentingnya optimalisasi proses pembebasan lahan yang dimulai minimal dua tahun
sebelum proyek konstruksi dimulai, memastikan bahwa standar dan peraturan yang digunakan adalah versi
yang paling aktual, dan memastikan adanya mekanisme penalti atas kinerja konsultan yang dikontrol dan
dimonitor secara berkala, serta memastikan adanya integrator yang bertanggung jawab terhadap koordinasi
internal kontraktor maupun dengan pemilik proyek.
Untuk memastikan manfaat proyek serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaannya, maka
perlu dilakukan upaya perbaikan terhadap pengelolaan Pinjaman/Hibah Luar Negeri secara berkelanjutan,
baik dari sisi perencanaan, persiapan pelaksanaan proyek, maupun penyelesaian permasalahan yang
dihadapi selama pelaksanaan proyek. Di samping itu, pembelajaran dan pengalaman (lesson learned) yang
didapatkan selama siklus hidup proyek diharapkan dapat berguna untuk perbaikan dalam perencanaan
maupun pelaksanaan selanjutnya. Sedangkan cara terbaik (best practice) yang diperoleh dapat disesuaikan
serta diperluas atau direplikasi dengan sumber pendanaan lainnya sehingga berdampak lebih besar bagi
masyarakat.
Suharso Monoarfa
DAFTAR ISTILAH
ADB : Asian Development Bank
AFD : Agence Francaise de Development
BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BPKP : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
BP Batam : Badan Pengusahaan Batam
IsDB : Islamic Development Bank
IFAD : International Fund for Agricultural Development
JICA : Japan International Cooperation Agency
Kemenag : Kementerian Agama
Kemendes PDTT : Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Kemendagri : Kementerian Dalam Negeri
Kemennaker : Kementerian Ketenagakerjaan
Kemen PUPR : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kemenhub : Kementerian Perhubungan
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
Kementan : Kementerian Pertanian
Kemen ATR/BPN : Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional
Kemen PPN/Bappenas : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional
Kemendikbud : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kemenristek/BRIN : Kementerian Riset dan Teknologi /Badan Riset dan Inovasi Indonesia
Kepolisian RI : Kepolisian Negara Republik Indonesia
Kemenhan : Kementerian Pertahanan
KSA : Kreditor Swasta Asing
LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LPKE : Lembaga Penjamin Kredit Ekspor
SLA : Subsidiary Loan Agreement; perjanjian penerusan pinjaman kepada
BUMN/BUMD/Pemerintah Daerah
PT. Pertamina : PT. Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara
PT. PLN : PT. Perusahaan Listrik Negara
PT. SMI : PT. Sarana Multi Infrastruktur
Pemprov DKI Jakarta : Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
RR Tiongkok : Republik Rakyat Tiongkok
Laporan Kinerja Pelaksanaan Pinjaman/Hibah Luar Negeri disusun berdasarkan ketentuan Pasal 77
ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri
dan Penerimaan Hibah. Laporan tersebut mencakup perkembangan kinerja pelaksanaan kegiatan yang
dibiayai dari pinjaman luar negeri (tidak termasuk pinjaman program) dan kegiatan hibah yang
direncanakan serta hibah langsung. Kurun waktu pemantauan proyek dilakukan mulai dari proyek efektif
(effective date) sampai dengan proyek selesai (closing date).
GAMBARAN UMUM
Nilai pinjaman luar negeri yang sedang berjalan (on going) pada akhir Triwulan I Tahun 2021 (posisi 31 Maret
2021) adalah sebesar USD 17.856,4 juta, yang terdiri dari 128 proyek dan dilaksanakan oleh 19
Kementerian/Lembaga, 3 BUMN, serta 1 Pemerintah Daerah. Nilai pinjaman ini mengalami peningkatan
sebesar USD 591,5 juta dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Peningkatan nilai pinjaman
ini disebabkan karena adanya beberapa proyek yang baru efektif. Sedangkan beberapa proyek yang sudah
ditandatangani namun belum efektif, tidak termasuk dalam proyek yang sedang berjalan (on going) yang
dipantau dan dicantumkan dalam laporan ini.
Realisasi penyerapan kumulatif pinjaman sampai dengan Triwulan I Tahun 2021 adalah sebesar USD 6.997,8
juta. Sedangkan realisasi penyerapan Triwulan I Tahun 2021 adalah USD 333,2 juta atau mencapai 14,2 persen
dari target 2020 sebesar USD 2.338,9 juta. Persentase penyerapan ini menurun sebesar 12,0 persen
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 sebesar 26,2 persen, dan lebih rendah 3,4 persen
dari rata-rata penyerapan lima tahun terakhir pada triwulan satu, yaitu sebesar 17,6 persen. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya cukup banyak proyek yang sangat rendah penyerapannya atau bahkan belum
melakukan penyerapan (penyerapan nol).
Beberapa permasalahan yang menyebabkan rendahnya kinerja proyek, diantaranya adalah adanya
gangguan cuaca yang ekstrim, rendahnya kinerja kontraktor, lambatnya proses pengadaan barang/jasa,
dan permasalahan pembebasan lahan. Permasalahan pembebasan lahan tidak hanya disebabkan oleh
sulitnya perijinan dan negosiasi ganti rugi warga terdampak, tetapi juga disebabkan kurangnya anggaran
untuk pembayaran ganti rugi.
Dalam laporan ini juga disampaikan pembelajaran (lesson learned) dari proyek yang masih berjalan dan/atau
proyek yang sudah selesai, serta uraian kinerja pelaksanaan dari proyek hibah luar negeri khususnya hibah
yang direncanakan.
1
Gambar 2.1. Proporsi Pinjaman Luar Negeri Berdasarkan Sektor
Pertahanan dan
Keamanan;
18,3%
Lain-lain;
8,5%
Pendidikan;
6,7%
Infrastruktur;
59,9%
Energi;
6,6%
Sumber: Lampiran Laporan Kinerja Pelaksanaan PHLN Triwulan I Tahun 2021 (diolah)
Pinjaman luar negeri sebagian besar dialokasikan untuk penyediaan infrastruktur, yaitu sebesar 59,9
persen. Hal tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam RPJMN 2020 - 2024 yang salah
satunya menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur untuk menghubungkan kawasan
produksi dengan distribusi, mempermudah akses ke kawasan wisata, mendongkrak lapangan kerja
baru, dan mempercepat peningkatan nilai tambah perekonomian rakyat. Adapun strategi
infrastruktur 2020 - 2024 meliputi pembangunan dan pengembangan infrastruktur pelayanan dasar,
infrastruktur ekonomi untuk mendukung konektivitas dan sektor ekonomi, serta infrastruktur
perkotaan.
Bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (Triwulan I Tahun 2020),
terdapat peningkatan komposisi pinjaman di sektor infrastruktur yang cukup signifikan, yaitu dari
53,1 persen menjadi 59,9 persen. Peningkatan komposisi pinjaman juga terjadi pada sektor
pendidikan dan lain-lain. Sektor pendidikan mengalami peningkatan dari 6,3 persen naik menjadi
6,7 persen. Sektor lain-lain mengalami peningkatan dari 5,3 persen menjadi 8,5 persen. Namun,
terdapat juga penurunan komposisi pinjaman yang cukup signifikan yang terjadi pada sektor
energi, yaitu dari 10,5 persen menjadi 6,6 persen. Selain itu, penurunan komposisi pinjaman juga
terjadi pada sektor pertahanan dan keamanan, yaitu mengalami penurunan dari 24,8 persen
menjadi 18,3 persen. Perubahan komposisi pinjaman tersebut disebabkan adanya proyek-proyek
yang baru efektif dan adanya proyek-proyek yang sudah selesai (closed).
2
Tabel 2.1 Pelaksanaan Pinjaman Luar Negeri Berdasarkan Sektor
Pertahanan
dan 45 3.265,6 1.557,9 47,7 1.707,7 773,1 68,7 8,9
Keamanan
Sumber: Lampiran Laporan Kinerja Pelaksanaan PHLN Triwulan I Tahun 2021 (diolah)
Secara umum realisasi penyerapan pada triwulan ini menunjukkan penurunan dibanding periode
yang sama pada tahun 2020, yaitu menurun dari 26,2 persen menjadi 14,2 persen. Namun,
berdasarkan data di tabel 2.1, beberapa sektor pada Triwulan I Tahun 2021 mengalami
peningkatan nilai penyerapan yang cukup signifikan dibandingkan dengan periode yang sama
pada tahun lalu. Penurunan penyerapan terjadi pada sektor lain-lain, pendidikan, infrastruktur,
serta pertahanan dan keamanan. Sektor lain-lain mengalami penurunan nilai penyerapan dari
100,0 persen menjadi 11,0 persen. Sektor pendidikan mengalami penurunan nilai penyerapan dari
52,0 persen menjadi 9,1 persen. Sektor infrastruktur mengalami penurunan nilai penyerapan dari
28,3 persen menjadi 18,5 persen. Sektor pertahanan dan keamanan mengalami penurunan nilai
penyerapan dari 18,8 persen menjadi 8,9 persen Namun, terdapat peningkatan nilai penyerapan
pada sektor energi, yaitu mengalami peningkatan nilai penyerapan dari 15,9 persen menjadi 16,9
persen pada triwulan ini.
3
Gambar 2.2 Proporsi Pinjaman Luar Negeri Berdasarkan Instansi Penanggung Jawab
0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0
Sumber: Lampiran Laporan Kinerja Pelaksanaan PHLN Triwulan I Tahun 2021 (diolah)
Apabila dilihat dari nilai pinjaman, maka berdasarkan Tabel 2.2 terdapat peningkatan nilai
pinjaman yang sangat signifikan dari Triwulan I Tahun 2020 dibandingkan dengan Triwulan I Tahun
2021, yaitu meningkat sebesar USD 591,5 juta. Perubahan nilai pinjaman yang sangat signifikan
terjadi pada Kementerian PUPR yang mengalami peningkatan signifikan, yaitu sebesar USD 1.496,3
juta. Kemendagri dan Kemenag juga mengalami peningkatan signifikan pada nilai pinjaman.
Kemendagri mengalami peningkatan nilai pinjaman sebesar USD 300,0 juta, dan Kemenag
mengalami peningkatan nilai pinjaman sebesar USD 126,2 juta.
Sedangkan Kemenhan, PT. PLN (Persero), dan Kepolisian RI mengalami penurunan nilai pinjaman
yang cukup signifikan. Kemenhan mengalami penurunan nilai pinjaman sebesar USD 806,9 juta.
Perubahan nilai pinjaman juga terjadi pada PT. PLN (Persero) yang turun sebesar USD 631,9 juta.
