Anda di halaman 1dari 7

UPACARA DAN RITUAL AGAMA

ABSTRAK: Upacara dan ritual keagamaan sudah menjadi hal yang lumrah di Indonesia
karena terdapat banyak keberagaman suku budaya dan lain-lain. Upacara sendiri memiliki
arti aktivitas yang di atur oleh adat yang berlaku pada masyarakat setempat yang biasanya
berhubungan dengan suatu peristiwa tetap yang terjadi di dalam masyarakat
(Koencaraningrat, 1980:140)

Dalam antropologi, upacara ritual disebut ritus. Ritus dilakukan untuk mendekatkan diri
kepada Sang Pencipta, untuk mendapatkan berkah atau keberuntungan lebih dari suatu
pekerjaan,

Sebelum Islam masuk ke Indonesia, agama seperti Hindu dan Budha sudah ada,dan
berbagai tradisi sosial terus tumbuh dan berkembang.Proses islamisasi di Indonesia tidak
pernah menghilangkan budaya lokal dan tidak ada kehadiran militer karena proses islamisasi
dilakukan secara damai melalui pendidikan, kesenian, perkawinan dan perdagangan.

Kata kunci: Upacara, ritual, keagamaan

PENDAHULUAN.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, akibat dari
kemajemukkan tersebut yakni adanya berbagai jenis upacara serta ritual keagamaan yang
dipraktikkan dan dipelihara oleh masing-masing pemeluknya. Upacara-upacara keagamaan
tersebut memiliki bentuk atau cara pelestarian yang berbeda-beda, dengan maksud dan
tujuannya pula berbeda antara kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat
yang lain.

Adanya ritual di Indonesia tidak terlepas dari kepercayaan yang dianut oleh masyarakat
Indonesia zaman dahulu yaitu kepercayaan animisme dan dinamisme. Begitupun saat agama
agama budha dan hindu masuk ke Indonesia masyarakat pun masih melakukan ritual ritual
seperti adanya sesaji untuk pemujaan para dewa.sebagian kalangan menganggap ritual negatif
dikarenakan ritual berkaitan dengan perkara mistis, sedangkan pada dasarnya ritual adalah
perwujudan akan lestarinya kebudayaan.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan lingkungan tempat mereka tinggal, tradisi dan adat
istiadat yang diwariskan secara turun-temurun. Ritual keagamaan dalam budaya nasional
seringkali menjadi elemen kebudayaan yang paling tampak.

Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Soekmono bahwa kita bisa langsung meneliti
dan menyelidiki warisan budaya karena bersifat fisik dan bisa diraba. Di sisi lain, warisan
spiritual seperti ideologi, pandangan manusia, keterampilan bahasa, sastra, dll, hanya dapat
kita rasakan ketika kita bersentuhan dengan pemilik dan pengikutnya. Bahkan, sejarah
menunjukkan bahwa kegiatan ritual adat dan organisasi keagamaan lebih memungkinkan
untuk menopang pergaulan manusia(Soekmono, 1988). Keadaan di atas sangat erat kaitannya
dengan kepercayaan masyarakat terhadap budaya yang berbeda di dunia gaib ini yang dihuni
oleh berbagai makhluk dan kekuatan yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia menurut
kendalinya sendiri secara normal, sehingga ditakuti oleh manusia. . Keyakinan ini sering kali
mencakup perasaan perlunya suatu bentuk komunikasi untuk menangkal kejahatan,
menghilangkan malapetaka, atau memastikan kemakmuran.

DEFINISI
Upacara (ceremony) berbeda dengan ritual/ ritus (rites). Secara etimologis Upacara
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dan tahapannya telah
diatur sesuai dengan tujuan acara tersebut. Sedangkan ritual berarti sesuatu yang berkaitan
dengan kepercayaan dan kepercayaan spiritual dengan tujuan tertentu.

Menurut Purwadi, upacara merupakan salah satu bentuk warisan budaya. Kebudayaan
merupakan warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh masyarakat yang memeliharanya
dengan mempelajarinya.

Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna upacara adalah sebagai
berikut:

a. Serangkaian perilaku yang terikat oleh aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama,
b. Kegiatan atau perayaan yang dilakukan atau dirayakan sehubungan dengan peristiwa
penting(Pusat Bahasa (Indonesia), 2001).

Pendapat lain pula dari seorang antropolog indonesia yakni koentjaraningrat tentang
upacara yakni rangkaian tindakan atau suatu kegiatan yang diselenggarakan sesuai adat atau
hukum yang terdapat pada suatu masyarakat sehubungan dengan berbagai peristiwa yang
teratur terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan(Koentjaraningrat & Koentjaraningrat, 1987).
Ritual merupakan suatu cara atau metode (teknik) dimana adat itu. Ritual menciptakan
dan memelihara mitos dan kebiasaan sosial dan agama, karena ritual adalah agama dalam
tindakan(Dhavamony, 2006). Ritual dapat bersifat pribadi atau kelompok dan membentuk sikap
pribadi dari mereka yang melakukan ritual terhadap adat dan budaya mereka. Sebagai kata
sifat, ritual mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan atau terkait dengan upacara
keagamaan seperti kelahiran, kematian, upacara pernikahan dan juga ritual sehari-hari untuk
menunjukkan kesucian seseorang yang membutuhkan perlakuan khusus(Agus, 2006).

Dikutip panjang lebar oleh Mariasusai Dhavarnony,Susane Longer berpendapat bahwa


ritulal merupakan ekspresi logis bukan mental dan ritual menampilkan serangkaian simbol
yang tematik yang mengungkapkan perilaku dan peran pelaku serta bentuk pribadi(Dhavamony,
2006).

Melihat dari lingkupnya upacara dapat dibagi menjadi dua kategori berbeda:

“upacara” dan “ritual”. Upacara dimaknai dengan semua aktivitas organisasi yang
dilakukan manusia yang tidak hanya dalam hal teknik saja, tetapi juga dalam penggunaan
sarana ekspresi operatif yang timbul dari hubungan sosial. Seluruh tindakan ini, baik adat
maupun mode, disebut upacara. Ketika ritual menjadi jelas, itu terkait dengan konsepsi
mistik, yang merupakan pola pikir yang berhubungan dengan gejala yang dicirikan oleh rasa.

Ritual terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

a. Aktivitas magis terkait dengan penggunaan material yang berfungsi karena kekuatan
misterius.
b. Tindakan religius, kultur para leluhur.
c. Ritual konstitutif yang mengekspresikan atau mengubah hubungan sosial dalam
kaitannya dengan konsep misterius dan menjadikan upacara kehidupan menjadi
karakteristik.
d. Ritual aktula dapat meningkatkan produktivitas atau kemampuan untuk memurnikan
dan melindungi, atau meningkatkan kesejahteraan material.(Dhavamony, 2006)
Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa Upacara berbeda dengan ritus. Perbedaan
keduanya sangat mendasar, meski dalam kehidupan sehari-hari sepertinya keduanya setara.
Penekanan perbedaannya adalah pada formalitas atau kesungguhan dari apa yang disebut
aktivitas ritual, sedangkan penekanan pada upacara adalah kesenangan. Semua kegiatan
keagamaan, baik agama tradisional, tradisi lokal maupun magis, melibatkan ritual. dalam
Ritual tidak mengandung upacara, tetapi dalam upacara pasti mengandung ritual.

MACAM MACAM RITUAL


Sesuai dengan kebutuhan individu, maka dibentuklah berbagai ritual dalam kehidupan
manusia untuk memperkuat iman dan mempererat hubungan dengan Tuhan Yang Maha
Kuasa, antara lain:

1. Ritual Suku Primitif


Keyakinan suku primitif dalam ritual berkisar dari persembahan sederhana seperti
menempatkan buah atau kacang kacangan di ladang atau di hutan, hingga ritual yang rumit di
tempat-tempat yang dianggap keramat. Suku primitif ini melakukan ritual melalui tarian dan
mengadakan ritual yang rumit. Selama upacara, para peserta memakai topeng dengan tujuan
untuk mengidentifikasi dengan roh.
Tujuan dari ritual ini adalah untuk membangkitkan atau mengulang peristiwa purba
sehingga dunia, kekuatan hidup,huja, dan kesuburan diperbarui dan dewa atau roh leluhur
dipuaskan dan terjamin keselamatannya(Dhavamony, 2006).
2. Ritual Jawa
Jawa memiliki banyak ritual dan tradisi yang berbeda, ritual jawa juga diarahkan untuk
keselamatan, entah itu keselamatan anda, keluarga, atau bahkan orang lain. Dalam bahasa
jawa ritual ini disebut slametan. Selametan adalah praktik mistik yang memiliki tujuan
mencari keselamatan didunia dan diakhirat, ritual juga merupakan bentuk sosial yang
menyatukan berbagai aspekkehidupan baik sosial maupun pribadi pada waktu
tertentu(Geertz, 2013).
Misalnya ritual kematian, kematian adalah suatu proses menuju akhirat dan dalam
masyarakat jawa, kematian dianggap sebagai peristiwa sakral dan ritual harus dilakukan
untuk jenazah agar tuhan menerima roh dan jiwanya. Beberapa ritual yang diadakan bersama
keluarga, diantanya, ritual surtanah, selamatan tiga harian, tujuh hari an, empat puluh harian,
seratus hari, seribu hari, dan yang terakhir yaitu mendak.(Djamil, 2000).

TUJUAN UPACARA RITUAL


Upacara ritual dalam antropologi dikenal dengan istilah ritus. Ritual bertujuan untuk
mendekatkan diri pada Sang Pencipta suapaya mendapatkan lebih banyak berkah atau
keberuntungan dalam bekerja, seperti ritual suci untuk menghilangkan bahaya yang akan
maupun yang telah datang, ritual suci saat pergi ke ladang, dan ritual berdoa memohon
perlindungan. Selain pengampunan dosa ada juga ritual penyembuhan dan ritual yang terjadi
karena terdapat perubahan atau siklus hidup seseorang (Agus, 2006).

Ritual juga berfungsi sebagai kontrol sosial, fungsi yang dimaksudkan untuk memantau
kesejahteraan individu bayangan. Mereka diyakini secara konservatif mengontrol perilaku,
perasaan, keadaan hati dan nilai nilai kelompok untuk kepentingan masyarat luas.

AKULTURASI ISLAM DALAM RITUAL KEAGAMAAN


Sebelum Islam masuk ke Indonesia, agama seperti Hindu dan Budha sudah ada, dan
berbagai tradisi sosial terus tumbuh dan berkembang. Masuknya Islam tidak menghilangkan
budaya Hindu dan Buddha sebelumnya. Islam adalah salah satu agama yang paling banyak
diikuti di dunia. Islam masuk ke Indonesia tanpa konflik dan ketegangan. Islam dengan
mudah diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai agama yang membawa kedamaian,
meskipun sebagian besar masyarakat Indonesia saat itu sudah memiliki sistem kepercayaan
sendiri. Proses islamisasi di Indonesia tidak pernah menghilangkan budaya lokal dan tidak
ada kehadiran militer karena proses islamisasi dilakukan secara damai melalui pendidikan,
kesenian, perkawinan dan perdagangan.

Contoh alkuturasi ritual dan agama islam di nusantara

1. Selametan atau kewilujengan

Ritual ini untuk meminta keselamatan seseorang. Ritual ini ada pada zaman Sunan
Bonang dan merupakan penyesuaian dari ritual Panca Makara. Sekelompok orang duduk
dalam lingkaran yang hanya terdiri dari laki-laki dan menawarkan makanan sederhana
sebagai tanda terima kasih kepada Allah(Al-Amri & Haramain, 2017).

2. Tedhak Siten/Giliran Tanah.

Slametan, atau upacara menyentuh tanah saat bayi berumur 245 hari. Upacara Tedhak
siten (turun tanah) dilakukan karena masyarakat Jawa percaya bahwa tanah memiliki makna
gaib dan dijaga oleh Bathara Kala. Untuk menghindari hal-hal buruk terjadi, diadakan
upacara untuk memperkenalkan putra-putri mereka kepada Bhatara Kala yang menjaga
tanah.Prosesnya anak berjalan 7 warna jadah (putih: karakter dasar, biru: jati diri, hijau:
lambang kehidupan, orange: matahari, merah: semangat, kuning: harapan mencapai cita-cita,
hitam: kebesaran) sebagai gambaran anak-anak hidup yang harus dialami. Anak-anak
menaiki anak tangga yang terbuat dari tebu, menginjak pasir, dikurung, ditaburi beras kunyit,
dan terakhir dimandikan bunga setaman(Tokko, 2018).

Dari segi agama, ritual yang dilakukan oleh umat islam di Indonesia dipandang sebagai
upaya doa bil isyaroh, dimana merupakan suatu perbuatan yang ada sejak zaman dulu yakni
pada zaman Khalifah Umar bin Khattab. Imam al Hafidz al Darimy menyatakan dalam
kitabnya al sunnah pada bab Ma Akromhullah Ta’ala Nabiyyuhu ‫ ﷺ‬Ba’da Mautihi.
Penduduk kota Madinah saat itu menderita kelaparan yang hebat, kemudian mereka mengadu
pada Aisyah. “Lihatlah makam Nabi dan gali lubang ke atas dari tempat itu agar tidak ada
penghalang antara makam dan langit.” Perintah Aisyah. Abu al Jauza berkata “kemudian
mereka melakukan perintah dari Aisyah, kemudian turunlah hujan hingga rumput tumbuh dan
unta menjadi gemuk. Hal Ini menunjukkan bahwa diperbolehkannya Shalat bil Isyaroh dan
orang jawa sering melakukannya pada acara upacara seperti pernikahan, tedak siten, upacar
tingkeban dll.

KESIMPULAN
Upacara (ceremony) berbeda dengan ritual/ ritus (rites). upacara adalah suatu kegiatan
atau rangkaian tindakan yang diselenggarakan menurut adat istiadat atau hukum dalam suatu
masyarakat sehubungan dengan berbagai peristiwa yang terjadi secara teratur dalam
masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan Ritual merupakan suatu cara atau metode
(teknik) yang mana adat dijadikan sakral. Ritual menciptakan dan memelihara mitos dan
kebiasaan sosial dan agama, karena ritual adalah agama dalam tindakan. Dari uaraian diatas
dapat disimpulkan bahwa Upacara berbeda dengan ritus. Perbedaan keduanya sangat
mendasar, meski dalam kehidupan sehari-hari sepertinya keduanya setara
DAFTAR PUSTAKA
Agus, B. (2006). Agama dalam kehidupan manusia: Penghantar antropologi agama. PT
RajaGrafindo Persada.

Al-Amri, L., & Haramain, M. (2017). AKULTURASI ISLAM DALAM BUDAYA LOKAL.
KURIOSITAS: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan, 10(2), 87–100.
https://doi.org/10.35905/kur.v10i2.594

Dhavamony, M. (2006). Fenomenologi agama (Cet. ke-7). Kanisius.

Djamil, H. A. (Ed.). (2000). Islam & kebudayaan Jawa. Gama Media.

Geertz, C. (2013). Agama Jawa: Abangan, santri, priyayi dalam kebudayaan Jawa (A.
Mahasin & B. Rasuanto, Penerj.; Cetakan pertama). Komunitas Bambu.

Koentjaraningrat, & Koentjaraningrat. (1987). Sejarah teori antropologi (Cet. 2). Penerbit
Universitas Indonesia.

Pusat Bahasa (Indonesia) (Ed.). (2001). Kamus besar bahasa Indonesia (Ed. 3). Pusat
Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional : Balai Pustaka.

Soekmono. (1988). Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia. 1. Kanisius.

Tokko, A. B. (2018). PEMAKNAAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI-


SOSIOLOGI. Al-Qalam, 15(2), 447. https://doi.org/10.31969/alq.v15i2.553

Anda mungkin juga menyukai