Oleh:
PRAMESSHEILA GITA ANISSA
23040116140041
S-1 AGRIBISNIS
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
terkenal akan hasil pertaniannya yang melimpah, salah satunya adalah ketela.
komoditi unggulan masyarakat sekitar yang memiliki peluang besar untuk dijadikan
sumber penghasilan atau usaha. Adanya peluang tersebut tidak lepas dari beberapa
permasalahan yang ada seperti masih banyak dari masyarakat sekitar yang tidak
ketela mentah atau ketela rebus saja sehingga diversifikasi produk ketela di
Kelurahan Plalangan ini masih sangat rendah dan perlu segera dikembangakan agar
strategi pemasaran yang baik khususnya pada produk ketela dengan maksud untuk
pemasaran sangatlah penting untuk diterapkan pada suatu usaha agar tingkat
penjualan yang diharapkan suatu usaha dapat tercapai dan usaha tersebut mampu
usaha itu sendiri. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan suatu
usaha berskala kecil dan menengah yang memiliki peran didalam meningkatkan
dikembangkan sehingga terbentuk usaha mikro, kecil, dan menengah yang tangguh,
serta keberadaan UMKM yang ada juga mampu menyediakan suatu lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat untuk mengurangi angka pengangguran dan angka
Griya Ketelaku merupakan usaha berbentuk UMKM yang mana usaha ini
keju dan singkong dalam bentuk tepung. UMKM ini merupakan mitra binaan
Univesitas Negeri Semarang yang mana biaya yang mencakup semua proses
Ketelaku meliputi lingkup pemasaran hingga luar kota dan adanya diversifikasi
produk ketela menjadi tepung dan singkong keju ini merupakan salah satu strategi
3
Ketelaku.
2. Tujuan
bauran pemasaran 4P (product, price, place, dan promotion) di Griya Ketelaku dan
pemasaran tersebut.
3. Manfaat
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di masyarakat. Selain itu, manfaat
yang didapatkan dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah mampu menghasilkan
kerja.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tanaman jenis Euphorbiaceae. Bagian dalam umbi ketela berwarna putih atau
kekuning-kuningan dan biasanya umbi ketela/singkong ini tidak tahan lama atau
mudah busuk/rusak yang ditandai perubahan warna menjadi biru gelap akibat
terbentuknya asam sianida yang bersifat racun (Ummayah et al., 2015). Ketela
pada ketela umumnya terdapat pada daunnya karena mengandung asam amino
ton dari luasan tanam 1,3 juta hektar dengan produktivitas singkong rata-rata 19
yang memiliki banyak sekali manfaat antara lain: sebagai bahan baku industri,
5
tepung mocaf, tapioka, keripik, gula cair, pakan, bioethanol, kertas, lem, dan
lainnya. Agar kebutuhan industri berbasis singkong terpenuhi dalam jumlah besar
hujan, kelembaban udara, dan pH tanah. Ketela dapat tumbuh dengan baik pada
Sedangkan ketinggian tempat yang dianjurkan untuk penanaman ketela yaitu antara
10 – 1.500 mdpl. Derajat keasaman (pH) tanah juga mempengaruhi baik tidaknya
pertumbuhan tanaman ketela yang mana pH atau derajat keasaman tanah yang baik
untuk budidaya tanaman ketela yaitu 4,5 - 8,0 (Purwono dan Purnamawati, 2009).
manfaat bagi tubuh manusia. Hal tersebut dikarenakan ketela mengandung banyak
kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh manusia seperti, viamin, dan mineral di
Selain sebagai bahan pangan, ketela juga dapat dimanfaatkan sebagai obat-
obatan dan kosmetik. Ketela pun saat ini sudah banyak inovasinya untuk dijadikan
beberapa produk turunannya, salah satunya tepung ketela atau singkong. Banyak
dari peneliti lokal yang telah mengembangkan penerapan teknik fermentasi dengan
menggunakan bakteri asam laktat untuk mengolah singkong menjadi irisan tipis
yang terurai sehingga menghasilkan modified cassava flour (Yulifianti et al., 2012).
Adanya inovasi tepung ketela ini menjadikan ketela lebih tahan lama, menambah
nilai jual, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai makanan lainnya seperti kue, bahan
Selain itu, menurut Yulifianti et al. (2012) tepung modified cassava flour
(mocaf) ini merupakan suatu bentuk diversifikasi pangan yang mana keberadaan
tepung mocaf dapat sebagai bahan alternatif pengganti tepung terigu dan memiliki
tepung terigu, lebih mudah dicerna oleh tubuh dibandingkan dengan tepung terigu
karena tidak mengandung asam sianida, dan tepung mocaf juga lebih sehat
dibandingkan dengan tepung terigu hal ini dikarenakan tepung dari singkong
mengandung kadar gluten yang rendah. Menurut Yustisia (2013), gluten adalah
suatu protein peptide opioid yang biasanya terkandung dalam gandum yang mana
protein jenis ini sangat sukar dicerna oleh tubuh dan mampu menyebabkan
beberapa komplikasi dalam tubuh apabila dikonsumsi dalam jangka panjang, yaitu
Kandungan protein peptide opioid ini juga sangat membahayakan kesehatan para
penyandang autisme. Menurut Abata (2014) gluten tidak dapat dicerna oleh tubuh
penderita autis karena para penyandang autisme tidak mampu menghasilkan enzim
untuk mencerna protein jenis ini yang mana hal ini akan berdampak pada terjadinya
pembentukan protein peptide menjadi opioid yang bersifat toksik yang dapat
mengganggu fungsi otak, imunitas serta menimbulkan gangguan perilaku pada para
penyandang autisme.
