Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PARIWISATA ALAM

ACARA II & III


PENILAIAN POTENSI ATRAKSI WISATA ALAM DENGAN
MENGGUNAKAN METODE GUNN (1979)

Nama : Rian Palimirmo Adi


Nim : 16/398363/KT/08358
Co-ass : Rohmat Eko Santoso
Shift : Kamis, 13:00 WIB

LABORATORIUM PENGELOLAAN PARIWISATA ALAM


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2018
ACARA II & III

PENILAIAN POTENSI ATRAKSI WISATA ALAM DENGAN


MENGGUNAKAN METODE GUNN (1979)

ABSTRAK

Wisata Alam di Indonesia sedang berkembang pesat, terutama di Yogyakarta.


Hutan Pinus yang berada di Mangunan merupakan salah satu destinasi wisata
alam yang ada di Indonesia. Tingkat kepopulerannya sudah sangat tinggi, banyak
pengunjung yang datang dari dalam dan luar kota Yogyakarta, bahkan hingga ke
mancanegara. Sesungguhnya masih banyak potensi wisata alam yang dapat
dikembangkan di sekitar wilayah Mangunan. Dengan metode Gunn (1979)
mengenai Tourism Planning, diharapkan dapat menjadi acuan dalam
mengembangkan potensi wisata alam yang baru. Metode Gunn memberikan
langkah-langkah penilaian potensi wisata alam yaitu identifikasi kategori
pengguna, identifikasi faktor-faktor fisik dan program, meneliti region,
memetakan kekuatan dari faktor-faktor fisik, dan mengkonsepkan potensi.
Metode ini akhirnya memberikan penilaian terhadap potensi wisata alam baru di
Mangunan, yaitu memberikan nilai tinggi di faktor-faktor kerapatan tajuk,
estetika, dan aksesibilitas. Namun ada faktor-faktor yang belum dipenuhi, salah
satunya ketersediaan air. Diharapkan metode Gunn dapat memperbaiki atau
menambahkan faktor-faktor yang belum layak sehingga wisata alam baru tersebut
boleh dibuka dan dinyatakan nyaman serta aman bagi wisatawan.

I. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu melakukan penilaian potensi produk wisata alam di region


berhutan.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengolahan dan analisis data awal dari hasil
praktek pengambilan data potensi wisata alam di destinasi wisata alam sasaran.

II. DASAR TEORI

Pembangunan pariwisata alam berkelanjutan telah menjadi pertimbangan dalam


pengelolaan sumber daya alam yaitu bahwa kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika
dapat dipenuhi sambil memelihara integritas budaya, proses esensial ekologi,
keanekaragaman biologi dan sistem penyangga kehidupan (Steck, 1999).
Wisata alam merupakan suatu bentuk wisata yang mengandalkan pendidikan
lingkungan alam untuk dasar dari pengalaman wisatawan, dan dapat mencakup
hampir setiap bentuk aktivitas luar ruangan yg melibatkan elemen alam contohnya
seperti berkendara dengan pemandangan pegunungan (Ceballos-Lascurain, 1996).
ODTWA adalah segala sesuatu baik berupa bentukan dan/atau aktivitas dan
fasilitas yang saling berhubungan dan memiliki daya tarik tersendiri sehingga dapat
menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk mengunjungi suatu daerah/tempat
tertentu. Sebagai produk yang dijual di pasar wisata, ODTWA harus memiliki tiga
komponen utama yaitu atraksi dari destinasi, fasilitas di destinasi dan juga aksesibilitas
dari destinasi (Hadinoto, 1996).
Gunn (1979) mengidentifikasikan sejumlah prinsip perencanaan pariwisata
untuk dijadikan acuan proyek pembangunan pariwisata, salah satunya yaitu
pengelompokkan. Pengelompokkan fasilitas dan daya tarik pada satu kawasan akan
membuat wisatawan lebih nyaman. Pengelompokkan juga terbukti lebih efisien dalam
provisi infrastruktur dan biaya per-unit fasilitas pengelolaan lebih rendah pada
fasilitas yang di kelompokkan.