Kepolisian RI mengalami penuruanan nilai pinjaman sebesar USD 216,8 juta. Perubahan nilai
pinjaman tersebut disebabkan adanya proyek-proyek yang telah selesai (closing), dan adanya
proyek-proyek yang baru efektif.
4
Tabel 2.2 Pelaksanaan Pinjaman Luar Negeri Berdasarkan Instansi Penanggung Jawab
Kementerian/
115 14.819,7 5.435,4 36,7 9.384,3 260,9 13,3
Lembaga 1.968,0
BMKG 3 148,8 17,4 11,7 131,4 35,0 0,0 0,0
BNPB 1 160,0 0,7 0,4 159,3 20,7 0,0 0,0
BPKP 1 90,0 1,2 1,3 88,8 9,7 0,5 5,4
BP Batam 1 50,7 37,8 74,6 12,9 3,2 0,0 0,0
Kemendagri 1 300,0 5,2 1,7 294,8 0,0 0,0 0,0
Kemenag 2 304,7 4,3 1,4 300,4 9,9 2,0 20,2
Kemendes PDTT 1 33,0 0,3 0,8 32,8 0,0 0,0 0,0
Kemennaker 2 31,9 4,0 12,5 27,9 11,4 4,0 45,9
Kemen PUPR 37 7.482,0 2.652,7 35,5 4.829,3 837,3 162,2 19,4
Kemenhub 4 1.348,9 553,4 41,0 795,6 71,7 1,0 1,3
Kemenkes 1 150,0 49,3 32,9 100,7 41,5 0,0 0,0
Kementan 5 313,7 10,5 3,4 303,2 13,1 0,7 5,4
Kemen ATR/BPN 1 200,0 36,0 18,0 164,0 15,7 10,8 68,8
Kemen PPN/
1 63,9 50,7 79,3 13,2 3,7 0,0 0,2
Bappenas
Kemenristek/BRIN 1 74,8 67,6 90,4 7,2 4,0 2,3 57,0
Kemendikbud 7 754,4 344,2 45,6 410,2 111,2 7,4 6,7
Kepolisian RI 10 389,5 282,9 72,6 106,6 208,5 0,0 0,0
Sumber: Lampiran Laporan Kinerja Pelaksanaan PHLN Triwulan I Tahun 2021 (diolah)
5
v PROFIL PINJAMAN LUAR NEGERI BERDASARKAN SUMBER PINJAMAN
Sumber pinjaman luar negeri yang sedang berjalan saat ini berasal dari 3 (tiga) kelompok, yaitu
Kreditor Bilateral, Kreditor Multilateral, dan Kreditor Swasta Asing (KSA)/Lembaga Penjamin Kredit
Ekspor (LPKE).
Kreditor Bilateral merupakan pemerintah negara asing atau lembaga yang ditunjuk oleh
pemerintah negara asing atau lembaga yang bertindak untuk pemerintah negara asing, seperti
Jepang, Hongaria, Jerman, Korea, Perancis, RR Tiongkok, dan Spanyol.
Kreditor Swasta Asing (KSA) diwakili oleh lembaga keuangan nasional dan lembaga non-keuangan
asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah Indonesia, seperti PT. BNI
cabang Singapura, Tokyo, dan Hongkong.
Lembaga Penjamin Kredit Ekspor (LPKE) merupakan lembaga yang ditunjuk negara asing untuk
memberikan jaminan, asuransi, pinjaman langsung, subsidi bunga, dan bantuan keuangan untuk
meningkatkan ekspor negara yang bersangkutan serta melakukan kegiatan usaha di luar wilayah
Indonesia, seperti BNP Paribas, Exim Bank of Korea, Export-Import Bank of China, dan Fortis Bank
Belanda.
35,0
31,8
30,0
26,1
25,0
20,0
17,1
15,0
10,0 8,8
5,6
5,0 3,8
2,7 2,4 1,8
-
Jepang Bank Dunia FKE ADB IsDB RR Bilateral Multilateral Korea
Tiongkok lain lain
Sumber: Lampiran Laporan Kinerja Pelaksanaan PHLN Triwulan I Tahun 2021 (diolah)
Keterangan: - Pinjaman Multilateral lain terdiri dari pinjaman yang bersumber dari pinjaman IFAD dan Saudi
Fund
- Pinjaman Bilateral lain terdiri dari pinjaman yang bersumber dari pinjaman Jerman, Perancis, dan
Austria
Sekitar hampir 75,0 persen dari pinjaman luar negeri yang sedang berjalan (on going) berasal dari
Jepang, Bank Dunia, dan FKE. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3, Sedangkan sisanya
terbagi ke dalam beberapa Kreditor Bilateral dan Kreditor Multilateral. Apabila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya (Triwulan I Tahun 2020), terdapat perubahan yaitu meningkatnya
komposisi pinjaman Bank Dunia dari 19,6 persen menjadi 26,1 persen pada triwulan ini. Peningkatan
juga terjadi pada Jepang dari 27,3 persen menjadi 31,8 persen, ADB dari 7,3 persen menjadi 8,8
persen, serta Bilateral lain dan Korea. Bilateral lain meningkat dari 2,4 persen menjadi 2,7 persen,
dan Korea meningkat dari 1,7 persen menjadi 1,8 persen. Sementara penurunan terjadi pada
beberapa sumber pinjaman, yaitu pada FKE, RR Tiongkok, dan IsDB. FKE mengalami penurunan dari
23,6 persen menjadi 17,1 persen, RR Tiongkok turun dari 8,5 persen menjadi 3,8 persen, dan IsDB
turun dari 7,1 persen menjadi 5,6 persen. Sementara Multilateral Lain masih memiliki nilai yang sama
yaitu 2,4 persen.
6
Dibandingkan dengan Triwulan I Tahun 2020, pada triwulan ini nilai pinjaman mengalami
perubahan yang signifikan. Dilihat dari Tabel 2.3 total nilai pinjaman sebesar USD 17.856,4 juta
mengalami peningkatan sebesar USD 591,5 juta dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Peningkatan tersebut disebabkan adanya beberapa proyek yang baru efektif, sehingga beberapa
pemberi pinjaman mengalami peningkatan nilai pinjaman. Peningkatan nilai pinjaman yang
signifikan terjadi pada sumber pinjaman Bank Dunia yang meningkat sebesar USD 1.279,3 juta dari
USD 3.379,4 juta menjadi USD 4.658,7 juta. Sedangkan penurunan nilai pinjaman dari triwulan yang
sama di tahun sebelumnya terjadi pada sumber pinjaman FKE yang turun sebesar USD 1.018,1 juta
dari USD 4.078,5 juta menjadi USD 3.060,4 juta.
Kreditor
I 55 7.644,9 2.487,6 5.157,3 940,5 158,6 16,9
Multilateral
Bank Dunia 26 4.658,7 1.627,4 3.031,3 582,0 134,0 23,0
Sumber: Lampiran Laporan Kinerja Pelaksanaan PHLN Triwulan I Tahun 2021 (diolah)
Realisasi penyerapan pada Triwulan I Tahun 2021 yang mencapai 14,2 persen tersebut sebagian
besar merupakan kontribusi dari kinerja proyek-proyek Kreditor Multilateral sebesar 16,9 persen,
Kreditor Bilateral sebesar 15,4 persen, dan Kreditor KSA/LPKE sebesar 9,6 persen. Pada triwulan ini,
kinerja tertinggi untuk Kreditor Multilateral dicapai oleh proyek-proyek dari sumber pinjaman Bank
Dunia dan IsDB, yang masing-masing mencapai 23,0 persen dan 11,7 persen. Sedangkan pada
Kreditor Bilateral, kinerja tertinggi terjadi pada proyek-proyek dari sumber pinjaman Jepang dan RR
Tiongkok, yaitu masing-masing mencapai 19,3 persen dan 14,4 persen.
7
v REKAPITULASI PROYEK TUTUP DAN BARU DI TRIWULAN I TAHUN 2021
Pada tabel 2.4 berikut ini dapat dilihat beberapa proyek yang baru efektif dan masuk kedalam
pemantauan triwulanan. Sedangkan pada tabel 2.5 dapat dilihat beberapa proyek yang telah
selesai (closed) dalam satu triwulan ini sehingga dikeluarkan dari pemantauan pada Triwulan I
Tahun 2021.
8
penyerapan atau bahkan tidak mengalami pergerakan sejak mulai efektif sampai dengan Triwulan I
Tahun 2021.
48 3.636,1
20 6.171,4
5.572,8 2.476,0
9
Sumber: Lampiran Laporan Kinerja Pelaksanaan PHLN Triwulan I Tahun 2021 (diolah)
Bila dilihat dari kinerja penyerapan, secara umum terdapat sekitar 20 proyek yang memiliki kinerja
penyerapan baik yang mampu menyerap di atas 17,5 persen dari target penyerapan tahun 2021.
Dilihat dari sisi nilai pinjaman, 20 proyek tersebut bernilai USD 3.636,1 juta atau 20,4 persen dari total nilai
pinjaman sebesar USD 17.856,4 juta. Sekitar 57 proyek mengalami kinerja yang sangat lambat dan
hanya mampu menyerap di bawah 5,0 persen terhadap target penyerapan tahun 2021. Diantara
proyek-proyek tersebut, terdapat proyek-proyek yang mengalami penyerapan nol (0) atau bahkan
belum menunjukkan adanya penyerapan sejak proyek dinyatakan efektif. Perhatian khusus perlu
diberikan terhadap proyek-proyek tersebut karena nilainya mencapai USD 8.647,5 juta atau 48,4
persen dari total nilai pinjaman.
Untuk meningkatkan kinerja proyek-proyek yang tergolong rendah penyerapannya tersebut dapat
dilakukan beberapa upaya, antara lain dengan melakukan pertemuan intensif untuk menyelesaikan
permasalahan proyek, dan mempercepat proses reviu terhadap perubahan atau revisi rencana
pelaksanaan proyek.
Beberapa permasalahan masih terjadi dalam pelaksanaan proyek dalam triwulan ini. Permasalahan
pertama terkait dengan revisi desain (DED) proyek, yang dapat menyebabkan tertundanya
pelaksanaan proyek karena adanya perubahan-perubahan pada ruang lingkup, nilai, dan lokasi
proyek. Permasalahan kedua adalah lambatnya proses pengadaan barang/jasa yang antara lain
disebabkan oleh lamanya reviu dokumen lelang, lamanya penerbitan NOL, dan tidak adanya
penawaran yang masuk (gagal lelang). Selain itu, masih terdapat permasalahan terkait pengadaan
lahan baik yang disebabkan karena proses perijinan, maupun terkait dengan isu permukiman kembali,
dan kurangnya anggaran untuk pembayaran ganti rugi. Disamping permasalahan tersebut diatas,
masalah administrasi seperti kekurangan alokasi DIPA, keterlambatan penerbitan Withdrawal
Application (WA) dan pengesahan (Surat Perintah Pengesahan Pembukuan/SP3) juga masih sering
terjadi. Permasalahan lainnya yang saat ini mulai sering dilaporkan adalah rendahnya kinerja
kontraktor yang berakibat pada keterlambatan penyelesaian proyek, disamping masalah terkait
lainnya seperti kekurangan tenaga kerja, material dan peralatan berat, serta kendala cuaca ekstrem
dan kondisi geologi site project.
