Dosen Pengampu :
Oleh
202210560211027
Ibadah yang diritualkan setiap waktu, hari, ataupun tahunan seperti yang dirangkum
dalam rukun islam dari; sholat, dzikir, puasa dan membayar zakat seharusnya
mengantarkan manusia pada pemahaman terhadap kesempurnaan akan hakikat menjadi
muslim yang kaffah, namun ada sisi sosial berperadaban umat muslim yang harus
dilaksanakan.
D. Filsafat praktis
Memlanjutkan penjelasan di atas, meri menela’ah secara mendalam namun bukan
sekedar dengan kacamata teori filsafat, namun sisi lainnya yakni praktisi.
Dalam rangka mengintegrasikan ajaran fundamental islam ke dalam terapan
kehidupan bermsyarakat, sosial, dan budaya, Muhammadiyah sendiri mempraktikkannya
dalam frame guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari
tampak secara konkrit, usaha dakwah dalam lingkup penyelenggaraan Pendidikan,
pelayanan kesehatan, penyantunan sosial, pemberdayaan masyarakat, peningkatan peran
perempuan, mitigasi kebencanaan, advokasi hukum dan HAM, meningkatkan harkat dan
martabat sumber daya manusia, pemajuan ilmu dan teknologi, pembinaan ekonomi dan
kewira usahaan, pengembangan ukhwah dan kerja sama, memelihara keutuhan bangsa,
banyak lainnya (Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2014).
Maka nampaklah yang di sebut manifestasi dari tuntunan yang ada dari Al-qur’an dan
hadits dalam keduniaan kehidupan sehari-hari. Namun setelah terwujudnya tujuan dari
usaha yang dikejar, munir (1990) mengatan “maka setelah tujuan usaha tercapai maka aka
nada kata terwujud, itu menunjjukkan bahwa manusia boleh mencapai tujuannya dengan
amal usaha sendiri namun pada ahirnya disana tidak terlepas dari campur tangan taqdir
dan kua Allah.
E. Karakteristik Ajaran Islam
a. Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber hukum
Latif (2017) mereangkan dalam jurnalnya bahwa Al-Qur’an adalah sumber
hukum yang pertama, dari firman Allah SWT yang terjaga keasliannya dari intervensi
tangan manusia. sifat dinamis, benar, dan mutlak merupakan karakter dari Al-Qur’an.
Dinamis dalam arti dapat diterapkan di manapun, dan kapanpun, serta kepada
siapapun. Kebenarannya dapat dibuktikan dengan realita atau fakta yang terjadi
sebenarnya atau dibuktikan dengan kebahasaannya. Terakhir, ia tidak diragukan
kebenarannya serta tidak akan terbantahkan.
Karna Al-Qur’an adalah kalamullah dan menggunakan tingkat kesusastraan
Bahasa yang sangat tinggi, dan makna yang tersimpan ada yang implicit (tersirat dan
perlu penggalian makna) dan explicit (sudah jelas) maka dalam mempelajari dan
memahami nya tentu membutuhkan penafsiran. Terkait dengan hal itu, Basri &
Amroeni (2000) menerangkan dalam kajian kritis, objectif, dan komprehensif bahwa
penafsiran itu banyak jenisnya namun selalu mengikuti etika dan kode etik
penafsiran; 1) penafsiran Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, 2) dengan al-sunnah/al-hadis,
3) perkataan sahabat, 4) dengan lugawi/kesusastraan Bahasa arab.
Selain Al-Qur’an, hadirnya al-hadis/al-sunah juga sebagai pelengkap Herdi
(2014) menerangkan Al-hadis adalah hal yang diidhofahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang berisi petunjuk untuk kemaslahatan umat manusia. Dijelaskan lagi bahwa
hadits menurut ahli adalah perkataan (qaul), perbuata (fi’li), segala keadaan nabi
(ahwali), dan sebagian ulama berpendapat termasuk juga semua sejarah nabi yang
rangkum dalam sirah nabawiyah serta termasuk taqrir nabi (pembenaran atau tidak
direspon) terhadap perbuatan dan perkataan sahabat.
b. aspek-aspek ajaran dalam Islam
Dalam perjalan Al-qur’an dan Al-hadis melintasi waktu hingga sekarang, di
ekstrack menjadi disiplin-disiplin dan cabang-cabang Ilmu dari Al-Qur’an dan Al-
hadis/al-sunah agar mempermudah untuk difahami;
i. Akidah : konsrtuksi keimanan sesorang secara total terhadap wujud sang
pencipta, aspek ini bertujuan untuk menstimulasi spiritualisme dalam
wujud penghambaan dan pengabdian kepada Allah SWT (Sabila, 2020)
ii. Syari’ah : secara terminology, syari’ah diartikan sebagai (al-din), sebagai
agama islam itu sendiri yakni; panduan terkai hubungan hamba terhadap
hamba, ataupun tata cara interaksi social terhadap manusia lainnya
(Rahman, 2010).
iii. Muamalah: hukum yanag berkaitan tentang manusia dengan sesamanya
yang menyangkut harta benda dan hak penyelesaian kasus di antara
mereka(Badruzaman, 2018)
iv. Akhlak : prilaku, tindakan dan etika manusia terhadap sesame manusia,
diri sendiri, terhadap Tuhan, semesta alam, hewan. Tentu juga etika
kepada keluarga, masyarakat, etika berpolitik berbisnis, berdagang dan
hubungan antar ras dan suku (Sabila, 2020).
Manhaj tarjih Muhammadiyah sejak tahun 1927 adalah sebuah Lembaga yang
berwenang untuk mengkaji dan memberikan fatwa-fatwa tentang keagamaan dan hukum-
hukum islam. Mulai dari wacana hukum islam, hukum-hukum islam dalam tatanan teoritis
maupun apkilkatif terkait dengan ibadah yang bersifat public atauvprivat (backtiar, 2017).
- Bayani/ Semnatik kebahasaan: hukum yang terlahir dari dalil/hujjah yang sudah
ada dalam Al-Qur’an dan al-hadis.
- Ta’lili (rasionalistik/penalaran) : ini adalah penyelesaian masalah hukum yang
tidak ada dalam Al-qur’an dan Al-sunnah dengan menganalogikan hujjah atau
dalil di permasalahaan yang berbeda namun tapi konteks sama.
- Istishlahi (filosofis-saintifik): menentukan hukum untuk kemaslahatan bersama
yang hujjahnya sama sekali tidak ada dan tidak ada kemiripan konteks dengan
konteks hujjah yang lain.
I. Kesimpulan
Nabi Muhammad merupakan contoh dan teladan terbaik bagi umat Islam dan seluruh
manusia. Beliau memiliki akhlak yang sangat baik, sehingga menjadi panutan bagi setiap
orang. Oleh karena itu, setiap anggota Muhammadiyah diharapkan meniru perilaku Nabi
Muhammad dalam mengamalkan akhlak yang mulia. Sehingga menjadi contoh yang baik,
yang dicontohi oleh orang lain dengan sifat-sifat seperti kejujuran, kepercayaan, dakwah, dan
keberanian. Selain itu, setiap anggota Muhammadiyah harus selalu membersihkan hatinya
agar menjadi orang yang taqwa dengan beribadah secara konsisten dan menjauhi nafsu yang
buruk. Hal ini akan menghasilkan kepribadian yang baik, yang akan membawa kedamaian
dan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Ketika kita meningkatkan ibadah kita kepada
Allah, maka Allah akan memberikan ketenangan dan kedamaian di hati kita. Seluruh aspek
kehidupan akan dijamin dan dibimbing oleh-Nya, hati kita akan terhindar dari melakukan
hal-hal yang dilarang dan selalu dibimbing untuk melakukan kebaikan.
Agama Islam mengajarkan agar setiap orang muslim harus membangun hubungan
persaudaraan yang erat dengan sesama muslim dan juga dengan saudara-saudara yang tidak
seiman ataupun berbeda dengan dirinya. Setiap anggota komunitas Muhammadiyah harus
selalu berpikir secara burhani (mengacu pada teks dan konteks), bayani (berdasarkan fakta
dan rasio), dan irfani (berdasarkan nurani) yang merepresentasikan cara berpikir Islam yang
dapat menghasilkan gagasan dan tindakan yang mencerminkan kesatuan antara orientasi
hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia untuk kemaslahatan umat manusia.
Dengan demikian, hubungan dengan Allah menjadi lebih baik, tercermin dari iman dan
ketakwaannya. Selain itu, hubungan antar-manusia juga menjadi harmonis sebagaimana yang
diwujudkan oleh Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
REFERENSI
Badruzaman Prodi Hukum Ekonomi Syari, D., & Sekolah Tinggi Agama Islam Sabili Bandung,
ah. (2018). Prinsip-Prinsip Muamalah Dan Inplementasinya Dalam Hukum Perbankan
Indonesia Muamalah Principles and their Implementation in Indonesian Banking Law. Jurnal
Ekonomi Syariah Dan Bisnis, 1(2), 109. http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index.
Basri, H & Amroeni (2000). Metodology Tafsir Al-Qur’an Kjian Kritis, Objectif dan
komprehensif. Penerbit Riora Cipta, Jakarta.
Faliyandra, F., Nurul, S., & Kapongan, H. (2019). KONSEP KECERDASAN SOSIAL
GOLEMAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Sebuah Kajian Analisis Psikologi Islam). In
Jurnal Inteligensia (Vol. 7, Issue 2).
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Daftar_organisasi_massa_Islam_di_Indonesia.
Johari, J. (2021). Moderasi Agama dalam Perspektif Fiqih (Analisis Konsep Al-Tsawabit dan Al-
Mutaghayyirat dalam Fiqih serta Penerapannya pada Masa Pandemi Covid-19). An-Nida’,
44(2), 120. https://doi.org/10.24014/an-nida.v44i2.12927
Liana, A., Asrin, A., Musa, F., & Tanjung, A. (2019). ISLAM, IMANDAN IHSANDALAM
KITABMATAN ARBA‘INAN-NAWAWI(STUDI MATERI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI SAW). Tarbiyah: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Agama Islam, no 9(2), 26–44.
Munir, Abdul. (1990). Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dakhlan dan amal Muhammadiyah. PT.
Percetakan Persatuan, Yogyakarta.
Rohmah, A. N., & Zafi, A. A. (2020). Jejak Eksistensi Mazhab Syafi`i di Indonesia. Jurnal
Tamaddun : Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan Islam, 8(1).
https://doi.org/10.24235/tamaddun.v8i1.6325
Rahman, Abdul. (2016). Usull Fiqih. Sinar Grafita Ofset. Jl. Jawa Rowo No. 18 Jakarta 13320,
Jakarta Pusat.
Sabila, N. A. (2020). Integrasi Aqidah Dan Akhlak (Telaah Atas Pemikiran Al-Ghazali). NALAR:
Jurnal Peradaban Dan Pemikiran Islam, 3(2), 74–83.
https://doi.org/10.23971/njppi.v3i2.1211.
Said, R. (2003). Al Hikam Al- Athoiyah Syarah Alhikam Ibn AThaillah Assakandari. Dar-Alfikr,
Damaskus, Syiria.
Umam, K., Faturahman, A., & Saifuddin Zuhri Purwokerto, U. K. (2022). REKONSTRUKSI
BERMAZHAB MASYARAKAT DESA GINTUNGREJA KECAMATAN
GANDRUNGMANGU KABUPATEN CILACAP BERBASIS PESANTREN (Kajian
Terhadap Organisasi Islam Nahdlatul Ulama). Jurnal Pengabdian−, 2(1), 87–95.
https://doi.org/10.24090/sjp.v1i2.6588