III. ALAT DAN BAHAN

Pada praktikum kali ini digunakan alat dan bahan berupa:

Alat:

1. Tally sheet
2. Alat tulis
3. Tabel Penilaian Potensi Wisata Metode Gunn (1979)
4. GPS
5. Kompas
6. Tali 20 m
7. Anemometer

Bahan: Obyek yang akan dilihat dalam praktikum yaitu hutan


Mangunan
IV. Cara Kerja

Dilakukan pembuatan petak ukur sebanyak 10 buah dan setiap PU diberikan jarak 100 m

Dilakukan pengamatan terhadap masing-masing PU (vegetasi yang ada, faktor iklim,


faktor topografi, tekstur tanah, fisik air, sejarah/entitas)

Dilakukan marking pada setiap titik tengah PU

Dicatat semua data yang dikumpulkan ke dalam tallysheet

Data diolah dan dilakukan penilaian/skoring


dan

Uraian: Pada praktikum ini dilakukan pengamatan dan penilaian potensi pariwisata
alam. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan metode Gunn 1979. Dalam hutan
Mangunan, dibuat petak sebanyak 10 buah dan setiap PU diberikan jarak 50 m. Pada
PU, dilakukan pengamatan isi yang terdapat dalam PU dan diberikan marking pada
GPS. Pengamatan yang dilakukan meliputi vegetasi yang ada, faktor iklim dengan
anemometer, arah mata angin dengan kompas, faktor topografi dan tekstur tanah.
Kemudian ditulis pada tallysheet yang telah disediakan. Setelah itu dilakukan penilaian
terhadap masing-masing PU dengan beberapa faktor yang telah ditentukan sebelumnya.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:

Tabel 1. Skala Indeks untuk Destinasi


Wisata

Skala
No Faktor Indeks Sangat Sangat
Lemah Sedang Kuat
Lemah Kuat

1 Air, kehidupan air 24 0-4 5 - 19 10 - 14 15 - 19 20 - 24


Penutupan vegetasi,
2 satwa liar, satwa 14 0-2 3-5 6-8 9 - 11 12 - 14
pengganggu
3 Iklim, atmosfer 10 0-2 3-4 5-6 7-8 9 - 10
4 Topografi, tanah, geologi 4 0 1 2 3 4

Sejarah, etnisitas,
5 5 0 1 2-3 4 5
arkeologi, legenda

6 Estetika 15 0-2 3-5 6-9 10 - 12 13 - 15


7 Institusi, industri, atraksi 8 0 1-2 3-4 5-6 7-8
8 Pusat-pusat Pelayanan 5 0 1 2-3 4 5
9 Transportasi, akses 15 0-2 3-5 6-9 10 - 12 13 - 15
Jumlah 100

Tabel 2. Hasil Pengamatan Destinasi Wisata

Lokasi
No Faktor Indeks PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Air,
1 24 8 8 8 8 8 8 8 8 8 6
kehidupan air
Penutupan
vegetasi,
2 satwa liar, 14 8 9 7 8 7 9 8 7 7 3
satwa
pengganggu
Iklim,
3 10 8 8 8 8 7 7 7 7 8 5
atmosfer
Topografi,
4 4 2 3 3 4 2 3 3 3 3 0
tanah, geologi
Sejarah,
etnisitas,
5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
arkeologi,
legenda
6 Estetika 15 11 9 11 10 12 13 13 12 11 5
Institusi,
7 industri, 8 4 4 4 4 3 3 3 3 3 0
atraksi
Pusat-pusat
8 5 3 2 2 3 4 2 2 2 2 1
Pelayanan
Transportasi,
9 15 15 14 14 15 14 14 14 12 12 9
akses
Jumlah 100 59 57 57 60 57 59 58 55 54 29
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini telah dilakukan penilaian terhadap objek wisata alam
dengan menggunakan metode Gunn (1979). Metode Gunn merupakan metode yang
dikembangkan oleh Clare A. Gunn karena bidangnya di pariwisata (tourism). Metode
ini menggunakan acuan dari Tabel Assets and Liabilities of Tourism Development
Factors. Kemudian pengolahan data lanjutannya menggunakan Tabel Weighted Index
Scales for Destination Tourism. Pada Tabel Assets and Liabilities of Tourism
Development Factors dibagi menjadi faktor aset dan faktor liabilitas. Faktor aset
merupakan kekuatan bagi pengembangan pariwisata. Sedangkan faktor liabilitas
merupakan kekurangan yang dimiliki oleh sebuah wisata.
Dalam perkembangannya dan penggunaannya metode Gunn memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan yaitu seperti memilki kelebihan diantaranya:
1) Mudah untuk diterapkan didalam lapangan 2) Alat-alat yang relatif mudah dibawa
dan dipakai 3) Skorring yang mudah dan tidak menyulitkan 4) Biaya relatif murah.
Selain kelebihannya, Metode Gunn juga memiliki kekurangan diantaranya seperti: 1)
Penilaian yang bersifat subjektif 2) Mendapatkan hasil tidak jauh berbeda dari PU
sebelumnya 3) Banyak faktor fisik/program yang tidak ditemukan di lapangan 4)
Tingkat kepercayaan yang rendah terhadap data.
Dalam praktikum lapangan kali ini kami ditemani oleh Bapak Sukir selaku
pemangku wilayah wisata Mangunan. RPH Mangunan memiliki luas 507,7 ha dengan
pinus mendominasi sekitar 142 ha. Mangunan telah dimanfaatkan sebagai wisata dan
hingga saat ini memiliki 7 destinasi dan 2 sub-unit yang diantaranya di bagian utara
terdapat Bukit Pengger dan dibagian selatan yang sangat mendominasi yaitu Puncak
becici, Puncak lintang sewu (Pinus asri, Pintu langit dharmo), Pinus sari, Seribu batu,
Bukit panguk, dan Bukit majo. Pada wilayah wisata mangunan terdapat cagar budaya
berupa sumber mata air bengkung. Di dalam wisata mangunan terdapat hutan asli yang
kadang digunakan untuk bertapa. Dari segi lapangan yang ditemui wilayah mangunan
memiliki tebing-tebing yang kelerenganya rata-rata 400 yang mengakibatkan seringnya
terjadi erosi dan longsor. Adanya wisata mangunan menyebabkan perekonomian warga
sekitar naik dikarenakan banyaknya usaha masyarakat sekitar mangunan seperti
membuka industri anyaman bambu dan produksi kayu seperti pintu. Dari segi fasilitas
mangunan memiliki puskesmas di Terong dan Munthuk. Kantor pos, bank, koperasi,
homestay siap mendukung wisata untuk kebutuhan para wisatawan. Untuk saat ini
semua orang mensupport adanya wisata mangunan walaupun ada lembaga LSM yang
kadang mengkritik hutan mangunan sebagai hutan lindung yang dimanfaatkan wisata
menimbulkan banyak dampak negatif. Kelemahan yang ada berupa pasokan air bersih
dikarenakan wilayah mangunan jauh dari sungai. Di Mangunan tanaman tertua tahun
1975 yaitu tanaman kayu putih dan yang termuda 2017.
Untuk menilai potensi region untuk kepentingan pariwisata (dengan tekanan
pada tujuan rekreasi) diperlukan langkah-langkah identifikasi kategori pengguna,
identifikasi faktor-faktor fisik dan program, meneliti region, memetakan kekuatan dari
faktor-faktor fisik, dan mengkonsepkan potensi. Masing-masing identifikasi faktor-
faktor fisik dan program mempunyai kriterianya, faktor-faktor dasar fisik yang dinilai
meliputi:
a. air, hidupan air
b. penutupan vegetasi, satwa liar, satwa pengganggu
c. iklim, atmosfer
d. topografi, tanah, geologi
e. sejarah, etnisitas, arkeologi, legenda
f. estetika
g. institusi industri, atraksi
h. pusat pelayanan
i. transportasi dan akses
sedangkan faktor-faktor program meliputi a) pasar, promosi; b) informasi, direksi; c)
sosial, lingkungan; dan d) agen yang mengimplementasikan. Meneliti region dapat
dilakukan dengan wawancara dengan informan yang telah dilakukan pada acara
pengamatan. Kemudian identifikasi faktor-faktor dasar fisik dipetakan kekuatannya
guna menunjukkan potensi pembangunan wisata. Tabel yang berisi faktor-faktor dasar
fisik kemudian dinamai tabel skoring.
Ada 2 jenis tabel skoring yaitu skala indeks untuk destinasi wisata dan hasil
pengamatan destinasi wisata. Tabel skala indeks untuk destinasi wisata berisi faktor,
indeks dan skala. Penentuan indeks dilakukan berdasarkan keadaaan lapangan/petak
ukur yang diamati serta kebutuhannya dalam menunjang kegiatan pariwisata. Total
indeks harus mencapai 100. Air diberikan indeks yang besar karena dinilai yang paling
dibutuhkan dalam keberlangsungan suatu pariwisata. Transportasi juga diberikan
indeks yang besar karena untuk pergi menuju tempat wisata dibutuhkan akses yang
mudah untuk wisatawan. Topografi, tanah dan geologi diberikan skala indeks yang
rendah karena keadaan lapangan yang landau dan tidak ada kemenarikan. Sejarah,
etnisitas, arkeologi dan legenda juga diberikan indeks yang lebih rendah dikarenakan
tidak ditemukannya hal tersebut. Skala ditentukan dari sangat lemah, lemah, sedang,
kuat dan sangat kuat. Pada tabel hasil pengamatan destinasi wisata berisi faktor, indeks
dan lokasi PU. Ada 10 PU yang diamati dengan rentang jarak per PU sebesar 50 m dan
diberi marking pada GPS. PU 4 mendapatkan skor tertinggi yaitu 60 karena memiliki
tutupan dan tegakan vegetasi yang baik serta aksesibilitas yang baik. PU 10
mendapatkan skor terendah yaitu 29 karena memiliki tutupan vegetasi yang rendah,
jauh dari pusat-pusat pelayanan, dan aksesibilitas semakin sulit dikarenakan topografi
yang semakin terjal mendekati tebing sehingga dirasa tidak mempunyai kemenarikan
yang baik untuk tujuan destinasi wisata.
Dengan mempertimbangan tabel skoring yang telah dilakukan dapat
menentukan prospek pengembangan pariwisata pada tempat tersebut. Faktor-faktor
yang dapat dikembangkan yaitu penutupan vegetasi, iklim, atmosfer, estetika, pusat-
pusat pelayanan, transportasi dan aksesibilitas. Prospek yang dapat dikembangkan
dalam wisata meliputi extreme sport (mountain biking/cross country, downhill), hiking,
ataupun dapat dijadikan tempat fotografi seperti wedding/nature/landscape
photography. Dengan memanfaatkan tajuk yang rapat (terutama banyaknya pohon
Pinus di sana) serta aksesibilitas yang baik membuat hobi mountain biking lebih
nyaman karena tempatnya yang teduh, seresah yang jatuh berukuran kecil dan tidak
membuat licin serta kemudahan dalam masuk-keluar jalur. Selain itu, pohon Pinus yang
ditanam saat ini memiliki keunikan dan estetika dikarenakan tumbuh secara rapi
berdasarkan jarak tanam dan bentuk buahnya. Para penikmat fotografi alam akan
senang mengabadikan momen tersebut. Tidak hanya pecinta alam, dengan menawarkan
pemandangan/landscape yang indah dapat dijadikan wedding photography.
Pencahayaan yang alami atau natural dikarenakan pohon Pinus yang termasuk kayu
daun jarum sehingga tajuk terlihat rapat namun cahaya masih dapat masuk tanpa
terhalangi. Suasana yang teduh membuat para pengantin tidak merasakan panas yang
berlebih ketika foto outdoor. Tetapi perlu diingat banyak faktor-faktor dasar fisik yang
belum memenuhi seperti air. Air akan dibutuhkan wisatawan dalam melakukan
aktivitasnya seperti ke toilet, cuci muka, atau bersih-bersih. Air harus selalu dipasok
dari Imogiri karena jauh dari DAS Opak. Dengan ada sumber atau kebutuhan air yang
cukup, maka potensi wisata tersebut bisa berjalan dengan baik.
VIII. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah:


1. Penilaian potensi wisata alam di region berhutan dapat dilakukan dengan cara:
 Identifikasi faktor pengguna
 Identifikasi faktor-faktor fisik dan program
 Meneliti region
 Memetakan kekuasaan dari faktor-faktor fisik
 Mengkonsepkan potensi
2. Pengolahan data dilakukan dengan skoring menggunakan indeks dan skala
yang telah dibuat pada masing-masing faktor fisik yang dinilai. Nilai indeks
ditentukan dengan melihat potensi yang ada di lapangan. Dari hasil yang
didapat di lapangan, dapat diketahui bahwa PU yang memiliki potensi tertinggi
adalah PU 4 dengan nilai 60 (potensi tinggi). PU 10 mendapatkan skor
terendah dengan nilai 29.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Ceballos-Lascuráin, H. (1996). Tourism, Ecotourism and Protected Areas: The State


of Nature-Based Tourism around the World and Guidelines for Its Development.
IUCN Publications, Cambridge, 301.

Gunn, Clare A. 1979. Tourism Planning: Basics, Concepts Cases, Third Edition.
Taylor & Francis. USA.

Jafari, J. (1977). Editor’s Page. Annals of Tourism Research, 5(sp. issue), pp6-

Krešić, Damir dan Darko Prebezac. 2011. Index of Destination Attractiveness as a


Tool for Destination Attractiveness Assessment. Tourism Original Scientific
Paper. Vol. 59, No. 4, 497-517.

Steck, Birgit. 1999. Sustainable Tourism as a Development Option. Federal Ministry


for Economic Co-operation and Development. Eschborn, Germany.
Foto Lapangan di Mangunan

Anda mungkin juga menyukai