Anda di halaman 1dari 8

buruknya MAKALAH

RITUAL DAN INSTITUSI ISLAM


Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi islam
Dosen pengampu :
Hj .Magfirotul fatkha, M.ag

DISUSUN OLEH
Husnul khotimah
St widhia ningsih

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI KH. ABDUL KABIER (STAIKHA)
TAHUN AKADEMIK 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunianya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya akan membahas mengenai “RITUAL
DAN INSTITUSI ISLAM”
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan pihak lain untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu,
saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini.
Saya mengharapkan segala bentuk saran, masukan, dan kritik yang dapat membangun
saya dari berbagai pihak. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada dasarnya semua agama tentulah memiliki suatu ajaran yang terkait dengan hal-hal
yang bersifat sakral, sehingga muncullah istilah “Ritual” yang merupakan sebuah tindakan
yang dapat mempererat sebuah hubungan antara pelaku dengan obyek dianggap suci. Akan
tetapi di dalam pengimplementasiannya tidak sedikit yang dinilai masih kurang. Apakah hal
ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang arti dan definisi ritual yang sebenarnya,
atau adanya penyebab lain yang dapat memunculkan sosok individu yang selalu ingin tampil
instan tanpa mempedulikan dan memperaktekan ritual yang menjadi sarana pokok untuk
memperkokoh hubungan pelaku dengan objek yang dianggap dalam agamanya.

 Sebagai warga Negara yang percaya dan menganut suatu agama tentulah kiranya kita
harus mengetahui dan mempelajari tentang hal-hal yang terkait dengan masalah agama itu
sendiri. Seperti ritual dan institusi islam. Sehingga dengan demikian diharapkan tidak adanya
lagi fenomena-fenomena yang sudah menjamur seperti islam ktp dan lain sebagainya.
PEMBAHASAN

B. Ritual dalam Perspektif Sosiologi

Semua agama mengenal ritual. Karena setiap agama memilki ajaran tentang hal yang
sakral. Salah satu tujuan pelaksanaan ritual adalah pemeliharaan dan pelestarian kesakralan.
Disamping itu, ritual merupakan tindakan yang memperkokoh hubungan pelaku dengan
objek yang suci, dan memperkuat solidaritas kelompok yang menimbulkan rasa aman dan
kuat mental.

Sedangkan ritual menurut ahli sosiologibarat yaitu:

1. Ritual merupakan bentuk dari budaya agama yang mempunyai nilai, norma, dan
kondisi material yang mambangun identitas Bersama diantar kelompok masyarakat.
2. Praktek ritual adalah sebuah kepercayaan yang terdapat dalam budaya. Setiap agama
mempumyai aktivitas yang disakralkan oleh pemeluknya, dan itu mencirikan suatu
identitas kepada pemeluk agama tersebut.
3. Keberadaan praktik ritual dalam agama merupakansebuah keberagaman dalam agama
yang menimbulkan sifat perbedaan dalam masyarakat.

C. Ritual Islam

Secara umum, ritual dalam islam dapat dibedakan menjadi dua : ritual yang mempunyai
dalil yang tegas dan eksplisit dalam Al-Qur’an dan Sunnah, dan ritual yang tidak memilki
dalil, baik dalam Al-Qur’an maupun Sunnah. Salah satu contoh ritual bentuk pertama adalah
shalat, sedangkan contoh ritual kedua adalah marhaban, peringatan hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW, dan tahlil yang dilakukan keluarga ketika salah satu anggota keluarga
menunaikan ibadah haji.

 Selain perbedaan tersebut, ritual dalam islam dapat ditinjau dari sudut tingkatan. Dari
segi ini, ritual dalam islam dapat dibedakan menjadi tiga: primer, sekunder, dan tertier.

Ritual islam yang primer adalah ritual yang wajib dilakukan oleh umat islam.
Umpamanya, shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam. Kewajiban ini disepakati oleh
ulama karena berdasarkan ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW.

 Ritual islam yang sekunder adalah ibadah shalat sunnah, umpamanya bacaan dalam
rukuk dan sujud, shalat berjamaah, shalat tahajjud, dan lainnya.

 Ritual islam yang tertier adalah ritual yang berupa anjuran dan tidak sampai pada derajat
sunnah. Umpamanya dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam al-Nasa’I dan Ibnu Hibban
yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “orang yang membaca ayat kursi
setelah shalat wajib, tidak akan ada yang menghalanginya untuk masuk surga” meskipun ada
haist tersebut, ulama tidak berpendapat bahwa membaca ayat kursiy setelah shalat wajib
adalah sunnah. Karena itu, membaca ayat kursiy setelah shalat wajib hanya bersifat tahsini.

Dari sudut mukalaf, ritual islam dapat dibedakan menjadi dua : ritual yang diwajibkan
kepada setiap orang dan ritual yang wajib kepada setiap individu tetapi pelaksanaannya dapat
diwakili oleh sebagian orang.

Dari segi tujuan, ritual islam dapat dibedakan menjadi dua pula, yaitu ritual yang
bertujuan mendapatkan rida Allah semata dan balasan yang ingin dicapai adalah kebahagiaan
ukhrawi, dan ritual yang bertujuan mendapatkan balasan di dunia ini, misalnya shalata istisqa
yang dilaksanakan untuk memohon kepada Allah agar berkenan menakdirkan turun hujan.

Dengan meminjam pembagian ritual menurut sosiolog (tulisan ini diambil dari Homans)
ritual dalam islam juga dapat dibagi menjadi dua: ritual primer dan ritual sekunder. Ritual
primer adalah ritual yang merupakan kewajiban sebagai pemeluk islam. Misalnya, kewajiban
melakukan shalat Jum’at bagi muslim laki-laki.

D. Institusi

Dalam bahasa Inggris dijumpai dua istilah yang mengacu kepada pengertian institusi
(lembaga), yaitu institute dan institution. Istilah pertama menekankan kepada pengertian
institusi sebagai sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan istilah
kedua menekankan pada pengertian intitusi sebagai suatu system norma untuk memenuhi
kebutuhan

Dari paparan singkat mengenai pengertian institusi, dapat disimpulkan bahwa institusi
mempunyai dua pengertian : pertama, system norma yang mengandung arti pranata, dan
kedua bangunan. Sebagai sebuah norma, institusi itu bersifat mengikat. Ia merupakan aturan
yang mengatur warga kelompok di masyarakat. Di samping itu merupakan pedoman dan
tolak ukur untuk menilai dan memperbandingkan dengan sesuatu.
 Norma-norma yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, berubah sesuai keperluan
dan kebutuhan manusia. Maka lahirlah, misalnya kelompok norma kekerabatan yang
menimbulkan institusi keluarga dan institusi perkawinan, kelompok norma pendidikan yang
melahirkan institusi pendidikan, kelompok norma hukum melahirkan institusi hokum seperti
peradilan.

Dilihat dari daya yang mengikatnya, secara sosiologis norma-norma tersebut dapat
dibedakan menjadi empat macam :

Cara (usage) menunujuk pada suatu bentuk perbuatan yang dilakukan secara berulang-
ulang. Kekuatan mengikat norma usage adalah yang paling lemah dibandingkan dengan
ketiga tingkatan lainnya.

 
Kebiasaan (folkways) merupakan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam
bentuk yang sama, menggambarkan bahwa perbuatan itu disenangi banyak orang. Daya ikat
norma ini lebih kuat daripada usage, contohnya memberi hormat kepada yang lebih tua.
Tidak memberi hormat kepada yang lebih tua dianggap sebagai suatu penyimpangan.
Menurut Mac Iver dan Page, kebiasaan merupakan perilaku yang diakui dan diterima oleh
masyarakat.

Apabila suatu kebiasaan dianggap sebagai cara berprilaku, bahkan dianggap dan diterima
sebagai norma pengatur, maka kebiasaan menignkat menjadi tahapan tata kelakuan (mores).
Ia merupakan alat pengawas bagi perilaku masyarakat yang daya ikatnya lebih kuat daripada
usage dan folkways.

Norma tata kelakuan yang terus menerus dilakukan sehingga integrasinya menjadi sangat
kuat dengan pola-pola perilaku masyarakat, daya ikatnya akan lebih kuat dan meningkat ke
tahapan adat istiadat (custom). Dengan demikian warga masyarakat yang melanggar custom
akan menderita karena mendapat sanksi yang keras dari masyarakat

E. Fungsi dan Unsur-Unsur Institusi

secara umum, tujuan institusi itu adalah memenuhi segala kebutuhan pokok manusia,
seperti kebutuhan keluarga, hokum, ekonomi, politik, social, dan budaya. Adapun fungsi
institusi secara lebih rinci adalah :

1. Memberikan pedoman kepada masyarakat dalam upaya melakukan pengendalian


social berdasarkan system tertentu, yaitu system pengawasan tingkah laku.
2. Menjaga stabilitas dan keamanan masyarakat.
3. Memberikan pedoman kepada masyarakat tentang norma tingkah laku yang
seharusnya dilakukan dalam memenuhi kebutuhan mereka.

F. Institusi Islam

Sistem norma dalam agama Islam bersumber dari firman Allah SWT dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW. Ia merupakan pedoman bertingkah laku masyarakat muslim agar mereka
memperoleh kemaslahatan hidup di dunia dan di akhirat.

Dayat ikat norma dalam islam tercermin dalam bentuk mubah, mandub, wujub, makruh,
dan haram. Dalam terminologi ilmu Ushul Fikh mubah tidak mempunyai daya ikat sehingga
perilaku mubah tidak mendapat sanksi. Mandub mempunyai daya ikat yang agak kuat
sehingga seseorang yang mengerjakan perilaku dalam kategori ini akan mendapat pahala.
Wujub adalah perilaku yang harus dilakukan sehingga seseorang yang mengerjakan perilaku
wujub akan mendapatkan pahala sedangkan yang melanggar akan mendapat sanksi.
Makruh adalah tingkat norma yang memberikan sanksi kepada yang melanggarnya, dan yang
tidak melanggar tidak diberi pahala. Adapun haram adalah norma yang memberikan sanksi
yang sangat berat kepada pelanggar.

Institusi adalah system nilai dan norma. Adapun norma islam terdapat dalam akidah,
ibadah, muamalah, dan akhlak. Norma akidah tercermin dalam rukun iman yang enam.
Norma ibadah tercermin dalam bersuci, shalat, zakat, puasa, dan haji. Norma muamalah
tercermin dalam hokum perdagangan, perserikatan, bank, asuransi, nikah, waris, perceraian,
hokum pidana, dan politik. Adapun norma akhlak tercermin dalam akhlak terhadap Allah
SWT dan akhlak terhadap makhluk.

  Norma-norma dalam islam yang merupakan Characteristic Institution seperti yang


disebutkan di atas kemudian melahirkan kelompok-kelompok asosiasi tertentu yang
merupakan bangunan atau wujud konkret dari norma. Pembentukan asosiasi denagn landasan
norma oleh masyarakat muslim merupakan upaya memenuhi kebutuhan hidup mereka,
sehingga mereka bisa hidup dengan aman dan tentram serta bahagia di dunia dan akhirat,
karena institusi di dalam islam adalah system norma yang didasarkan pada ajaran islam dan
sengaja diadakan untuk memenuhi kebutuhan umat islam

Dari paparan singkat di atas, dapat dikemukakan beberapa contoh institusi dalam islam
yang ada di Indonesia, seperti :

 institusi perkawinan diasosiasikan melalui Kantor Urusan Agama (KUA) dan


peradilan agamanya dengan tujuan agar perkawinan dan perceraian dapat silakukan
secara tertib untuk melindungi hak keluarga, terutama perempuan.
 Institusi pendidikan yang diasosiasikan dalam bentuk pesantren dan madrasah.
 Institusi ekonomi yang diasosiasikan menjadi bank Muamalah Indonesia, Baitul Mal
 Institusi zakat yang diasosiasikan menjadi badan amil zakat, infaq dan shadaqah.
 Institusi dakwah yang diasosiasikan menjadi lembaga dakwah kampus
(LDK).
 Institusi politik yang diasosiasikan menjadi partai politik yang berasaskan Islam
seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), dan
lainnya

 
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa islam adalah agama ritual. Dimana
ritual ini dimaksudkan pada Sebagian amal ibadah yang dilakukan umat manusia. Dalam
menjalankan ritualnya, manusia juga dibantu oleh institusi-institunsi. Sehingga terdapat
keterkaitan antara ritual dan institusi yang dilakuakn oleh setiap manusia.

Namun, meskipun demikian terdapat pula sisi negative daei sebuah ritual. Sehingga
kita perlu mengkaji Kembali ritual dan baik.

Anda mungkin juga menyukai