Anda di halaman 1dari 20

Sistem religi dan

keagamaan
masyarakat jawa
Arry Septian Nur
Silmi Fadhila Arida
1 202133149
4 Fajrie
202133161

Meliyasa Khorina
Dwi meilinda Nur
2 Haliza 5 Laili
202133171
202133154

Nurul Faizah
3 202133155
1
SISTEM RELIGI
ATAU
KEAGAMAAN
Koentjaraningrat mendefinisikan religi sebagai suatu
sistem yang terdiri dari konsep-konsep yang dipercaya dan
menjadi keyakinan secara mutlak suatu umat beragama
dan upacara upacara beserta pemuka-pemuka agama yang
melaksanakannya.
Sistem religi telah mengatur hubungan antara
manusia dengan Tuhan dan dunia gaib, baik antara sesama
manusia dan antara manusia dengan lingkungannya yang
telah dijiwai oleh suasana yang dirasakan sebagai suasana
kekerabatan oleh yang menganutnya.
Sistem religi dan kepercayaan merupakan suatu hal
yang tak dapat dipisahkan lagi, religi merupakan bagian
dari kepercayaan atau kepercayaan merupakan bagian dari
religi. Kedua hal ini sangat berkaitan dan berhubungan
erat.
Dengan adanya berbagai kepercayaan dan keyakinan telah melahirkan suatu sistem religi.
Dan dalam sistem religi terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Emosi keagamaan (getaran jiwa) yang menyebabkan bahwa manusia didorong untuk
berperilaku keagamaan.
2. Sistem kepercayaan atau bayangan-bayangan manusia tentang bentuk dunia, alam, alam gaib,
hidup, dan maut.
3. Sistem ritus dan upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib
berdasarkan sistem kepercayaan tersebut.
4. Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengonsepsikan dan mengaktifkan
religi berikut sistem-sistem keagamaannya.
5. Peralatan dalam upacara atau ritus keagamaan.
Kelima unsur di atas saling berhubungan, kelima unsur itu pastilah ada di dalam sebuah
sistem religi. Emosi keagamaan adalah tonggak awal manusia untuk berprilaku keagamaan,
berprilaku keagamaan itu dikuatkan dan dikokohkan dengan adanya sistem kepercayaan dan
keyakinan, dalam sistem kepercayaannya pasti melahirkan suatu ritual atau upacara keagamaan
untuk berhubungan dengan tuhan, dewa, roh atau apapun yang mereka yakini dan anut.
2
SISTEM RELIGI ATAU
KEAGAMAAN
MASYARAKAT JAWA
Mengenai kehidupan beragama masyarakat Jawa, telah ada beberapa usaha teoritis yang
dilakukan oleh beberapa peneliti yang mencoba untuk memahaminya. Sedikitnya terdapat 3 model
pendekatan yang dipakai sebagai sarana untuk memahami hal itu. Model-model tersebut adalah antara
lain :
1. Model sinkretik adalah suatu bentuk pendekatan yang memahami kebudayaan Jawa sebagai
perpaduan (campuran) dari berbagai unsur. Unsur-unsur yang membentuk budaya Jawa adalah
unsur lokal, unsur Hindu, unsur Buddha, dan unsur Islam. Keseluruhan unsur ini kemudian bersatu
menjadi sebuah bentuk yang disebut kebudayaan Jawa.
2. Model akulturatif adalah sebuah pendekatan yang memahami budaya Jawa sebagai sebuah
pertemuan (persentuhan atau interaksi) di antara tradisi lokal dan ajaran Islam. Pendekatan ini
memahami bahwa kebudayaan Jawa terbentuk dari pertemuan atau interaksi di antara 2 hal ini.
3. Model kolaboratif adalah Pendekatan ini mencoba memadukan 2 pendekatan sebelumnya dan
memberi sentuhan baru terhadap pemahaman akan budaya Jawa. Dalam pemahaman pendekatan
ini, budaya Jawa merupakan hasil dari peran aktif di antara masyarakat lokal dan pembawa ajaran
Islam. Jadi pendekatan kolaboratif memahami budaya Jawa sebagai hasil dari peran serta
masyarakat dan ulama (penyebar agama Islam).
