Anda di halaman 1dari 6

BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Buah durian (Durio zibethinus) merupakan buah asli Indonesia yang memiliki nilai jual tinggi
dengan jangkauan pasar yang luas dan beragam. Oleh karena itu komoditas durian potensial
untuk dikembangkan (Fonsah etal. 2008). Peluang pasar tersebut telah direspon oleh petani,
terlihat dari luas lahan dan produksi durian pada 2007- 2011 cenderung meningkat.

Ada jenis lain yang buahnya lebih kecil disebut chanee ( Kani ). Durian gajah yang berasal
dari bangkok ini sering disebut dengan nama durian montong ( otong ) ini telah di lepas oleh
menteri pertanian RI untuk di budidayakan di indonesia.

Peningkatan produksi sebesar 18,24 persen per tahun (BPS 2012). Kondisi ini menunjukkan
Indonesia mampu memproduksi buah durian lebih banyak (Dirjen Hortikultura2012). Namun
demikian, produksi durian Indonesia (selanjutnya disebut durian lokal) tidak dapat
memenuhi kebutuhan durian Indonesia. Konsekuensinya, Indonesia harus melakukan impor
durian.

Durian impor umumnya berasal dari Malaysia dan Thailand. Buah-buahan yang berasal dari
Thailand cukup populer karena memiliki kualitas tinggi (Chomchalowet al. 2008). Laju impor
durian cukup besar, mencapai 25 ribu ton per tahun (Dirjen Hortikultura 2012).

1.2 Tujuan

1. Mengetahui Karakteristik dan subsistem dalam agribisnis durian


2. Menjelaskan Integrasi dan penambahan nilai dalam pengembangan agribisnis durian
3. Mengetahui rantai pasok dan rantai nilai dari agribisnis durian
4. Sebagai tugas akhir mata kuliah Manajemen Agribsinis
BAB II
Pembahasan
2.1 Karakteristik Buah Durian

Pohon durian banyak tumbuh di daerah hutan-hutan dataran rundah dan di hutan-hutan
campuran pemah atau hutan yang memiliki tanah yang rata pada ketinggian 500 mpdl dan
umumnya tumbuh pada jenis tanah liat. Pohon durian banyak ditemukan di daerah
kalimantan yang mana memiliki banyak hutan dengan tanah yanga rendah dan memiliki
jenis tanah yang memang cocok untuk pohon durian. Pohon ini juga merupakan tumbuhan
endemik kalimantan itu sendiri.

Sebagai buah yang memiliki julukan king of fruit, durian tentunya memiliki kandungan gizi
yang cukup lengkap dibandingkan dengan buah yang lain. Di antara kandungan nutrisi yang
terdapat di buah durian antara lain adalah vitamin B, Vitamin C, Zat Besi, Kalium,
magnesium, fosfor, seng, thiamin, riblovafin, omega 3 dan 6. Selain itu juga durian banyak
mengandung phytonuritien, polyphenol, antioksidan, organosulfur dan tryptophan.
Disamping itu juga ada zat gizi utama seperti karbohidrat, lemak jenuh dan protein.

Phytonutreient yang terkandung di dalam buah durian diklaim mampu mematikan zat
penyebab kanker, meninggalkan kekebalan tubuh, mencegah kanker, diabetes serta
penyekit jantung. Selain itu juga durian mengandung dan kaya akan polifenol dan
antioksidan seperti vitamin C. Kandungan vitamin C pada buah durian bisa mencapai 200
mg/100gr daging buah. Angka tersebut merupakan nilai tertinggi kandungan vitamin C pada
buah. Selain itu juga kandungan phytosterol dalam durian berguna untuk memperbaiki
reaksi anti tumor pada tubuh, memperbaiki daya tahan tubuh terhadap serangan kanker,
danmembantu menghambat pertumbuhan tumor.

Adapun kandungan lain yang terdapat dalam durian adalah:

 Durian (Durizo Zibethinus)


 Nutrisi per 100 g (3,5 0z).
 Energi 615 kj (147 kcal),
 karbohidrat 27.09 g,
 Serat Pangan 3.8 g,
 lemak 5,33 g,
 protein 1.47 g,
 air 65g,
 vitamin C 19.7 mg (33%),
 kalium 436 mg (9%).
2.1 Sub Sistem Agribisnis Durian

1. Sub Sistem Sarana Produksi

Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan


dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana
produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input
usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan
tepat produk.

Dalam kaitan pengembangan agribisnis durian responden petani penangkar


merupakan salah satu bagian dari sub sistem agribisnis hulu yang menghasilkan
barang-barang modal bagi usahatani durian dalam arti luas meliputi penyediaan
benih bagi petani yang mengelolan usahatani durian. Karakteristik petani penangkar
dalam usaha pembibitan durian meliputi umur, pendidikan formal, nama usaha
pembibitan yang dikelola, pengalaman dalam pembibitan dan luas lahan yang
digunakan dalam usaha pembibitan.

2. Sub Sistem Produksi

Sub sistem ini sepenuhnya dikendalikan oleh petani, adapun karakteristik petani
responden dalam kajian ini meliputi berbagai informasi tentang kondisi internalnya
antara lain umur, tingkat pendidikan formal, luas pemilikan lahan dan pengalaman
dalam berusahatani durian.

Pengetahuan yang diperoleh seseorang akan menjadi referensi bagi pengembangan


usahataninya ke depan. Oleh sebab itu sangatlah penting menggambarkan
pengalaman karena merupakan penggambaran tingkat ketrampilan teknis yang
dimiliki, pemikiran rasional dan kemampuan untuk melakukan inovasi usahatani-
ternaknya yang dapat memberikan nilai tambah.

Dalam sub sistem on farm ini petani merupakan pelaku utama memiliki peran yang
sangat besar meliputi kegiatan budidaya mulai dari persiapan lahan sampai pada
kegiatan panen. Hasil survey yang dilakukan dalam agribisnis durian menunjukkan
bahwa petani dalam mengelola usahataninya sudah mulai menerapkan teknologi
yang di anjurkan meskipun masih belum maksimal. Oleh karena itu masih perlu
dilakukan pendampingan dalam menerapkan teknologi agar bisa mencapai hasil
yang maksimal.

Adapun masalah yang dihadapi responden dalam pengelolaan usahatani durian


adalah sebagai berikut : Kurangnya informasi teknologi yang dapat diakses selain
dari penyuluh lapangan Kurang intensifnya pendampingan dalam penerapan
teknologi, lambatnya proses pertumbuhan pohon durian dari bibit hingga siap
panen.

Teknologi pemeliharaan yang dilakukan antara lain pemupukan urea dan


pengendalian hama dan penyakit. Sementara teknologi panen cukup maksimal
dilaksanakan dengan memperhatikan syarat-syarat panen antara lain buah tidak
boleh jatuh dan tidak boleh basah karena akan mempengaruhi kualitas dan daya
simpan buah durian.

3. Sub Sistem Hilir

Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), berupa kegiatan ekonomi


yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara
maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan di pasar domestik maupun di
pasar internasional. Permasalahan utama yang terjadi pada subsistem ini adalah
mengenai pemasaran dan keterbatasan modal.

Dalam sub sistem ini terdapat berbagai pelaku usaha yang berjenjang sesuai dengan
kapasitasnya dalam mendistribusikan produksi komoditas antara lain pedagang
pengumpul yang berperan sebagai pelaku yang mengumpulkan produksi durian
petani dan bekerja pada wilayah tertentu seperti desa atau kelurahan. Kemudian
dari pedagang pengumpul kemudian disalurkan lagi ke pedagang besar yang siap
mengantar pulaukan produk segar maupun olahan yang telah dikumpulkan.
Pedagang besar ini bekerja dalam wilayah yang lebih luas yaitu kecamatan ataupun
kabupaten. Sementara pedagang yang mendistribusikan komoditas durian langsung
ke konsumen adalah yang menjajakan produk tersebut di pinggir jalan poros dekat
dengan sentra produksi.

Dalam memasarkan durian biasanya kemampuan petani terbatas, petani memiliki


akses yang terbatas terhadap informasi pasar terutama mengenai permintaan dan
harga, hal ini dikarenakan banyaknya pihak yang terlibat dalam proses pemasaran,
misalnya pedagang pengumpul di hulu lebih banyak jika dibandingkan dengan
pedagang menengah dan besar sehingga kecenderungan untuk menekan harga
sangat tinggi.

4. Sub Sistem Penunjang

Subsistem lembaga penunjang (off-farm), seluruh kegiatan yang menyediakan jasa


bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan,
lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah (kebijakan
fiskal dan moneter, perdagangan internasional, kebijakan tata-ruang, serta kebijakan
lainnya). Subsistem pendukung dalam hal ini mencakup kebijakan pemerintah.

Kebijakan pemerintah terhadap jeruk besar saat ini masih terkait dengan budidaya
tanaman secara umum belum dibuat secara spesifik. Peraturanperaturan tersebut
masih sebatas membahas ketentuan-ketentuan bagaimana melakukan budidaya dan
penjualan skala besar, tapi belum ada yang mengarahkan kepada skala kecil.
Kebijakan terkait jeruk besar ini harus didukung oleh semua pihak tidak hanya
kementrian pertanian melainkan pihak lain seperti kementrian perkoperasian
(terkait kebijakan perkoperasian), Kementrian Perekonomian terkait dengan
pengusahaan dan perkreditan termasuk didalamnya melibatkan perbankan,
Kementerian Perdagangan dan Pemerintah Daerah penghasil jeruk besar.
2.2 Integrasi Vertikal dan Horizontal

Berdasarkan pengembangan agribisnis dapat dilakukan dengan strategi integrasi vertikal


(vertical integration strategies) yaitu merupakan strategi perusahaan untuk menguasai alur
sistem agribisnis dari hulu sampai hilir, mulai dari pemasok bahan baku hingga distribusi
pemasaran. Integrasi dilakukan dengan cara merjer, akuisisi, atau membuat perusahaan
tersendiri.

Pada komoditas jeruk manis ini adalah Integrasi vertikal karena penggabungan dua atau
lebih perusahaan menjadi suatu perusahaan yang aktivitasnya berhubungan secara vertikal.
Hubungan vertikal meliputi pengadaan bahan baku dan sumber daya lain, proses produksi,
hingga pemasaran ke konsumen pengguna barang atau jasa.

2.3 Pohon Industri


komoditas durian dapat dimanfaatkan dari mulai buahnya,biji daun,akar dan kulit buah
durian. buahnya dapat diolah menjadi berbagai macam makanan ataupun minuman,
contohnya seperti jus durian, sirup durian, sari buah durian, perisa makanan, kue, pudding,
dodol, dan selai. Sedangkan bijinya dapat diolah menjadi tepung dan keripik, kemudian
daunnya dapat diolah menjadi obat cantengan, sebagai sayur dan pakan untuk ternak. Lalu
bagian akar durian dapat diolah menjadi obat demam. Kemudian kulit buah durian dapat
diolah dan digunakan sebagai obat pengusir nyamuk, pembuatan kertas, pupuk, batu
baterai, obat bisul, dan obat sakit perut.

Anda mungkin juga menyukai