Pembangunan konstruksi fase 1 proyek kereta Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta dimulai pada 10
Oktober 2013 ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Presiden RI Joko Widodo. Pada koridor 1
9
ini, telah dibangun jalur kereta sepanjang 16 kilometer yang meliputi 10 kilometer jalur layang dan 6
kilometer jalur bawah tanah. Ketujuh stasiun layang tersebut adalah Lebak Bulus (lokasi depo),
Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja. Depo akan berada di
kawasan Stasiun Lebak Bulus. Sedangkan 6 stasiun bawah tanah dimulai dari Senayan, Istora,
Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia.
Pengerjaan konstruksi dibagi dalam enam paket kontrak yang dikerjakan oleh kontraktor dalam bentuk
konsorsium (joint operation), yaitu:
• CP101 – CP102 oleh Tokyu – Wijaya Karya Joint Operation (TWJO) untuk area Depot dan Stasiun
Lebak Bulus, Fatmawati, dan Cipete Raya.
• CP103 oleh Obayashi – Shimizu – Jaya Konstruksi (OSJ) untuk area Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan
Sisingamangaraja.
• CP104 – CP105 oleh Shimizu – Obayashi – Wijaya Karya – Jaya Konstruksi Joint Venture (SOWJ JV)
untuk area transisi, Senayan, Istora, Bendungan Hilir, dan Setiabudi.
• CP106 oleh Sumitomo – Mitsui – Hutama Karya Join Operation (SMCC – HK JO) untuk area Dukuh
Atas dan Bundaran Hotel Indonesia.
Sedangkan untuk pengerjaan CP107 untuk sistem perkeretaapian (railway system) dan pekerjaan rel
(trackwork) oleh Metro One Consortium (MOC) yaitu Mitsui & Co. – Tokyo Engineering Corporation –
Kobe Steel, Ltd – Inti Karya Persada Tehnik, dan CP108 untuk rolling stock oleh Sumitomo Corporation.
Cakupan Construction of Jakarta Mass Rapid Transit Project Phase I meliputi beberapa konstruksi jalur
Mass Rapid Transit (MRT) dan sarana penunjang lainnya, yaitu:
Sebagian dari konstruksi jalur MRT Jakarta merupakan struktur layang (elevated) yang
membentang ± 10 km; dari wilayah Lebak Bulus hingga Sisingamangaraja. Tujuh Stasiun Layang
konstruksi ini adalah Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M dan
Sisingamangaraja. Depo kereta api dibangun di area Lebak Bulus, berdekatan dengan stasiun
awal/akhir Lebak Bulus. Seluruh stasiun penumpang dan lintasan dibangun dengan struktur
layang yang berada di atas permukaan tanah, sementara Depo kereta api dibangun di
permukaan tanah (on ground).
Tipe struktur layang yang akan digunakan adalah Tiang Tunggal (Single Pier) pada bagian bawah
serta Gelagar Persegi Beton Pracetak (Precast Concrete Box Girder) pada bagian atas.
Ketinggian gelagar dari permukaan jalan telah memperhitungkan persyaratan minimal jarak
bebas vertikal (vertical clearance) 5,0 meter sesuai peraturan yang berlaku untuk jalan
perkotaan. Pekerjaan Konstruksi Layang MRT Jakarta terdiri dari tiga paket, yaitu Contract
Package (CP) 101, CP 102 dan CP 103.
Konstruksi bawah tanah (underground) MRT Jakarta membentang ± 6 km, yang terdiri dari
terowongan MRT bawah tanah dan enam stasiun MRT bawah tanah. Stasiun bawah tanah ini
adalah Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia.
Metode pengerjaan konstruksi bawah tanah menggunakan TBM (Tunnel Boring Machine) tipe EPB
(Earth Pressure Balance Machine), dengan pembagian koridor paket pengerjaan terbagi
menjadi tiga: CP 104, CP 105 dan CP 106.
Railway System merupakan prasarana penunjang sistem perkeretaapian yang terdiri dari 10
subsistem, antara lain Substation System, Overhead Contact System, Power Distribution System,
Signaling System, Telecommunication System, Facility SCADA, Automatic Fare Collection System,
Platform Screen Doors, Escalator & Elevator, dan Trackwork. Sistem perkeretaapian MRT Jakarta
akan menggunakan sistem persinyalan terbaru di Indonesia dengan memperkenalkan sistem
persinyalan CBTC (Communication Based Train Control) dan menerapkan sistem moving block
untuk pengaturan perjalanan kereta. Pekerjaan Railway Systems & Trackwork dan Rolling Stock
MRT Jakarta terdiri dari dua paket, yaitu CP 107 dan CP 108.
Proyek pembangunan MRT dibiayai oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta
didukung oleh dana pinjaman Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency
(JICA). Dukungan JICA diberikan dalam bentuk pinjaman penyediaan dana pembangunan.
10
Komitmen yang telah diberikan JICA adalah sebesar ¥125,237,000,000,-, sedangkan Loan
Agreement yang telah diberikan sebesar ¥50,019,000,000,- terdiri dari Loan Agreement No. IP-536
sebesar ¥1,869,000,000,- dan Loan Agreement No. IP-554 sebesar ¥48,150,000,000,-, serta Loan
Agreement No. IP-571 sebesar ¥75,218,000,000,-.
Dana pinjaman JICA yang telah diterima Pemerintah Pusat diterushibahkan kepada Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta. Dokumen anggaran (APBN) yang berkaitan pinjaman berada pada Kementerian
Keuangan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Direktorat Pembiayaan dan Kapasitas
Daerah, Sub Direktorat Hibah Daerah, dengan nama program dan kegiatannya adalah Program
Pengelolaan Hibah Negara dengan Kegiatan Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
sebagai hibah kepada Pemerintah Daerah. Executing agency adalah Direktorat Jenderal
Perkeretaapian.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai implementing agency akan mencatat sebagai penerimaan
dan pengeluaran dalam APBD, menempatkan dokumen pelaksanaan anggaran kegiatan
pembangunan MRT pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta dengan nama
Program dan Kegiatan Penyertaan Modal (Pembiayaan/Investasi) Pemerintah DKI Jakarta kepada
PT. MRT Jakarta. Selain itu, dokumen pelaksanaan anggaran pembangunan MRT Jakarta juga
ditempatkan pada Bappeda DKI Jakarta sebagai belanja langsung dengan nama program
Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana Kota, dengan nama kegiatan Management
Consulting Services for MRT Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai Implementing
Agency telah menunjuk PT. MRT Jakarta sebagai sub implementing dari program pembangunan MRT
Jakarta.
Construction of Jakarta Mass Rapid Transit Project Phase I telah menyelesaikan masa konstruksi dan
telah mengoperasikan komersial MRT Jakarta Fase 1. Dalam perjalanannya, pelaksanaan proyek ini
telah mengalami serangkaian kendala dan masalah yang dihadapi oleh semua pihak yang terlibat.
Beberapa kendala utama yang terjadi ketika proyek berlangsung, yang selanjutnya dapat menjadi
pembelajaran adalah sebagai berikut.
a) Pembebasan Lahan
Dalam proses pembangunan jalur MRT Fase 1 diperlukan pembebasan lahan, khususnya pada
jalur layang untuk area koridor dan stasiun. Dalam proses pembebasan lahan ini PT. MRT Jakarta
berkoordinasi dengan beberapa institusi, yaitu:
1) Dinas Penataan Kota dan Lingkungan Hidup (PKLH) DKI Jakarta, yang Bertanggung jawab
dalam memfasilitasi proses pembebasan lahan termasuk inventarisasi, negosisasi dengan
pemilik lahan dalam proses ganti rugi, dan sebagainya.
2) Panitia Pelaksana Pembebasan Tanah (P2T), Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jakarta
Selatan, yang Bertanggung jawab dalam memfasilitasi proses pembebasan lahan
termasuk inventarisasi, identifikasi terhadap bidang-bidang tanah yang terkena
pembangunan dan negosisasi dengan pemilik lahan dalam proses ganti rugi, dan
sebagainya.
3) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait (Dinas Bina Marga dan Dinas Perhubungan),
yang bertanggung jawab dalam pengalokasian anggaran untuk pembebasan lahan dan
biaya ganti rugi.
4) Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan, yang bertanggung jawab dalam
pembuatan Penetapan Lokasi (Penlok).
5) Tim Appraisal Ganti Rugi, yang melakukan penilaian harga sesuai dengan nilai area
tersebut.
6) Walikota terkait, yang melakukan koordinasi dengan pemilik lahan dan eksekusi
pembebasan lahan.
Jumlah lahan yang harus dibebaskan untuk kebutuhan pembangunan MRT Fase 1 sepanjang
9,79 km jalur layang adalah seluas 138,693 ms atau sejumlah 605 bidang lahan untuk depo, stasiun
dan koridor. Pada tahun 2013 telah dibebaskan 123 bidang lahan. Proses pembebasan lahan
meningkat setiap tahunnya hingga tahun 2016 telah mencapai 398 bidang lahan.
Pada tahun 2016 kemajuan proses pembebasan lahan tidak seiring dengan kemajuan konstruksi,
dan kebutuhan lahan menjadi salah satu kendala yang menghambat pekerjaan konstruksi.
11
Sehingga pada tahun 2016 dilakukan skala prioritas dalam pembebasan lahan. Tersisa 207
bidang lahan yang belum dibebaskan di tahun 2016 yang terdiri dari lahan prioritas dan lahan
non prioritas. Jumlah lahan non prioritas sebanyak 181 bidang dan lahan prioritas sebanyak 26
bidang. Sehingga pembebasan lahan pada tahun 2016 hingga 2018 difokuskan pada lahan
prioritas, karena sejumlah lahan non prioritas tidak menghambat pekerjaan fisik konstruksi.
Sebanyak 26 bidang lahan prioritas yang melalui jalur konsinyasi, terdapat 10 bidang lahan yang
menggugat dan 16 bidang lahan yang tidak menggugat. 6 Pemilik lahan atas 10 bidang tanah
mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan melalui Perkara No.