3
ASPEK GAGASAN
KEAGAMAAN
MASYARAKAT JAWA
Masyarakat Jawa umumnya beragama Islam. Hal ini dapat dilihat dari
bangunan-bangunan yang dipakai untuk beribadah oleh orang Islam. Sehubungan
dengan hal ini, menurutnya ada golongan orang yang taat melaksanakan ajaran
agamanya. Mereka disebut santri. Selain mereka, ada juga yang kurang (atau
tidak) taat menjalankan ajaran agama. Mereka disebut dengan golongan Islam
kejawen.
Kodiran menyebutkan bahwa kebanyakan orang Jawa mempercayai bahwa
hidup manusia di dunia ini sudah diatur sehingga mereka tidak sedikit yang
mempunyai pandangan hidup atau sikap nerima, menyerahkan diri kepada takdir.
Inti pandangan orang Jawa tentang alam adalah bahwa hidup dan keberadaan
mereka juga merupakan bagian dari alam semesta ini. Kehidupan dan keberadaan
manusia tidak terlepas dari hal-hal lain yang berada di alam semesta. Jika salah
satu ada yang mengalami kesukaran maka manusia juga akan menderita.
Selain itu, dalam masyarakat Jawa juga terdapat beberapa aliran kebatinan.
Dalam hal ini, Kodiran mengidentifikasi 4 aliran kebatinan yang dapat ditemui
dalam masyarakat Jawa. Aliran-aliran kebatinan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gerakan atau aliran kebatinan yang keuaniyahan. Aliran ini mempercayai
keberadaan ruh halus atau badan halus dan jin-jin.
2. Aliran yang bersifat keislaman. Ajaran-ajaran aliran ini banyak mengambil dari
agama islam, seperti soal ketuhanan dan rasul-nya, namun dengan modifikasi.
3. Aliran yang bersifat kehindu-jawian. Pengikut aliran ini mempercayai dewa-
dewa dalam agama hindu.
4. Aliran-aliran yang bersifat mistik. Aliran ini berusaha untuk mencari kesatuan
manusia dengan tuhan.
4
ASPEK AKTIVITAS
KEAGAMAAN
MASYARAKAT JAWA
Karena kebanyakan masyarakat Jawa adalah beragama Islam maka ritual dan
seremonial yang populer atau banyak dilakukan didalam masyarakat Jawa
umumnya juga berkaitan dengan agama Islam. Terdapat 2 macam ritual dan
seremonial yang dilakukan oleh masyarakat Jawa
1. Ritual dan seremonial yang bersumber dari ajaran agama Islam.
Salah satu contoh ritual dalam masyarakat Islam Jawa adalah solat (yakni
ibadah yang dilakukan 5 kali dalam sehari semalam) dan tadarus al-Quran
(pembacaan kitab suci umat Islam). Sementara di antara seremonial yang
dilakukan masyarakat Jawa seperti perayaan maulid Nabi dan khataman
(pembacaan al-Quran secara beramai-ramai)
2. Ritual dan seremonial yang bersumber dari tradisi lokal namun disesuaikan
dengan prinsip-prinsip Islam.
Ritual dan seremonial yang berasal dari tradisi Jawa, secara sederhana dapat
dibagi menjadi dua yakni sesajen dan selametan atau selamatan.
Berkaitan dengan sesajen dan selametan Kodiran memberikan penjelasan sebagai
berikut:
1. sesajen sebagai penyerahan sajian pada saat tertentu dan waktu tertentu di
dalam rangka kepercayaan terhadap makhluk halus. Salah satu upacara yang
berhubungan dengan sesajen adalah upacara sesaji panyadran agung yang
tiap tahun rutin diadakan oleh keluarga Keraton Yogyakarta bertepatan
dengan hari maulid (kelahiran) Nabi Muhammad Saw yang juga dikenal
sebagai gerebeg mulud.
2. Selamatan kelompokkan menjadi empat, yakni sebagai berikut:
a. Selamatan dalam rangka lingkaran hidup seseorang
b. Selamatan yang bertalian dengan kegiatan bersih desa, penggarapan
tanah pertanian, dan setelah memanen padi.
c. Selamatan yang dilaksanakan sehubungan dengan hari-hari dan bulan-
bulan besar islam.
d. Selamatan pada saat-saat tertentu
Kodiran melanjutkan bahwa diantara keempat macam selamatan itu, Orang Jawa sangat menghormati arwah
orang yang meninggal dunia. Oleh karena itu, ada beberapa upacara yang dilakukan untuk seseorang yang
meninggal, yakni sebagai berikut:
a. Sedekah surtanah atau geblak yang diadakan pada saat meninggalnya seseorang.
b. Sedekah nelung dina, yakni upacara selamatan kematian yang dilaksanakan pada hari ketiga dari saat
meninggalnya seseorang.
c. Sedekah mitung dina, yaitu upacara selamatan yang dilaksanakan pada hari ketujuh dari meninggalnya
seseorang.
d. Sedekah matang puluh dina, yakni upacara selamatan yang dilakukan pada hari keempat puluh dari
meninggalnya seseorang.
e. Sedekah nyatus, yakni upacara selamatan yang diadakan pada hari yang keseratus.
f. Sedekah mendak sepisan dan mendak pindo, yaitu upacara selamatan yang dilakukan pada tahun pertama
dan tahun kedua dari meninggalnya seseorang.
g. Sedekah nyewu, yakni upacara selamatan yang dilakukan pada seribu hari dari meninggalnya seseorang.
5
ASPEK Peralatan Fisik
KEAGAMAAN
MASYARAKAT JAWA
Aspek-aspek fisik dari keberagamaan masyarakat jawa diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Aspek fisik atau sarana yang bersumber dari Islam
Aspek fisik atau sarana yang bersumber dari Islam sedikitnya dapat dibagi menjadi 2
juga yaitu :
1) Berupa banguan
diantaranya adalah masjid, surau dan makam. Di Jawa Timur, terdapat masjid
Ampel denta yang berada di Ampel. di Jawa Tengah, terdapat masjid Kudus dan
Masjid Demak.
2) Berupa alat
diantaranya adalah sajadah, tasbih dan baju koko. Alat-alat tersebut memang
lazimnya dipakai pada saat atau setelah beribadah. Namun, ada juga masyarakat
Jawa, terutama yang tinggal di pesantren atau di sekitarnya, yang pada
kesehariannya tetap mengenakan alat-alat tersebut (songkok dan baju koko).
Aspek-aspek fisik dari keberagamaan masyarakat jawa yang ke 2 yaitu :
2. aspek fisik dari keberagamaan masyarakat Jawa yang bersumber dari budaya
aspek fisik yang bersumber dari budaya juga dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Berupa bangunan
Diantaranya adalah kraton Yogyakarta yang dihormati dan dianggap suci oleh
masyarakat sekitar. Selain itu, ada juga makam dari orang-orang terdahulu (raja-
raja dan pahlawan) yang dikeramatkan atau dianggap suci oleh masyarakat Jawa.
Sebagai contoh, di Jawa terdapat kompleks makam keluarga Majapahit di
Trowulan yang dianggap suci oleh masyarakat.
2) Berupa alat
Diantaranya adalah benda-benda pusaka, keris, dan alat-alat seni suara Jawa. Alat-
alat tersebut biasanya disimpan dan diperlakukan secara baik oleh pemiliknya.
Untuk benda pusaka, di antaranya ada yang berupa tongkat, cambuk dan cincin.
Alat-alat tersebut dianggap suci oleh karena mengandung atau mempunyai
kegunaan tertentu.
6
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini, sistem
religi dan kepercayaan merupakan suatu
hal yang tak dapat dipisahkan lagi, religi
merupakan bagian dari kepercayaan atau
kepercayaan merupakan bagian dari religi.
Kedua hal ini sangat berkaitan dan
berhubungan erat. Dan menurut kelompok
kami yang dimaksud sistem religi dan
keagamaan adalah suatu kepercayaan serta
hubungan antara manusia kepada Tuhannya
yang disalurkan melaluai kegiatan
keagamaan dan ritual yang selalu
dijalankan dan diyakini oleh mereka lalu
diteruskan dan diwariskan secara turun
temurun agar sistem religinya tetap terjaga.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai