Anda di halaman 1dari 9

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN TAHAN

GEMPA DI KABUPATEN KUBU RAYA DENGAN SISTEM RANGKA


PEMIKUL MOMEN
Muhammad Hilman Afif1), Yoke Lestyowati2), Aryanto3)
1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
2,3)
Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
Email: hilmanafif21@student.untan.ac.id

ABSTRAK
Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam
bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional. Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia
Tahun 2017, Kabupaten Kubu Raya sudah termasuk kabupaten dengan kemungkinan terjadi gempa, sehingga
diperlukan upaya mitigasi agar struktur gedung mampu memikul gaya seismik yang terjadi. Metode yang dapat
digunakan untuk merancang struktur tahan gempa adalah dengan menggunakan metode Sistem Rangka Pemikul
Momen. Oleh karena itu, dilakukan perencanaan struktur gedung rumah susun tahan gempa di kabupaten kubu
raya dengan sistem rangka pemikul momen. Berdasarkan parameter perencanaan gaya gempa, gedung ini termasuk
Kategori Desain Seismik C (KDS C) sehingga digunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah sebagai
persyaratan desain elemen struktur pemikul gaya seismik. Pemodelan dan analisis struktur dilakukan dengan
perangkat lunak analisa struktur dengan dimensi elemen struktur yang digunakan adalah pelat lantai dengan tebal
140 mm, Balok Induk 350/600 mm, 300/600 mm, dan balok anak 200/400 mm, serta kolom persegi 500/500 mm.
Fondasi yang direncanakan adalah fondasi tiang pancang beton prategang dengan dimensi 350/350. Seluruh
komponen elemen struktur direncanakan berdasarkan peraturan yang disyaratkan Standar Nasional Indonesia
(SNI) yaitu, SNI 2847:2019, SNI 1726:2019, dan SNI 1727:2020.

Kata Kunci: Analisis Struktur, Beton Bertulang, Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah.

ABSTRACT

Flats are multi-story buildings that are built in an environment that is divided into functionally structured parts.
Based on the 2017 Indonesia Earthquake Source and Hazard Map, Kubu Raya Regency is included as a district
with the possibility of an earthquake occurring, so mitigation efforts are needed so that the building structure can
withstand the seismic forces that arise. The method that can be used to design earthquake-resistant structures is
to use the Moment Resisting Frame System method. Therefore, the structural planning of earthquake-resistant
flats in the district of Kubu Raya was carried out with a moment-resisting frame system. Based on the earthquake
force planning parameters, this building belongs to the Seismic Design Category C (SDC C) so the Intermediate
Moment Resisting Frame System is used as a design requirement for seismic force-resisting structural elements.
Structural modeling and analysis were carried out using structural analysis software where the dimensions of the
structural elements used were floor slabs with a thickness are 140 mm, main beams are 350/600 mm, 300/600 mm,
and secondary beams are 200/400 mm, and square columns are 500/500 mm. The planned foundation is a
prestressed concrete pile foundation with dimensions are 350/350. All structural elements are planned based on
the regulations required by the Indonesian National Standard (SNI), namely; SNI 2847:2019, SNI 1726:2019, and
SNI 1727:2020.

Key Words: Structural Analysis, Reinforced Concrete, Intermediate Moment Resisting Frame

I. PENDAHULUAN distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah


Menurut Peraturan Pemerintah Republik horizontal maupun vertikal dimana masing-masing
Indonesia No. 13 Tahun 2021, Rumah Susun adalah dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,
gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang

1
dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah elemen struktur yang digunakan seperti: pelat lantai,
bersama. balok, dan kolom sesuai yang disyaratkan SNI
Rumah susun merupakan tempat untuk 2847:2019 tentang Persyaratan Beton Struktural
bermukim, sehingga rumah susun tersebut harus untuk Bangunan Gedung dan SNI 1727:2020 tentang
dapat memeberikan rasa aman bagi penghuninya Beban Minimum untuk Perencanaan Gedung dan
terutama dari segi ketahanan struktur bangunan Struktur Lain.
tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya
mitigasi agar gedung dapat menahan beban-beban Perencanaan Sarana Pendukung Gedung
yang ada agar memeberikan rasa aman dan nyaman Pada tahap ini, penulis juga akan merancang
bagi para penghuninya. sarana pendukung bangunan yaitu tangga dan lift.
Berdasarkan Peta Gempa Indonesia Tahun Pada tahap ini akan ditentukan dimensi pelat tangga
2017, Kabupaten Kubu Raya sudah termasuk dan bordes serta perencanaan lift berdasarkan Menteri
kabupaten dengan kemungkinan terjadi gempa. Salah PUPR No 14 Tahun 2017.
metode yang dapat digunakan untuk merancang
struktur tahan gempa adalah dengan menggunakan Pemodelan Struktur
metode Sistem Rangka Pemikul Momen. Menurut Struktur dimodelkan dengan menggunakan
SNI 1726:2019 sistem rangka pemikul momen adalah perangkat lunak analisa struktur, dimana elemen
sistem struktur rangka yang elemen-elemen struktur struktur yang dimodelkan berdasarkan tahap
dan sambungannya menahan beban-beban lateral preliminary design. Pembebanan yang bekerja
melalui mekanisme lentur. Adapun tujuan yang ingin meliputi beban hidup, beban mati, beban gempa dan
dicapai pada penelitian ini adalah: beban angin. Penentuan beban mati, beban hidup dan
1. Menguasai dasar-dasar, tahapan serta beban angin mengacu pada SNI 1727:2020
perhitungan struktur gedung tahan gempa sedangkan beban gempa mengacu pada SNI 1726-
2. Mampu merencanakan, melakukan permodelan, 2019. Kemudian beban-beban tersebut
dan analisa struktur akibat beban statis dan dikombinasikan dengan Metode Ultimit atau Load
beban dinamis yang bekerja pada gedung and Resistance Factor Design (LRFD) untuk
strukur berdasarkan SNI 1727:2020 tentang mendesain elemen struktur utama serta Metode
beban desain minimum dan kriteria terkait untuk Tegangan Izin atau Allowable Stress Design (ASD)
bangunan gedung dan struktur lain, SNI untuk mendesain fondasi.
2847:2019 tentang persyaratan beton struktural
untuk bangunan gedung, dan SNI 1726:2019 Analisa Struktur
tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa Analisis struktur dilakukan secara tiga
untuk struktur bangunan gedung dan dimensi dengan perangkat lunak analisa struktur
nongedung. dengan Langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penentuan spesifikasi material yang digunakan
II. METODOLOGI DAN PUSTAKA 2. Mendefinisikan dimensi penampang struktur
Berikut merupakan deskripsi gedung serta serta asumsi pemodelan yang digunakan
rencana spesifikasi material yang akan digunakan 3. Melakukan pemodelan struktur yang meliputi
pada perencanaan rumah susun ini adalah sebagai balok, kolom serta pelat lantai
berikut: 4. Mendefinisikan beban-beban yang bekerja,
a. Jenis Bangunan : Rumah Susun Tipe 45 yaitu beban mati, beban hidup, beban angin dan
b. Struktur bangunan : Beton Bertulang beban gempa sesuai SNI 1727:2020
c. Jumlah Lantai : 8 lantai+ lantai atap 5. Menetapkan beban-beban yang bekerja sesuai
d. Panjang Bangunan : 14,8 m fungsi dari masing-masing ruangan dan elemen
e. Lebar Bangunan : 60 m struktur yang dibebebani.
f. Tinggi Lantai : 3,6 m dan 3,4 m 6. Running program
g. Tinggi Total Bangunan: 27,4m
h. Mutu Beton (fc’) : 30 MPa Analisa Perilaku Struktur
i. Mutu Baja (fy) Ulir : 420 MPa Setelah dilakukan pemodelan struktur,
j. Mutu Baja (fy) Polos : 280 MPa langkah selanjutnya adalah mengontrol perilaku
struktur akibat beban gempa yang telah dimodelkan
Perencanaan Awal Dimensi Elemen Struktur berdasarkan peraturan yang telah disyaratkan pada
Dilakukan perencanaan awal (preliminary SNI 1726:2019. Adapun analisa yang dilakukan
design) untuk memperkirakan dimensi elemen- adalah sebagai berikut:

2
1. Rasio partisipasi modal massa sesuai pasal 7.9.1 pasal 9.3.1.1. dan untuk lebar balok digunakan rumus
2. Perhitungan faktor skala gempa sesuai pasal pendekatan yang disarankan (Chu-Kia et al., 2007)
7.9.1.4 yaitu rasio tinggi dan lebar dari balok h/b 1,5 – 2.
3. Analisa simpangan antar lantai (Story Drift) Hasil perhitungan dimensi balok disajikan pada tabel
sesuai pasal 7.12.1 berikut:
4. Analisa efek P-delta sesuai pasal 7.8.7
5. Analisa ketidakberaturan horizontal dan vertikal
sesuai Tabel 13 dan Tabel 14

Desain Penulanngan Elemen Struktur


Langkah selanjutnya adalah melakukan
penulangan pelat berdasarkan hasil analisa dan
perhitungan program struktur yang kemudian diolah Gambar 2. Denah Balok
(Sumber: Analisis Data, 2022)
untuk memperoleh luas tulangan yang diperlukan dan
kemudian diperiksa kembali sesuai penampang Tabel 1. Dimensi Balok
elemen struktur dan juga kapasitas momen (Sumber: Analisis Data, 2022)
berdasarkan persyaratan kapasitas kekuatan yang Dimensi
disyaratkan SNI 2847:2019. Perencanaan penulangan Kode Bentang
Tinggi, h Lebar, b
meliputi penulangan lentur, geser dan torsi. Balok (mm)
(mm) (mm)
B 35/60 8000 600 350
Diagram Alir Perhitungan B 30/60 6100 600 300
B 30/60 2600 600 300
B 20/40 6100 400 200
B 20/40 2600 400 200
B 20/40 6000 400 200
B 20/40 3000 400 200

Pada perkiraan awal penentuan dimensi pelat,


tipe pelat ditentukan berdasarkan rasio bentang
terpanjang (Ly) terhadap bentang terpendek (Lx) pelat.

Gambar 3. Denah Pelat Tinjauan


(Sumber: Analisis Data, 2022)

Tabel 2. Penentuan Tipe Pelat


(Sumber: Analisis Data, 2022)
Tipe β
Ly Lx Keterangan
Pelat (Ly/Lx)
Panel 1 6100 4000 1.525 Pelat 2 Arah
Panel 2 3000 2600 1.154 Pelat 2 Arah
Gambar 1. Diagram Alir Perhitungan Panel 3 4000 2600 1.538 Pelat 2 Arah
Panel 4 3050 3000 1.017 Pelat 2 Arah
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menentuan tebal minimum pelat dua
Preliminary Design
Perencanaan awal dimensi balok mengacu arah, digunakan rumus ln/33 dimana ln adalah jarak
pada panjang bentang balok rencana. Tinggi balok bersih ke arah memanjang diukur dari muka ke muka
dihitung berdasarkan rumus pada SNI 2847:2019 tumpuan. Selanjutnya dilakukan perhitungan rasio
kekakuan lentur balok terhadap pelat (αf). Dari hasil

3
perhitungan, diperoleh nilai αf > 2,0 sehingga tebal yang sama. Adapun perencanaan tangga disajikan
pelat dihitung berdasarkan Tabel 8.3.1.2 SNI pada tabel berikut:
2847:2019. Sehingga didapat tebal pelat minimum
sebagai berikut: Tabel 5. Perhitungan Perencanaan Tangga
(Sumber: Analisis Data, 2022)
Tabel 3. Tebal Pelat Lantai Tipe Tangga
Data
(Sumber: Analisis Data, 2022) Utama Servis
Tangga
Tebal Tebal Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4
Tipe Ly Beda tinggi
αfm min pakai elevasi lantai 3600 3400 3600 3400
Pelat
(mm) (mm) (mm) H
Panel 1 6100 4,950 133,190 140 Lebar bordes
1500 3000 1500 1500
Panel 2 3000 28,100 70,220 140 (Lb)
Panjang
Panel 3 4000 13,076 87,125 140 3000 1500 3000 3000
bordes (Pb)
Panel 4 3050 51,683 73,343 140 Tinggi bordes 1800 1700 1200 1700
Tinggi anak
180 170 150 170
Pada perencanaan dimensi kolom, digunakan tangga (O)
metode Tributary Area. Metode ini menghitung Lebar anak
300 300 300 300
tangga (A)
jumlah beban yang bekerja diatas kolom yang Jumlah anak
20 20 24 20
memiliki Tributay Area terbsesar dengan luas daerah tangga (nat)
pengaruh terbesar dalam meter persegi. Beban Jarak antar
100 100 100 100
gravitasi dalam perencanaan bangunan ini meliputi: tangga
Lebar tangga 1450 700 1450 1450
beban mati (dead load), beban mati tambahan Panjang
3000 3000 2100 3000
(superimposed dead load), beban hidup (live load). tangga
Sudut tangga 31 30 30 30
Syarat Sudut
OK OK OK OK
Tangga
Fy tulangan 420 420 420 420
Bentang
bersih
3498,57 3448,19 2418,68 3448,19
memanjang
(L)
Tebal
Gambar 4. Tinajuan Tributary Area minimum 124,95 123,15 86,38 123,15
(Sumber: Analisis Data, 2022) (tmin)
tebal pelat
140 140 140 140
Luasan yang diarsir merupakan luasan yang tangga pakai
dipilih dengan tributary area yang tersebesar yaitu
34,80 m2 dengan panjang 8 m dan lebar 4,35 m. Lift yang direncanakan pada gedung ini
Luasan tersebut juga merupakan luasan melayani berjumlah 2 buah lift. Penentuan jumlah lift yang akan
gaya aksial (Pu) terbesar. Luas penampang kolom digunakan pada gedung ini berdasarkan waktu
dihitung berdasarkan persamaan kekuatan aksial menunggu lift, daya angkut, waktu perjalanan bolak
maksimum pada pasal 22.4.2.3 SNI 2847:2019 balik dan beban puncak lift. Berikut hasil perhitungan
dimana untuk komponen non prategang nilai Pn rencana lift pada gedung ini:
direduksi sebesar 0,80P0 sesuai tabel 22.4.2.1 SNI a. Tipe lift : Center Open
2847:2019. b. Kapasitas : 10 orang (800 kg)
c. Lebar pintu (Door width) : 800 mm
Tabel 4. Dimensi Kolom d. Kecepatan : 1,75 m/detik
(Sumber: Analisis Data, 2022) e. Dimensi sangkar : 1400x1350 mm
h b Tipe f. Dimensi ruang luncur : 1800x2000 mm
Nama
(mm) (mm) Kolom g. Dimensi ruang mesin : 2100 x 3650 mm
K 50/50 500 500 Persegi h. Beban reaksi ruang mesin : R1 = 4550 kg
: R2 = 2800 kg
Perencanaan Sarana Pendukung Gedung
Tangga pada gedung yang direncanakan
memiliki 2 tipe tangga yaitu; tangga utama dan
tangga servis, dimana keduanya memiliki beda tinggi

4
fungsi ruang tersebut berdasarkan SNI
1727:2020.
4. Beban angin dihitung berdasarkan SNI
2847:2019 pasal 27.
5. Beban gempa dihitung berdasarkan SNI
1726:2019 dengan metode analisis ragam
respons spektrum sesuai SNI 1726:2019.
Berdasarakan hasil analisis, gedung ini
termasuk kedalam kategori desain seismik C
(KDS C) sehingga elemen struktur utama di
Gambar 5. Denah Ruang Mesin dan Ruang Luncur rencanakan sesuai ketentan dari Sistem
(Sumber: Hyundai Elevator.Co, 2018) Rangka Pemikul Momen Menengah
(SRPMM).
Analisis Struktur 0,40
Pemodelan struktur dilakukan menggunakan

Respons Spektra Percepatan, Sa (g)


perangkat lunak analisa struktur. Pemodelan struktur 0,30
gedung rumah susun dditunjukkan pada gambar
berikut: 0,20

0,10

0,00
0 1 2 3 4 5 6
Periode, T (detik)

Gambar 7. Kurva Respons Spektrum Desain


Kabupaten Kubu Raya Kelas Situs
Tanah Lunak (SE)
(Sumber: Analisis Data, 2022)