133/ Pdt.G/2016/PN.Jkt.Sel dengan Keputusan Hakim tanggal 14 Juni 2017 nilai ganti rugi Rp 60
juta/m2 . Pada tanggal 8 September 2017 Pemprov DKI Jakarta mengajukan kasasi ke Mahkamah
Agung dengan No. Registrasi 2544K/PDT/2017. Putusan kasasi dikabulkan oleh Mahkamah Agung
pada tanggal 10 Oktober 2017 dengan No. 2544 K/ PDT/ 2017, dan pada tanggal 22 Desember
2017 telah dilakukan eksekusi atas lahan tersebut oleh Walikota Jakarta Selatan.
Pada tahun 2019 telah dibebaskan sebanyak 424 bidang lahan. Terdapat 4 bidang lahan
(pemilik Dheeraj, Zurman dan Heriyantomo) yang belum dilakukan pembongkaran di area
stasiun untuk kebutuhan laybay (area menurunkan dan menaikan penumpang) dan
reinstatement, sehingga perlu segera ada tindak lanjut penyelesaian proses pembebasan lahan,
pembongkaran dan pekerjaan reinstatement oleh Dinas Bina Marga.
Proses pembebasan lahan ini merupakan proses kritis yang sangat berdampak terhadap jadwal
dan biaya penyelesaian proyek. Pembelajaran dalam proses ini antara lain:
• Proses pembebasan lahan harus dioptimalkan dimulai 2 tahun sebelum proyek konstruksi
dimulai sesuai Penetapan Lokasi yang telah ditetapkan oleh Gubernur.
• Perlu adanya penugasan tim secara khusus untuk menyusun rencana, kontrol dan
memonitor proses kerja secara dedicated.
• Inventarisasi data secara lengkap dan akurat dimulai 2 tahun sebelum proyek konstruksi .
Untuk mengoperasikan kereta MRT Jakarta khususnya di area bawah tanah, diperlukan Cooling
Tower (CT) dan Ventilation Tower (VT). Cooling Tower adalah suatu bangunan yang berfungsi
sebagai pendingin untuk mengaliri area stasiun bawah tanah dan Ventilation Tower (VT) adalah
bangunan yang berfungsi sebagai ventilasi udara untuk mengaliri udara di area tunneling.
Pada tahap perencanaan, PT. MRT Jakarta telah berupaya untuk menempatkan lokasi CT/VT
pada area gedung dengan mekanisme Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Pemprov DKI dengan
pemilik lahan. Proses yang dilakukan melalui tahapan berikut.
Kendala utama dalam penetapan lokasi CT/VT adalah pemilik lahan tidak menyetujui lokasi
CT/VT berada, sehingga terjadi perubahan lokasi CT/VT. Selain itu, kesepakatan antara pemilik
12
lahan dengan pemerintah yang memakan waktu cukup lama, berdampak pada pekerjaan
kontraktor yang tidak dapat dimulai. Dalam hal ini kontraktor perlu melakukan perubahan desain,
perubahan siklus kerja dan metode kerja sehingga berdampak pada jadwal dan biaya proyek.
PT. MRT Jakarta telah berupaya melakukan koordinasi baik dengan pemilik lahan dan SKPD
terkait, yaitu Asisten Pembangunan, Sekretaris Daerah dan Dinas Penataan Kota dan Lingkungan
Hidup (PKLH) untuk dapat memonitor proses, negosiasi dengan pemilik lahan, dan menyusun
persetujuan Perjanjian Kerja Sama (PI(S).
Pada beberapa lahan yang tidak mencapai kesepakatan, CT/VT diletakkan di pedestrian atau
lahan milik Pemprov DKI. Berikut ini adalah perubahan lokasi CT/VT mulai saat tender dokumen,
yang tertuang dalam Trase Pergub 852 Tahun 2014 dan lokasi final yang telah disepakati di dalam
Perjanjian Kerja Sama tersebut.
Tabel 2.6 Perbandingan Lokasi Lahan CT/VT dalam Trase Pergub 852 Tahun 2014 dan Lokasi Final
Pemilik Lahan
Stasiun Tender Trase Pergub 852
Lokasi Final
Document Tahun 2014
CT Sinarmas China Sonangol Sina rmas
Bundaran VT Utara Sinarmas China Sonangol Trotoar
HI Wisma
VT Selatan Plaza Indonesia Wisma Nusantara
Nusantara
Taman Dukuh Taman Dukuh
CT Taman Dukuh Atas
Atas Atas
Taman Dukuh Taman Dukuh
Dukuh Atas VT Utara Taman Dukuh Atas
Atas Atas
Taman Dukuh Taman Dukuh
VT Selatan Taman Dukuh Atas
Atas Atas
CT Mid Plaza Chase Plaza Chase Plaza
Setiabudi VT Utara Sudirman Plaza Sudirman Plaza Sudirman Plaza
VT Selatan Mid Plaza Chase Plaza Trotoar
Sampoerna
CT Wisma Sudirman Pulau Jalan
Strategic
Bendungan
VT Utara Pulau Jalan Pulau Jalan Pulau Jalan
Hilir
Sampoerna
VT Selatan Wisma Sudirman Trotoar
Strategic
Kementerian
CT Hotel Sultan Hotel Sultan
Keuangan
Istora Kementerian
VT Utara Hotel Sultan Hotel Sultan
Keuangan
VT Selatan SCBD SCBD Mandiri Plaza
CT GMN GMN Summitmas
Senayan VT Utara GMN GMN Summitmas
VT Selatan GMN GMN Trotoar
Pembelajaran yang dilakukan dalam proses ini adalah sebagai berikut:
• Perlu dilakukannya survei yang menyeluruh atas aspek status lahan/pemilik lahan/kondisi
eksisting penempatan lahan CT/VT, dan proses negosiasi dengan pemilik lahan dilakukan
mulai dari fase Basic Engineering Desain (BED)
• Penentuan lokasi harus disepakati sebelum dimasukkan ke dalam trase Peraturan Gubernur
yang akan menjadi acuan eksekusi lapangan. Saat implementasi perlu dilakukan survei
kembali terkait kesediaan lahan untuk lokasi CT/VT.
• Apabila terdapat kendala maka perlu dicari alternatif lokasi terbaik yang paling efektif dan
efisien agar tidak berdampak besar pada desain stasiun dan keterlambatan penyelesaian
pekerjaan.
Relokasi jaringan utilitas merupakan salah satu proses penting dalam pelaksanaan proyek karena
dapat berdampak langsung pada jadwal pelaksanaan dan biaya proyek. Sejak dimulainya
proses desain, PT. MRT Jakarta telah melakukan pemetaan utilitas yang terdampak atas
13
pekerjaan konstruksi. Dilakukannya pemetaan utilitas dalam tahap perencanaan (charted
utilities) guna mempermudah koordinasi dengan pemilik utilitas dalam rangka penyusunan
rencana relokasi utilitas. Namun pada pelaksanaannya, masih ditemukan utilitas yang belum
dipetakan dalam proses desain (uncharted utilities), sehingga dalam penanganannya
membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Upaya yang dilakukan setelah ditemukannya utilitas, antara Iain dengan proteksi dan/atau
relokasi. Pekerjaan proteksi dapat dilakukan oleh kontraktor (PT. MRT Jakarta) dengan jangka
waktu sekitar 1 bulan. Sedangkan untuk relokasi, berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Jaringan Utilitas, relokasi atas utilitas menjadi tanggung jawab
pemilik utilitas. Hal ini menyebabkan tidak ada kepastian waktu penyelesaian untuk relokasi
utilitas. Kendala Iain yang dihadapi adalah beberapa pemiliki utilitas tidak memiliki anggaran
untuk merelokasi utilitasnya, sehingga membutuhkan waktu untuk eksekusi. Selain itu, banyaknya
jenis dan variasi utilitas yang harus direlokasi menjadi kendala dalam proses penyelesaian proyek.
Adanya kendala ini mengakibatkan kontraktor melakukan perubahan proses dan metode kerja
dari yang sudah direncanakan, dan berdampak pada jadwal dan biaya proyek. Beberapa
utilitas yang telah direlokasi dalam tahapan konstruksi MRT Jakarta dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
1. Pipa Penyediaan Alr CP 101, CP 102, CP 103, Diameter 65, 300, 400 dan
(PAM/Palyja) CP 104 dan CP 106 1200 mm
4. Pipa Air Pembuangan (PD. CP 105 dan CP 106 Pipa pembuangan air publik
PAL Jaya)
Dalam tahap perencanaan telah dilakukan pemetaan utilitas, tetapi implementasi di lapangan
banyak yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya, antara Iain:
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1999, pemilik utilitas bertanggungjawab untuk
merelokasi utilitas dan atas persetujuan dari Pemprov DKI sebagai dasar hukum, kontraktor
melakukan pekerjaan uncharted utility. Untuk relokasi utilitas dalam kasus ini dilaksanakan
dengan menggunakan anggaran provisional sum dan/atau mekanisme variation.
• Perlu waktu yang optimal pada saat BED dan pelaksanaan tender untuk survei utilitas agar
dapat menghasilkan survei yang akurat.
• Sosialisasi pada saat BED kepada pemilik utilitas termasuk penyediaan dana.
• Penambahan biaya uncharted utilities dalam penawaran yang disampaikan kontraktor
termasuk rencana mitigas penyelesaian uncharted utilities.
c) Perubahan Desain
Terdapat beberapa perubahan desain karena perubahan regulasi yang menjadi kendala ketika
proyek berlangsung yaitu:
14
• Perubahan kriteria Standard of Earthquake Resistance for Building. Kronologi terjadinya
perubahan ini dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 2.6 Kronologi Perubahan Peraturan Gempa terhadap Proyek MRT Fase 1
• Pelarangan penggunaan baja BJTS 50 oleh Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan
(P2B). Kronologi isu ini adalah sebagai berikut:
Kedua perubahan tersebut menyebabkan perubahan struktur untuk sebagian besar konstruksi
stasiun, viaduct, pile, dan depo MRT Jakarta. Hal ini berdampak pada diperlukannya perubahan
desain hingga metode pekerjaan yang mengakibatkan keterlambatan waktu penyelesaian
pekerjaan dan terjadinya pekerjaan variation.
Pembelajaran yang diperoleh dari adanya perubahan desain ini adalah sebagai berikut :
• Dalam proyek MRT berikutnya, perlu dipastikan bahwa standar dan peraturan dari institusi
yang berwenang yang digunakan adalah peraturan/standar dengan versi yang paling
aktual.
15
• Perlu dilakukan koordinasi terhadap para regulator untuk memastikan tidak ada rencana
perubahan peraturan/standar yang akan digunakan selama fase proyek.
d) Interfacing
Paket pekerjaan konstruksi Fase l terdiri dari 8 paket kontrak dengan 6 kontraktor dan durasi pada
awal kontrak 57 bulan namun mengalami penambahan waktu hingga menjadi 68 bulan.
Sepanjang masa konstruksi tersebut, terdapat isu interface yang menjadi salah satu tantangan
dalam pembangunan MRT Fase 1. Dalam kontrak konstruksi, pekerjaan railways system
(kontraktor CP 107) dimulai setelah mendapatkan akses dari kontraktor sipil (CP 101 — 106), dan
kontraktor CP 107 perlu melakukan koordinasi dengan Interfacing Parties, sesuai yang tertera di
dalam Employed s Requirement.
Di dalam kontrak CP 101 — 106 terdapat beberapa Key Dates yang menjadi basis Access Date
kontraktor CP 107 dan CP 108. Sementara pada kontrak konsultan CMCS belum terdefinisikan
dengan jelas fungsi konsultan sebagai konsultan integrator. Mengingat keterlambatan akibat
pembebasan lahan, utilitas, dan lain-lain yang menyebabkan pergeseran Access Date untuk
kontraktor Railways System (CP 107) dan Rolling Stock (CP108), diperkirakan kontraktor tidak
dapat melaksanakan seluruh pekerjaannya di lapangan sehingga permasalahan terkait integrasi
semakin rumit.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, the engineer menyusun metode partial acceptance
dan partial access agar kontraktor CP 107 dan CP 108 dapat memulai pekerjaan secara parsial
tanpa menunggu full access dari kontraktor sipil CP 101 — 106. Akhirnya pekerjaan secara
keseluruhan dapat terselesaikan dan MRT dapat melakukan operasional di bulan Maret 2019.
Namun sebagai konsekuensinya, muncul klaim atas biaya prolongation dan acceleration.
Beberapa isu interfacing yang terjadi selama Fase l adalah sebagai berikut:
• Interfacing antar kontraktor konstruksi. Contoh: Kasus Electrical Room di Bundaran HI, yaitu
terdapat dispute antara kontraktor CP 106 dengan kontraktor CP 107 terkait cable tray dan
jalur kabel, karena salah satu pihak tidak mau menggeser tray, dan pihak lainnya tidak mau
mengubah jalur kabel. Kondisi ini berlarut-larut selama 1 bulan tanpa ada penyelesaian.
• Interfacing antara kontraktor konstruksi dengan Business Development. Contoh: pekerjaan
pemasangan panel untuk kontraktor Business Development (untuk pekerjaan retail dan
advertising) dilakukan juga oleh kontraktor sipil (scope yang sama).
e) Performa Konsultan
Sepanjang pelaksanaan konstruksi Fase l, PT. MRT Jakarta dibantu oleh konsultan JMCMC selaku
Consultant Management Consulting Services (CMCS). Scope pekerjaan CMCS secara umum
adalah melakukan pekerjaan supervisi, kontrol dan/atau construction management seluruh
kontraktor. Dalam hal ini, scope pekerjaan konsultan termasuk, namun tidak terbatas pada,
schedule control, cost management, quality, safety control, dan sebagainya. Selama masa
layanan kontrak CMCS, terjadi 8 kali amandemen kontrak, termasuk beberapa perubahan revisi
man-month schedule, personil dan biaya. Ringkasan perubahan tersebut dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
16
Durasi Kontrak 57 bulan 83 bulan
Man-Months pro. A 501.0 MM pro. A 860.9 MM
pro. B 1,267.0 MM pro. B 1,848.6 MM
pro. C 527.0 MM pro. C 919.6 MM
Supporting Staff : 942.0 MM Supporting Staff : 1.676.O MM
Nilai Kontrak 1.215 million + Rp. 92.542 million 2.028 million + Rp. 158.874 milIion
Equivalent Rp. 214.042 million Equivalent Rp. 361.674 million
• Terdapat 41 kali replacement personil untuk Pro. A sepanjang masa layanan. Hal tersebut
mengakibatkan kendala pengelolaan tim konsultan dan koordinasi dengan pihak
kontraktor dan MRT Jakarta.
• Terdapat peningkatan jumlah man-month yang cukup besar yaitu sekitar 60% dari total nilai
kontrak. Hal ini dikarenakan jadwal mundur, kondisi lapangan serta banyaknya isu komersial
yang harus diselesaikan.
• Fungsi koordinasi yang belum maksimal sehingga MRT Jakarta berperan lebih banyak
dalam implementasi.
• Perlu adanya mekanisme penalti atas key personel konsultan yang kurang qualified.
• Mekanisme performa personil dikontrol dan dimonitor secara berkala.
• Pembatasan replacement personel konsultan melalui pengaturan mob demob.
• Perlu dilakukannya penyusunan kontrak yang lebih bagus untuk mengatur hubungan
antara MRT Jakarta dengan konsultan.
f) Performa Kontraktor
Beberapa upaya dalam pengelolaan manajemen proyek yang dilakukan oleh kontraktor adalah
sebagai berikut:
Terkait dengan performa kontraktor, secara umum seluruh kontraktor sipil, baik area elevated
(CP 101, CP 102, CP 103) maupun underground (CP 104, CP 105, dan CP 106) memiliki performa
yang cukup baik, terutama terkait pengelolaan tanggung jawab di internal masing-masing
konsorsium. Hal ini berkaitan dengan bentuk konsorsium berupa Joint Ventures (JV) yang terjadi
diantara berbagai pihak yang terlibat pada kontraktor sipil. Dalam bentuk kerja sama JV, setiap
entitas asli dari masing-masing pihak tetap muncul sehingga pembagian tugas dan tanggung
jawab terlihat lebih jelas. Jika terdapat kendala dalam pelaksanaan proyek, PT. MRT Jakarta
dapat melakukan koordinasi lebih jelas dengan masing-masing entitas tersebut.
Untuk kontraktor Railways System (CP 107) Metro One Concortium (MOC), bentuk kerjasama
yang digunakan adalah konsorsium yang berbeda dari kontraktor lainnya. Kendala yang
dihadapi adalah sering terjadinya kesalahpahaman di internal kontraktor, ditambah
kompleksitas pekerjaan yang terdiri dari 10 subsistem (subsistem berbeda) dan minimnya
pengalaman kontraktor dalam bidang Railway System. Koordinasi internal kontraktor CP107
sering berdampak pada lambatnya keputusan sehingga PT. MRT Jakarta ebagai Project Owner
sering menunggu lama respon dari kontraktor.
Pengalaman kontraktor CP 107 dalam bidang Railways System sangat minim dan hanya
mengandalkan kemampuan teknis dan pengalaman para subkontraktornya, hal ini juga yang
menyebabkan panjangnya alur koordinasi dalam internal kontraktor. Pengalaman Tim PT. MRT
Jakarta dalam Railways System lebih banyak dari kontraktor, sehingga lebih dominan
dibandingkan dengan para engineer kontraktor, khususnya dalam bidang yang sangat identik
dengan Railways System (Track, Signaling and Telecommunications System, OCS). Dalam
melakukan pekerjaan antar subsistem (interfacing) terkesan antar anggota konsorsium kontraktor
17
saling menunggu dan lepas tanggung jawab serta lebih mementingkan lingkupnya masing-
masing. Sehingga seringkali Tim PT. MRT Jakarta terlibat langsung untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang timbul.
Pembelajaran yang diperoleh dari isu ini adalah perlu adanya improvement di dalam klausa
kontrak yang menyebutkan bahwa perlu adanya integrator dalam kontraktor yang bertanggung
jawab untuk koordinasi internal kontraktor maupun dengan PT. MRT Jakarta.
g) Pembayaran
Pendanaan pembangunan proyek MRT Jakarta Fase 1 bersumber dari Pinjaman Luar Negeri yaitu
JICA ODA (Official Development Assisstant) Loan dengan tipe STEP (Special Term for Economic
Partnership), yang selanjutnya diterushibahkan dan dipinjamkan oleh Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Adapun komposisi pembebanan yaitu 49% merupakan porsi
penerusan hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemprov DKI Jakarta dan 51% merupakan porsi
pinjaman dari Pemerintah Pusat kepada Pemprov DKI Jakarta sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI (Permenko). Skema pendanaan dibagi
menjadi slicing ke dalam 4 Loan Agreement yaitu IP-536, IP-554, IP-571 dan IP-578. Mekanisme
pembayaran untuk proyek dilakukan secara government to government seperti tergambar
dalam skema berikut:
18
• Adanya penambahan durasi dalam proses penandatanganan dokumen penagihan pada
saat terjadinya pergantian pejabat berwenang di Kementerian Keuangan.
• Meskipun Loan IP-578 telah ditandatangani di bulan Oktober 2018, secara efektif baru
dapat digunakan setelah terbitnya DIPA di bulan Desember 2018 dan persetujuan APBD di
bulan April 2019. Sehingga dokumen penagihan atas beberapa klaim (Variations dan Price
Adjustment) yang telah diajukan sejak akhir tahun 2018, baru dapat dilakukan
pembayarannya di bulan April 2019.
Pembelajaran yang dapat diperoleh dari kasus diatas adalah sebagai berikut:
• Menambah durasi pengajuan hingga penerimaan pembayaran dan mempertegas
kelengkapan dokumen pengajuan penagihan pembayaran pada kontrak.
• Sosialiasi isu dan improvement mengenai financing charges yang terjadi selama MRT Fase l
kepada instansi terkait.
• Komitmen pihak terkait akan durasi proses pembayaran.
• Memonitor seluruh isu terkait pembayaran melalui dashboard monitoring.
• Perbaikan fungsi monitoring dan kontrol.
MRT Jakarta merupakan proyek pertama di Indonesia yang menggunakan skema three sub level
agreement antara Pemerintah Jepang, Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan PT. MRT
Jakarta.
Proyek pembangunan MRT Jakarta ini menunjukkan kapabilitas Indonesia sebagai hasil dari kerja sama
dengan Jepang yang berawal dari rasa kepercayaan. Proyek MRT ini mulai beroperasi pada bulan
Maret 2019 dengan rute tahap pertama yang berawal dari stasiun Lebak Bulus sampai dengan stasiun
Bundaran HI.
MRT Jakarta menggunakan sistem CBTC atau Communications-based Train Control dalam
pengoperasiannya. Penting bagi MRT Jakarta dan semua mitranya untuk mengenal lebih jauh
mengenai sistem persinyalan ini dan menguasainya karena sistem persinyalan CBTC merupakan salah
satu sistem yang termaju di dunia.
CBTC adalah sistem persinyalan kereta api yang memanfaatkan radio komunikasi antara peralatan
VOBC (Vehicle On Board Controller) dan way side kereta (perangkat yang berada di luar keretanya),
serta jalur untuk pengendalian lalu lintas dan infrastruktur. Dengan menggunakan CBTC, posisi kereta
dapat diketahui secara akurat dan tepat sehingga mendukung pengelolaan lalu lintas kereta api
secara efisien dan aman.
