Anda di halaman 1dari 71

MEMBERIKAN ASUHAN

PERSALINAN KALA II
OLEH
HADIDJAH BANDO, S.ST
Perubahan Fisiologis Kala II Persalinan
a. Kontraksi, dorongan otot-otot dinding
uterus

His adalah kontraksi otot rahim pada


persalinan , Kontraksi ini dikendalikan oleh
syaraf intrinsik, tidak disadari, tidak dapat
diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi
maupun lama kontraksi.
next…
Sifat khas :
1. Rasa sakit dari fundus merata ke seluruh uterus
sampai berlanjut ke punggung bawah.
2. Penyebab rasa nyeri belum diketahui secara pasti.
Beberapa dugaan penyebab antara lain :
a) Pada saat kontraksi terjadi kekurangan O2 pada
miometrium.
b) Penekanan ganglion syarat di serviks dan uterus
bagian bawah.
c) Peregangan serviks akibat dari pelebaran serviks.
d) Peregangan peritoneum sebagai organ yang
menyelimuti uterus.
Pacmaker adalah pusat koordinasi his yang
berada pada daerah uterus di sudut tuba
dimana gelombang his berasal. Bergerak
kedalam dan kebawah dengan kecepatan 2 cm
per tiap detik mencakup seluruh otot-otot
uterus.
Sifat lain dari his yaitu:
a. Involunter
b. Intermiten
c. Terasa sakit
d. Terkoordinasi dan simeteris
e. Terkadang dipengaruhi dari luar secara fisik,
kimia dan psikis
Pada waktu selang kontraksi/periode relaksasi
diantara kontraksi memberikan dampak
berfungsinya sistem-sistem dalam tubuh, antara
lain :
1. Memberikan kesempatan pada jaringan otot-
otot uterine untuk beristirahat agar tidak
menurunkan fungsinya oleh karena kontraksi
yang kuat secara terus menerus.
2. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk
istirahat, karena rasa sakit selama kontraksi.
3. Menjaga kesehatan janin karena pada saat
kontraksi uterus mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah plasenta sehingga bila secara
terus menerus berkontraksi, maka akan
menyebabkan hipoksia, anoksia, dan kematian
janin.
Terjadi perbedaan pada bagian uterus :
1. Segmen atas : bagian yang berkontraksi, bila dilakukan
palpasi akan teraba keras saat kontraksi.
2. Segmen bawah : terdiri atas uterus dan cerviks, merupakan
daerah yang teregang, bersifat pasif. Hal ini mengakibatkan
pemendekan segmen bawah uterus.
3. Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus
membentuk lingkaran cincin retraksi fisiologis. Pada
keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan membentuk
cincin retraksi patologis yang dinamakan cincin bandl.

