PENDIDIKAN
SENI RUPA
TENTANG PENULIS
Seni Rupa merupakan sebuah karya yang luar biasa untuk dipelajari, dengan seni rupa kita
bisa berkarya yang luar biasa, yang terlahir dari tangan-tangan terampil karya Allah SWT.
Pendidikan seni rupa sangat penting diterapkan kepada setiap manusia, karena dengan seni
rupa manusia siap menghadapi kehidupan nyata.
K
esign
Design
Copma
enter
opy
D
Penulis:
Anggy Giri Prawiyogi
Dilarang memperbanyak dan/atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
apapun, baik secara elektronis maupun mekanis termasuk memfotocopy, merekam atau dengan
teknik penyimpanan lainnya tanpa izin tertulis dari penerbit.
ISBN : 978-602-0703-25-1
ASI
penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,. salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada
Nabi Muhamad SAW. Terima kasih pula kepada ayah dan ibunda tercinta yang
senantiasa terus mendoakan setiap waktu, sehingga modul yang berjudul ‘’Pendidikan
Seni Rupa’’ ini dapat diselesaikan. Pemahaman tentang dasar-dasar pendidikan seni
rupa diperlukan guru baik untuk menyusun silabus dan rencana pembelajaran (RPP),
menyiapkan pembelajaran, maupun untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Modul ini berisi uraian yang ringkas mengenai wawasan seni rupa, konsep dasar
seni rupa, jenis karya seni rupa, peranan seni rupa, metode pembelajaran seni rupa di
SD, perkembangan seni rupa anak SD, pengertian dasar estetika, dan kreativitas
perkembangan dan permasalahan seni rupa yang diperlukan mahasiswa PGSD untuk
mengajar dan mengembangkan kreativitas seni rupa. Semoga materi yang terdapat
dalam buku ini dapat menjadi referensi berharga, yang pada gilirannya turut
mengantarkan dan meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar seni rupa dan
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada para mahasiswa, guru, dan
masyarakat secara umum.
Mohon maaf apabila ada kesalahan kata ataupun penulisan, karena kebenaran
hanyalah milik Allah SWT, kritik pembaca sangat membangun kreativitas penulis.
Terima kasih.
Penulis
buku Pendidikan Seni Rupa ini merupakan salah satu sumber dalam proses
pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Seni Rupa bagi mahasiswa PGSD. Pendidikan seni
rupa merupakan salah satu pelajaran Seni Budaya di samping seni musik, seni tari dan seni
drama atau sering disebut seni teater. Pendidikan seni rupa dapat diartikan sebagai salah satu
cara mendidik tentang keberagaman hasil-hasil karya tangan manusia yang bisa dilihat dan
digunakan sehari-hari dalam kehidupan manusia. Pendidikan seni rupa yang pada umumnya
selalu diterapkan pada tiap sekolahan dimana belajar seni rupa berawal dari tingkat
TK/PAUD hingga perguruan tinggi, tak luput kita belajar seni rupa. Banyak disekeliling kita
hasil-hasil dari seni rupa tetapi kita tidak sadar akan hasil dari seni rupa tersebut. Maka dari
itu modul ini bertujuan untuk meningkatkan pelajaran yang berlangsung pada kegiatan
pembelajaran di sekolahan umumnya, khuisusnya di tingkatan Sekolahan Dasar.
Guru seni rupa dituntut untuk mengembangkan pembelajaran secara lebih
professional, yang secara umum mencakup perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Modul ini dimaksudkan untuk memberikan pendalaman tentang aspek-aspek pembelajaran
seni rupa serta ruang lingkup seni rupa yang di dalamnya terdapat berbagai cara untuk belajar
seni rupa sehingga peserta didik tidak jenuh dan tidak monoton belajar seni rupa, sehingga
dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi peserta pendidikan profesi guru.
Berdasarkan pemaparan di atas maka modul ini mencakup sembilan bab sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan,
Bab II Wawasan Seni Rupa,
Bab III Konsep Dasar Seni Rupa,
Bab IV Jenis Karya Seni Rupa,
Bab V Peranan Seni Rupa,
Bab VI Metode Pembelajaran Seni Rupa di SD,
Bab VII Perkembangan Seni Rupa Anak SD,
Bab VIII Pengertian Dasar Estetika, dan
Bab IX Kreativitas Perkembangan dan Permasalahan Seni Rupa.
Dengan pembelajaran modul ini, mahasiswa PGSD diharapkan mampu mencapai
kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan berbagai fungsi atau manfaat pembelajaran seni rupa dalam pendidikan,
b. Mendeskripsikan tahap-tahap dan karakteristik gambar anak-anak sebagai landasan
pembelajaran seni rupa,
c. Mampu mengembangkan bakat dan kreativitas sehingga menciptakan karya-karya baru
dalam seni rupa,
1
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
d. Mendeskripsikan kaidah-kaidah pelaksanaan pembelajaran seni rupa,
e. Mengetahui jenis-jenis seni rupa,
f. Mengembangkan metode dan bahan ajar seni rupa di SD,
g. Mengetahui peranan seni rupa yang diterapkan oleh guru terhadap peserta di Sekolah
Dasar,
h. Mengetahui perkembangan seni rupa dari dulu sampai sekarang,
i. Mendeskripsikan pengertian esttika, serta
j. Mengembangkan kreativitas seni rupa dan megetahui permasalahan seni rupa.
2
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
2
wawasan seni rupa
secara Umum, Pengertian Seni Rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni
dengan media yang ditangkap oleh mata dan dirasakan dengan rabaan. Seni rupa juga
diartikan sebagai hasil ciptaan kualitas, hasil, ekspresi, atau alam keindahan atau segala hal
yang melebihi keasliannya serta klasifikasi objek-objek terhadap kriteria tertentu yang
diciptakan menjadi suatu struktur sehingga dapat dinikmati menggunakan indera mata dan
peraba.
Pengetahuan merupakan tindakan yang berkembang dan tidak statis. Ketika kita
belajar, kita terus mengubah pemahaman kita tentang dunia. Apa yang saya pikirkan hari ini
pasti akan berubah ketika saya mendapat lebih banyak informasi esok hari. „‟carilah ilmu
sampai ke Negeri Cina‟‟ itulah pepatah untuk memacu kita supaya tak hentinya kita mencari
ilmu dan mengamalkannya, karena dengan ilmu kita menjadi tahu, dengan ilmu kita menjadi
bermutu, dengan ilmu pasti diri kita akan maju. Pengetahuan yang sering menjadi fokus
pelajaran di sekolaha seharusnya menjadi batu loncatan bagi siswa untuk mengeksplorasi
gagasan tentang hubungannya dengan dunia. Dengan kata lain, pengetahuan tidak bersifat
pasti. Karena para ilmuwan terus mengeksplorasi alam semesta, dengan sendirinya teori-teori
mereka berkembang dan berubah.
Pengertahuan seseorang bukan merupakan ringkasan verbal dari p[engetahuan orang
lain, melainkan reporter pikiuiran-pikiran, tindakan-tindakan, hubungan-hubungan dan
perasaan-perasaan orang itu sendiri. Dengan dasar pemikiran seperti ini, guru dapat berperan
di kelas dengan membuat para siswanya bekerja secara aktif dengan pengetahuan dan bukan
sekedar meniru pengetahuan orang lain. Di sinilah peranan penting seni.
3
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
2. Garis
Garis adalah unsur seni rupa sebagai hasil dari penggambungan unsur titik.
Berdasarkan jenisnya, garis dibedakan dari garis lurus, panjang, lengkung, pendek, vertikal,
horizontal, diagonal, berombak, patah-patah, siral, putus-putus dan lain-lain. Macam-macam
garis tersebut akan menimbulkan kesan-kesan tertentu seperti garis lurus berkesan tegak dan
keras, garis patah-patah terkesan kaku, garis lengkung berkesan lembut dan lentur, dan garis
spiral berkesan lentur.
Selain itu, garis juga memberikan kesan watak sehingga dapat digunakan sebagai
perlambaan misalnya..
Garis tegak melambangkan keagungan, kestabilan.
Garis halus, melengkung-melengkung berirama mengesankan kelembutan kewanitaan.
Garis miring, melambangkan akan kegoncangan, gerak, tidak stabil.
Garis tegas, kuat, terpatah-patah mengesankan atau melangmbangkan kekuasaan.
Sedangkan, berdasarkan wujud garisnya yaitu sebagai berikut:
Garis nyata, ialah garis yang dihasilkan dari coretan atau goresan lengkung.
Garis semu, yaitu garis yang muncul karena terdapat kesan balance pada bidang, warna
atau ruang.
3. Bidang
Bidang adalah pengembangan garis yang membatasi suatu bentuk sehingga dapat
membentuk bidang yang melingkupi dari beberapa sisi. Bidang memiliki sisi panjang, dan
lebar dengan memiliki ukuran.
4. Bentuk
Bentuk adalah unsur seni rupa dari gabungan berbagai bidang. Bentuk dikelompokkan
dalam 2 macam yaitu sebagai berikut:
a. Bentuk Geografis, ialah bentuk yang terdapat ilmu ukur seperti
1). Bentuk kubistis, contohnya kubus dan balok.
2). Bentuk silindris, contohnya tabung, bola dan kerucut.
b. Bentuk Nongeometris, adalah bentuk yang meniru bentuk alam, seperti hewan, manusia
dan tumbuhan.
5. Ruang
Ruang adalah unsur seni rupa dengan dua sifat. Dalam seni rupa dua dimensi, ruang
besifat semu sedangkan dalam seni rupa tiga dimensi, ruang bersifat nyata. Ruang juga
digolongkan menjadi dua yaitu Ruang dalam bentuk nyata, seperti ruangan kamar, ruangan
patung. Ruangan dalam bentuk khayalan (ilusi) seperti ruangan yang terkesan dari lukisan.
6. Warna
Warna adalah unsur seni rupa yang menimbulkan kesan dari pantulan cahaya pada
mata. Warna dikelompokkan dalam beberapa macam yaitu sebagai berikut:
Warna Primer, adalah warna dasar yang tidak diperoleh dari campuran warna lain. Warna
primer terdiri dari warna merah, kuning dan biru.
Warna Sekunder, adalah warna yang dapatkan dari campuran dua warna primer dalam
takaran tertentu.
4
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
Warna Tersier, adalah warna yang didapatkan dari pencampuran warna sekunder
Warna Analogus, adalah deretan warna yang letaknya berdampingan dalam satu lingkaran
warna atau berdekatan, seperti deretan warna hijau ke warna kuning.
Warna Komplementer, adalah warna yang kontras dan letaknya bersebrangan yang
dibentuk dalam satu lingkaran warna, misalnya warna merah dengan hijau, warna kuning
dengan warna ungu.
7. Tekstur
Tekstur adalah sifat dan keadaan suatu permukaan bidang atau permukaan benda pada
sebuah karya seni rupa. Setiap benda memiliki sifat permukaan yang berbeda. Tekstur dapat
dibedakan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata adalah nilai raba yang sama
antara penglihatan dan rabaan. Sedangkan teksur semu adalah kesan yang tidak sama antara
penglihatan dan perabaan.
8. Gelap Terang
Gelap terang adalah unsur yang bergantung dari intensitas cahaya. Semakin besar
intensitas suatu cahaya maka semakin terang, sedangkan semakin kecil intensitas cahaya,
maka akan semakin gelap. Dalam karya seni rupa dua dimensi, unsur gelap terang dibuat
menurut gradiensi dan pemilihan warna yang ada.
5
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
Setiap manusia pasti berkomunikasi dengan bahasa karena merupakan sarana
komunikasi paling efektif dapat dengan mudah dimengerti. Namun bahasa memiliki
keterbatasan karena tidak semua bahasa dapat dimengerti seluruh orang didunia ini karena
bahasa setiap negara berbeda-beda, maka dari itu dibutuhkan bahasa universal yang
digunakan untuk berkomunikasi di seluruh dunia ini. Berdasarkan pernyataan tersebut, seni
diyakini dapat berperan sebagai bahasa universal. seperti affandi yang berkomunikasi ke
seluruh dunia dengan lukisannya, Shakespare berkomunikasi dengan puisi-puisinya.
Berdasarkan dari contoh nyata tersebut, seni dapat menembus batasan-batasan verbal, maupun
perbedaan lahiriah setiap orang.
c. Fungsi Sosial di bidang Pendidikan
Dalam arti luas, pendidikan adalah suatu kondisi yang bertransformasi yang
mengakitkan kondisi tertentu menjadi lebih maju. Seni dapat memberikan pendidikan karena
dari setiap pertunjukan seni terdapat makna yang disampaikan. Seni bermanfaat untuk
membimbing dan mendidik mental dan tingkahlaku seseorang berubah menjadi kondisi yang
lebih maju dari sebelumnya. Dari ha ini, bahwa seni menumbuhkan pengalaman estetika dan
etika.
d. Fungsi Sosial Seni dibidang Rohani
Menurut Kar Barth bahwa keindahan bersumber dari Tuhan. Agama merupakan salah
satu sumber insiperasi seni yang berfungsi untuk kepentingan keagamaan. Pengalaman-
pengalaman religi menggambarkan bentuk nilai estetika.
Tidak hanya itu fungsi nya seni dapat dilihat dibawah ini:
Memuaskan batin seniman penciptanya atau memberikan kepuasan tersendiri
Memberikan keindahan yang dinikmati secara luas berdasarkan penilaian yang berbeda.
Menyampaikan nilai-nilai budaya dan ekspresi seniman
Sebagai benda kebutuhan sehari-hari atau benda praktis
Sebagai media atau alat untuk mengenang suatu peristiwa tertentu
Sebagai sarana ritual keagamaan.
6
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
2. Macam-Macam Seni Rupa Berdasarkan Massanya
Seni Rupa Tradisional, adalah seni rupa yang dibuat dengan pola, aturan, atau pakem
tertentu sebagai pedoman dalam berkarya seni dan dibuat berulang-ulang tanpa merubah
bentuk aslinya. Aturan-aturan umum terkait dengan penciptaan bentuk, ola, corak,
penggunaan warna, bahan dan ukuran, Aspek-aspek berkarya seni seni rupa tradisional
misalnya masih dipertahankan secara turun-temurun, dari generasi ke generasi sampai
sekarang. Sehingga seni rupa bersifat statis, sejak dulu hingga sekarang bentuk dan coraknya
tidak mengalami perubahan.
Seni Rupa Modern, adalah karya seni yang ditandai dengan munculnya kreativitas
untuk mencitakan hal yang baru yang belum pernah ada sebelumnya. Unsur kebaharuan
menjadi sangat penting dan harus ada untuk memberikan karya seni rupa modern yang
mengutamakan aspek kreativitas dalam berkarya sehingga tercipta suatu karya yang baru.
Sehingga seni rupa modern bersifat lebih individualis. Contoh seni rupa modern berupa
lukisan, grafis, patung dan kriya.
Seni Rupa Kontemporer, adalah karya seni yang pemunculannya dipengaruhi oleh
waktu dimana karya seni tersebut diciptakan. Seni rupa kontemporer bersifat kekinian dan
temporer yang diangkat dari seni rupa kontemporer mengenai situasi dan kondisi saat karya
tersebut diciptakan yang biasa untuk ekspresi pribadi seniman dan mengungkapkan daya
fantasi, imajinasi, maupun dengan cita-cita harapan yang dikaitkan mengenai situasi dan
kondisi kapan karya tersebut diciptakan.
3. Macam-Macam Seni Rupa Berdasarkan Fungsinya
Seni Rupa Terapan, adalah seni rupa yang dihadirkan dari tujuan praktis. Karya yang
digunakan dari benda-benda dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat, seperti senjata, poster,
keramik, rumah dan lain-lain.
Seni Rupa Murni adalah karya seni rupa yang diciptakan bukan untuk tujuan
digunakan melainkan untuk mengungkapkan ide dari penciptanya dan hanya mengutamakan
nilai keindahan. Seni rupa terapan, bebas untuk semua orang dalam mengungkapkan
keinginan, harapan, impian, khayalan dalam karya seninya.
7
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
3
KONSEP DASAR SENI RUPA SD
A. KONSEP SENI
1. Pengertian Seni
Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun
dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata “sani”
yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Mungkin saya memaknainya
dengan keberangkatan orang/seniaman saat akan membuat karya seni, namun menurut kajian
ilmu di eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang atau
karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna ini, karena
kenyataannya kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan semakain memperkeruh
suasana kesenian, biarlah orang memilih yang mana terserah mereka.
Seni adalah proses yang sengaja mengatur unsur-unsur dalam suatu cara yang menarik
indra atau emosi. Ini mencakup berbagai macam kegiatan manusia, ciptaan, dan cara
berekspresi, termasuk musik, sastra, film, patung, dan lukisan. Makna seni ini dibahas dalam
cabang filsafat yang dikenal sebagai estetika.
8
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
hilang ditelan masa. Jika membuat karya seni memiliki tujuan estetik atau keindahan,
hendaknya orang yang menikmatinya turut berlatih juga untuk berbuat sesuatu yang indah dan
terpuji. Maka layaklah seorang seniman mendapat penghargaan ketika ada anak yang berbuat
sesuatu kebaikan jika terpengaruh (menangkap amanat) cerita film, novel, syair lagu, dll.
Tetapi sebaliknya, siapa yang bersalah jika kelakuan tidak baik diakibatkan oleh pengaruh
cerita film atau buku-buku yang tidak mendidik? Seni bersifat universal, artinya seni tidak
mengenal batasan waktu, bangsa, bahasa, dll. Sebagai contoh, semua orang yang berlainan
bahasa akan tertawa terbahak-bahak ketika melihat tingkah laku badut sirkus yang sangat
lucu. Atau seorang yang melihat gambar karikatur akan tersenyum tanpa mengetahui siapa
pembuatnya.
9
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak memiliki
keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Beberapa aspek penting yang perlu mendapat perhatian dalam pendidikan seni antara
lain: aspek grahita, aspek garapan, aspek tata kesungguhan, kepekaan, daya produksi,
kesadaran berkelompok, dan daya cipta. Pendidikan seni adalah segala usaha untuk
meningkatkan kemampuan kreatif ekspresif anak didik dalam mewujudkan kegiatan
artistiknya berdasrkan aturan-aturan estetika tertentu. selain itu, pendidikan seni di SD
bertujuan menciptakan cipta rasa keindahan dan kemampuan mengolah menghargai seni. Jadi
melalui seni, kemampuan cipta, rasa dan karsa anak di olah dan dikembangkan. Selain
mengolah cipta, rasa dan karsa seperti yang diterapkan di atas, pendidikan seni merupakan
mengolah berbagai ketrampilan berpikir. Hal tersebut meliputi ketrampilan kreatif, inovatif,
dan kritis. Ketrampilan ini di olah melalui cara belajar induktif dan deduktif secara seimbang.
Dunia anak adalah dunia bermain. Salah satu fungsi seni adalah sebagai media
bermain. Oleh sebab itu, aktivitas berolah seni dapat dikembangkan melalui bermain. Melalui
bermain kemampuan mencipta atau berkarya, bercita rasa estetis dan berapresiasi seni
diperoleh secara menyenangkan. Melalui kondisi yang menyenangkan seperti ini, anak akan
mengulang setiap aktivitas belajarnya secara mandiri dan akan menjadi kebiasaan dan
keinginan terhadap seni.
10
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil
keputusan- keputusan secara mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan
sesorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan akhirnya
dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. (Sternberg, Saloveri dalam Tolopan; 1997)
Menurut Pitcer (1982) mengatakan kemampuan membina hubungan bersosialisasi
sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Dengan seni rupa akan
membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam
pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka. Anak-anak dengan
kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar
kelompok dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial
yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya.
Menurut Goleman (1995) mengatakan bahwa idealnya seseorang dapat menguasai
ketrampilan kognitif sekaligus ketrampilan sosial emosional.Melalui bukunya yang terkenal
“Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran spektrum kecerdasan, dengan
demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli.
Perkembangan Kognitif tidak dating dengan sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan,
kurikulum yang disusun berdasarkan atas taraf perkembangan anak. Serta harus dapat
memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan senirupa di
sekolah.
11
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
Faedah pendidikan seni, sebagaimana dikemukakan Vincent Lanier (1969) adalah:
a. Memberikan kontribusi terhadap perkembangan individu,
b. Memberikan pengalaman yang berharga (pengalaman estetik),
c. Sebagai bagian yang penting dari kebudayaan.
12
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
4
Jenis karya SENI RUPA
13
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
- Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil dan
kematangan syaraf.
- Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita
dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.
- Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder
dan tersier.
- Mengendalkan estetika keindahan warna.
- Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting :
- Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu),
- Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi).
Bahan yang diperlukan: kertas gambar, hvs, atau sejenisnya, bubur terigu, pewarna,
kertas Koran bekas, dll.
Prosedur pengerjaan:
a. Letakkan kertas gambar atau sejenisnya di atas alas Koran
b. Selanjutnuya letakkan bubur terigu di atas kertas gambar tersebut secukupnya. (bubur
terigu dibuat dari 2 bagian tepung terigu dicampur 5 bagian air, diaduk rata, selanjutnya
dipanaskan di atas api sampai „‟matang‟‟.
c. Campurkan pewarna pada bubur yang diletakan pada kertas, kemudian aduk hingga rata.
d. Mulailah menggambar dengan jari-jari tangan dengan cara menekan menarik, mendorong,
menyeret, bubur bewarna pada kertas tadi.
3. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi juga
mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak selagi mereka belajar melukis.
Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak yang berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang
digunakan untuk melukis pada anak usia dini biasanya cat air, cat minyak, finger painting, dan
lain-lain.
Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil bercakap-cakap
dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan adalah tentang warna-warna yang
mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan mencampurkan warna-warna, anak-anak itu
bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan
semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang
bersifat pribadi dalam lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, ciri khas kelompok
umur mereka adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubu-ngan dengan
hidup mereka sendiri. Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang muram,
sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh warna.
Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkanide-
ide.
14
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
5. Membatik Sederhana
Bahan dan alat yang diperlukan: lilin, krayon, pewarna, kertas, kuas sederhana, tempat
air/pewarna, dan Koran bekas.
Prosedur pengerjaanya:
a. Membuat kuas sederhana dari kapas dengan lidi atau tusuk sate sebagai tangkainya. Kuas
itu dibuat dengan cara melilitkan sejumlah kapas pada salah satu ujung lidi atau tusuk
sate, besarnya kurang lebih sebesar ibu jari orang dewasa. Supaya tidak lepas, ujung lilitan
kapas diikat dengan tali atau benang. Buat 3 buah kuas.
b. Menyiapkan pewarna. Pewarna yang dapat digunakan pada kegiatan membatik sederhana
ini ada yang tergolong pada pewarna buatan dan pewarna alam. Yang termasuk pewarna
buatan diantaranya: cat air, ontan/sepuhan (berbentuk serbuk), pewarna kue cair. Kunyit,
daun siji, buah angola, gambir adalah sebagian dari bahan pewarna alam.
c. Membuat gambar. Buatlah gambar dengan lilin di atas kertas yang sudah disediakan.
Kertas yang digunakan diantaranya: kertas gambar, kertas hvs, stensil. Tentu saja gambar
tidak kelihatan.
d. Memunculkan gambar. Letakkan kertas yang sudah digambari di atas kertas koran.
Pulaslah kertas tersebut dengan koas sederhana yang terlebih dahulu dicelupkan pada
larutan pewarna titik. Pemulasan dapat hanya dengan satu warna, bisa pula beberapa
warna tergantung pada pilihan. Bila pada saat menggambar menggunakan lilin penerangan
yang berwarna putih, maka garis-garis gambar akan berwarna putih. Apabila dihendaki
garis-garis gambar berwarna, pada saat menggambari kertas harus menggunakan krayon
berwarna.
6. Mencetak
Mencetak adalah proses memperbanyak suatu gambar atau naskah dengan
menggunakan teknik tertentu diantaranya cetak datar,cetak tinggi,cetak dalam, cetak saring,
cetak copy, dan cetak dengan pintu out.
Mencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak berusia 5 tahun.
Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan idenya sendiri. Entah bagaimana dengan
cara apa seorang anak berusia 5 tahun dalam pembelajaran mencetak anak menemukan bahwa
menepukkan spons yang sudah diberi warna di atas menghasilkan rangkaian pola yang
berulang-ulang (perihal mencetak, merupakan suatu kemungkinan yang menakjubkan untuk
mengulanginya).
Mencetak yang formal membuthkan pelat atau stempel. Stempel tersebut gambar-gambar
yang diukir atau ditimbulkan, yang diberi tinta dan kemudian dipindahkan ke kertas. Stempel
cetak yang paling sederhana terbuat dari Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi
anak didik kita.
Untuk anak-anak usia 5 tahun dan 6 tahun, penting khususnya untuk menyuruh
mereka mencetak dihari yang sama. Dengan cara ini mereka sungguh-sungguh memahami
prosesnya. Semua anak menikmati mengeksplorasi efek-efek yang dihasilkan tekstur ini
ketika pelatnya dicetak.
15
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
7. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya untuk
menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan
dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan
gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan
menggunakannya dengan banyak cara.
Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana dan
mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda
dari obyek-obyek yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat
anak-anak peka pada dunia sekitar mereka.
8. Kolase
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai macam
bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelasbiasanya memilih dan mengatur
potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang
mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri
tentang penggunaan warna, ukuran dan bentuk.
Ada beberapa macam kolase yaitu:
- Kolase dengan kertas dan kain,
- Kolase dengan tekstur.
Prosedur pengerjaan:
a. Buatlah rancangan/gambar yang akan diselesaikan dengan kolase pada kertas gambar
yang disediakan.
b. Jiplaklah bentuk/gambar pada warna sesuai pilihan, potong atau gunting secermat
mungkin. Kemudian tempelkan bentuk/gambar tersebut menggunakan lem pada tempat
yang sudah dirancang tadi. Warna yang digunakan dapat diambil dari kertas warna,
potongan kain, limbah percetakan, limbah alam (daun, kulit pohon dan sebagainya).
9. Montase
Bahan dan alat yang diperlukan: gambar dari majalah/Koran/kalender bekas, atau
reproduksi potret, gunting, cutter, lem.
Prosedur pengerjaan:
a. Potonglah gambar-gambar atau reproduksi potret dari majalah/Koran/kalender bekas, atau
reproduksi potret dari majalah, poster, kalender atau lainnya mengikuti kontur
gambar/potret tersebut. Gambar yang dipotong mungkin hanya bagian tertentu saja.
b. Susunlah hasil guntingan tadi berdasarkan kreasi masing-masing, pada kertas gambar
yang sudah disediakan. Susunan gambar tadi akan menghasilkan suatu susunan betuk
yang baru, kadang-kadang aneh, lucu, dan fantastic. Penyusunannya menggunakan lem.
16
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
Prosedur pengerjaanya:
a. Siapkan adonan pewarnaseperti pada proses batik sederhana.
b. Ambil benang kasur sepanjang 40-45 cm.celupkan sebagian besar benang tersebut
pada larutan pewarna. Kalau larutan pewarna dirasakan terlalu banyak menempel pada
benang, sebaiknya diperas terlebih dahulu.
c. Letakan benang tersebut pada kertas yang sudah diletakan di atas alas koran. Letak
benang bebas tergantung pada pembuat.
d. Lipatlah kertas tadi di tengah-tengah sisi panjagnya.
e. Sambil menenkan kertas dengan salah satu telapak tangan, tariklah benang sampai
keluar dari lipatan kertas. Arah tarikan bebas.
f. Buka lipatan kertas. Gambar apa yang terajadi?
g. Untuk menghasilkan beberapa bentuk dalam satu bidang gambar/kertas, lakukan
kegiatan yang sama seperti di atas. Dengan mengubah letak benang, akan diperoleh
gambar baru.
11. Inkblot
Bahan yang diperlukan pada kegiatan ini hampir sama dengan kegiatan tarikan
benang. Malahan benangnya sendiri tidak diperlukan.
Prosedur pembuatannya:
a. Teteskan warna yang sudah disiapkan terlebih dahulu di atas kertas yang sudah dialasi
Koran berkas.
b. Lipat kertas tersebut pada tengah-tengah sisi panjangnya.
c. Kertas yang sudah dilipat digosok dengan pinggir telapak tangan serta mungkin terutama
pada bagian yang ditetesi pewarna.
d. Buka lipatan kertasnya! Apa yang terjadi?
e. Untuk menghasilkan gambar yang berwarna lebih dari satu, ulangi beberapa kali kegiatan
seperti di atas, tentu saja warna yang diteteskan kemudian harus berbeda dengan warna
sebelumnya.
17
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
Prosedur pembuatannya:
a. Pilihlah penampang yang akan dijadikan acuan cetaknya pelepuh daun atau buah-
buahan.
b. Potonglah penampang bahan acuan cetak itu dengan pisau, cutter atau silet. Potongan
bebas sesuai dengan bentuk yang dikehendaki. Usahakan agar potongan rata.
c. Siapkan pewarna.
d. Mencetakkan acuan cetak kepada kertas yang disiapkan.
15. Monoprint
Alat dan bahan yang diperlukan: rol karet, pewarna, alas pewarna (kaca, permukaan
benda yang rata dan licin), dan kertas.
Prosedur pengerjaanya:
a. Siapkan pewarna. Pewarna pada proses monoprint biasanya lebih kental dan agak lengket
bila disbanding dengan pewarna yang digunakan pada proses cetak lainnya.
b. Siapkan pula rol karet/plastic sederhana bisa dibuat dari bahan yang sederhana pula.
Caranya: siapkan slang plastic yang berdiameter ¾ inchi sepanjang 15 cm, isi bagian
dalam slang itu dengan kayu yang bulat, lubangi masing-masing ujung kayu itu
ditengahnya sebelum setelah sebelumnya dirapihkan dahulu potongannya, gunakan kawat
jemuran yang agak besar untuk as dan sekaligus pegangan rol tersebut.
c. Setelah keadaan pewarna cukup merata pada alasnya, simpan kertas kosong di atsnya.
Jangan ditekan!
d. Gambari kertas tersebut dengan benda yang agak runcing, pinsil, ballpoint, atau yang
lainnya. Tekanan benda tadi akan mengakibatkan warna yang ada pada alas pewarna akan
berpindah menempel pada kertas.
e. Gambar yang terjadi akan terbalik keadaanya.
16. Mosaik
Alat dan bahan yang diperlukan: tripleks, karton, pensil, lem kayu, cutter, potongan
kertas, lempengan kayu, kaca, potongan keramik, marmer, biji-bijian, batu-batuan,
Prosedur pengerjaan:
18
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
a. Buat rancangan, gambar pada kertas yang disediakan.
b. Sediakan bahan yang akan ditempatkan.
c. Tempelkanlah bahan-bahan yang sudah disediakan itu pada tempat yang sudah dirancang.
19
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
20. Menganyam
Keterampilan anyam merupakan kerajinan yang sudah lama berkembang dalam
kehidupan masyarakat. Perkembangan kerajinan ini pada awalnya memiliki bentuk sederhana
sebagai karya seni untuk memenuhi kebutuhan praktis sehari-hari, perkembangan berikutnya
kemudian menjadi benda-benda sebagai hiasan. Bahan-bahan yang digunakan berasal dari
bahan baku alam seperti: bambu, rotan, mending, pandan, maupun bahan buatan (sintetis)
seperti kertas, pita pelastik dan sebagainya. Dari segi jenis motif yang digunakan dikenal
nama-nama motif anyam mata itik, mata kebo, hujan gerimis, daun asam, katuncar mawur
dsb.
20
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
e. Membuat topeng kertas
Topeng dapat dibuat dengan cara: memakai cetakan, tidak memakai cetakan.
Membuat topeng yang memakai cetakan, tentu saja tahap pertama adalah: membuat model
cetakan (dari bahan lunak, misalnya tanah liat, atau plastisin). Setelah itu barulah menempeli
cetakan itu dengan lembaran kecil-kecil kertas koran bekas yang dibasahi terlebih dahulu.
Selanjutnya dibalur lem putih atau kanji untuk kemudian ditempeli lagi potongan kecil kertas
koran secara berulang-ulang hingga tebal. Lapisannya bisa 4 atau 5 lapisan. Setiap lapisan
dibubuhi lem putih. Setelah sehari kering, barulah kita lepaskan topeng itu dari cetakan.
Topeng yang tidak memakai cetakan: siapkan bahan karton tebal (jenis duplek atau
dus bekas) seukuran kuarto/A4 atau selebar wajah. Jiplak dan guntinglah bentuk dasar wajah
itu. Kini karton tersebut tinggal digambari dengan sepidol atau cat untuk bentuk mata, hidung,
dan mulut. Letak bagian-bagian wajah ini harus tepat sesuai dengan wajah yang membuatnya.
Untuk membuat hidung perlu ditambah dengan menempelkan bagian karton lain yang
dibentuk limas segitiga (seperti bentuk hidung). Jangan lupa mata dan hidung dilubangi
dengan pisau. Sebagai langkah terakhir cat lah topeng tersebut sesuai karakternya masing-
masing.
21
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
kebutuhan. Usahakan tali yang dipakai bersifatlentur dan tidak kaku. Di bawah ini ada
beberapa simpul dasar yang bisa kamu pelajari agar bisa memahami bentuk-bentuk seni
kerajinan ini.
1. Simpul-simpul Dasar Dalam Pembuatan Seni Kerajinan Makrame:
a). Simpul Kepala
kerajinan-baru.blogspot.com
Untuk jenis simpul ini diperlukan tali yang bisa direntangkan sebagai tempat
menyimpulkan simpul kepala. Kamu dapat membuat simpul-simpul ini berulang sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan.
22
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
c). Simpul Mati
Cangreud Mulang adalah sebutan simpul mati dalam bahasa sunda, sedangkan Tali
Sorong merupakan sebutan dari istilah simpul hidup. Disebut simpul mati karena ikatannya
sangat kuat sehingga susah dibuka, sedangkan disebut simpul hidup karena ikatannya sama
lumayan kuat, namun sangat mudah untuk dibuka.
Hasil dari simpul ini akan terlihat seperti tangga. Desain bentuk dapat diputar ke
kanan atau ke kiri. Lakukan percobaan terus menerus agar dapat menghasilkan sesuai
keinginanmu.
23
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
e). Simpul Ganda
Cara membuat simpul ganda ini cukup mudah, yaitu cukup menyediakan dua utas tali
yang warnanya berbeda, supaya jalinan kedua utas tali itu terlihat jelas. Di bawah ini kamu
bisa melihat variasi simpul ganda, sedangkan pada gambar yang paling bawah kamu bisa
melihat gabungan antara dua macam simpul.
Simpul ini merupakan rangkaian simpul yang nyaris menyerupai garis bergandengan
dan terputus-putus. Di buat untuk membuat variasi ikatan. Simpul ini dapat di bentuk dalam
berbagai macam variasi, contohnya: diagonal, horizontal dan vertikal. Manfaat simpul
diperuntukkan untuk bisa membentuk suatu variasi ikatan dalam membuat tirai, partisi ruang
atau gordin
24
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
2. Metode dan Cara Pembuatan Seni Kerajinan Makrame
Jika di atas kamu telah mengetahui simpul-simpul dasar untuk bisa memahami seni
makrame, nah berikutnya kami akan membehu metode-metode apa saja untuk membuat seni
kerajinan makrame. Untuk lebih jelasnya, mari simak penjelasannya di bawah ini.
a. Metode 1 Membuat Dasar Makrame
1). Carilah benda yang dapat digunakan sebagai penumpu.
Benda ini biasanya berupa cincin atau barang horizontal. Walaupun makrame di
desain permanen pada penumpunya, alangkah baiknya jika kamu memakai pensil untuk
berlatih. Kamu tidak boleh menggunakan penumpu dan menguntai tali pada sebuah bidang
datar, namun pastikan tali tetap teruntai dan selaras dengan bidang tersebut. Jika kamu ingin
membuat gelang atau kalung, gunakan penarik atau penyambung sebagai tumpuan. Jika bisa
terulur, berarti dapat digunakan.
2). Mulailah mengikat simpul jangkar.
25
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
Posisikan tali pada atas jangkar lalu tekuklah. Ini merupakan cara yang lazim untuk
memulai dan membuat seni makrame. Kamu bisa mendapatkan tali untuk membuat makrame
di toko perlengkapan kerajinan. Tali ini mempunyai bahan yang bagus, tetapi seni makrame
terdapat pada pembentukan simpulnya. Jika tidak ada tali, kamu juga bisa menggunakan
tambang sebagai alternatif pengganti tali.
3). Masukkan sisa panjang tali melewati lingkaran itu. Tarik sisa panjang tali dari satu
sisi menuju sisi lainnya agar lebih mudah.
4). Tarik ke arah bawah pelan-pelan untuk merapikan simpul dan akhirnya simpul
jangkar pun selesai.
Inilah teknik dasar yang bisa dipakai untuk memulai pembuatan apapun, dengan
catatan beberapa variasi standar yaitu:
Setidaknya ada empat utas tali yang dibutuhkan untuk suatu pembuatan makrame.
Akan tetapi jika dalam konisi ini, buat simpul jangkar di dalam simpul jangkar lainnya
atau buat dua simpul jangkar bersebelahan.
Gunakan pola warna untuk dua simpul jangkar yang berseblahan. Contohnya biru-biru-
merah-merah. Tali biru-merah di bagian tengah akan menjadi jangkar tali. Biru akan
menjadi bagian kanan yang akan kamu kerjakan, sedangkn merah akan menjadi bagian
kiri. Dengan begitu, warna-wara pada tali itu akan berbeda.
26
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
Pola warnanya merah-biru-biru-merah, digunakan untuk simpul jangkar yang berada di
dalam simpul jangkar yang ukurannya jauh lebih besar. Tali merah akan menjadi
simpulnya, sedangkan tali biru akan menjadi jangkar tali. Dengan begitu, warna yang
dihasilkan akan sama.
Kamu juga bisa memulainya dengan menyilangkan tali sebelah kiri. Tali manapun
yang akan kamu pilih, hasilnya akan tetap sama yaitu simpul mati. Ini merupakan simpul
dasar yang sering ditemukan dalam pembuatan seni makrame. Jika kamu ingin membuat seni
makrame, maka inilah simpul pertama yang harus kamu kuasai.
2). Masukkan tali yang sebelah kiri melalui lingkaran yang terbentuk oleh tali sebelah
kanan. Sebenarnya hal ini sama dengan cara mengikat sepatu.
27
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
3). Rapikan simpul.
Hal yang perlu kamu perhatikan adalah menarik dengan sama kedua bagian tali agar
simpul berada di tengah. Jiki kamu berhenti sampai di sini, kamu akan mendapatkan setengah
simpul belitan. Dan jika kamu mengulanginya terus menerus, maka hasil yang di dapat adalah
rangkaian spiral.
4). Silangkan tali dari sebelah kiri ke sebelah kanan. Maksudnya, jika kamu
memulainya dari simpul sebelah kanan, maka pola yang di dapat adalah kanan, kiri,
kanan, kiri dan seterusnya.
28
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
5). Masukkan tali sebelah kanan melalui lingkaran yang terbentuk oleh tali yang
sebelah kiri. Perlu diingatkan, simpul sederhana ini dimulai dari sisi yang lainnya.
7). Ulangi pola ini semau kamu. Rangkaian simpul ini disebut dengan “sennit”. Lalu
berapa panjang sennit yang kamu inginkan?
29
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
Simpul pipih ganda merupakan variasi dari simpul mati. Diperulkan empat buah tali
untuk membuat simpul ini. Dalam pembuatannya, mulailah dengan tali terluar dan buat
simpul mati seperti biasa. Kemudian, ambil jangkar tali dan buatlah simpul mati disekitar
simpul luar. Sisakan sedikit ruang diantara kedua simpul agar nampak pola selang seling yang
menarik. Semakin banyak tali yang digunakan, maka semakin menarik pula bentuknya.
Untuk simpul ini kamu hanya membutuhkan dua tali. Tali satu dibagian kanan
berguna sebagai “Tali Pemegang”. Dan tali dua harus diputar berlawanan arah jarum jam.
Setelah itu genggam tali kedua, dan lingkarkan ke bawah tali pemegang. Lalu lingkarkan
kepada tali itu sendiri. Hal ini akan membetuk ikatan pertama.
2). Lingkarkan tali pemegang terhadap tali dua.
Untuk melakukan hal ini, kamu harus bergerak melawan arah jarum jam. Lingkarkan
ke bawah, atas, dan ke bawahnya lagi dengan posisi akhir tali berada di kali
30
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
3). Ulangi sampai panjang yang kamu inginkan.
Hal ini adalah dasar dari simpul yang tak beraturan. Memang hal ini nampak
sederhana, namun dengan mengetahui hal ini kamu bisa membuat lebih banyak simpul
Jika kamu membuat gelang atau kalung, kamu membutuhkan sesuatu yang dapat
dipakai untuk mengaitkannya. Hal yang paling sederhana adalah membuat kancing. Dalam
membuat kancing, ada dua hal yang perlu dipikirkan, yaitu pada bagian awal dan bagian
akhir.
Untuk bagian awal, kamu jangan dulu mengikatkan tali pada simpul jangkar. Agar
bisa menggeser kancing atau manik-manik kamu harus menyisakan ruang terlebih
dahulu. Sedang untuk bagian akhir, kamu cukup menambahkan benda pada seluruh bagian
tali, kemudian ikat dengan sampul dan tambah sedikit lem agar lebih aman. Setelah itu,
potong bagian yang tersisa lalu geserkanlah pada ruang yang kamu sisakan tadi.
31
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
2). Tambahkan hiasan.
Meskipun makrame sudah terlihat indah, namun jika kamu menambahkan perhiasan
pasti akan membuatnya semakin menarik dan indah. Contohnya kamu bisa menambahkan
manik-manik sebagai pelengkapnya. Berikut cara menambahkan perhiasan pada makrame.
Gunakan simpul mati, lalu yang kamu butuhkan adalah empat tali yang akan ditambahkan
manik-manik. Kemudian geserkan manik-manik ke dalam dua tali di tengah lalu ikatkan
dengan simpul mati.
Gunakan manik-manik sebagai tumpuan. Lalu buat simpul dengan dua arah yang berbeda.
Dengan dua set tali, buat simpul semau kamu dan ketika sudah selesai maka ikatkanlah
keduanya secara bersama-sama.
32
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
Membuat sebuah gelang yang dapat kamu pakai dan lepas dengan sangat mudah
sepertinya terlihat susah, namun sebenarnya hal itu sangatlah muda. Cara membutanya adalah
sebagai berikut:
Pertama, kamu harus membuat simpul dengan panjang tertentu dari tali kemudian
tumpangkan pada lingkaran. Lalu ambil sisa pangjang tali kira-kira sepanjang 10 cm dan
buatlah simpul mati pada masing-masing ujung tali.
Setelah membuat simpul mati, masukkkan ujung tali melalui belakang penutupnya.
Dengan bantuan jarum kamu bisa menyelesaikannya dengan lebih mudah. Panjang dari
simpul mati membuat ujungnya akan tetap bersama dan dapat digeserkan ke atas dan ke
bawah.
33
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
5
PERANAN SENI RUPA
memang jika dilihat kembali pengertian seni rupa nan merupakan suatu cabang dari
seni ini seolah-olah membuat peran seni rupa hanyalah sebagian kecil saja dari holistik seni
murni nan bisa diciptakan. Padahal, seni rupa ini memegang peranan nan sangat besar di
dalam kehidupan masyarakat di mana hampir semua peralatan, perabotan bahkan
perlengkapan nan kita gunakan di dalam kehidupan kita rata-rata merupakan produk hasil dari
seni rupa.
Bayangkan saja, apa jadinya kehidupan manusia secara generik jika seni rupa ini tak
pernah ditemukan? Mungkin saat ini kita tak akan mengenal kursi makan di mana kita dapat
menikmati makanan kita dengan nyaman. Atau mungkin, kita masih tidur beralaskan tanah
sebab belum ada seni keramik nan menciptakan berbagai jenis keramik nan menjadi lantai
rumah kita. Tidak hanya itu saja, seni arsitektur nan juga termasuk di dalam pengertian rupa
sesungguhnya mungkin tak akan pernah menemukan berbagai bentuk dan desain bangunan
rumah.
Seni rupa, mau tak mau memegang peranan dan fungsi nan sangat besar dalam
memudahkan kehidupan manusia. Bahkan jika seni desain tak ditemukan, mungkin mobil nan
saat ini kita gunakan hanya berbentuk seperti sebuha gerobak tanpa ada interior desain nan
menarik.
Pengertian seni rupa ini tak hanya bagi para pelajar nan masih duduk di bangku
sekolah. Masyarakat generik pun seharusnya juga mengenal dan mengetahuipengertian seni
rupa nan sesungguhnya. Sehingga dalam penerapan di kehidupan nyata, akan ada lebih
banyak masyarakat lagi nan menghargai hasil seni rupa di dalam kehidupannya.
Setiap karya seni rupa mempunyai fungsi menghias, artinya dengan kehadiran sebuah
karya seni (lukisan) dalam sebuah ruangan dapat menambah semarak suasana ruangan.
Apalagi dengan penempatan yang tepat dapat menjadi penyeimbang dengan objek yang ada di
sekelilingnya. Misalnya penyesuaian dengan penataan kursi, meja, vas bunga, kalau lukisan
itu ditempatkan di ruang tamu. Jadi berfungsi sebagai salah satu elemen dalam
penataan komposisi yang diinginkan. Dalam hal ini fungsi sebuah karya seni rupa tak lebih
adalah sebagai benda pajangan, penghias ruangan. Sekalipun demikian fungsi ini bukan
semata untuk menghias ruangan apalagi kalau itu dimuati dengan tema-tema yang dapat
menarik perhatian bagi pemirsanya misalnya tema-tema tentang dakwah, politik dan masalah
sosial kemasyarakatan lainnya.
Fungsi menghias dimaksudkan adalah karya seni rupa yang diperuntukkan khusus
pada sebuah ruangan misalnya; lukisan buah-buahan ditempatkan di ruang makan, lukisan
34
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
yang menggambarkan keluarga bahagia ditempatkan di ruang keluarga, lukisan kaligrafi dan
masjid ditempatkan di ruang salat atau musallah, lukisan yang berwarna cerah dipajang di
kamar tidur dan sebagainya. Karya-karya tersebut menganut asas keserasian dengan tempat
atau dinding di mana karya itu ditempatkan.
Pada umumnya berbagai bidang seni berfungsi menghibur. Artinya, setelah
kita mengamati sebuah karya seni rupa kita mendapatkan sesuatu yang menghibur, membuat
kita melupakan sejenak problematika kehidupan yang dialami. Kita merasa berada dalam
suatu zona yang aman tenteram terhindar dari rasa resah dan gelisah. Pokoknya kita merasa
mendapatkan sesuatu yang membahagiakan dan menyenangkan. Tidak salah kalau ada
kritikus seni yang mendefinisikan seni adalah sesuatu yang menyenangkan.
Timbul sebuah pertanyaan bahwa terkadang juga kita menikmati sebuah karya seni
rupa kita mendapatkan kesan yang tidak menyenangkan. Kita mendapatkan kesan kasihan,
menjijikkan, menggemaskan, menyedihkan dan sebagainya. Seperti melihat foto-foto, atau
lukisan yang menggambarkan dengan nyata bagaimana penderitaan yang dialami seseorang
yang tinggal di kolom jembatan misalnya. Apakah penderitaan itu disebabkan karena ulah
sendiri maupun penderitaan yang diakibatkan oleh faktor alam seperti tanah longsor, banjir,
erupsi gunung merapi dan sebagainya. Walaupun demikian, karya seperti itu cukup berhasil
dalam hal menggugah hati penontonnya. Dan dengan demikian kita mendapatkan suatu
pencerahan, yang pada akhirnya kita merasa terhibur di samping bisa juga menggerakkan hati
mau berbagi rezki kepada saudara kita yang kurang beruntung.
Banyak karya seni rupa mengangkat tema-tema yang lagi hangat dibicarakan dalam
masyarakat. Hal itu menjadi sumber inspirasi bagi seorang seniman untuk memulai kreasinya,
misalnya mengangkat tema-tema tentang wabah penyakit yang harus diwaspadai, informasi
tentang kebijakan pemerintah dan yang lainnya. Melalui karya seni rupa terkadang informasi
itu lebih efektif dibandingkan dengan lewat pidato dan berupa teks saja, apalagi kalau itu
dibuat jenaka yang dapat membuat orang terhibur. Contoh lain pemberitaan yang lagi hangat
tentang korupsi misalnya, para seniman bisa menjadikannya sebagai tema dalam
karyanya. Tentu tidak secara vulgar menampakkan wajah dari pelakunya. Hal itu untuk
menghindari klaim atau tuntutan dari orang yang bersangkutan. Karya seni yang baik adalah
karya yang tidak secara langsung mengarahkan kritikan kepada seseorang atau sekelompok
saja, tetapi bersifat universal, jadi yang dituju adalah menyangkut karakter kemanusiaan
secara keseluruhan.
Informasi yang disampaikan juga semestinya informasi yang dijamin keakuratan
datanya, kebenaran informasinya, tidak boleh mengandung kebohongan, karena kalau suatu
karya tidak sesuai kenyataan hal itu bisa disebut sebagai kebohongan publik. Karya yang
dimaksud adalah karya aliran realistis bukan aliran surealistis. Aliran surealistis adalah sebuah
penggambaran alam mimpi, khayalan, yang terkadang tidak ditemukan di alam nyata, karena
konsep awalnya adalah memang karya imajinatif, yang sering tidak sesuai dengan kenyataan
misalnya lukisan kuda bersayap, ayam berkaki empat dan sebagainya. Informasi yang
disampaikan lewat karya hendaknya informasi yang mendidik, dan menghibur para
penontonnya. Informasi yang dapat mencerahkan perasaan apresiatornya. Dengan demikian
perlu dihindari informasi yang dapat membingunkan dan meresahkan masyarakat.
35
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
A. Peranan Bagi Anak Usia Dini
Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Dalam
bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak nampak dan terlihat
disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen, berlomba dan
berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa,
mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan.
Dalam kelompok mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan
gagasannya. Apabila anak berhasil berkarya, dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak,
menandakan kegembiraannya. Anak berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa yang
dicapainya perlu mendapat pemahaman/pengertian orang lain. Bermain sangat berguna bagi
perkembangan anak untuk persiapan dalam kehidupan masa dewasa. Permainan dimaksudkan
antara lain : Permainan “membentuk”; melatih anak untuk berkarya. Permainan “fungsi”;
melatih berbagai macam aktivitas fisik. Permainan “peranan”; berguna untuk menyiapkan
anak mampu melakukan peranan dalam kehidupan di kemudian hari. Permainan “menerima”;
berguna untuk memupuk kemampuan menerima kebudayaan.
B. Peranan Guru
Peranan guru di kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dan
memahami karakteristik siswa sebagai anak didik di kelasnya. Dalam melaksanakan kegiatan
kelas guru harus menjadi pengelola, perencana, penyuluh dan perancang program yang baik
dan tuntas. Guru yang simpatik, imajinatif, kreatif dan luas pengetahuannya. Adalah prasarat
mutlak bagi guru sekolah dasar.
C. Peranan Sekolah
Sekolah berperan sebagai tempat membina dan melatih diri melalui pengajaran dan
pendidikan untuk mengatasi segala masalah di masyarakat kelak setelah anak menyelesaikan
sekolah. Di sekolah anak-anak dihadapkan pada tuntutan untuk tetap bersikap teratur
berdisiplin (diam/tenang), memperhatikan petunjuk-petunjuk guru, menguasai seluruh
perangkat.
36
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
6
METODE PEMBELAJARAN
SENI RUPA DI SD
3. Strategi pengelolaan
Strategi pengelolaan berkaitan dengan kegiatan pengelolaan kelas selama
pembelajaran dilaksanakan.
37
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
terpisah dan keterpaduan tidak Nampak walaupun hubungan telah dirancang secara
eksplisit dalam suatu disiplin mata kajian.
b. Fokus pembelajaran masih bersifat sempit karena usaha-usaha untuk memadukan
gagasan-gagasan dalam suatu bidang studi dapat membatasi usaha mengembangkan
hubungan yang lebih menyeluruh dengan bidang studi lain.
2. Model Terjala
Merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Model ini
menekankan hubungan antara dua atau lebih mata pelajaran melalui tema. Pada pembelajaran
senirupa terpadu, model terjala ini dapat memadukan secara intra bidang studi (seni musik,
tari) dan inter bidang studi (senirupa, musik, tari, matematika, ips, ipa, dll).
Keunggulannya:
a. Melalui pendekatan tematik, pembelajaran terpadu model ini memiliki kekuaatn
komprehensif yang tinggi,
b. Membangun motivasi siswa melalui kegiatan pemilihan dan pengembangan tema,
c. Meningkatkan kemampuan wawasan guru tentang suatu konsep secara komprehensif.
Kelemahannya:
a. Membutuhkan waktu yang lama dalam merancang pembelajaran,
b. Ketrampilan seni rupa yang diperoleh siswa kurang optimal,
c. Guru memerlukan kemampuan mengevaluasi proses dan produk pembelajaran agar
perncanaan dan pelaksanaan pembalajaran dapat tercapai secara optimal.
3. Model Terpadu
Model terpadu merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema yang
diangkat dari adanya tumpang tindih tentang konsep ketrampilan dan sikap dalam kurikulum
yang berlaku dari berbagai mata pelajaran atau mata kajian.
Keunggulannya:
a. Mampu membangun motivasi siswa,
b. Mampu mengembangkan aspek sikap pada dampak pengiring dalam pembelajaran,
c. Menghemat waktu,
d. Memiliki kekuatan komprehensif yang tinggi.
Kelemahannya:
a. Membutuhkan kurikulum yang mengacu pada keterpaduan serta kebijakan-kebijakan
pendukung dalam system evaluasi pembelajaran,
b. Membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran dalam merancang model pembelajaran terpadu,
c. Model terpadu merupakan pembelajaran terpadu yang paling rumit.
38
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
pertunjukan, seni multimedia, atau kolaborasi seni. Pembelajaran Pendidikan Seni secara
terpadu meliputi pembelajaran apresiatif dan produktif.
Pembelajaran apresiatif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan apresiasi
terhadap karya seni yang merupakan perpaduan antara dua atau lebih bidang seni, baik secara
langsung maupun melalui media audio-visual, misalnya pertunjukan musik, tari, teater, atau
film. Pembelajaran produktif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan berkarya dan
penyajian seni yang melibatkan dua atau lebih bidang seni, misalnya dalam bentuk seni
pertunjukan atau kolaborasi antar bidang seni.
Alternatif pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Seni sebagai berikut. Sekolah yang
memiliki lebih dari satu guru bidang seni, masing-masing guru memberikan pembelajaran
seni sesuai dengan bidangnya secara terpisah. Siswa memilih salah satu bidang seni sesuai
dengan minatnya. Pembelajaan secara terpadu dilaksanakan dengan kerja sama antara guru-
guru bidang seni yang bersangkutan. Sekolah yang hanya memiliki guru salah satu bidang
seni, guru tersebut melaksanakan pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya, tetapi sedapat
mungkin juga melaksanakan pembelajaran seni secara terpadu, sesuai dengan
kemampuannya.
Materi pokok yang bersifat teoritik tidak diberikan secara terpisah, tetapi secara
integratif dengan materi kegiatan apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni.
Pembelajaran yang bersifat praktek (berkarya) lebih berorientasi pada proses dari pada hasil,
sehingga lebih menekankan usaha membentuk dan mengungkapkan gagasan kreatif dari pada
kualitas komposisi yang dihasilkan.
Dalam pembelajaran Pendidikan Seni, pengembangan sikap memiliki kedudukan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan, dan pengetahuan. Untuk menunjang
pembelajaran materi yang mengarah pada penguasaan keahlian profesional, termasuk
menggambar dengan mistar (menggambar konstruksi), perlu ditunjang dengan program
ekstrakurikuler, sesuai dengan bakat dan minat siswa.
39
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
7
PERKEMBANGAN SENI RUPA
ANAK Sd
40
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
d. Perkembangan Seni Rupa Anak Sekolah Dasar
Setiap guru SD perlu mengenal latar belakang anak didiknya, khususnya landasan
teori tentang dunia kesenirupaan anak yang telah dikembangkan oleh para ahli, agar ia dapat
memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Anak Sekolah Dasar (SD)
berusia sekitar 6 - 12 tahun. Berdasarkan teori tahap-tahap perkembangan menggambar/seni
rupa secara garis besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai dengan
kelas III ditandai dengan kuatnya daya fantasi-imajinasi, sedangkan kelas IV sampai dengan
kelas VI ditandai dengan mulai berfungsinya kekuatan rasio. Perbedaan kedua karakteristik
ini tampak pada gambar-gambar (karya dua dimensi) atau model, patung dan perwujudan
karya tiga dimensi lainnya.
Ada dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa anak-anak. Pertama,
mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan senirupa anak menurut para ahli.
Kedua, mengamati dan mengkaji karya anak secara langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengumpulkan karya anak berdasarkan rentang usia yang relevan dengan teori yang telah kita
pelajari. Melalui kegiatan ini, diharapkan kita bisa memahami perkembangan seni rupa anak
secara komprehensif.
Dalam psikologi perkembangan dinyatakan baha pada rentang kehidupan manusia
khususnya anak ada yang disebut masa keemasan yang dikenal dengan masa peka. Hal ini
dipertegas oleh Piere Duquet (1953: 41) bahwa: “A childre who does not draw is an anomaly,
and particulary so in the years between 6 an 10, which is outstandingly the golden age of
creative expression”. Pada masa peka atau keemasan ini anak harus diberi kesempatan agar
potensi yang dimilikinya berfungsi secara maksimal. Masa peka tiap orang berbeda-beda.
Secara umum, masa peka menggambar ada pada masa lima tahun, sedangkan masa peka
perkembangan ingatan logis pada umur 12 dan 13 tahun (Muharam dan Sundaryati, 1991:
33).
Selanjutnya, untuk terciptanya kesempatan bagi siswa agar dapat melakukan ekspresi kreatif,
maka guru perlu melakukan kegiatan berupa: 1) memberi perangsang (stimulasi) kepada
siswa, 2) guru dapat mempertajam imajinasi dan memperkuat emosi siswa dengan
menggunakan metode pertanyaan yang dikembangkan Sokrates.
Kemampuan siswa kelas rendah dalam membuat gambar tampak lebih spontan dan
kreatif dibandingkan dengan siswa kelas tinggi. Hal ini terjadi karena semakin tinggi usia
anak, maka kemampuan rasionya semakin berkembang sehingga dapat berpikir kritis. Kondisi
ini akan mempengaruhi anak dalam hal spontanitas dan kreatifitas karya. Bila rasionya sudah
berfungsi dengan baik, maka dalam membuat karya seni, misalnya menggambar, mereka
selalu mempertimbangkan objek gambar secara rasional; bentuk yang baik, proporsi yang
tepat, penggunaan warna yang cocok sesuai dengan benda yang dilihatnya.
Sejalan dengan pendapat di atas, sebagai guru pendidikan seni rupa perlu memahami
perkembangan artistik (artistic development) peserta didik. Perkembangan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Masa Coreng-Moreng (Scribbling Period)
Kesenangan membuat goresan pada anak-anak usia dua tahun bahkan sebelum dua
tahun sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan jarinya yang masih menggunakan
41
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
motorik kasar. Hal ini dapat kita temukan anak yang melubangi atau melukai kertas yang
digoresnya. Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu
bentuk objek. Pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik.
Biasanya, tahap pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal
atau horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih
mengunakan moRotik kasar. Kemudian, pada perekmbangan berikutnya penggambaran garis
mulai beragam dengan arah yang bervariasi pula. Selain itu mereka juga sudah mampu
mambuat garis melingkar. Periode ini terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu:
a. corengan tak beraturan,
b. corengan terkendali, dan
c. corengan bernama.
Ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan adalah bentuk
gembar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat membuat corengan
berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi Corengan terkendali ditandai dengan
kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap coretan yang dibuatnya. Hal ini
tercipta dengan telah adanya kerjasama antara koordiani antara perkembangan visual dengan
perkembamngan motorik. Hal ini terbukti dengan adanya pengulangan coretan garis baik
yang horizontal , vertical, lengkung , bahkan lingkaran.
Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng moreng. Biasanya terjadi
menjelang usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan bahasanya anak mulai mengontrol
goresannya bahkan telah memberinya nama, misalnya: “rumah”, “mobil”, “kuda”. Anak-anak
memiliki jiwa bebas, ceria. Mereka sangat menyenangi warna-warna yang cerah misalnya dari
crayon. Kesenangan menggunakan warna biasanya setelah ia bisa memberikan judul terhadap
karya yang dibuatnya. Penggunaan warna pada masa ini lebih menekankan pada penguasaan
teknik-mekanik penempatan warna berdasarkan kepraktisan penempatannya dibandingkan
dengan kepentingan aspek emosi. Pada masa mencoreng, bila anak difasilitasi oleh orang tua
maka akan memiliki peluang untuk melakukan kreasi dalam hal garis dan bentuk,
mengembangkan koordinasi gerak, dan mulai menyadari ada hubungan gambar dengan
lingkungannnya. Hal yang paling penting yang harus dilakukan oleh orang tua dan guru pada
masa ini adalah dengan memberi perhatian terhadap karya yang sedang dibuat anak sehingga
tercipta kemampuan komunikasi anak dengan orang deswasa secara melalui bahasa.
2. Masa Pra Bagan (Pre Schematic Period)
Usia anak pada tahap ini bisanya berada pada jenjang pendidikan TK dan SD kelas
awal. Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambarkan anak biasanya berupa
gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan kepala kemudian pada
bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki. Ciri-ciri yang menarik lainnya
pada tahap ini yaitu telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan
objek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada
hubungan tertentu dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain
yang disenanginya.
42
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
3. Masa Bagan (Schematic Period)
Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk. Gambar
masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah (tampak pada penggambaran pohon di kiri
kanan jalan yang dibuat tegak lurus dengan badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian
kanan rebah ke kanan). Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan
dibuatnya garis pijak (base line)
4. Masa Realisme Awal (Early Realism)
Pada periode Realisme Awal, karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran
perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan objek
dalam lingkungan. Selain itu kesadaran untuk berkelompok dengan teman sebaya dialami
pada masa ini. Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam
menggambarkan objek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya.
Pemahaman warna sudah mulai disadari. Warna biru langit berbeda dengan biru air laut.
Penguasan konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada
garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon. Selain
dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai
dikenal pada periode ini. Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya: anak laki-laki lebih
senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.
5. Masa Naturalisme Semu
Pada masa naturalisme semu, kemampuan berfikir abstrak serta kesadaran sosialnya
makin berkembang. Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap karyanya sendiri.
Pengamatan kepada objek lebih rinci. Tampak jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic
dengan tipe visual. Tipe visual memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak dan
lingkungan, dengan fokus pada hal-hal yang menarik perhatiannya. Penguasaan rasa
perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh objek lebih meningkat. Tipe haptic memperlihatkan
tanggapan keruangan dan objek secara subjektif, lebih banyak menggunakan perasaannya.
Gambar-gambar gaya kartun banyak digemari.
Ada sesuatu yang unik pada masa ini, di mana pada satu sisi anak ekspresi kreatifnya
sedang muncul sementara kemampuan intelektualnya berkembang dengan sangat pesatnya.
Sebagai akibatnya, rasio anak seakan-akan menjadi penghambat dalam proses berkarya.
Apakah gambar ini seperti kucing? Sementara kemampuan menggambar kucing kurang
misalnya.Sebagai akibatnya mereka malu kalau memperlihatkan karyanya kepada sesamanya.
6. Periode Penentuan
Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe individual
makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa
senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi
tanpa bimbingan. Dalam hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama dalam
meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam
kehidupan. Seni bukan urusan seniman saja, tetapi urusan semua orang dan siapa pun tak akan
terhindar dari sentuhan
43
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
E. PERLUNYA PENDIDIKAN SENI RUPA DI SD
Menurut Sternberg ,kualitas emosional yang tampaknya penting, penting bagi
keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan
atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki
kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil
keputusan- keputusan secara mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan
sesorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan akhirnya
dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. (Sternberg, Saloveri dalam Tolopan; 1997)
Menurut Pitcer (1982) mengatakan kemampuan membina hubungan bersosialisasi
sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Dengan seni rupa akan
membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam
pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka. Anak-anak dengan
kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar
kelompok dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial
yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya.
Menurut Goleman (1995) mengatakan bahwa idealnya seseorang dapat menguasai
ketrampilan kognitif sekaligus ketrampilan sosial emosional.Melalui bukunya yang terkenal
“Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran spektrum kecerdasan, dengan
demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli.
Perkembangan Kognitif tidak dating dengan sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan,
kurikulum yang disusun berdasarkan atas taraf perkembangan anak. Serta harus dapat
memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan senirupa di
sekolah.
44
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
8
PENGERTIAN DASAR ESTETIKA
estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika
merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya
dapat merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang
mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen
dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
Istilah estetika berasal dari bahasa latin “aestheticus” atau bahasa Yunani
“aestheticos” yang bersumber dari kata “aithe” yang berarti merasa. “Estetika dapat
didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola. Pola mana
mempersatukan bagian-bagian tersebut yang mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya,
sehingga menimbulkan keindahan.” (Effendy, 1993)
Terdapat beragam ajaran klasik mengenai estetika yang perlu dimuatkan sebagai
landasan penelitian ini, namun sebisa mungkin tidak terlalu menyimpang jauh dari tujuan
komunikasi dan metode analisis, sebagai berikut.
Pandangan Plato tentang keindahan dapat dibagi menjadi dua. Yang satu tentang dunia
idea, sedangkan yang lain nampaknya lebih membatasi diri pada dunia yang nyata. Pandangan
kedua menyatakan bahwa yang indah dan sumber segala keindahan adalah yang paling
sesderhana, yang dimaksud “sederhana” adalah bentuk dan ukuran yang tidak diberi batasan
lebih lanjut berdasarkan sesuatu yang “lebih sederhana” lagi. Oleh karena itu, keindahan
semacam itu bersifat terpilah-pilah. Keindahan semacam itu hanya dapat ditunjukkan,
misalnya warna merah. Kendati begitu, yang majemuk juga dapat dialami sebagai sesuatu
yang indah, jika tersusun secara harmonis berdasarkan sesuatu yang betul-betul sederhana.
Pandangan yang kedua ini punya keistimewaan karena tidak melepaskan diri dari pengalaman
inderawi yang merupakan unsur konstitutif dari pengalaman estetis dan keindahan dalam
pengertian sehari-hari.
Pandangan lainnya yang mendekati pandangan kedua dari Plato tersebut adalah dari
Aristoteles yang menyebutkan bahwa keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan
ukuran, yakni ukuran material. Pandangan ini, menurut Aristoteles, berlaku untuk benda-
benda alam ataupun untuk karya seni buatan manusia. Karya seni yang dibicarakan
Aristoteles terutama karya sastra dan drama. Ia membicarakan karya drama terutama dalam
bentuk tragedi seperti dipentaskan dalam peran-peran diiringi dengan musik dan tarian, titik
pangkal pandangan Aristoteles ialah bahwa karya seni harus dinilai sebagai suatu tiruan dunia
alamiah dan dunia manusia. Aristoteles tidak menyetujui penilaian negatif Plato atas karya
seni, atas dasar penolakannya terhadap teori idea. Dengan karya tiruan, Aristoteles tidak
memaksudkan sekedar “tiruan belaka”.
45
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
Karya seni diharapkan menjadi lambang atau simbol, yang maknanya harus dapat
ditemukan dan dikenali oleh si penggemar karya seni itu, berdasarkan pengalaman sendiri,
entah ia dalam posisi sebagai pembaca, pemain atau pun penonton pandangan paling pokok
dari ajaran Aristoteles, yaitu Katarsis. Artinya pemurnian, yang menurutnya adalah tujuan
karya seni drama dalam bentuk tragedi. Segala peristiwa, pertemuan, wawancara,
permenungan, keberhasilan, kegagalan dan kekecewaan harus disusun dan dipentaskan
sedemikian rupa sehingga pada suatu saat secara serempak semuanya tampak logis namun
seolah tak terduga.
Kupasan yang agak mendekati estetika perenungan adalah yang datang dari Plotinos,
Plotinos mendekatkan pengalaman estetis dengan pengalaman religius, bahkan puncak
perkembangan estetis itu sendiri adalah pengalaman religius yang disebut pengalaman mistik.
Sesuai dengan titik awal filsafat Plotinos (emanasi) semua hal dari Yang Esa dan kembalinya
semua itu kepada Yang Esa lagi, titik akhir pun bukan karunia khusus (rahmat), namun hanya
penyelesaian dari yang awal itu. Meskipun begitu, tidak banyak insan mengalami titik akhir
tersebut karena ia terhambat oleh hyle (materi) yang kurang mengendalikan diri
dalam askesis (latihan).
Secara lebih jauh penelitian dengan analisis semiotika ini mendekati segala
pemahaman tentang estetika yang menitik beratkan pada keselarasan, keseimbangan,
keteraturan dan lainya yang menjadi ciri-ciri khas keindahan. Pendapat Agustinus
menyebutkan bahwa kesatuanlah yang menjadi sumber atau dasar keindahan. Yang lebih
khasnya lagi ialah bahwa menurut ia pengamatan mengenai keindahan mengandaikan dan
memuat suatu penilaian. Artinya apabila kita menilai suatu obyek itu indah, kita
mengamatinya sebagai sesuatu yang sesuai dengan apa yang seharusnya ada didalamnya,
yakni keteraturannya.
Pengertian berikutnya yang lebih membukakan jalan bagi perkembangan modern,
adalah beberapa rumusan keindahan yang datang dari Thomas Aquinas. Seperti “keindahan
berkaitan dengan pengetahuan; kita menyebut sesuatau indah jika sesuati itu menyenangkan
mata sang pengamat, dan mencoloknya peranan subyek.” Kemudian “keindahan harus
mencakup tiga kualitas; integritas atau kelengkapan.., proporsisi atau keselarasan yang benar
dan cemerlang”. Dan yang terakhir “keindahan itu terjadi jika pengarahan si subyek muncul
lewat kontemplasi atau pengetahuan inderawi.”
Secara umum gagasan Thomas merupakan rangkuman segala unsur filsafat keindahan
sebelumnya. Dengan mengajukan peranan dan rasa si subyek dalam proses terjadinya
keindahan, peranan subyek sebenarnya sudah diangkat juga dalam teori Aristoteles tentang
drama. Mereka menggarisbawahi betapa pentingnya pengetahuan dan pengalaman empiris-
apoisteriori yang terjadi dalam diri manusia, yang merupakan titik awal dari kebesaran suatu
karya seni.
Secara umum dapat dikatakan bahwa selama abad ke 20 ini para filsuf barat yang
membicarakan bidang estetika, cukup memperhatikan apa yang disebut pengalaman estetis,
baik dalam diri si seniman pencipta karya seni maupun dalam diri para penggemar seni.
Terdapat penekanan dalam kesatuan antara karya seni yang bersangkutan dengan para
“pelaku” (pencipta dan penggemar ataupun pencipta ulang, seperti dalam musik, drama,
46
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
tarian, malah sastra) : kedua belah pihak merupakan suatu bagian integral dari karya seni yang
ditinjau dari sudut filsafat, sosiologi, psikologi dan sekarang komunikasi.
47
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
9
KREATIVITAS PERKEMBANGAN DAN
PERMASALAHAN SENI RUPA
a. Pengertian kreatif
kreativitas menurut S.C Utami Munandar dapat dibedakan menjadi tiga pengertian :
Pertama, diartikan sebagai kemampuan untuk membuat kondisi baru, dan unsur-unsur yang
ada. Biasanya diartikan sebagai daya cipta, sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal
baru sama sekali. Sebenarnya yang diciptakan itu tidak perlu yang baru sama sekali, tetapi
cukup merupakan gabungan dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Gagasan-gagasan yang
kreatif tidak muncul begitu saja, tetapi membutuhkan persiapan. Pengalaman memungkinkan
seseorang mencipta dengan cara menata, menyusun, atau membaurkan unsur-unsur menjadi
sesuatu yang baru.
Kedua, diartikan sebagai kemampuan menggunakan data atau informasi yang tersedia,
yaitu menemukan jawaban terhadap suatu masalah, yang penekanannya pada kualitas
ketepatgunaan dan keragaman jawaban, makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat
diberikan terhadap suatu masalah, makin kreatiflah seseorang.
Ketiga, diartikan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan,
kemurnian (orisinil) dalam mengembangkan dan memperkaya gagasan. Banyak kegiatan yang
dapat disiapkan/direncanakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan anak.
48
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
kehidupan anak sehari-hari diperlukan kreativitas. Harus berpikir cepat dan tepat,
menyesuaikan diri, menentukan sikap dan sebagainya. Kemampuan-kemampuan inilah yang
harus dikembangkan pada anak.
49
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
d) Guru yang tidak mengenal kreativitas justru akan menghancurkan kreativitas anak.
3. Pengembangan Kreativitas
Dalam membantu mewujudkan kreativitas anak, mereka perlu dilatih keterampilan
tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat
atau talenta mereka. Untuk menumbuhkan motivasi intrinsic pada anak, sebaiknya anak
diberikan kebebasan berpikir dengan menyediakan sarana dan prasarana yang merangsang
minat anak, sehingga dorongan ke arah kreativitas menjadi semakin kuat.
Kreativitas anak dapat dihambat dengan suasana emosional yang mencerminkan rasa
permusuhan, penolakan atau rasa terpisah. Tetapi keterikatan emosional yang berlebih juga
tidak menunjang pengembangan kreativitas anak, mungkin karena kurang memberi kebebasan
kepada anak untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam menentukan pendapat atau
minat. Untuk mewujudkan kemampuan potensial mereka diperlukan pelayanan khusus dari
guru yang memiliki karakteristik khusus dan mendapat pelatihan khusus.
B. Pengertian Empatik
Teori Pemancaran Diri dikemukan oleh seorang sarjana Jerman bernama F. T.
Vischer. Kemudian teori ini dikembangkan oleh Theodore Lipps dalam rangka mencoba
menjelaskan persoalan yang berkaitan dengan pengalaman estetik (seni).
Empati (einfuhlung) merupakan pengalaman dalam peleburan perasaan (emosi)
pengamat terhadap benda seni. Dengan peleburan perasaannya secara mendalam
mengakibatkan jiwa (secara psikis) terhanyut dalam kualitas intrinsik dan ekstrinsik seni.
Sebagai contoh : ketika penonton bioskop, kita seolah turut bermain di dalamnya dan kadang
kala berpihak secara greget pada salah seorang tokoh (yang protagonis misalnya). Hal ini
terjadi karena pemusatan diri (secara emosional) ke dalam kualitas intrinsik benda seni
tersebut. Sehingga “merasa diri kita di dalam” (Read, 1972:38-39). Sebagai contoh lain,
Herbert Read dalam bukunya The Meaning of Art memberikan bagaimana suatu karya
seniman grafis Jepang yang terkenal Katsuchika Hokusai (1760-1849) dapat menimbulkan
empati pengamat (publik seni).
Perhatian kita terhadap karya print Jepang bisa tertuju pada orang-orang dalam perahu.
Kemudian kita merasa simpati kepada mereka dalam menempuh bahaya. Tetapi jika kita
menganggapnya sebagai hasil seni, maka perasaan kita akan terpikat oleh lenggak-lenggok
gelombang yang maha besar itu. Kita seolah-olah berada dalam gerakannya yang menarik.
Kita akan merasa akan tegangan antara kekuatannya yang menggulung ke atas dengan gaya
berat, dan setelah gelombang itu memukul dan membuih maka kita sendiri akan merasakan
seperti dengan amarah menegangkan jari-jari untuk menerkam korban yang ada di bawah kita
(Read, 1972:36-38)
Proyeksi perasaan empati ini bersifat subjektif dan sekaligus objektif. Hal tersebut
disebut subjektif karena pengamat menemukan kepuasan atau kesenangan bentuk objek karya
seni. Sedangkan disebut objektif karena didasarkan pada nilai-nilai intrinsik benda seni itu
sendiri (Sumardjo, 1997).
Dalam empati terjadi pengalaman dalam aliran dinamika kualitas seni yang
mendatangkan berbagai perasaan : puas, penuh, utuh, dan perasaan sempurna dalam
50
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
keselarasan. Rasa puas itu mengalir selama proses pengalaman mengalir dalam alunnya. Oleh
sebab itu pengalaman seni selalu memiliki pola. Suatu pengalaman itu terdiri dari berbagai
unsur pengalaman (visual, audio, rabaan, audio visual, berbagai rasa, pikiran, dan hal-hal
praktis) yang menyusun hubungannya sendiri satu sama lain. Pola hubungan antar inilah yang
memberikan makna pada pengalaman tersebut.
C. Pengertian Imajinasi
Sebagian orang menganggap imajinasi itu penting, tetapi sebagian yang lain mungkin
mengabaikannya. Namun, siapaun yang mempunyai kreativitas, tentu akan meningkatkan
imajinasi sebagai hal yang penting. Ibarat jendela, imajinasi mengantar kita untuk membuka
rumah pikiran kita dan kemudian menggapai dalam-dalam dan jauh-jauh sebuah ide, fakta,
realitas, hinggan fenomena.
Imajinasi merupakan potensi yang dimiliki manusia dan yang menggerakkan hidup
manusia. Melalui imajinasi, manusia memahami dan membentuk dirinya, serta seluruh
kehidupan ini. Begitu pentingnya imajinasi Albert Einstein mengatakan bahwa imajinasi lebih
penting dari pada ilmu pengetahuan. Karena dengan imajinasi yang ada dalam otak, akan
menggugah tubuh kuta untuk mencari tahu semua yang ada dalam imajinasi. Sehingga
munculah ragam ilmu pengetahuan
Mengenai pentingnya imajinasi, Wass (Laily, 2009:83) sampai pada kesimpulan
bahwa imajinasi adalah cara berfikir alami yang menghasilkan perubahan, bahkan sebelum
kita menyadarinya. Berfikir secara sadar melalui latihan berimajinasi memiliki potensi untuk
membantu seseorang meraih cita-cita dalam dunia pendidikan dan dalam kehidupan pribadi.
a. Menggambar Imajinasi.
Untuk memahami apa sebenarnya menggambar itu, kita harus menemukan maknanya
lebih dalam karena lain menggores-goreskan pensil atau kuas dengan jari. Pada hakekatnya
menggambar ini adalah pengungkapan seseorang secara mental dan visual dari apa yang
dialaminya dalam bentuk garis dan warna. Menggambar merupakan wujud pengeksplorasian
teknis dan gaya, penggalian gagasan dan kreativitas, bahkan bisa menjadi ekspresi dan
aktualisasi diri.
Pada intinya, menggambar adalah perpaduan keterampilan, kepekaan rasa, kreativitas,
ide, pengetahuan, dan wawasan. Menggambar bisanya digunakan untuk mengungkapkan
suatu ide. Tidak hanya ide kreatif dari seorang seniman, setiap orang juga seringkali
menggunakan gambar untuk menjelaskan buah pikirannya.
Ada beberapa metode dalam menggambar yang tujuannya mengembangkan kreativitas
dan imajinasi anak, yaitu:
1) Menggambar dengan cara mengamati (observasi)
Anak bisa menggambar dan mewarnai gambarnya sendiri tanpa menjiplak atau dengan
contoh pola. Dengan demikian anak dapat melupakan observasi dengan cara menciptakan,
bereksperimen, dan melampaui kemampuannya.
2) Menggambar berdasarkan pengalaman/kenangan.
Menggambar dengan metode ini lebih memotivasi anak untuk menggambarkan
sesuatu berdasarkan pengalaman dan kenangannya. Saat latihan, guru harus banyak
51
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
menggunakan pertanyaan untuk membantu mereka mengingat detail yang berarti dari
pengalaman mereka.
52
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
perkembangannya, sehingga anak sangat suka membayangkan sesuatu, mengembangkan
khayalannya dan bercerita membagi ide-ide imajinatifnya kepada orang lain, khususnya orang
tuanya.
Berdasarkan hal tersebut, berimajinasi mampu membuat anak mengeluarkan ide-ide
kreatifnya yang kadang kala “mencengangkan”. Hal ini sangat wajar karena seiring
pertambahan usianya, otak anak lebih aktif merespon setiap rangsangan. Di benaknya muncul
banyak pertanyaan yang mendorongnya untuk melakukan banyak pengamatan. Pertanyaan
dan pengamatan yang dilakukannya itu, akhirnya membuat anak merasa nyaman berada di
dalam imajinasinya.
Bagi anak-anak, berimajinasi merupakan kebutuhan alaminya dan bukan bentuk
kemalasan. Imajinasi anak bisa saja lahir sebagai hasil imitasi, meniru dari tayangan yang
ditontonnya atau pengaruh dari dongeng dan cerita yang didengarnya. Namun, imajinasi juga
bisa muncul secara murni dan orisinil dari dalam benaknya, sebagai hasil mengolah dan
memanfaatkan kelebihan dan kemampuan otak yang dianugerahkan Tuhan.
Jika kita mampu mengasah, mengembangkan dan mengelola imajinasi anak, maka
berimajinasi akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kecerdasan kreatifnya, serta
membuatnya lebih produktif karena potensi dan kemampuan imajinatif anak merupakan
proses awal tumbuhkembangnya daya cipta dalam diri anak yang boleh jadi menghasilkan
sebuah kreasi yang menarik dan bermanfaat untuk perkembangan kepribadiannya.
Manfaat imajinasi anak berkaitan erat dengan tumbuh kembangnya kreativitas dalam
diri anak. Berikut beberapa manfaat imajinasi anak bagi perkembangan dan kepribadian anak
sebagai berikut:
1) Terampil berkomunikasi dan bersosialisasi.
Dengan berimajinasi, anak melibatkan kapasitas otaknya, sehingga kecerdasan otak
lebih terasah. Dalam berimajinasi, tentu saja ia sering kali memainkan peran sebagai tokoh
tertentu yang tidak selalu sama, sehingga dalam realitas sehari-hari, ia lebih
mudah berkomunikasi, memerankan perannya sebagai anak, teman bahkan ibu atau guru.
2) Mahir menganalisa, aktif dan berpikir kreatif.
Berimajinasi membuat anak lebih aktif dan kreatif. Imajinasi akan menstimulasi gerak
tubuh, emosi dan kinerja otak anak untuk melakukan sebuah tindakan kreatif.
3) Memperkaya pengetahuan anak.
Dengan berimajinasi, ide-ide kreatif anak semakin bermunculan dan berkembang. Hal
ini akan semakin mengasah dan mendorong rasa keingintahuannya.
4) Lebih percaya diri, mandiri dan mampu bersaing.
Berpetualang di dunia imajinasi membuat anak merasa nyaman, ketika ada dukungan
dan dorongan untuk mengekspresikannya, ia akan merasa percaya diri. Kepercayaan diri ini
akan membuatnya lebih siap dan mampu bersaing di lingkungannya karena secara tidak
langsung keterlibatan emosi, gerak tubuh dan kemampuan otak dalam berimajinasi
membekalinya kesiapan mental untuk bersaing.
5) Memunculkan bakat anak.
Dengan berimajinasi, anak dapat menggali, mengangkat dan memunculkan bakatnya
yang mungkin saja terpendam. Bakat merupakan ciri universal yang khusus, pembawaan yang
53
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
luar biasa sejak lahir yang dapat berkembang dengan adanya interaksi dari pengaruh
lingkungan.
D. Pengembangan Potensi Pada Anak
Pada waktu lahir tiap-tiap individu mendapat bekal berupa kemampuan siap, yang
pelaksanaannya berdasarkan insting. Disamping bekal berupa insting itu, individu mendapat
bekal juga berupa benih, bibit atau potensi yang mempunyai kemungkinan berkembang pada
waktunya dan apabila ada kesempatannya maupun perangsangnya.Potensi inilah yang
sekarang disebut dengan istilah pembawaan. Jadi yang dimaksud dengan anak atau siswa
yang berpembawaan adalah siswa yang memiliki potensi dengan kemampuan berkembang
yang baik, sehingga dapat diharapkan adanya hasil yang memuaskan dalam pencapaian tujuan
pendidikan.
M. Ngalim Purwanto (1984 : 18) mengatakan potensi adalah “seluruh kemungkinan-
kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan yang terdapat pada suatu individu dan selama
masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan)”.
Dari kedua pengertian diatas, potensi dapat dirumuskan sebagai keseluruhan kemampuan
yang terpendam yang ada dalam diri siswa, yang memungkinkan dapat berkembang dan
diwujudkan dalam bentuk kenyataan.
Potensi-potensi belajar yang ada dalam diri seorang siswa tidak sama dengan potensi
yang dimiliki orang lain. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Agus Soejono (1980 : 36)
“Potensi seseorang tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lain. Seorang lebih tajam
pikirannya, atau lebih halus perasaan, atau lebih kuat kemauan atau lebih tegap, kuat
badannya daripada yang lain”.
berdasarkan di atas, jelaslah bahwa potensi itu beraneka ragam, berbeda dan
bervariasi. Potensi seseorang berlainan dengan orang lain dalam jenis dan tinggi rendahnya.
1. Jenis-jenis Potensi Belajar Yang Ada Dalam Diri Siswa
a. Potensi jasmaniah
Potensi jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang normal yang
secara fisiologi berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan. Potensi jasmaniah ini
memerlukan gizi dan berbagai vitamin termasuk udara yang bersih dan lingkungan yang sehat
sebagai pra kondisi hidupnya. Jika kebutuhan ini sebagian tidak tercukupi, maka tubuh orang
yang bersankutan akan lemah, bahkan dapat sakit.
b. Potensi rohaniah
Potensi-potensi rohaniah meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun budi
nurani. Potensi-potensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih, kesadaran akan
keagamaan, dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita sehat dan sejahtera. Di samping itu
juga rohani kita harus tenang, sabar, optimis, mempercayai orang lain, bahkan mencintai
sesama manusia, tidak iri hati, tidak menyimpan rasa benci atau dendam dan sebagainya.
Pembagian potensi diatas didasarkan kepada U. Noorsyan (1980 : 131) membagi
potensi kepada :
1) Potensi jasmaniah; fisik, badan, dan panca indra yang sehat (normal),
2) Potensi piker (akal, rasio, intelegensi, intelektual),
3) Potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan eti-moral maupun perasaan estetis,
54
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
4) Potensi karsa (kehendak, kemauan, keinginan, hasrat atau kecenderungan-kecenderungan
nafsu, termasuk prakarsa),
5) Potensi cipta (daya cipta, kreativitas, fantasi, khayal dan imajinasi),
6) Potensi karya (kemampuan menghasilkan kerja),
7) Potensi budi nurani (kesadaran budi, hati nurani, kata hati).
Ketujuh potensi diatas dapat dikelompokkan kepada potensi jasmaniah dan potensi
rohaniah yang dapat dikembangkan dan diwujudkan manusia seutuhnya dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
55
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
4. Mengembangkan Potensi Siswa SD
a. Pengembangan Pengetahuan pada Usia Belajar
Pengembangan pengetahuan terhadap anak dimulai sejak usia belajar, menurut Neisser
(1976) ada tiga alasan mengapa harus dimulai pada masa dini.
Pertama; pengetahuan awal, memungkinkan pendidik, orang tua dan guru memberikan
pengetahuan padanya sesuai tingkat kemampuan kognisi anak, namun demikian
perkembangan psikologis anak diperhatikan, Menurut J.Byl, Aristoteles, dan Kretshmer
(dalam Sujanto, 1980;69) bahwa anak siap untuk belajar dan mendapat pengetahuan dimulai
pada usia 7 tahun (disebut masa intelek). Pada usia ini sang-anak sudah siap diisi dan dibekali
dengan pengetahuan.
Kedua; anak memiliki keyakinan, kepercayaan, yang semu, dalam arti kata ia butuh
bimbingan rohani dan mental pada usia belajar orang tua dan guru mendapat kesempatan yang
banyak memantapkan keyakinan dan kepercayaan anak untuk mengisi dan membekali dengan
pengetahuan, manakala ia sudah dewasa, ia telah mendapat keyakinan, kepercayaan yang
sangat sukar untuk diubah oleh seorang pendidik, baik orang tua maupun guru di sekolah.
Ketiga; anak memiliki banyak pengharapan terhadap sesuatu, pengharapan-
pengharapan pada diri anak memungkingkan untuk dilakukan, diciptakan melalui
pengetahuan yang diberikan kepadanya.
Kita dapat memberi contoh, tauladan yang banyak kepada anak, yang pada akhirnya
dia dapat menemui pengharapannya, namun pengharapan itu dibekali dengan motivasi
ekstinsik disamping motivasi intrinsic yang telah ada pada diri sang anak.
b. Menyeimbangkan antara Intellegensi dan Emosi
Bukanlah menjadi jaminan bagi seseorang yang memikili intellegensi yang tinggi akan
dapat berkembang tanpa memiliki kecakapan emosional yang tinggi. Akan tetapi bagi
seseorang yang memiliki intellegensi yang tinggi belum tentu memiliki kecakapan emosional
yang tinggi pula.Anak yang berbakat adalah anak yang memiliki intellegensi yang tinggi dan
kecakapan emosional yang tinggi, mereka kelak menjadi orang yang mampu berbuat,
berkarya, aktif, kreatif, dan mandiri.
Kemampuan otak seseorang membutuhkan latihan terus menerus, ia ibarat sebilah
pisau dari besi yang bagus, bila tidak diasah di atas gerinda ia tidak akan tajam.
Pengasahannya tidak dilakukan sekali saja akan tetapi berkali-kali dilakukan. Otak perlu
selalu diasah dengan berfikir, seperti menganalisa, memecahkan masalah, berhitung,
berdiskusi, bermain catur, mengisi teka teki silang, dan lain sebagainnya.
56
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi kurikulum di kelas
yang perlumendapat perhatian (Depdiknas, 2005). Dalam proses belajar mengajar, guru
mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa
untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab uuntuk melihat segala sesuatu yang
terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa.
Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan
dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan
siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada:
a. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan baik jangka
pendek maupun jangka panjang,
b. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai,
c. Membantu perkembangan aspek aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyusuaian
diri.
Demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai
ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu ia bertanggung jawab akan keseluruhan
perkembangan kepribadian siswa ia harus mampu menciptakan proses belajar yang
sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa muntuk belajar aktif dan dinamis dalam
memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan. (Slameto, 2002)
Begitu pentingnya peranan guru dalam keberhasilan peserta didik maka hendaknya
guru mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan
kompetensinya sebab guru pada saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai
pengelola proses belajar mengajar. Sebagai orang yang mengelola proses belajar mengajar
tentunya harus mampu meningkatkan kemampuan dalam membuat perencanaan pelajaran,
pelaksanaan dan pengelolaan pengajaran yang efektif, penilain hasil belajar yang objektif,
sekaligus memberikan motivasi pada peserta didik dan juga membimbing peserta didik
terutama ketika peserta didik sedang mengalami kesulitan belajar.Salah satu tugas yang
dilaksanakan guru disekolah adalah memberikan pelayanan kepada siswa agar mereka
menjadi peserta didik yang selaras dengan tujuan sekolah.
Guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik sosial, budaya maupun ekonomi.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai
pendidik. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi
belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses
belajar dan karenya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai
materi yang disampaikan dengan kata lain guru harus menciptakan suatu konidisi belajar yang
sebagik-baiknya bagi poeserta didik, inilah yang tergolong kategori peran guru sebagai
pengajar.
Disamping peran sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pembimbing artinya
memberikan bantuan kepada setiap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri
yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuan diri secara maksimal terhadap sekolah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Oemar H (2002) yang mengatakan bimbingan adalah proses
pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri
57
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal terhadap sekolah,
keluarga serta masyarakat.
Sehubungan dengan perananya sebagai pembimbing, seorang guru harus:
1) Mengumpulkan data tentang siswa,
2) Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehariu-hari,
3) Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus,
4) Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara individu
maupun secara kelompok, untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak,
5) Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainya untuk membantu
memecahkan masalah siswa,
6) Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik,
7) Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu,
8) Bekerjasama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan
masalah siswa,
9) Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya.
10) Meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupundi luar sekolah,
11) Peran guru sebagai pengajar dan sebagai pembing memiliki keterkaitan yang sangat erat
dan keduanya dilaksanakan secara berkesinambungan dan sekaligus berinterpenetrasi dan
merupakan keterpaduan antara keduanya.
58
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan
menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivasi) dari manipulasi dan
eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap
sesuatu, apa yang mereka minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan
lebih baik
e. Kebebasan.
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu
dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode
juga bebas dalam memilih masalah sesuati dengan kebutuhannya. Dengan adanya
kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam pembentukan
intelegensi. (Dalyono, 2007.)
Sementara itu, Widada (1994) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan aktivitas
dan kreativitas siswa, dan potensi guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut :
1) Self esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self esteem (kesadaran akan
harga diri) siswa.
2) Creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain storming, inquiry, dan
role playing.
3) Value clarification and moral development approach; guru mengembangkan pembelajaran
dengan pendekatan holistik dan humanistik untuk mengembangkan segenap potensi siswa
menuju tercapainya self actualization, dalam situasi ini pengembangan intelektual siswa
akan mengiringi pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, termasuk dalam hal etik
dan moral.
4) Multiple talent approach; guru mengupayakan pengembangan seluruh potensi siswa untuk
membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
5) Inquiry approach; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan proses
mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah serta meningkatkan potensi
intelektualnya.
6) Pictorial riddle approach; guru mengembangkan metode untuk mengembangkan motivasi
dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil guna membantu meningkatkan
kemampuan berfikir kritis dan kreatif.
7) Synetics approach; guru lebih memusatkan perhatian pada kompetensi siswa untuk
mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka inteligensinya dan
mengembangkan kreativitasnya.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan yang tidak rasional, kemudian
berkembang menuju penemuan dan pemecahan masalah secara rasional.
Sedangkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, menurut E. Mulyasa (2003)
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna
bagi dirinya;
b) Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa
sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Siswa juga dilibatkan
dalam penyusunan tersebut;
59
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
c) Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya;
d) Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu
hukuman juga diperlukan;
e) Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa;
f) Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti : perbedaan
kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subyek tertentu;
g) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan memperhatikan kondisi
fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa guru peduli terhadap mereka, mengatur
pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh kepuasan dan
penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga
mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
60
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
DAFTAR PUSTAKA
Goldberg. Merryl. (1997). Arts and Learning. An Integrated Approach to Teaching and
Learning in Multicultural Setting. New York: Longman.
Herawati, Ida Siti. Iriaji. 1998. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan
Tinggi.
Jefferson, Blanche. (1970). Teaching Art to Children. Boston: Allyn and Baco.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Nandang Ganda Perwira, dkk. (2005). Seni Rupa dan Kerajinan. Bandung: SR UPI.
Sri Murtono, dkk. (2011) seni Budaya dan Keterampilan 4. Bogor: Yudistira.
61
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd
TENTANG PENULIS
Seni Rupa merupakan sebuah karya yang luar biasa untuk dipelajari, dengan seni rupa kita
bisa berkarya yang luar biasa, yang terlahir dari tangan -tangan terampil karya Allah SWT.
Pendidikan seni rupa sangat penting diter apkan kepada setiap manusia, karena deng an seni
rupa manusia siap menghadapi kehidupan nyata.
62
Anggy Giri Prawiyogi, M.Pd
Sri Wulan Anggraeni, M.Pd