Selain itu, kereta dikendalikan secara otomatis dan terus-menerus dengan memanfaatkan
pendeteksian kereta beresolusi tinggi, komunikasi data dua arah berkapasitas tinggi, dan pengolah
jalan yang praktis dan mampu menerapkan Perlindungan Kereta Otomatis atau Automatic Train
Protection, serta fungsi Operasi Kereta Otomatis dan Pengawasan Kereta Otomatis.
MRT Jakarta adalah terobosan baru bagi transportasi publik di Ibukota dan di Indonesia. Tidak hanya
akan meningkatkan mobilitas, MRT Jakarta juga akan memberikan manfaat tambahan, seperti
perbaikan kualitas udara dan solusi kemacetan, dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat
Jabodetabek yang beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi publik.
19
Gambar 2.9 Dokumentasi Construction of Jakarta Mass Rapid Transit Project Phase I
Salah satu hibah luar negeri yang dilaporkan pelaksanaannya pada Triwulan I Tahun 2021 adalah
proyek hibah Australia-Indonesia Partnership for Promoting Rural Incomes through Support for Markets
in Agriculture (PRISMA) yang dilaksanakan oleh Kementerian PPN/Bappenas.
Hibah Australia-Indonesia Partnership for Promoting Rural Incomes through Support for Markets in
Agriculture (PRISMA)
Australia-Indonesia Partnership for Promoting Rural Incomes through Support for Markets in Agriculture
(PRISMA) adalah sebuah program Kemitraan Pembangunan antara Pemerintah Australia (Department
of Foreign Affairs and Trade, DFAT) dan Pemerintah Indonesia (Bappenas). Kemitraan pembangunan
multi tahun ini bertujuan untuk mempercepat pengentasan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi
yang inklusif.
Nilai komitment hibah Prisma Fase 1 (Oktober 2013 – Desember 2018) sebesar 7 juta Dollar Australia, dan
Fase 2 (Januari 2019 – Desember 2023) sebesar 88 juta Dollar Australia. Realisasi pendanaan (Kuartal I
2021) Rp 17.970.875.459,- dan realisasi pendanaan (s/d Kuartal I 2021) Rp 142.294.949.115,-
PRISMA bekerja untuk meningkatkan daya saing serta akses rumah tangga pertanian kecil kepada
pasar, input yang lebih baik, keterampilan dan teknologi. Program ini berfokus pada sektor-sektor di
bidang pertanian, hortikultura, peternakan dan budidaya perairan dengan potensi pertumbuhan
yang baik, serta merupakan sumber pendapatan bagi banyak rumah tangga pertanian di Indonesia.
Di fase pertama, PRISMA beroperasi di lima provinsi di Indonesia – Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur
(NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Papua Barat dan Papua. Pada fase kedua, PRISMA akan terus
bekerja di provinsi-provinsi tersebut dan akan memperluas jangkauannya ke Jawa Tengah – sehingga
menambah jumlah wilayah kerja menjadi enam provinsi.
PRISMA akan terus menggunakan pendekatan Pengembangan Sistem Pasar (Market Systems
Development – MSD), bekerja sama dengan para pelaku pasar lainnya untuk mengatasi berbagai
faktor yang menghambat produktivitas pertanian di Indonesia. PRISMA bermitra dengan berbagai
pemangku kepentingan untuk mendorong perubahan sistemik dalam bidang pertanian dan agribisnis
yang akan berlanjut hingga melampaui masa implementasi program.
20
Pada akhir fase pertama pelaksanaan program (Desember 2018), PRISMA berhasil melampaui target
pencapaian dengan meningkatkan pendapatan 345.001 rumah tangga pertanian kecil hingga
sebesar 252%. Di akhir fase kedua, PRISMA menargetkan peningkatan minimal 30% pendapatan bersih
bagi 700.000 rumah tangga pertanian kecil lainnya di lokasi kerja program. Kemitraan pembangunan
10 tahun antara Australia dan Indonesia ini bertujuan untuk meningkatkan 30% pendapatan bersih bagi
total 1 juta rumah tangga pertanian kecil pada tahun 2023.
PRISMA menggunakan pendekatan Market Systems Development (MSD) yang bekerja untuk
memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi para pelaku pasar, termasuk petani, penduduk miskin,
sektor usaha serta pemerintah. MSD mendorong sistem pasar agar berfungsi secara lebih efektif,
berkelanjutan dan bermanfaat bagi penduduk miskin dengan menguatkan kapasitas, serta
meningkatkan kesempatan mereka demi perbaikan kualitas hidup.
Tujuan dan sasaran PRISMA adalah peningkatan minimal 30% pendapatan bersih bagi 1.000.000 rumah
tangga pertanian kecil di enam lokasi proyek (Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Papua, dan Papua
Barat) pada tahun 2023. Adapun capaian saat ini adalah sebagai berikut:
• Penerima manfaat mencapai 424.830 rumah tangga pertanian kecil yang mengalami
peningkatan pendapatan berkat kinerja PRISMA.
21
• Peningkatan pendapatan mencapai Rp 2,30 triliun berupa total tambahan pendapatan
rumah tangga pertanian kecil berkat kinerja PRISMA (rata-rata Rp 4.819.764/rumah tangga).
• Mitra intervensi mencapai 212 institusi dari sektor publik dan swasta yang bermitra dengan
PRISMA.
• Peningkatan omset UKM mencapai Rp 114 mliar yang merupakan total pendapatan atau
keuntungan penyedia jasa perantara di rantai nilai PRISMA.
• Total investasi bersama mencapai Rp 1,15 triliun yang merupakan total tambahan kontribusi
mitra untuk pelaksanaan intervensi bersama PRISMA.
Adapun hambatan dari pelaksanaan program PRISMA yang perlu segera ditindaklanjuti agar
program dapat berjalan lebih baik lagi terutama selama pandemi Covid-19, antara lain:
• Selama pandemi Covid-19, mayoritas staf PRISMA bekerja dari rumah (WFH).
• Pemantauan pelaksanaan kegiatan di lapangan juga sementara terhenti, karena adanya
pembatasan pergerakan domestik dan kebijakan karantina, dan tingginya risiko petani
terpapar Covid-19. Selain itu terdapat tantangan off-taking.
• Menurunnya keterlibatan langsung PRISMA dengan mitra dan pelaku pasar lainnya. Demikian
juga keterlibatan langsung mitra dengan para konsumennya.
Beberapa upaya tindak lanjut yang sudah dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam
pelaksanaan kegiatan, yaitu:
• Prisma mengoptimalkan teknologi komunikasi jarak jauh antar staf Prisma dan dengan mitra
dan pelaku pasar utama lainnya.
• Prisma mendukung mitranya untuk mengembangkan strategi pemasaran dan distribusi
alternatif, misalnya melalui pemanfaatan teknologi.
• Prisma mendorong adanya pergeseran menuju transformasi digital dalam rantai pasokan
dengan mengembangkan dan meningkatkan penggunaan teknologi.
• Prisma mendukung mitra dan pelaku pasar utama dengan market insight.
• Prisma mendukung pemerintah dan pembuat kebijakan dengan informasi dan bukti. Salah
satu strateginya adalah dengan adanya diskusi rutin dua mingguan antara Prisma dengan
Bappenas.
• Prisma memfasilitasi hubungan rantai pasokan antara produsen bahan baku dan pabrikan.
• Prisma mendukung fungsi-fungsi yang berkinerja rendah selama periode krisis, contohnya
fungsi off-taking.
Gambar 3.2 Pelaksanaan Hibah Luar Negeri (berdasarkan Bentuk dan Jenis)
63,3%
Hibah Terencana
24,5%
Sumber: Lampiran Laporan Kinerja Pelaksanaan PHLN Triwulan I Tahun 2021 (diolah)
22
Nilai hibah berdasarkan jenisnya sebagian besar adalah jenis Hibah Langsung dalam bentuk Uang
yaitu 63,3 persen dari total nilai hibah keseluruhan. Terbesar kedua adalah nilai Hibah Langsung
dalam bentuk Barang, Jasa, dan Surat Berharga sebesar 24,5 persen dari total nilai hibah
keseluruhan. Terakhir, Hibah Terencana sebesar 12,2 persen dari total nilai hibah keseluruhan.
Pelaksanaaan hibah luar negeri berdasarkan bentuk dan jenisnya dapat dilihat dalam tabel 3.1
berikut ini.