Perubahan bentuk :
Bentuk uterus menjadi oval yang disebabkan adanya
pergerakan tubuh janin yang semula membungkuk menjadi
tegap, sehingga uterus bertambah panjang 5-10 cm.
b. Pergesaran Organ Dasar Panggul
• Jalan lahir disokong dan secara fungsional
ditutup oleh sejumlah lapisan jaringan yang
bersama-sama membentuk dasar panggul.
• Struktur yang paling penting adalah
m. levator ani dan fasia yang membungkus
permukaan atas dan bawahnya.
• m. levator ani terdiri atas bagian
pubokoksigeus dan iliokoksigeus. Bagian
posterior dan lateral dasar panggul, yang
tidak diisi oleh m. levator ani, diisi oleh m.
piriformis dan m. koksigeus pada sisi lain.
• Ketebalan m. levator ani bervariasi dari 3
sampai 5 mm meskipun tepi-tepinya yang
melingkari rektum dan vagina agak tebal.
Selama kehamilan, m. levator ini biasanya
mengalami hipertrofi.
• Pada pemeriksaan pervaginam tepi dalam
otot ini dapat diraba sebagai tali tebal yang
membentang ke belakang dari pubis dan
melingkari vagina sekitar 2 cm di atas himen.
• Sewaktu kontraksi, m. levator ani menarik
rektum dan vagina ke atas sesuai arah simfisis
pubis sehingga bekerja menutup vagina. Otot-
otot perineum yang lebih superfisial terlalu
halus untuk berfungsi lebih dari sekadar
sebagai penyokong.
• Perubahan yang paling nyata terdiri atas
peregangan serabut-serabut m. levatores ani
dan penipisan bagian tengah perineum,
• Ketika perineum teregang maksimal, anus
nenjadi jelas membuka dan terlihat sebagai
lubang berdiameter 2 sampai 3 cm dan di sini
dinding anterior rektum menonjol.
c. Ekspulsi janin
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan
berfungsi sebagai hypomochlion untuk kelahiran
bahu belakang.
Kemudian setelah kedua bahu lahir disusui
lahirlah trochanter depan dan belakang sampai lahir
janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan,
bahu belakang, badan seluruhnya.
Asuhan Sayang Ibu
dan Asuhan Meneran
Asuhan sayang ibu selama persalinan:
• Memberikan dukungan emosional
• Membantu pengaturan posisi ibu
• Memberikan cairan dan nutrisi
• Memberikan keleluasaan menggunakan kamar
mandi
• Menganjurkan ibu untuk ditemani suami atau
anggota keluraga lain
• Menghargai privasi ibu
• Menghargai praktik-praktik tradisional yg tidak
merugikan kesehatan
• Menghindari tindakan berlebihan
• Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya
segera setelah lahir
• Membantu memulai pemberian ASI satu jam
pertama setelah kelahiran bayi
Mengatur posisi meneran:
• Menganjurkan ibu untuk mencoba posisi-
posisi yang nyaman selama persalinan dan
melahirkan bayi serta anjurkan suami dan
pendamping lainnya untuk membantu ibu
berganti posisi.
• Beritahukan pada ibu untuk tidak berbaring
terlentang lebih dari 10 menit, karena jika ibu
berbaring terlentang maka berat uterus dan
isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dll)
akan menekan vena cava inferior.
• Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu
untuk meneran sesuai dengan dorongan
alamiahnya, dan beristirahat diantara
kontraksi.
• Sebagian besar penolong akan memimpin
persalinan dengan menginstruksikan untuk
menarik nafas panjang dan meneran, segera
setelah pembukaan lengkap.
Posisi Meneran
1. Posisi miring: Memberi rasa santai bagi ibu
yang letih, memberi oksigenisasi yang baik
bagi bayi, membantu mencegah terjadinya
laseras
2. Posisi Jongkok: Membantu penurunan kepala
bayi, memperbesar ukuran panggul,
memperbesar dorongan untuk meneran.
3. Posisi Merangkak: Baik untuk persalinan
dengan punggung yang sakit, membantu bayi
melakukan rotasi, peregangan minimal pada
perineum
d. Posisi Duduk/ setengah duduk: Lebih mudah
bagi bidan untuk membimbing kelahiran
kepala bayi dan mengamati/mensupport
perineum
Mekanisme Persalinan Normal
Gerakan utama mekanisme persalinan yaitu:
• Penurunan kepala
• Fleksi
• Rotasi dalam (putaran paksi dalam)
• Ekstensi
• Ekspulsi
• Rotasi luar (putaran paksi luar)
Penurunan Kepala

