Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Semua agama mengenal ritual, karena setiap agama memiliki ajaran tentang
hal yang sakral. Salah satu tujuan pelaksanaan ritual adalah pemeliharaan dan
pelestarian kesakralan. Di samping itu, ritual merupakan tindakan yang
memperkokoh hubungan pelaku dengan objek yang suci, dan memperkuat
solidaritas kelompok yang menimbulkan rasa aman dan kuat mental. Hampir
semua masyarakat yang melakukan ritual keagamaan dilatarbelakangi oleh
kepercayaan. Adanya kepercayaan pada yang sakral, menimbulkan ritual. Oleh
karena itu, ritual didefinisikan sebagai perilaku yang diatur secara ketat, dilakukan
sesuai dengan ketentuan, yang berbeda dengan perilaku sehari-hari, baik cara
melakukannya maupun maknanya. Apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan,
ritual diyakini akan mendatangkan keberkahan, karena percaya akan hadirnya
sesuatu yang sakral. Sedangkan perilaku profan dilakukan secara bebas.
Institusi atau lembaga sosial keagaman merupakan salah satu faktor
pembangun peradaban dunia, sehingga lembaga keagamaan sangat menarik untuk
dikaji mulai dari sejarah munculnya, idiologi, tujuan dan peranan dalam
masyarakat. Lembaga agama di Eropa telah melahirkan “dunia baru” dalam
bingkai semangat prostestanisme yang kemudian melahirkan kapitalisme dan
modernisasi, sebagai mana yang telah di bahas oleh Max Weber dalam buku etika
protestan dan semangat kapitalisme. Di Indonesia sendiri lembaga-lembaga
keagaman tersebut, membangun nasionalisme bangsa dalam semangat anti
kapitalisme asing dan imperialisme kolonial Belanda. Dalam perjalannya tidak
jarang terjadi konflik antar lembaga keagamaan sehingga menimbulkan
ketegangan-ketegangan dalam masyarakat, yang melahirkan pengkotakan-
pengkotakan dalam masyarakat. Pengkotakan-Pengkotakan tersebut semakin
berdealektika dengan adanya kompetisi, konfrontasi, dan perbedaan paham, tetapi
adakalanya lembaga-lembaga tersebut melakukan kooperasi dan toleransi dalam
kehidupannya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ritual Dalam Perspektif Sosiologi


Semua agama mengenal ritual, salah satu tujuan pelaksanaan ritual adalah
untuk pemeliharaan dan pelestarian kesakralan. Ritual juga merupakan tindakan
yang memperkokoh hubungan pelaku dengan objek yang suci, dan memperkuat
solidaritas kelompok yang menimbulkan rasa aman dan kuat mental.
Sedangkan ritual menurut ahli sosiologi barat yatitu:

1. Ritual merupakan bentuk dari budaya agama yang mempunyai


nilai, norma, dan kondisi material yang membangun identitas
bersama diantara kelompok masyarakat.
2. Praktek ritual adalah sebuah kepercayaan yang terdapat dalam
budaya. Setiap agama mempunyai aktivitas yang disakralkan oleh
pemeluknya, dan itu mencirikan suatu idetitas kepada pemeluk
agama tersebut.
3. Keberadaan praktik ritual dalam agama merupakan sebuah
keberagaman dalam agama yang menimbulkan sifat perbedaan
dalam masyarakat.
Ritual sendiri didefinisikan sebagai perilaku yang diatur secara ketat,
dilakukan sesuai dengan ketentuan dan berbeda dengan perilaku sehari-hari, baik
cara melakukannya maupun maknanya.
Pendapat para ahli tentang ritual
1.  Menurut Djamari, ritual ditinjau dari dua segi, yaitu:
a.  Tujuan (makna)
-  Bersyukur kepada Tuhan.
-  Mendekatkan diri kepada Tuhan agar mendapatkan keselamatan
dan rahmat.
-  Meminta ampun atas kesalahan.

2
b.  Cara
-  Individual, seperti meditasi, bertapa dan yoga.
-  Kolektif (umum), seperti khutbah, shalat berjamaah dan haji.
2.  Menurut Hormans, ritual berawal dari kecemasan dan membaginya
menjadi dua tingkatan, yaitu :
-  Kecemasan primer  yang melahirkan ritual primer. Ritual ini
didefinisikan sebagai upacara yang bertujuan mengatasi
kecemasan, meskipun tidak langsung berpengaruh terhadap
tercapainya tujuan.
-  Kecemasan sekunder sebagai upacara penyucian untuk kompensasi
kemungkinan kekeliruan dan kekurangan dalam ritual primer.
3.  C. Antony Wallace, meninjau ritual dari segi jangkauannya yakni sebagai
berikut :
-  Ritual sebagai teknologi, seperti upacara yang berhubungan dengan
kegiatan pertanian dan perburuan.
-  Ritual sebagai terapi, seperti upacara untuk mengobati dan
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
-  Ritual sebagai ideologis – mitos dan ritual tergabung untuk
mengendalikan suasana perasaan hati, nilai, sentimen dan perilaku
untuk kelompok yang baik. Misal upacara inisiasi yang merupakan
konfirmasi kelompok terhadap status, hak dan tanggung jawab
yang baru.
-  Ritual sebagai penyelamatan (salvation), misalnya seseorang yang
mempunyai pengalaman mistikal seolah-olah menjadi orang baru,
ia berhubungan dengan kosmos yang juga mempengaruhi dunia
profan.
-  Ritual sebagai revitalisasi (penguatan atau penghidupan kembali)
yang bertujuan untuk penyelamatan tetapi fokusnya masyarakat.
Contohnya kegiatan istighotsah yang sering dilakukan warga NU.
B. Akibat dan Pengaruh Ritual
a). Dampak Negatif :

3
- Ritual cenderung untuk menjadi pengganti agama. Ini bahaya untuk
agama yang cenderung berpusat pada ritual. Orang hanya mengikuti
ritual tanpa tahu dan menghayati keimanan dan perkembangan
kerohanian dengan baik. Ritual menjadi kebiasaan, menjadi agama
tersendiri.
- Menghambat perkembangan kerohanian. Sulit mengembangkan
kerohanian dan perbaikan doktrin bila agama dipenuhi oleh ritual dan
dikuasai para imam ritual.
- Menghambat perkembangan ilmu pengetahuan. Ini telah terbukti
sepanjang sejarah manusia. UB mengatakan ritual-ritual yang panjang
dan melelahkan telah menjadi kutuk bagi bangsa-bangsa selama
ribuan tahun. Ritual agama makan banyak waktu, kekanak-kanakan,
bodoh (Lihat Paper 89 bab 3 hal 976, juga Paper 127 halaman 1404,
dan Paper 76 halaman 1076).
- Ritual bisa berpotensi menolak pembaruan dan kebenaran.
b). Dampak Positif :
- Stabilisasi peradaban. Misalnya di bangsa-bangsa yang memeluk
Islam, terlihat lebih stabil dengan adanya keseragaman ritual.
- Peningkatan jenis budaya tertentu. (Kita melihat misalnya di Bali,
ritualnya bermanfaat bagi turisme dan pengembangan seni).
- Membantu pengendalian-diri manusia
C.   Ritual Islam
Secara umum, ritual dalam Islam dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.  Ritual yang mempunyai dalil yang tegas dalam Alqur’an dan sunnah.
Seperti sholat.
2.  Ritual yang tidak mempunyai dalil, baik dalam Alqur’an maupun As
sunnah. Contohnya marhaban /mauludan dan tahlil.
Asal Mula dan Perkembangan Ritual Agama :
- Ritual pertamanya sering bersifat sosial, kemudian menjadi ekonomis,
lalu berkembang menjadi tata cara suci agama.

4
- Salah satu ritual yang paling kuno adalah ziarah (ziarah kubur, naik haji,
dll).
- Kemudian upacara penyucian, pembersihan, lalu upacara inisiasi (masuk,
misalnya masuk manjadi anggota, hamil 7 bulan, masuk akil balik, dll).
- Bentuk lebih modern adalah doa, bacaan bersahutan, dsb.
Ditinjau dari sudut tingkatannya, ritual Islam dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.    Ritual Islam yang primer yang wajib dilakukan umat islam, contohnya
sholat wajib lima waktu.
2.    Ritual islam yang sekunder adalah ibadah sholat sunnah, contohnya
bacaan dalam rukuk dan sujud, shalat berjamaah, tahajud dan dhuha.
3.    Ritual islam yang tertier yang berupa anjuran dan tidak sampai pada
derajat sunnah.
Dari sudut mukallaf, ritual islam dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.  Ritual yang diwajibkan pada tiap orang (fardlu ain).
2.  Ritual yang diwajibkan pada tiap individu tetapi pelaksanaannya dapat
diwakili oleh sebagian orang (fardlu kifayah).
Dari segi tujuan, ritual Islam dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.  Ritual yang betujuan mendapatkan ridlo Allah dan kebahagiaan ukhrowi.
2.  Ritual yang bertujuan mendapatkan balasan didunia, seperti sholat
istisqa’.
Selain itu ritual dalam islam erat kaitannya dengan fungsi Mesjid
sebagai pusat ibadah dan ritual umat Islam, walaupun ada sebagaian ritual
yang tidak dilaksanan di mesjid, akan tetapi tetap saja fungsi Mesjid sebagai
pusat ibadah dan ritual menjadi hal yang terpenting dalam proses ritual dalam
Islam.
D.   Institusi
Institusi mempunyai dua pengertian, pertama sistem norma yang
mengandung arti pranata dan kedua bangunan.
Menurut Sumner, “an institution consist of a concept idea, notion,
doctrin, interest and a structure” (suatu institusi terdiri atas konsep tentang
cita-cita, minat, doktrin, kebutuhan dan struktur).

5
Sebagai sebuah  norma, institusi itu bersifat mengikat. Dari daya yang
mengikatnya, secara sosiologis norma-norma tersebut dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu :
1.    Tingkatan cara (usage), menunjuk pada suatu bentuk perbuatan yang
dilakukan berulang-ulang.
2.    Kebiasaan (folkways), merupakan perbuatan yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama. Daya ikat norma ini lebih kuat
dari usage. Contohnya menberi hormat kepada orang yang lebih tua.
3.     Norma tata kelakuan (mores), apabila suatu kebiasaan dianggap sebagai
cara berperilaku bahkan dianggap dan diterima sebagai norma pengatur,
maka kebiasaan meningkat menjadi tahapan mores yang merupakan alat 
pengawas bagi perilaku masyarakat yang daya ikatnya lebih kuat dari
folkways dan usage.
4.    Custom, yaitu norma tata kelakuan yang terus menerus dilakukan
sehingga integrasinya menjadi sangat kuat dengan pola-pola perilaku
masyarakat. Maka orang yang melanggarnya akan mendapat sangsi yang
keras dari masyarakat.
E.    Fungsi dan Unsur-unsur Institusi
Secara umum, tujuan institusi adalah memenuhi segala kebutuhan pokok
manusia. Adapun fungsi institusi secara lebih rinci adalah sebagai berikut :
-  Memberikan pedoman kepada masyarakat dalam melakukan
pengendalian sosial berdasarkan sistempengawasan tingkah laku.
-  Menjaga stabilitas dan keamanan masyarakat.
-  Memberikan pedoman kepada masyarakat tentang norma tingkah laku.
Menurut Mac Iver dan Charles H. Page, elemen institusi ada tiga, yaitu :
1.  Association, merupakan wujud konkret dari institusi dan merupakan
kelompok-kelompok kemasyarakatan. Contohnya, institut merupakan
institusi kemasyarakatan, sedangkan IAIN Sunan Gunung Jati,
Universitas padjajaran dan ssebagainya merupakan association.
2.    Characteristic institution, merupakan sistem nilai atau norma tertentu
yang dijadikanlandasan dan tolak ukur berperilaku oleh masyarakat

6
asosiasi yang bersangkutan, mempunyai daya ikat yang kuat dan
sangsi yang jelas bagi tiap pelangggarnya.
3.    Special interest, merupakan kebutuhan atau tujuan tertentu baik
bersifat pribadi atau asosiasi.

F.    Institusi Islam
Sistem norma dalam agam Islam bersumber dari firman Allah S.W.T dan
sunnah Nabi Muhammad S.A.W.  yang merupakan pedoman bagi masyarakat
muslim agar memperoleh kemaslahatan didunia dan akhirat.
Daya ikat norma dalam Islam tercermin dalam empat bentuk, yaitu :
1.    Mubah, tidak mempunyai daya ikat dan tidak mendapatkan sangsi
bagi pelakunya.
2.    Mandub, seseeorang yang mengerjakannya akan memperoleh pahala.
3.    Wujub, adlah perilaku yang harus dilakukan sehingga akan
mendapatkan pahala bagi pelakunya dan sangsi bagi pelanggarnya.
4.    Makruh, adalah tingkat norma yang memberikan sangsi bagi
pelanggarnya tetapi yang tidak melanggar tidak diberi pahala.
5.    Haram, adalah norma yang memberikan sangsi yang berat kepada
pelanggarnya.
Institusi adalah sistem nilai dan norma. Adapun norma Islam terdapat dalam
empat aspek, yaitu :
1.    Norma akidah, tercermin dalam rukun iman.
2.    Norma ibadah, tercermin  dalam bersuci (thoharoh), sholat, zakat,
puassa dan haji.
3.    Norma muamalah, tercermin dalam hukum perdagangan, perserikatan,
bank, asuransi, nikah, waris, perceraian, hukum pidana dan politik.
4.    Norma akhlak, tercermin dalam akhlak terhadap Allah dan makhluk.
Norma-norma tersebut kemudian melahirkan kelompok-kelompok
asosiasi tertentu yang merupakan wujud konkret dari norma. Hal itu
dilakukan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka agar
bisa hidup tenteram dan bahagia dunia akhirat, karena institusi Islam

7
adalah sistem norma yang berdasrkan ajaran Islam dan diadakan untuk
kebutuhan umat Islam.
Contoh institusi Islam yang ada di Indonesia,
1.    Institusi perkawinan, di asosiasikan melalui KUA dan peradilan
agama.
2.    Institusi pendidikan, diasosiasikan dalam bentuk pesantren dan
madrasah.
3.    Institusi ekonomi, diasosiasikan menjadi Bank Muamalah Indonesia
dan BMT.
4.    Insitusi zakat, di asosiasikan menjadi BAZIS.
5.    Institusi dakwah, diasosiasikan menjadi LDK.
Semua itu bertujuan memenuhi segala kebutuhan masyarakat muslim
baik fisik maupun non fisik.. Selain itujuga terdapat institusi politik yang
diasosiasikan menjadi parpol yang berasas Islam, seperti PPP, PBB dan
PUI.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa islam adalah agama ritual.
Dimana ritual ini dimaksudkan pada sebagian amal ibadah yang di lakukan umat
manusia. Dalam menjalankan ritualnya, manusia juga di bantu oleh institusi-
institusi. Sehingga terdapat keterkaitan antara ritual dan institusi yang di lakukan
oleh setiap manusia.
Namun, meskipun demikian terdapat pula sisi negativ dari sebuah ritual.
Sehingga kita perlu mengkaji kembali ritual yang baik dan buruknya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Hakim, Atang dan Jaih Mubarok, Metodologi Islam, Bandunng, PT. Remaja
Rosdakarya, 2010
Hakim, Ahmad, dan Moh. Soleh Isre, Fungsi Sosial Rumah Ibadah, Jakarta, 2004
Giddens Anthony, dkk, Introduction To Sociology, New york, W. W. Norton,
2007

10

Anda mungkin juga menyukai