Tabel 3.1 Pelaksanaan Hibah Luar Negeri (berdasarkan Bentuk dan Jenis)
(Ekuivalen Juta USD)
Tanggal Nilai
No Kode Hibah Donor Nama Proyek
Efektif Hibah
Hibah Terencana
23
(Ekuivalen Juta USD)
Tanggal Nilai
No Kode Hibah Donor Nama Proyek
Efektif Hibah
Work Plan WHO Biennium
2020 – 2021 Direktorat Fasilitas 22/01/2020 -
6 2F1SN8VA WHO 0,1
Pelayanan Kesehatan 31/12/2022
(Yankes)
Momentum Private Health
Delivery (MPHD) - Jhpiego/
28/12/2020 -
7 2MKPQFA USAID Yankes Direktorat Mutu dan 20,0
30/09/2025
Akreditasi Pelayanan
Kesehatan
Enhanced Multi Drug
72049720C Resistant Tubercolosis (MDR- 18/03/2020 -
8 USAID 3,5
A00001 TB) Services through Network 17/03/2023
of Private Hospital/MENTARI TB
Mandiri TB, Yayasan KNCV 28/12/2020 -
9 2MKPQYFA USAID 3,0
Indonesia/MANDIRI TB 30/10/2025
Kementerian PPN/bappenas
Global Sustainable Suppy
26/03/2018 -
1 27MAMT9A UNDP Chain for Marine 1,0
31/12/2022
Commodities
Investing Nutrition and Early 27/09/2018 -
2 TF0A7565 World Bank 2,9
Years (INEY) 31/12/2021
Deutsche
Gesellschaft fur Clean, Affordable and
17/12/2020 -
3 22MSEWLA Internationate Secure Energy for South East 3,5
29/02/2024
Zusammenarbeit Asia (CASE)
(GIZ)
Welfare through Community
Collaboration on
Services/Kolaborasi 14/12/2015 -
4 2VBMBK3A Australia 7,2
Masyarakat dan Pelayanan 30/06/2021
untuk Kesejahteraan
(KOMPAK)
Program Kerjasama
14/01/2021 -
5 2L4S726A UNFPA Pemerintah RI-UNFPA Siklus-10 4,2
31/12/2025
(2021-2025)
Program Kerjasama
23/12/2020 -
6 N/A UNFPA Pemerintah RI dan UNICEF, 4,2
31/12/2025
periode 2021-2025
24
(Ekuivalen Juta USD)
Tanggal Nilai
No Kode Hibah Donor Nama Proyek
Efektif Hibah
Joint Work Plan WHO
22/01/2020 -
2 2S78VX1A WHO Biennium 2020-2021 Pusat 0,2
31/12/2021
Krisis Kesehatan/Setjen
Joint Work Plan WHO
Biennium 2020-2021/
Evidence Bassed Policies/ 22/01/2020 -
3 2562DWQA WHO 0,9
Guidance for NCD Risk 31/12/2021
Factors Developed/
Balitbangkes
Support Evidence Generation
and Dissemination on Local
RUTF Recipes (Development 16/02/2021 -
4 23HHQHQA UNICEF 0,2
of Local Recipes, 31/12/2021
Accepability, Efficacy,
Publication)
Maternal Health, HIV SRH
Linkages, and MISP/Pusat 09/02/2021 -
5 IDN09MHH UNFPA 1,5
Pendidikan Tenaga N/A
Kesehatan (BPPSDMK)
HRH2030 (Human Resources
28/12/2020 -
6 2MKPQYFA USAID in Health for 2030)/ 2,2
21/08/2021
(BPPSDMK)
MOMENTUM - Jhpiego/ 28/12/2020 -
7 2MKPQFA USAID 15,0
KESMAS 30/09/2025
TB Private Sector Project, FHI 28/12/2020 -
8 2MKPQYFA USAID 19,0
360/P2P TBPS 30/09/2025
28/12/2020 -
9 2MKPQYFA USAID STAR TB 1,5
30/09/2025
Global Health Supply Chain
Program-Procurement and
28/12/2020 -
10 2MKPQYFA USAID Supply Management (GHSC- 11,4
28/11/2023
PSM)-Chemonics
International Inc/P2P GHSC
28/12/2020 -
11 2MKPQYFA USAID Linkages FHI360/P2P Linkages 30,0
30/10/2025
28/12/2020 -
15 2MKPQFA USAID IDDS, FHI 360/ IDDS 1,0
30/10/2025
25
(Ekuivalen Juta USD)
Tanggal Nilai
No Kode Hibah Donor Nama Proyek
Efektif Hibah
Helen Keller
Helen Kellerr International 24/08/2021 -
21 2EANS51A International 1,0
(HKI) 23/08/2021
(HKI)
Netherlands
09/07/2018 -
22 2B8TVPDA Leprosy Relief NLR/NLR P2ML 1,2
09/07/2021
(NLR)
Netherlands
Netherlands Leprosy Relief 09/07/2018 -
22 2B8TVPDA Leprosy Relief 0,8
(NLR)/NLR P2TM 08/07/2021
(NLR)
Pengendalian Tembakau di 19/07/2019 -
23 2YJVXEGA The Union 1,2
Indonesia/Union 18/07/2025
Joint Work Plan WHO Bienium
2020 – 2021/Directorate Non-
03/02/2020 -
24 2W61W91A WHO Communicable Disese 0,5
31/12/2021
Prvention and Control/
WHOP2TM
Dit. Surveilans dan Karantina 07/02/2020 -
25 23JSG8MA WHO 0,2
Kesehatan/WHO SKK N/A
26
(Ekuivalen Juta USD)
Tanggal Nilai
No Kode Hibah Donor Nama Proyek
Efektif Hibah
Kemennterian PPN/Bappenas
Program Kerjasama
23/12/2020 -
1 N/A UNICEF Pemerintah RI dan UNICEF, 30,4
31/12/2025
periode 2021-2025
TOTAL !"#, %
Sumber: Lampiran Laporan Kinerja Pelaksanaan PHLN Triwulan I Tahun 2021 (diolah)
Gambar 3.3 Pelaksanaan Hibah Luar Negeri (berdasarkan Kementerian/Lembaga Penerima Hibah)
Sumber: Lampiran Laporan Kinerja Pelaksanaan PHLN Triwulan I Tahun 2021 (diolah)
Kementerian/Lembaga penerima hibah terbesar adalah Kementerian Kesehatan sebesar USD 568,7
juta. Kemudian disusul oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar USD 219,8
juta, Kementerian PPN/Bappenas sebesar USD 53,4 juta, Kementerian Sekretariat Negara sebesar USD
20,0 juta, Komisi Pemberantasan Korupsi sebesar USD 0,9 juta, dan Badan Pusat Statistik sebesar USD 0,1
juta.
Tabel 3.2 Pelaksanaan Hibah Luar Negeri (berdasarkan Kementerian/Lembaga Penerima Hibah)
Jumlah Nilai
No Kementerian/Lembaga
Proyek Hibah
1 Badan Pusat Statistik 1 0,1
TOTAL 63 862,9
Sumber: Lampiran Laporan Kinerja Pelaksanaan PHLN Triwulan I Tahun 2021 (diolah)
27
DAFTAR PROYEK PINJAMAN LUAR NEGERI YANG DILAKSANAKAN SAMPAI DENGAN TRIWULAN I TAHUN
2021 BERDASARKAN INSTANSI PENANGGUNG JAWAB
(Ekuivalen Juta USD)
Pinjaman TA 2021
Tanggal Tanggal Nilai Penyerapan
No Kode loan Lender Nama Proyek Belum
Efektif Tutup Pinjaman Kumulatif Target Realisasi %
Ditarik
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 148,8 17,4 131,4 35,0 0,0 0,0
Development of Maritime
Perancis
1 164RS1QA Meteorological Information 31/07/2019 31/07/2025 50,0 7,5 42,5 11,9 0,0 0,0
(Natixis)
System (MMS)
Scaling-Up BMKG Climate
Perancis
2 1XCJ3SRA and Weather Service 31/07/2019 31/07/2024 24,2 10,0 14,3 10,3 0,0 0,0
(Natixis)
Capacity (SUS)
Development of Maritime
3 1BVF1PXA AFD Meteorological Information 19/12/2019 30/11/2025 74,6 0,0 74,6 12,8 0,0 0,0
System (MMS 2)
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA 160,0 0,7 159,3 20,7 0,0 0,0
Bank Indonesia Disaster Resilience
4 8980-ID 12/10/2020 31/12/2024 160,0 0,7 159,3 20,7 0,0 0,0
Dunia Initiative Project
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 90,0 1,2 88,8 9,7 0,5 5,4
29
(Ekuivalen Juta USD)
Pinjaman TA 2021
Tanggal Tanggal Nilai Penyerapan
No Kode loan Lender Nama Proyek Belum
Efektif Tutup Pinjaman Kumulatif Target Realisasi %
Ditarik
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL 200,0 36,0 164,0 15,7 10,8 68,8
Program to Accelerate
Bank
9 8897-ID Agrarian Reform (One Map 26/10/2018 31/10/2023 200,0 36,0 164,0 15,7 10,8 68,8
Dunia
Project)
Institutional Strengthening
Bank
10 8941-ID for Improvement Village 19/02/2020 31/12/2024 300,0 5,2 294,8 0,0 0,0 0,0
Dunia
Project
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI 33,0 0,3 32,8 0,0 0,0 0,0
Integrated Village
Economic Transformation
11 2000003165 IFAD 23/12/2019 30/06/2026 33,0 0,3 32,8 0,0 0,0 0,0
(Tranformasi Ekonomi
Kampung Terpadu)
Indonesia Supporting
Bank
12 8873-ID Primary Health Care Reform 09/10/2018 30/04/2024 150,0 49,3 100,7 41,5 0,0 0,0
Dunia
(I-SPHERE) Program
Development of Maritime
13 237575 Austria Vocational Training Centers 21/02/2020 30/04/2023 14,5 4,0 10,5 8,7 4,0 45,9
(BLK Medan)
Development of Maritime
14 238271 Austria Vocational Training Centers 11/08/2020 31/12/2023 17,3 0,0 17,3 2,7 0,0 0,0
(BLK Serang)
30
(Ekuivalen Juta USD)
Pinjaman TA 2021
Tanggal Tanggal Nilai Penyerapan
No Kode loan Lender Nama Proyek Belum
Efektif Tutup Pinjaman Kumulatif Target Realisasi %
Ditarik
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 7.482,0 2.652,7 4.829,3 837,3 162,2 19,4
Sekretariat Jenderal
Accelerating Infrastructure
Delivery through Better
15 3455-INO ADB 21/12/2016 29/04/2022 148,2 40,2 108,0 75,7 4,8 6,4
Engineering Services
Projects (ESP)
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Integrated Infrastructure
Development for National
Bank
16 8861-ID Tourism Strategic Areas 23/11/2018 31/12/2023 300,0 17,3 282,7 30,1 1,0 3,2
Dunia
(Indonesia Tourism
Development Project)
National Urban
Bank
17 8976-ID Development Project 15/11/2019 31/12/2024 49,6 2,6 47,0 0,2 0,0 8,3
Dunia
(NUDP)
Ditjen Bina Marga
Development of Trans
18 IDN-1012 IsDB South-South Java Road 07/11/2017 03/12/2023 15,0 3,8 11,2 1,5 0,3 22,8
Project
Development of Trans
19 IsDB South-South Java Road 31/05/2018 03/02/2023 235,0 50,8 184,2 15,9 8,4 52,8
Project
Infrastructure
Jepang
20 IP-580 Reconstruction Sector Loan 22/04/2020 22/04/2026 252,7 6,4 246,3 4,6 1,4 29,7
(JICA)
(IRSL) in Central Sulawesi