• Primigraida: penurunan kepala terjadi pada


bulan terakhir kehamilan
• Multigravida: biasanya terjadi pada permulaan
persalinan
• Kepala masuk di PAP dalam kedaan
asinklitismus yaitu sutura sagitalis ditengah-
tengah jalan lahir tepat diantara simfisis dan
promontorium.
Ada 2 jenis asinklitismus:
1. Asinklitismus posterior: sutura sagitalis
mendekati simfisis dan os. Parietal
belakang lebih rendah dari os. Parietal
depan.
2. Asinklitismus anterior: sutura sagitalis
mendekati promontorium sehigga os.
Parietal depan lebih rendah dari os.
Parietal belakang
• Kemudian terjadi sinklitismus yaitu os.
Parietal depan dan belakang sama tingginya.
Fleksi
• Dagu dibawah lebih dekat ke arah dada janin
sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari
ubun-ubun besar.
• Awal persalinan kepala dalam keadaa fleksi
ringan
• Dengan adanya fleksi diameter suboccipito
bregmatika (9,5 cm)
• Di dasar panggul terjadi fleksi maksimal
Rotasi Dalam
(putaran paksi dalam)
• Putaran bagian depan
sehingga bagian
terendah janin
memutar di sepan
bawah simfisis
• Pada presentasi
belakang kepala
bagian terendah
adalah daerah ubun-
ubun kecil
Ekstensi
• Kepala janin sampai di dasar panggul dan
ubun-ubun kecil berada dibawah simfisis,
maka terjadi ekstensi.
• Karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah kedepan dan keatas.
• Suboksiput yg terhatan pada pinggir bawah
simfisis akan menjadi pusat pemutaran.
• Maka lahirlah berturut-turut pada penggir
atas perinum; ubun-ubun besar, dahi, hidung,
mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
Rotasi Luar (putaran paksi luar)
• Kepala bayi memutar kembali kearah
punggung anak.
• Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring,
dalam rongga panggul bahu akan
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
• Didasar panggul setelah kepala bayi lahir
bahu mengalami putaran paksi dalam
Ekspulsi
• Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai
dibawah simfisis dan menjadi hipomochlion
untuk kelahiran bahu belakang. Selanjutnya
badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu
jalan lahir.
• Dengan kontraksi yg efektif. Fleksi kepala yg
adekuat dan janin dengan ukuran yg rata-rata.
Asuhan Kala II
Pemantauan Ibu:
Kontraksi
• Sangat kuat durasi 60-70 detik, 2-3 menit
sekali
• Sangat sakit dan akan mengurang bila
mengejan
• Kontraksi mendorong kepal keruang panggul
yang menimbulkan tekanaan pada otot dasar
panggul sehingga timbul reflek dorongan
mengejan
Tanda-tanda dan Gejala Kala II
• Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan
dengan taerjadinya kontraksi
• Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan
pada rectum atau vagina
• Perinium terlihat menonjol
• Peningkatan pengeluaran lender dan darah
Tanda-tanda pasti kala II ditentukan melalui
pemeriksaan dalam (informasi objek)
•Pembukaan servik telah lengkap
• Terlihatnya bagian kepala bayi
Keadaan Umum
• Tanda-tanda vital: tekanan darah (tiap 30
menit), suhu, nadi (tiap 30 menit), pernafasan
• Kandung kemih
• Urine: protein dan keton
• Dehidrasi: cairan mual dan muntah
• Kondisi Umum: kelemahan dan keletihan fisik,
tingkah laku, dan respon terhadap persalinan
serta nyeri dan kemampuan koping
• Upaya ibu mengejan
• Tiap kontraksi 30 menit
Kemajuan Persalinan
• Kemajuan persalinan sangat baik bila penurunan yang
teratur dan janin dijalan lahir serta dimulainya fase
pengeluaran.
• Lama kala II rata-rata menurut Friedmen adalah 1 jam
untuk primigravida dan 15 menit untuk multipara.
• Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam bagi
Primigravida atau 1 jam bagi multipara dianggap sudah
normal oleh mereka yang setuju dengan pendapat
friedmen tetapi saat ini disebut tidak mengindikasdi
perlunya melahirkan bayi dengan forcefs atau vacuum
ekstraksi.
• Kontraksi otot selama kala II adalah sering, kuat atau
sedikit lama, yaitu kira-kira menit, yang berlangsung
60-90 detik dengan interaksi tinggi dan semakin
ekspulatif sifatnya.
Pemantauan Janin
1. Saat bayi baru belum lahir
• Denyut jantung janin (DJJ)
Ø Denyut dasar 120-160x)/ menit
Ø Perubahan DJJ, pantau tiap 15 menit
Ø Variasi DJJ dari DJJ dasar
Ø Pemeriksaan auskultasi DJJ tiap 30 menit
• Warna dan adanya air ketuban ( jernih,
keruh, kehijauan bercnpur mekonium)
• Penyusupan kepala janin
2. Saat bayi lahir
• Berilah ASI pada 30 menit pertama bayi lahir,
karena pada saat bayi lahir pemberian makanan
melalui ari-ari terputus sehingga harus segera
diganti dengan ASI.
• Jagalah suhu kamar agar tetap hanagat, atau tidak
kedinginan, karena dalam kandungan ibu, bayi
mendapatkan kehangatan sesuai suhu ibu.
• Atur Pertukaran udara dengan baik, karena bayi
baru lahir belum mengantur suhu tubuhnya dengan
baik.
• Cucilah tangan bersih-bersih sebelum ibu merawat
bayi, jagalah tempat tidur bayi dan popok tetap
bersih, jangan biarkan orang lain memegang bayi
bila tidak perlu
Menolong Persalinan Sesuai APN

Pencegahan Infeksi
1. Cuci tangan adalah prosedur yg paling
penting dari pencegahan penyebaran infeksi.
2. Memakai sarung tangan dan perelngkapan
perlindungan lainnya.
3. Menggunakan teknik sepsis dan asepsis,
meliputi penggunaan perlengkapan pelindu
pribadi, antisepsis, dan menjaga tingkat
sterilitas atau desifenksi tingkat tinggi.
4. Memproses alat bekas pakai, tiga poko dalam
dalam memproses alat bekas pakai adalah
dekontaminasi, cuci bilas dan sterilisasi.
5. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan.
Menolong Kelahiran Bayi
• Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5 – 6 cm.
• Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah
bokong ibu
• Membuka tutup partus set dan memperhatikan
kembali kelengkapan alat dan bahan
• Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
• Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5
– 6 cm, memasang handuk bersih untuk menderingkan
janin pada perut ibu.
• Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
• Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan
putaran paksi luar secara spontan.
• Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
pegang secara biparental. Menganjurkan
kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul dibawah
arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
• Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah
perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang
tangan dan siku sebelah atas.
• Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri
menyusuri punggung kearah bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri
diantara kedua lutut janin)
• Melakukan penilaian selintas : Apakah bayi
menangis kuat dan atau bernapas tanpa
kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif ?
• Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
Memotong Tali Pusat
• Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat
dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong
isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
• Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah
dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
• Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril
pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang
tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya.
• Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
memasang topi di kepala bayi.
Kebutuhan Ibu Dalam Kala II
Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan :
1) Mendampingi ibu agar merasa nyaman
2) Menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu.
Menjaga kebersihan diri :
1) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi
2) Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan.
c. Kenyamanan bagi ibu :
1) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan/ketakutan
ibu dengan cara :
a) Menjaga privasi ibu
b) Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
c) Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu
d) Mengatur posisi ibu
e) Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih
sesegera mungkin.
f) Memberikan cukup minum agar memberi tenaga dan mencegah
dehidrasi.
Melakukan amniotomi
a. Pengertian
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion
dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar
secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di
dalam rongga amnion (Sarwono, 2006).

b. Indikasi amniotomi
Indikasi amniotomi menurut Manuaba (2007) dan Sumarah
(2008):
1) Pembukaan lengkap
2) Pada kasus solution placenta
3) Akselerasi persalinan
4) Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument
c. Keuntungan tindakan amniotomi
1. Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya
mekonium
2. Menentukan punctum maksimum DJJ akan lebih jelas
3. Mempermudah perekaman pada saat pemantauan
janin
4. Mempercepat proses persalinan karena mempercepat
proses pembukaan serviks.

d. Kerugian tindakan amniotomi


1. Dapat menimbulkan trauma pada kepala janin yang
mengakibatkan kecacatan pada tulang kepala akibat
dari tekanan deferensial meningkat
2. Dapat menambah kompresi tali pusat akibat jumlah
cairan amniotik berkurang.
e. Cara melakukan
1) Persiapan alat:
a) Bengkok.
b) Setengah kocker.
c) Sarung tangan satu pasang.
d) Kapas saflon ½%.
2) Persiapan pasien:
a) Posisi dorsal rekumbent
3) Persiapan pelaksanaan:
a) Memberitahu tindakan.
b) Mendekatkan Alat.
c) Memeriksakan DJJ dan mencatat pada partograf.
d) Cuci tangan dan keringkan.
e) Memakai sarung tangan pada dua tangan.
f) Melakukan periksa dalam dengan hati-hati diantara
kontraksi. Meraba dengan hati-hati selaput ketuban
untuk memastikan apakah kepala sudah masuk
kedalam panggul dan memeriksa tali pusat atau
bagian-bagian tubuh kecil janin tidak dipalpasi. Bila
selaput ketuban tidak teraba diantara kontraksi,
tunggu sampai ada kontraksi berikutnya sehingga
selaput ketuban terdorong kedepan sehingga mudah
dipalpasi.
g) Tangan kiri mengambil klem ½ kocker yang telah
dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dalam
mengambilnya mudah.
h) Dengan menggunakan tangan kiri tempatkan klem ½
kocker desinfeksi tingkat tinggi atau steril dimasukkan
kedalam vagina menelusuri jari tangan kanan yang yang
berada didalam vagina sampai mencapai selaput ketuban.
i) Pegang ujung klem ½ kocker diantara ujung jari tangan
kanan pemeriksa kemudian menggerakkan jari dengan
menggerakkan jari dengan lembut dan memecahkan
selaput ketuban dengan cara menggosokkan klem ½
kocker secara lembut pada selaput ketuban.
j) Kadang-kadang hal ini lebih mudah dikerjakan diantara
kontraksi pada saat selaput ketuban tidak tegang. Tujuannya
adalah ketika selaput ketuban dipecah air ketuban tidak
nyemprot.
k) Biarkan air ketuban membasahi jari pemeriksa.
l) Ambil klem ½ kocker dengan menggunakan tangan kiri dan
masukkan ke dalam larutan klorin ½% untuk dekontaminasi.
m) Jari tangan kanan pemeriksa tetap berada di dalam vagina
melakukan pemeriksaan adakah tali pusat atau bagian kecil
janin yang teraba dan memeriksa penurunan kepala janin.
n) Bila hasil pemeriksaan tidak didapatkan adanya tali pusat atau
bagian-bagian tubuh janin yang kecil dan hasil pemeriksaan
penurunan kepala sudah didapatkan, maka keluarkan tangan
pemeriksa secara lembut dari dalam vagina.
o) Lakukan pemeriksaan warna cairan ketuban adakah
mekonium, darah, apakah jernih.
p) Lakukan langkah-langkah gawat darurat apabila
terdapat mekonium atau darah.
q) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung
tangan kedalam larutan klorin ½ % kemudian
lepaskan sarung tangan kedalam larutan klorin ½ %
kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbaik dan biarkan terendam selama 10 menit.
r) Cuci tangan.
s) Periksa DJJ.
t) Lakukan dokumentasi pada partograf tentang
warna ketuban, kapan pecahnya ketuban, dan DJJ.
Melakukan Episiotomi
episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada
perineum yang dimulai dari cincin vulva kebawah,
menghindari anus dan muskulus spingter dimana
insisi menyebabkan terpotongnya selaput lendir
vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan
kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan
orifisium ( lubang / muara ) vulva sehingga
mempermudah jalan keluar bayi dan mencegah
ruptur perinii totalis.
Tujuan Episiotomi

• Tujuan episiotomi yaitu membentuk insisi atau sayatan


bedah yang lurus, sebagai pengganti robekan tak teratur
yang mungkin terjadi akibat ruptur perineii.
• Episiotomi dapat mencegah vagina robek secara spontan,
karena jika robeknya tidak teratur maka menjahitnya akan
sulit dan hasil jahitannya pun tidak rapi.
• Tujuan lain episiotomi yaitu mempersingkat waktu ibu
dalam mendorong bayinya keluar atau dengan kata lain
mempercepat persalinan dengan melebarkan jalan lahir
lunak atau mempersingkat kala II
• Epistomi juga bertujuan mengurangi tekanan kepala anak
sehingga dapat mencegah trauma kepala pada janin akibat
jalan lahir yang sempit dan juga mencegah kerusakan pada
spintcher ani akibat desakan kepala
Kontra indikasi episiotomi antara lain adalah:

• Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam


• Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang
banyak seperti penyakit kelainan darah maupun
terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.
Apa saja jenis episiotomi?
• Sayatan episiotomi umumnya menggunakan gunting
khusus, tetapi dapat juga sayatan dilakukan dengan pisau.
• Sebelumnya ada 4 jenis episiotomi berdasarkan arah
insisinya yaitu; Episiotomi medialis, Episiotomi
mediolateralis, Episiotomi lateralis, dan Insisi Schuchardt.
Namun menurut Benson dan Pernoll (2009), sekarang ini
hanya ada dua jenis episiotomi yang di gunakan yaitu
Episiotomi pada garis tengah (midline epuisiotomy) dan
Episiotomi mediolateral
Episiotomi pada garis tengah (midline epuisiotomy) atau median

Sayatan yang di buat di garis tengah, dimana Insisi atau sayatan dimulai
dari ujung terbawah introitus vagina atau pada garis tengah
komissura posterior sampai batas atas otot- otot sfingter ani (tidak
sampai mengenai serabut sfingter ani)

• Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:


– Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena
daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
– Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali
lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
– Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri dasar pelvis
– Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut mudah
dirapatkan.
– Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan
– Dispareuni jarang terjadi
• Kerugiannya adalah terjadi perluasa
Kerugiannya adalah terjadi perluasan laserasi
ke sfingter ani (laserasi median sfingter ani)
sehingga terjadi laserasi perinei tingkat III
inkomplet atau laserasi menjangkau hingga
rektum (laserasi dinding rektum), sehingga
terjadi ruptur perineii komplit yang
mengakibatkan kehilangan darah lebih banyak
dan lebih sulit dijahit.
Episiotomi mediolateral
Sayatan yang di buat dari garis tengah kesamping menjauhi
anus yang sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani
untuk mencegah ruptura perinei tingkat III, dimana insisi
dimulai dari ujung terbawah introitus vagina menuju ke
belakang dan samping kiri atau kanan ditengah antara
spina ischiadica dan anus.
• Dilakukan pada ibu yang memiliki perineum
pendek, pernah ruptur grade 3, dengan Panjang sayatan
kira-kira 4 cm dan insisi dibuat pada sudut 45
derajat terhadap forset posterior pada satu sisi kanan atau
kiri tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya.
• Keuntungan dari epistomi mediolateral adalah Perluasan
laserasi akan lebih kecil kemungkinannya mencapai otot
sfingter ani dan rektum sehingga
dapat mencegah terjadinya laserasi perinei tingkat
III ataupun laserasi perineum yang lebih parah yang sampai
pada rectum.
Kerugian episiotomi mediolateral
• Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah
yang banyak pembuluh darahnya. Daerah insisi kaya akan
fleksus venosus
• Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih
sukar dan penyembuhan terasa lebih sakit dan lama
• Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan)
keseimbangan dasar pelvis.
• Otot – ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar
(aposisinya sulit), sehingga terbentuk jaringan parut yang
kurang baik
• Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan
kadang – kadang diikuti dispareuni (nyeri saat berhubungan)
Mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit
persalinan kala II dan cara mengatasinya
Temuan keadaan normal dan abnormal dari partograf
a. Perineum
• Pada kala II bila perineum sangat teregang dan kulit
perineum terlihat putih, terlihat jaringan parut pada
perineum/vagina, perineum kaku dan pendek,
adanya ruptur yang membakat pada perineum,
maka perlu dilakukan tindakan episiotomi.
b. Pendamping pada saat persalinan
• Bila tidak ada pendamping persalinan seperti suami,
keluarga, teman, dukun, maka pendamping
persalinan perlu memberikan dukungan secara
intensif.
c. Gawat janin.
Bila DJJ < 100 atau > 160 kali per menit, lemah, tidak
teratur, maka persalinan Kala II perlu segera diakhiri
dengan episiotomi dan tindakan seperti vakum
ekstraksi, forcep atau SC.
d. His
Bila his menjadi lemah, atau dalam 10 menit tidak terjadi
3 kali perlu dipertimbangkan tindakan untuk
menanganinya, misalnya mengoreksi pemberian cairan
dan elektrolit, pemberian stimulasi uterotonika.
e. Kesulitan kelahiran bahu/distosia bahu
Bila presentasi kepala, bahu anterior terjepit di atas
simpisis pubis sehingga bahu tidak dapat masuk ke
panggul kecil atau bidang sempit panggul. Bahu posterior
tertahan di atas promontorium bagian atas. Keadaan ini
memerlukan penanganan manajemen distosia bahu.
PRESENTASI MUKA

1. Disebabkan karena hiperekstensi kepala janin sehingga tidak


teraba oksipun maupun sinsiput pada pemeriksaan vagina.
2. Presentasi muka dikategorikan primer jika terjadi sejak kehamilan,
sedang dikatakan sekunder jika terjadi saat persalinan.
3. Pemeriksaan abdomen : teraba lekukan antara oksiput dan
punggung janin (sudut Fabre). Dada akan teraba seperti
punggung. Di bagian dada dapat pula teraba bagian – bagian kecil
janin dan DJJ terdengar lebih jelas.
4. Pemeriksaan vagina : teraba muka, mulut dan rahang, hidung dan
pinggir orbita, jari tangan mudah dimasukkan ke mulut janin.
5. Dagu dapat sebagai indikator posisi janin. Kita harus dapat
membedakan dagu depan dan dagu belakang.
6. Biasanya sering terjadi persalinan lama. Kepala bisa lahir spontan
apabila presentasi dagu anterior dan fleksi. Presentasi dagu
posterior kepala tidak akan turun dan persalinan menjadi macet.
LETAK SUNGSANG
• Dikatakan letak sungsang jika janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri.
• Jenis Letak Sungsang
1.Presentasi bokong (bokong murni, bokong sempurna)
2.Presentasi bokong kaki sempurna
3.Presentasi bokong kaki tidak sempurna
4.Presentasi kaki

• Mengenai Pengertian dari Persalinan Letak Sungsang


Persalinan sungsang adalah persalinan untuk melahirkan
janin yang membujur dalam uterus dengan bokong atau
kaki pada bagian bawah dimana bokong atau kaki akan
dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota badan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai