A. Kajian Teori
1
“Economic literacy consists of the set of knowledge and
competencies that permit the improvement of personal and social
decisions about various economic problems encountered in daily
life, whether as consumers, vendors, producers, investors, workers
or voters. An important component of economic literacy involves
knowledge of financial aspects or financial literacy….”
Siswa SMA yang belum memiliki literasi ekonomi yang baik mereka
cenderung berperilaku ekonomi yang jauh dari harapan ditandai dengan
melakukan tindakan ekonomi yang tidak didasarkan pertimbangan rasional yaitu
penerapan prinsip dan motif ekonomi dalam kegiatan konsumtif (Haryono,
2012:2). Literasi ekonomi juga penting bagi seorang individu seperti yang
disebutkan dalam APEC Guiedebook on Financial and Economic Literacy in
Basic Education
2
13. Mampu menjelaskan peran pasar modal dalam perekonomian
14. Mampu menganalisis cost and benefit dari transaksi ekonomi
15. Mampu menganalisis cost and benefit dari pengambilan keputusan
16. Mampu menjelaskan peranan pemerintah dalam perekonomian.
17. Mampu menjelaskan anggaran pendapatan dan belanja Negara.
18. Mampu menganalisis dampak inflasi
19. Mampu menganalisis perkembangan industry.
20. Mampu menjelaskan fungsi uang
Pemahaman dasar ekonomi atau disebut literasi ekonomi yang bagus diharapkan
agar siswa memiliki perilaku ekonomi yang baik pula, dari sisi rasional dalam
berkonsumsi maupun dari sisi menabungnya. Siswa lebih memiliki keputusan
yang baik dan memiliki tingkat menyimpan uang untuk masa depan.
3
Keberhasilan pendidikan dalam keluarga ketika anak berada dalam usia
dini, akan sangat mempengaruhi keberhasilan pada pendidikan jenjang
selanjutnya. Berbeda lagi apabila kurangnya kasih sayang atau perhatian keluarga
yaitu orang tua terhadap anak, hal tersebut akan menimbulkan kesukaran pada diri
anak, baik kesukaran dari segi emosional maupun dari segi perkembangan
intelektual anak (Nasrudidin dalam Aditya, dkk: 2013)
2. Pendidikan Ekonomi dalam Keluarga
Orang tua memiliki tugas yang penting dalam keluarga salah satunya
dalam pengembangan nilai-nilai ekonomi kepada anaknya. Nilai ekonomi yang
didapat dari keluarga memiliki pengaruh pada anak ketika dewasa nanti, terutama
juga berpengaruh kepada rasionalitas mereka saat berkonsumsi.
4
baik, 4) Cara membuat keputusan membeli yang bijaksana, 5) Membandingkan
antara harga dan kualitas, 6) Pengembangan semangat berwirausaha. Oleh karena
itu orang tua harus lebih intensif untuk menjadi tauladan bagi anak, didikan yang
baik mengenai ekonomi yang bersifat mendasar bagi anak perlu diterapkan.
Komunikasi yang intens dari orang tua serta upaya dan ajaran yang diberikan oleh
orang tua sangat berguna bagi pendidikan ekonomi anak dikeluarga.
Selain itu pendidikan ekonomi yang dapat dilakukan orang tua salah
satunya mengenai Pemberian dan pembelajaran tentang uang saku kepada anak.
Dengan secara teratur memberikan uang saku yang sedang jumlahnya kepada
anak-anak, orang tua mencapai tiga tujuan sekaligus yaitu: “a) Mereka mengenal
legitimasi kebutuhan keuangan anak-anak, b) Mereka mengembangkan suatu
perasaan tanggung jawab dan pengambilan keputusan, c) Mereka mengajarkan
nilai uang”. Menurur Sani (2015) Indikator dalam Pendidikan Ekonomi Keluarga
adalah: 1. Pemberian contoh nyata dalam aktivitas produktif yang efektif 2.