Toll Road Development of
2015 42 TTL RR
21 Balikpapan-Samarinda 30/09/2016 30/09/2021 53,4 52,4 1,0 0,0 0,0 0,0
385 Tiongkok
Section 5 Project
Toll Road Development of
2016 1 TTL RR Cileunyi-Sumedang-
22 30/09/2016 30/09/2021 219,4 192,3 27,1 33,1 6,1 18,6
389 Tiongkok Dawuan (CISUMDAWU)
Phase II
31
(Ekuivalen Juta USD)
Pinjaman TA 2021
Tanggal Tanggal Nilai Penyerapan
No Kode loan Lender Nama Proyek Belum
Efektif Tutup Pinjaman Kumulatif Target Realisasi %
Ditarik
Toll Road Development of
2018 14 TTL RR Cileunyi-Sumedang-
23 10/09/2018 11/09/2023 130,4 90,4 40,0 44,8 5,1 11,4
471 Tiongkok Dawuan (CISUMDAWU)
Phase III
2016 7 TTL RR Toll Road Development of
24 30/09/2016 30/09/2021 78,1 77,1 1,1 0,0 0,0 0,0
395 Tiongkok Manado-Bitung
Toll Road Development of
2015 39 TTL RR
25 Solo-Kertosono Phase I 30/09/2016 30/09/2021 198,8 195,1 3,7 0,0 0,0 0,0
382 Tiongkok
Project
Western Indonesia National
Bank
26 8043-ID Roads Improvement 12/03/2012 28/02/2021 250,0 221,6 28,4 19,5 14,8 76,1
Dunia
(WINRIP)
Ditjen Cipta Karya
Central Sulawesi
Bank Rehabilitation and
27 8979-ID 30/06/2020 30/06/2024 150,0 2,7 147,3 3,4 0,3 7,4
Dunia Reconstruction Project
(CSRRP)
Jerman Emission Reduction in Cities:
28 2010 66 471 02/05/2013 30/06/2021 87,8 62,7 25,2 8,0 0,7 8,8
(Kfw) Solid Waste Management
32
(Ekuivalen Juta USD)
Pinjaman TA 2021
Tanggal Tanggal Nilai Penyerapan
No Kode loan Lender Nama Proyek Belum
Efektif Tutup Pinjaman Kumulatif Target Realisasi %
Ditarik
Metropolitan Sanitation
34 8280-INO AIF Management Investment 09/07/2014 31/12/2023 40,0 3,5 36,5 10,6 0,6 5,6
Project (MSMIP)
National Slum Upgrading
35 IND-0174 IsDB 18/09/2016 31/12/2022 8,0 3,3 4,7 2,1 0,1 6,7
Project
National Slum Upgrading
36 IND-0175 IsDB 18/09/2016 31/12/2022 311,8 204,6 107,2 51,8 4,7 9,0
Project
National Slum Upgrading
37 IND-0176 IsDB 18/09/2016 31/12/2022 10,0 4,6 5,4 3,2 0,0 0,0
Project
Bank National Slum Upgrading
38 8636-ID 11/10/2016 31/12/2022 216,5 136,8 79,8 49,8 41,3 83,0
Dunia Project (NSUP)
National Slum Upgrading
39 LN 0004-IDN AIIB 11/10/2016 31/12/2022 216,5 122,2 94,3 43,8 42,5 97,0
Project (NSUP)
Bank National Urban Water
40 8872-ID 28/08/2018 31/12/2022 100,0 12,6 87,4 22,0 3,6 16,1
Dunia Supply Project (NUWSP)
Second Additional
Financing to the Third Water
Supply and Sanitation for
Bank
41 8578-ID Low Income 22/08/2016 31/12/2021 300,0 279,0 21,0 54,9 5,8 10,6
Dunia
Communities/Community
Based Water Supply Project
(PAMSIMAS III)
Ditjen Sumber Daya Air
Jepang Bali Beach Conservation
42 IP-575 27/07/2017 27/07/2025 89,0 1,8 87,2 1,9 0,0 0,0
(JICA) Project (Phase 2)
Construction of Karian
43 INA-19 Korea 14/02/2012 14/06/2022 96,6 74,6 22,1 22,1 2,3 10,2
Multipurpose Dam Project
Countermeasure for
Jepang Sediment in Wonogiri
44 IP-567 23/06/2014 23/06/2021 44,8 24,5 20,3 4,1 0,2 5,1
(JICA) Multipurpose Dam Reservoir
II
Dam Operational
Bank
45 8711-ID Improvement and Safety 04/08/2017 30/06/2023 125,0 35,5 89,5 71,5 0,0 0,0
Dunia
Project (DOISP) PHASE II
33
(Ekuivalen Juta USD)
Pinjaman TA 2021
Tanggal Tanggal Nilai Penyerapan
No Kode loan Lender Nama Proyek Belum
Efektif Tutup Pinjaman Kumulatif Target Realisasi %
Ditarik
Dam Operational
46 0410-IDN AIIB Improvement and Safety 04/08/2017 30/06/2023 125,0 35,5 89,5 71,5 0,0 0,0
Project (DOISP) PHASE II
Emergency Assistance for
47 3793-INO ADB Rehabilitation and 04/11/2019 30/09/2023 188,0 17,0 171,0 46,7 0,0 0,0
Reconstruction (EARR)
Engineering Services for
48 INA-22 Korea Multipurpose Dams, Rivers, 15/02/2019 15/05/2022 31,8 0,0 31,8 0,2 0,0 0,0
and Coastal
Flood Management in
49 3440-INO ADB 09/12/2016 30/06/2023 108,7 23,9 84,9 15,3 0,0 0,0
Selected River Basin
Integrated Participatory
Development and
50 3529-INO ADB 08/09/2017 30/06/2023 500,0 153,9 346,1 0,0 0,0 0,0
Management of Irrigation
Program (IPDMIP)
Integrated Participatory
Development and
51 8327-INO AIF 08/09/2017 30/06/2023 100,0 30,9 69,2 0,0 0,0 0,0
Management of Irrigation
Program (IPDMIP)
Jepang Komering Irrigation Project
52 IP-574 27/07/2017 27/07/2025 143,6 0,1 143,5 5,1 0,0 0,0
(JICA) (Phase 3)
Jepang Rentang Irrigation
53 IP-573 27/07/2017 27/07/2026 435,8 52,6 383,3 54,9 4,0 7,4
(JICA) Modernization Project
Strategic Irrigation
Bank Modernization and Urgent
54 8891-ID 23/08/2018 30/06/2024 250,0 16,2 233,8 23,2 1,7 7,1
Dunia Rehabilitation Project
(SIMURP)
Strategic Irrigation
Modernization and Urgent
55 AIIB 23/08/2018 30/06/2024 250,0 16,2 233,8 8,3 6,3 75,6
Rehabilitation Project
(SIMURP)
Jepang Upper Citarum Basin Flood
56 IP-559 25/07/2013 25/07/2021 29,9 25,6 4,3 3,1 0,2 5,6
(JICA) Management
Urgent Disaster Reduction
Jepang Project for Mount Merapi
57 IP-566 23/06/2014 23/06/2021 46,2 45,2 1,0 1,3 0,2 17,1
(JICA) and Lower Progo River Area
- Phase II
34
(Ekuivalen Juta USD)
Pinjaman TA 2021
Tanggal Tanggal Nilai Penyerapan
No Kode loan Lender Nama Proyek Belum
Efektif Tutup Pinjaman Kumulatif Target Realisasi %
Ditarik
Urgent Rehabilitation of
58 INA-23 Korea Strategic Irrigation Project 06/09/2019 06/09/2025 103,0 0,0 103,0 0,1 0,0 0,0
for Western of Indonesia
Ditjen Pembiayaan Perumahan
Bank National Affordable Housing
59 8717-ID 24/01/2018 28/02/2022 450,0 294,5 155,5 7,3 0,3 3,8
Dunia Program (NAHP)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 754,4 344,2 410,2 111,2 7,4 6,7
Advances Knowledge and
60 3749-INO ADB Skills for Inclusive Growth 08/04/2019 30/06/2024 200,0 5,3 194,7 18,6 1,7 8,9
Project (AKSI)
Development and
Upgrading of the State
61 SFD/11/740 Saudi Fund 13/06/2019 31/12/2024 32,7 0,0 32,7 6,1 0,0 0,0
University of Jakarta
(Phase-2)
Development of Teaching
Jerman
62 2099 18 111 Hospital Hasanuddin 01/11/2017 30/11/2022 38,9 11,5 27,4 13,7 0,0 0,0
(Kfw)
University
Development of World Class
Jepang University with Socio
63 IP-576 13/03/2018 13/03/2025 75,1 31,4 43,7 27,6 5,7 20,8
(JICA) Entrepreneurial Spirit at
Universitas Gajah Mada
Establishment of University of
64 SFD/12/756 Saudi Fund 11/02/2020 31/12/2023 22,3 0,0 22,3 7,3 0,0 0,0
Bengkulu's Hospital Project
The Development of Four
65 IDN-1008 IsDB Higher Education Institutions 12/06/2017 09/06/2021 13,9 9,3 4,6 4,6 0,0 0,0
Project
The Development of Four
66 IsDB Higher Education Institutions 12/11/2018 10/12/2022 162,6 102,9 59,7 26,9 0,0 0,0
Project
The Support to The
67 IND-0168 IsDB Development of Higher 14/04/2014 30/06/2021 174,0 154,2 19,8 6,5 0,0 0,2
Education Project (7 in 1)
The Support to The
68 SFD/9/612 Saudi Fund Development of Higher 12/09/2014 30/03/2021 35,0 29,7 5,4 0,0 0,0 0,0
Education Project (7 in 1)
35
(Ekuivalen Juta USD)
Pinjaman TA 2021
Tanggal Tanggal Nilai Penyerapan
No Kode loan Lender Nama Proyek Belum
Efektif Tutup Pinjaman Kumulatif Target Realisasi %
Ditarik
Upgrading Medical
Equipments for Army
73 1G5QJW7A Austria 02/10/2019 02/10/2022 158,1 67,3 90,8 52,7 0,0 0,0
Hospitals Army of Gatot
Subroto
Upgrading Medical
74 1LL3PDHA Austria Equipments for Army 30/06/2020 30/06/2022 9,4 1,2 8,2 9,4 1,2 12,5
Hospitals Putri Hijau
Integrated Participatory
Development and
75 2000001445 IFAD 13/02/2017 31/03/2023 98,5 4,2 94,3 2,6 0,5 19,7
Management of Irrigation
Program (IPDMIP)
36
(Ekuivalen Juta USD)
Pinjaman TA 2021
Tanggal Tanggal Nilai Penyerapan
No Kode loan Lender Nama Proyek Belum
Efektif Tutup Pinjaman Kumulatif Target Realisasi %
Ditarik
37
(Ekuivalen Juta USD)
Pinjaman TA 2021
Tanggal Tanggal Nilai Penyerapan
No Kode loan Lender Nama Proyek Belum
Efektif Tutup Pinjaman Kumulatif Target Realisasi %
Ditarik
PT. SARANA MULTI INFRASTRUKTUR (SMI) 550,0 192,5 357,5 81,0 0,0 0,0
Regional Infrastructure
95 012-1-IDN AIIB 25/09/2017 30/11/2022 100,0 38,3 61,8 20,0 0,0 0,0
Development Fund (RIDF)
Bank Geothermal Resource Risk
96 9009-ID 07/12/2020 31/10/2029 150,0 0,0 150,0 0,0 0,0 0,0
Dunia Mitigation Project
38
(Ekuivalen Juta USD)
Pinjaman TA 2021
Tanggal Tanggal Nilai Penyerapan
No Kode loan Lender Nama Proyek Belum
Efektif Tutup Pinjaman Kumulatif Target Realisasi %
Ditarik
39
41
Kement
erianPerencanaanPembangunanNasional/BAPPENAS
Jl.TamanSuropat
iNo. Jakart
aPusat-
Tel
p.( ) FAX( )
www.bappenas.
go.i
d