Berikut kombinasi pembebanan yang


diterapkan pada permodelan ini adalah kombinasi
beban Metode Ultimit atau Load and Resistance
Factor Design (LRFD). Adapun kombinasi
Gambar 6. Pemodelan Struktur dengan Program pembebanan metode ultimit berdasarkan SNI
Analisa Struktur. 1726:2019 sebagai berikut:
(Sumber: Analisis Data, 2022) Kombinasi dasar
1. 1,4 (DL+SIDL)
Beban yang diinputkan ke dalam perangkat 2. 1,2 (DL+SIDL) + 1,6LL +0,5 (Lr atau R)
lunak analisa struktur berupa beban gravitasi beban 3. 1,2(DL+SIDL) + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5 W)
mati (DL), beban mati tambahan (SIDL), dan beban 4. 1,2(DL+SIDL) + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau R)
hidup (LL) serta beban lateral berupa beban angin 5. 0,9(DL+SIDL) + 1,0 W
(W) dan beban gempa. Kombinasi akibat pengaruh beban seismik
1. Beban mati adalah berat sendiri yang 6. 1,2(DL+SIDL) + Ev + Eh + LL
dihitung otomatis oleh perangkat lunak 7. 0,9(DL+SIDL) - Ev + Eh
analisa struktur dengan menginput Self
Weight Multiplier = 1 saat mendefinisikan Analisa Perilaku Struktur
load patterns Berikut hasil analisa perilaku perencanan
2. Beban mati tambahan adalah beban mati struktur gedung ini:
komponen non-struktural yaitu berupa 1. Partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar
tangga, bordes, dinding, finishing lantai, 90,43% pada arah X dan 90,49% pada arah Y
plafond serta mekanikal elektrikal dengan jumlah ragam sebanyak 12 mode. Dan
plumbing. dari analisis dapat diketahui juga bahwa struktur
3. Beban hidup adalah semua beban yang mengalami translasi arah Y pada mode ke 1,
bekerjan diakibatkan pengguna sesuai

5
kemudian arah X pada mode ke 2, dan 5. Pemeriksaan Ketidakberaturan Horizontal
mengalami rotasi arah Z pada mode ke 3. Hasil analisis pemeriksaan ketidakberaturan
2. Simpangan antar tingkat yang terjadi tidak horizontal disajikan pada tabel sebagai berikut:
melebihi nilai simpangan yang diizinkan.
Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Ketidakberaturan Vertikal
10
(Sumber: Analisis Data, 2022)
9
8 Tipe Jenis Ketidakberaturan Status
7 Ketidakberaturan Kekauan
Arah X 1a Tingkat Lunak
Tidak Ada
6
Lantai

5 Ketidakberaturan Kekakuan
4 Arah Y 1b Tingkat Lunak Berlebihan
Tidak Ada
3 Ketidakberaturan Berat
2 Izin 2 (Massa)
Tidak Ada
1 Ketidakberaturan Geometri
0 3 Vertikal
Tidak Ada
0 20 40 60 80
Diskontinuitas Arah Bidang
Simpangan (mm)
Dalam Ketidakberaturan
Gambar 8. Simpangan Antartingkat Yang Terjadi 4 Elemen Penahan Gaya Lateral
Tidak Ada
(Sumber: Analisis Data, 2022) Vertikal
Diskontinuitas Dalam
5a Ketidakberaturan Kuat Lateral Tidak Ada
3. Analisa Efek P-Delta. Berdasarkan hasil Tingkat
analisis, efek P-Delta tidak diperhitungkan Diskontinuitas Dalam
karena nilai koefisien stabilitas (θ) ≤ θmaks. 5b Ketidakberaturan Kuat Lateral Tidak Ada
Adapun hasil analisis disajikan pada grafik Tingkat
berikut:
9 Penulangan Pelat Lantai dan Tangga
8 Struktur pelat dimodelkan sebagai elemen
7 shell-thin kemudian diberi perintah automesh dengan
6 Teta X ukuran maksimum 1m x 1m. Berikut hasil
Lantai

5 perhitungan penulangan pelat lantai:


Teta Y
4
3 Teta Max
Tabel 8. Penulangan Pelat Lantai
2 (Sumber: Analisis Data, 2022)
1
hpelat ρpakai Tulangan
0 Lokasi Daerah
Pelat Pakai
0,00 0,05 0,10 0,15 mm
θ
Lantai Tumpuan 140 0,0041 Wiremesh M10
Gambar 9. Grafik Analisa Efek P-Delta Atap Lapangan 140 0,0028 Wiremesh M10
(Sumber: Analisis Data, 2022) Lantai Tumpuan 140 0,0031 Wiremesh M9
2-8 Lapangan 140 0,0021 Wiremesh M9
4. Pemeriksaan Ketidakberaturan Horizontal Lantai Tumpuan 140 0,0043 Wiremesh M10
Dasar Lapangan 140 0,0028 Wiremesh M10
Hasil analisis pemeriksaan ketidakberaturan
horizontal disajikan pada tabel sebagai berikut:
Pelat tangga dimodelkan sebagai pelat satu
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Ketidakberaturan arah. Berikut merupakan perhitungan penulangan
Horizontal pelat tangga utama:
(Sumber: Analisis Data, 2022)
Tabel 9. Penulangan Pelat Tangga
Tipe Jenis Ketidakberaturan Status
1a Ketidakberaturan Torsi Tidak Ada
(Sumber: Analisis Data, 2022)
Ketidakberaturan Torsi Tipe hpelat Tulangan Tulangan
1b Tidak Ada
Berlebihan Tangga Lentur Susut
2 Ketidakberaturan Sudut Dalam Tidak Ada
mm
3 Ketidakberaturan Diskontinuitas Tidak Ada Utama 140 D13-150 Ø8-200
Ketidakberaturan Pergeseran Servis 140 D13-150 Ø8-200
4 Tidak Ada
Melintang
Ketidakberaturan Sistem Non Penulangan Balok
5 Tidak Ada
Parallel Perencanaan penulangan elemen balok ini
meliputi perhitungan tulangan lentur, tulangan
geser/sengkang, tulangan torsi. Secara umum

6
ketentuan perencanaan elemen balok diatur dalam Tumpuan 2D10 – 150
200/400
SNI 2847:2019 pasal 9 dan pasal 22. Selain itu, Balok Lapangan 2D10 – 150
Tumpuan 2Ø6 – 150
yang merupakan bagian dari sistem pemikul gaya 150/300
Lapangan 2Ø6 – 150
seismik akan di desain sebagai balok dengan Sistem
Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) Tabel 12. Pemeriksaan Tulangan Transversal Torsi
sesuai SNI 2847:2019 pasal 18.4. (Sumber: Analisis Data, 2022)
Dimensi Transversal Torsi
Tabel 10. Penulangan Longitudinal Balok Poisisi Balok Daerah Av+t /s Av+t /s
(Sumber: Analisis Data, 2022) (mm) perlu Pasang
Dimensi Tulangan Lentur Tumpuan 2,240 2,356
350/600
Poisisi Balok Daerah Lapangan 1,768 1,963
Atas Bawah Tumpuan 2,039 2,356
(mm) 300/600
Lantai Lapangan 1,650 1,963
Tumpuan 4D22 3D22 Dasar Tumpuan Tidak Diperhitungkan
350/600 200/400
Lapangan 4D22 3D22 Lapangan Tidak Diperhitungkan
Tumpuan 3D19 2D19 Tumpuan Tidak Diperhitungkan
300/600 150/300
Lantai Lapangan 3D19 2D19 Lapangan Tidak Diperhitungkan
Dasar Tumpuan 3D16 2D16 350/600
Tumpuan 2,140 2,356
200/400 Lapangan 1,923 1,963
Lapangan 3D16 2D16
Tumpuan 2D13 2D13 Tumpuan 2,028 2,356
150/300 300/600
Lapangan 2D13 2D13 Lantai Lapangan 1,643 1,963
2-8 Tumpuan Tidak Diperhitungkan
Tumpuan 4D22 3D22 200/400
350/600 Lapangan Tidak Diperhitungkan
Lapangan 4D22 3D22 Tumpuan Tidak Diperhitungkan
Tumpuan 4D19 2D19 150/300
300/600 Lapangan Tidak Diperhitungkan
Lantai Lapangan 4D19 2D19 Tumpuan 2,049 2,356
350/600
2-8 Tumpuan 3D13 2D13 Lapangan 1,676 1,963
200/400 Tumpuan 1,810 1,963
Lapangan 3D13 2D13 300/600
Tumpuan 2D13 2D13 Lantai Lapangan 1,511 1,571
150/300 Atap Tumpuan Tidak Diperhitungkan
Lapangan 2D13 2D13 200/400
Lapangan Tidak Diperhitungkan
Tumpuan 4D22 2D22 Tumpuan Tidak Diperhitungkan
350/600 150/300
Lapangan 4D22 2D22 Lapangan Tidak Diperhitungkan
Tumpuan 3D19 2D19
300/600
Lantai Lapangan 3D19 2D19
Atap Tumpuan 3D13 2D13 Tabel 13. Pemeriksaan Tulangan Longitudinal Torsi
200/400 (Sumber: Analisis Data, 2022)
Lapangan 3D13 2D13
Tumpuan 2D13 2D13 Dimensi Longitudinal Torsi
150/300 Poisisi Balok Daerah As + Al As + Al
Lapangan 2D13 2D13
(mm) perlu perlu
Tumpuan 2351,779 2926,394
350/600
Tabel 11. Penulangan Geser Balok Lapangan 2280,235 2926,394
(Sumber: Analisis Data, 2022) Tumpuan 1576,992 1683,108
300/600
Lantai Lapangan 1143,419 1683,108
Dimensi
Tulangan Dasar
200/400
Tumpuan Tidak Diperhitungkan
Poisisi Balok Daerah Lapangan Tidak Diperhitungkan
Geser
(mm) Tumpuan Tidak Diperhitungkan
Tumpuan 3D10 – 100 150/300
Lapangan Tidak Diperhitungkan
350/600
Lapangan 3D10 – 120 Tumpuan 2276,788 2926,394
350/600
Tumpuan 3D10 – 100 Lapangan 2231,240 2926,394
300/600
Lantai Lapangan 3D10 – 120 300/600
Tumpuan 1708,267 1966,637
Dasar Tumpuan 2D10 – 150 Lantai Lapangan 1651,292 1966,637
200/400 2-8 Tumpuan Tidak Diperhitungkan
Lapangan 2D10 – 150 200/400
Lapangan Tidak Diperhitungkan
Tumpuan 2Ø6 – 150 Tumpuan Tidak Diperhitungkan
150/300
Lapangan 2Ø6 – 150 150/300
Lapangan Tidak Diperhitungkan
Tumpuan 3D10 – 100 Tumpuan 2352,538 2926,394
350/600 350/600
Lapangan 3D10 – 120 Lapangan 2141,881 2926,394
Tumpuan 3D10 – 100 300/600
Tumpuan 1209,682 1683,108
300/600
Lantai Lapangan 3D10 – 120 Lantai Lapangan 1403,614 1683,108
2-8 Tumpuan 2D10 – 150 Atap Tumpuan Tidak Diperhitungkan
200/400 200/400
Lapangan Tidak Diperhitungkan
Lapangan 2D10 – 150
Tumpuan Tidak Diperhitungkan
Tumpuan 2Ø6 – 150 150/300
Lapangan Tidak Diperhitungkan
150/300
Lapangan 2Ø6 – 150
Tumpuan 3D10 – 100
350/600
Lantai Lapangan 3D10 – 120
Atap Tumpuan 3D10 – 120
300/600
Lapangan 3D10 – 150

7
Penulangan Kolom
Kolom direncanakan berpenampang persegi
dengan ukuran 500x500. Pada tahap awal, dilakukan
pemeriksaan kelangsingan kolom. Kolom yang harus
di desain menahan kombinasi terfaktor beban aksial
dan momen (momen primer) dan momen akibat
lendutan karena faktor kelangsingan (momen
sekunder) (Lesmana, 2020). Pengaruh kelangsingan
untuk kolom bergoyang (sway) dapat diabaikan jika
memenuhi persyaratan diatur pada SNI 2847:2019
pasal 6.2.5; persamaan 6.2.5a.
Desain tulangan kolom yaitu tulangan
longitudinal dan transversal direncanakan sesuai
syarat Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah
yang mengacu pasal 10 dan pasal 18.4 SNI
2847:2019.

Tabel 14. Penulangan Longitundinal Kolom


(Sumber: Analisis Data, 2022)
Tipe Dimensi Kolom Tulangan
Kolom (mm) Longitudinal
K 50/50 500×500 16D22

Tabel 15. Penulangan Transversal Kolom Gambar 10. Data Standard Penetration Test (SPT)
(Sumber: Analisis Data, 2022) (Sumber: Teta Engineering, 2019)
Dimensi
Tipe Tulangan
Kolom Lokasi
Kolom Transversal Tahap pertama adalah menentukan jumlah
(mm)
Zona Sendi Plastis fondasi tiang pancang pada masing-masing titik,
K D10-150
500×500 Luar Sendi Plastis kemudian dilakukan pemeriksaan geser satu arah dan
50/50 D10-150
dua arah pada pile cap, serta yang terakhir adalah
Perancangan Fondasi mendesain tulangan pile cap. Perancangan fondasi
Daya dukung fondasi direncanakan pada gedung ini terdiri dari 3 tipe fondasi dimana P2
berdasarakan data pengjian tanah Standard dengan n = 2 tiang, P4 dengan n = 4 tiang, P5 dengan
Penetration Test (SPT). Daya dukung tanah n = 5 tiang.
dibedakan berdasarkan lapisan tanah kohesif dan
non-kohesif. Fondasi direncanakan menggunakan IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Prestressed Concrete Square Pile dimensi 350 x350
mm dengan kedalaman rencana 40 m. KESIMPULAN
Setelah dilakukan perencanaan dan analisis
perhitungan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan SNI 1726:2019 dan Peta Sumber
dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017,
lokasi struktur gedung yang direncanakan pada
tugas akhir ini termasuk kedalam Kategori
Desain Seismik C (KDS C) dimana sistem
struktur penahan gaya lateral yang digunakan
adalah Sistem Rangka Pemikul Momen
Menengah (SPRMM).
2. Hasil analisa perilaku struktur adalah sebagai
beriut:

8
a. Partisipasi massa ragam terkombinasi
sebesar 90,43% pada arah X dan 90,49% REFERENSI
pada arah Y dengan jumlah ragam
sebanyak 12 mode. Dan dari analisis dapat Badan Standar Nasional Indonesia. (2019).
Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
diketahui juga bahwa struktur mengalami
Gedung Dan Penjelasan Sebagai Revisi Dari
translasi arah Y pada mode ke 1, kemudian
Standar Nasional Indonesia. SNI 2847:2019.
arah X pada mode ke 2, dan mengalami Sni 2847:2019, 8, 1–695.
rotasi arah Z pada mode ke 3.
b. Simpangan antar tingkat desain (Δ) tidak Badan Standar Nasional Indonesia. (2020). Beban
melebihi dari simpangan yang diizinkan desain minimum dan Kriteria terkait untuk
(Δa/ρ) sehingga telah memenuhi syarat bangunan gedung dan struktur lain. Badan
pasal 7.12.1 SNI 1726:2019. Standarisasi Nasional, 8, 1–336.
c. Efek P-Delta tidak diperhitungkan karena Badan Standardisasi Nasional. (2019). SNI
nilai koefisien stabilitas (θ) ≤ θmaks. 1726:2019 Tata Cara Perencanaan `Ketahanan
d. Tidak terjadi ketidakberaturan Horizontal Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan
dan Vertikal. Non Gedung. 8, 254.
3. Dimensi penampang yang dibutuhkan pada
komponen struktur bangunan ini adalah : Badan Standarisasi Nasional. (2017). SNI 2052-2017
a. Tebal pelat lantai = 140 mm Baja tulangan beton. SNI 2052-2017, 15.
b. Dimensi balok : Chu-Kia, W., Charles, G. S., & José, A. P. (2007).
 Balok Induk (B 35/60) = 350 × 600 mm Reinforced Concrete Design: Seventh Edition
 Balok Induk (B 30/60) = 300 × 600 mm (Seventh). John Wiley & Sons, Inc.
 Balok Anak (B 20/40) = 200 × 400 mm
c. Dimensi kolom (K 50/50) = 500 x 500 mm Departemen Pekerjaan Umum. (2005). Pelatihan
4. Fondasi direncanakan menggunakan Pelaksana Madya Perawatan Gedung (Site
Prestressed Concrete Square Pile dimensi Supervisor of Building Maintenance).
350 x350 yang terdiri dari 3 tipe fondasi
yaitu: tipe P2 dengan n = 2 tiang, P4 dengan Lesmana, Y. (2020). Handbook Desan Struktur Beton
n = 4 tiang, P5 dengan n = 5 tiang. Bertulang Berdasarkan SNI 2847-2019
(Pertama). Nas Media Pustaka.
SARAN
Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini, Lesmana, Y. (2020). Handbook Prosedur Analisa
saran yang dapat diberikan penulis berikan adalah Beban Gempa Struktur Bangunan Gedung
antara lain: Berdasarkan SNI 1726-2019. Nas Media
Pustaka.
1. Sebaiknya terlebih dahulu memahami konsep
dasar perencanaan struktur yang meliputi
asumsi perencanaan serta memahami peraturan- Pemerintah Republik Indonesia. (2021). Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13
peraturan yang digunakan sebelum memulai
Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Rumah
merencanakan struktur bangunan. Susun. 086396.
2. Pemodelan struktur yang direncanakan harus
sesuai dengan asumsi-asumsi perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai