Anda di halaman 1dari 8

Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774

Volume 9 No. 2 September 2022 e-ISSN: 2579-4647


Page : 212-219

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH IPA SISWA

Dyan Wulan Sari HS1, Sumarlin Mangandar Marianus2

Universitas Katolik Santo Thomas Jl. Setia Budi, Kampung Tengah, Kec. Medan Tuntungan, Kota Medan, Sumatera Utara
20135, E-mail: dyanwulans@yahoo.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan signifikan antara kemampuan pemecahan
masalah IPA antara siswa kelas VI yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan
siswa yang diajar dengan model konvensional. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Jenis penelitian ini termasuk penelitian
quasi eksperimen, yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada
subjek didik yaitu siswa. Prosedur penelitian merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan peneliti dalam
kegiatan penelitian. Secara umum, prosedur penelitian terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir. Adapun lokasi penelitian yang peneliti pilih ini adalah SDS Perguruan Kristen
Methodist Indonesia (PKMI) Efesus Aek Batu kabupaten Labuhanbatu Selatan. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas VI SDS Perguruan Kristen Methodist Indonesia (PKMI)
Efesus Aek Batu sebanyak 50 siswa. Populasi penelitian ini terdiri dari 2 Kelas yaitu kelas VIA dan VIB.
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk menjaring data penelitian. Untuk mengetahui
normal atau tidaknya data tersebut, bisa dilihat dari nilai signifikansi pada kolom kolmogorov-smirnov. Rerata
kemampuan pemecahan masalah siswa dikelas Problem Based Learning (PBL) sebesar 82,24 sedangkan
kemampuan pemecahan masalah di kelas ekspositori sebesar 71,04 dari data tersebut tampak bahwa terdapat
perbedaan rerata kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan Problem Based Learning (PBL)
lebih tinggi daripada rerata kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
ekspositori.

Kata-kata kunci: Problem Based Learning (PBL), Pemecahan Masalah, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

PENDAHULUAN belajar adalah motivasi. Guru memiliki peran


Pendidikan merupakan proses yang sangat penting dalam meningkatkan
pengembangan kepribadian, yang tidak motivasi belajar siswa.Salah satu keterampilan
terlepas dari kegiatan proses belajar mengajar. yang harus dimiliki oleh guru dalam proses
Tingkat perkembangan suatu bangsa pembelajaran adalah keterampilan memilih
ditentukan oleh unsur-unsur kemajuan dan pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik,
perkembangan suatu pendidikan yang meliputi dan model pembelajaran yang dapat
guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa,
maupun kebijakan yang telah ditetapkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
pemerintah dalam bidang pendidikan. dengan optimal (Sugiana, dkk. 2016).
Pendidikan diharapkan mampu memberikan Motivasi memegang peranan yang
keteladanan, membangun kemauan, dan sangat penting dalam kegiatan belajar siswa.
mampu mengembangkan kreativitas siswa Hal ini juga disebutkan oleh M. Dalyono
dalam proses pembelajaran. (2009: 235) bahwa jika seorang anak
Salah satu faktor yang dapat mengalami keadaan di mana motivasi
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajarnya rendah maka anak tersebut akan

212
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 9 No. 2 September 2022 e-ISSN: 2579-4647
Page : 212-219

