Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Padi merupakan komoditas pangan yang memegang peranan penting dalam
pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan maupun industri pertanian. Ketersediaan
komoditas ini dipengaruhi oleh produksi usaha tani yang dilakukan oleh petani.
Produksi yang telah dihasilkan oleh petani diharapkan mampu meningkatkan tingkat
pendapatan petani. Tingkat pendapatan petani dipengaruhi oleh biaya produksi dan
harga jual output di pasar. Pemilihan komoditas padi karenapadi merupakan
komoditas yang paling dibutuhkan oelh mayoritas masyarakat Indonesia. Sayangnya,
peningkatan produksi padi tidak sebanding dengan laju pertambahan penduduk saat
ini, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk di Indonesia
pemerintah mengambil kebijakan melalui impor beras. Peningkatan jumlah penduduk
Indonesia sebesar 1,36% per tahun sehingga diperkirakan pada tahun 2020 dibutuhkan
beras sebesar 35,97 juta ton dengan asumsi konsumsi 137 kg per kapita. Intensifikasi
lahan terutama tanah-tanah sawah dalam upaya peningkatan produksi padi dengan
mengutamakan pemakaian pupuk kimia dan kurang memperhatikan penggunaan bahan
organik, membuat banyak tanah sawah telah berkurang kesuburannya. Salah satu
indikator penurunan kesuburan tanah adalah dari kadar C organiknya. Hasil analisis
Balai Penelitian Tanah, yang menghimpun 1.577 contoh tanah sawah yang tersebar di
seluruh Indonesia, menunjukkan bahwa dari 8,1 juta ha lahan sawah, sekitar 65%
tanah sawah mempunyai kandungan C-organik rendah sampai sangat rendah (C-
organik < 2%), dan hanya 35% yang mempunyai kandungan C-organik > 2 %
(Ma’sum et al, 2016).
Saluran tataniaga adalah pergerakan barang-barang dari pihak produsen ke
pihak konsumen melalui lembaga tataniaga. Panjang pendeknya saluran tataniaga
yang dilalui oleh suatu hasil peternakan tergantung dari beberapa factor yaitu jarak
antara produsen ke konsumen, cepat tidaknya produk rusak, skala produksi dan
posisi keuangan pengusaha. Sistem-sistem pemasaran yang efisien diperlukan untuk
membantu petani mendapatkan harga yang layak. Panjangnya mata rantai
pemasaran menjadi salah satu penyebab rendahnya harga jual yang diterima oleh
petani.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Lembaga dan Saluran Tataniaga Komoditas Padi di Tawangmangu ?
2. Berapa harga komoditas padi menjadi beras di Tawangmangu ?
3. Berapa banyak keuntungan dari pemasaran komoditas padi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui fungsi dalam lembaga dan saluran tataniaga komoditas padi
2. Mengetahui rantai saluran pemasaran pada komoditas padi
3. Mengetahui Harga, Keuntungan, dan Marjin pemasaran komoditas padi

Penutup
A. Kesimpulan
Lembaga dan Saluran Tataniaga Komoditas Padi di Tawangmangu meliputi
petani yang berperan sebagai produsen, padi selanjutnya akan ke mesin penggiling
padi sebagai sarana produkai untuk mengubah padi menjadi beras yang nantinya akan
didistribusikan oleh pedagang dan akhirnya menuju ke konsumen. Harga yang
didapat oleh konsumen akhir akan berbeda yang didasarkan pada panjang pendeknya
rantai pemasaran dan kualitas beras. Semakin panjang rantai dan semakin bagus
kualitas padi maka harga akan semakin naik. Keuntungan beras dengan kualitas biasa
dapat mencapai 1500, beras dengan kualitas baik mencapai 2500. marjin pemasaran
menggunakan aspek harga produk pada beras biasa mencapai 1500, sedangkan beras
dengan kualitas baikmencapai 2500.

B. Saran
1. Gabah yang di panen sebaiknya langsung di jemur agar kadar air langsung
berkurang sehingga bisa dengan cepat segera digiling untuk mengelupas kulit
dari biji padi.
2. Rantai pemasaran juga harus dibuat lebih oendek sehingga beras dapat lebih
cepat menuju ke tangan konsumen
3. Sebaiknya penyortiran kualitas padi dilakukan sejak di penggilingan, sehingga
keuntungan penggiling dapat lebih banyak karena padi yang berkualitas baik
dapat dijual dengan harga yang sedikit mahal.

Anda mungkin juga menyukai