Anda di halaman 1dari 68

1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan bagian dari lingkungan dan merupakan inti dari sumber daya lahan sehingga jika berbicara mengenai sumber daya lahan tidak dapat dilepaskan dengan tanah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia nomor 150 tahun 2000 tentang pengendalian kerusakan tanah untuk produksi biomassa, tanah diartikan sebagai komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, serta mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Hal ini semakin meperkuat bahwa tanah merupakan salah satu komponen alam yang mempunyai peranan pokok dalam proses kehidupan. Pencemaran tanah yang terjadi belakangan ini kebanyakan karena ulah manusia. Manusia yang rakus akan keuntungan selalu mengeksploitasi tanah. Misalnya untuk meningkatkan hasil tanaman produksi, manusia selalu menanam tanaman yang menguras unsur hara tanah tanpa mengembalikannya lagi. Sebenarnya manusia dapat mengembalikan unsur hara tersebut, salah satunya dengan penanaman tanaman penambat nitrogen bebas. Namun hal itu jarang sekali dilakukan oleh manusia. Banyak diantara kita yang sebenarnya tidak mengetahui bagaimana karakteristik tanah itu, padahal setiap saat kita memanfatkan bahkan mengeksploitasinya. Salah satu karakteristik tanah yaitu memiliki horizonhorizon atau lapisan-lapisan. Horizon tersebut antara lain Horizon O, Horizon A, Horizon E, Horizon B, Horizon C dan Horizon R. Profil tanah dapat digunakan untuk mengetahui susunan tanah. Profil tanah merupakan keprasan berbentuk dua dimensi di suatu tepi tanah. Profil tanah dapat digunakan untuk mengetahui lebih jelas lapisan-lapisan tanah, mengetahui sifat-sifat fisika dan kimia tanah. Syarat-syarat membuat profil tanah yaitu harus tegak, masih baru atau belum terpengaruh oleh faktor-faktor luar dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sifat-sifat fisika tanah diantaranya adalah tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, dan warna

tanah. Sifat kimia tanah meliputi reaksi tanah, kandungan kapur, kandungan bahan organik, konkrensi Mn, pH, serta aerasi dan drainase. Manfaat yang didapat ketika mengetahui sifat fisika dan kimia tanah, yaitu kita dapat menyusun pola pengelolaan tanah pertanian sesuai dengan daerah dan sifat-sifat tanah tersebut. Pengelolaan tanah yang baik dan teratur dapat meningkatkan kesuburan tanah. Selain dilihat dari segi pertanian, tanah juga penting di perkotaan dimana penduduknya sangat padat. Hal tersebut menjadikan harga tanah semakin mahal, oleh karena itu tanah juga dapat dijadikan investasi. Sebagai mahasiswa pertanian sangat penting sekali bagi kita untuk meneliti dan mempelajari tanah. B. Tujuan Praktikum Praktikum Ilmu Tanah ini bertujuan untuk : 1. Mengenal dan mengetahui morfologi dari suatu lahan. 2. Mengenal dan mengetahui profil tanah. 3. Mengenal, mengetahui, dan menganalisis sifat fisika dan kimia tanah. C. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah dilaksanakan di tiga lokasi pada hari Sabtu dan Minggu, 12-13 November 2011. Dengan rincian sebagai berikut: 1. Lokasi I Hari/tanggal Pukul 2. Lokasi II Hari/tanggal Pukul 3. Lokasi III Hari/tanggal Pukul : Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret : Sabtu, 12 November 2011 : 08.00-10.00 WIB : Jatikuwung : Sabtu, 12 November 2011 : 13.00-15.00 WIB : Jumantono : Minggu, 13 November 2011 : 11.00-12.00 WIB

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pencandraan Bentang Lahan Bentang alam adalah realita keberadaan muka bumi yang dicirikan dengan bentuk, perbedaan tinggi, tinggi tempat, kemiringan dan kondisi permukaanya. Keberadaan bentang alam ini bias datar dan rata, bisa juga datar dengan relief mikro, dan bisa juga datar dengan permukaan yang digenangi oleh air, misalnya dari beberapa millimeter sampai beberapa desimeter kedalamannya. Bentang alam itu sendiri terdiri lebih dari satu pedon atau disebut polipedon, dan mungkin juga terdiri lebih dari satu polipedon. Untuk membatasi polipedon-polipedon itu rasanya sukar dilakukan, apabila tidak ada gambar bentang alamnya. Polipedon-polipedon itu keberadaanya di alam dicirikan secara alamiah dari perbedaan-perbedaan sifat dari tanah itu sendiri. Batasan polygon-poligon yang dibuat oleh polipedon-polipedon tersebut dapat dibuat dengan menarik garis dari perbedaan-perbedaan secara geografis (Darmawijaya, 1997). Erosi permukaan pada mulanya sulit sekali dilihat dengan pandangan mata, seakan-akan tidak terjadi perubahan pada bentuk dan keadaan tanah. Ini tidak lain karena berlangsungnya pengangkutan atau pemindahan tanah demikian merata pada seluruh permukaan tanah. Bentuk erosi permukaan sejak terjadinya sesungguhnya dapat kita rasakan yaitu terjadinya penurunan hasil tanaman (Kartasapoetra, 1992). Alfisol adalah ordo tanah yang relatif basis (kejenuhan ordo basa tinggi), merupakan kadar liat lebih tinggi di lapisan bawah (horizon argilik), dengan susunan horizon A-Bt-Cr atau A-Bt-R. Tanah ini banyak dijumpai pada satuan bentang lahan angkatan mendatar, terutama berasal dari bahan induk baru napal dan batu gamping terutama kedalaman tanah agak dalam. Tekstur liat, warna bervariasi dari kuning kemerahan sampai merah dengan pH tanah agak masam sampai netral (Sunyoto, 1999). Erosi adalah perpindahan dan kehilangan massa tanah yang disebabkan oleh air, gravitasi atau angin. Pada kegiatan penambangan batu bara, erosi diyakini banyak disebabkan oleh gaya yang berasal dari air jatuh atau aliran 3

air. Aliran air dari permukaan tanah membawa partikel-partikel tanah yang telah dicerai beraikan, semakin cepat aliran pada permukaan tanah semakin banyak pula partikel-partikel tanah yang dicerai beraikan dan dibawa oleh aliran sehingga terbentuk riil dan gully pada daerah datar. Potensi erosi di berbagai lokasi dipengaruhi antara lain oleh 4 faktor, yaitu karakteristik

tanah, vegetasi yang tumbuh, topografis setempat, iklim di lokasi tersebut (Kustiawan, 2001). Jenis-jenis tanah anatara lain tanah pasir, alluvial, podzolit, vulkanik dan lain-lain. Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah atau dingin.Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi (Anonima, 2008). Tanah yang tertutup vegetasi yang tebal selalu mempunyai run off minimum. Pembajakan tanah dapat untuk menghasilkan permukaan tanah yang kasar yang membantu run off, tetapi permukaan tanah yang halus atau gundul bila terkena air hujan akan membentuk kulit yang keras dan dapat mengurangi infiltrasi serta tingkat waktu, yaitu waktu yang dibutuhkan bervariasi yang tergantung pada stabilitas struktur tanah. Run off maksimal dari tanah berlereng akan terjadi, ketika sisa-sisa bahan tertimbun di bawah dan permukaan menjadi lembab (Thomson, 1979). B. Profil Tanah Profil tanah didefinisikan sebagai irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke bahan induk tanah. Profil dari tanah mineral yang telah

berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison. Penamaan horison utama dinotasikan dengan huruf kapital, yaitu O, A, E, B, C, dan R. Adanya lapisan-lapisan di dalam tanah ini karena berlangsungnya perombakan atau tingkat perkembangan yang merupakan hasil perombakan yang tidak sama. Lain halnya dengan tanah yang tergolong Entisols, disini lapisan-lapisan merupakan hasil penimbunan bahan yang berasal dari tempat lain. Lapisanlapisan yang terbentuk sebagaimana kita lihat pada profil tanah dapat dikatakan tidak selamanya tegas dan nyata sehingga kerap kali batas-batasnya agak kabur dan kejadian demikian akan meyulitkan peneliti (Foth, 1991). Profil tanah adalah penampang melintang (vertikal) tanah yang terdiri dari lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Solum tanah adalah bagian dari profil tanah yang terbentuk akibat proses pembentukan tanah (horison A dan B) (Hardjowigeno, 1993). Horison A atau top soil adalah lapisan tanah paling atas yang paling sering dan paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologis. Pada lapisan ini, sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan. Kandungan zat-zat terlarut dan fraksi liat (koloid tanah) pada lapisan ini termasuk miskin, karena telah dicuci oleh air ke lapisan yang lebih bawah. Karena itu, lapisan ini disebut juga zona pencucian (elevation zone). Horison B disebut juga dengan zona penumpukan (illuvation zone). Horison ini memiliki bahan organik yang lebih sedikit dibandingkan dengan horison A, tetapi lebih banyak mengandung unsur yang tercuci daripada horison A. Tumpukan partikel liat yang terbentuk koloid dan bahan mineral, seperti Fe, Al, Ca, dan S, menjadikan lapisan ini lebih padat. Berbeda dengan kedua horison sebelumnya, horison C adalah zona yang terdiri dari batuan terlapuk yang merupakan bagian dari batuan induk, tanah yang halus dan padat. Natrium dan alumunium di dalam koloid tanah yang menyebabkan tanah menjadi padat dan lengket dapat digantikan oleh kalsium. Akhirnya natrium dan alumunium akan terlarut dan tercuci oleh air dan keluar dari daerah perakaran (Novizan, 2007).

Kita dapat membuat irisan tegak pada tanah dan akan terlihat lapisanlapisan tanah dengan sifat berbeda. Mungkin dalam permukaan terdapat lapisan berselang-seling dengan lapisan liat, lempung, atau debu, sedang di tempat lain ditemukan tanah yang semua terdiri dari tanah liat, tetapi di tengahnya berwarna merah agak kelabu dengan bercak merah, dan lapisan atasnya berwarna hitam. Terbentuknya lapisan itu disebabkan karena pengendapan berulang-ulang karena penggenangan banjir dan proses pembentukan tanah (Hardjowigeno, 1987). Terjadinya tanah dari batuan induk menjadi bahan induk tanah yang berangsur-angsur menjadi lapisan bawah yang akhirnya membentuk lapisan tanah atas dimana memerlukan waktu yang lama bahkan berabad-abad. Adapun yang. menyebabkan batuan induk itu menjadi lapisan tanah yang baik karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu: air, udara, tumbuhtumbuhan, jasad hidup lain yang ada ditanah dan iklim (Sugiman, 1982). C. Sifat - Sifat Fisika Tanah Konsistensi tanah adalah resistensi tanah terhadap kepecahan yang ditentukan oleh sifat-sifat kohesif dan adesif seluruh massa tanah. Jika struktur berkaitan dengan bentuk, ukuran, dan kebendaan agregat tanah alami, konsistensi berkaitan dengan kekuatan gaya partikel. Konsistensi itu penting untuk proses pembajakan (Anonimb , 2005). Kadar bahan organik semakin ke bawah semakin sedikit karena proses dekomposisi di lapisan bawah lebih lambat dibandingkan dengan permukaan tanah atas. Aerasi tanah pada permukaan tanah lebih baik dibandingkan dengan lapisan bawah juga mempengaruhi akan banyaknya kandungan organik. Tingginya bahan organik di tiap permukaan tanah menyebabkan pori drainase lebih cepat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan tanah mempunyai kadar lempung yang tinggi (Herlambang, 2000). Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga fraksi utama dalam tanah yaitu pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah alfiol pada umumnya didominasi oleh liat pada lapisan bawah (argilik). Syaratnya adalah bahwa tanah mengandung minimal 35 % lempung atau setidaknya terdapat 40 %. Mempunyai kejenuhan

basa lebih dari 35 % pada kedalaman tanah 180 cm dari permukaan tanah. Alfisol memiliki horizon iluvial dimana menimbun lempung silikat dan lebih dari 15 % jenuh dengan natrium dinamakan natrik. Alfisol rawan erosi karena perubahan tekstur tanah yang begitu tajam (Sanchez, 1976). Sifat fisik tanah digunakan antara lain untuk menghitung kebutuhan air irigasi, menunjang perencanaan konservasi tanah dan air, dan menduga tingkat bahaya pencemaran tanah dan air. Beragamnya sifat tanah baik menurut ruang maupun waktu menuntut adanya perencanaan pertanian yang bersifat spesifik lokasi yang disesuaikan dengan agroekosistem setempat, khususnya sifat tanahnya. Hasil analisis fisika tanah sangat diperlukan dalam rangka perencanaan pembangunan pertanian yang efisien dan efektif (Anonimc,2005). Warna-warna tanah ditentukan dengan membandingkan tanah dengan sebuah tabel warna Munshell Soil Colour Charts berisi 175 warna yang disusun secara sistematik pada 7 tabel yang sesuai dengan kilap, nilai dan kroma. Kilap berarti spektrum warna atau panjang gelombang yang dominan. Nilai berarti derajat terangnya warna, sedangkan kroma berarti kemurnian relatif panjang gelombang cahaya yang dominan (Foth, 1992). D. Sifat Sifat Kimia Tanah Beberapa sifat kimia tanah yang penting diketahui, meliputi: reaksi tanah atau pH, tanah, koloid tanah, kandungan C-organik tanah, N-total tanah, C/N tanah, P-total, tanah, P-tersedia tanah, kation-kation basa tanah, meliputi: K, Na, Ca, dan Mg, kation asam tanah, meliputi: Al, Fe dan H, kapasitas tukar kation total tanah atau KTK-total tanah, kapasitas tukar kation efektif tanah atau KTK-efektif tanah, kejenuhan basa, tanah (%), kejenuhan aluminium tanah (%) dan kandungan bahan organik tanah. Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral, atau alkalin. Pernyataan ini didasarkan pada jumlah ion H dan OH dalam larutan tanah, bila dalam tanah ditemukan ion H lebih banyak dari OH, maka disebut masam. Bila ion H sama dengan OH disebut netral, dan bila ion OH lebih banyak dari pada ion H disebut ion alkalin (Hakim, dkk., 1986).

Sejumlah proses tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah laju dekomposisi mineral tanah dan bahan organik dipengaruhi oleh reaksi tanah. Pembentukan tanaman juga dipengaruhi oleh reaksi asam basa dalam tanah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tidak langsung terhadap tanaman adalah pengaruh terhadap kelarutan dan ketersediaan hara tanaman. Pengaruh secara langsung ion H+ dilaporkan mempunyai pengaruh beracun terhadap tanaman jika terdapat dalam konsentrasi yang tinggi (Tan, 1991). Pengujian PH tanah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan kertas lakmus, dengan menggunakan kertas indikator universal dan dengan alat PH dilaboratorium dapat menggunakan PH meter Beckman H5 (Kuswandi, 1993). Ion H+ dalam tanah dapat berada dalam keadaan terjerap. Ion H+ yang terjerap menentukan kemasaman aktif atau aktual kemasaman potensial dan aktual secara bersama menentukan kemasaman total. pH yang diukur pada suspensi tanah dalam larutan garam netral (misal KCl) menunjukan kemasaman total oleh karena K+ dapat melepaskan H+ yang terjerap dengan mekanisme pertukaran (Notohadiprawiro, 1998). Binatang biasanya dianggap sebagai penyumbang sekunder setelah

tumbuhan. Mereka akan menggunakan bahan ini atau bahan organik sebagai sumber energi. Bentuk kehidupan tertentu terutama cacing tanah, sentripoda atau semut memainkan peranan penting dalam pemindahan sisa tanaman dari permukaan ke dalam tanah (Soepardi, 1983). E. Analisis Lengas Tanah Analisis pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa (Anonimd, 2009). pH tanah sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman makanan ternak, bahkan berpengaruh pula pada kualitas hijauan makanan ternak. pH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman makananan ternak adalah antara 5,6-6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5.6

pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadiaa terhambat (Sanjaya, 1999). Konsentrasi Alumunium dan besi (Fe) yang tinggi pada tanah memungkinkan terjadinya ikatan terhadap fosfor dalam bentuk alumunium fosfat atau Fe-fosfat. P yang terikat oleh alumunium tidak dapat digunakan oleh tanaman makanan ternak. Tanaman makanan ternak yang ditanam pada tanah yang memiliki pH rendah biasanya juga menunjukkan klorosis

(peleburan klorofil sehingga daun berwarna pucat) akibat kekurangan nitrogen atau kekurangan magnesium (Tan, 1991). pH tanah rendah memungkinkan terjadinya hambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme yang bermanfaat bagi proses mineralisasi unsur hara seperti N dan P dan mikroorganisme yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, misalnya bakteri tanah yang dapat bersimbiosis degan leguminosa seperti Rhizobium atau bersimbiosis dengan tanaman non leguminosa seperti Frankia sehingga sering dijumpai daun-daun tanaman makanan ternak pada tanah asam mengalami chlorosis akibat kekurangan N. Bakteri tanah yang lain seperti azotobakter (A. Chroococcum ) yang dapat berasosiasia dengan akar tanaman hanya dapat hidup apabila suasana larutan tanah netral hingga basa. Mikroorganisme tanah lain yang bermanfaat bagi tanaman, yang dapat terpengaruh pertumbuhannya bila berada pada suasana asam adalah mikoriza. Mikoriza adalah jamur yang dapat melarutkan fosfor organik menjadi fosfor inorganik yang tersedia bagi tanaman

(Nurhajati et al., 1986). Tanah yang bersuasana basa (pH>7.0) biasanya tanah tersebut kandungan kalsiumnya tinggi, sehingga terjadi fiksasi terhadap fosfat dan tanaman makanan ternak pada tanah basa seringkali mengalami defisiesi P (Anonimd, 2009).

10

Analisis reaksi tanah bertujuan untuk mengetahui taraf kemasaman tanah. Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang dinyatakan sebagai log[H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan potensial larutan yang diukur oleh alat dan dikonversi dalam skala pH. Elektrode gelas merupakan elektrode selektif khusus H +, hingga

memungkinkan untuk hanya mengukur potensial yang disebabkan kenaikan konsentrasi H+. Potensial yang timbul diukur berdasarkan potensial elektrode pembanding (kalomel atau AgCl). Biasanya digunakan satu elektrode yang sudah terdiri atas elektrode pembanding dan elektrode gelas (elektrode kombinasi). Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif (aktual), sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial) (Yunan, 2006). F. Analisis pH Tanah pH tanah merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan reaksi asam atau basa dalam tanah. Sejumlah proses dalam tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah dan biokimia tanah yang berlansung spesifik. Pengaruh langsung terhadap laju dekomposisi mineral tanah dan bahan organik, pembentukan mineral lempung bahkan pertumbuhan tanaman. Pengaruh tidak lansungnya terhadap kelarutan dan ketersediaan hara tanaman. sebagai contoh perubahan konsentrasi fosfat dengan perubahan pH tanah. Konsentrasi ion H+ yang tinggi bisa meracun bagi tanaman. Secara teoritis, angka pH berkisar antara 1 sampai 14. Angka satu berarti kepekatan ion hidrogen di dalam tanah ada 10 - 1 atau 1/10 gmol/l. Tanah pada kepekatan ini sangat asam. Sementara angka 14 berarti kepekatan ion hidrogennya 10-14 gmol/l. Tanah pada angka kepekatan ini sangat basa (Abdullah, 2009). Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di dalarn tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen di dalam tanah terlalu tinggi maka tanah akan bereaksi asam. Sebaliknya, bila kepekatan ion hidrogen terIalu rendah maka tanah akan bereaksi basa. Pada kondisi ini kadar kation OH lebih tinggi dari ion H+ (Munir, 1996).

11

Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi.Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Keadaan tertentu, yaitu apabila tercapai kcjenuhan ion Al3+ tertentu. (Anominc, 2005) Ada beberapa alat ukur reaksi tanah yang dapat digunakan. Alat yang murah ialah kertas lakmus yang bentuknya berupa gulungan kertas kecil memanjang. Alat lain yang harganya sedikit mahal tetapi dapat dipakai berulang kali dengan hasil pengukuran lebih terjamin adalah pH tester dan soil tester (Sutopo, 2008). Pemakaian kertas lakmus sangat mudah, caranya yaitu mengambil tanah lapisan dalam, lalu larutkan dengan air murni (aquadest) dalam wadah. Biarkan tanahnya terendam di dasar wadah sehingga airnya menjadi bening kembali. Setelah bening, air tersebut dipindahkan ke wadah lain secara hatihati agar tidak keruh. Selanjutnya, ambil sedikit kertas lakmus dan celupkan ka dalam air tersebut (Kuswandi, 1993). Kertas lakmus akan berubah warna dalam beberapa waktu. Cocokan warna pada kertas lakmus dengan skala yang ada pada kemasan kertas lakmus. Skala tersebut telah dilengkapi dengan angka pH masingmasing Warna. Angka pH tanah tersebut adalah angka dari warna pada kemasan yang cocok dengan warna kertas lakmus. Misalnya, angka yang cocok adalah 6 maka pHnya 6 (Sanchez, 1992).

12

III.

ALAT , BAHAN DAN CARA KERJA

A. Pencandraan Bentang Lahan 1. Alat a. Klinometer b. Altimeter 2. Bahan a. Lahan pengamatan di Kampus Fakultas Pertanian UNS b. Lahan pengamatan di Jumantono c. Lahan pengamatan di Jatikuwung 3. Cara Kerja a. Mengamati bentuk wilayah b. Mengukur kemirigan lahan dengan klinometer c. Mengamati fisiografi timbulan makro, timbulan mikro, kemas muka tanah dan hidrologi tanah d. Mengamati ada tidaknya genangan, potensi banjir dan erosi e. Mengamati relief dan penggunaan lahan B. Sifat-Sifat Fisika Tanah 1. Alat a. Lup b. Tissue gulung c. MSCC d. Penetrometer e. Pipet 2. Bahan a. Tanah pada profil yang diamati b. Aquadest 3. Cara Kerja a. Tekstur Tanah 1) Mengambil sampel tanah tiap lapisan 2) Membasahi tanah dengan aquades lalu pijit-pijit dengan jari

12

13

3) Menentukan tekstur tanahnya b. Struktur Tanah 1) Mengambil sampel tanah masin-masing lapisan 2) Mengamati tanah dengan lup 3) Mengamati ukuran dan derajat struktur tanah dengan cara dipijit-pijit 4) Menentukan stuktur, ukuran dan derajat tanah c. Konsistensi Tanah 1) Mengambil sampel tanah dari masing-masing lapisan 2) Menentukan konsistensi dengan cara dipijit-pijit d. Warna Tanah 1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan tanah 2) Menentukan warna tanah dengan mencocokan sampel pada MSCC (Munsel Soil Colour Chart) e. Aerasi dan Drainase 1) Mengambil dua bongkah tanah pada masing-masing lapisan 2) Meletakkanya dalam tissu gulung yang berbeda 3) Menetesi keduanya dengan HCl 2 N 4) Menutup tissu gulung dan menekan sampai cairan terperas keluar 5) Menetesi sampel tanah yang satu dengan KCNS 10 % dan sampel tanah yang lain dengan K3Fe(CN)6 0,5% 6) Melihat perubahan warna, jika dominan warna merah maka aerase dan drainase baik, jika berwarna biru maka aerasr dan drainase buruk, dan jika warana merah dan biru seimbang maka drainase sedang. f. Uji Penetrometer 1) Mengamati tiap- tiap lapisan 2) Menentukan daya topang tiap-tiap lapisan dengan penetrometer. C. Sifat-Sifat Kimia Tanah 1. Alat a. Flakon b. Kertas Marga

14

c. pH stick d. Pipet e. Tissue gulung f. Spidol 2. Bahan a. Tanah b. HCl 1,2N c. H2O2 10% dan 3% d. KCNS 10 % e. K4Fe(CN)6 0.5% dan KCl 3. Cara Kerja a. pH Tanah 1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan dan dibagi menjadi dua bagian dan dimasukkan dalam flakon 2) Bagian pertama ditambah H2O dan bagian kedua ditambah KCl dan dikocok 3) Mengamati pH masing-masing sampel dengan pH stick b. Kandungan Bahan Organik 1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan 2) Menambahkan beberapa tetes H2O2 10 % 3) Mengamati reaksi percik yang terjadi c. Kandungan CaCO3 (kapur) 1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan 2) Menambahkan beberapa tetes HCl 10 % 3) Mengamati reaksi percik yang terjadi d. Konkresi Mn 1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan 2) Menambahkan beberapa tetes H2O2 3 % 3) Mengamati reaksi percik yang terjadi

15

D. Analisis Lengas Tanah 1. Lengas Tanah Kering a. Alat 1) Botol timbangan 2) Oven 3) Eksikator 4) Penimbang b. Bahan 1) Bongkahan 2) Contoh tanah kering angin Alfisols ctka 2mm c. Cara Kerja 1) Memasukkan botol penimbang dan tutupnya ke dalam oven selama 30 menit kemudian mendinginkannya ke dalam eksikator dan

menimbang botol penimbang dengan a sebagai tutupnya ( a g) 2) Memasukkan ctka kurang lebih 2/3 tinggi botol penimbang lalu menimbangnya (b g) dan masing-masing ctka dilakukan dua kali ulangan. 3) Memasukkan ke dalam oven dengan keadaan terbuka bersuhu 1050 C selama 4 jam. 4) Memasukkan botol penimbang dan isinya kc, eksikator dalam keadaan tertutup, kemudian menimbangnya setelah dingin (c g). 5) Melakukan perhitungan kadar lengas. Kadar Lengas Tanah = 2. Kapasitas Lapangan a. Alat 1) Botol semprong 2) Kain kassa 3) Statif 4) Gelas piala

(b c ) x 100% (c a )

16

b. Bahan 1) Ctka 2 mm c. Cara Kerja 1) Membungkus atau menyumbat salah satu ujung botol dengan kain kassa. 2) Memasukkan ctka ke dalam botol semprong dengan bagian yang tertutup kain kassa sebagai dasarnya. 3) Memasang botol semprong pada statif dan diatur seperlunya. 4) Merendam selama kurang lebih 48 jam. 5) Mengangkat semprong dan membiarkan air menetes samapi tetes terakhir. 6) Mengambil contoh tanahnya yang berada 1/3 bagian tengah semprong, mengukur kadar lengas sebanyak 2 kali ulangan. 3. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum) a. Alat 1) Cawan tembaga yang dasarnya berlubang 2) Mortir porselin 3) Saringan 2 mm 4) Timbangan analitik 5) Spatel 6) Oven 7) Eksikator 8) Gelas arloji 9) Kertas saring 10) Petridis b. Bahan 1) Ctka 2 mm 2) Aquades

17

c. Cara Kerja 1) Menggerus ctka menjadi butir primer dan menyaringnya 2 mm. 2) Mengambil cawan berlubang yang dasarnya diberi kertas saring yang sudah dibasahi. 3) Menimbang dengan gelas arloji sebagai alasannya (a g). 4) Dimasukan ctka yang telah digerus ke dalam cawan kurang lebih

lalu diketuk-ketukkan, menambah lagi ctka sampai lalu


diketuk-ketukkan lagi, kemudian menambahkan lagi ctka sampai penuh, mengetuknya lagi dan meratakannya. 5) Memasukkan cawan tersebut ke dalam perendam kemudian diisi air sampai permukaan air mencapai kurang lebih tinggi dinding cawan, perendaman 12 jam (setelah direndam permukaan tanah akan cembung minimal rata atau mendatar). 6) Mengangkat cawan dan membersihkan sisi luarnya lalu meratakan tanah setinggi cawan dengan diperes secara hati-hati dan menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji (sebagaib b). 7) Memasukkan ke dalam eksikator kemudian menimbang dengan diberi gelas arloji (sebagai c). 8) Memasukkan ke dalam oven bersuhu 1050 C selama 4 jam, lubang pembuangan pada oven harus terbuka. 9) Membuang tanah, membersihkan cawan dan kertas saring kemudian menimbangnya dengan alas gelas arloji (sebagai d). 10) Menghitung kadar lengasnya. Kadar Lengas Maksimum Tanah = 4. Batas Berubah Warna (BBW) a. Alat 1) Botol timbang 2) Colet 3) Botol pemancar 4) Cawan penguap

(b a ) ( c d ) x 100% (c d )

18

5) Oven 6) Eksikator 7) Spatel 8) Lempeng kaca 9) Papan kaca 10) Timbangan analitik b. Bahan 1) Ctka 0,5 mm 2) aquades c. Cara Kerja 1) Membuat pasta tanah dengan cara mencampur ctka 0,5 mm dengan air pada cawan penguap. 2) Meratakan pasta tanah pada kayu membentuk elips dengan ketinggian pada bagian tengah 3 mm dan makin ke tepi makin tipis. 3) Membiarkan semalam dan setelah ada beda warna mengambil tanah tersebut selebar 1 cm (warna terang dan warna gelap) untuk menganalisis KL-nya. 4) Memasukkan tanah tadi ke dalam botol timbang dan menimbangnya (sebagai b), dengan terlebih dahulu menimbang botol timbangannya (sebagai c). 5) Memasukkan ke dalam oven selama 4 jam. 6) Memasukkan ke eksikator dan setelah dingin menimbangnya (sebagai c). 7) Menghitung KL-nya.

(b c ) x 100% (c a )
5. Analisis pH Tanah a. Alat 1) Flakon 2) Pengaduk Kaca

19

3) pH meter 4) Timbangan b. Bahan 1) Ctka 0,5 mm sebanyak 10 gram 2) Reagen H2O (pH actual), KCL (pH potensial) dengan perbandingan 1: 2,5. c. Cara Kerja 1) Menimbang ctka sebanyak 5 gram dan memasukkan ke dalam dua buah flakon 2) Menambahkan aquadest 12,5 cc untuk analisi pH H2O, 12,5 untuk pH KCL 3) Mengaduk masing-masing hingga homogen selama 30 menit. 4) Mendiamkannya sampai mengendap 5) Mengukur masing-masing pH.

20

IV. HASIL PENGAMATAN A. Lokasi 1: Kampus Fakultas Pertanian UNS Lokasi Hari / Tanggal Waktu Profil Surveyor Cuaca Letak geografis Datum Ketinggian Klasifikasi a. b. c. Denah Lokasi PPT FAO UNESCO Soil Taxsonomi : : Aluvial : Litosol : Entisols : Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta : Sabtu, 12 November 2011 : Pukul 08.00 09.00 : III / Tiga : Kelompok 8 : Cerah atau Sunny ( SU ) : 07 33 36,5 LS dan 110 51 29,7 BT : WGS 1984 : 140 m dpl

Gambar 4.1 Denah Letak Profil 4 Kampus FP UNS

21

1. Pencandraan Bentang Lahan Tabel 4.1 Pengamatan Pencandraan Bentang Lahan No. Deskripsi Keterangan a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Lereng Arah Panjang lereng Fisiografi lahan Genangan Tutupan lahan Geologi Erosi Tingkat erosi Batuan permukaan 5 % (agak miring) Selatan 28,4 m Miscellaneous Tidak pernah Tutupan pohon QA (Bahan aluvium) Erosi permukaan Rendah < 0,1 % (jarak antara batuan

kecil > 8 m dan antar batu-batu besar sekitar 20 m) k. Vegetasi Rumput (Cyperus rotundhus), lamtoro pohon (Leucaena jati, pohon indica), glauca), mangga pohon

(Mangivera pisang pohon

(Musa akasia,

paradisiaca), dan pohon

kelengkeng. Sumber : Laporan Sementara

22

2. Deskripsi Profil/Pedon Tanah Tabel 4.2 Pengamatan Penyelidikan Profil Tanah No. Deskripsi Keterangan a. b. Metode Observasi Jeluk 1. Lapisan 1 2. Lapisan 2 c. Lapisan 1. Batas Lapisan 1 dan Lapisan 2 Berangsur 0 - 6 cm 6 - 21 cm Irisan Lereng

2. Bentuk batas Lapisan 1 dan Berombak Lapisan 2 d. Perakaran 1. Jumlah a) Lapisan 1 b) Lapisan 2 2. Ukuran a) Lapisan 1 b) Lapisan 2 Sumber : Laporan Sementara Halus Sangat halus Sedikit Sedikit

23

3. Sifat Fisika Tanah Tabel 4.3 Pengamatan Sifat-sifat Fisika Tanah No. Deskripsi Keterangan a. Tekstur tanah 1. Lapisan 1 2. Lapisan 2 b. Struktur tanah 1. Tipe a) Lapisan 1 b) Lapisan 2 2. Ukuran a) Lapisan 1 b) Lapisan 2 3. Derajad a) Lapisan 1 b) Lapisan 2 c. Konsistensi Lembab 1. Lapisan 1 2. Lapisan 2 d. Warna 1. Lapisan 1 2. Lapisan 2 e. Aerasi Drainasi 1. Lapisan 1 2. Lapisan 2 Sumber : Laporan Sementara Buruk Baik 2,5 Y 3/2 2,5 Y 5/3 Gembur Gembur Sedang Lemah Halus Kasar Gumpal membulat (sub angular blocky) Gumpal membulat (sub angular blocky) Geluh pasiran Geluh pasiran

24

4. Sifat Kimia Tanah Tabel 4.4 Pengamatan Sifat-sifat Kimia Tanah No. Deskripsi a. Keasaman/pH Tanah 1. pH H20 a) Lapisan 1 b) Lapisan 2 2. pH KCl a) Lapisan 1 b) Lapisan 2 b. Bahan Organik 1. Lapisan 1 2. Lapisan 2 c. Kadar Kapur 1. Lapisan 1 2. Lapisan 2 d. Konsentrasi 1. Lapisan 1 2. Lapisan 2 Sumber : Laporan Sementara Tidak ada Tidak ada Jenis Ukuran Macam ++ (sedang) 0 (tidak ada) 6 (Asam) 6 (Asam) 7 (Netral) 6 (Asam) Keterangan

25

6. Analisi Lengas Tanah a. Kadar Lengas Tanah Kering Angin Tabel 4.5 Pengamatan Kadar Lengas Tanah Kering Angin
Ukuran Ulang a (gr) b(gr) c(gr) KL KL ratarata

ctka 0,5mm

1x 2x 1x

56,298 54,153 57,216 61,292 56,577 53,377

71,207 68,993 72,246 72,617 68,344 70,787

70,202 68,002 71,140 71,464 68,344 70,787

7,2% 7,17% 7,13% 7,94% 9,64% 11,33% 8,11% 7,32% 6,53%

Ctka 2mm 2x 1x Bongkah 2x

Rumus Kadar Lengas Tanah = b. Kapasitas Lapangan Tabel 4. 6 Pengamatan Kapasitas Lapangan
Ukuran Ulang a (gr) b(gr) c(gr) KL KL ratarata Ctka 2mm 1x 2x 56,07 53,75 67,044 63,293 64,537 63,773 29,52% 27,39% 25,25%

Rumus Kapasistas Lapangan = c. Lengas Maksimum ctka 2 mm a : 52,92 b : 119,47 c : 92,947 d : 46,014 Rumus = = = 41,78%

26

d. Batas Berubah Warna (BBW) Tabel 4. 7 Pengamatan Batas Berubah Warna (BBW) Ukuran Ulang a (gr) b(gr) c(gr) KL KL ratarata Ctka 0,5mm 1x 2x 56,877 57,228 58,981 59,085 58,579 58,624 23,62% 28,32% 33,02%

Rumus Kapasitas Lapangan = e. Analisis pH Tanah pH KCL = 5,4 (Masam kuat) pH H2O = 6,5 (Agak masam) B. Lokasi II Jatikuwung 1. Deskripsi Lokasi Lokasi Hari / Tanggal Waktu Pedon Surveyor Cuaca Letak geografis Datum Ketinggian Klasifikasi Tanah a. b. c. PPT : Grumusol : Vertisol : Jatikuwung, Gondangrejo : Sabtu, 12 November 2011 : Pukul 09.30 11.30 WIB : I / Satu : Kelompok 8 : Cerah atau Sunny ( SU ) : 070 31 0,99 LS dan 1100 50 70,8 BT : WGS 1984 : 179 m dpl

FAO UNESCO

Soil Taxonomi: Vertisol

27

Denah Lokasi U

:
Jatikuwu ng

Lokasi

RS. Dr. Oen

Gambar 4.5: Denah Profil dan Pedon di Jatikuwung 1. Pencandraan Bentang Lahan Tabel 4.8 Pengamatan Pencandraan Bentang Lahan No. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Deskripsi Kemiringan/lereng Arah Panjang Fisiografi lahan Genangan Tutupan lahan Geologi Erosi Tingkat erosi Batuan permukaan Keterangan 30 % (agak curam) Barat Daya 12,4 m Up lift (U) Tidak pernah Tutupan Pohon (T) QVM (batuan gunung api merapi) Erosi permukaan Rendah Jumlah 0,13% dari luas

Kampu s

permukaan (jarak antar batuan kecil sekitar 1 m dan antara batuan besar sekitar 3 m) k. Vegetasi Rumput pohon (Cyperus jati, pohon rotundhus), mangga

(Mangivera indica) Sumber : Laporan Sementara

28

2. Penyelidikan Profil/Pedon Tanah Tabel 4.9 Pengamatan Penyelidikan Profil Tanah No. Deskripsi Keterangan a. b. Metode observasi Jeluk 1. Horizon A1 2. Horizon A2 3. Horizon B1 4. Horizon B2 c. Horizon 1. Batas horizon a) Horizon A1dan Horizon A2 b) Horizon A2 dan Horizon B1 c) Horizon B1dan Horizon B2 2. Bentuk batas horizon a) Horizon A1 dan Horizon A2 b) Horizon A2 dan Horizon B1 c) Horizon B1 dan Horizon B2 d. Perakaran 1. Jumlah a) Horizon A1 b) Horizon A2 c) Horizon B1 d) Horizon B2 2. Ukuran a) Horizon A1 b) Horizon A2 c) Horizon B1 d) Horizon B2 Sumber : Laporan Sementara Sedang Halus Sangat halus Sangat halus Banyak Banyak Biasa Sedikit Berombak Berombak Berombak Berangsur Jelas Berangsur 0 - 11 cm 11 18 cm 18 27 cm 27 35 cm Irisan lereng

29

3. Sifat Fisika Tanah Tabel 4.10 Pengamatan Sifat-Sifat Fisika Tanah No. Deskripsi Keterangan a. Tekstur tanah 1. Horizon A1 Geluh Pasiran 2. Horizon A2 Geluh Pasiran 3. Horizon B1 Geluh Lempung Pasiran (SCL) 4. Horizon B2 Geluh lempungan (CL)
b. Struktur tanah 1. Tipe a. Horizon A1 b. Horizon A2 c. Horizon B1 d. Horizon B2 2. Ukuran a. Horizon A1 b. Horizon A2 c. Horizon B1 d. Horizon B2 3. Derajad a. Horizon A1 b. Horizon A2 c. Horizon B1 d. Horizon B2 Konsistensi Lembab 1. Horizon A1 2. Horizon A2 3. Horizon B1 4. Horizon B2 Warna 1. Horizon A1 2. Horizon A2 3. Horizon B1 4. Horizon B2 Aerasi Drainasi 1. Horizon A1 2. Horizon A2 3. Horizon B1 4. Horizon B2

Kersai (Granular) Gumpal menyudut (angular blocky) Gumpal menyudut (angular blocky) Lempeng Kasar (C) Kasar (C) Sedang (M) Halus (F) Lemah (1) Sedang (2) Kuat (3) Kuat (3)

c.

Kering lunak Kering agak keras Kering sangat keras Kering sangat keras sekali

d.

2,5 YR 3/2 10 YR 4/3 2,5 Y 5/2 2,5 Y 5/2

e.

Sedang Sangat buruk Sedang Buruk

Sumber : Laporan Sementara

30

4. Sifat Kimia Tanah Tabel 4.11 Pengamatan Sifat-Sifat Kimia Tanah


No. a. Deskripsi Keasaman/pH Tanah Keterangan

1. pH H20 a) Horizon A1 b) Horizon A2 c) Horizon B1 d) Horizon B2 2. pH KCl a) Horizon A1 b) Horizon A2 c) Horizon B1 d) Horizon B2
b. Bahan Organik 5 (Asam) 5 (Asam) 5 (Asam) 5 (Asam) 7 (Netral) 7 (Netral) 6 (Asam) 7 (Netral)

1. Horizon A1 2. Horizon A2 3. Horizon B1 4. Horizon B2


Kadar Kapur c.

++++ (sangat banyak) +++ (banyak) ++ (sedikit) + (sangat sedikit)

1. Horizon A1 2. Horizon A2 3. Horizon B1 4. Horizon B2


Penetrasi

0 (tidak ada) 0 (tidak ada) 0 (tidak ada) 0 (tidak ada) 2 kg/cm2 2 kg /cm2 2,5 kg /cm2 2 kg /cm 2 2 kg /cm 2

f.

1. Vertikal 2. Horisontal a) b) c) d)
Horizon A1 Horizon A2 Horizon B1 Horizon B2

Sumber : Laporan Sementara

31

6. Analisi Lengas Tanah a. Kadar Lengas Tanah Kering Angin Tabel 4.12 Pengamatan Kadar Lengas Tanah Kering Angin
Ukuran Ulang a (gr) b(gr) c(gr) KL KL ratarata ctka 0,5mm 1x 2x 1x Ctka 2mm 2x 1x Bongkah 2x 55,49 68,583 69,478 16 57,24 54,59 71,869 70,553 70,684 68,117 8,8 18 17% 58,59 54,96 54,86 74,958 66,401 69,73 74,491 65,283 67,997 2,9 10 8,9 8,85%

6,45 %

Rumus Kadar Lengas Tanah =


b. Kapasitas Lapangan

Tabel 4. 13 Pengamatan Kapasitas Lapangan


Ukuran Ulang a (gr) b(gr) c(gr) KL KL ratarata Ctka 2mm 1x 2x 54,841 55,413 66,180 66,227 63,55 63,68 30,2% 30,5% 30,8%

Rumus Kapasistas Lapangan =

32

c. Lengas Maksimum ctka 2 mm a : 45,854 b : 98,480 c : 81,490 d : 43,777 Rumus =


= = = 39,5% x 100% x 100%

d. Batas Berubah Warna (BBW) Tabel 4. 14 Pengamatan Batas Berubah Warna (BBW) Ukuran Ulang a (gr) b(gr) c(gr) KL KL ratarata Ctka 0,5mm 1x 2x 18,455 54,545 19,233 55,541 19,19 55,417 4,4% 9,3% 14,2%

Rumus Kapasitas Lapangan = e. Analisis pH Tanah pH KCL = 6,094 (Agak masam) pH H2O = 6,831 (Netral) C. Lokasi III Jumantono Lokasi Hari / Tanggal Pedon Surveyor Cuaca Letak geografis : Bak Dalem, Sukosari, Jumantono, Karanganyar : Waktu : II/ Dua : Kelompok 8 : Hujan ( RA ) : 07 37 49,6 LS dan 110 56 54,3 BT : Pukul 07.00 09.00 WIB

33

Datum Ketinggian Klasifikasi Tanah a) b) c) Denah Lokasi


kampus

: WGS 1984 : 190 m dpl

PPT FAO UNESCO Soil Taxsonomi :

: Latosol : Fernalsols : Alfosols

Kantor Bupati

Monumen Pancasila

Rumah Kaca Stasiun Klimatologi

Jumantono

sumur

lokasi

Gambar 4.3: Denah lokasi Jumantono

34

1. Pencandraan Bentang Lahan Tabel 4.15 Pengamatan Pencandraan Bentang Lahan No. Deskripsi Keterangan a. b. c. d. e. f. g. Kemiringan/ lereng Arah Panjang lereng Fisiografi lahan Genangan Tutupan lahan Geologi 7 % (agak miring) 310 (Barat laut) 39,15m Miscellaneous Tidak pernah Tutupan tanaman QLLA (Endapan Kuarter Lahar Lawu) h. i. j. Erosi Tingkat erosi Batuan permukaan Erosi permukaan Rendah < 0,1 % (jarak antara batuan kecil > 8 m dan antar batu-batu besar sekitar 20 m) Jagung, mangga, kacang tanah, k Vegetasi nangka, rambutan, jati, semak, rumput Sumber : Laporan Sementara

35

2. Diskripsi Profil/Pedon Tanah Tabel 4.16 Pengamatan Penyelidikan Pedon No. Deskripsi a. b. Metode observasi Jeluk 1. Horizon A 2. Horizon B1 3. Horizon B2 c. Horizon 1. Batas Horizon a. Horizon A dan Horizon B1 b. Horizon B1 dan Horizon B2 2. Bentuk batas horizon b) Horizon A dan Horizon B1 c) Horizon B1dan Horizon B2 d. Perakaran 1. Jumlah a) Horizon A b) Horizon B1 c) Horizon B2 2. Ukuran a) Horizon A b) Horizon B1 c) Horizon B2 Sumber : Hasil Pengamatan Kasar Sedang Halus Banyak Biasa Sedikit Rata Berombak Jelas Baur 0 - 34 cm 34 - 75 cm 75 - 110 cm Keterangan Parit

3. Sifat Fisika Tanah Tabel 4.17 Pengamatan Sifat-sifat Fisika Tanah No. Deskripsi Keterangan a. Tekstur tanah 1. Horizon A Lempung debuan (Sic) 2. Horizon B1 Lempung (C) 3. Horizon B2 Lempung (C) b. Struktur tanah 1. Tipe a) Horizon A Kersai (granular) b) Horizon B1 Gumpal menyudut (angular blocky) c) Horizon B2 Gumpal membulat (sub angular blocky) 2. Ukuran a) Horizon A Halus b) Horizon B1 Sangat halus c) Horizon B2 Sangat halus 3. Derajad a) Horizon A Lemah b) Horizon B1 Sedang c) Horizon B2 Sedang c. KonsistensiLembab 1. Horizon A Gembur 2. Horizon B1 Teguh 3. Horizon B2 Teguh d. Warna 1. Horizon A 5 YR 4/6 (Yellow wish Red) 2. Horizon B1 5 YR 5/4 (Redist brown) 3. Horizon B2 7,5 YR 5/6 (Strong brown) e. Aerasi Drainasi 1. Horizon A Sangat baik 2. Horizon B1 Sangat buruk 3. Horizon B2 Sangat buruk f. Penetrasi 1. Vertikal 2 kg/cm2 2. Horisontal e) Horizon A 2,5 kg /cm2 f) Horizon B1 2 kg /cm2 g) Horizon B2 1,5 kg /cm 2 Sumber : Laporan Sementara

37

4. Sifat Kimia Tanah Tabel 4.18 Pengamatan Sifat-sifat Kimia Tanah No. Deskripsi Keterangan a. Keasaman 1. pH H20 a) b) c) Horizon A Horizon B1 Horizon B2 5 (asam) 5 (asam) 5 (asam)

2. pH KCl a) Horizon A b) Horizon B1 c) Horizon B2 b. Bahan Organik 1. Horizon A 2. Horizon B1 3. Horizon B2 c. Kadar Kapur 1. Horizon A 2. Horizon B1 3. Horizon B2 d. Konsentrasi 1. Horizon A 2. Horizon B1 3. Horizon B2 0 (tidak ada reaksi) 0 (tidak ada reaksi) 0 (tidak ada reaksi) Jenis Nodul Nodul Nodul Ukuran Halus Sangat kasar Sangat amat kasar Macam Mn Mn Mn ++++ (sangat banyak) +++ (banyak) ++ (sedikit) 5 (asam) 5 (asam) 6 (asam)

Sumber : Laporan Sementara

38

6. Analisi Lengas Tanah a. Kadar Lengas Tanah Kering Angin Tabel 4.19 Pengamatan Kadar Lengas Tanah Kering Angin Ukuran Ulang a (gr) b(gr) c(gr) KL KL rata-rata ctka 0,5mm 1x 2x 1x 2x 1x Bongkah 2x 55,34 68,07 65,71 23% 54,29 55,41 55,37 57,86 61,13 67,15 68,23 69,55 73,04 73,98 64,71 65,63 66,76 70,06 71,64 23% 23% 23% 25% 24,5% 24% 22% 22,5%

Ctka 2mm

Rumus Kadar Lengas Tanah = b. Kapasitas Lapangan Tabel 4.20 Pengamatan Kapasitas Lapangan Ukuran Ulang a (gr) b(gr) c(gr) KL KL ratarata Ctka 2mm 1x 2x 55,48 55,53 69,33 69,33 65,92 65,98 33% 33% 33%

Rumus Kapasistas Lapangan =

39

c. Lengas Maksimum ctka 2 mm a : 49,34 b : 97,32 c : 86,02 d : 51,48 Rumus = = = 39% d. Batas Berubah Warna (BBW) Tabel 4.21 Batas Berubah Warna (BBW) Ukuran Ulang a (gr) b(gr) c(gr) KL KL ratarata Ctka 0,5mm 1x 2x 49,52 54,55 50,25 55,05 50,13 54,94 20% 24% 28%

Rumus Kapasitas Lapangan = = = = 24% e. Analisis pH Tanah pH KCL = 5,7 (Masam) pH H2O = 6,2 (Agak masam)

40

V. PEMBAHASAN A. Kampus FP UNS 1. Pencandraan Bentang Lahan Pencandraan bentang lahan yang dilaksanakan di lahan kering Kampus Universitas sebelas maret mempunyai ketinggian 140 m dpl. Pencadraan yang dilakukan meliputi cuasa, lrtak geografis, lereng, arah, panjang , fisiografi lahan, genangan, tutupan lahan, geologi, erosi , tingkat erosi, batuan permukaan , vegetasi, denah lokasi. Lahan ini memiliki tingkat kemiringan 5% sehingga dikategorikan agak miring. Ketinggian tempat diukur dengan menggunakan altimeter, sedangkan kemiringan lereng diukur dengan alat klinometer. Arahnya 180 dari timur. Fisiografi lahanya Miscellaneous terjadi karena Hal ini yang biasanya akibat manusia. Tutupan lahanya > 25% berkanopi pohon kayu berupa tanaman berdaun jarum,tanaman rawa, mangrove, kelapa. Batuan permukaanya berjumlah belukar dan pohon. Landform di lahan pengamatan adalah daerah yang terbentuk dari hasil gravitasi atau koluvial. Timbulan mikro di sana adalah bentuk antropogen, yaitu bentuk muka tanah yang terbentuk karena campur tangan manusia, dimana telah ada pembatasan lahan untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dari lahan. Vegetasi yang terdapat di sana antara lain : pohon, rumput, semak belukar dan lain-lain. Pada Permukaan tanah di Fakultas Pertanian UNS ini terbebas dari genangan ataupun banjir sebab sepanjang tahunnya tidak terjadi banjir. Bentuk lahan di daerah kampus UNS ini adalah tanah entisol. 2. Penyidikan Profil Tanah Profil adalah penampang melintang vertikal tanah yang terdiri dari lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Cara pembuatan profil tanah adalah dengan menggali lubang dan membuat irisan tegak pada tebing. Syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pengamatan antara lain profil harus tegak, baru, dan tidak terkena sinar matahari langsung. Di 40 3-15 % dari luas permukaan semak

41

dalam menentukan batas horizon dapat dilakukan berdasarkan perbedaan warna, menusuk-nusuk tanah dengan gagang pisau belati dan diamati kekerasannya, serta dengan memukul-mukul tanah dengan gagang belati dan memperhatikan perbedaan suaranya. Pada praktikum ini yang diamati adalah profil 4. Profil tanah ini mempunyai jeluk atau solum tanah yaitu kedalaman profil tanah yang diukur dari permukaan tanah sampai pada batas akhir lapisan bawah tanah yang meliputi lapisan top soil dan lapisan sub soil. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tanah entisol belum dapat dibedakan menjadi horizon-horizon karena masih dalam tahab pembentukan. Tanah jenis entisol seperti tanah di Fakultas Pertanian ini hanya dapat dibedakan menjadi lapisan-lapisan saja. Menurut pengamatan yang dilakukan, tanah tersebut terbagi menjadi Lapisan 1 dan Lapisan 2. Batas antara lapisan 1 dan lapisan dua adalah berangsur. Batas tersebut dapat dikatakan berangsur karena ketebalan peralihannya antara 5 sampai 15 cm. Bentuk batas antara lapisan 1 dan lapisan 2 adalah berombak, karena batasnya berbentuk kantung dengan lebar lebih besar dari pada kedalamannya. Jumlah perakaran yang ada di lapisan 1 dan lapisan 2 sedikit. Ukuran perakaran lapisan 1 halus, dengan ukuran 1 sampai kurang dari 2 mm, sedangkan lapisan 2 sangat halus dengan ukuran < 1 mm. Perbedaan ukuran perakaran pada lapisan 1 dan lapisan 2 dikarenakan pada lapisan 1 merupakan lapisan atas, jadi yang terdapat pada lapisan tersebut adalah pangkal akar tanaman. Pada lapisan 2 yang merupakan lapisan yang lebih bawah daripada lapisan 1, perakaran yang terdapat di lapisan tersebut adalah ujung akar yang tentunya lebih kecil dari pangkal akarnya. Jumlah perakaran pada lapisan 1 dan 2 hampir sama banyaknya. Hal tersebut dkarenakan lapisan 1 dan lapisan 2 jarak ketebalannyatidak terlalu signivikan.

42

3. Sifat Fisika Tanah Pada pembahasan sifat fisika tanah ini, yang diamati adalah tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi, aerasi drainase, warna, dan uji penetrometer/ penetrasi. Salah satu sifat fisika tanah adalah tekstur. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay). Dalam penentuan tekstur tanah di lapangan menggunakan cara kualitatif, yaitu dengan merasakan tingkat kasar, licin dan lengketnya tanah tersebut. Pada pengamatan tanah kali ini, tekstur tanah yang didapat pada semua lapisan sama yaitu geluh pasiran, yang bercirikan rasa kasar agak keras tetapi mudah hancur, serta melekat. Tanah di wilayah ini termasuk tanah entisol yang mempunyai tekstur lempung, punya porositas total besar, jumlah pori makro besar sehingga kapasitas memegang air juga besar. Sehingga banyak mengakumulasi air. Istilah struktur tanah digunakan untuk menunjukkan secara garis besar keseluruhan agregasi atau susunan butir-butir tanah hasil dari proses pedogenesis. Hal yang dicatat dalam menentukan struktur tanah meliputi tipe, ukuran dan derajad struktur. Struktur tanah yang terlihat pada pengamatan yaitu pada lapisan 1 mempunyai struktur tanah dengan tipe gumpal membulat (sub angular blocky) dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut membulat, dengan ukuran halus dan berderajad sedang. Dan pada lapisan 2 memiliki struktur dengan tipe gumpal membulat (Sub angular blocky) juga dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut membulat dengan ukuran kasar, berderajad lemah. Aerasi adalah kemampuan sirkulasi udara dalam tanah. Sedangkan drainase menunujukkan kecepatan meresapnya air dari tanah. Dalam pengamatannya digunakan reagen HCl 1,2 N, KCNS 10%, dan K3Fe(CN)6 0,5 %. Dalam reaksinya membentuk warna yang sama sehingga dapat diketahui bahwa pada semua lapisan memiliki aerasi dan drainase sedang.

43

Pengamatan konsistensi dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu pada kondisi tanah kering, lembab atau basah. Konsistensi merupakan derajad ketahanan tanah dari perubahan bentuk atau pecahan oleh tekanan yang dipengaruhi kohesi dan adhesi. Tekanan dapat dilakukan dengan cara memeras, memijit dan memirit tanah dalam keadaan yang sebenarnya di lapangan. Pada tanah tersebut memiliki konsistensi gembur pada semua lapisan, tidak ada perbadaan konsistensi antara lapisan 1 dan lapisan 2. Warna tanah dapat memberikan keterangan mengenai: gatra pelikan tanah, tingkat peluruhan pelika-pelikan tanah, kandungan bahan organik, gejolak musiman air tanah, keadaan pengatusan dan tata udara tanah, kesuburan tanah, perbedaan horizon, dan unjuk kerja dan penggunaan tanah. Pengidentifikasian tanah menggunakan buku Munsell Soil Color Chart (MSCC). Untuk lapisan 1 dan lapisan 2 secara berturutturut 2,5 Y 3/2 dan 2,5 Y 5/3. Pengidentifikasian dilakukan dalam keadaan lembab. Pengukuran aerasi dan drainase tanah dilakukan dengan metode reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi pada tanah. Pada lapisan 1 memiliki aerasi-drainasi yang buruk karena saat pengamatan timbul warna biru mutlak disertai warna merah jambu. Pada lapisan 2 memiliki aerasi dan drainase yang baik karena saat pengamatan timbul warna merah nyata disertai warna hijau. 4. Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah yang dibahas pada praktikum kali ini adalah kemasaman, bahan organik, kadar kapur, dan konkresi tanah. Dalam uji kemasaman tanah digunakan 2 pH yaitu pH H2O/pH aktual/kemasaman aktif (jumlah ion H+ dalam larutan tanah) dan pH KCl/pH potensial/pH cadangan (jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan yang berada di komplek pertukaran). Dari hasil percobaan diketahui bahwa pH aktual pada lapisan 1 sebesar 7 , sedangkan lapisan 2 sebesar 6. Jadi selisih pH actual antara lapisan 1 dengan lapisan 2 sebesar 1. pH potensial pada lapisan 1 dan lapisan 2 sama yaitu sebesar 6. pH aktual selalu lebih besar dari pH

44

potensial karena pada pH aktual menggunakan pereaksi air yang merupakan zat yang netral sedangkan pada pH potencial menggunakan pereaksi KCL yang merupakan laruan yang bersifat asam. Bahan organik merupakan akumulasi seresah tumbuhan dan hewan yang telah mati dan telah terombakkan oleh jasad hidup tanah. Cara mengujinya dengan menetesi tiap contoh lapisan tanah dengan larutn H2O2 10%. Jika terdapat kandungan bahan organik maka akan terjadi percikanpercikan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, lapisan 1 mengandung bahan organik walaupun tidak begitu banyak, sedangkan lapisan 2 tidak mengandung bahan organik. Perbedaan tersebut dikarenakan pada lapisan 1 berada pada lapisan teratas tanah yang terdapat seresah. Pada tanah entisol mengandung bahan organik namun kadarnya tidak banyak karena seresah yang ada belum terdekomposisi dengan sempurna. Kadar kapur (CaCO3) dapat diketahui dengan meneteskan HCl 10% pada setiap contoh lapisan tanah. Jika timbul percikan maka pada lapisan tanah tersebut terdapat kapur, jika tidak terjadi reaksi apapun berarti tidak terdapat kandungan kapur pada tanah tersebut. Dari hasil praktikum diketahui bahwa pada lapisan 1 dan lapisan 2 tidak terdapat kapur. Konkresi terjadi akibat adanya proses oksidasi-reduksi dimana terjadi konsentrasi setempat dari bahan tanah. Konkresi sendiri dalam bidang pertanian dianggap merugikan sebab dengan adanya konkresi maka unsur hara akan terkonsentrasi di suatu tempat, sehingga akar akan lebih sulit untuk mendapatkan unsur hara. Penentuan tingkat konkresi Mn dilakukan dengan menetaskan larutan H2O2 3 % pada setiap contoh lapisan tanah. Bila terjadi percikan maka terdapat konkresi Mn. Konkresi Mn terjadi karena pencucian tanah akibat adanya hujan dan pengairan sehingga terjadi peresapan air ke dalam tanah dengan mambawa Mn. Hasil praktikum menunjukkan bahwa pada lapisan 1 dan lapisan 2 tidak terjadi konkresi.

45

5. Analisis Lengas Tanah Lengas tanah atau kelembaban tanah merupakan air yang terikat secara adsorbtif pada permukaan butir-butir tanah. Lengas tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi lengas tanah tersebut antara lain anasir iklim, kandungan bahan organik, fraksi lempung tanah, topografi, dan adanya bahan penutup tanah baik organik maupun anorganik. Kadar lengas merupakan salah satu sifat fisika tanah untuk mengetahui kemampuan penyerapan air dan ketersediaan hara pada setiap jenis tanaman. Pada analisis lengas tanah jenis vertisols ini yang dilakukan menggunakan contoh tanah kering angin yang lolos saringan 0,5 mm dan 2 mm. Pada ctka 2 mm dibagi menjadi 3 bagian yaitu a, b dan c masingmasing dua kali ulangan, a merupakan berat wadah sebelum dioven dan belum diisi dengan tanah, untuk b merupakan berat wadah setelah diisi tanah namun belum dioven, sedangkan c merupakan berat wadah yang telah diisi tanah dan dioven. Pada tanah 0,5 mm tanah dibagi menjadi 3 bagian juga namun dengan berat berbeda. Pada bagian a ulangan pertama seberat 56,298 gr dan ulangan kedua seberat 54,153 gr. Pada bagian b ulangan pertama seberat 71,207 gr dan ulangan kedua seberat 68,993 gr. Pada tanah bagian c ulangan pertama memiliki berat 70,202 gr dan kedua 68,002 gr. Pada percobaan tersebut diperoleh hasil KL sebesar 7,2% dan 7,13%, sehingga diperoleh KL rata-rata 7,17%. Pada ctka 2 mm a seberat 57,216 gr dan 61,292 gr, b seberat 72,246 gr dan 72,617 gr, serta c seberat 71,140 gr dan 71,464 gr. Dari data tersebut KL sebesar 7,94 % pada ulangan pertama dan 11,33% pada ulangan kedua. Dari data tersebut sehingga dapat dinyatakan KL rataratanya sebesar 9,64%. Lengas tanah kering angin bongkah dibagi menjadi 3 bagian yaitu a,b dan c masing-masing dua kali ulangan. Pada tanah bongkah a seberat 56,577 gr, b seberat 68,344, c seberat 68,344 gr yang menghasilkan KL sebesar 8,11 %. Ulangan yang kedua a seberat 53,377 gr, b seberat

46

70,787gr, c seberat 70,787 gr sehingga menghasilkan KL sebesar 6,53 %. Kedua data tersebut menghasilkan KL rata-rata sebesar 7,32%. Kapasitas lapangan yang diamati menggunakan Ctka 2 mm. Pengamatan dilakukan dengan 2 kali ulangan. Ulangan pertama memiliki berat a sebesar 54,841 gr, berat b 66,180 gr, berat c 63,55 gr menghasilkan KL sebesar 30,2 %. Ulangan kedua berat a 55,413 gr, berat b 66,227 gr, berat c 63,68 gr, menghasilkan KL sebesar 30,8 %. Data tersebut menghasilkan KL rata-rata sebesar 30,5%. Lengas maksimum tanah menggunakan Ctka 2 mm dengan hanya melakukan 1 kali ulangan. Berat a 45,854 gr, berat b 98,480 gr, berat c 81,490 gr, serta berat d 43,777 gr, dari data tersebut menghasilkan kadar lengas maksimum tanah sebesar 39,5 %. Perhitungan batas berubah warna menggunakan Ctka 0,5 mm dengan 2 kali ulangan. Ulangan pertama berat a 18,455 gr, berat b 19,233 gr, berat c 58,579 gr menghasilkan KL 23,619%. Ulangan kedua berat a 57,228 gr, berat b 59,085 gr, berat c 58,624 gr menghasilkan KL sebesar 33,022 %. Kedua data tersebut menghasiklan rata-rata KL sebesar 28,32 %. 6. Analisis pH Tanah Analisis pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa. Analisis pH tanah yang dilakukan dalam pratikum ini menggunakan contoh tanah kering angin yang lolos saringan 0,5 mm. Tanah ini diujikan dengan dua macam zat yaitu larutan pH H20 dan pH KCL. Pada larutan H20 kadar pHnya sebesar 6,5 sedangkan pada larutan KCL pH yang ada sebesar 5,4 yang berarti masam.

47

B. Jatikuwung 1. Pencandraan Bentang Lahan Daerah pengamatan kali ini berlokasi di daerah Jatikuwung. Pada praktikum kali ini yang diamati adalah profil. Bentang lahan di daerah ini terletak pada 07o 31 09,9 dan 110o 50 70,8 dengan ketinggian 179 meter di atas permukaan laut dan arah hadap 235o ke arah barat daya. Daerah ini memiliki tingkat kemiringan yang diukur dengan klinometer sekitar 30% yang berarti termasuk kategori agak curam. Panjang lereng yang diamati adalah 12,4 m. Fisiografi lahan pada daerah ini adalah up lift karena terbentuk akibat hasil pengangkatan oleh gaya endogen atau bumi. Dari hasil pengamatan di daerah Jatikuwung dapat diketahui bahwa di daerah ini tidak pernah terjadi genangan. Tutupan Lahan di daerah Jatikuwung yaitu pohon dengan vegetasi yang ada yakni rumput, pohon mangga, pohon jati, dan lain-lain. Jenis erosinya termasuk erosi permukaan (Sheet erotion) dengan tingkat erosi rendah. Fragmen batuan yang ada di permukaan, dalam tanah, serta tersingkap di permukaan dapat disebutkan tergolong ke dalam kelas 2 maksudnya adalah jumlah sebaran batuan <0,1-3% dari luas permukaan. Jarak antar batuan kecil 1 m dan antar batuan besar sekitar 20 m. 2. Penyidikan Profil/Pedon Adapun taksonomi tanah pada wilayah ini adalah tanah vertisols (menurut USDA/FAO/UNESCO), atau grumusols (menurut PPT). Tanah ini memiliki geologi Qvm yaitu, batuan gunung api Merapi. Vertisols secara potensial termasuk tanah yang subur karena berkembang dari abu vulkanis, yaitu dari gunung Merapi. Pada praktikum ini pengamatan dilakukan pada profil tanah. Metode observasi yang dilakukan adalah irisan lereng. Tanah di daerah Jatikuwung dapat dibedakan menjadi Horizon A1, A2 serta Horizon B1 dan B2. Horizon A1, kedalaman jeluk adalah 11 cm, dimulai dari 0-11 cm. Horizon A2 berada pada kedalaman antara 11-18 cm, berarti panjangnya 7

48

cm. Horizon B1 dan B2 secara berturut-turut berada pada kedalaman 18-27 cm dan 27-35 cm. Ketegasan batas horizon A1 dengan A2 berangsur, A2 dengan B1 jelas, sedangkan B1 dengan B2 juga berangsur. Topografi batas horizon untuk semua horizon berombak. Jumlah perakaran horizon A1 dan A2 banyak, pada horizon B1 biasa, dan pada horizon B2 sedikit. Untuk ukuran perakaran pada horizon A1 sedang, yaitu antara 2 sampai < 5mm, sedangkan pada horizon A2 halus dengan ukuran antara 1 sampai < 2mm. Horizon B1, dan horizon B2 sangat halus dengan ukuran < 1mm. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena lapisan paling atas biasanya masih terdapat banyak akar-akar tanaman dan akar pada tanaman besar juga masih pada pangkal akar yang relatif besar dibanding ujung akar yang terletak pada lapisan tanah yang lebih bawah. Horizon B1 dan B2 terdapat perakaran yang sangat halus, kemungkinan itu telah termasuk rambutrambut akar. 3. Sifat Fisika Tanah Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya suatu tanah yang merupakan perbandingan fraksi-fraksi debu, pasir dan lempung. Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan berdasarkan rabaan dan gejala konsistensi. Pada Pedonini, bertekstur lempung pada setiap horizon. Faktor-faktor yang berpengaruh pada tekstur tanah antara lain keadaan aerasi dan draenasi yang sangat penting bagi penentuan kesuburan tanah serta adanya kegiatan mikrobia yang dapat bertahan dalam struktur tanah tertentu. Selain itu, struktur tanah juga berpengaruh langsung terhadap konsistensi tanah atau kemampuan tanah terhadap perubahan bentuk atau perpecahan yang ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi. Struktur tanah akan berpengaruh pada aerasi dan drainase yang berperan penting dalam menentukan kondisi tanah. Hasil pengamatan yang terlihat saat penagamatan tekstur tanah Jatikuwung, tekstur tanah Horizon A1 dan A2 adalah geluh pasiran, karena saat dilakukan pengamatan tanah terasa sangat kasar sekali, tidak

49

membantuk bola dan gulungan serta tidak melekat. Horizon B1 teksturnya geluh lempung pasiran karena saat dipilin terasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh, membentuk gulungan jika dipirid tetapi mudah hancur, serta melekat. Horizon terakhir yaitu Horizon B2 memilki tekstur geluh lempungan dengan ciri membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipirid tetapi mudah hancur dan daya lekatnya sedang. Struktur tanah juga berpengaruh pada ketahanan tanah akibat adanya faktor yang bersifat merusak seperti air hujan, tekanan dan suhu yang fluktuatif. Pada semua horizon tipe struktur tanah Horizon A1 adalah kersai atau granulair, sedangkan Horizon A2 dan B1 sama yaitu geluh lempung pasiran. Horizon B2 memiliki tekstur lempeng. Ukuran struktur tanah pada Horizon A1 dan A2 yaitu kasar, untuk horizon B1 yaitu sedang, serta Horizon B2 ukurannya halus. Derajad kekerasan struktur tanah pada Horizon A1 yaitu lemah, sedangkan horizon A2 tingkatnya sedang, sedangkan untuk Horizon B1 dan B2 tingkat kekerasannya kuat. Konsistensi tanah vertisol khususnya Jatikuwung ini berbedabeda setiap lapisan. Pada Horizon A1 adalah kering lunak. Horizon A2 termasuk pada konsistensi kering agak keras, sedangkan Horizon B1 konsistensinya kering sangat keras dan pada Horizon B2 konsistensinya kering sangat keras sekali. Konsistensi tanah berpengaruh pada ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau pepecahan yang disebabkan oleh berbagai faktor dari luar maupun dalam seperti tekanan dari air hujan, aliran air, suhu yang fluktuatif baik dari dalam maupun luar tanah. Warna tanah mencerminkan sifat tanah seperti kadar bahan organik, keadaan airase dan drainase, tingkat perkembangan tanah dan lain-lain. Warna tanah ditentukan dengan standar warna dari Munsell Soil Colour Chart Book atau MSCC Book. Warna tanah dinyatakan dengan 3 satuan yaitu Hue yang menyatakan warna spektrum dominan, sesuai

dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya

50

warna, sesuai banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma yang menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Pada pengamatan kali ini untuk tiap-tiap lapisan mempunyai warna yang berbeda. Untuk horizon A1 didapatkan 2,5 YR 3/2, sedangkan pada Horizon A2 10 YR pada Horizon B1 dan B2 didapatkan 2,5 Y 5/2. Aerasi dan drainasi tanah vertisol daerah Jatikuwung berbeda tiap lapisannya. Horizon A1 dan B1bersifat sedang karena saat melakukan pengujian warna muncul warna merah nyata disertai biru nyata, dengan kata lain oksidasi dan reduksinya seimbang. Horizon A2 muncul warna biru nyata saja, berarti pada lapisan ini aerasi dan drainasi sangat buruk karena terjadi reduksi mutlak. Horizon terakhir yaitu horizon B2 aerasi dan drainasinya buruk karena saat pengujian muncul warna biru nyata disertai merah jambu. 4. Sifat Kimia Tanah Senyawa kimia yang terkandung dalam tanah sangat berpengaruh dan penting pada penentuan sifat tanah. Pada tingkat kesuburan tanah pada khususnya. Penentuan pH pada praktikum ini dengan menggunakan pH stick (pH aktual dan pH potensial). Dari hasil pengamatan maka didapat pH H2O pada horizon A1, A2, B2 didapatkan pH sebesar 7 (netral), sedangkan horizon B1 pH nya sebesar 6 (masam). Sedangkan untuk pH KCl pada semua horizon didapatkan pH sebesar 5 (masam). Selain penentuan pH pada pengamatan kali ini juga mengamati jumlah bahan organik (BO) secara kualitatif, yaitu dengan cara mengamati buih yang timbul setelah ditetesi dengan H2O2 10 % . Pada praktikum ini didapatkan jumlah buih dari horizon A1 sangat banyak, horizon A2 banyak namun tidak sebanyak horizon , horizon B1 sedikit, horizon B2 sangat sedikit. Buih timbul karena terjadi reaksi antara karbon dengan hidrogen peroksida yang menimbulkan adanya gas CO2 dan uap air. Hal ini menunjukkan bahwa tanah tersebut juga mempunyai kandungan bahan organik yang cukup tinggi, karena pada setiap horizon

51

terdapat bahan organik. Secara umum pada tanah di lokasi Jatikuwung tidak ditemukan adanya kandungan CaCO3 atau kapur. 5. Analisis Lengas Tanah Lengas tanah atau kelembaban tanah merupakan air yang terikat secara adsorbtif pada permukaan butir-butir tanah. Lengas tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi lengas tanah tersebut antara lain anasir iklim, kandungan bahan organik, fraksi lempung tanah, topografi, dan adanya bahan penutup tanah baik organik maupun anorganik. Kadar lengas merupakan salah satu sifat fisika tanah untuk mengetahui kemampuan penyerapan air dan ketersediaan hara pada setiap jenis tanaman. Pada analisis lengas tanah jenis alfisols ini yang dilakukan menggunakan contoh tanah kering angin yang lolos saringan 0,5 mm dan 2 mm. Pada ctka 2 mm dibagi menjadi 3 bagian yaitu a, b dan c masingmasing dua kali ulangan, a merupakan berat wadah sebelum dioven dan belum diisi dengan tanah, untuk b merupakan berat wadah setelah diisi tanah namun belum dioven, sedangkan c merupakan berat wadah yang telah diisi tanah dan dioven. Pada tanah 0,5 mm tanah dibagi menjadi 3 bagian juga namun dengan berat berbeda. Pada bagian a ulangan pertama seberat 58,59 gr dan ulangan kedua seberat 54,96 gr. Pada bagian b ulangan pertama seberat 74,958 gr dan ulangan kedua seberat 66,401 gr. Pada tanah bagian c ulangan pertama memiliki berat 74,491 gr dan kedua 65,283 gr. Pada percobaan tersebut diperoleh hasil KL sebesar 2,9% dan 10%, sehingga diperoleh KL rata-rata 6,45%. Pada ctka 2 mm a seberat 54,86 gr dan 57,24 gr, b seberat 69,73 gr dan 71,869 gr, serta c seberat 67,997 gr dan 70,684 gr. Dari data tersebut KL sebesar 8,9 % pada ulangan pertama dan 8,8% pada ulangan kedua. Dengan data tersebut dapat diperoleh KL rata-ratanya 8,85%. Lengas tanah kering angin bongkah dibagi menjadi 3 bagian yaitu a,b dan c masing-masing dua kali ulangan. Pada tanah bongkah a seberat 54,59 gr, b seberat 70,553 gr, c seberat 68,117 gr yang menghasilkan KL

52

sebesar 18%. Ulangan yang kedua a seberat 55,49 gr, b seberat 68,583 gr, c seberat 69,478 gr sehingga menghasilkan KL sebesar 16 %. Kedua data tersebut menghasilkan KL rata-rata sebesar 17%. Kapasitas lapangan yang diamati menggunakan Ctka 2 mm. Pengamatan dilakukan dengan 2 kali ulangan. Ulangan pertama memiliki berat a sebesar 54,841 gr, berat b 66,180 gr, berat c 63,55 gr menghasilkan KL sebesar 30,2 %. Ulangan kedua berat a 55,413 gr, berat b 66,227 gr, berat c 63,68 gr, menghasilkan KL sebesar 30,8 %. Data tersebut menghasilkan KL rata-rata sebesar 30,5%. Lengas maksimum tanah menggunakan Ctka 2 mm dengan hanya melakukan 1 kali ulangan. Berat a 45,854 gr, berat b 98,480 gr, berat c 81,490 gr, serta berat d 43,777 gr, dari data tersebut menghasilkan kadar lengas maksimum tanah sebesar 39,5 %. Perhitungan batas berubah warna menggunakan Ctka 0,5 mm dengan 2 kali ulangan. Ulangan pertama berat a 18,455 gr, berat b 19,233 gr, berat c 19,19 gr menghasilkan KL 4,4%. Ulangan kedua berat a 54,545 gr, berat b 55,541 gr, berat c 55,417 gr menghasilkan KL sebesar 14,2 %. Kedua data tersebut menghasiklan ratarata KL sebesar 18,6 %. 6. Analisis pH Tanah Analisis pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa. Analisis pH tanah yang dilakukan dalam pratikum ini menggunakan contoh tanah kering angin yang lolos saringan 0,5 mm. Tanah ini diujikan dengan dua macam zat yaitu larutan pH H20 dan pH KCL. Pada larutan H20 kadar pHnya sebesar 6,831 sedangkan pada larutan KCL pH yang ada sebesar 6,094 yang berarti masam.

53

C. Jumantono 1. Pencandraan Bentang Lahan Pencadraan bentang lahan yang dilaksanakan di lahan kering di daerah Jumantono mempunyai ketinggian 190 m dpl. Pencandraan yang dilakukan meliputi lereng, arah, panjang , fisiografi lahan, genangan, tutupan lahan,geologi, erosi , Tingkat erosi, batuan permukaan , vegetasi, denah lokasi. Lahan dikategorikan ini agak mempunyai miring. tingkat Ketinggian kemiringan tempat 7% diukur sehingga dengan

menggunakan altimeter, sedangkan kemiringan lereng diukur dengan alat klinometer. Arahnya 310 dari utara dan menunjukan ke arah barat laut. Pada lahan ini tidak ditemukan genangan ataupun banjir dengan tingkat erosi rendah. Bentuk lahan yang ada di Jumantono adalah vulkanik yang terbentuk akibat aktivitas gunung berapi, yaitu Gunung Lawu. Lahan ini digunakan untuk tegal, dengan berbagai jenis vegetasi seperti ketela pohon,mangga, jagung, wijen,dan kacang tanah. Tutupan lahanya tutupan buatan, tutupan bukan vegetatif berupa infrastruktur jalan atau rel serta pemukiman industri. Tingkat erosi tanah didaerah jumantono rendah,erosinya erosi parit. batuan permukaan berjumlah kurang dari 0,1 % dari luas permukaan dan jarak antar batuan kecil lebih dari 8m. Dan antar batuan besar sekitar 20 m. 2. Penyidikan Profil/Pedon Adapun taksonomi tanah pada wilayah ini adalah tanah alfisols (menurut USDA), ferasols (menurut FAO/UNESCO), dan latosols (menurut PPT). Tanah ini memiliki geologi QLLA yaitu, batuan gunung api Lawu. Alfisols secara potensial termasuk tanah yang subur, meskipun bahaya erosi perlu mendapat perhatian. Untuk peningkatan produksi masih diperlukan usaha-usaha intensifikasi antara lain pemupukan dan

pemeliharaan tanah serta tanaman yang sebaik-baiknya. Penyidikan profil tanah adalah suatu usaha penggambaran penampang lintang tubuh tanah dalan bentuk tulisan atau notasi.

54

Penyidikan profil tanah ini merupakan langkah pokok untuk mendapatkan keterangan secara utuh mengenai aneka gatera tubuh tanah, yang dapat digunakan sebagai landasan untuk pengklasifikasinya atau sebagai acuan pengambilan keputusan untuk pengelolaannya. Penyidikan profil tanah dapat dibuat dengan cara menggali lubang atau mengiris tanah yang tidak terkena cahaya matahari di daerah perbukitan. Di lokasi survey ini pengamatan dilakukan dengan menggali jeluk berupa pedon sedalam 110 cm. Dari pengamatan tersebut didapat tiga lapisan tanah. Horizon tanah yang dapat ditemukan pada pedon ini adalah horizon A, B1, dan B2. Batas dari Horizon A ke B1 yaitu jelas dan batas dari Horizon B1 ke Horizon B2 baur .Bentuk dari batas horizon tersebut yaitu rata dan berombak. Hal ini menggambarkan ketebalan tanah tidak merata, karena proses-proses perkembangan tanah tidak berjalan dengan baik. Artinya ada kendalakendala yang bisa menghalangi proses perkembangan tanah tersebut. Pada horizon A memiliki perakaran yang kasar, dengan jumlah yang banyak. Horizon B1 dan B2 memiliki perakaran bentuk sedang dan halus, dengan jumlah berbentuk sedang biasa dan yang halus sedikit. Antara lapisan memiliki ketegasan batasnya bersifat berangsur. Banyaknya akar tergantung pada tersedianya air, udara dan zat hara tanaman pada lapisan tanah. Lapisan-lapisan tertentu tidak dapat ditembus akar tanaman karena tanahnya keras dan teguh. 3. Sifat Fisika Tanah Sifat fisika tanah adalah sifat tanah yang dapat dilihat dan diamati secara fisik. Sifat fisika tanah yang diamati pada praktikum kali ini antara lain tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi, warna , penetrasi. Tekstur tanah yaitu perbandingan antara fraksi-fraksi penyusun massa tanah yang meliputi pasir geluhan (LS), debu (silt), dan pasir (sandy) dalam suatu massa tanah di daerah tertentu. Lahan ini mempunyai tekstur tanah diukur dengan menggunakan indera perasa, yaitu dengan memijit tanah diantara ibu jari dan jari-jari sambil dirasakan halus

55

kasarnya. Metode ini berifat subjektif. Setelah diamati, diketahui bahwa pada pedon ini, Horizon A lempung debuan (SiC), B1 dan B2 adalah lempung (C). Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu dengan yang lainnya, atau merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah, yang diamati bentuk, ukuran, dan derajatnya dengan menggunakan loop. Sedangkan Agregat adalah hasil penggabungan partikel tanah. Struktur tanah dapat diamati dengan cara mengambil gumpalan pada tiaptiap lapisan tanah lalu dipecah dengan jari kemudian ditentukan tipe, ukuran, dan derajad strukur tanahnya. Pada horizon kersai atau glanulair, sedangkan pada horizon B1 Anguler Blocky atau gumpal menyudut dengan ukuran sangat halus yang tipe derajatnya lemah dan horizon B2 tipe tanahnya Sub Angular Blocky atau gumpal membulat dengan ukuran sangat halus yang derajatnya teguh. Dari data sifat fisika tanah, dapat juga diketahui konsistensi tanah dalam kondisi tanah basah, lembab, dan kering. Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau perpecahan yang ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi, dan dipengaruhi oleh tekstur, struktur, koloid, dan bahan organik dan mempunyai kategori berbeda pada setiap lapisan. Pada pedon yang diamati pada Horizon A konsistensinya gembur, sedangkan horizon B1 dan Horizon B2 konsistensinya teguh. Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan di lapangan. Dalam penentuan warna tanah, harus dipenuhi beberapa syarat, antara lain : tanah harus lembab, tempat terlindung dari matahari, tanah ditaruh di bawah lubang kertas MSCC dengan jari, tanah tidak boleh mengkilap kecuali pada warna bidang struktur. Warna tanah dapat ditentukan dengan standard warna dari Munsell Soil Colour Chart (MSCC). Menurut standard MSCC tersebut, warna tanah pada horizon A adalah 5 YR 4/6 (Yellow wish Red), horizon B1 adalah 5 YR 5/4 (Redist Brown) dan horizon B2 adalah 7,5 YR 5/6 (Strong Brown).

56

Pengamatan sifat fisika tanah menggunakan alat uji penetrometer yang bertujuan untuk mengetahui daya mekanik tanah. Manfaat yang diperoleh dari pengamatan ini adalah mengetahui kekuatan tanah dalam menopang beban di atasnya. Secara vertikal, nilai yang ditunjukkan alat uji penetrometer adalah 2 kg/cm2, sedangkan secara horizontal pada Horizon A nilai yang ditunjukkan adalah 2,5 kg/cm2, Horizon B1 adalah 2 kg/cm2, sedangkan Horizon B2 adalah 1,5 kg/cm2. Aerasi dan drainase tanah merupakan sifat tanah yang erat hubungannya dengan kemampuan tanah dalam menyediakan air dan udara. Untuk pengamatan aerasi dan drainase, digunakan reagen HCl 1,2N; KCNS 10% dan K4Fe(CN)6 0,5%. Reaksi yang ditunjukkan sample tanah dari Horizon A sangat baik, pada Horizon B1 dan Horizon B2 bersifat sangat buruk. Pada penetrasi, penetrasi vertikal tanah di Jumantono sebesar 2 kg/cm2, untuk penetrasi horizontal setiap horizon berbeda. Horizon A penetrasinya sebesar 2,5 kg /cm2, untuk Horizon B1 dan B2 secara berturutturut penetrasinya 2 kg /cm2 dan 1,5 kg /cm 2 . jadi pada tanah di Jumantono ini, setiap lapisan lebih bawah memiliki penetrasi yang lebih kecil. 4. Sifat Kimia Tanah Komponen kimia dalam tanah berperan dalam penentuan sifat dan ciri tanah pada umumnya, dan kesuburan tanah pada khususnya. Sifat kimia dapat menunjukkan unsur-unsur yang tersedia dalam tanah, lanjut tidaknya perkembangan tanah dan sebagainya. Sifat kimia tanah yang diamati antara lain kemasaman, kandungan bahan organik, kandungan kapur. Dari hasil uji kemasaman tanah digunakan 2 pH yaitu pH H2O / pH aktual / kemasaman aktif (jumlah ion H+ dalam larutan tanah) dan pH KCl/pH potensial/pH cadangan (jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan yang berada di komplek pertukaran) (Harjadi, 2003). Dari hasil percobaan diketahui bahwa pH H2O pada Horizon A, Horizon B1 dan Horizon B2

57

adalah sama, yaitu 5. Sedangkan untuk pH KCl pada Horizon A dan B1 adalah 5, sedangkan Horizon B2 pH nya 6. Selanjutnya, bahan organik merupakan akumulasi seresah tumbuhan dan hewan yang telah mati dan telah terombakkan oleh jasad hidup tanah. Cara mengujinya dengan menetesi tiap contoh lapisan tanah dengan larutan H2O2 10%. Jika terdapat kandungan bahan organik maka akan terjadi percikan-percikan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, horizon A mengandung sangat banyak bahan organik, horizon B1 mengandung banyak bahan organik sedangkan Horizon dan B2 mengandung sedikit bahan organik. Kadar kapur (CaCO3) dapat diketahui dengan meneteskan HCl 10% pada setiap contoh lapisan tanah. Jika timbul buih - buih maka pada lapisan tanah tersebut terdapat kapur. Daerah Jumantono merupakan daerah yang tanahnya terjadi akibat aktivitas vulkanik gunung Lawu dan aktivitas fluvial. Sehingga dalam tanah hampir tidak ditemukan kadar kapur di lahan ini. Untuk mengetahui apakah tanah itu mengandung kapur atau tidak kita lakukan penetesan HCl 10% pada tanah, kalau terjadi reaksi dan menimbulkan buih maka tanah itu mengandung kapur. Dan dari hasil praktikum diketahui bahwa pada semua lapisan baik Horizon A, B1, dan B2 tidak terdapat kandungan kapur. Kosentrasi terjadi akibat adanya proses oksidasi-reduksi dimana terjadi konsentrasi setempat dari bahan tanah. Horizon A memiliki jenis konsentrasi nodul dengan ukuran halus dan macamnya Mn. Horizon B1 dan B2 memiliki jenis konsentrasi Nodul, ukuran sangat halus dan macamnya Mn. 5. Analisis Lengas Tanah Lengas tanah atau kelembaban tanah merupakan air yang terikat secara adsorbtif pada permukaan butir-butir tanah. Lengas tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi lengas tanah tersebut antara lain anasir iklim, kandungan bahan organik, fraksi lempung tanah, topografi, dan adanya bahan penutup tanah baik organik maupun

58

anorganik. Kadar lengas merupakan salah satu sifat fisika tanah untuk mengetahui kemampuan penyerapan air dan ketersediaan hara pada setiap jenis tanaman. Pada analisis lengas tanah jenis alfisols ini yang dilakukan menggunakan contoh tanah kering angin yang lolos saringan 0,5 mm dan 2 mm. Pada ctka 2 mm dibagi menjadi 3 bagian yaitu a, b dan c masingmasing dua kali ulangan, a merupakan berat wadah sebelum dioven dan belum diisi dengan tanah, untuk b merupakan berat wadah setelah diisi tanah namun belum dioven, sedangkan c merupakan berat wadah yang telah diisi tanah dan dioven. Pada tanah 0,5 mm tanah dibagi menjadi 3 bagian juga namun dengan berat berbeda. Pada bagian a ulangan pertama seberat 67,15 gr dan ulangan kedua seberat 69,03 gr. Pada bagian b ulangan pertama seberat 67,76 gr dan ulangan kedua seberat 69,03 gr. Pada tanah bagian c ulangan pertama memiliki berat 64,71 gr dan kedua 65,63 gr. Pada percobaan tersebut diperoleh hasil KL sebesar 23% semua, sehingga diperoleh KL rata-rata 7,17%. Pada ctka 2 mm a seberat 55,37 gr dan 57,86 gr, b seberat 69,55 gr dan 73,04 gr, serta c seberat 66,67 gr dan 70,06 gr. Dari data tersebut KL sebesar 25 % pada ulangan pertama dan 24% pada ulangan kedua. Dengan data tersebut dapat diperoleh KL rata-ratanya 24,5%. Lengas tanah kering angin bongkah dibagi menjadi 3 bagian yaitu a,b dan c masing-masing dua kali ulangan. Pada tanah bongkah a seberat 61,13 gr, b seberat 73,98 gr, c seberat 71,64 gr yang menghasilkan KL sebesar 22%. Ulangan yang kedua a seberat 55,34 gr, b seberat 68,07 gr, c seberat 65,71 gr sehingga menghasilkan KL sebesar 23 %. Kedua data tersebut menghasilkan KL rata-rata sebesar 22,5%. Kapasitas lapangan yang diamati menggunakan Ctka 2 mm. Pengamatan dilakukan dengan 2 kali ulangan. Ulangan pertama memiliki berat a sebesar 55,48 gr, berat b 69,33 gr, berat c 65,92 menghasilkan KL sebesar 33 %. Ulangan kedua berat a 55,53 gr, berat b 69,33 gr, berat c

59

65,98 gr, menghasilkan KL sebesar 33 %. Data tersebut menghasilkan KL rata-rata sebesar 33%. Lengas maksimum tanah menggunakan Ctka 2 mm dengan hanya melakukan 1 kali ulangan. Berat a 49,34, berat b 97,32 gr, berat c 86,02 gr, berat d 51,48 gr, dari data tersebut menghasilkan kadar lengas maksimum tanah sebesar 39 %. Perhitungan batas berubah warna menggunakan Ctka 0,5 mm dengan 2 kali ulangan. Ulangan pertama berat a 49,25 gr, berat b 50,25 gr, berat c 50,13 gr menghasilkan KL 20%. Ulangan kedua berat a 54,55 gr, berat b 55,05 gr, berat c 54,94 gr menghasilkan KL sebesar 28 %. Kedua data tersebut menghasiklan rata-rata KL sebesar 24 %. 6. Analisis pH Tanah Analisis pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa. Analisis pH tanah yang dilakukan dalam pratikum ini menggunakan contoh tanah kering angin yang lolos saringan 0,5 mm. Tanah ini diujikan dengan dua macam zat yaitu larutan pH H20 dan pH KCL. Pada larutan H20 kadar pHnya sebesar 6,2 sedangkan pada larutan KCL pH yang ada sebesar 5,7 yang berarti masam.

60

VI. KOMPREHENSIF Dari hasil praktikum yang dilakukan pada ketiga lokasi, dapat diketahui adanya perbedaan jenis-jenis tanah, sehingga berpengaruh terhadap kesuburan tanah, sifat fisika dan sifat kimianya. Sifat sifat tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sifat fisika meliputi tekstur dan struktut tanah sedangkan sifat kimia meliputi bahan-bahan yang dikandung oleh jenis tanah yang diamati. Kampus FP UNS, sebagai lokasi pertama pengamatan diketahui bahwa jenis tanahnya adalah tanah Entisol (menurut USDA), Fluvisols (menurut FAO/UNESCO), dan Alluvial (menurut PPT). Tanah ini memiliki geologi bahan alluvium tua (QA) dengan berbahan induk dari abu vulkan, pasir pantai atau bahan sedimen. Lokasi kedua yaitu wilayah Jatikuwung memiliki jenis tanah Vertisol (menurut USDA), Vertisols (menurut FAO/UNESCO), dan Grumusols (menurut PPT). Tanah ini memiliki geologi QVM yaitu, batuan gunung api Merapi. Vertisols secara potensial termasuk tanah yang subur karena berkembang dari abu vulkanis, yaitu dari gunung Merapi. Lokasi terakhir yaitu Jumantono yang berjenis tanah Alfisol (menurut USDA), Ferasols (menurut FAO/UNESCO), dan Latosols (menurut PPT). Tanah ini memiliki geologi QLLA yaitu, endapan kuarter lahar Lawu. Alfisols secara potensial termasuk tanah yang subur, meskipun bahaya erosi perlu mendapat perhatian. Untuk peningkatan produksi masih diperlukan usaha-usaha intensifikasi antara lain pemupukan dan pemeliharaan tanah serta tanaman yang sebaik-baiknya. Dari perbedaan jenis tanah tersebut dapat diketahui bahwa sifat-sifat fisika dan kimiannya pun berbedabeda. Dari ketiga lokasi itu, Jatikuwung adalah lokasi yang memiliki kemiringan lereng tertinggi. Sedangkan untuk lokasi tersubur adalah tanah di wilayah Jumantono, karena merupakan tanah Alfisol yang berbahan induk dari endapan kuarter lahar Lawu. Selain itu tanah di wilayah tersebut telah mengalami campur tangan pengolahan manusia karena digunakan untuk lahan percobaan sehingga berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisikanya seperti teksturnya yang geluh (remah) pada semua horison, sangat subur untuk pertumbuhan tanaman. Berbeda halnya dengan tanah kampus dan Jatikuwung yang rata-rata bertekstur lempung. 60

61

Tekstur tanah mempunyai hubungan yang erat dengan konsistensi dan struktur tanah. Tanah pasir selalu lepas dan berbutir tunggal dan tanah lempung selalu sangat teguh dan hamper selalu mampat. Tekstur tanah juga dapat menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Aerasi dan drainase juga dapat dilihat dari tekstur tanah. Bila tanah dominan pasir, aerasi dan drainasenya cenderung baik karena tekstur pasir memiliki pori makro sehingga air dan unsur- unsur hara di lapisan atas dapat tercuci pada lapisan di bawahnya tetapi jika kandungan lempung dalam tanahnya sedikit maka aerasi dan drainasenya buruk karena tekstur lempung memiliki pori mikro dan lempung bersifat mengikat air pada layer (jarak antar kisi) sehingga aerasi dan drainase pada tanah yang mengandung lempung cenderung buruk. Konsistensi tanah merupakan derajat adhesi dan kohesi partikel tanah dan ketahanannya terhadap perubahan bentuk. Pentingnya konsistensi tanah adalah penetrasi untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan, tanah liat begitu lengket bila basah sehingga pembajakan menjadi sulit. Selain itu ada warna tanah, dengan memperhatikan warna tanah kita dapat mengetahui tingkat perkembangan tanah di suatu lahan, pada tanah yang berwarna merah biasanya banyak mengandung unsur besi, konkresi Mn menyebabkan becak-becak hitam pada tanah tersebut. Selain itu, hal lain yang membedakan adalah warna tanah pada masing-masing lokasi yang berbeda-beda. Warna tanah ini berbeda karena pengaruh berbagai faktor, seperti vegetasi tanaman, geologi dan erosi yang terjadi. Untuk konsistensi berpengaruh pada perakaran yang meliputi jumlah dan ukurannya, semakin teguh konsistensi, ukuran perakaran semakin kecil dengan jumlah semakin sedikit. Hal itu terlihat pada Laporan Sementara di setiap lokasi. Bahan organik yang terkandung pada masing-masing horison juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah tersebut. Bahan organik itu juga dipengaruhi pula oleh geologi pembentuk tanah. Semakin banyak bahan organik maka tanah itu semakin subur. Untuk kadar kemasaman pada masing-masing

62

lokasi hampir sama yaitu sekitar 7, baik menggunakan indikator H2O maupun KCl. Untuk tanah di wilayah Jatikuwung dapat mengalami pecah-pecah pada saat kering dan mengembang di saat basah, sifat ini tidak terlihat pada tanah di lokasi yang lain, baik kampus maupun Jumantono. Hal itu tidak lepas dari pengaruh batuan pembentuk tanah tersebut dan merupakan jenis tanah tipe 1:1 Kaolinit.

63

VII.

KESIMPULAN

A. Lokasi I: Kampus Fakultas Pertanian UNS Dari Laporan Sementara yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Mengenai morfologi lahan pada daerah pengamatan dapat disimpulkan : a. Tanah di FP UNS terbentuk dari hasil gravitasi atau koluvial dengan keadaan geologi lahan berupa formasi aluvial yang mempunyai ketinggian 140 mdpl dengan kemiringan 5 %, relief yang bergelombang dan kemas muka tanah yang licin. b. Erosi yang terjadi merupakan erosi permukaan dengan tingkat erosi yang rendah. c. Tanah di lahan FP UNS bebas gleisasi serta bebas genangan dan tanpa banjir (ketinggian banjir = 0 cm). d. Batuan permukaan < 0,1% dari luas permukaan. 2. Mengenai profil tanah pada daerah pengamatan dapat disimpulkan : a. Profil tanah yang diamati mempunyai 2 lapisan tanah dengan ketegasan batas antar lapisan tanah yang jelas. b. Perakaran yang terlihat dari atas ke bawah semakin sedikit dengan ukuran yang halus, disebabkan derajat tanah yang semakin ke bawah semakin kuat sehingga sulit ditembus akar. 3. Mengenai sifat fisika tanah pada daerah pengamatan dapat disimpulkan : a. Tekstur tanahnya rata-rata geluh pasiran dengan struktur tanah adalah sub angular blocky yang berderajat serta ukuran yang sedang. b. Konsistensi tanah di FP UNS adalah lembab dengan kategori gembur. c. Penentuan warna tanah menggunakan Munsell Soil Colour Chart (MSCC), dan hasilnya adalah : Lapisan 1 = 2,5 Y 3/2 Lapisan 2= 2,5 Y 5/3

d. Aerasi dan drainase sedang 4. Mengenai sifat kimia tanah pada daerah pengamatan dapat disimpulkan : a. Tanah di lahan pengamatan tidak ada kadar kapur (CaCO3). 63

64

b. pH aktual tanahnya 6-7 dan pH potensial tanahnya 7. c. Bahan organik sedang dan semakin ke bawah semakin sedikit B. Lokasi II: Jatikuwung Dari Laporan Sementara yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Mengenai morfologi lahan pada daerah pengamatan dapat disimpulkan : a. Tanah di Jatikuwung keadaaan fisiografinya terbentuk akibat hasil pengangkatan gas endogen dan mempunyai ketinggian 170 mdpl dengan kemiringan 30 %, tanahnya relief yang bergelombang dan kemas muka tanah yang licin. b. Erosi yang terjadi merupakan erosi permukaan dengan tingkat erosi rendah. c. Tanah di lahan Jatikuwung bebas gleisasi serta bebas genangan dan tanpa banjir (ketinggian banjir = 0 cm). d. Batuan permukaan 0,1-3% dari luas permukaan. 2. Mengenai profil tanah pada daerah pengamatan dapat disimpulkan : a. Profil tanah yang diamati mempunyai dua horizon dengan masingmasing horizon terbagi menjadi dua lapisan tanah dengan ketegasan batas antar lapisan tanah yang jelas. b. Perakaran yang terlihat dari atas ke bawah semakin sedikit dengan ukuran yang halus, disebabkan derajat tanah yang semakin ke bawah semakin kuat sehingga sulit ditembus akar. 3. Mengenai sifat fisika tanah pada daerah pengamatan dapat disimpulkan : a. Tekstur tanahnya rata-rata geluh lempung debuan dengan struktur tanah adalah angular. b. Penentuan warna tanah menggunakan Munsell Soil Colour Chart (MSCC), dan hasilnya adalah : 1) Horizon A1 2) Horizon A2 3) Horizon B1 4) Horizon B2

65

c.

Konsistensi tanah di Jatikuwung adalah lembab dengan kategori gembur, teguh.

d.

Aerasi dan drainase pada lahan pengamatan di Jatikuwung adalah sedang Daya topang tanah vertikal 2,5 kg/cm2 dan horizontal rata-rata 2 kg/cm2

e.

4. Mengenai sifat kimia tanah pada daerah pengamatan dapat disimpulkan : a. Tanah di lahan pengamatan tidak ada kadar kapur (CaCO3). b. pH aktual tanahnya adalah 6-7 dan rata-rata pH potensial tanahnya adalah 5. c. Warna tanah di lahan pengamatan semakin ke dalam semakin terang, disebabkan jumlah bahan organik semakin sedikit. d. Bahan organik semakin ke bawah semakn berkurang. C. Lokasi III: Jumantono Dari Laporan Sementara yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Mengenai morfologi lahan pada daerah pengamatan dapat disimpulkan : a. Tanah di Desa Sukosari, Jumantono, Karang Anyar keadaaan fisiografinya terletak diantara pegunungan vulkanik dan aktivitas fluvial dengan keadaan geologi lahan berupa formasi vulkanik mempunyai ketinggian 190 mdpl dengan kemiringan 7 %, tanahnya relief yang bergelombang dan kemas muka tanah yang licin. b. Erosi yang terjadi merupakan erosi permukaan dengan tingkat erosi rendah. c. Tanah di lahan Jumantono bebas gleisasi serta bebas genangan dan tanpa banjir (ketinggian banjir = 0 cm). d. Batuan permukaan < 0,1% dari luas permukaan. 2. Mengenai profil tanah pada daerah pengamatan dapat disimpulkan : e. Profil tanah yang diamati mempunyai dua horizon yaitu horizon A dan B yang terdiri dari 2 lapisan tanah dengan ketegasan batas antar lapisan tanah yang jelas.

66

f. Perakaran yang terlihat dari atas ke bawah semakin sedikit dengan ukuran yang halus, disebabkan derajat tanah yang semakin ke bawah semakin kuat sehingga sulit ditembus akar. 3. Mengenai sifat fisika tanah pada daerah pengamatan dapat disimpulkan : g. Tekstur tanahnya rata-rata geluh lempungan dengan struktur tanah adalah Sub angular blocky yang berukuran yang sedang. h. Penentuan warna tanah menggunakan Munsell Soil Colour Chart (MSCC), dan hasilnya adalah : 1) Horizon A 2) Horizon B1 3) Horizon B2 i. Konsistensi tanah di Jumantono adalah lembab dengan kategori gembur, teguh. j. Aerasi dan drainase sedang. k. Daya topang tanah vertikal 2 kg/cm2 dan horizontal rata-rata 2 kg/cm2 4. Mengenai sifat kimia tanah pada daerah pengamatan dapat disimpulkan : a. Tanah di lahan pengamatan tidak ada kadar kapur (CaCO3). b. pH aktual tanahnya 5 dan pH potensial tanahnya 5-6. c. Warna tanah di lahan pengamatan semakin ke dalam semakin terang, disebabkan jumlah bahan organik semakin sedikit. d. Dari lapisan atas ke bawah, terlihat adanya becak-becak yang semakin banyak dengan ukuran yang semakin membesar.

67

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, 2009. pH Tanah. Rineka Karya. Jakarta. Anonima. 2008. Permeabilitas Profil Tanah. _______b. 2005. Perkembangan Tanah. http://balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 15 November 2011 pukul 15.00 _______c. 2005. Unsur Makro dan Mikro dalam Tanah. _______d. 2009. Ph Tanah Kita. http://www.litbang.deptan.go.id/layanan/tanah. Diakses pada Jumat, 11 november 2011 Darmawijaya. 1997. Klasifikasi Tanah. UGM Press. Yogyakarta. Foth, H.D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Foth, Henry D. 1992. Dasar Dasar Ilmu Tanah. UGM Press. Yogyakarta. Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, Go Ban Ilong, N. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung Press. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah Dan Pedogenesis. Jakarta: Akapress. Herlambang, Jusica. 2000. Peranan Berbagai Jenia Vegetasi Sehingga Tanaman Pagar dalam Menekan Aliran Permukaan dan Erosi Tanah Dilahan Kritis. Dalam Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol.1 No.1 Hal 10-19. http://balittanah.litbang.deptan.go.id. November 2011 pukul 19.00 Kartasapoetra. 1992. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT Rineka Cipta Jakarta. Kustiawan. 2001. Erosi Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. Kuswandi. 1993. Konsentrasi Tanah. Pedogenesis Presindo. Jakarta. Munir, 1996. Unsur Kimia Tanah. Widya Pustaka. Bandung Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta: Agromedia Pustaka. Nurhajati dan Susi Wahyuni.1986. Tanah dan Lingkungan. Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen P dan K. Jakarta. Diakses pada tanggal 15

67

68

Sanchez,1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB. Bandung. Sanchez. 1976. Soils and Soil Fertility. Academic Press. New York. Sanjaya.1999. Peranan Berbagai Jenis Vegetasi Sehingga Tanaman Pagar dalam Menekan Aliran Permukaan dan Erosi Tanah Dilahan Kritis. Dalam Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol.1 No.1 Hal 10-19. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Sugiman. 1982. Ilmu Tanah Terjemahan. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Sunyoto. 1999. Tanah, Bentang Lahan dan Potensi Pengembangan Pertanian di Kawasan Sumba Bagian Timur. Jurnal Tanah Tropika Tahun V Nomor 9 Juli-Desember 1999. Universitas Lampung. Lampung. Sutopo, 1997. Genesa Tanah. Rajawali Press. Jakarta. Tan, Kim. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Bandung: Balai Penelitian Teh & Kina. Thomson. 1979. The Nature and Properties. Mc Millan Publishing Co,Inc. New York. Yunan, A et al. Karakteristik Tanah yang Berkembang dari Batuan Diorit dan Andesit Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol 6 (2) (2006) p: 109-115

Anda mungkin juga menyukai