mengalami kesulitan belajar. Hal tersebut tentu merupakan suatu mata pelajaran yang
akan mempengaruhi kesuksesan belajar atau memberikan anak kesempatan berpikir kritis
prestasi anak ke depan. Dalam proses kegiatan dan objektif, 3) Bila diajarkan melalui
belajar mengajar ada beberapa hal yang percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri
mempengaruhi motivasi belajar siswa. Sri Esti oleh anak, pembelajaran IPA tidak hanya
W.D (2002: 358) menyebutkan bahwa salah hafalan belaka, 4) IPA mempunyai nilai-nilai
satu hal yang dapat digunakan untuk pendidikan yaitu dapat membentuk
mempertinggi motivasi intrinsik siswa yaitu kepribadian anak secara keseluruhan.
cara penyampaian pelajaran yang menarik dan Namun pada kenyataan nya,
bervariasi. pelaksanaan pembelajaran IPA pada jenjang
Penyampaian pelajaran yang bervariasi sekolah dasar ternyata masih belum
lebih menimbulkan rasa tertarik dalam diri menerapkan variasi model pembelajaran serta
siswa dibandingkan dengan penyampaian penggunaan media belajar yang melibatkan
pelajaran yang monoton. Mendukung pendapat keaktifan siswa, sehingga mengakibatkan
tersebut, Samatowa (2011: 2) juga menyatakan rendahnya kemampuan pemecahan masalah
bahwa pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dan motivasi siswa dalam belajar. Selama ini
(SD) hendaknya membuka kesempatan untuk proses pembelajaran IPA di sekolah dasar
memupuk rasa ingin tahu siswa secara belum sepenuhnya melaksanakan
alamiah. Hal tersebut akan membantu siswa pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam
dalam mengembangkan kemampuan bertanya, melibatkan siswa. Hal tersebut terjadi karena
cara berpikir ilmiah, dan mencari jawaban pembelajaran masih berpusat pada guru
berdasarkan bukti. Fokus pengajaran IPA di (teacher centered) sehingga guru lebih aktif
SD hendaknya ditujukan untuk memupuk dibandingkan dengan siswa, seharusnya
minat dan pengembangan siswa yang sesuai kegiatan dalam proses pembelajaran harus
dengan kehidupan siswa itu sendiri. IPA sangat lebih berpusat pada siswa (student centered)
penting diajarkan di sekolah dasar. Samatowa dan peran guru hanya sebagai fasilitator
(2011: 3) menyebutkan beberapa alasan IPA (Ahmad Susanto, 2013).
sangat penting diajarkan di SD yaitu 1) Bahwa Berdasarkan hasil observasi terhadap
IPA berfaedah bagi suatu bangsa karena IPA pembelajaran IPA di kelas VI SDS Perguruan
merupakan dasar dari teknologi yang Kristen Methodist Indonesia (PKMI) Efesus
menentukan kemajuan pembangunan suatu Aek Batu Kabupaten Labuhanbatu Selatan,
bangsa. Suatu teknologi tidak akan model pembelajaran yang digunakan belum
berkembang pesat jika tidak didasari bervariasi, karena guru lebih dominan
pengetahuan dasar yang memadai. Sedangkan menggunakan metode konvensional atau
pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA, ceramah sehingga siswa hanya mencatat dan
2) Bila diajarkan dengan cara yang tepat, IPA mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,

213
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 9 No. 2 September 2022 e-ISSN: 2579-4647
Page : 212-219

hal inilah yang menjadi penyebab peserta didik percaya diri (Ahmad Susanto ,2013). Berkaitan
kurang memahami materi pelajaran selama dengan permasalahan tersebut, maka
proses pembelajaran sehingga dapat diperlukan adanya inovasi yang dapat
mempengaruhi kemampuan pemecahan digunakan oleh guru untuk meningkatkan
masalah atau hasil belajar peserta didik. kemampuan pemecahan masalah dan motivasi
Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu belajar siswa. Salah satu model pembelajaran
seorang guru kelas VI SDS Perguruan Kristen yang langkah-langkah pembelajarannya cocok
Methodist Indonesia (PKMI) Efesus Aek Batu diterapkan untuk meningkatkan kemampuan
Kabupaten Labuhanbatu Selatan mengatakan pemecahan masalah dan motivasi belajar siswa
bahwa hasil belajar IPA dan kemampuan pada mata pelajaran IPA yaitu model Problem
pemecahan masalah siswa kelas VI masih Based Learning (PBL).
kurang, melihat dari permasalahan diatas Peningkatan keberhasilan peserta didik
peneliti menerapkan suatu model pembelajaran dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki
yang mampu meningkatkan memecahkan proses pembelajaran. Dalam proses
masalah seingga peserta didik lebih aktif pembelajaran guru sangat berperan penting
dalam proses belajar sehingga model karena diharapkan dapat membantu dan
pembelajaran ini sangat cocok karena dimana membimbing peserta didik dalam mengolah
pada model ini dibagi kelompok lalu guru pembelajaran sehingga model Problem based
memberikan masalah, sehingga siswa mampu learning (PBL) diterpakan karena merupakan
memecahkan suatu masalah yang sudah salah satu model dimana peserta didik mampu
diberikan oleh guru sehingga peserta didik memecahkan suatu masalah, sehingga siswa
mampu mengumpulkan informasi dan mampu lebih aktif dan terampil dalam proses belajar
memcahkan masalah dan tentunya peserta mengajar. Karena pembelajaran dimasa
didik lebih aktif dan mampu berpikir. pandemik sangat berdampak terhadap hasil
Permasalahan lain yang muncul yaitu belajar dan kemampuan pemecahan masalah
kurangnya antusias diri siswa untuk belajar, siswa.
dimana masih terdapat siswa yang malas dan Menurut Eggen (2012) model Problem
jarang masuk sekolah. Beberapa hal tersebut Based Learning (PBL) atau model
mengakibatkan rendahnya motivasi mereka pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah
dalam proses pembelajaran dan berdampak model yang digunakan untuk mengembangkan
pada hasil belajar yang belum tercapai sesuai ketrampilan berpikir, memecahkan masalah,
yang diharapkan. dan pengaturan diri dengan menggunakan
Pembelajaran dikatakan berhasil dan masalah otentik sebagai fokus
berkualitas apabila peserta didik terlibat secara pembelajarannya. Proses pembelajaran yang
aktif dalam proses pembelajaran, memiliki dilakukan melalui kerjasama kelompok akan
semangat dan gairah belajar yang tinggi, dan lebih baik dibandingkan dengan model

214
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 9 No. 2 September 2022 e-ISSN: 2579-4647
Page : 212-219

individu (Adistana 2016). Tujuan dari model kuantitatif ini berupa angka-angka dan analisis
pembelajaran PBL adalah mengembangkan yang menggunakan statistik.
pola berpikir kritis untuk memecahkan Metode Penelitian
masalah dan penguasaan materi pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode
Dengan adanya model PBL siswa dapat eksperimen. Menurut Sugiyono (2013) metode
melakukan analisis, uji coba, membuat eksperimen adalah metode penelitian yang
referensi serta mengambil kesimpulan dengan digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
melaksanakan penyelidikan terhadap masalah tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
yang sedang dihadapi (Shofiyah, Noly dan tekendalikan.
Wulandari 2018). Model Pembelajaran PBL Desain Penelitian
ini dianggap efektif karena siswa dapat Jenis penelitian ini termasuk penelitian
melakukan pencarian solusi dan pemecahan quasi eksperimen, yang bertujuan untuk
masalah sendiri sehingga pemahaman konsep mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu”
matematis siswa dapat meningkat. Penerapan yang dikenakan pada subjek didik yaitu siswa.
model ini dapat merubah pola berpikir siswa Prosedur Penelitian
berdasarkan tingkat kognitif dari rendah Prosedur penelitian merupakan
menjadi lebih tinggi. Seperti yang dijelaskan rangkaian kegiatan yang dilakukan peneliti
oleh Rahayu, Imami dan Adistana (2019) dalam kegiatan penelitian. Secara umum,
bahwa level tertinggi dalam ranah kognitif prosedur penelitian terdiri dari 3 tahap, yaitu
setelah adanya proses pembelajaran yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap
siswa mampu memecahkan masalah. akhir.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti Lokasi Penelitian
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Adapun lokasi penelitian yang peneliti
“Pengaruh Model Pembelajaran Problem pilih ini adalah SDS Perguruan Kristen
Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Methodist Indonesia (PKMI) Efesus Aek Batu
Pemecahan Masalah Siswa di Kelas VI SDS kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Perguruan Kristen Methodist Indonesia Populasi Penelitian
(PKMI) Efesus Aek Batu Kabupaten Adapun populasi dalam penelitian ini
Labuhanbatu Selatan”. adalah seluruh siswa dan siswi kelas VI SDS
Perguruan Kristen Methodist Indonesia

METODE (PKMI) Efesus Aek Batu sebanyak 50 siswa.

Pendekatan Penelitian Populasi penelitian ini terdiri dari 2 Kelas

Pendekatan yang digunakan dalam yaitu kelas VIA dan VIB.

penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013) penelitian Karena jumlah siswa kelas VI-A dan
kelas VI-B SDS Perguruan Kristen Methodist

215
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 9 No. 2 September 2022 e-ISSN: 2579-4647
Page : 212-219

Indonesia (PKMI) Efesus Aek Batu sebanyak HASIL DAN PEMBAHASAN


50 siswa, maka seluruh populasi merupakan Hasil Data Kelas Eksperimen
sampel. Sebelum peneliti memberikan perlakuan
Instrumen Penelitian (treatment) pada kelas eksperimen diberikan
Instrumen penelitian merupakan alat tes. Jumlah peserta didik dalam kelas
bantu yang digunakan untuk menjaring data eksperimen adalah 25 siswa dan soal yang
penelitian. Arikunto (2010;149) menyatakan diberikan berjumlah 10 soal dalam bentuk
‘Instrumen penelitian merupakan alat bantu essay. Untuk lebih rinci data kemampuan
bagi peneliti dalam mengumpulkan data”. pemecahan masalah siswa dapat dilihat pada
Kualitas instrumen akan menentukan kualitas tabel berikut :
data yang terkumpul. Tabel 4.1 Daftar Distribusi Frekuensi
Teknik Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
dengan Model Problem Based Learning
Analisis Uji Normalitas Data (PBL)
Untuk mengetahui normal atau Kelas Model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL)
tidaknya data tersebut, bisa dilihat dari nilai Skor F
signifikansi pada kolom kolmogorov-smirnov. 40 – 49 1
50 – 59 1
Kriteria pengambilan keputusan dan penarikan
60 – 69 2
simpulan ditetapkan berdsarakan pendapat 70 – 79 4
Sugiyono (2013) yaitu “ Probabilitas > 0,05, 80 – 89 8
90 – 100 9
maka data dinyatakan berdistribusi normal dan
Total 25
jika Probabilitas < 0,05, maka data Mean 82,24
berdistribusi tidak normal”.
Analisis Uji-t Hasil Data Kelas Kontrol
Pengujian hipotesis menggunakan Kelas kontrol merupakan kelas yang
rumus t-test bertujuan untuk menguji tidak diberi perlakua (treatment). Dalam
perbedaan rata-rata nilai angket akhir dari proses pembelajaran, kelas kontrol tidak diajar
kedua kelompok. Jika diperoleh harga thitung> menggunakan model pembelajaran Problem
ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan df = n– Based Learning (PBL). Kelas kontrol juga
1 maka dapat disimpulkan bahwa ditolak diberi soal yang sama dengan kelas
dan diterima. Namun, sebaliknya, jika harga eksperimen. Jumlah siswa dalam kelas kontrol
thitung< ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan adalah 25 siswa. Untuk lebih rinci data
df = n–1 maka dapat disimpulkan diterima kemampuan pemecahan masalah siswa dapat

dan ditolak. dilihat pada tabel berikut :

216
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 9 No. 2 September 2022 e-ISSN: 2579-4647
Page : 212-219

Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi digunakan Uji Two Way Anova dengan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
memilih General Linear Model (GLM)
dengan Model Pembelajaran Ekspositori
Kelas Model pembelajaran Ekspositori Univariate pada SPSS 16. Uji ini juga
Skor F bertujuan melihat bagaimana pengaruh model
40 – 46 1
47 – 53 1 pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa
54 – 60 5 dan kemampuan pemecahan masalah siswa,
61 – 67 3
apakah siswa dengan motivasi belajar tinggi
68 – 74 7
75 – 80 8 memiliki hasil belajar yang tinggi atau
Total 25 sebaliknya, serta apakah interaksi model
Mean 71,04 pembelajaran dan motivasi belajar
mempengaruhi hasil kemampuan pemecahan
Berdasarkan hasil analisis tes diatas
masalah siswa.
untuk kelas eksperimen dan kontrol diketahui
Selanjutnya diuji normalitas data hasil
bahwa hasil tes kelas eksperimen 82,24 dan
kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil
kelas kontrol 71,04. Dapat disimpulkan antara
uji normalitasnya disajikan pada tabel 4.5. nilai
kelas eksperimen yang diajarkan dengan model
normalitas dengan Kolmogorov smirnov
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
sebesar 0,094 dengan signifikansi 0,420.
dan kelas kontrol yang diajarkan dengan model
Karena nilai signifikansi (0,420) lebih besar
pembelajaran ekspositori terdapat perbedaan
dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi
hasil tes kemampuan pemecahan masalah yaitu
normal. Grafik Q-Q plot distribusi normal data
sebesar 11,2. Dengan demikian terdapat
postes ditunjukkan pada gambar 4.1
pengaruh yang positif dari variabel bebas
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Hasil
terhadap varible terikat yaitu penggunaan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) terhadap peningkatan kemampuan
pemecahan masalah siswa di kelas VI SDS
PKMI EFESUS AEK BATU.

Pengujian Hipotesis
Setelah data terkumpul dan dianalisis Selanjutnya uji asumsi yang harus

statistiknya, selanjutnya dilakukan uji dipenuhi adalah Uji Homogenitas untuk

hipotesis. Uji hipotesis ini menggunakan Uji melihat apakah terdapat kesamaan varians.

Anava dua jalur yang perhitungannya Hasil Uji Homogenitas ditunjukkan pada tabel

berbantuan SPSS 16 for windows. Untuk 4.6. hasil pengujian memperlihatkan nilai F

melihat perbedaan motivasi belajar siswa dan pada tabel 4.6 sebesar 0,810 dengan

kemampuan pemecahan masalah siswa signifikansi 0,373 karena nilai sig. 0,373 >

terhadap pembelajaran yang diberikan, 0,05 maka kedua kelompok homogen


217
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 9 No. 2 September 2022 e-ISSN: 2579-4647
Page : 212-219

Tabel 4.4 Uji Homogenitas Antar Kelompok Hasil analisis varians menunjukkan

Test of Homogeneity of Variances bahwa nilai signifikansi model pembelajaran


Postes sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05
Levene yang artinya terdapat perbedaan yang
Statistic df1 df2 Sig.
signifikan dalam kemampuan pemecahan
.810 1 48 .373
masalah siswa antara kelas yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Problem
Berikut ini adalah deskripsi hasil uji
Based Learning (PBL) dibanding dengan
hipotesis tersebut.
model pembelajaran ekspositori.
H0 : µA1 = µA2 : tidak ada pengaruh model
Selain dari hasil analisis varians, hasil
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
penelitian juga dapat dilihat dari perbedaan
hasil kemampuan pemecahan masalah siswa
rerata kemampuan pemecahan masalah siswa
Ha : µA1≠µA2 : terdapat pengaruh model
di kedua kelas. Rerata kemampuan pemecahan
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
masalah siswa dikelas Problem Based
hasil kemampuan pemecahan masalah siswa
Learning (PBL) sebesar 82,24 sedangkan
Berdasarkan hasil anova pada tabel 4.7
kemampuan pemecahan masalah di kelas
diperoleh nilai signifikansi model
ekspositori sebesar 71,04 dari data tersebut
pembelajaran sebesar 0,000 karena sig.0,000 <
tampak bahwa terdapat perbedaan rerata
0,05 maka hasil uji hipotesis menolak H0 atau
kemampuan pemecahan masalah siswa yang
menerima Ha dalam taraf alpha 5 %. Hal ini
diajarkan dengan Problem Based Learning
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model
(PBL) lebih tinggi daripada rerata kemampuan
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
pemecahan masalah siswa yang diajarkan
terhadap hasil kemampuan pemecahan
dengan pembelajaran ekspositori.
masalah siswa. Karena rerata hasil kemampuan
pemecahan masalah siswa yang diajarkan
KESIMPULAN
dengan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) lebih tinggi dari pada yang Kesimpulan
diajarkan dengan pembelajaran Ekspositori Berdasarkan hasil penelitian yang
maka dapat disimpulkan model pembelajaran diperoleh, maka dapat diambil beberapa
Problem Based Learning (PBL) memberi kesimpulan sebagai berikut : Terdapat
pengaruh lebih baik terhadap hasil kemampuan pengaruh model pembelajaran Problem
pemecahan masalah siswa dari pada model Based Learning (PBL) terhadap
Ekspositori. kemampuan pemecahan masalah IPA
siswa kelas VI SDS PKMI EFESUS AEK
BATU. Hal ini terlihat dari hasil
Pembahasan
kemampuan pemecahan masalah IPA

218
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 9 No. 2 September 2022 e-ISSN: 2579-4647
Page : 212-219

siswa yang diajarkan dengan model Rahayu, Imami Arum Tri dan Adistana,
Gde Agus Yudha Prawira. 2019.
pembelajaran Problem Based Learning
“Mengembangkan Ketrampilan
(PBL) lebih baik dari pada hasil Memecahkan Masalah Melalui
Pembelajaran Berdasar Masalah.”
kemampuan pemecahan masalah IPA
JVTE: Journal of Vocational and
siswa yang diajarkan dengan ekspositori. Technical Education Volume 01,: 1–
6.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang Samatowa, Usman. 2016. Pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT
dipaparkan pada kesimpulan, maka berikut
Indeks.
ini disarankan beberapa hal antara lain:
Shofiyah, Noly dan Wulandari, Fitri Eka.
1. Guru hendaknya menerapkan model
2018. “Model Problem Based
pembelajaran Problem Based Learning Learning (PBL) Dalam Melatih
Scientific Reasoning Siswa.” Jurnal
(PBL) pada pembelajaran IPA dalam
Penelitian Pendidikan Vol 3, No:
meningkatkan kemampuan pemecahan p33-38.
masalah.
Sri Esti W. D. (2002). Psikologi
2. Untuk kesempurnaan penelitian ini, Pendidikan. Jakarta: Grasindo
disarankan kepada peneliti selanjutnya
Sugiana, I.N., dkk. (2016). Pengaruh
dapat mengadakan penelitian lanjutan Model Pembelajaran Generatif
Berbantuan Media Laboratorium
yang berkaitan dengan perbaikan hasil
Virtual Terhadap Penguasaan
pembelajaran. Konsep Fisika Siswa pada Materi
Momentum dan Impuls . Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi.
DAFTAR PUSTAKA Volume II No 2.
Adistana, Gde Agus YP. 2016. “Pengaruh
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Blended Learning Station-Rotation
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
(Kooperatif Vs Kompetitif) Dan
Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Gaya Kognitif, Terhadap
Alfabeta.
Keterampilan Intelektual Manajemen
Konstruksi.” Jurnal DISERTASI
Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan
Dan TESIS Program Pascasarjana
Pembelajaran di SD. Jakarta :
UM
Kencana Prenada Media Group.
Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta

Eggen, Paul & Kauchack, Don. (2012).


Strategi dan Model Pembelajaran:
Mengajarkan Konten dan
Keterampilan Berpikir. Jakarta:
PT. Indeks.

219

Anda mungkin juga menyukai