rencana atau taktik tertentu untuk mencapai target penjualan yang diharapkan dan
8
penjualan yang ada di S-Mart tidak terlepas dari adanya peran penting pelaksanaan
yang terdiri dari strategi: product, price, place, dan promotion. Bauran pemasaran
persaingan ekonomi antar para usahawan saat ini sangatlah ketat. Strategi
pemasaran yang diterapkan dengan baik merupakan salah satu cara untuk
atau jasa yang diproduksinya (Mayangsari et al., 2012). Perusahaan harus mampu
menciptakan nilai tambah bagi konsumen dengan cara memahami kebutuhan pasar
dan konsumen serta melakukan inovasi terus menerus dan menjalin hubungan yang
consumer loyality dan usaha yang kompetitif. Penting sekali adanya pemahaman
9
yang baik akan strategi pemasaran yang diterapkan pada UMKM di masyarakat
agar strategi pemasaran yang dipilih mampu membawa usaha tersebut untuk
merebut pangsa pasar dan membentuk UMKM yang tangguh dalam persaingan
2.2.1. Segmenting
karakteristik, dan tingkah laku para konsumer. Segmentasi pasar bertujuan untuk
mengetahui bahwa setiap pasar terdiri dari beberapa segmen yang berbeda dan hal
ini merupakan suatu upaya perusahaan untuk membagi pasar yang heterogen ke
dalam kelompok pasar yang lebih homogen sehingga didapatkan respon konsumen
akan kebutuhan, karakteristik, dan tingkah laku yang sama dengan target awal
program pemasaran dari perusahaan (Wibowo et al., 2015). Terdapat beberapa jenis
beda dari tiap konsumen seperti daerah, populasi, kepadatan, dan lainnya.
konsumen.
kesetiaan merek, tingkat penggunaan, manfaat yang dicari, dan lainnya pada
konsumen.
2.2.2. Targeting
memasuki segmen pasar tunggal dan apabila segmen tersebut telah berhasil untuk
perluasan baik secara vertikal maupun horizontal (Wibowo et al., 2015). Menurut
dengan tepat ke dalam segmen target pasar yang sudah ditentukan sebelumnya.
harus diperhatikan suatu perusahaan agar target yang ditentukan sesuai dengan
Tahap daur hidup produk, yang mana pada tahap awal perkenalan, produk yang ada
pertumbuhan, produk akan semakin dapat diterima oleh konsumen dan permintaan
pasar akan produk semakin bervariasi sehingga pemasaran yang diterapkan harus
11
beraneka ragam, pada tahap dewasa, produk mengalami persaingan ketat dan
seluruh segmen pasar sudah terisi sehingga perusahaan perlu mencari segmen pasar
baru yang sedikit pesaing, oleh karenanya pemasaran dapat diterapkan lebih
pemasaran, membatasi investasi, serta pusat perhatian sumber daya pada produk
terkonsentrasi, dan 4) Strategi pesaing dan strategi bersaing perusahaan, yang mana
terdapat dua strategi yaitu strategi berhadapan langsung, yaitu perusahaan yang
memilih untuk berhadapan langsung untuk memasuki segmen pasar yang dimasuki
oleh pesaing dan strategi menghindar, yaitu perusahaan memilih untuk menghidari
2.2.3. Positioning
merancang citra perusahaan untuk menempati posisi yang terbedakan di antara para
bagi konsumen. Positioning bertujuan agar mampu memberikan kesan positif akan
dengan apa yang akan dilakukan terhadap produk saja namun juga berkaitan dengan
konsumen dan segmen pasar yang ditargetkan memiliki suatu penilaian tertentu
positioning yaitu: atribut, harga dan kualitas, kelas produk, pemakaian produk, dan
2.2.4. Product
Product (produk) adalah kombinasi barang dan jasa yang dapat ditawarkan
produsen untuk dicari, dibeli, dan digunakan konsumen sebagai pemenuh atau
diperhatikan dalam membuat produk yang unggul yaitu model, merek, label, dan
kemasan yang mana berfungsi untuk memberikan perlindungan dan nilai tambah,
serta dapat menarik minat konsumen (Wibowo et al., 2015). Produk berdasarkan
penggunaannya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu produk konsumen dan
produk industri. Selain itu, produk sendiri terdapat lima tingkatan yaitu: core
suatu produk.
2. Basic product, yaitu bentuk nyata produk yang dapat dinikmati langsung
produk menjadi lebih maju sehingga produk tersebut menjadi produk yang
2.2.5. Price
Price (harga) adalah satuan moneter atau ukuran lainnya yang ditukarkan
dengan barang atau jasa agar memperoleh kepemilikan atau kegunaan dari barang
bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan dan hanya memerlukan waktu
yang singkat, sedangkan unsur bauran pemasaran lainnya seperti produk, distribusi,
dan promosi memerlukan lebih banyak waktu (Wibowo et al., 2015). Harga yang
ditetapkan harus mampu menutup semua biaya produksi dan diupayakan dapat
menambah presentase laba yang diinginkan agar perusahaan tidak rugi. Harga
membeli atau menggunakan suatu produk untuk pemenuhan dan pemuas kebutuhan
2.2.6. Place
perusahaan agar produk dapat diperoleh bagi konsumen (Wangko, 2013). Proses
agar perpindahan produk dari produsen ke tangan konsumen pada suatu perusahaan
dapat berjalan lebih efektif dan efisien (Surya dan Setyaningrum, 2009). Pemilihan
tempat distribusi harus mengupayakan pada tempat yang mudah dijangkau atau
2.2.7. Promotion
dilakukan suatu perusahaan dapat dengan cara promosi mouth by mouth, mengikuti
suatu event (sponsor), mengadakan diskon khusus pada musim tertentu, memberi
member card pada pelanggan, dan iklan melalui media komunikasi (Sari, 2010).
Pemasaran yang efektif jika kebijakan produk, harga, dan tempat selaras dengan
pemilihan promosi yang tepat (Tan, 2011). Promosi bertujuan untuk menyebarkan
informasi produk dan membujuk konsumen untuk membeli serta loyal terhadap
ekonomi produktif oleh badan usaha perorangan dalam mengelola potensi unggulan
setempat yang bersifat padat karya, menggunakan teknologi sederhana, dan mampu
15
menjadi sebuah wadah bagi masyarakat untuk bekerja (Anggraeni et al., 2013).
sendiri untuk dikelola dan dikembangkan sehingga terbentuk usaha yang tangguh.
BAB III
UMKM ini sangat ditentukan oleh strategi pemasaran yang baik dan tepat.
variabel atau kegiatan dari inti pemasaran berupa perumusan strategi bauran
pemasaran atau marketing mix yang terdiri dari 4P (product, price, place, dan
strategi pemasaran yang baik dan tepat ini diharapkan mampu meningkatkan
volume penjualan produk ketela pada UMKM Griya Ketelaku dan mampu
mulai dari tanggal 15 Januari hingga 19 Februari 2019. Praktik Kerja Lapangan ini
dilaksanakan di Griya Ketelaku yang berlokasi di Jalan Kyai Sabrang II, Kelurahan
Griya Ketelaku yaitu dengan metode partisipasi aktif. Partisipasi aktif merupakan
metode dengan proses keikutsertaan seseorang pada suatu kegiatan yang secara
sadar dan sukarela saling bekerjasama dan berkontribusi aktif untuk mencapai
Ketelaku ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer
kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Selain itu, data primer yang didapatkan
dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini berupa dokumentasi foto-foto selama
kegiatan Praktik Kerja Lapangan berlangsung. Data sekunder diperoleh dari studi
literatur berbagai sumber artikel seperti buku dan jurnal dan arsip laporan
merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat secara sistematik segala kegiatan yang dilakukan objek yang diamati dan
19
wawancara dan observasi yang umumya data dokumentasi dapat berupa dokumen-
Data yang diperoleh dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan diolah dan
deskriptif yaitu teknik analisis yang digunakan untuk menggambarkan data secara
umum dalam bentuk naratif sehingga data yang ditampilakan bersifat informatif
dan mudah untuk dipahami (Sugiyono, 2009). Data kualitatif merupakan data fakta-
fakta di lapang yang tidak dapat diukur dan dihitung secara matematis dan hanya
Semarang” adalah:
5. Product adalah segala macam produk olahan singkong yang berupa produk
sekunder, yaitu tepung cassava, tepung mocaf, tepung pati singkong, dan
singkong keju.
6. Price adalah satuan moneter pada produk tepung cassava, tepung mocaf, tepung
7. Place adalah lokasi outlet Griya Ketelaku tempat terjadinya segala kegiatan
BAB IV
pengolahan singkong menjadi tepung singkong dan singkong keju yang berlokasi
di Jalan Kyai Sabrangan II, Plalangan, Gunungpati, Kota Semarang. UMKM Griya
Ketelaku ini didirikan pada tahun 2010 oleh Bapak Kuswandi dan Ibu Sri Sukanti
yang mana usaha ini diawali dengan adanya program Gerakan Terpadu Pengentasan
dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Semarang, LIPI dan Dinas
dan Bapak Kuswanto dan bertugas untuk produksi bahan baku dan untuk
tersebut, kelompok yang diketuai oleh Bapak Kuswanto yang fokus kegiatannya
pada pengolahan tepung menjadi vakum dan tidak produktif lagi, sehingga
produksi. Seiring berjalannya waktu, bantuan demi bantuan dari Pemkot Semarang
22
pun datang ke Griya Ketelaku. Bantuan yang diberikan berupa alat-alat produksi
seperti alat penggiling, alat pengrajang, alat pengering, spinner dan lainnya.
Wanita Tani Sri Rejeki yang mana kelompok wanita tani ini sendiri diketuai oleh
Ibu Sri Sukanti. Kelompok Wanita Tani ini dibentuk melalui APBD Kota Semarang
perhatian dari Pemkot Semarang dan Universitas Negeri Semarang sehingga Griya
kepada Griya Ketelaku untuk pengolahan berbagai macam tepung dari umbi-
umbian seperti tepung talas, tepung singkong, tepung suweg, dan lainnya. Pihak
Universitas Negeri Semarang pun juga memberikan bantuan alat berupa spinner
Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk memberikan bantuan berupa dana yang akan
produksi. Pihak LIPI pun juga memberikan bantuan berupa penambahan listrik
sebesar 1300 watt untuk Griya Ketelaku mengingat mesin-mesin produksi yang ada
Bumi Welas Asih, Batang kepada pihak UMKM Griya Ketelaku untuk
mengembangkan eksistensi tepung mocaf di Kota Semarang. Selain itu, pihak Griya
sendiri bertempat di tiga lahan milik Bapak Kuswandi dan Ibu Sri Sukanti. Lahan
pertama berada di depan pekarangan rumah seluas 10 × 15 m2, lahan kedua berada
di pekarangan belakang rumah seluas 10 × 15 m2, dan lahan ketiga berada di tanah
kosong milik tetangga seluas 20 ×15 m2. Ketiga lahan tersebut mampu dihasilkan
singkong sebanyak ± 30-50 kwintal per setiap sekali panen. Menurut pendapat dari
beberapa syarat dalam budidaya tanaman singkong yaitu seperti tanaman singkong
dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat yaitu antara 10 - 1500 mdpl,
tanaman singkong dapat tumbuh dengan baik pada curah hujan antara 1.500-2.500
antara 60 - 65%, dan , tanah yang baik sebagai media tanam tanaman singkong yaitu
tanah yang bertekstur gembur, tidak terlalu liat, dan kaya akan bahan organik serta
24
tingkat keasaman (pH) tanah yang cocok untuk ditanami tanaman ubi kayu yaitu
jenis atau klon singkong apa yang akan ditanam pada lahan. Pemilihan klon atau
jenis singkong singkong di Griya Ketelaku sendiri, klon yang dipilih yaitu jenis
singkong. Selain itu, klon atau jenis singkong mentho serta singkong sentiling
merupakan bahan baku yang digunakan di Griya Ketelaku untuk dijadikan bahan
2. Persiapan Lahan
digemburkan dengan cara dicangkul (Gambar 9.1). Tujuan dari penggemburan ini
untuk mempermudah pembuatan bedengan dan agar akar tanaman singkong dapat
tumbuh dengan baik. Setelah tahap penggemburan dan pembuatan bedengan, perlu
adanya kegiatan penambahan kapur dolomit pada tanah. Tujuannya yaitu agar tanah
3. Pemupukan
pemupukan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang yang terbuat dari
kotoran ayam dicampur dengan sekam. Pupuk yang digunakan oleh pihak Griya
Ketelaku semuanya alami atau bersifat organik. Setiap meter lahan perlu sebanyak
500 gram pupuk kandang dan kegiatan pemupukan ini dilakukan selama 2 kali per
masa tanam, yaitu pada saat 10-15 hari sebelum penanaman bibit dan sesudah bibit
ditanam.
4. Penanaman
bertempat di tiga lahan milik Bapak Kuswandi dan Ibu Sri Sukanti, yaitu lahan
pertama berada di depan pekarangan rumah seluas 10 × 15 m2, lahan kedua berada
di pekarangan belakang rumah seluas 10 × 15 m2, dan lahan ketiga berada di tanah
kosong milik tetangga seluas 20 ×15 m2. Setiap meter lahan ditanami dua bibit
tanaman singkong yang mana pola tanam yang digunakan di Griya Ketelaku ini
menggunakan sistem pola tanam tumpang sari dengan tanaman kirut. Jarak tanam
dalam tanah (Gambar 9.2), setelah itu barulah diberi pupuk lagi dan dilakukan
penyiraman yang mana penyiraman rutin yang diperlukan pada budidaya tanaman
singkong yaitu dilakukan sebanyak dua kali sehari. Adapun di dalam budidaya
tanaman singkong tidak terdapat masa peralihan antara tanaman singkong dengan
26
tanaman lain, sehingga apabila masa tanam singkong telah berakhir dan tanah yang
ada ingin digunakan untuk menanam singkong kembali, hanya perlu digemburkan
yaitu dengan pengambilan gulma yang tumbuh disekitar tanaman singkong. Selain
itu, tanaman singkong juga tidak lepas dari adanya hama dan penyakit, seperti hama
uret yang merusak akar tanaman singkong dan kulit buah singkong sehingga
menjadi kuning pula, serta kutu putih yang menyerang daun tanaman singkong
dengan menghisap cairan sel-sel daun, mengakibatkan kematian pada sel-sel daun
tersebut dan menyebabkan bercak putih pada daun (Gambar 9.3). Pengendalian
hama dan penyakit yang dilaksanakan di UMKM Griya Ketelaku berupa pemberian
pestisida nabati yang terbuat dari kotoran ternak (kelinci) yang difermentasi selama
1 bulan menggunakan tetes tebu atau larutan gula pasir sebanyak dua sendok makan
dan dosis yang diberikan yaitu 25 liter/m2 dan disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman akan pestisida atau seberapa parah tanaman singkong terserang hama dan
penyakit.
6. Pemanenan
sebagai bahan baku tepung cassava dan tepung mocaf biasanya dipanen pada saat
27
umur tanaman telah mencapai 7-9 bulan dan singkong jenis mentho yang digunakan
sebagai bahan baku pembuatan singkong keju biasanya dipanen saat tanaman
singkong telah mencapai umur 6-7 bulan. Adapun cara pemanenannya yaitu dengan
cara mencabut batang seakar-akarnya dari dalam tanah (Gambar 9.4). Hasil panen
Apabila total lahan yang dimiliki oleh Bapak Kuswandi dan Ibu Sri Sukanti seluas
40 × 45 m2 dan tiap meternya ditanami 2 bibit tanaman singkong, maka dalam sekali
sekali panen.
Ketelaku berupa produk: tepung mocaf, tepung cassava, tepung pati singkong, dan
singkong keju. Bahan baku singkong yang diperlukan baik untuk pembuatan tepung
yaitu:
1. Tepung mocaf
Griya Ketelaku yaitu dengan langkah awal berupa pengupasan kulit singkong dan
singkong yang telah dihasilkan difermentasi ke dalam drum berisi air lalu drum
tersebut ditutup dengan penutup selama 1 hari 1 malam hingga terdapat endapan
putih padat di dasar drum dan selanjutnya air dalam drum ditiriskan (Gambar 9.7 ).
penjemuran di bawah sinar matahari dan apabila cuaca pada saat itu tidak
ke dalam spinner lalu baru dimasukan ke dalam mesin pengering (Gambar 9.9).
Pihak Griya Ketelaku lebih memilih metode manual di dalam pengeringan dengan
kapasitasnya sangat terbatas yang mana hanya bisa menampung chips singkong
sebanyak 3-5 kg, sedangkan produksi chips singkong yang dihasilkan di UMKM
lebih efektif untuk pengeringan kapasitas dalam jumlah besar. Chips singkong telah
kering sempurna selanjutnya akan digiling ke dalam alat penggiling tepung dengan
mess 100 sehingga menjadi tepung mocaf dan tepung mocaf tersebut lalu siap untuk
proses packaging (Gambar 9.10). Proses produksi dan pengolahan tepung mocaf di
fermentasi yang berlangsung yang mana 1 kwintal bahan baku hanya mampu
2. Tepung Cassava
proses fermentasi chips singkong. Tahap awal pengolahan tepung cassava yaitu
dengan pengupasan kulit singkong dan pencucian singkong yang telah dikupas
singkong dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari dan apabila cuaca pada
saat itu tidak mendukung, pengeringan bisa dilakukan dengan cara memasukan
chips singkong ke dalam spinner lalu baru dimasukan ke dalam mesin pengering
(Gambar 9.9). Apabila chips singkong telah kering sempurna, barulah chips
singkong tersebut digiling ke dalam alat penggiling tepung dengan mess 100
sehingga menjadi tepung cassava dan tepung cassava tersebut lalu siap untuk
Ketelaku biasanya menggunakan 1 kwintal bahan baku singkong dan dari 1 kwintal
Tepung pati singkong didapatkan dari hasil endapan fermentasi pada proses
singkong menjadi tepung pati singkong yaitu dengan tahap awal berupa pengupasan
dengan alat pengrajang untuk menghasilkan chips singkong (Gambar 9.6), dan
chips singkong tersebut difermentasi ke dalam drum yang telah diberi air sebanyak
setengah dari ketinggian drum, lalu drum tersebut ditutup dengan penutup selama
1 hari 1 malam hingga terdapat endapan putih padat di dasar drum (Gambar 9.7).