Pemberian contoh nyata dalam aktifitas ekonomi yang sesuai dengan
kebutuhannya 3. Pemberian penjelasan aktivitas produktif dan ketelitian dalam
pemanfaatan uang 4. Pembiasaan untuk rajin menabung 5. Pembiasaan untuk
berhemat
5
seharusnya diprioritaskan dan mana yang bukan. Nilai-nilai yang ditanamkan
orang tua diharapkan memberikan dampak bagi sikap dan perilaku anak agar
kelak dewasa menjadi pribadi yang memiliki perilaku ekonomi yang baik
sehingga mampu memutuskan pilihan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Motif atribut yang mendasari opini terhadap diri sendiri dan lingkungan
sekitarnya. Menurut Loundon dan Bitta (dalam Wahyono, 2001:201) secara lebih
sistematis memandang gaya hidup sebagai suatu pola unik kehidupan yang
mempengaruhi perilaku konsumsi dan direfleksikan oleh perilaku konsumtif
seseorang. Seseorang yang memiliki gaya hidup yang tinggi akan berpengaruh
pada perilaku konsumsi dan direfleksikan oleh perilaku konsumtif seseorang.
Seseorang yang memiliki gaya hidup yang tinggi akan berpengaruh pada perilaku
konsumsi yang tinggi yang mengarah pada perilaku konsumtif. Karakteristik dari
individu yang memiliki gaya hidup tinggi menurut Swastha (dalam Saputri, 2014)
adalah suka mencari perhatian, cenderung impulsif, kurang rasional, cenderung
follower dan mudah dipengaruhi.
6
Konsepsi gaya hidup dalam ekonomi lebih diarahkan untuk memahami
manusia sebagai pelaku ekonomi dan peranannya sebagai konsumen. Dari
perspektif ekonomi, gaya hidup menunjukkan pada bagaimana sesorang
mengalokasikan pendapatannya, dan memilih produk maupun jasa dan berbagai
pilihan lainnya ketika memilih alternatif dalam satu kategori jenis produk yang
ada. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang
berinteraksi dengan lingkungan (Setiadi, 2003:12).
Gaya hidup yang senantiasa mengalami perubahan ini juga sejalan dengan
perubahan budaya yang berkembang dalam masyarakat di zaman modern ini.
Perubahan yang demikian ini lebih sering terjadi pada Negara-negara berkembang
untuk meniru gaya hidup masyarakat di Negara maju, seperti halnya gaya
berpenampilan yang selalu mengikuti mode yang uptodate. Konsumen yang
memiliki gaya hidup yang sama akan mengelompok dengan sendirinya ke dalam
satu kelompok berdasarkan minatnya dalam menggunakan waktu senggang dan
membelanjakan uangnya.
1. Globalisasi
2. Menjamurnya media massa khususnya TV dengan segala atribut gaya hidup
yang ditampilkan
7
3. Perkembangan mode
4. Peningkatan ekonomi dan pendapatan masyarakat kota yang diiringi dengan
membesarnya segmen menengah
5. Munculnya generasi muda suskes orde baru yang membentuk gaya hidup
sendiri. Menjamurnya Mall, pasar swalayan, fast food, perangkat hiburan,
ATM, kartu kredit, telepon genggam, note book.
6. Majunya merk prestisius, meupakan atribut gaya hidup baru, gaya hidup masa
kini
7. Nilai-nilai baru dan kebiasaan konsumen yang baru.
8
Beberapa sub-variabel dari ketiga variabel yaitu aktivitas, minat, dan opini
disajikan pada tabel di bawah ini.
9
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Keynes (dalam Sukirno, 2005:97)
yang berpendapat bahwa faktor utama yang menentukan konsumsi rumah tangga
adalah pendapatannya (Yd= C+S). Ketika pendapatan seseorang berada di tingkat
yang paling rendah, konsumsinya akan melebihi pendapatan dan konsumsi yang
melebihi pendapatan itu akan dibiayai dengan tabungan yang dilakukan pada
masa lalu. Pada saat pendapatan tinggi, tidak semua pendapatannya digunakan
untuk konsumsi namun sebagian digunakan untuk ditabung.
Menurut ekonom besar yang hidup di Abad 18, Ando Brumberg dan
Modigliani faktor sosial ekonomi seseorang sangat mempengaruhi pola konsumsi
orang tersebut (Supriyanto, 2009:77). Dornbusch dkk (2008:194) juga
menyatakan bahwa keluarga dengan pendapatan lebih tinggi akan mengkonsumsi
lebih banyak dari keluarga dengan pendapatan rendah, dan Negara dengan
pendapatan tinggi umumnya memiliki tingkat total konsumsi yang tinggi pula.
Setiap perilaku individu selalu disebabkan oleh suatu keinginan tertentu
yang disebut dengan motivasi. Motivasi merupakan dorongan jiwa untuk
melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi atau mendapatkan sesuatu yang
diharapkan atau diinginkannya (Ferrinadewi, 2008:11). Wells & Prensky (dalam
Ferrinadewi, 2008:13) mendefinisikan motivasi sebagai proses dimana individu
mengenal kebutuhannya dan mengambil tindakan untuk memuaskan kebutuhan
tersebut. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang
memadai antara keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan atau disukai (Engel
dkk, 2012:283)
Mc Guire (dalam Ferrinadewi, 2008:28) membagi motivasi menjadi dua
kelompok besar yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal.
1) Motivasi Internal
a. Kebutuhan akan konsistensi
Manusia secara umum memiliki keinginan adanya konsistensi dengan
manusia lainnya. Termasuk dalam bagian ini adalah sikap, perilaku, opini,
citra diri dan lainnya.
b. Kebutuhan akan atribut penyebab
Motivasi untuk mendapatkan kejelasan siapa dan apa penyebab dari suatu
peristiwa yang menimpanya. Hal ini terjadi ketika konsumen tidak
10
menghiraukan perkataan tenaga penjualan karena konsumen meyakini
bahwa semua perkataan tenaga penjualan semata-mata didorong oleh
keinginannya untuk menjual produk bukan karena upaya untuk
memberikan solusi kepada konsumen.
c. Kebutuhan akan kategorisasi
Manusia memiliki kebutuhan untuk dapat melakukan penggolongan dan
mengatur informasi atau pengalaman dalam bentuk yang lebih bermakna
baginya. Motif inilah yang menimbulkan kesan dalam benak konsumen
bahwa ketika harga disajikan dalam angka Sembilan maka konsumen akan
menggolongkan harga produk tersebut murah.
d. Kebutuhan akan simbolisasi
Konsumen memiliki kebutuhan untuk mendapatkan simbol yang mampu
menggambarkan apa yang dirasakan dan diketahuinya.
e. Kebutuhan akan sesuatu yang baru
Beberapa konsumen seperti memiliki kebutuhan untuk mencari variasi dan
perbedaan dari yang biasanya ada. Inilah yang seringkali menjadi
penyebab utama terjadinya perpindahan merek dan pembelian impulsif.
Biasanya kebutuhan ini muncul setelah konsumen berada dalam kondisi
yang relatif stabil dalam jangka waktu yang lama.
2) Motivasi eksternal
a. Kebutuhan mengekspresikan diri
Manusia memiliki kecenderungan untuk menunjukkan siapa dirinya
kepada sesamanya. Umumnya diekspresikan melalui tindakan pembelian
dan konsumsi produk yang memiliki kemampuan menciptakan simbol
sesuai dengan simbol kepribadian yang ingin diekspresikan.
b. Kebutuhan untuk asertif
Kebutuhan asertif menggambarkan kebutuhan konsumen untuk terlibat
dalam sebuah aktivitas yang akan meningkatkan rasa percaya dirinya di
mata orang lain. Individu yang memiliki kebutuhan tinggi dalam hal ini
akan dengan mudahnya melakukan complain ketika mendapati sesuatu
yang tidak sesuai dengan harapannya.
c. Kebutuhan pertahanan ego
11
Kebutuhan konsumen untuk mempertahankan egonya. Sudah menjadi sifat
alami manusia, ketika egonya terancam maka secara otomatis akan
muncul tindakan-tindakan defensive baik dalam sikap maupun dalam
perilakunya.
d. Kebutuhan untuk berprestasi
Manusia seringkali akan terdorong untuk melakukan tindakan tertentu
karena adanya penghargaan. Seringkali konsumen membeli produk
tertentu dengan harapan mendapatkan penghargaan atas tindakannya
tersebut. Kebutuhan ini memiliki kemiripan dengan kebutuhan untuk
mengekspresikan diri namun dalam lingkup sosial yang lebih luas.
e. Kebutuhan untuk afiliasi
Manusia memiliki kebutuhan untuk berkumpul dan membentuk hubungan
yang mutual serta saling memuaskan satu sama lain. Kebutuhan ini
seringkali dinyatakan dalam bentuk kebutuhan untuk diterima dan berbagi
dengan orang lain.
f. Kebutuhan untuk meniru
Konsumen terkadang juga memiliki kebutuhan untuk bertindak atas dasar
perilaku orang lain seperti seorang anak kecil yang meniru tindakan orang
dewasa. Kebutuhan ini menggambarkan bahwa manusia senantiasa
berusaha mendapatkan perasaan diterima oleh kelompok referensinya.
a. Faktor-faktor yang Mempengruhi Perilaku Konsumen
1) Faktor pribadi
Faktor pribadi adalah faktor yang unik untuk orang tertentu. Keputusan
pembelian oleh seorang konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.
Faktor pribadi dikategorikan menjadi faktor demografi, faktor situasional, dan
tingkat keterlibatan
12
a. Faktor demografi
Faktor demografi adalah ciri-ciri individual seperti jenis kelamin, umur,
pendapatan, daur hidup keluarga, dan pekerjaan.
b. Faktor situasional
Faktor situasional adalah kondisi eksternal yang ada ketika konsumen
membuat keputusan pembelian. Seringkali seorang konsumen terlibat
dalam keputusan pembelian sebagai akibat dari situasi yang tidak
diperkirakan sebelumnya.
c. Faktor tingkat keterlibatan
Proses pengambilan keputusan yang digunakan konsumen ketika
melakukan pembelian bervariasi. Keterlibatan konsumen pada produk
menunjukkan bahwa bagaimana sebelum mengambil keputusan untuk
membeli suatu produk konsumen mempertimbangkannya. Apabila
konsumen benar-benar mempertimbangakan sebelum mengambil
keputusan untuk membeli suatu produk maka konsumen mempunyai
keterlibatan yang tinggi dan sebaliknya.
2) Faktor psikologis
a. Motivasi
Motif bukanlah hal yang dapat diamati tetapi hal yang dapat disimpulkan
adanya karena sesuatu yang dapat disaksikan. Setiap kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang didorong oleh kekuatan dalam diri orang itu.
Kekuatan pendorong inilah yang disebut dengan motif.
b. Persepsi
Persepsi adalah proses bagaimana seseorang memilih, mengorganisasi,
dan menginterpretasi informasi untuk menciptakan gambaran yang
memiliki arti.
c. Sikap
13
Sikap merujuk pada pengetahuan dan perasaan positif atau negatif
terhadap sebuah obyek atau kegiatan tertentu. Konsumen yang memiliki
sikap yang negatif terhadap praktek pemasaran perusahaan mungkin tidak
hanya menghentikan membeli dan menggunakan produk perusahaan itu,
tetapi juga mendorong orang-orang lain untuk melakukan hal yang sama.
d. Kemampuan dan pengetahuan (Pembelajaran)
Setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda. Kemampuan adalah
kesanggupan dan efisiensi dalam melakukan tugas-tugas tertentu.
Kemampuan yang diamati pemasar adalah belajar. Pembelajaran
merupakan perubahan perilaku seseorang karena informasi dan
pengalaman. Hasil perilaku sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran. Perilaku yang menghasilkan sesuatu yang memuaskan
cenderung diulang lagi.
e. Kepribadian
Kepribadian adalah semua ciri internal dan perilaku yang membuat
seseorang rumit. Kepribadian seseorang berasal dari keturunan dan
pengalaman pribadi.
3) Faktor sosial
a. Keluarga
Dalam kaitannya dengan perilaku konsumen, keluarga mempunyai
pengaruh langsung dengan keputusan pembelian konsumen. Setiap
anggota keluarga mempunyai kebutuhan, keinginan, dan selera yang
berbeda dan setiap anggota keluarga mempunyai peranan yang berbeda
dalam pengambilan keputusan pembelian.
b. Kelompok referensi
Kebanyakan referensi dapat berfungsi sebagai perbandingan dari sumber
informasi bagi seseorang. Perilaku anggota kelompok referensi untuk
14
membeli merek tertentu dapat dipegaruhi oleh kelompok referensi. Sampai
sejauh mana seseorang terpengaruh oleh kelompok referensi sangat
tergantung pada sejauh mana seseorang terlibat dalam kelompok.
c. Kelas sosial
Dalam suatu masyarakat orang-orang dapat dibedakan sesuai dengan
kedudukannya (statusnya). Ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Perbedaan ini menghasilkan kelas sosial yaitu perbedaan masyarakat
dalam kelas-kelas secara bertingkat ada kelas tinggi dan ada kelas yang
lebih rendah. Dasar perbedaannya bermacam-macam, ada yang didasarkan
pada kekayaan, keturunan, pekerjaan atau yang lainnya.
d. Budaya
Seluruh pengaruh kelompok sosial pada perilaku konsumsi seorang
konsumen diawali dari kebudayaan tempat konsumen tinggal. Budaya
mempengaruhi bagaimana seorang membeli dan menggunakan produk
serta kepuasan orang tersebut terhadap suatu produk. Budaya dapat dibagi
menjadi sub budaya sesuai dengan wilayah geografis, ciri-ciri yang
dimiliki oleh masyarakat tertentu atau etnik.
15
DAFTAR RUJUKAN
Aditya, I Gede, dkk. 2013. Pengaruh partisipasi orang tua dalam mendidik di
lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa. (Online)
(http://ejournal.undiksha.ac.id) diakses pada 17 Oktober 2017
Afiati, B. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Kelompok Teman
Sebaya terhadap Perilaku Konsumsi Siswa Kelas XI IPS MAN Sidoarjo,
(Online), (http://www.scribd.com/doc/237640274/PENGARUH-
STATUS-SOSIAL-EKONOMI-ORANG-TUA-DAN-KELOMPOK-
TEMAN-SEBAYA-TERHADAP-PERILAKU-KONSUMSI-SISWA-
KELAS-XI-IPS-MAN-SIDOARJO) diakses 17 Oktober 2017
APEC. 2014. APEC Guidebook on Financial and Economic Literacy in Basic
Education. (Wang Yan, Ed). National Institute of Education Science of
China.
Brotoharsojo, Hartanto dkk. 2005. Psikologi Ekonomi & Konsumen. Bogor:
Bagian Psikologi Universitas Indonesia
Case, Carl E., Ray C. Fair. Tanpa Tahun. Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro.
Terjemahan Berlian Muhammad. 2005. Jakarta: PT Indeks kelompok
GRAMEDIA. Alih bahasa Berlian Muhammad
Dornbusch, R., Fischer, S., Startz, R. tanpa Tahun. Makroekonomi (edisi 10).
Terjemahan Mizarudin, R.I. 2008. Jakarta: PT Media Global Edukasi
Engel James. F, Roger D. Blackwell, Paul W. Miniard 2012. Perilaku Konsumen.
Jakarta : Binarupa Aksara
Ferrinadewi, E. 2008. Merek & Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Furnham, Adrian. 1999. Economic Socialization: A study of adult’s
perceptionsand uses of allowance (pocket money) to educate children.
British Journal of Developmental Psychology, (Online), 17: 585-604,
(http://www.perpusnas.go.id), diakses 18 Oktober 2017
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Haryono, Agung. 2012. Pengembangan Model-Model Pembelajaran Berbasis
Economic Literacy Siswa SMA. Jurnal Penelitian Pendidikan. 1.
(Online): 1-11, (http://jpk.lemlit.um.ac.id), diakses pada 17 Oktober 2017
16
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Ihsan, Fuad. 2011. Dasar-dasar Kependidikan Komponen MKDK. Jakarta: Rineka
Cipta
Kanserina, Dias. 2015. Pengaruh Literasi Ekonomi dan Gaya Hidup terhadap
Perilaku Konsumtif Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi Undiksha
2015. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 5 (1). (Online),
(http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPE/article/download/5213/3943
) diakses 15 Oktober 2017
Kustiandi, Januar. 2012. Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
ekonomi siswa SMA Negeri se Kota Malang. Tesis yang tidak diterbitkan.
UM
Lermitte, Paul. W., Jennifer Merrite. 2004. Agar Anak Pandai Mengelola Uang.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Prasetyo, R.A. 2013. Pengaruh Status Sosial Ekonomi, Literasi Ekonomi, dan
Modernitas Siswa terhadap Pola Konsumsi Siswa Kelas XI IPS SMA
Negeri 1 Talun-Blitar. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FE UM.
Purwanto, Ngalim. 2014. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset
Ridwan, W.A. 2007. Teori Makroekonomi, (Online),
(https://adypato.files.wordpress.com/2010/04/ekonomi-makro.pdf) diakses
19 Oktober 2017
Sani, Mutiara. 2015. Pengaruh pembelajaran ekonomi di sekolah dan pendidikan
ekonomi dalam keluarga terhadap rasionalitas berkonsumsi siswa kelas
XI IIS SMAN 2 Malang tahun ajaran 2014/2015. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Samanta, Aji Eko.2011. Pengaruh Modernitas Individu, Keyakinan Diri (self
efficacy) dan Melek Ekonomi (Economic Literacy) terhadap Gaya Hidup
Siswa Kelas XI IPS di SMA Islam Kepanjen. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Saputri, Desi. 2014. Gaya Hidup Remaja di SMA 2 Tambang Kecamatan
Tambang Kabupaten Kampar. Jurnal Online, (Online), 01 (01): 5,
17
(jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/download/2348/2990), diakses
17 Oktober 2017.
Selang, Rustam AR. 2014. Pengaruh Gaya Hidup dan Intensitas Belajar Ekonomi
terhadap Rasionalitas Berkonsumsi Siswa yang dimediasi oleh Hasil
Belajar Ekonomi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang
Setiadi, J. Nugroho. 2003. Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada
Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen Edisi Revisi. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group
Shohibullana, Imam Hoyri. 2014. Kontrol Diri dan Perilaku Konsumtif pada
Siswa SMA (Ditinjau dari Lokasi Sekolah). Jurnal Online Psikologi,
(Online), 02 (01): 47, (http://ejournal.umm.ac.id), diakses 15 Oktober
2017.
Sina, Peter Garlans. 2012. Analisis Literasi Ekonomi. Jurnal Ekonomia, (Online),
8 (2): 135-143, (http://journal.uny.ac.id) diakses 15 Oktober 2017
Sumarwan, Ujang. 2011. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran Edisi Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia.
Suryani, Tatik. 2013. Perilaku Konsumen di Era Internet. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Supriyanto. 2009. Pengantar Ekonomi Makro. Malng: FE UM
Sukirno, S. 2005. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Soediharto, T. 2001. Perilaku Konsumen. Malang: FE UM.
Varum, Celeste., E. Santos., V. Afrexio. 2014. Recent Trends and New Evidence
in Economics Literacy Among Adults. Journal of Economic and
Economic Education Reasearch, (online), 15 (2): 187-205,
(http://www.alliedacademies.org/articles/recent-trends-and-new-evidence-
in-economics-literacy-among-adulits.pdf) diakses 15 Oktober 2017
Wahyono, Hari. 2001. Pengaruh Perilaku Ekonomi Kepala Keluarga terhadap
Intensitas Pendidikan Ekonomi di Lingkungan Keluarga. Disertasi tidak
diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Wulandari, Dwi., Bagus Shandy N. 2015. Pengaruh Pendidikan Ekonomi dalam
Keluarga terhadap Perilaku Konsumsi Mahasiswa. Universitas Negeri
18
Malang: Prosiding Seminar Nasional 785-788. (Online)
(http://eprint.uny.ac.id) diakses 18 Oktober 2017
19