Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Psikologi Lintas Budayah

Disusun Oleh:
NAMA :Masita Mustafa
NPM :1210570223318012
Dosen Pengampuh : Ismail Banda
MK :Psikologi Lintas Budaya

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkawinan islam dan nilai lokal memiliki akar sejarah yang panjang dalam

perjalan misi keIslaman para para ulama dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Di tanah

jawa, strategi para ulama yang dikenal dengan sebutan walisongo dalam meyebarkan

islam di dasarkan atas penghargaan terhadap nilai-nilai lokal yang terpelihara dengan

baik pada masa itu. Sebut saja misalnya bagimana sunan kudus tetap menghargai

keyakinan umat hindu pada masa itu yang menetapkan sapi sebagai hewan suci yang

tidak boleh diganggu apalagi dikonsumsi. Jejak sejarah itu masih ditemukan pada

masyarakat muslim jawa yang tinggal disektitar daerah kudus dan sekitarnya dimana

sajian kuliner yang berasal dari daging dan sapi tidak ada sama sekali sebagai gantinya,

masyarakat dan sekitarnya membuat bahan kuliner dari daging kerbau seperti sate kerbau

atau guli kerbau.

Dilihat dari perspektif psikologi, integrasi Islam dengan nilai lokal sangat

mungkin terjadi. Sebab, psikologi memandang, setidaknya yang dianut sebagian besar

ilmuan psikologi, bahwa teks termasuk teks-teks keagamaan tidak memberikan makna

dengan sendirinya tetapi manusia sebagai subjek adalah factor penting yang memberikan

makna terhadap segala hal yang berkaitan dengan kitab suci atau sumber rujukan

keagamaan yang otoritatis. Tentang hal itu, para ilmuan psikologi penganut aliran

kongitif mempopulerkan adagium yang berbunyi, “ word done mean but people mean”
untuk menegaskan bahwa manusia dan perilaku merupakan factor penting memberi

warna terhadap semua symbol dan narasi termasuk yang terkait dengan agama.

Pentingnya paradigma psikologi digunakan dalam hal ini karena interaksi atara

islam dan nilai lokal tidak bisa dilepaskan dari cara manusia memahami, merasakan dan

memperlakukan islam dan nilai lokal sebagai dua kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Selain itu, meihat hubungan islam dan nilai lokal dari sudut pandang psikologi adalah hal

unik yang berbeda dengan sudut pandang lain yang umumnya digunakan seperti filsafat,

sosiologi atau ilmu syariat.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian psikologi lintas budaya dalam perspektif Islam

Dalam kehidupan manusia kebudayaan memegang peranan penting,

dengan kebudayaan manusia merasakan adanya ketenangan batin yang tidak

didapatkan dari manapun. Karena dengan adanya kebudayaan maka manusia

dapat bersosialisasi dengan makhluk yang lain. Bidayah suatu daerah dengan

daerah lainnya memiliki berbagai bentuk dan ciri tersendiri, perbedaan

kebudayaan tersebut disebabkan factor lingkungan, factor alam, dan factor

manusia itu sendiri serta berbagai factor lainnya yang menimbulkan keberagaman

budayah tersebut.

Budayah berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddahyah, yang berasal dari

jamak budhhi (budi atau akal), yang berarti hal-hal yang berhubungan denganbudi

dan akal manusia budayah adalah gaya manusia yang dinamis dan dimiliki

bersama oleh suatu komunitas masyarakat yang diwariskan ke generasi, yang

didalamya terdiri unsur-unsur yang komplek, termasuk system agama, politik,

adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.

Pendapat lain mengatakan bahwa kebudayaan adalah suatu perkembangan

dari kata majemuk budidayah, yang berarti daya dan budi. Karena itu mereka

membedakan antara budayah dan kebudayaan. Budayah adalah daya dari budi

yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan hasil dari cipta, karsa
dan karya tersebut. Kebudayaan (culture) adalah suatu komponen penting dalam

kehidupan masyarakat, kasusnya dalam struktur sosial. Secara sederhana

kebudayaan dapat dikatakan sebagi suatu cara hidup atau dalam isltilah bahasa

inggris way of life. Cara hidup atau pandangan hidup hal ini meliputi cara

berpikir, cara berencana dan cara bertindak, disamping segala hasil karya nyata

yang dianggap berguna, benar dan duipatuhi oleh anggota-anggota atas

kesepakatan secara bersama-sama.

Dengan demikian dapat dipahami, bahwah kebudayaan adalah segala hal

yang berhubungan dengan kehidupan suatu komunitas masyarakat, baik berkaitan

dengan msalah agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, banunan,

karya seni dan hal lainya. Kebudayaan diwariskan oleh para penemu,

pendahuluan kebudayaan (founding fater culture) kepada generasi berikutnya,

baik itu melalui media masa atau media seni, misalnya nyanyian, pantun, puisi,

perkakas, ritual dalam ucapan adat lain sebagainya.

Manusia diberikan kemampuan dan kebebasan buntuk berkarya, berpikir

dan menciptakan suatu kebudyaan. Budaya merupakan hasil karya manusia.

Sedangkan agama adalah pemberian Allah untuk kemaslahat manusia itu sendiri.

Agama diberikan Allah kepada manusia untuk mengarahkan dan

membimbingbing karya manusia agar bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai

positif dan mengangkat harkat manusia. Manusia dituntut untuk menggunkan

pikiran untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi

kepentingan manusia.
Berbicara masalah manusia, budaya dan agama tentu kita ingin tau

terlebih dahulu apa nama budaya dalam istilah agama atau islam. Bdayah dalam

islam dikenal dengan istilah urf’. Urf adalah sebuah kebiasaan yang sudah turun

temurun tetapi tidak bertentangan dengan ajaran islam. Sebagai contoh, jual beli

dengan cara jalan serah terima, tanpa mengucapkan ijab qobul.

Berdasarkan aspek keabsahan hukumnya, urf terbagai kedalam dua

macam, yaitu:

1. Urf sahih, yang dilakukan secara berulang-ulang, diterima oleh banyak orang,

diakui oleh banyak orang, tidak bertentang dengan norma-norma agama,

sopan santun, dan budaya luhur. Misalnaya, memberikan cendramata hadia

kepada orang tua dan kawan dekat pada waktu tertentu dan bersedkah kepada

anak-anak dating saat idhul fitrih.

2. Urf fasid, adalah adat dan kebiasaan yang berlaku meskipun sementara

pelaksaanya, tetapi bertentang dengan norma agama, undang-undang agama

dan sopan santun misalnya, tradisi judi pada malam pra pelaksanan resepsi

pernikahan, pesta dengan menghidangkan makanan yang haram dan

memabukkan, kumpul kebo (pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan

tanpa ada ikatan perkawinan secara syariat).

Psikologi lintas agama dan budaya merupakan kajian ilmiah tentang

perilaku manusia dan transmisinya, yang dibentuk dan dipengaruhi oleh daya

kekuatan social, agama, dan budaya. Batasan ini mengarah pada dua
gambaran sentral: ragamnya perilaku manusia, dan kaitan perilaku seseorang

dengan konteks keagamaan dan budaya.

Psikologi lintas agama dan budaya adalah cabang psikologi yang amat

baru, yang memfokuskan perhatian pada pengujian batasan-batasan yang

mungkin dari pengetahuan dengan cara mempelajari orang dari berbagai

agama dan budayanya secara bersamaan dan bersilangan. Dalam pengertian

yang lebih luas, psikologi lintas agama dan budaya adalah tentang

pemahaman kebenaran dan prinsip-prinsip psikologis, dengan melihat apakah

hal tersebut bersifat universal (benar bagi semua orang dari semua agama dan

semua budaya) ataukah kekhasan dari masing-masing agama dan budaya

(benar bagi sebagian orang dari agama dan budaya tertentu). Bahkan tidak

hanya sampai di situ saja, dalam psikologi lintas agama dan budaya ini juga

meng-cross-kan agama satu dengan agama-agama yang lain, budaya satu

dengan budaya-budaya yang lain, dan budaya satu dengan agama-agama,

bahkan agama dengan budaya-budaya. Sehingga cabang psikologi ini bisa

berawal dari banyak arah dan menuju segala arah, melintas batas agama dan

budaya secara bersamaan dan bersilangan.

Indonesia merupakan Negara bangsa sehingga keberagaman tak dapat

dihindari. Oleh karenanya, pendekatan yang paling substansial adalah

bagaimana memiliki cara pandang psikologi bermasyarakat yang bertumpu

pada mental dan sikap kita yang multikulturalisme. Pemahaman yang

mengajarkan tentang kesejajaran antar budaya manusia.5 Dalam pandangan

multikulturalisme setiap budaya manusia atau kelompok etnik harus


diposisikan sejajar dan setara. Tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang

lebih dominan.

Mengingat disiplin psikologi lintas agama dan budaya masih relative

baru, tapi menurut penulis psikologi lintas agama dan budaya telah

diaplikasikan jauh-jauh hari oleh nabi saw. Coba saja kita telaah, nabi

Muhammad saw lahir ke jagat Arab pada waktu itu dimana realitas

kehidupannya serba bhineka, entah dari suku, kabilah, ataupun bani.

Singkatnya, nabi lahir dalam masyarakat yang plural, lintas agama dan

budaya. Jadi psikologi lintas agama dan budaya telah lama diaplikasikan jauh-

jauh hari oleh Nabi saw. Sebagai bukti adanya disiplin tersebut, Nabi pernah

membuat MoU bersama umat non-muslim dalam bentuk Piagam Madinah

(Mitsaq Madinah). Begitupun pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab

dengan perjanjian (piagam) Aelia-nya.

Psikologi – sebagaimana pengertian di atas- begitu sarat dengan

dimensi jiwa. Implikasi dari dimensi jiwa ini adalah mengerahkan segala

kesadaran dan kemampuannya di dalam menjalani hiruk-pikuk kehidupan

seraya menyandarkannya pada dimensi transcendental-dalam Islam: Allah,

dalam Kristen: Yesus, dalam Budha: Sang Hyang Widi, dan seterusnya), yang

berakhir pada labuhan agama. Inilah sebetulnya, menurut hemat penulis yang

disebut dengan psikologi agama.


B. Pendapat para Ahli dan Tokoh Sejarah perkembangan ilmu psikologi lintas

budayah dalam lingkup budayah nasional

1. Abraham Maslow(1908-1970), dilahirkan di Brooklyn, New York, pada

tahun 1908 dan wafat pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Maslow

dibesarkan dalam keluarga Yahudi dan merupakan anak tertua dari tujuh

bersaudara.Masa muda Maslow berjalan dengan tidak menyenangkan karena

hubungannya yang buruk dengan kedua orangtuanya. Semasa kanak-kanak

dan remaja Maslow merasa bahwa dirinya amat menderita dengan perlakuan

orangtuanya, terutama ibunya. Keluarga Maslow amat berharap bahwa ia

dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan. Untuk menyenangkan

kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang Hukum tetapi kemudian

tidak dilanjutkannya. Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi di

University of Wisconsin, dimana ia memperoleh gelar Bachelor tahun 1930,

Master tahun 1931, dan Ph.D pada tahun 1934. Abraham Maslow dikenal

sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia

tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya

yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of

Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk

memenuhi kebutuhankebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut

memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat

dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).

2. Hirarki Kebutuhan Maslow Eysenck (1916 - 1997), Hans Jurgen Eysenck

dilahirkan di Berlin, Jerman, pada tahun 1916. Kedua orangtuanya adalah


selebritis yang sangat berharap bahwa Eysenck kelak dapat menjadi seorang

aktor. Pada usia 2 tahun Eysenck terpaksa dibesarkan oleh neneknya karena

orangtuanya bercerai. Setelah tamat SMU Eysenck memutuskan untuk

melanjutkan sekolah di luar negeri karena ia merasa tidak senang dengan

Regim Nazi. Ia memang meninggalkan Jerman dan akhirnya menetap di

Inggris, dimana ia memperoleh gelar Ph.D. di bidang psikologi dari

University of London. Sejak saat itu ia telah menulis lebih dari 50 buku dan

600 artikel penelitian dengan berbagai topik. Oleh sebab itu, oleh para

pengkritiknya ia sering dianggap sebagai seorang yang serba bisa dan ahli

membuat teori (meskipun banyak juga teori yang didukung oleh hasil

penelitiannya).terinspirasi untuk melakukan penelitian pada komponen-

komponen biologis dari kepribadian. Dia mengatakan bahwa intelegensi

merupakan sesuatu yang diturunkan sejak lahir. Ia juga memperkenalkan

konsep ekstroversi (introversi-ekstraversi) dan neurotisme (neurotik-stabil)

sebagai dua dimensi dasar kepribadian. Dia percaya bahwa karakteristik

kepribadian dapat diuraikan berdasarkan dua dimensi tersebut, yang

disebutnya dengan "Supertraits".

3. Triandis, 1980. Psikologi lintas-budaya berkutat dengan kajian sistematik

mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam

budaya yang berbeda, yang dipengaruhi budaya atau mengakibatkan

perubahanperubahan dalam budaya bersangkutan.

4. Meinarno (2011) menyatakan bahwa Kebudayaan bukanlah milik seorang

saja, namun kebudayaan itu didapatkannya justru melalui suatu kelompok.


Melalui hal tersebut, manusia dapat mengkonsep. Tidak dapat dipungkiri

bahwa lingkungan memiliki andil terhadap perkembangan kebudayaan itu

sendiri. Kebudayaan tidak selalu sesuatu yang tampil, berwujud, dan indah.

Segala yang hadir disekitar manusia adalah bagian dari kebudayaan yang

datang secara berkelanjutan.

5. Gardner Murphy, menurut perspektif beliau, psikologi adalah ilmu yang

mempelajari respon yang diberikan makhluk hidup terhadap lingkungannya.

6. Clifford T. Morgan, mempersepsikan bahwa psikologi adalah ilmu yang

memepelajari tingkah laku manusia dan hewan.

7. Dakir (1993), mengembangkan pengertian tentang psikologi, yaitu membahas

tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.

8. Muhibbin Syah (2001), memperspektifkan bahwa psikologi merupakan ilmu

pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada

manusia bahwa selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dan

lingkungan. Tingkahlaku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat

psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain

sebagainya. Sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan,

berperasaan dan lain sebagainya.

9. Maletzke, mendefenisikan komuni kasi lintas budaya sebagai proses

perubahan mencari dan menemukan makna antarmanusia yang berbeda

budaya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fauzi.2008.Psikologi Umum.Pustaka Setia: Jakarta. Hal. 9 2 David

Matsumoto, Pengantar Psikologi Lintas Budaya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,

2008, hal. 24

Anda mungkin juga menyukai