Endapan putih padat hasil fermentasi inilah yang merupakan bahan baku
30
pembuatan tepung pati singkong (Gambar 9.8) dan endapan putih tersebut diambil
dengan cara meniriskan air pada drum lalu dikeringkan di bawah sinar matahari
atau dengan alat pengering jika kondisi cuaca tidak mendukung. Apabila endapan
pati singkong telah kering sempurna, endapan tersebut selanjutnya akan digiling
tepung pati singkong dan tepung pati singkong selanjutnya siap untuk proses
menggunakan 1 kwintal bahan baku singkong dan dari 1 kwintal bahan baku
Griya Ketelaku yaitu diawali dengan tahap pengupasan kulit singkong secara
manual dengan menggunakan pisau, lalu singkong yang telah dikupas dipotong per
5 cm dan disusun rapi di panci kukus (Gambar 9.11), dan sebelum memulai proses
pengukusan, perlu adanya peracikan dan penambahan bumbu terlebih dahulu yang
mana bumbu yang digunakan bersumber dari bawang putih, garam, gula, dan
lainnya. Racikan bumbu yang telah selesai dibuat kemudian dilarutkan ke dalam air
sebanyak 2,5 liter dan singkong-singkong yang telah tersusun rapi di panci kukus
selanjutnya direndamkan ke dalam air racikan bumbu yang telah dibuat sebelumnya
untuk proses pengukusan. Proses pengukusan dilakukan selama ±5-6 jam dan
singkong keju.
31
kepribadian
dibeli.
Roti Semarang
di Semarang.
32
kota.
Semarang lainnya.
Semarang.
4.4.1. Segmenting
membagi konsumen ke dalam sub kelompok yang didasarkan pada gaya hidup,
kepribadian, kesetiaan merk, dan manfaat yang dicari dari produk. Sedangkan
diterapkan di Griya Ketelaku. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibowo et al. (2015)
segmen pasar dengan membagi konsumen ke dalam beberapa sub kelompok agar
olahan singkong kepada golongan konsumen yang memiliki gaya hidup untuk
karbohidrat nasi dan tepung singkong sebagai pengganti tepung terigu, serta
ditujukan kepada kalangan konsumen yang memiliki gaya hidup sehat untuk tidak
protein peptide opioid pada tepung terigu yang mana apabila terlalu banyak
kelelahan kronis. Hal ini sesuai dengan pendapat Munandar (2011) bahwa strategi
36
peptide opioid yang berbahaya bagi autisme apabila dikonsumsi dalam jangka
panjang yang mana hal ini dikarenakan protein jenis ini sangat sukar dicerna oleh
perilaku.
dari segi loyalitas konsumen seperti pada produk tepung pati singkong produksi
produsen pempek ini memiliki loyalitas produk terhadap produk tepung pati
tepung pati singkong ini dikarenakan tepung pati singkong tersebut berkualitas baik
dan apabila diolah menjadi pempek tidak bantat. Selain itu, produk-produk tepung
singkong produksi Griya Ketelaku juga mendapatkan perhatian dari produsen roti
37
“Super Roti” di Semarang yang mana produsen ini memiliki kesetiaan pada
penggunaan tepung singkong produksi Griya Ketelaku. Hal ini sesuai dengan
konsumen berupa pembagian segmen pasar yang didasarkan pada status pengguna,
kesetiaan produk/merk, tingkat penggunaan, dan manfaat yang dicari dari produk
tersebut.
4.4.2. Targeting
strategi penentuan pasar atau targeting. Strategi targeting yang diterapkan dengan
Semarang, contohnya seperti Super Roti Semarang yang selalu berlangganan untuk
membeli produk tepung mocaf produksi Griya Ketelaku, lalu juga menargetkan
produk singkong keju yang dijual oleh Griya Ketelaku juga diberi logo oleh-oleh
khas Semarang (Gambar 9.12), yang mana target penjualan dari produk ini adalah
untuk menjangkau para wisatawan baik dalam maupun luar Kota Semarang,
UMKM lokal. Hal ini sesuai dengan pendapat Kertajaya (2009) bahwa targeting
posisinya di segmen pasar yang ada, sehingga proses targeting pada Griya Ketelaku
posisi pasar berupaya pada perluasan pangsa pasar dengan melakukan pemasaran
segmen pasar hingga luar Kota Semarang, sehingga target penjualan yang terhadap
para produsen roti dan produsen pempek bisa meluas lagi cakupannya hingga luar
Semarang bahkan luar Jawa sekaligus. Selain itu, pihak Griya Ketelaku juga
dijadikan bahan penelitian bahwa tepung mocaf non gluten merupakan sumber
karbohidrat yang sehat untuk para penyandang autisme dan untuk semua kalangan
masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibowo et al. (2015) bahwa apabila
telah berhasil menguasai segmen pasar tunggal, perusahaan tersebut akan berupaya
untuk melakukan ekspansi atau melakukan perluasan segmen pasar baik secara
4.4.3. Positioning
citra baik produk dari segi atribut-atribut produk yang bisa dijadikan sebagai
pembeda dengan produk pesaing serupa, penyediaan produk dengan kualitas yang
prima, harga yang ditawarkan produsen sesuai dengan manfaat yang akan
kualitas produk yang dihasilkannya, seperti bahan baku singkong yang digunakan
haruslah singkong dengan kualitas prima dengan umur singkong sudah siap panen,
tidak busuk dan lainnya. Selain itu, produk tepung singkong yang diproduksi Griya
Ketelaku memilki warna yang paling bagus yaitu putih terang dibandingkan dengan
menggunakan bantuan biang sehingga tepung mocaf yang dihasilkan lebih aman
dan lebih baik penampakannya. Hal inilah yang dijadikan dasar sebagai pembeda
antara produk Griya Ketelaku dengan produk pesaing serupa yang mana dengan
kondisi-kondisi seperti ini, konsumen akan merasa puas akan produk Griya
Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler dan Armstrong (2009) bahwa terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan didalam menentukan posisi produk, yaitu
atribut, harga dan kualitas, kelas produk, pemakaian produk, dan pesaing yang
mana hal ini mampu menonjolkan keunggulan kompetitif suatu produk untuk dapat
Griya Ketelaku mampu memiliki posisi yang menjanjikan dan mampu bersaing di
memenangkan hati para konsumen walaupun banyak produk pesaing serupa. Hal
ini sesuai dengan pendapat Munandar (2011) bahwa proses positioning bertujuan
sehingga produk tersebut mampu menjadi produk pilihan konsumen untuk dibeli
4.4.4. Product
diversifikasi dan olahan singkong seperti tepung cassava, tepung mocaf, tepung pati
singkong, dan singkong keju. Tepung cassava merupakan tepung yang terbuat dari
tepung olahan singkong yang bahan baku pembuatannya sama dengan tepung
proses fermentasi terlebih dahulu dan hasil endapan dari proses fermentasi tersebut
ketiga tepung ini tentulah berbeda, dari segi warna, tepung cassava memilki warna
lebih kekuningan atau kecoklatan dibandingkan dengan tepung mocaf dan tepung
memiliki perbedaan kegunaan dan fungsinya. Kegunaan dan fungsi dari ketiga
tepung tersebut yaitu tepung cassava biasanya digunakan untuk pembuatan tiwul
dan juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan roti. Tepung mocaf dapat
digunakan untuk pembuatan segala macam makanan dan fungsinya hampir sama
dengan tepung terigu hanya saja pada tepung yang berbahan dasar singkong tidak
bahan dasar adonan roti biasanya roti tersebut sulit mengembang/ bantat. Tepung
pati singkong sendiri sejatinya merupakan tepung tapioka yang berbahan baku sari
pati dari hasil fermentasi singkong dan biasanya tepung ini sering digunakan
sebagai bahan baku untuk pembuatan masakan khas Palembang yaitu pempek.
Produk singkong keju merupakan produk diversifikasi olahan singkong dengan rasa
khas gurih seperti keju yang mana pada proses pengolahan sendiri memerlukan
penambahan racikan bumbu-bumbu untuk menghasilkan rasa yang gurih dan bahan
baku singkong yang diperlukan yaitu singkong yang tidak terlalu muda dan tidak
Salah satu produk unggulan di Griya Ketelaku ini adalah tepung mocaf yang
mana tepung mocaf ini merupakan tepung hasil modifikasi dari singkong
berkualitas baik yang dapat digunakan sebagai subtitusi tepung terigu. Berdasarkan
pernyataan dari Yulifianti et al. (2012), kelebihan dari tepung mocaf ini adalah
kandungan kalsiumnya yang lebih tinggi daripada tepung terigu, lebih mudah
dicerna oleh tubuh dibandingkan dengan tepung terigu karena tidak mengandung
asam sianida, dan tepung mocaf ini sebagai alternatif makanan untuk penderita
dianjurkan untuk dikonsumsi oleh para penyandang autisme. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Kotler dan Armstrong (2009) bahwa adanya modifikasi produk
menjadi lebih unggul mampu menjadi potential product yang diminati untuk
diambil manfaatnya sehingga di Griya Ketelaku pun sering mendapat pesanan dari
POLTEKKES Semarang untuk produksi tepung mocaf tersebut yang nantinya akan
42
Semarang.
Keunggulan lainnya dari produk tepung mocaf produksi Griya Ketelaku ini
lebih sehingga kualitasnya lebih baik dan keamanan produknya pun terjamin, serta
warna tepung yang dihasilkan pun lebih cerah sehingga hal inilah yang menambah
nilai dari produk tepung mocaf di Griya Ketelaku ini. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kotler dan Armstrong (2009) yang mana perlu adanya adanya pembeda
antara produk satu dengan produk lainnya dalam persaingan pasar. Produk dari
Griya Ketelaku pun memiliki kemasan, merk, label yang sudah up to date dan sudah
mendapatkan ijin produksi pangan skala rumah tangga (PIRT) dari BPOM Kota
Semarang (Gambar 9.14 – 9.17), sehingga hal inilah yang menambah nilai jual dari
produk-produk itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibowo et al. (2015)
bahwa terdapat beberapa elemen yang perlu diperhatikan yang dapat menjadikan
suatu produk menjadi lebih unggul yaitu model, merk, label, dan kemasan yang
berfungsi untuk memberikan perlindungan dan nilai tambah, serta dapat menarik
minat konsumen.
4.4.5. Price
dengan harga yang sepadan dengan harga bahan bakunya. Produk singkong keju
yang dijual tiap 500 gram-nya dihargai sebesar Rp 9.000,00,-; produk tepung mocaf
yang dijual tiap 500 gram-nya dihargai sebesar Rp 6.000,00,-; produk tepung
43
cassava yang dijual tiap 500 gram-nya dihargai sebesar Rp 5.000,00,-; dan produk
tepung pati singkong yang dijual tiap 500 gram-nya dihargai Rp 10.000,00,-. Harga
tepung mocaf yang dijual di Griya Ketelaku ini berdasarkan price range di Kota
Semarang termasuk mahal karena harga rata-rata tepung mocaf di Kota Semarang
beliau mengikuti harga pasaran tepung mocaf yang dijual di Kota Semarang maka
Pangan Kota Semarang dan Universitas Negeri Semarang yang berupaya untuk
meningkatkan kesejahteraan UMKM ini sendiri serta pemilik Griya Ketelaku pun
Oleh karenanya, UMKM Griya Ketelaku berani menjual harga tinggi di antara
banyak produk pesaing di Kota Semarang. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
suatu produk perusahaan dan perusahaan pun didalam menentukan harga produk
mencapai laba maksimum, mempertahankan market share, dan sebagainya. Hal ini
juga sesuai dengan pendapat Tjiptono (2009) yang menyatakan apabila harga
produk yang ditawarkan kepada konsumen sesuai dengan kualitas yang produk
tersebut, maka konsumen akan mendapatkan manfaat secara maksimal dari produk
yang baik akan produk tersebut dan konsumen akan merasa senang apabila membeli
produk tersebut.
44
meningkatkan pendapatan yang ada. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan
pendapatan dari bulan Januari – April 2018, sehingga apabila pendapatan makin
tinggi, maka keuntungan yang diperoleh pun akan meningkat pula (Lampiran 2).
produksi yang ada dan untuk keperluan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rasyid et al. (2014) bahwa harga jual berpengaruh searah terhadap pendapatan yang
mana semakin besar harga jual, semakin besar pula pendapatan yang diterima,
sehingga keuntungan suatu usaha pun akan semakin meningkat dan keuntungan ini
mampu digunakan suatu usaha untuk menutupi semua biaya produksi yang telah
dikeluarkannya.
4.4.6. Place
Plalangan di Gunungpati ini sangat terkenal akan produksi ketela yang melimpah,
sehingga lokasi Griya Ketelaku ini sangat baik karena dekat dengan sumber bahan
baku ketela. Lokasi gerai Griya Ketelaku sudah termasuk strategis dan mudah
diakses karena jaraknya dekat dengan Jalan Raya Gunungpati serta mudah dicari
karena terdapat baliho atau papan iklan besar yang cukup menjelaskan posisi gerai
Griya Ketelaku (Gambar 9.18). Gerai Griya Ketelaku saat ini hanya ada satu saja,
namun di tempat ini pengunjung bisa ikut melihat proses produksi dari hulu hingga
hilir. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Hariadi dan Martoatmodjo (2012) bahwa
45
tempat distribusi yang baik adalah tempat yang mudah dijangkau konsumen agar
wholesaler atau retailer dikarenakan pernyataan pemilik yang berkata bahwa jika
yang ada masih dengan piutang yang mana hal ini dapat merugikan pihak Griya
produsen ke tangan konsumen belum berjalan efektif dan efisien. Hal ini sesuai
dengan Surya dan Setyaningrum (2009) bahwa untuk membantu proses distribusi
yang ada, biasanya menggunakan jasa wholesaler (grosir) dan retailer (pengecer)
sehingga perpindahan produk dari produsen ke tangan konsumen pada suatu usaha
4.4.7. Promotion
Kegiatan jual beli yang ada tidak terlepas dari adanya kegiatan promosi.
shop, promosi mouth to mouth, pendirian baliho atau pamflet di pinggir jalan raya,
menjalin kerjasama dengan pihak Pemkot Semarang dan kerjasama dengan pihak
produk Griya Ketelaku ini juga ditunjang dari adanya partisipasi kegiatan-kegiatan
bazar dan pelatihan-pelatihan dari Dinas Kota Semarang. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Sari (2010) yang menyatakan bahwa kegiatan promosi yang dapat
46
dilakukan suatu perusahaan dapat berupa promosi mouth by mouth, mengikuti suatu
event, mengadakan diskon khusus pada musim tertentu, memberi member card
Online shop yang dimiliki Griya Ketelaku bisa diakses di aplikasi Instagram
dan Whatsapp yang mana adanya online shop ini menunjang penjualan produk
Griya Ketelaku hingga ke luar kota bahkan luar Jawa seperti Aceh, Kalimantan, dan
lainnya. Adanya online shop ini sangat membantu proses pengiklanan produk Griya
dijual di Griya Ketelaku. Konsumen atau pelanggan yang kerap kali datang untuk
membeli produk dari Griya Ketelaku pun juga ikut berperan penting didalam
konsumen akan produk dari Griya Ketelaku secara lisan dari mulut ke mulut orang
banyak.
Pendirian baliho dan pamflet di pinggir Jalan Raya Gunungpati pun juga
kepada publik karena adanya baliho atau pamflet tersebut memudahkan calon
konsumen untuk mengenali dan mengetahui presisi lokasi dan apa yang ada di
Griya Ketelaku. Terjalinnya kerjasama pihak Griya Ketelaku dengan pihak Pemkot
Griya Ketelaku untuk dikenal masyarakat luas karena dengan terjalinnya kerjasama
seperti ini pihak Griya Ketelaku sering mendapatkan tawaran untuk mengikuti
Griya Ketelaku sebagai narasumber dari kegiatan pelatihan tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Tjiptono (2009) bahwa kegiatan promosi yang dilakukan suatu
masyarakat luas dan untuk membujuk konsumen untuk membeli produk tersebut.
Tabel 4. Data Volume Penjualan Bulan Januari – April 2018 di Griya Ketelaku
No Bulan Macam Produk Kuantitas yang Terjual
1. Januari 2018 Tepung cassava 2 kg
Tepung mocaf 9,5 kg
Tepung pati singkong -
Singkong keju 54 kg
2. Februari 2018 Tepung cassava 4,5 kg
Tepung mocaf 17 kg
Tepung pati singkong 2 kg
Singkong keju 64,5 kg
3. Maret 2018 Tepung cassava 13,5 kg
Tepung mocaf 17 kg
Tepung pati singkong 12,5 kg
Singkong keju 83 kg
4. April 2018 Tepung cassava 17,5 kg
Tepung mocaf 13,5 kg
Tepung pati singkong 16 kg
Singkong keju 94,5 kg
Sumber : Data Praktik Kerja Lapangan, 2019
48
produk dari bulan Januari hingga April 2018 mengalami kenaikan yang signifikan
yang mana kenaikan tersebut dapat dilihat dari grafik sebagai berikut:
100
90
80
70
60
(kg)
50
40
30
20
10
0
Januari Februari Maret April
terbukti telah mampu meningkatkan volume penjualan dari produk tepung cassava,
tepung mocaf, tepung pati singkong, dan singkong keju sebesar 261,83 %
(Lampiran 3). Adanya peningkatan volume penjualan ini juga berimbas pada
hingga bulan April 2018. Pendapatan Januari 2018 yaitu sebesar Rp 335.250,00,-;
1.576.250,00,-; dan pendapatan yang diperoleh pada bulan April 2018 yaitu sebesar
Rp 4.053.000,00,-. (Lampiran 2). Hal ini sesuai dengan Rachmawati (2011) bahwa
rendahnya hasil penjualan produknya. Hal ini juga didukung oleh pendapat
peningkatan pendapatan penjualan yang ada di S-Mart tidak terlepas dari adanya
bulan April 2018 juga berdampak pada peningkatan keuntungan yang diperoleh
olahan singkong yang diperjualbelikan pada bulan Januari 2018 hingga April 2018
yaitu sebesar Rp. 5.875.000,00,-. Hal ini sesuai dengan Rasyid et al. (2014) yang
usaha pun akan semakin meningkat dan keuntungan ini mampu digunakan suatu
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
yang diperoleh Griya Ketelaku pada bulan Januari hingga bulan April 2018 yaitu
sebesar Rp 5.875.000,00,-.
5.2. Saran
evaluasi dari strategi pemasaran yang telah dilaksanakan untuk strategi pemasaran
yang lebih baik lagi ke depannya sehingga strategi pemasaran tersebut mampu
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1996. Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta dalam Ummayah, U. Muntoha. Jamroni.
2015. Pelatihan pemanfaatan dan pengolahan singkong menjadi makanan
ringan tela rasa. J. Inovasi dan Kewirausahaan. 4 (3): 188 – 193.
Izzan, A. Artyasa, U. S. 2013. The Life Management: Menata kelola Hidup agar
Lebih Bermakna dan Berbahagia. Anggota IKAPI Kelompok Humaniora,
Bandung.
Munandar, D. 2011. Analisis penentuan segmen, target, dan posisi pasar home care
di Rumah Sakit Al-Islam Bandung. J. Humaniora. 6 (2): 233 – 245
Supanjani. 2012. Teknik budidaya singkong oleh petani di Kota Bengkulu. J. Agrin.
16 (2) : 173 – 184.
Tan, E.R. 2011. Pengaruh faktor harga, promosi, dan pelayanan terhadap keputusan
konsumen untuk belanja di Alfamart Surabaya. J. Kewirausahaan. 5 (2) : 25
– 30.
Yustisia, R. 2013. Pengaruh penambahan telur terhadap kadar protein, serat, tingkat
kekenyalan dan penerimaan mie basah bebas gluten berbahan baku tepung
komposit. Journal of Nutrition College. 2 (4) : 697 – 703.
54
LAMPIRAN
Penyusutan
Biaya Tetap Harga
(per bulan)
Panci kukus Rp 50.000 Rp 2.000
Pisau Rp 3×5.000 = 15.000 Rp 1.250
Pajak Bangunan (per bulan) Rp 500.000 Rp 50.000
Sekop Rp 10.000 Rp 1.000
Cangkul Rp 50.000 Rp 2.000
Alat pres Rp 325.000 Rp 10.000
Gunting Rp 5.000 Rp 500
Centong Rp 5.000 Rp 500
Timbangan elektrik Rp 500.000 Rp 10.500
Kompor Rp 450.000 Rp 10.000
Total Rp 1.910.000 Rp 105.750
Lampiran 2. Lanjutan
π = TR – TC
Keterangan :
TR = Total revenue (Lampiran 1)
TC = Total Cost (Biaya Tetap + Biaya Variabel)
π = Pendapatan
π = TR – TC
π = 1.115.000,00 - 779.750
π = 335.250,00,-
π = TR – TC
π = 1.450.000,00- 779.750
π = 670.250,00,-
π = TR – TC
π = 2.376.000,00 - 779.750
π = 1.596.250,00,-
π = TR – TC
π = 4.053.000,00 - 779.750
π = 3.273.250,00,-
474 – 131
= × 100%
131
= 261,83 %
63
Lampiran 4. Kuesioner
Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. No. Telepon :
4. Jenis kelamin :
5. Alamat :
Jawab:
12. Apakah ada kendala dan hambatan tersendiri dalam menjalani usaha ini?
Jawab:
13. Bagaimana cara mengatasi kendala dan hambatan tersebut?
Jawab:
B. Targeting
1. Bagaimana penentuan target pasar yang dilakuakn?
Jawab:
2. Siapa saja/segmen pasar yang seperti apa sebagai target pemasaran?
Jawab:
3. Bagaimana perluasan target pasar dilaksanakan?
C. Positioning
1. Bagaimana posisi UMKM Griya Ketelaku di segmen pasar?
Jawab:
2. Apakah terdapat pesaing serupa?
Jawab:
3. Bagaimana cara untuk memberikan kesan unggul pada Griya Ketelaku
apabila terdapat pesaing serupa?
Jawab:
65
B. Price
1. Berapa harga tiap produk olahan singkong?
Jawab:
2. Bagaimana penentuan harga tersebut?
Jawab:
3. Bagaimana perbandingan harga produk-produk tersebut dengan range price
di Semarang?
Jawab:
4. Apakah harga produk-produk tersebut telah mampu memberikan
keuntungan?
5. Berapa keuntungan yang didapat?
Jawab:
6. Apakah keuntungan tersebut mampu menutupi semua biaya produksi?
Jawab:
C. Place
1. Bagaimana proses pendistribusian produk?
Jawab:
66
D. Promotion
1. Bagaimana kegiatan promosi dilakukan?
Jawab:
2. Media apa yang digunakan dalam proses promosi?
Jawab:
3. Apakah dengan adanya promosi tersebut mampu meningkatkan penjualan?
Jawab:
67
Lampiran 8. Lanjutan
72
Lampiran 8. Lanjutan
73
Gambar 9.1. Persiapan dan penggemburan lahan dengan cara mencangkul lahan.
Lampiran 9. Lanjutan
Lampiran 9. Lanjutan
Lampiran 9. Lanjutan
Gambar 9.9. Proses pengeringan chips singkong dengan penjemuran dan alat
pengering.
Gambar 9.10. Penggilingan chips singkong dengan alat penggling mess 100 dan
proses packaging.
Lampiran 9. Lanjutan
Gambar 9.12. Produk singkong keju dan logo oleh-oleh Kota Semarang.
Lampiran 9. Lanjutan
Lampiran 9. Lanjutan
Lampiran 9. Lanjutan
RIWAYAT HIDUP
pendidikan tersebut pada tahun 2016. Penulis diterima sebagai mahasiswa Strata 1
di Perguruan Tinggi Universitas Diponegoro pada tahun 2016 melalui jalur Ujian
Mandiri II. Saat ini penulis menempuh pendidikan sebagai mahasiswa Program
Semarang.