Anda di halaman 1dari 82

1

PELAKSANAAN STRATEGI PEMASARAN PADA PRODUK KETELA


UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN DI GRIYA
KETELAKU, PLALANGAN GUNUNGPATI, KOTA SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Oleh:
PRAMESSHEILA GITA ANISSA
23040116140041

S-1 AGRIBISNIS
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kelurahan Plalangan merupakan salah satu kelurahan di Gunungpati yang

terkenal akan hasil pertaniannya yang melimpah, salah satunya adalah ketela.

Ketela di daerah ini produksinya sangatlah baik sehingga ketela merupakan

komoditi unggulan masyarakat sekitar yang memiliki peluang besar untuk dijadikan

sumber penghasilan atau usaha. Adanya peluang tersebut tidak lepas dari beberapa

permasalahan yang ada seperti masih banyak dari masyarakat sekitar yang tidak

tahu menahu tentang bagaimana cara memasarkan produknya agar dapat

menjangkau konsumen dan menghasilkan keuntungan bagi masyarakat tersebut.

Masyarakat di Kelurahan Plalangan masih sebatas menjual ketela dalam bentuk

ketela mentah atau ketela rebus saja sehingga diversifikasi produk ketela di

Kelurahan Plalangan ini masih sangat rendah dan perlu segera dikembangakan agar

mampu meningkatkan volume penjualan dari produk ketela itu sendiri.

Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya pemahaman mengenai

strategi pemasaran yang baik khususnya pada produk ketela dengan maksud untuk

meningkatkan penjualan produk itu sendiri sehingga mampu memberikan

keuntungan pada usaha masyarakat tersebut.

Strategi pemasaran adalah suatu strategi yang sengaja didesain untuk

mengoptimalkan penjualan dari produk/jasa yang ditawarkan oleh suatu


2

perusahaan/usaha sehingga tercapai target atau tujuan perusahaan. Strategi

pemasaran merupakan kunci sukses perusahaan didalam menentukan tinggi

rendahnya hasil penjualan pada suatu usaha (Rachmawati, 2011). Strategi

pemasaran sangatlah penting untuk diterapkan pada suatu usaha agar tingkat

penjualan yang diharapkan suatu usaha dapat tercapai dan usaha tersebut mampu

menghasilkan keuntungan yang berguna untuk mempertahankan keberlangsungan

usaha itu sendiri. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan suatu

usaha berskala kecil dan menengah yang memiliki peran didalam meningkatkan

perekonomian di Indonesia. Keberadaan UMKM dimaksudkan untuk

meningkatkan perekonomian rakyat dengan menciptakan suatu masyarakat yang

mandiri didalam membentuk usaha mereka sendiri untuk dikelola dan

dikembangkan sehingga terbentuk usaha mikro, kecil, dan menengah yang tangguh,

serta keberadaan UMKM yang ada juga mampu menyediakan suatu lapangan

pekerjaan baru bagi masyarakat untuk mengurangi angka pengangguran dan angka

kemiskinan sehingga mampu meningkatkan perekonomian di Indonesia ke jenjang

yang lebih tinggi (Putra, 2016).

Griya Ketelaku merupakan usaha berbentuk UMKM yang mana usaha ini

berfokus pada pengolahan ketela menjadi produk diversifikasinya seperti singkong

keju dan singkong dalam bentuk tepung. UMKM ini merupakan mitra binaan

Univesitas Negeri Semarang yang mana biaya yang mencakup semua proses

produksinya dibantu oleh pemerintah. Kegiatan pemasaran yang dilakukan di Griya

Ketelaku meliputi lingkup pemasaran hingga luar kota dan adanya diversifikasi

produk ketela menjadi tepung dan singkong keju ini merupakan salah satu strategi
3

jitu di dalam memasarkan produk tersebut, sehingga penulis disini tertarik

mengambil Praktik Kerja Lapangan dengan judul “Pelaksanaan Strategi Pemasaran

pada Produk Ketela untuk Meningkatkan Volume Penjualan di Griya Ketelaku,

Plalangan Gunungpati, Kota Semarang” dengan tujuan untuk mengetahui dan

mendalami lebih banyak tentang strategi pemasaran yang diterapkan di Griya

Ketelaku.

2. Tujuan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan

strategi pemasaran yaitu berupa segmenting, targeting, positioning, dan unsur-unsur

bauran pemasaran 4P (product, price, place, dan promotion) di Griya Ketelaku dan

untuk mengetahui adanya peningkatan volume penjualan dari pelaksanaan strategi

pemasaran tersebut.

3. Manfaat

Manfaat dari pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini adalah

mahasiswa mendapatkan ilmu dan pengalaman secara nyata tentang bagaimana

penerapan strategi pemasaran di Griya Ketelaku. Adanya Praktik Kerja Lapangan

ini juga berguna didalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa

pada bidang studi Agribisnis khususnya tentang pelaksanaan strategi pemasaran di

usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di masyarakat. Selain itu, manfaat

yang didapatkan dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah mampu menghasilkan

mahasiswa yang berkompeten untuk menjadi lulusan COMPLETE di dalam dunia

kerja.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ketela/ Ubi Kayu

Ketela (Manihot utilissima) merupakan salah satu bahan pangan sumber

karbohidrat yang sangat digemari masyarakat Indonesia sebagai pengganti

konsumsi nasi. Ketela termasuk tanaman umbi-umbian yang termasuk ke dalam

tanaman jenis Euphorbiaceae. Bagian dalam umbi ketela berwarna putih atau

kekuning-kuningan dan biasanya umbi ketela/singkong ini tidak tahan lama atau

mudah busuk/rusak yang ditandai perubahan warna menjadi biru gelap akibat

terbentuknya asam sianida yang bersifat racun (Ummayah et al., 2015). Ketela

merupakan pangan sumber energi karena kaya akan kandungan karbohidratnya

tetapi sangat sedikit kandungan proteinnya. Kandungan karbohidrat pada singkong

terbanyak terdapat di daging buahnya, sedangkan kandungan protein yang baik

pada ketela umumnya terdapat pada daunnya karena mengandung asam amino

metionina (Izzan dan Artyasa, 2013).

Singkong atau ubi kayu (Manihot utilissima) merupakan tanaman yang

produktivitanya di Indonesia sangat baik dan merupakan pangan sumber

karbohidrat yang dapat digunakan sebagai subtitusi beras/nasi di Indonesia. Pada

tahun 2012 pemerintah menargetkan produksi singkong Indonesia sebesar 25 juta

ton dari luasan tanam 1,3 juta hektar dengan produktivitas singkong rata-rata 19

ton/ha (Kementeraian Pertanian RI, 2012). Singkong merupakan tanaman pangan

yang memiliki banyak sekali manfaat antara lain: sebagai bahan baku industri,
5

tepung mocaf, tapioka, keripik, gula cair, pakan, bioethanol, kertas, lem, dan

lainnya. Agar kebutuhan industri berbasis singkong terpenuhi dalam jumlah besar

dan berkontinyuitas, maka penting sekali melakukan budidaya tanaman singkong

secara baik (Suherman, 2014).

Pelaksanaan budidaya tanaman singkong haruslah memperhatikan beberapa

aspek yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ketela seperti curah

hujan, kelembaban udara, dan pH tanah. Ketela dapat tumbuh dengan baik pada

curah hujan antara 1.500-2.500 mm/tahun. Tanaman ketela juga memerlukan

kelembaban udara yang optimal untuk pertumbuhannya yaitu antara 60 - 65%.

Sedangkan ketinggian tempat yang dianjurkan untuk penanaman ketela yaitu antara

10 – 1.500 mdpl. Derajat keasaman (pH) tanah juga mempengaruhi baik tidaknya

pertumbuhan tanaman ketela yang mana pH atau derajat keasaman tanah yang baik

untuk budidaya tanaman ketela yaitu 4,5 - 8,0 (Purwono dan Purnamawati, 2009).

Adapun beberapa tahapan budidaya singkong yaitu: 1) pemilihan klon, 2)

pengolahan lahan, 3) pemupukan, 4) penanaman, 5) pengendalian gulma, hama, dan

penyakit, dan 6) pemanenan (Supanjani, 2012).

Ketela merupakan salah satu komiditi pertanian yang memiliki banyak

manfaat bagi tubuh manusia. Hal tersebut dikarenakan ketela mengandung banyak

kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh manusia seperti, viamin, dan mineral di

dalamnya. Berikut merupakan tabel informasi komposisi kandungan-kandungan

gizi yang terkandung pada ketela.


6

Tabel 1. Kandungan gizi dalam tiap 100 gr ketela


Banyaknya Dalam
No Kandungan Gizi Ubi Kayu Ubi Kayu Gaplek Tapioka Tepung
Biasa Kuning Gaplek
1 Kalori (Kal) 146,00 157,00 338,00 360,00 363,00
2 Protein (g) 1,20 0,80 1,50 0,50 1,10
3 Lemak (g) 0,30 0,30 0,70 0,30 0,50
4 Karbohidrat (g) 34,70 37,90 81,30 86,90 88,20
5 Kalsium (mg) 33,00 33,00 80,00 0 84,00
6 Fosfor (mg) 40,00 40,00 60,00 0 125,00
7 Zat Besi (mg) 0,70 0,70 1,90 0 1,00
8 Vitamin A (SI) 0 385,00 0 0 0
9 Vitamin B1 (mg) 0,06 0,06 0,04 0 0,04
10 Vitamin C (mg) 30,00 30,00 0 0 0
11 Air (g) 62,50 60,00 14,50 12,00 9,10
12 Bagian yang 75,00 75,00 100,00 100,00 100
dapat dimakan
(%)
Sumber : Departemen Kesehatan RI (1996) dalam Ummayah et al. (2015).

Selain sebagai bahan pangan, ketela juga dapat dimanfaatkan sebagai obat-

obatan dan kosmetik. Ketela pun saat ini sudah banyak inovasinya untuk dijadikan

beberapa produk turunannya, salah satunya tepung ketela atau singkong. Banyak

dari peneliti lokal yang telah mengembangkan penerapan teknik fermentasi dengan

menggunakan bakteri asam laktat untuk mengolah singkong menjadi irisan tipis

yang terurai sehingga menghasilkan modified cassava flour (Yulifianti et al., 2012).

Adanya inovasi tepung ketela ini menjadikan ketela lebih tahan lama, menambah

nilai jual, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai makanan lainnya seperti kue, bahan

keripik peyek, dan lainnya.


7

Selain itu, menurut Yulifianti et al. (2012) tepung modified cassava flour

(mocaf) ini merupakan suatu bentuk diversifikasi pangan yang mana keberadaan

tepung mocaf dapat sebagai bahan alternatif pengganti tepung terigu dan memiliki

beberapa kelebihan seperti kandungan kalsiumnya yang lebih tinggi daripada

tepung terigu, lebih mudah dicerna oleh tubuh dibandingkan dengan tepung terigu

karena tidak mengandung asam sianida, dan tepung mocaf juga lebih sehat

dibandingkan dengan tepung terigu hal ini dikarenakan tepung dari singkong

mengandung kadar gluten yang rendah. Menurut Yustisia (2013), gluten adalah

suatu protein peptide opioid yang biasanya terkandung dalam gandum yang mana

protein jenis ini sangat sukar dicerna oleh tubuh dan mampu menyebabkan

beberapa komplikasi dalam tubuh apabila dikonsumsi dalam jangka panjang, yaitu

seperti: obesitas, diabetes, kelelahan kronis, gangguan pencernaan, dan lainnya.

Kandungan protein peptide opioid ini juga sangat membahayakan kesehatan para

penyandang autisme. Menurut Abata (2014) gluten tidak dapat dicerna oleh tubuh

penderita autis karena para penyandang autisme tidak mampu menghasilkan enzim

untuk mencerna protein jenis ini yang mana hal ini akan berdampak pada terjadinya

pembentukan protein peptide menjadi opioid yang bersifat toksik yang dapat

mengganggu fungsi otak, imunitas serta menimbulkan gangguan perilaku pada para

penyandang autisme.

2.2. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran adalah dasar dari suatu perusahaan didalam membuat

rencana atau taktik tertentu untuk mencapai target penjualan yang diharapkan dan
8

mampu memberikan keuntungan terhadap perusahaan tersebut. Strategi pemasaran

merupakan kunci sukses perusahaan di dalam menentukan tinggi rendahnya tingkat

penjualan pada perusahaan (Rachmawati, 2011). Berdasarkan penelitian dari

Makmur dan Saprijal (2015) yang berjudul “Strategi Pemasaran dalam

Meningkatkan Volume Penjualan” menyatakan bahwa peningkatan pendapatan

penjualan yang ada di S-Mart tidak terlepas dari adanya peran penting pelaksanaan

strategi-strategi pemasaran pada usaha tersebut. Strategi pemasaran yang baik

memerlukan tiga langkah pemasaran yaitu: segmenting, targeting, dan positioning,

setelah menetapkan ketiga langkah strategi pemasaran tersebut, diperlukan adanya

perencanaan dan penerapan strategi bauran pemasaran (marketing mix strategies)

yang terdiri dari strategi: product, price, place, dan promotion. Bauran pemasaran

merupakan perpaduan beberapa alat pemasaran taktis terkendali yang menentukan

tingkat keberhasilan pemasaran pada perusahaan dan bertujuan untuk mendapatkan

respon yang diinginkan oleh pasar (Selang, 2013).

