Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI LINGKUNGAN

KESESUAIAN TATA GUNA LAHAN AGRIKULTUR


DENGAN METODE GIS DAN PROSES ANALITIK
HIERARKI PADA KABUPATEN CIANJUR DAN
SEKITARNYA

NAMA : Andrianto Panjaitan


NIM : 12014069

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agrikultur adalah proses memproduksi makanan, panganan, serat, dan banyak hasil-
hasil kebutuhan lain di sektor pertanian tanaman-tanaman tertentu dan pertambahan hewan-
hewan lokal(ternak). Praktek agrikultur dikenal juga sebagai pertanian, saat para ahli,
penemu, dan lain sebagainya mengubah metode-metode dan peralatan pertanian, dapat
dikatakan agrikultur menjadi lebih berguna.

Pemanfaatan lahan untuk agrikultur membutuhkan perencanaan yang panjang dan


rumit agar efisien dan tepat guna. Penentuan lahan yang tepat untuk agrikultur dapat
dilakukan dengan metode sistem informasi geospasial.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penulisan laporan ini adalah menyelesaikan tugas dan menerapkan ilmu
yang dipelajari pada praktikum mata kuliah Geologi Lingkungan. Tujuan dari penulisan
laporan ini adalah:

1. Membuat peta kesesuaian agrikultur Kabupaten Cianjur dan sekitarnya


2. Membuat peta komoditas agrikultur Kabupaten Cianjur dan sekitarnya

1.3. Metodologi Penelitian


Penelitian ini diselesaikan menggunakan data-data geospasial sekunder dan dianalisis
menggunakan perangkat lunak ArcGIS.
BAB II

DATA DAN METODE

2.1. Daerah Penelitian


Studi kesesuaian lahan agrikultur berada pada daerah otonomi Kabupaten Cianjur,
dengan batas daerah 7°00'00"S - 7°07'30"S dan 107°07'30"E - 107°15'00"E.
2.2. Prosedur
Prosedur yang dilakukan dalam studi ini ditampilkan dalam bagan alur yang
didasarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Prosedur untuk menentukan kesesuaian lahan agrikultur (Alil, Hakinci dkk., 2012)

Namun, pada studi kali ini, dikarenakan keterbatasan data maka parameter LUC
(Land Use Capability Class), LUCS (Land Use Capability Subclass), dan OSP (Other Soil
Properties) tidak dimasukkan.
2.3. Great Soil Group Map
Peta Great Soil Group diperlukan untuk mengetahui kondisi dan perilaku tanah. Oleh
karena itu, kita dapat mengetahui lahan yang baik untuk dijadikan kegiatan agrikultur.
Namun, penggunaan klasifikasi GSG ini diturunkan dari penyetaraan klasifikasi yang
digunakan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dengan klasifikasi yang digunakan
pada referensi.

2.4. Peta Ketebalan Tanah Efektif untuk Agrikultur


Peta Ketebalan Tanah Efektif untuk Agrikultur menunjukkan kedalaman tanah yang
dapat digunakan oleh tumbuhan sebagai media pertumbuhan akar dan pengambilan air serta
nutrisi. Peta ini diturunkan dari peta jenis tanah, akibatnya peta ketebalan tanah akan kurang
akurat dibandingkan dengan di lapangan.

Skala 1:200.000
2.5. Peta Tingkat Erosi
Peta Intensitas Erosi diperlukan karena erosi dapat berdampak pada turunnya kulitas
fisik, kimiawi maupun biologis tanah. Peta ini didapatkan dari peta rawan bencana erosi yang
dibuat oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada tahun 2010. Kekurangan dari peta
ini yaitu skala yang digunakan masih kecil sehingga daerah peneltiian hanya terbagi menjadi
dua tingkat erosi.

2.6. Peta Kemiringan Lereng


Peta kemiringan lereng diperlukan karena kemiringan berdampak pada pertumbuhan
tanaman, serta mengoreksi data tingkat erosi dan kedalaman tanah. Klasifikasi disesuaikan
pada klasifikasi yang digunakan pada referensi utama.

Skala 1:200.000
2.7. Aspect Map
Aspect Map menunjukkan intensitas cahaya matahari yang dapat diterima oleh lahan
agrikultur yang diturunkan dari peta lereng terhadap arah mata angin. Kekurangan dari
Aspect Map ini adalah klasifikasi yang digunakan masih merujuk pada referensi utama
dimana letak geografisnya jauh berbeda dengan Kabupaten Cianjur dan sekitarnya.

2.8. Peta Ketinggian Lahan


Peta ini diturunkan dari peta kontur yang telah ada. Peta Ketinggian diperlukan untuk
mengetahui jenis tumbuhan yang dapat tumbuh, maupun perkiraan suhu efektif untuk
pemanfaatan agrikultur.

Skala 1:200.000
2.8. Analisis
Setelah semua parameter didapatkan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis spasial
menggunakan AHP, yang telah dimodifikasi. Penilaian selanjutnya adalah menggunakan
Weighted Overlay. Berikut adalah table-tabel modifikasi perhitungan AHP dari referensi
yang saya gunakan.
1. Skala Pairwise Comparison

2. Pairwise Comparison Matrix


Berikut adalah koreksi-koreksi yang dimodifikasi dari referensi utama.
3. Pembebanan Nilai (untuk subparameter, penilaian kriteria utama dilakukan
sesuai pada tabel dibawah)

2.9. Koreksi Peta


Koreksi peta diperlukan karena terdapat daerah yang tidak dapat digunakan untuk
lahan agrikultur, disini saya menggunakan peta tata guna lahan dan DAS.

Skala 1:200.000
2.10. Peta Geologi Daerah Penelitian

Skala 1:200.000
BAB III

PETA AKHIR

3.1. Peta Kesesuaian Lahan Agrikultur Umum Kabupaten Cianjur dan Sekitarnya
Peta kesesuaian lahan agrikultur diturunkan dari parameter-parameter yang telah
dijelaskan sebelumnya, menggunakan weighted overlay.
3.2. Peta Komoditas Agrikultur Kabupaten Cianjur dan Sekitarnya
Dari data-data yang telah dijelaskan sebelumnya dan penambahan pembobotan curah
hujan dan kelembaban. Kekurangan peta ini yaitu parameter yang digunakan masih kurang
representatif. Semakin tinggi nilai maka semakin cocok untuk ditanami komoditas tersebut.

Skala 1:266.550
DAFTAR PUSTAKA

Akinci, Halil dkk. Agricultural land use suitability analysis using GIS and AHP
technique. 2013. Computers and Electronics in Agriculture 97 (halaman 71-
82).
Buckman, H. D dan N. C Brady. 1982. The nature and properties of soil.
Terjemahan Soegiman. Ilmu tanah. Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademik Presindo, Jakarta
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/tanah-oxisol
https://khulfi.wordpress.com/ilmu-tanah-hutan/
https://materipengetahuanumum.blogspot.co.id/2016/06/pengertian-tanah-
ultisol.html
http://semangatgeos.blogspot.co.id/2011/11/tanah-andisol.html
tanahair.indonesia.go.id
(Diakses 25-November-2017)

Anda mungkin juga menyukai