Anda di halaman 1dari 6

Nama : Avivah Rohmatul Jannah

NIM : 235170109111017
Program Studi : SAP Keperawatan

TUGAS HARIAN

1. Jelaskan arti sikap religius dan moralis dalam Islam dan bagaimana cara menerapkan
sikap tersebut dalam kegiatan sehari-hari sebagai mahasiswa kesehatan!
Kata dasar dari religi adalah religi yang berasal dari bahasa asing,
agama sebagai bentuk dari kata benda yang berarti agama atau kepercayaan akan
adanya sesuatu kekuatan kodrati di atas manusia. Sedangkan religius berasal dari
kata religiusyang berarti sifat religi yang melekat pada diri seseorang (Thontowi,
2012). 
Religius sebagai salah satu nilai karakter dideskripsikan oleh Suparlan (2010)
sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianut, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain. Karakter siswa religius ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi
perubahan zaman dan degradasi moral, dalam hal ini siswa diharapkan mampu
memiliki dan berprilaku dengan ukuran baik dan buruk yang di dasarkan pada
ketentuan dan ketetapan agama. Pembentukan karakter Religius ini tentu dapat
dilakukan jika seluruh komponen pendidikan dapat berpartisipasi dan berperan serta,
termasuk orang tua dari siswa itu sendiri (E-learning Pendidikan, 2011).
kemudian melaksanakan aktifitas nyata berbasis religi contohnya antara lain :
1. Dengan menyelenggarakan sholat dhuha berjamaah sebelum memulai aktifitas
pembeljaaran akademisi sebagai salah satu pembiasaan pada diri mahasiswa.
Dengan pembiasaan sholat dhuha berjamaah diharapkan saat menerima
pembelajaran akademisi siswa dalam keadaan telah bersuci dan berdoa disalah
satu waktu yang afdhol untuk berdo'a.
Sebagaimana hadits berikut ini “Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa
lemah dari empat rakaat dalam mengawali harimu, niscaya Aku (Allah) akan
menyukupimu di akhir harimu .” (HR. Abu Darda`).
2. Mewajibkan mengikuti sholat berjamaah pada Dhuhur dan Ashar. Keaktifan ini
memberikan pembiasaan sholat tepat pada waktunya dan akan membawa
dampak pembiasaan waktu yang tepat dalam menyelesaikan kewajiban
mengerjakan tugas perkuliahan akademisi.
3. Menyelanggaran pembelajaran kerohaniaa, dengan demikian mahasiswa lebih
mudah menghafal materi perkuliaahan.
4. Mengadakan peringatan hari besar agama tidak hanya sekedar seremonial tapi
dengan adanya praktek langsung sehingga betul – betul memberikan pengalaman
belajar pada siswa.

Secara etimologis istilah moral berasal dari Bahasa Latin “mores” yang berarti
adat istiadat, kebiasaan, cara hidup. Pengertian tersebut mirip dengan kata ethos
dalam Bahasa Yunani, dan kemudian dikenal dengan “etika”. Kata ini pun mempunyai
arti adat istiadat atau kebiasaan (Poespoprojo, 1986:3-5). Ada pula kata lain yang
mempunyai arti yang sama terdapat dalam Bahasa Arab yaitu “akhlâq”, yang berasal
dan kata “khalaqa, yakhluqu, khulûqan” yang berarti tabi’at, adat istiadat, atau
“kholqun” yang berarti kejadian atau ciptaan. Jadi akhlak ini merupakan perangai
yang dibuat dan karena itu keberadaannya bisa baik dan bisa pula jelek, tergantung
pada tata nilai yang dijadikan rujukannya (Daradjat, 1984:254).
Meskipun secara etimologis istilah moral mengandung arti adat istiadat, kebiasaan
atau cara hidup, namun secara substantif tidak sekedar bermakna tradisi kebiasaan
belaka melainkan berkenaan dengan baik buruknya manusia sebagai manusia.
Dengan kata lain moralitas merupakan tolok ukur untuk menentukan betul salahnya
sikap dan tindakan manusia dilihat dari sisi baik buruknya sebagai manusia dan
bukan sebagai pelaku peran tertentu. Dengan demikian moral mengandung muatan
nilai dan norma yang bersumber pada hati nurani manusi ini seperti ditegaskan oleh
Setiadi (1990:90) bahwa ”moral bukan sekedar apa yang biasa dilakukan oleh orang
atau sekelompok orang itu, melainkan apa yang menjadi pemikiran dan pendirian
mereka mengenal apa yang baik, dan apa yang tidak baik, mengenai apa yang patut
dan yang tidak patut untuk dilakukan manuasia”.
kemudian melaksanakan aktifitas nyata berbasis moralitas contohnya antara lain :
1. Menghubungi Bapak/Ibu dosen menggunakan kalimat yang sopan dan halus
2. Bersikap sopan dan santun terhadap sesame teman, dosen maupun staff
karyawan suatu instansi
Sumber : al-Jarohi, As-Syaikh Ismail bin Muhammad al-A’jaluni. 1351 H. Min al-Ahâdîs
A’la al-Sinât al-Nâs, Damaskus: Dar alFikr al-‘Arabi

2. Menurut Anda, apakah seorang pemimpin harus beragama Islam? Sebutkan


alasannya serta dalil Al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut dan jelaskan
bagaimana sifat teladan kita Rasulullah SAW dalam kepemimpinannya!
Situasi perpolitikan nasional saat ini semakin menghangat. Salah satu isu yang
sering muncul adalah perihal pemimpin nonmuslim. Silang pendapat antara
kelompok yang berbeda kepentingan semakin meruncing pasca munculnya
pendukung dari kalangan Islam sendiri yang mengusung calon pemimpin nonmuslim
seolah Islam dikesampingkan. Mereka membangun argumen dengan bermacam-
macam argumen seperti mengatakan lebih baik kafir tapi adil daripada muslim tapi
korupsi. 
Terciptanya keadilan karena adab yang diterapkan, “ Hilang adab berimplikasi
pada hilangnya keadilan,” demikian yang disampaikan Al Attas. Lawan dari adil adalah
zalim, dalam (QS, al A'raf, 172). Bahwa manusia pernah melakukan perjanjian abadi
dengan Tuhannya, sehingga ketika kontrak tersebut tidak dipenuhi maka ia sudah
tidak adil terhadap dirinya sendiri. Dapat dipahami bahwa tidak ada yang namanya
orang kafir bisa adil. Selain itu, Imam Mawardi membolehkan nonmuslim sebagai
gubernur ketika syaria'at Islam tegak. Dalam Negara Islam posisi Gubernur tidak
diberi wewenang sebagai pembuat kebijakan karena hanya melaksanakan apa yang
diperintah oleh atasan. Situasinya sangat berbeda jika melihat kondisi Indonesia,
dengan terpilihnya Gubernur, Walikota maupun Bupati secara otomatis berwenang
membuat kebijakan. 
Masalah bisa diselesaikan secara lebih jernih ketika menempatkan Islam
termasuk dalam hal kepemimpinan. Apa yang seharusnya terjadi tidak serta sesuai
dengan kenyataan. Begitupun muslim seharusnya memilih pemimpin yang muslim
juga, namun kenyataannya tidak demikian. Ungkapan ''pemisahan agama dari
negara'' dapat diartikan mendirikan negara kafir yang bertentangan dengan Islam,
atau mencegah Islam dari kekuasaan untuk menjalankan hukumnya. Dia memiliki
kewajiban guna membedakan yang haq dan bāṭil 
Jadi menurut saya, bahwa kepemimpinan itu perlu berlandasakan islam
karena seseorang muslim berhak untuk menjadi seorang pemimpin. Sama halnya
seperti secara umum adalah “setiap orang adalah khalifah di muka buka” yang
berarti setiap orang adalah pemimpin. Secara umum khalifah adalah sistem
pemerintahan yang popular diterapkan pada masa awal kejayaan islam setelah
wafatnya Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Nabi terakhir umat islam adalah Nabi
Muhammad yang senantiasa menerapkan perintah dan laranganNya. Serta tidak
terlepas dari kehidupan yang berlandaskan ke-islaman.
Sumber : al-Mundziri, Zaki al-Din ‘abdi al-‘azim. 1996. Mukhtashar Shahîh Muslim,
Beirut: al-Yamamah.

3. Buatlah kerangka singkat terkait menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim yang
senantiasa menanamkan sikap moralis dalam kehidupan sehari-hari!
Secara etimologis istilah moral mengandung arti adat istiadat, kebiasaan atau
cara hidup, namun secara substantif tidak sekedar bermakna tradisi kebiasaan belaka
melainkan berkenaan dengan baik buruknya kehidupan. Jaidi pribadi yang
mencerminkan moralitas pada pribadi seoarng muslim seperti mendatangi kajian,
bersikap baik kepada tetangga atau orang semuslim.
TUGAS MENTORING

Sepeninggal Rasulullah SAW, kepemimpinan umat Islam dilanjutkan oleh para sahabatnya
yang disebut Khulafaur Rasyidin. Khulafaur Rasyidin berarti para pemimpin atau Khalifah
yang diberi petunjuk. Diantara sahabat Rasulullah SAW yang termasuk dalam Khulafaur
Rasyidin adalah Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib. Umar bin Khattab merupakan sahabat Rasulullah yang dikenal sangat berani dan
tegas. Dalam kepemimpinannya sebagai seorang Khalifah, Umar bin Khattab selalu berlaku
adil dan selalu mendahulukan kesejahteraan warganya. Ceritakan kisah Umar bin Khattab
yang selalu berkeliling kota di malam hari untuk memastikan kesejahteraan warganya!
(Minimal 200 kata).
Jawab :
Suatu malam, seperti biasanya Amirul Mukminin Umar bin Khattab keliling kota
melihat-lihat kondisi masyarakat, karena bagi beliau “mengambil keputusan dan merasa
puas hanya dengan data dan laporan pegawai adalah kezaliman”. Beliau ingin melihat
kenyataan secara langsung, apakah benar isi laporan sama dengan kenyataan di lapangan.
Setelah membuat program pemberian jatah bantuan bagi setiap anak kecil yang sudah
disapih oleh ibunya (2 tahun), Amirul Mukminin ingin melihat kenyataan yang terjadi di
lapangan, apakah pegawainya benar-benar menyampaikan hak kepada yang berhak.
Tiba-tiba beliau menengar tangisan anak kecil saat melewati sebuah rumah, beliau
mengetuk pintu dan mengatakan pada ibu si bayi agar mendiamkan anaknya yang sedang
menangis tengah-tengah malam begini. Beliaupun melanjutkan inspeksinya.
Satu jam kemudian beliau balik melewati rumah itu, dan masih mendengar tangisan bayi,
“Kenapa belum kamu diamkan anakmu itu, kamu benar-benar bukan seorang ibu yang baik”
komentarnya.
“Kamu tahu apa! Anakku menangis karena aku menyapihnya sebelum waktunya, supaya dia
mendapat jatah bantuan dari Umar!”, jawab ibu itu geram, tapi dia tidak tahu siapa laki-laki
besar yang sedang berbicara dengannya.
Amirul Mukminin terdiam, dan pergi. Sambil meneteskan air mata beliau berkata, “Berapa
banyak anak kecil yang telah dibunuh dan dizalimi oleh Umar!”. Besok pagi beliau langsung
mengeluarkan keputusan baru bahwa setiap anak yang baru lahir mendapat jatah bantuan
Negara.
Umar juga pernah menikahkan putranya yang masih muda belia dengan tukang susu
yang jujur. Setelah menyaksikan debat seorang nenek-cucu yang ingin mencampur susu
dengan air agar mendapat untung lebih besar. inilah kisah Umar bin Khattab al-Faruq yang
suka blusukan di tengah malam.
Sumber : Setiadi, Gunawan. 1990. Dialektika Hukum dan moral dalam Pembangunan

Anda mungkin juga menyukai