Strategi pemasaran sangatlah penting diterapkan di tiap usaha mengingat

persaingan ekonomi antar para usahawan saat ini sangatlah ketat. Strategi

pemasaran yang diterapkan dengan baik merupakan salah satu cara untuk

memenangkan keunggulan bersaing bagi perusahaan didalam menawarkan barang

atau jasa yang diproduksinya (Mayangsari et al., 2012). Perusahaan harus mampu

menciptakan nilai tambah bagi konsumen dengan cara memahami kebutuhan pasar

dan konsumen serta melakukan inovasi terus menerus dan menjalin hubungan yang

saling menguntungkan antara perusahaan dengan konsumen sehingga terbentuk

consumer loyality dan usaha yang kompetitif. Penting sekali adanya pemahaman
9

yang baik akan strategi pemasaran yang diterapkan pada UMKM di masyarakat

agar strategi pemasaran yang dipilih mampu membawa usaha tersebut untuk

merebut pangsa pasar dan membentuk UMKM yang tangguh dalam persaingan

yang ketat (Wibowo et al., 2015).

2.2.1. Segmenting

Segmenting atau segmentasi pasar adalah suatu proses perusahaan di dalam

menentukan pembagian pasar berdasarkan sub kelompok konsumen yang berbeda-

beda yang mana adanya pengelompokkan ini didasarkan atas kebutuhan,

karakteristik, dan tingkah laku para konsumer. Segmentasi pasar bertujuan untuk

mengetahui bahwa setiap pasar terdiri dari beberapa segmen yang berbeda dan hal

ini merupakan suatu upaya perusahaan untuk membagi pasar yang heterogen ke

dalam kelompok pasar yang lebih homogen sehingga didapatkan respon konsumen

akan kebutuhan, karakteristik, dan tingkah laku yang sama dengan target awal

program pemasaran dari perusahaan (Wibowo et al., 2015). Terdapat beberapa jenis

startegi segementasi pasar berdasarkan kondisinya yaitu segmentasi pasar

berdasarkan kondisi: geografis, demografis, psikografis, dan kondisi perilaku

konsumen (Munandar, 2011).

1. Geografis: pembagian pasar berdasarkan kondisi geografis yang berbeda-

beda dari tiap konsumen seperti daerah, populasi, kepadatan, dan lainnya.

2. Demografis: pembagian pasar berdasarkan berdasarkan usia, jenis kelamin,

penghasilan, pekerjaan, dan lainnya pada konsumen.


10

3. Psikografis: pembagian pasar berdasarkan gaya hidup dan kepribadian

konsumen.

4. Perilaku konsumen: pembagian pasar berdasarkan status pengguna,

kesetiaan merek, tingkat penggunaan, manfaat yang dicari, dan lainnya pada

konsumen.

2.2.2. Targeting

Targeting merupakan suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk

menentukan besar kecilnya segmen pasar yang sesuai dengan kemampuan

perusahaan untuk memasuki segmen tersebut. Perusahaan pada awalnya akan

memasuki segmen pasar tunggal dan apabila segmen tersebut telah berhasil untuk

dikuasai, perusahaan tersebut akan menambah segmen pasar dengan melakukan

perluasan baik secara vertikal maupun horizontal (Wibowo et al., 2015). Menurut

pendapat Kartajaya (2009) targeting adalah proses menempatkan perusahaan

dengan tepat ke dalam segmen target pasar yang sudah ditentukan sebelumnya.

Pada proses targeting memerlukan pertimbangan mengenai beberapa faktor yang

harus diperhatikan suatu perusahaan agar target yang ditentukan sesuai dengan

tujuan perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses targeting tersebut

antara lain: 1) Sumber daya perusahaan yang memadai, 2) Keunikan produk, 3)

Tahap daur hidup produk, yang mana pada tahap awal perkenalan, produk yang ada

perlu dipasarkan atau dipromosikan dengan gencar-gencarnya, pada tahap

pertumbuhan, produk akan semakin dapat diterima oleh konsumen dan permintaan

pasar akan produk semakin bervariasi sehingga pemasaran yang diterapkan harus
11

beraneka ragam, pada tahap dewasa, produk mengalami persaingan ketat dan

seluruh segmen pasar sudah terisi sehingga perusahaan perlu mencari segmen pasar

baru yang sedikit pesaing, oleh karenanya pemasaran dapat diterapkan lebih

terkonsentrasi, dan pada masa penurunan, perusahaan perlu mengurangi biaya

pemasaran, membatasi investasi, serta pusat perhatian sumber daya pada produk

dan segmen yang lebih menguntungkan dengan menerapkan pemasaran yang

terkonsentrasi, dan 4) Strategi pesaing dan strategi bersaing perusahaan, yang mana

terdapat dua strategi yaitu strategi berhadapan langsung, yaitu perusahaan yang

memilih untuk berhadapan langsung untuk memasuki segmen pasar yang dimasuki

oleh pesaing dan strategi menghindar, yaitu perusahaan memilih untuk menghidari

memasuki segmen pasar pesaing (Munandar, 2011).

2.2.3. Positioning

Positioning adalah suatu proses yang dilakukan perusahaan didalam

merancang citra perusahaan untuk menempati posisi yang terbedakan di antara para

pesaing sehingga mampu membangun kepercayaan, keyakinan, dan kompetensi

bagi konsumen. Positioning bertujuan agar mampu memberikan kesan positif akan

produk perusahaan kepada konsumen sehingga produk tersebut dapat mudah

diingat oleh konsumen (Munandar, 2011). Positioning tidak hanya berkaitan

dengan apa yang akan dilakukan terhadap produk saja namun juga berkaitan dengan

menanamakan citra produk ke dalam pikiran/benak konsumen sehingga calon

konsumen dan segmen pasar yang ditargetkan memiliki suatu penilaian tertentu

terhadap produk tersebut. Adapun dasar-dasar didalam melaksanakan proses


12

positioning yaitu: atribut, harga dan kualitas, kelas produk, pemakaian produk, dan

pesaing (Kotler dan Armstrong, 2012).

2.2.4. Product

Product (produk) adalah kombinasi barang dan jasa yang dapat ditawarkan

produsen untuk dicari, dibeli, dan digunakan konsumen sebagai pemenuh atau

pemuas kebutuhan konsumen. Adapun beberapa elemen-elemen produk yang perlu

diperhatikan dalam membuat produk yang unggul yaitu model, merek, label, dan

kemasan yang mana berfungsi untuk memberikan perlindungan dan nilai tambah,

serta dapat menarik minat konsumen (Wibowo et al., 2015). Produk berdasarkan

penggunaannya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu produk konsumen dan

produk industri. Selain itu, produk sendiri terdapat lima tingkatan yaitu: core

product, basic product, expected product, augmented product, dan potential

product (Kotler dan Armstrong, 2012).

1. Core product, adalah manfaat sebenarnya yang didapatkan dari konsumsi

suatu produk.

2. Basic product, yaitu bentuk nyata produk yang dapat dinikmati langsung

dengan panca indra.

3. Expected product, yaitu kondisi-kondisi yang menjadi ekspektasi konsumen

di dalam membeli suatu produk.

4. Augmented product, elemen pembeda satu dengan produk pesaing.


13

5. Potential product, yaitu adanya perkembangan produk atau modifikasi

produk menjadi lebih maju sehingga produk tersebut menjadi produk yang

sangat diminati di masa datang.

2.2.5. Price

Price (harga) adalah satuan moneter atau ukuran lainnya yang ditukarkan

dengan barang atau jasa agar memperoleh kepemilikan atau kegunaan dari barang

atau jasa tersebut. Harga merupakan satu-satunya bauran pemasaran yang

mendatangkan pendapatan bagi perusahaan, sedangkan bauran pemasaran yang lain

menimbulkan pengeluaran (Rachmawati, 2011). Harga juga merupakan unsur

bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan dan hanya memerlukan waktu

yang singkat, sedangkan unsur bauran pemasaran lainnya seperti produk, distribusi,

dan promosi memerlukan lebih banyak waktu (Wibowo et al., 2015). Harga yang

ditetapkan harus mampu menutup semua biaya produksi dan diupayakan dapat

menambah presentase laba yang diinginkan agar perusahaan tidak rugi. Harga

menjadi atribut pertimbangan konsumen di dalam membuat keputusan untuk

membeli atau menggunakan suatu produk untuk pemenuhan dan pemuas kebutuhan

mereka (Supriyanto, 2012).

2.2.6. Place

Place (tempat) adalah tempat berbagai kegiatan pemasaran yang dilakukan

perusahaan agar produk dapat diperoleh bagi konsumen (Wangko, 2013). Proses

distribusi biasanya menggunakan jasa wholesaler (grosir) dan retailer (pengecer)


14

agar perpindahan produk dari produsen ke tangan konsumen pada suatu perusahaan

dapat berjalan lebih efektif dan efisien (Surya dan Setyaningrum, 2009). Pemilihan

tempat distribusi harus mengupayakan pada tempat yang mudah dijangkau atau

diakses konsumen agar mampu memberikan keuntungan lebih bagi produsen

maupun konsumen (Hariadi dan Martoatmodjo, 2012).

2.2.7. Promotion

Promotion (promosi) adalah kegiatan mengkomunikasikan produk suatu

perusahaan kepada konsumen di pasar selama proses pemasaran (Ulus 2013).

Bauran promosi mencakup empat elemen, yaitu iklan, promosi penjualan,

publikasi/humas, dan penjualan personal (Morissan, 2010). Kegiatan promosi yang

dilakukan suatu perusahaan dapat dengan cara promosi mouth by mouth, mengikuti

suatu event (sponsor), mengadakan diskon khusus pada musim tertentu, memberi

member card pada pelanggan, dan iklan melalui media komunikasi (Sari, 2010).

Pemasaran yang efektif jika kebijakan produk, harga, dan tempat selaras dengan

pemilihan promosi yang tepat (Tan, 2011). Promosi bertujuan untuk menyebarkan

informasi produk dan membujuk konsumen untuk membeli serta loyal terhadap

produknya (Tjiptono, 2009).

2.3. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah perwujudan usaha

ekonomi produktif oleh badan usaha perorangan dalam mengelola potensi unggulan

setempat yang bersifat padat karya, menggunakan teknologi sederhana, dan mampu
15

menjadi sebuah wadah bagi masyarakat untuk bekerja (Anggraeni et al., 2013).

Pembentukkan UMKM dimaksudkan untuk meningkatkan perekonomian rakyat

dengan menciptakan masyarakat yang mandiri untuk membentuk usaha mereka

sendiri untuk dikelola dan dikembangkan sehingga terbentuk usaha yang tangguh.

Keberadaaan UMKM juga mampu menyediakan lapangan pekerjaan baru untuk

mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan sehingga mampu meningkatkan

perekonomian di Indonesia (Putra, 2016).


16

BAB III

METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Strategi pemasaran merupakan aspek penting yang harus ada dan

diimplementasikan di UMKM Griya Ketelaku karena tingkat penjualan pada

UMKM ini sangat ditentukan oleh strategi pemasaran yang baik dan tepat.

Penyusunan strategi pemasaran berupa kegiatan segmenting, targeting, dan

positioning haruslah direncanakan dengan betul-betul serta memerlukan

penyusunan tindakan-tindakan yang tepat dan terencana secara sistematis pada

perangkat alat pemasaran yang digunakan. Kegiatan mengkombinasikan variabel-

variabel atau kegiatan dari inti pemasaran berupa perumusan strategi bauran

pemasaran atau marketing mix yang terdiri dari 4P (product, price, place, dan

promotion) juga diharus diimpelementasikan didalam menyusun strategi pemasaran

karena keempat variabel bauran pemasaran tersebut merupakan bahan

pertimbangan utama didalam menyusun bagaimana nantinya suatu usaha

melakukan kegiatan pemasaran dari produk-produk yang dihasilkannya. Penerapan

strategi pemasaran yang baik dan tepat ini diharapkan mampu meningkatkan

volume penjualan produk ketela pada UMKM Griya Ketelaku dan mampu

memenuhi kebutuhan dan permintaan segmen pasar dan konsumen terhadap

produk-produk ketela dan diversifikasinya.


17

Ilustrasi 1. Kerangka Pemikiran

3.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan selama satu bulan, yaitu

mulai dari tanggal 15 Januari hingga 19 Februari 2019. Praktik Kerja Lapangan ini

dilaksanakan di Griya Ketelaku yang berlokasi di Jalan Kyai Sabrang II, Kelurahan

Plalangan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.

3.3. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan di

Griya Ketelaku yaitu dengan metode partisipasi aktif. Partisipasi aktif merupakan

metode dengan proses keikutsertaan seseorang pada suatu kegiatan yang secara

sadar dan sukarela saling bekerjasama dan berkontribusi aktif untuk mencapai

tujuan bersama (Salam, 2010). Metode pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di

Griya Ketelaku adalah dengan melakukan pengamatan mengenai keadaan


18

perusahaan, mengumpulkan data mengenai strategi pemasaran dan bauran

pemasaran yang diterapkan di Griya Ketelaku, serta mengikuti serangkaian

kegiatan yang ada di Griya Ketelaku secara partisipasi aktif.

3.4. Jenis Data

Data yang digunakan pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Griya

Ketelaku ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer

dilakukan melalui kegiatan observasi lapangan secara langsung dan melakukan

wawancara langsung kepada pemilik UMKM Griya Ketelaku dengan menggunakan

kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Selain itu, data primer yang didapatkan

dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini berupa dokumentasi foto-foto selama

kegiatan Praktik Kerja Lapangan berlangsung. Data sekunder diperoleh dari studi

literatur berbagai sumber artikel seperti buku dan jurnal dan arsip laporan

manajemen yang berkaitan dengan kegiatan Praktik Kerja Lapangan.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam, kuesioner,

dan observasi, serta pengambilan dokumentasi berupa foto kegiatan. Menurut

Sucipto (2017), teknik wawancara mendalam merupakan teknik yang digunakan

untuk mengkolektifkan data dengan cara mengajukan pertanyaan terstruktur secara

mendalam untuk menemukan jawaban permasalahan yang diteliti, observasi

merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan

mencatat secara sistematik segala kegiatan yang dilakukan objek yang diamati dan
19

teknik pengambilan data dengan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

dengan mengajukan daftar pertanyaan sistematik kepada responden. Pengambilan

dokumentasi merupakan pelengkap dari teknik pengambilan data dengan

wawancara dan observasi yang umumya data dokumentasi dapat berupa dokumen-

dokumen dari sumber terpercaya (Wulandari, 2014).

3.6. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan diolah dan

dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis kualitatif. Analisis

deskriptif yaitu teknik analisis yang digunakan untuk menggambarkan data secara

umum dalam bentuk naratif sehingga data yang ditampilakan bersifat informatif

dan mudah untuk dipahami (Sugiyono, 2009). Data kualitatif merupakan data fakta-

fakta di lapang yang tidak dapat diukur dan dihitung secara matematis dan hanya

berwujud naratif (Jamaluddin et al., 2017).

3.7. Batasan Istilah

Batasan Istilah dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan yang

berjudul “Pelaksanaan Strategi Pemasaran pada Produk Ketela untuk

Meningkatkan Volume Penjualan di Griya Ketelaku, Plalangan Gunungpati, Kota

Semarang” adalah:

1. Strategi pemasaran adalah taktik didalam membuat rencana tertentu untuk

mencapai target penjualan yang diharapkan.


20

2. Segementing adalah proses menentukan segmen pasar berdasarkan sub

kelompok konsumen yang berbeda-beda yang didasarkan pada kondisi

geografis, demografis, psikografis, dan perilaku konsumen.

3. Targeting merupakan kegiatan menentukan besar kecilnya segmen pasar yang

telah ditargetkan oleh Griya Ketelaku.

4. Positioning adalah proses merancang citra Griya Ketelaku untuk menempati

posisi yang terbedakan di antara para pesaing serupa.

5. Product adalah segala macam produk olahan singkong yang berupa produk

sekunder, yaitu tepung cassava, tepung mocaf, tepung pati singkong, dan

singkong keju.

6. Price adalah satuan moneter pada produk tepung cassava, tepung mocaf, tepung

pati singkong, dan singkong keju.

7. Place adalah lokasi outlet Griya Ketelaku tempat terjadinya segala kegiatan

produksi hingga pemasaran produk olahan singkong.

8. Promotion adalah kegiatan mengkomunikasikan produk Griya Ketelaku kepada

konsumen di pasar selama proses pemasaran.


21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Griya Ketelaku

Griya Ketelaku merupakan UMKM yang berfokus pada produksi dan

pengolahan singkong menjadi tepung singkong dan singkong keju yang berlokasi

di Jalan Kyai Sabrangan II, Plalangan, Gunungpati, Kota Semarang. UMKM Griya

Ketelaku ini didirikan pada tahun 2010 oleh Bapak Kuswandi dan Ibu Sri Sukanti

yang mana usaha ini diawali dengan adanya program Gerakan Terpadu Pengentasan

Kemiskinan atau “Gerdu Kempling” yaitu program CSR (Corporate Social

Responsibility) yang meliputi kerjasama antara Bank Jateng, Lembaga Penelitian

dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Semarang, LIPI dan Dinas

Ketahanan Pangan Kota Semarang dengan memberikan kegiatan berupa pelatihan

pembuatan tepung dari singkong. Awal mula dilaksanakannya program ini

terbentuklah dua kelompok yang masing-masing diketuai oleh Bapak Kuswandi

dan Bapak Kuswanto dan bertugas untuk produksi bahan baku dan untuk

pengolahan tepung. Namun di pertengahan waktu pasca program Gerdu Kempling

tersebut, kelompok yang diketuai oleh Bapak Kuswanto yang fokus kegiatannya

pada pengolahan tepung menjadi vakum dan tidak produktif lagi, sehingga

kelompok Bapak Kuswandi inilah yang hingga sekarang bertekad untuk

melanjutkan apa yang sudah dimulai sebelumnya dengan keterebatasan alat

produksi. Seiring berjalannya waktu, bantuan demi bantuan dari Pemkot Semarang
22

pun datang ke Griya Ketelaku. Bantuan yang diberikan berupa alat-alat produksi

seperti alat penggiling, alat pengrajang, alat pengering, spinner dan lainnya.

Pada tahun 2011 sendiri di Plalangan Gunungpati, terbentuklah Kelompok

Wanita Tani Sri Rejeki yang mana kelompok wanita tani ini sendiri diketuai oleh

Ibu Sri Sukanti. Kelompok Wanita Tani ini dibentuk melalui APBD Kota Semarang

yang mana pembentukkan kelompok wanita tani ini dimaksudkan untuk

menggalakkan kegiatan berupa pemanfaatan pekarangan rumah dari Dinas

Ketahanan Pangan Kota Semarang yang bekerjasama dengan Universitas Negeri

Semarang. Adanya kegiatan ini membuat Griya Ketelaku semakin mendapat

perhatian dari Pemkot Semarang dan Universitas Negeri Semarang sehingga Griya

Ketelaku pun sering diajukan ke dalam bazar-bazar dan pelatihan-pelatihan hingga

pada akhirnya dosen dari Universitas Negeri Semarang memberikan pelatihan

kepada Griya Ketelaku untuk pengolahan berbagai macam tepung dari umbi-

umbian seperti tepung talas, tepung singkong, tepung suweg, dan lainnya. Pihak

Universitas Negeri Semarang pun juga memberikan bantuan alat berupa spinner

dan mengajukan proposal untuk Griya Ketelaku kepada Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk memberikan bantuan berupa dana yang akan

digunakan untuk keperluan pembiayaan alat-alat operasional dan mesin-mesin

produksi. Pihak LIPI pun juga memberikan bantuan berupa penambahan listrik

sebesar 1300 watt untuk Griya Ketelaku mengingat mesin-mesin produksi yang ada

semakin bertambah dan memerlukan tegangan listrik yang cukup besar.

Pada tahun 2012, pihak Pemkot Semarang Semarang mengajukan tawaran

Pelatihan/Bimbingan Teknis (Bimtek) mengenai pengolahan tepung mocaf di CV.


23

Bumi Welas Asih, Batang kepada pihak UMKM Griya Ketelaku untuk

mengembangkan eksistensi tepung mocaf di Kota Semarang. Selain itu, pihak Griya

Ketelaku juga mendapatkan tawaran pelatihan untuk pembuatan produk singkong

keju D-9 di Salatiga. Adanya berbagai pelatihan-pelatihan tersebut membuat Griya

Ketelaku makin mengembangkan berbagai macam produk diversifikasi dari ketela

untuk dijual dan dijadikan sumber penghasilan untuk mengangkat perekonomian

keluarga Bapak Kuswandi dan Ibu Sri Sukanti.

4.2. Tata Cara Budidaya Ubi Kayu

Kegiatan budidaya tanaman singkong yang dilakukan di Griya Ketelaku

sendiri bertempat di tiga lahan milik Bapak Kuswandi dan Ibu Sri Sukanti. Lahan

pertama berada di depan pekarangan rumah seluas 10 × 15 m2, lahan kedua berada

di pekarangan belakang rumah seluas 10 × 15 m2, dan lahan ketiga berada di tanah

kosong milik tetangga seluas 20 ×15 m2. Ketiga lahan tersebut mampu dihasilkan

singkong sebanyak ± 30-50 kwintal per setiap sekali panen. Menurut pendapat dari

Purwono dan Purnamawati (2009) sebelum melaksanakan budidaya tanaman

singkong, perlu adanya pemahaman menganai syarat tumbuh tanaman. Adapun

beberapa syarat dalam budidaya tanaman singkong yaitu seperti tanaman singkong

dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat yaitu antara 10 - 1500 mdpl,

tanaman singkong dapat tumbuh dengan baik pada curah hujan antara 1.500-2.500

mm/tahun, tanaman singkong memerlukan kelembaban udara yang optimal yaitu

antara 60 - 65%, dan , tanah yang baik sebagai media tanam tanaman singkong yaitu

tanah yang bertekstur gembur, tidak terlalu liat, dan kaya akan bahan organik serta
24

tingkat keasaman (pH) tanah yang cocok untuk ditanami tanaman ubi kayu yaitu

antara 4,5 - 8,0.

Menurut pendapat Supanjani (2012), adapun beberapa tahapan di dalam

budidaya tanaman singkong yaitu sebagai berikut:

1. Pemilihan Jenis Ubi Kayu

Sebelum melaksanakan penanaman, alangkah baiknya untuk menentukan

jenis atau klon singkong apa yang akan ditanam pada lahan. Pemilihan klon atau

jenis singkong singkong di Griya Ketelaku sendiri, klon yang dipilih yaitu jenis

singkong sentiling/gatotkaca dan singkong lenggani untuk dijadikan tepung

singkong. Selain itu, klon atau jenis singkong mentho serta singkong sentiling

merupakan bahan baku yang digunakan di Griya Ketelaku untuk dijadikan bahan

baku singkong keju.

2. Persiapan Lahan

Tahap awal penanaman singkong yaitu dengan mempersiapkan lahan yang

akan digunakan untuk menanam singkong dengan pembukaan lahan untuk

membersihkan lahan dari gulma. Selanjutnya, lahan yang akan digunakan

digemburkan dengan cara dicangkul (Gambar 9.1). Tujuan dari penggemburan ini

untuk mempermudah pembuatan bedengan dan agar akar tanaman singkong dapat

tumbuh dengan baik. Setelah tahap penggemburan dan pembuatan bedengan, perlu

adanya kegiatan penambahan kapur dolomit pada tanah. Tujuannya yaitu agar tanah

tidak terlalu masam.


25

3. Pemupukan

Sebelum memulai penanaman bibit singkong, diperlukan kegiatan

pemupukan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang yang terbuat dari

kotoran ayam dicampur dengan sekam. Pupuk yang digunakan oleh pihak Griya

Ketelaku semuanya alami atau bersifat organik. Setiap meter lahan perlu sebanyak

500 gram pupuk kandang dan kegiatan pemupukan ini dilakukan selama 2 kali per

masa tanam, yaitu pada saat 10-15 hari sebelum penanaman bibit dan sesudah bibit

ditanam.

4. Penanaman

Penanaman tanaman singkong yang dilakukan pihak Griya Ketelaku

bertempat di tiga lahan milik Bapak Kuswandi dan Ibu Sri Sukanti, yaitu lahan

pertama berada di depan pekarangan rumah seluas 10 × 15 m2, lahan kedua berada

di pekarangan belakang rumah seluas 10 × 15 m2, dan lahan ketiga berada di tanah

kosong milik tetangga seluas 20 ×15 m2. Setiap meter lahan ditanami dua bibit

tanaman singkong yang mana pola tanam yang digunakan di Griya Ketelaku ini

menggunakan sistem pola tanam tumpang sari dengan tanaman kirut. Jarak tanam

yang diberlakukan yaitu 60-70 cm antar tanaman singkong dan kedalaman

penanaman singkong yang diperlukan yaitu 7-10 cm serta penanamannya sendiri

dengan cara menancapkan bibit singkong sepanjang 20 cm secara langsung ke

dalam tanah (Gambar 9.2), setelah itu barulah diberi pupuk lagi dan dilakukan

penyiraman yang mana penyiraman rutin yang diperlukan pada budidaya tanaman

singkong yaitu dilakukan sebanyak dua kali sehari. Adapun di dalam budidaya

tanaman singkong tidak terdapat masa peralihan antara tanaman singkong dengan
26

tanaman lain, sehingga apabila masa tanam singkong telah berakhir dan tanah yang

ada ingin digunakan untuk menanam singkong kembali, hanya perlu digemburkan

lagi dan diberi dosis pupuk secukupnya.

5. Pengendalian Gulma, Hama, dan Penyakit

Pengendalian Gulma yang dilakukan di Griya Ketelaku selama masa tanam

yaitu dengan pengambilan gulma yang tumbuh disekitar tanaman singkong. Selain

itu, tanaman singkong juga tidak lepas dari adanya hama dan penyakit, seperti hama

uret yang merusak akar tanaman singkong dan kulit buah singkong sehingga

menyebabkan singkong menjadi warna kuning dan membuat daun singkong

menjadi kuning pula, serta kutu putih yang menyerang daun tanaman singkong

dengan menghisap cairan sel-sel daun, mengakibatkan kematian pada sel-sel daun

tersebut dan menyebabkan bercak putih pada daun (Gambar 9.3). Pengendalian

hama dan penyakit yang dilaksanakan di UMKM Griya Ketelaku berupa pemberian

pestisida nabati yang terbuat dari kotoran ternak (kelinci) yang difermentasi selama

1 bulan menggunakan tetes tebu atau larutan gula pasir sebanyak dua sendok makan

dan dosis yang diberikan yaitu 25 liter/m2 dan disesuaikan dengan kebutuhan

tanaman akan pestisida atau seberapa parah tanaman singkong terserang hama dan

penyakit.

6. Pemanenan

Kegiatan pemanenan yang dilakukan di Griya Ketelaku didasarkan pada

klon singkong yang ditanam. Singkong jenis sentiling/gatotkaca yang digunakan

sebagai bahan baku tepung cassava dan tepung mocaf biasanya dipanen pada saat
27

umur tanaman telah mencapai 7-9 bulan dan singkong jenis mentho yang digunakan

sebagai bahan baku pembuatan singkong keju biasanya dipanen saat tanaman

singkong telah mencapai umur 6-7 bulan. Adapun cara pemanenannya yaitu dengan

cara mencabut batang seakar-akarnya dari dalam tanah (Gambar 9.4). Hasil panen

yang didapatkan selama panen tanaman singkong yaitu ± 3-5kg/batang tanaman.

Apabila total lahan yang dimiliki oleh Bapak Kuswandi dan Ibu Sri Sukanti seluas

40 × 45 m2 dan tiap meternya ditanami 2 bibit tanaman singkong, maka dalam sekali

panen, Griya Ketelaku mampu menghasilkan ± 27 - 45 kwintal singkong per setiap

sekali panen.

4.3. Pengolahan Singkong/ Ubi Kayu

Produk-produk olahan singkong yang diproduksi oleh UMKM Griya

Ketelaku berupa produk: tepung mocaf, tepung cassava, tepung pati singkong, dan

singkong keju. Bahan baku singkong yang diperlukan baik untuk pembuatan tepung

singkong dan singkong keju biasanya memerlukan 2 kwintal singkong. Adapun

beberapa cara pengolahan singkong menjadi produk-produk singkong tersebut

yaitu:

1. Tepung mocaf

Pengolahan singkong menjadi tepung mocaf yang dilaksanakan di UMKM

Griya Ketelaku yaitu dengan langkah awal berupa pengupasan kulit singkong dan

pencucian singkong yang telah dikupas (Gambar 9.5), pengrajangan singkong

menjadi potongan-potongan tipis (chips singkong) menggunakan alat pengrajang

(Gambar 9.6). Tahapan selanjutnya setelah melakukan pengrajangan, chips


28

singkong yang telah dihasilkan difermentasi ke dalam drum berisi air lalu drum

tersebut ditutup dengan penutup selama 1 hari 1 malam hingga terdapat endapan

putih padat di dasar drum dan selanjutnya air dalam drum ditiriskan (Gambar 9.7 ).

Chips singkong yang sudah difermentasi tersebut dikeringkan dengan cara

penjemuran di bawah sinar matahari dan apabila cuaca pada saat itu tidak

mendukung, pengeringan bisa dilakukan dengan cara memasukan chips singkong

ke dalam spinner lalu baru dimasukan ke dalam mesin pengering (Gambar 9.9).

Pihak Griya Ketelaku lebih memilih metode manual di dalam pengeringan dengan

menggunakan sinar matahari dikarenakan alat yang digunakan untuk pengeringan

kapasitasnya sangat terbatas yang mana hanya bisa menampung chips singkong

sebanyak 3-5 kg, sedangkan produksi chips singkong yang dihasilkan di UMKM

Griya Ketelaku mencapai 20 kg lebih, oleh karenanya, penggunaan sinar matahari

lebih efektif untuk pengeringan kapasitas dalam jumlah besar. Chips singkong telah

kering sempurna selanjutnya akan digiling ke dalam alat penggiling tepung dengan

mess 100 sehingga menjadi tepung mocaf dan tepung mocaf tersebut lalu siap untuk

proses packaging (Gambar 9.10). Proses produksi dan pengolahan tepung mocaf di

UMKM Griya Ketelaku ini mengalami banyak penyusutan dikarenakan proses

fermentasi yang berlangsung yang mana 1 kwintal bahan baku hanya mampu

menghasilkan ±25 kg tepung mocaf.

2. Tepung Cassava

Pengolahan tepung cassava yang dilaksanakan di UMKM Griya Ketelaku

hampir sama tahapan-tahapannya dengan pengolahan tepung mocaf namun yang

membedakan disini adalah bahwa pengolahan tepung cassava tidak mengalami


29

proses fermentasi chips singkong. Tahap awal pengolahan tepung cassava yaitu

dengan pengupasan kulit singkong dan pencucian singkong yang telah dikupas

(Gambar 9.5), pengrajangan singkong menjadi potongan-potongan tipis (chips

singkong) menggunakan alat pengrajang (Gambar 9.6), lalu pengeringan chips

singkong dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari dan apabila cuaca pada

saat itu tidak mendukung, pengeringan bisa dilakukan dengan cara memasukan

chips singkong ke dalam spinner lalu baru dimasukan ke dalam mesin pengering

(Gambar 9.9). Apabila chips singkong telah kering sempurna, barulah chips

singkong tersebut digiling ke dalam alat penggiling tepung dengan mess 100

sehingga menjadi tepung cassava dan tepung cassava tersebut lalu siap untuk

proses packaging (Gambar 9.10). Proses produksi tepung cassava di Griya

Ketelaku biasanya menggunakan 1 kwintal bahan baku singkong dan dari 1 kwintal

bahan baku singkong tersebut mampu menghasilkan 30-35 kg tepung cassava.

3. Pengolahan Tepung Pati Singkong

Tepung pati singkong didapatkan dari hasil endapan fermentasi pada proses

pengolahan tepung mocaf. Adapun beberapa langkah didalam proses pengolahan

singkong menjadi tepung pati singkong yaitu dengan tahap awal berupa pengupasan

kulit singkong dan pencucian singkong (Gambar 9.5), pengrajangan singkong

dengan alat pengrajang untuk menghasilkan chips singkong (Gambar 9.6), dan

chips singkong tersebut difermentasi ke dalam drum yang telah diberi air sebanyak

setengah dari ketinggian drum, lalu drum tersebut ditutup dengan penutup selama

1 hari 1 malam hingga terdapat endapan putih padat di dasar drum (Gambar 9.7).

Endapan putih padat hasil fermentasi inilah yang merupakan bahan baku
30

pembuatan tepung pati singkong (Gambar 9.8) dan endapan putih tersebut diambil

dengan cara meniriskan air pada drum lalu dikeringkan di bawah sinar matahari

atau dengan alat pengering jika kondisi cuaca tidak mendukung. Apabila endapan

pati singkong telah kering sempurna, endapan tersebut selanjutnya akan digiling

menggunakan mesin penepung/penggiling dengan mess 100 sehingga menjadi

tepung pati singkong dan tepung pati singkong selanjutnya siap untuk proses

packaging. Proses produksi tepung pati singkong di Griya Ketelaku biasanya

menggunakan 1 kwintal bahan baku singkong dan dari 1 kwintal bahan baku

singkong tersebut hanya mampu menghasilkan 2-3 kg tepung pati singkong.

4. Pengolahan Singkong Keju

Pengolahan singkong menjadi produk singkong keju yang dilakukan di

Griya Ketelaku yaitu diawali dengan tahap pengupasan kulit singkong secara

manual dengan menggunakan pisau, lalu singkong yang telah dikupas dipotong per

5 cm dan disusun rapi di panci kukus (Gambar 9.11), dan sebelum memulai proses

pengukusan, perlu adanya peracikan dan penambahan bumbu terlebih dahulu yang

mana bumbu yang digunakan bersumber dari bawang putih, garam, gula, dan

lainnya. Racikan bumbu yang telah selesai dibuat kemudian dilarutkan ke dalam air

sebanyak 2,5 liter dan singkong-singkong yang telah tersusun rapi di panci kukus

selanjutnya direndamkan ke dalam air racikan bumbu yang telah dibuat sebelumnya

untuk proses pengukusan. Proses pengukusan dilakukan selama ±5-6 jam dan

proses pengolahan singkong menjadi produk singkong keju di Griya Ketelaku

biasanya memerlukan 1 kwintal bahan baku singkong untuk menghasilkan 50 kg

singkong keju.
31

4.4. Strategi Pemasaran

Berdasarkan kegiatan pengamatan selama Praktik Kerja Lapangan,

didapatkan hasil pelaksanaan strategi pemasaran di Griya Ketelaku yang berupa

strategi segmenting, targeting, dan positioning adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Strategi Segmenting, Targeting, dan Positioning di Griya Ketelaku


No Komponen Keterangan

1. Segmenting  Segmentasi pasar berdasarkan kondisi psikografis

dengan membagi konsumen ke dalam sub

kelompok yang didasarkan pada gaya hidup dan

kepribadian

 Segmentasi pasar berdasarkan pada perilaku

konsumen dengan membagi konsumen ke dalam

sub kelompok yang didasarkan pada kesetiaan

merk dan manfaat yang dicari dari produk yang

dibeli.

2. Targeting  Menargetkan penjualan tepung singkong kepada

para pembuat roti di Semarang, seperti Super

Roti Semarang

 Menargetkan penjualan kepada produsen pempek

di Semarang.
32

 Menargetkan penjualan produk singkong keju

kepada para wisatawan baik luar maupun dalam

kota.

 Menargetkan penjualan produk tepung singkong

ke fakultas-fakultas kedokteran di Semarang

selain POLTEKKES Semarang.

3. Positioning  Memprioritaskan citra baik produk dari segi

atribut-atribut produk sebagai pembeda dengan

produk pesaing serupa, contohnya yaitu produk

tepung mocaf produksi Griya Ketelaku memiliki

warna yang paling putih terang dibandingkan

dengan produk-produk tepung mocaf di Kota

Semarang lainnya.

 Penyediaan produk dengan kualitas yang prima,

seperti bahan baku singkong yang digunakan

haruslah singkong dengan kualitas prima dengan

umur singkong sudah siap panen, tidak busuk

 Harga yang ditawarkan produsen sesuai dengan

manfaat yang akan didapatkan konsumen.

Sumber: Data Praktik Kerja Lapangan, 2019


33

Selain itu, berdasarkan kegiatan pengamatan selama Praktik Kerja

Lapangan yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil pelaksanaan strategi

pemasaran di Griya Ketelaku yang berupa strategi bauran pemasaran 4P (product,

price, place, dan promotion) adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Strategi Pemasaran Bauran Pemasaran 4P di Griya Ketelaku


No Komponen Keterangan

 Produk yang dipasarkan di Griya Ketelaku berupa

berbagai macam produk diversifikasi dan olahan

singkong seperti tepung cassava, tepung mocaf,

tepung pati singkong, dan singkong keju.


1. Product
 Produk tersebut telah memiliki kemasan, merk, label

yang sudah up to date dan sudah mendapatkan ijin

produksi pangan skala rumah tangga (PIRT) dari

BPOM Kota Semarang.

 Produk singkong keju yang dijual tiap 500 gram-nya

dihargai sebesar Rp 9.000,00,-; produk tepung

mocaf yang dijual tiap 500 gram-nya dihargai

sebesar Rp 6.000,00,-; produk tepung cassava yang

2. Price dijual tiap 500 gram-nya dihargai sebesar Rp

5.000,00,-; dan produk tepung pati singkong yang

dijual tiap 500 gram-nya dihargai Rp 10.000,00,-.

 Harga jual tepung mocaf tersebut termasuk tinggi di

Kota Semarang dan harga jual tinggi yang tersebut


34

mampu meningkatkan pendapatan dan keuntungan

yang ada, sehingga mampu digunakan untuk

menutup semua biaya produksi yang digunakan.

 UMKM Griya Ketelaku berlokasi di Jalan Kyai

Sabrangan II, Kelurahan Plalangan, Kecamatan

Gunungpati, Kota Semarang, yang mana Kelurahan

Plalangan di Gunungpati ini sangat terkenal akan

produksi ketela yang melimpah.

3. Place  Lokasi Griya Ketelaku sudah strategis karena dekat

dengan sumber bahan baku ketela dan mudah

diakses karena jaraknya dekat dengan Jalan Raya

Gunungpati serta mudah dicari karena terdapat

baliho atau papan iklan besar yang cukup

menjelaskan posisi gerai Griya Ketelaku.

4. Promotion  Promosi yang dilakukan dengan mengandalkan

adanya online shop, promosi mouth to mouth,

pendirian baliho atau pamflet di pinggir jalan raya,

menjalin kerjasama dengan pihak Pemkot Semarang

dan kerjasama dengan pihak Universitas Negeri

Semarang.

Sumber : Data Praktik Kerja Lapangan, 2019


35

4.4.1. Segmenting

Strategi pemasaran yang dilaksanakan telah menggunakan strategi

segmentasi pasar. Strategi segmentasi pasar yang diimplementasikan berupa

segmentasi pasar berdasarkan kondisi psikografis dan perilaku konsumen dengan

membagi konsumen ke dalam sub kelompok yang didasarkan pada gaya hidup,

kepribadian, kesetiaan merk, dan manfaat yang dicari dari produk. Sedangkan

strategi segmenting berdasarkan kondisi geografis dan demografis konsumen tidak

diterapkan di Griya Ketelaku. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibowo et al. (2015)

bahwa strategi segmenting merupakan strategi perusahaan didalam menentukan

segmen pasar dengan membagi konsumen ke dalam beberapa sub kelompok agar

nantinya memudahkan perusahaan didalam mencapai target awal pemasaran.

Segmentasi pasar berdasarkan kondisi psikografis konsumen yang

diterapkan dengan membagi konsumen ke dalam sub kelompok berdasarkan pada

gaya hidup dan kepribadian konsumen contohnya seperti menjual produk-produk

olahan singkong kepada golongan konsumen yang memiliki gaya hidup untuk

mendiversifikasi pangan dengan mengkonsumsi singkong sebagai pengganti

karbohidrat nasi dan tepung singkong sebagai pengganti tepung terigu, serta

ditujukan kepada kalangan konsumen yang memiliki gaya hidup sehat untuk tidak

mengkonsumsi gluten berlebihan. Menurut Yustisia (2013) gluten merupakan

protein peptide opioid pada tepung terigu yang mana apabila terlalu banyak

mengkonsumsinya dapat berdampak pada obesitas, gangguan pencernaan, dan

kelelahan kronis. Hal ini sesuai dengan pendapat Munandar (2011) bahwa strategi
36

segmentasi pasar berdasarkan kondisi psikografis konsumen berupa pembagian

segmen pasar berdasarkan gaya hidup dan kepribadian konsumen.

Pembagian segmentasi pasar berdasarkan kondisi perilaku konsumen yang

diimplementasikan dengan menjual produk berdasarkan manfaat yang dicari

konsumen, contohnya seperti produk tepung mocaf produksi Griya Ketelaku

dipasarkan ke pihak POLTEKKES Semarang. Pihak POLTEKKES Semarang

memerlukan tepung yang bergluten rendah untuk diambil manfaatnya karena

nantinya tepung tersebut akan diolah menjadi makanan-makanan yang selanjutnya

akan disalurkan ke tempat penampungan anak-anak berkebutuhan khusus atau

autisme di Kota Semarang. Menurut Abata (2014) gluten merupakan protein

peptide opioid yang berbahaya bagi autisme apabila dikonsumsi dalam jangka

panjang yang mana hal ini dikarenakan protein jenis ini sangat sukar dicerna oleh

pencernaan para penyandang autisme sehingga bersifat racun dan dapat

mengganggu kerja otak, menurukan imunitas tubuh serta menimbulkan gangguan

perilaku.

Proses segmentasi pasar berdasarkan perilaku konsumen juga dapat dilihat

dari segi loyalitas konsumen seperti pada produk tepung pati singkong produksi

Griya Ketelaku dipasarkan kepada produsen pempek di Tembalang yang mana

produsen pempek ini memiliki loyalitas produk terhadap produk tepung pati

singkong produksi Griya Ketelaku. Pernyataan pengusaha pempek memilih produk

tepung pati singkong ini dikarenakan tepung pati singkong tersebut berkualitas baik

dan apabila diolah menjadi pempek tidak bantat. Selain itu, produk-produk tepung

singkong produksi Griya Ketelaku juga mendapatkan perhatian dari produsen roti
37

“Super Roti” di Semarang yang mana produsen ini memiliki kesetiaan pada

penggunaan tepung singkong produksi Griya Ketelaku. Hal ini sesuai dengan

pendapat Munandar (2011) bahwa segmentasi pasar berdasarkan pada perilaku

konsumen berupa pembagian segmen pasar yang didasarkan pada status pengguna,

kesetiaan produk/merk, tingkat penggunaan, dan manfaat yang dicari dari produk

tersebut.

4.4.2. Targeting

Kegiatan pemasaran produk yang diimplementasikan tidak lepas dari

strategi penentuan pasar atau targeting. Strategi targeting yang diterapkan dengan

menargetkan penjualan produk tepung singkong kepada para pembuat roti di

Semarang, contohnya seperti Super Roti Semarang yang selalu berlangganan untuk

membeli produk tepung mocaf produksi Griya Ketelaku, lalu juga menargetkan

penjualan tepung singkong kepada produsen pempek di Semarang. Selain itu,

produk singkong keju yang dijual oleh Griya Ketelaku juga diberi logo oleh-oleh

khas Semarang (Gambar 9.12), yang mana target penjualan dari produk ini adalah

untuk menjangkau para wisatawan baik dalam maupun luar Kota Semarang,

sebagai upaya Pemkot Semarang Semarang untuk mempromosikan produk olahan

UMKM lokal. Hal ini sesuai dengan pendapat Kertajaya (2009) bahwa targeting

merupakan proses perusahaan didalam menempatkan produk-produknya dengan

tepat ke dalam target pasar sesuai kebutuhannya sehingga tercapai kesesuaian

antara produk dengan target pasar.


38

Suatu usaha memerlukan perluasan pangsa pasar untuk mempertahankan

posisinya di segmen pasar yang ada, sehingga proses targeting pada Griya Ketelaku

selalu berkembang tiap waktunya. Pihak Griya Ketelaku didalam mempertahankan

posisi pasar berupaya pada perluasan pangsa pasar dengan melakukan pemasaran

secara online. Pemasaran secara online bertujuan untuk membantu perluasan

segmen pasar hingga luar Kota Semarang, sehingga target penjualan yang terhadap

para produsen roti dan produsen pempek bisa meluas lagi cakupannya hingga luar

Semarang bahkan luar Jawa sekaligus. Selain itu, pihak Griya Ketelaku juga

mencanangkan rencana untuk menjual produk tepung singkong produksinya ke

fakultas-fakultas kedokteran di Semarang selain POLTEKKES agar nantinya bisa

dijadikan bahan penelitian bahwa tepung mocaf non gluten merupakan sumber

karbohidrat yang sehat untuk para penyandang autisme dan untuk semua kalangan

masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibowo et al. (2015) bahwa apabila

telah berhasil menguasai segmen pasar tunggal, perusahaan tersebut akan berupaya

untuk melakukan ekspansi atau melakukan perluasan segmen pasar baik secara

vertikal maupun horizontal untuk mencapai target awal pemasaran.

4.4.3. Positioning

Strategi positioning yang diimplementasikan yaitu dengan memprioritaskan

citra baik produk dari segi atribut-atribut produk yang bisa dijadikan sebagai

pembeda dengan produk pesaing serupa, penyediaan produk dengan kualitas yang

prima, harga yang ditawarkan produsen sesuai dengan manfaat yang akan

didapatkan konsumen, dan lainnya. Pihak Griya Ketelaku sangat memerhatikan


39

kualitas produk yang dihasilkannya, seperti bahan baku singkong yang digunakan

haruslah singkong dengan kualitas prima dengan umur singkong sudah siap panen,

tidak busuk dan lainnya. Selain itu, produk tepung singkong yang diproduksi Griya

Ketelaku memilki warna yang paling bagus yaitu putih terang dibandingkan dengan

produk-produk tepung singkong di Kota Semarang lainnya terutama pada produk

tepung mocaf dikarenakan fermentasi singkong yang dilakukan tanpa

menggunakan bantuan biang sehingga tepung mocaf yang dihasilkan lebih aman

dan lebih baik penampakannya. Hal inilah yang dijadikan dasar sebagai pembeda

antara produk Griya Ketelaku dengan produk pesaing serupa yang mana dengan

kondisi-kondisi seperti ini, konsumen akan merasa puas akan produk Griya

Ketelaku dan didapatkanlah loyalitas konsumen terhadap produk-produk tersebut.

Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler dan Armstrong (2009) bahwa terdapat

beberapa hal yang harus diperhatikan didalam menentukan posisi produk, yaitu

atribut, harga dan kualitas, kelas produk, pemakaian produk, dan pesaing yang

mana hal ini mampu menonjolkan keunggulan kompetitif suatu produk untuk dapat

bertahan di posisi yang menguntungkan.

Selain itu, strategi positioning diiimplementasikan agar produk-produk

Griya Ketelaku mampu memiliki posisi yang menjanjikan dan mampu bersaing di

pasaran. Apabila Griya Ketelaku mampu menciptakan posisi persaingan produk

yang baik di pasaran, maka produk-produk UMKM Griya Ketelaku mampu

memenangkan hati para konsumen walaupun banyak produk pesaing serupa. Hal

ini sesuai dengan pendapat Munandar (2011) bahwa proses positioning bertujuan

untuk memberikan kesan positif akan produk perusahaan kepada konsumen


40

sehingga produk tersebut mampu menjadi produk pilihan konsumen untuk dibeli

walaupun banyak produk pesaing sejenis.

4.4.4. Product

Produk yang dipasarkan di Griya Ketelaku berupa berbagai macam produk

diversifikasi dan olahan singkong seperti tepung cassava, tepung mocaf, tepung pati

singkong, dan singkong keju. Tepung cassava merupakan tepung yang terbuat dari

singkong berumur ≥ 9 bulan yang proses pembuatannya tanpa melalui fermentasi

terlebih dahulu, sedangkan tepung mocaf (modified cassava flour) merupakan

tepung olahan singkong yang bahan baku pembuatannya sama dengan tepung

cassava, yaitu singkong berumur ≥ 9 bulan yang mana pengolahannya memerlukan

proses fermentasi terlebih dahulu dan hasil endapan dari proses fermentasi tersebut

digunakan sebagai bahan baku pembuatan tepung pati singkong. Penampakan

ketiga tepung ini tentulah berbeda, dari segi warna, tepung cassava memilki warna

lebih kekuningan atau kecoklatan dibandingkan dengan tepung mocaf dan tepung

pati singkong yang warnanya sangat putih (Gambar 9.13).

Produk-produk olahan singkong yang berbentuk tepung singkong tersebut

memiliki perbedaan kegunaan dan fungsinya. Kegunaan dan fungsi dari ketiga

tepung tersebut yaitu tepung cassava biasanya digunakan untuk pembuatan tiwul

dan juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan roti. Tepung mocaf dapat

digunakan untuk pembuatan segala macam makanan dan fungsinya hampir sama

dengan tepung terigu hanya saja pada tepung yang berbahan dasar singkong tidak

mengandung/ mengandung sangat sedikit gluten sehingga apabila digunakan untuk


41

bahan dasar adonan roti biasanya roti tersebut sulit mengembang/ bantat. Tepung

pati singkong sendiri sejatinya merupakan tepung tapioka yang berbahan baku sari

pati dari hasil fermentasi singkong dan biasanya tepung ini sering digunakan

sebagai bahan baku untuk pembuatan masakan khas Palembang yaitu pempek.

Produk singkong keju merupakan produk diversifikasi olahan singkong dengan rasa

khas gurih seperti keju yang mana pada proses pengolahan sendiri memerlukan

penambahan racikan bumbu-bumbu untuk menghasilkan rasa yang gurih dan bahan

baku singkong yang diperlukan yaitu singkong yang tidak terlalu muda dan tidak

terlalu tua yaitu berumur ≤ 7 bulan.

Salah satu produk unggulan di Griya Ketelaku ini adalah tepung mocaf yang

mana tepung mocaf ini merupakan tepung hasil modifikasi dari singkong

berkualitas baik yang dapat digunakan sebagai subtitusi tepung terigu. Berdasarkan

pernyataan dari Yulifianti et al. (2012), kelebihan dari tepung mocaf ini adalah

kandungan kalsiumnya yang lebih tinggi daripada tepung terigu, lebih mudah

dicerna oleh tubuh dibandingkan dengan tepung terigu karena tidak mengandung

asam sianida, dan tepung mocaf ini sebagai alternatif makanan untuk penderita

autisme dikarenakan rendahnya kandungan gluten pada tepung mocaf sangat

dianjurkan untuk dikonsumsi oleh para penyandang autisme. Hal ini sesuai dengan

pendapat dari Kotler dan Armstrong (2009) bahwa adanya modifikasi produk

menjadi lebih unggul mampu menjadi potential product yang diminati untuk

diambil manfaatnya sehingga di Griya Ketelaku pun sering mendapat pesanan dari

POLTEKKES Semarang untuk produksi tepung mocaf tersebut yang nantinya akan
42

disalurkan ke tempat-tempat penampungan anak-anak penyandang autisme di

Semarang.

Keunggulan lainnya dari produk tepung mocaf produksi Griya Ketelaku ini

adalah fermentasi singkong yang dilakukan tidak menggunakan biang sehingga

lebih sehingga kualitasnya lebih baik dan keamanan produknya pun terjamin, serta

warna tepung yang dihasilkan pun lebih cerah sehingga hal inilah yang menambah

nilai dari produk tepung mocaf di Griya Ketelaku ini. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kotler dan Armstrong (2009) yang mana perlu adanya adanya pembeda

antara produk satu dengan produk lainnya dalam persaingan pasar. Produk dari

Griya Ketelaku pun memiliki kemasan, merk, label yang sudah up to date dan sudah

mendapatkan ijin produksi pangan skala rumah tangga (PIRT) dari BPOM Kota

Semarang (Gambar 9.14 – 9.17), sehingga hal inilah yang menambah nilai jual dari

produk-produk itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibowo et al. (2015)

bahwa terdapat beberapa elemen yang perlu diperhatikan yang dapat menjadikan

suatu produk menjadi lebih unggul yaitu model, merk, label, dan kemasan yang

berfungsi untuk memberikan perlindungan dan nilai tambah, serta dapat menarik

minat konsumen.

4.4.5. Price

Produk-produk berbahan olahan singkong yang ada di Griya Ketelaku dijual

dengan harga yang sepadan dengan harga bahan bakunya. Produk singkong keju

yang dijual tiap 500 gram-nya dihargai sebesar Rp 9.000,00,-; produk tepung mocaf

yang dijual tiap 500 gram-nya dihargai sebesar Rp 6.000,00,-; produk tepung
43

cassava yang dijual tiap 500 gram-nya dihargai sebesar Rp 5.000,00,-; dan produk

tepung pati singkong yang dijual tiap 500 gram-nya dihargai Rp 10.000,00,-. Harga

tepung mocaf yang dijual di Griya Ketelaku ini berdasarkan price range di Kota

Semarang termasuk mahal karena harga rata-rata tepung mocaf di Kota Semarang

sebesar Rp 8.000,00,-/kg. Pemilik Griya Ketelaku beranggapan bahwa apabila

beliau mengikuti harga pasaran tepung mocaf yang dijual di Kota Semarang maka

usahanya tidak akan menghasilkan keuntungan dari penjualan tepung tersebut.

UMKM Griya Ketelaku sendiri juga didukung oleh Dinas Ketahanan

Pangan Kota Semarang dan Universitas Negeri Semarang yang berupaya untuk

meningkatkan kesejahteraan UMKM ini sendiri serta pemilik Griya Ketelaku pun

lebih mengutamakan kualitas produk demi mempertahankan loyalitas konsumen.

Oleh karenanya, UMKM Griya Ketelaku berani menjual harga tinggi di antara

banyak produk pesaing di Kota Semarang. Hal ini sesuai dengan pendapat dari

Selang (2013) bahwa harga sangat mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap

suatu produk perusahaan dan perusahaan pun didalam menentukan harga produk

didasarkan pada tujuan yang hendak dicapainya, seperti meningkatkan penjualan,

mencapai laba maksimum, mempertahankan market share, dan sebagainya. Hal ini

juga sesuai dengan pendapat Tjiptono (2009) yang menyatakan apabila harga

produk yang ditawarkan kepada konsumen sesuai dengan kualitas yang produk

tersebut, maka konsumen akan mendapatkan manfaat secara maksimal dari produk

yang dikonsumsinya, sehingga konsumen akan selalu merekomendasikan hal-hal

yang baik akan produk tersebut dan konsumen akan merasa senang apabila membeli

produk tersebut.
44

Penetapan harga jual tinggi pada produk olahan singkong mampu

meningkatkan pendapatan yang ada. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan

pendapatan dari bulan Januari – April 2018, sehingga apabila pendapatan makin

tinggi, maka keuntungan yang diperoleh pun akan meningkat pula (Lampiran 2).

Keuntungan tersebut nantinya akan digunakan untuk menutup semua biaya

produksi yang ada dan untuk keperluan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Rasyid et al. (2014) bahwa harga jual berpengaruh searah terhadap pendapatan yang

mana semakin besar harga jual, semakin besar pula pendapatan yang diterima,

sehingga keuntungan suatu usaha pun akan semakin meningkat dan keuntungan ini

mampu digunakan suatu usaha untuk menutupi semua biaya produksi yang telah

dikeluarkannya.

4.4.6. Place

UMKM Griya Ketelaku berlokasi di Jalan Kyai Sabrangan II, Kelurahan

Plalangan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, yang mana Kelurahan

Plalangan di Gunungpati ini sangat terkenal akan produksi ketela yang melimpah,

sehingga lokasi Griya Ketelaku ini sangat baik karena dekat dengan sumber bahan

baku ketela. Lokasi gerai Griya Ketelaku sudah termasuk strategis dan mudah

diakses karena jaraknya dekat dengan Jalan Raya Gunungpati serta mudah dicari

karena terdapat baliho atau papan iklan besar yang cukup menjelaskan posisi gerai

Griya Ketelaku (Gambar 9.18). Gerai Griya Ketelaku saat ini hanya ada satu saja,

namun di tempat ini pengunjung bisa ikut melihat proses produksi dari hulu hingga

hilir. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Hariadi dan Martoatmodjo (2012) bahwa
45

tempat distribusi yang baik adalah tempat yang mudah dijangkau konsumen agar

menguntungkan bagi produsen maupun konsumen.

Proses pendistribusian produk di Griya Ketelaku belum menggunakan

wholesaler atau retailer dikarenakan pernyataan pemilik yang berkata bahwa jika

menggunakan wholesaler atau retailer didalam pendistribusiannya, pembayaran

yang ada masih dengan piutang yang mana hal ini dapat merugikan pihak Griya

Ketelaku karena mereka harus menunggu beberapa lama untuk mengembalikan

modal usahanya. Adanya kendala tersebut mengakibatkan perpindahan produk dari

produsen ke tangan konsumen belum berjalan efektif dan efisien. Hal ini sesuai

dengan Surya dan Setyaningrum (2009) bahwa untuk membantu proses distribusi

yang ada, biasanya menggunakan jasa wholesaler (grosir) dan retailer (pengecer)

sehingga perpindahan produk dari produsen ke tangan konsumen pada suatu usaha

dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

4.4.7. Promotion

Kegiatan jual beli yang ada tidak terlepas dari adanya kegiatan promosi.

Promosi yang dilakukan di Griya Ketelaku dengan mengandalkan adanya online

shop, promosi mouth to mouth, pendirian baliho atau pamflet di pinggir jalan raya,

menjalin kerjasama dengan pihak Pemkot Semarang dan kerjasama dengan pihak

Universitas Negeri Semarang. Selain itu, peningkatan penjualan pada produk-

produk Griya Ketelaku ini juga ditunjang dari adanya partisipasi kegiatan-kegiatan

bazar dan pelatihan-pelatihan dari Dinas Kota Semarang. Hal ini sesuai dengan

pendapat dari Sari (2010) yang menyatakan bahwa kegiatan promosi yang dapat
46

dilakukan suatu perusahaan dapat berupa promosi mouth by mouth, mengikuti suatu

event, mengadakan diskon khusus pada musim tertentu, memberi member card

pada pelanggan, dan iklan melalui media, dan lainnya.

Online shop yang dimiliki Griya Ketelaku bisa diakses di aplikasi Instagram

dan Whatsapp yang mana adanya online shop ini menunjang penjualan produk

Griya Ketelaku hingga ke luar kota bahkan luar Jawa seperti Aceh, Kalimantan, dan

lainnya. Adanya online shop ini sangat membantu proses pengiklanan produk Griya

Ketelaku agar lebih mudah disebarluaskan informasinya mengenai produk yang

dijual di Griya Ketelaku. Konsumen atau pelanggan yang kerap kali datang untuk

membeli produk dari Griya Ketelaku pun juga ikut berperan penting didalam

kegiatan promosi mouth-to-mouth yaitu menyebarluaskan informasi dan kesan para

konsumen akan produk dari Griya Ketelaku secara lisan dari mulut ke mulut orang

banyak.

Pendirian baliho dan pamflet di pinggir Jalan Raya Gunungpati pun juga

memperlancar kegiatan promosi dalam rangka pengenalan UMKM Griya Ketelaku

kepada publik karena adanya baliho atau pamflet tersebut memudahkan calon

konsumen untuk mengenali dan mengetahui presisi lokasi dan apa yang ada di

Griya Ketelaku. Terjalinnya kerjasama pihak Griya Ketelaku dengan pihak Pemkot

Semarang dan pihak Universitas Negeri Semarang semakin memudahkan produk

Griya Ketelaku untuk dikenal masyarakat luas karena dengan terjalinnya kerjasama

seperti ini pihak Griya Ketelaku sering mendapatkan tawaran untuk mengikuti

bazar-bazar di Kota Semarang yang bertemakan tentang pangan kreatif serta

mendapatkan tawaran untuk mengisi kegiatan pelatihan-pelatihan yang mana pihak


47

Griya Ketelaku sebagai narasumber dari kegiatan pelatihan tersebut. Hal ini sesuai

dengan pendapat Tjiptono (2009) bahwa kegiatan promosi yang dilakukan suatu

perusahaan bertujuan untuk menyebarkan informasi produk agar lebih dikenal

masyarakat luas dan untuk membujuk konsumen untuk membeli produk tersebut.

4.4.8. Peningkatan Volume Penjualan

Berdasarkan kegiatan pengamatan Praktik Kerja Lapangan, didapatkan data

peningkatan volume penjualan produk-produk olahan singkong sebagai berikut:

Tabel 4. Data Volume Penjualan Bulan Januari – April 2018 di Griya Ketelaku
No Bulan Macam Produk Kuantitas yang Terjual
1. Januari 2018  Tepung cassava  2 kg
 Tepung mocaf  9,5 kg
 Tepung pati singkong  -
 Singkong keju  54 kg
2. Februari 2018  Tepung cassava  4,5 kg
 Tepung mocaf  17 kg
 Tepung pati singkong  2 kg
 Singkong keju  64,5 kg
3. Maret 2018  Tepung cassava  13,5 kg
 Tepung mocaf  17 kg
 Tepung pati singkong  12,5 kg
 Singkong keju  83 kg
4. April 2018  Tepung cassava  17,5 kg
 Tepung mocaf  13,5 kg
 Tepung pati singkong  16 kg
 Singkong keju  94,5 kg
Sumber : Data Praktik Kerja Lapangan, 2019
48

Berdasarkan Tabel 4 di atas didapatkan hasil bahwa volume penjualan tiap

produk dari bulan Januari hingga April 2018 mengalami kenaikan yang signifikan

yang mana kenaikan tersebut dapat dilihat dari grafik sebagai berikut:

100
90
80
70
60
(kg)

50
40
30
20
10
0
Januari Februari Maret April

Tepung cassava Tepung mocaf


Tepung pati singkong Singkong Keju

Grafik 1. Volume Penjualan Bulan Januari – April 2018

Berdasarkan grafik di atas didapatkan hasil bahwa strategi pemasaran yang

dilaksanakan di Griya Ketelaku seperti segmenting, targeting, dan positioning dan

pengimpelementasian bauran pemsaran 4 P (product, price, place, dan promotion)

terbukti telah mampu meningkatkan volume penjualan dari produk tepung cassava,

tepung mocaf, tepung pati singkong, dan singkong keju sebesar 261,83 %

(Lampiran 3). Adanya peningkatan volume penjualan ini juga berimbas pada

meningkatnya pendapatan yang diperoleh di Griya Ketelaku dari bulan Januari

hingga bulan April 2018. Pendapatan Januari 2018 yaitu sebesar Rp 335.250,00,-;

pada bulan Februari sebesar Rp 670.250,00,-; pada bulan Maret sebesar Rp


49

1.576.250,00,-; dan pendapatan yang diperoleh pada bulan April 2018 yaitu sebesar

Rp 4.053.000,00,-. (Lampiran 2). Hal ini sesuai dengan Rachmawati (2011) bahwa

strategi pemasaran merupakan kunci sukses perusahaan didalam menentukan tinggi

rendahnya hasil penjualan produknya. Hal ini juga didukung oleh pendapat

Makmur dan Saprijal (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi

Pemasaran dalam Meningkatkan Volume Penjualan” menyatakan bahwa

peningkatan pendapatan penjualan yang ada di S-Mart tidak terlepas dari adanya

peran penting pelaksanaan strategi-strategi pemasaran yang berupa implementasi

bauran pemasaran 4 P (product, price, place, promotion) pada usaha tersebut.

Peningkatan pendapatan di Griya Ketelaku dari bulan Januari 2018 hingga

bulan April 2018 juga berdampak pada peningkatan keuntungan yang diperoleh

Griya Ketelaku. Keuntungan yang diperoleh Griya Ketelaku dari produk-produk

olahan singkong yang diperjualbelikan pada bulan Januari 2018 hingga April 2018

yaitu sebesar Rp. 5.875.000,00,-. Hal ini sesuai dengan Rasyid et al. (2014) yang

menyatakan bahwa semakin besar pendapatan yang diterima, keuntungan suatu

usaha pun akan semakin meningkat dan keuntungan ini mampu digunakan suatu

usaha untuk menutupi semua biaya produksi yang telah dikeluarkannya.


50

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang

telah dilaksanakan, strategi pemasaran yang diimplementasikan di Griya Ketelaku

seperti segmenting, targeting, dan positioning serta pengaplikasian bauran

pemasaran berupa 4 P (product, price, place, dan promotion) merupakan salah

faktor utama penunjang keberhasilan pemasaran produk-produk olahan singkong

yang dipasarkan oleh Griya Ketelaku. Pelaksanaan strategi pemasaran tersebut

mampu meningkatkan volume penjualan di Griya Ketelaku sebesar 261,83% dan

peningkatan volume penjualan tersebut berdampak positif terhadap peningkatan

pendapatan bulan Januari – April 2018, secara berturut-turut yaitu: Rp 335.250,00,

; Rp 670.250,00,-; Rp 1.576.250,00,-; dan Rp 4.053.000,00,-. Total keuntungan

yang diperoleh Griya Ketelaku pada bulan Januari hingga bulan April 2018 yaitu

sebesar Rp 5.875.000,00,-.

5.2. Saran

Berdasarkan pengamatan Praktik Kerja Lapangan, sebaiknya perlu adanya

evaluasi dari strategi pemasaran yang telah dilaksanakan untuk strategi pemasaran

yang lebih baik lagi ke depannya sehingga strategi pemasaran tersebut mampu

meningkatkan volume penjualan dari produk yang dipasarkan.


51

DAFTAR PUSTAKA

Abata, Q. A. 2014. Alergi Makanan, Sumber Resiko dan Manajemen


Penanggulangannya. Al Furqon, Madiun.

Anggraeni, F. D. Hardjanto, I. dan Hayat, I. 2013. Pengembangan usaha mikro,


kecil, dan menengah (UMKM) melalui fasilitasi pihak eksternal dan potensi
internal (Studi Kasus pada Kelompok Usaha “Emping Jagung” di Kelurahan
Pandanwangi Kecamatan Blimbing, Kota Malang). J. Administrasi Publik
1 (6): 1286 – 1295.

Departemen Kesehatan RI. 1996. Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta dalam Ummayah, U. Muntoha. Jamroni.
2015. Pelatihan pemanfaatan dan pengolahan singkong menjadi makanan
ringan tela rasa. J. Inovasi dan Kewirausahaan. 4 (3): 188 – 193.

Hariadi, D. Martoatmodjo, S. 2012. Pengaruh produk, harga, promosi, dan


distribusi terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk Projector
Microvision. Ilmu dan Riset Manajemen. 1 (8) : 1 – 21.

Izzan, A. Artyasa, U. S. 2013. The Life Management: Menata kelola Hidup agar
Lebih Bermakna dan Berbahagia. Anggota IKAPI Kelompok Humaniora,
Bandung.

Jamaluddin, Suhardi, M. Anwar. 2017. Pengaruh CSR PT Vale Indonesia Tbk


terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar Kecamatan Nuha. J. Ekonomi
Pembangunan. 3 (2) : 137–144.

Kementerian Pertanian RI. 2012. Percepatan Pelaksanaan Program Pembangunan


Tanaman Pangan Tahun 2012. Kementerian Pertanian RI, Jakarta.

Kartajaya, H. 2009. Hermawan Kartajaya on Marketing Mix Seri 9 Elemen


Marketing. PT Mizan, Bandung.

Kotler, P. Armstrong, G. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi tiga belas Jilid 1.


Erlangga, Jakarta.

Makmur. Saprijal. 2015. Strategi pemasaran dalam meningkatkan volume


penjualan (Studi pada S-Mart Swalayan Pasir Pengaraian). J. Ilmiah Cano
Ekonomos. 3 (1) : 41 – 56

Mayangsari, M. Hartono, H. Hutomo, K. 2012. Pengaruh strategi pemasaran


terhadap peningkatan penjualan pada perusahaan dengan menetapkan
alumni dan mahasiswa Universitas Bina Nusantara sebagai objek penelitian.
J. Bisnis. 3 (2): 882 – 897.
52

Morissan. 2010. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Penanda Media,


Jakarta.

Munandar, D. 2011. Analisis penentuan segmen, target, dan posisi pasar home care
di Rumah Sakit Al-Islam Bandung. J. Humaniora. 6 (2): 233 – 245

Purwono. Purnamawati, H. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.


Penebar Swadaya: Jakarta.

Putra, A. H. 2016. Peran UMKM dalam pembangunan dan kesejahteraan


masyarakat Kabupaten Blora. J. Analisa Sosiologi. 5 (2): 40 – 52.

Rachmawati, R. 2011. Peranan bauran pemasaran (marketing mix) terhadap


peningkatan penjualan (sebuah kajian terhadap bisnis restoran). J.
Kompetensi Tehnik. 2 (2): 143 – 150.

Salam, M. R. 2010. Partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas permukiman


di kawasan pusat Kota Palu. J. Arsitektur 2 (2): 8 – 24.

Sari, I. D. 2010. Manajemen Pemasaran Usaha Kesehatan. Nuha Medika,


Yogyakarta.

Selang, C.A.D. 2013. Bauran pemasaran (marketing mix) pengaruhnya terhadap


loyalitas konsumen pada Fresh Mart Bahu Mall Manado. J. Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 1 (3) : 71 – 80.

Sucipto, A. 2017. Dampak program csr PT PLN APJ Yogyakarta terhadap


peningkatan kesejahteraan masyarakat (studi kasus di desa gerbosari
samigaluh kulon progo). Jurusan akuntansi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta (Skripsi).

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta,


Bandung.

Suherman, M. 2014. Ubi Kayu Pangan Alternatif Potensial Kabupaten Pati.


Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian, Semarang.

Supanjani. 2012. Teknik budidaya singkong oleh petani di Kota Bengkulu. J. Agrin.
16 (2) : 173 – 184.

Supriyanto, Y. 2012. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Harga dan Fasilitas


Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Kariadi Semarang.
Universitas Diponegoro Semarang (Skripsi).

Surya, A. dan A. Setyaningrum. 2009. Analisis persepsi konsumen pada aplikasi


bauran pemasaran serta hubungannya terhdapat loyalitas konsumen (Studi
53

kasus pada Hypermart Cabang Kelapa Gading). Journal of Business


Strategy and Execution. 2 (1) : 13 – 39.

Tan, E.R. 2011. Pengaruh faktor harga, promosi, dan pelayanan terhadap keputusan
konsumen untuk belanja di Alfamart Surabaya. J. Kewirausahaan. 5 (2) : 25
– 30.

Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran Edisi Ketiga. Andi, Yogyakarta.

Ulus, A.A. 2013. Bauran pemasaran pengaruhnya terhadap keputusan pembelian


mobil Daihatsu pada PT. Astra Internasional Manado. J. EMBA. 1 (4) : 1134
– 1144.

Ummayah, U. Muntoha. Jamroni. 2015. Pelatihan pemanfaatan dan pengolahan


singkong menjadi makanan ringan tela rasa. J. Inovasi dan Kewirausahaan.
4 (3): 188 – 193.

Wangko, M. C. 2013. Pengaruh strategi bauran pemasaran terhadap keputusan


pembelian Mobil Panther pada PT Astra Internasional – Izuzu Manado. J.
EMBA. 1 (3) : 541 – 549.

Wibowo, D. H. Arifin, Z. Sunarti. 2015. Analisis strategi pemasaran untuk


meningkatkan daya saing UMKM (Studi pada Batik Diajeng Solo). J.
Administrasi Bisnis. 29 (1) : 59 – 67.

Wulandari, N. 2014. Dampak implementasi program corporate social responsibility


(CSR) Bank Indonesia terhadap peningkatan pendapatan anggota
Kelompok Pembudi Daya Ikan Mina Kepis. Jurusan Pendidikan Luar
Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (Skripsi).

Yulifianti, R. Ginting, E. Utomo, J. S. 2012. Tepung kasava modifikasi sebagai


bahan substitusi terigu mendukung diversifikasi pangan. Buletin Palawija
No. 23.

Yustisia, R. 2013. Pengaruh penambahan telur terhadap kadar protein, serat, tingkat
kekenyalan dan penerimaan mie basah bebas gluten berbahan baku tepung
komposit. Journal of Nutrition College. 2 (4) : 697 – 703.
54

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peningkatan Volume Penjualan di Griya Ketelaku dari Bulan Januari


hingga April 2018

No Tanggal Nama Produk Kuantitas Harga Jumlah


(Bungkus) Satuan (per
bungkus =
500 gram)
1. 1 Januari 2018 Tepung Mocaf 6 Rp 6.000 Rp 36.000

2. 2 Januari 2018 Singkong keju 7 Rp 9.000 Rp 72.000


Tepung Mocaf 4 Rp 6.000 Rp 24.000

3. 3 Januari 2018 Tepung Mocaf 1 Rp 6.000 Rp 6.000


Tepung
4 Rp 5.000 Rp 20.000
cassava
Singkong keju 3 Rp 9.000 Rp 27.000

4. 6 Januari 2018 Singkong keju 2 Rp 9.000 Rp 18.000


Tepung Mocaf 4 Rp 6.000 Rp 24.000

5. 7 Januari 2018 Singkong keju 6 Rp 9.000 Rp 54.000


Tepung Mocaf 4 Rp 6.000 Rp 24.000

6. 9 Januari 2018 Singkong keju 30 Rp 9.000 Rp 270.000

7. 10 Januari 2018 Singkong keju 30 Rp 9.000 Rp 270.000

8. 13 Januari 2018 Singkong keju 30 Rp 9.000 Rp 270.000

TOTAL 131 Rp 1.115.000

1. 2 Februari 2018 Singkong keju 16 Rp 9.000 Rp 144.000

2. 3 Februari 2018 Singkong keju 4 Rp 9.000 Rp 36.000


Tepung 3 Rp 5.000 Rp 15.000
cassava
55

3. 6 Februari 2018 Singkong keju 5 Rp 9.000 Rp 45.000


Tepung mocaf 30 Rp 6.000 Rp 180.000
Singkong keju 2 Rp 9.000 Rp 18.000

4. 8 Februari 2018 Tepung mocaf 1 Rp 6.000 Rp 6.000

5. 9 Februari 2018 Singkong keju 5 Rp 9.000 Rp 45.000


Tepung mocaf 1 Rp 6.000 Rp 6.000
Tepung 2 Rp 5.000 Rp 10.000
cassava

6. 10 Februari 2018 Singkong keju 3 Rp 9.000 Rp 27.000

Tepung pati 2 Rp 10.000 Rp 20.000


singkong

7. 12 Februari 2018 Singkong keju 30 Rp 9.000 Rp 270.000

8. 14 Februari 2018 Singkong keju 30 Rp 9.000 Rp 270.000

9. 15 Februari 2018 Singkong keju 30 Rp 9.000 Rp 270.000

10. 18 Februari 2018 Singkong keju 4 Rp 9.000 Rp 36.000


Tepung mocaf 2 Rp 6.000 Rp 12.000

11. 19 Februari 2018 Tepung pati 2 Rp 10.000 Rp 20.000


singkong

TOTAL 172 Rp 1.450.000


56

1. 4 Maret 2018 Singkong keju 13 Rp. 9.000 Rp 117.000


Tepung 7 Rp 5.000 Rp 35.000
cassava
Tepung mocaf 12 Rp 6.000 Rp 72.000

2. 5 Maret 2018 Singkong keju 3 Rp 9.000 Rp 27.000

3. 6 Maret 2018 Tepung 5 Rp 5.000 Rp 25.000


cassava
Tepung mocaf 15 Rp 6.000 Rp 90.000
Singkong keju 40 Rp 9.000 Rp 360.000

4. 8 Maret 2018 Tepung pati 2 Rp 10.000 Rp 20.000


singkong

5. 10 Maret 2018 Tepung 15 Rp 5.000 Rp 75.000


cassava
Singkong keju 21 Rp 9.000 Rp 189.000

6. 11 Maret 2018 Tepung 6 Rp 5.000 Rp 30.000


cassava
Singkong keju 8 Rp 9.000 Rp 72.000
Tepung pati 5 Rp 10.000 Rp 50.000
singkong

7. 14 Maret 2018 Singkong keju 15 Rp 9.000 Rp 135.000


8. 16 Maret 2018 Singkong keju 3 Rp 9.000 Rp 27.000

Singkong keju 1 Rp 9.000 Rp. 9.000


18 Maret 2018 Singkong keju 10 Rp 9.000 Rp 90.000
9.
Tepung pati 2 Rp 10.000 Rp 20.000
singkong
Tepung 2 Rp 5.000 Rp 10.000
cassava
57

10. 19 Maret 2018 Tepung pati 10 Rp 10.000 Rp 100.000


singkong

11. 20 Maret 2018 Singkong keju 6 Rp 9.000 Rp 54.000

12. 22 Maret 2018 Singkong keju 10 Rp 9.000 Rp 90.000

13. 23 Maret 2018 Tepung pati 6 Rp 10.000 Rp 60.000


singkong
14. 24 Maret 2018 Singkong keju 2 Rp 9.000 Rp 18.000

15. 25 Maret 2018 Singkong keju 2 Rp 9.000 Rp 18.000

16. 26 Maret 2018 Singkong keju 26 Rp 9.000 Rp 234.000

17. 27 Maret 2018 Singkong keju 28 Rp 9.000 Rp 252.000


Tepung pati 3 Rp 10.000 Rp 30.000
singkong

18. 28 Maret 2018 Singkong keju 4 Rp 9.000 Rp 36.000


Tepung pati 4 Rp 10.000 Rp 40.000
singkong
TOTAL 286 Rp 2.376.000

1. 1 April 2018 Singkong keju 30 Rp 9.000 Rp 270.000


Singkong keju 30 Rp 9.000 Rp 270.000
Singkong keju 30 Rp 9.000 Rp 270.000
Singkong keju 40 Rp 9.000 Rp 360.000

2. 3 April 2018 Tepung pati 14 Rp 10.000 Rp 140.000


singkong
Tepung
3 Rp 5.000 Rp 18.000
cassava
58

3 4 April 2018 Tepung mocaf 12 Rp 6.000 Rp 72.000


Singkong keju 2 Rp 9.000 Rp 18.000
Singkong keju 2 Rp 9.000 Rp 18.000

4 5 April 2018 Singkong keju 2 Rp 9.000 Rp 18.000


Singkong keju 4 Rp 9.000 Rp 36.000

5. 6 April 2018 Singkong keju 4 Rp 9.000 Rp 36.000


Tepung pati
1 Rp 10.000 Rp 10.000
singkong

6. 10 April 2018 Singkong keju 2 Rp 9.000 Rp 18.000


Tepung pati
2 Rp 10.000 Rp 20.000
singkong
Tepung mocaf 1 Rp 6.000 Rp 6.000

7. 11 April 2018 Singkong keju 2 Rp 9.000 Rp 18.000


Singkong keju 11 Rp 9.000 Rp 99.000
8. 14 April 2018 Tepung pati
3 Rp 10.000 Rp 30.000
singkong
Singkong keju 4 Rp 9.000 Rp 36.000

9. 16 April 2018 Tepung pati


5 Rp 10.000 Rp 50.000
singkong
Tepung mocaf 21 Rp 6.000 Rp 126.000
Singkong keju 13 Rp 9.000 Rp 117.000

10. 18 April 2018 Singkong keju 4 Rp 9.000 Rp 36.000


Tepung
24 Rp 5.000 Rp 120.000
cassava
Singkong keju 16 Rp 9.000 Rp 144.000
Singkong keju 30 Rp 9.000 Rp 270.000
11. 20 April 2018 Singkong keju 30 Rp 9.000 Rp 270.000
Singkong keju 30 Rp 9.000 Rp 270.000
Singkong keju 40 Rp 9.000 Rp 360.000
59

12. 22 April 2018 Tepung pati


14 Rp 10.000 Rp 140.000
singkong
Tepung
3 Rp 5.000 Rp 18.000
cassava
Tepung mocaf 12 Rp 6.000 Rp 72.000

13. 23 April 2018 Singkong keju 2 Rp 9.000 Rp 18.000


Singkong keju 2 Rp 9.000 Rp 18.000

14. 25 April 2018 Singkong keju 2 Rp 9.000 Rp 18.000


Singkong keju 4 Rp 9.000 Rp 36.000

15. 28 April 2018 Singkong keju 4 Rp 9.000 Rp 36.000


Tepung pati
1 Rp 10.000 Rp 10.000
singkong

Singkong keju 2 Rp 9.000 Rp 18.000

16. 29 April 2018 Tepung pati


2 Rp 10.000 Rp 20.000
singkong
Tepung mocaf 1 Rp 6.000 Rp 6.000

17. 30 April 2018 Singkong keju 2 Rp 9.000 Rp 18.000


Singkong keju 11 Rp 9.000 Rp 99.000

TOTAL 474 Rp 4.053.000


60

Lampiran 2. Perhitungan Pendapatan Per Bulan

Penyusutan
Biaya Tetap Harga
(per bulan)
Panci kukus Rp 50.000 Rp 2.000
Pisau Rp 3×5.000 = 15.000 Rp 1.250
Pajak Bangunan (per bulan) Rp 500.000 Rp 50.000
Sekop Rp 10.000 Rp 1.000
Cangkul Rp 50.000 Rp 2.000
Alat pres Rp 325.000 Rp 10.000
Gunting Rp 5.000 Rp 500
Centong Rp 5.000 Rp 500
Timbangan elektrik Rp 500.000 Rp 10.500
Kompor Rp 450.000 Rp 10.000
Total Rp 1.910.000 Rp 105.750

Biaya variabel Harga


Garam Rp 7.000
Gula Rp 12.000
Bawang Rp 10.000
Listrik Rp 300.000
Singkong Rp 150.000
Plastik Rp 35.000
Stiker Rp 40.000
Gas Rp 120.000
Total Rp 674.000
61

Lampiran 2. Lanjutan

Rumus Perhitungan Pendapatan :

π = TR – TC

Keterangan :
TR = Total revenue (Lampiran 1)
TC = Total Cost (Biaya Tetap + Biaya Variabel)
π = Pendapatan

1. Pendapatan Bulan Januari 2018

π = TR – TC
π = 1.115.000,00 - 779.750
π = 335.250,00,-

2. Pendapatan Bulan Februari 2018

π = TR – TC
π = 1.450.000,00- 779.750
π = 670.250,00,-

3. Pendapatan Bulan Maret 2018

π = TR – TC
π = 2.376.000,00 - 779.750
π = 1.596.250,00,-

4. Pendapatan Bulan April 2018

π = TR – TC
π = 4.053.000,00 - 779.750
π = 3.273.250,00,-

Total pendapatan/keuntungan bulan Januari – April 2018 = Rp 5.875.000,00,-


62

Lampiran 3. Perhitungan Persentase Volume Penjualan

Total penjualan April – Total penjualan Januari


Volume Penjualan = × 100%
Total penjualan Januari

474 – 131
= × 100%
131

= 261,83 %
63

Lampiran 4. Kuesioner

Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. No. Telepon :
4. Jenis kelamin :
5. Alamat :

Kondisi Umum Usaha


1. Bagaimana awal mula pendirian usaha Griya Ketelaku ini?
Jawab:
2. Sudah berapa lama usaha ini berdiri?
Jawab:
3. Jenis produk apa saja yang dijual?
Jawab:
4. Mengapa memilih produk ini untuk dijadikan usaha?
Jawab:
5. Jenis ketela apa yang dipakai?
Jawab:
6. Berapa luas lahan yang ada?
Jawab:
7. Berapa produksi ketela yang dihasilkan per luas lahan?
Jawab:
8. Apakah produksi berjalan terus atau hanya mengikuti permintaan pasar?
Jawab:
9. Apakah ada cabang usaha lain/mitra dengan organisasi tertentu?
Jawab:
10. Berapa banyak produk yang terjual dalam hitungan hari?
Jawab:
11. Berapa pendapatan yang didapat?
64

Jawab:
12. Apakah ada kendala dan hambatan tersendiri dalam menjalani usaha ini?
Jawab:
13. Bagaimana cara mengatasi kendala dan hambatan tersebut?
Jawab:

Dilihat dari langkah strategi pemasaran (Segmenting, Targeting, Positioning)


A. Segmenting
1. Bagaimana segmentasi pasar beradasarkan kondisi geografisnya?
Jawab:
2. Bagaimana segmentasi pasar beradasarkan kondisi demografisnya?
Jawab:
3. Bagaimana segmentasi pasar beradasarkan kondisi psikologis konsumen?
Jawab:
4. Bagaimana segmentasi pasar beradasarkan tingkah laku konsumen?
Jawab:

B. Targeting
1. Bagaimana penentuan target pasar yang dilakuakn?
Jawab:
2. Siapa saja/segmen pasar yang seperti apa sebagai target pemasaran?
Jawab:
3. Bagaimana perluasan target pasar dilaksanakan?

C. Positioning
1. Bagaimana posisi UMKM Griya Ketelaku di segmen pasar?
Jawab:
2. Apakah terdapat pesaing serupa?
Jawab:
3. Bagaimana cara untuk memberikan kesan unggul pada Griya Ketelaku
apabila terdapat pesaing serupa?
Jawab:
65

Dilihat dari bauran pemasaran 4P (Product, Price, Place, Promotion).


A. Product
1. Apa saja produk apa yang dijual oleh pengusaha?
Jawab:
2. Apakah ada keunggulan produk? Bagaimana keunggulan produk yang
dijual dibanding produk lain?
Jawab:
3. Berapa jumlah produk yang dijual dalam perhari?
Jawab:
4. Bagaimana pengemasan produk?
Jawab:

B. Price
1. Berapa harga tiap produk olahan singkong?
Jawab:
2. Bagaimana penentuan harga tersebut?
Jawab:
3. Bagaimana perbandingan harga produk-produk tersebut dengan range price
di Semarang?
Jawab:
4. Apakah harga produk-produk tersebut telah mampu memberikan
keuntungan?
5. Berapa keuntungan yang didapat?
Jawab:
6. Apakah keuntungan tersebut mampu menutupi semua biaya produksi?
Jawab:

C. Place
1. Bagaimana proses pendistribusian produk?
Jawab:
66

2. Apakah ada cabang usaha di tempat lain?


Jawab:
3. Mengapa memilih lokasi ini untuk mendirikan usaha?
Jawab:

D. Promotion
1. Bagaimana kegiatan promosi dilakukan?
Jawab:
2. Media apa yang digunakan dalam proses promosi?
Jawab:
3. Apakah dengan adanya promosi tersebut mampu meningkatkan penjualan?
Jawab:
67

Lampiran 5. Peta Lokasi Praktik Kerja Lapangan

Sumber: Google Maps, 2019


68

Lampiran 6. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing


69

Lampiran 7. Surat Keterangan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan


70

Lampiran 8. Logbook Praktik Kerja Lapangan


71

Lampiran 8. Lanjutan
72

Lampiran 8. Lanjutan
73

Lampiran 9. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 9.1. Persiapan dan penggemburan lahan dengan cara mencangkul lahan.

Gambar 9.2. Penanaman bibit singkong dengan cara menancapkan langsung ke


dalam tanah sedalam 20 cm.
74

Lampiran 9. Lanjutan

Gambar 9.3. Hama kutu putih pada daun singkong.

Gambar 9.4. Pemanenan dengan cara mencabut singkong sampai ke akar-akarnya.

Gambar 9.5. Pengupasan kulit singkong dan pencucian singkong.


75

Lampiran 9. Lanjutan

Gambar 9.6. Pengrajangan singkong dengan alat pengrajang.

Gambar 9.7. Proses fermentasi singkong.

Gambar 9.8. Endapan putih hasil fermentasi singkong.


76

Lampiran 9. Lanjutan

Gambar 9.9. Proses pengeringan chips singkong dengan penjemuran dan alat
pengering.

Gambar 9.10. Penggilingan chips singkong dengan alat penggling mess 100 dan
proses packaging.

Gambar 9.11. Proses pengukusan singkong keju.


77

Lampiran 9. Lanjutan

Gambar 9.12. Produk singkong keju dan logo oleh-oleh Kota Semarang.

Gambar 9.13. Perbandingan penampakan tepung cassava dan tepung mocaf.


78

Lampiran 9. Lanjutan

Gambar 9.14. PIRT Tepung Pati Singkong.

Gambar 9.15. PIRT Tepung Cassava.


79

Lampiran 9. Lanjutan

Gambar 9.16. PIRT Tepung Mocaf.

Gambar 9.17. PIRT Singkong Keju.


80

Lampiran 9. Lanjutan

Gambar 9.18. Baliho Griya Ketelaku dan Outlet Griya Ketelaku.


81

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Pramessheila Gita Anissa,

lahir pada tanggal 18 April 1998 di Kabupaten Kudus

sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Rio Sonang

Panggabean dan Ibu Minarni Handayani. Penulis

telah menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN 02

Siliwangi Semarang dari tahun 2004 hingga 2010,

kemudian penulis melenjutkan pendidikan di SMPN

30 Semarang dari tahun 2010 hingga 2013. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan di SMAN 1 Semarang pada tahun 2013 dan menyelesaikan jenjang

pendidikan tersebut pada tahun 2016. Penulis diterima sebagai mahasiswa Strata 1

di Perguruan Tinggi Universitas Diponegoro pada tahun 2016 melalui jalur Ujian

Mandiri II. Saat ini penulis menempuh pendidikan sebagai mahasiswa Program

Studi S-1 Agribisnis di Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

Semarang.

Anda mungkin juga menyukai