Anda di halaman 1dari 28

Makalah Inovasi Pendidikan

Tentang

Telaah Tentang Hasil-Hasil Timss Dan Pisa Terhadap Hdi


Dan Kebutuhan Pasar Kerja
OLEH :

ANGGA SUHARDI PUTRA


INIKE PARAMITA
SITI FATIMAH DORA
SRI DHONNA AGUSTIN
WINDA FITRIAUSPITA

DOSEN PENGAMPU :
Dr. H Muhammad Nasir S.Si M.Kom

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. atas limpahan rahmat

dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Inovasi Pendidikan tentang


TELAAH TENTANG HASIL-HASIL TIMSS DAN PISA TERHADAP HDI DAN
KEBUTUHAN PASAR KERJA. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad saw. yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Penulis mengucapakan terima kasih pihak-pihak yang telah membantu dalan


mengerjakan makalah ini, terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah termodinamika.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Desember 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................3
1.1
Latar Belakang...................................................................................3
1.2
Rumusan Masalah..............................................................................3
1.3
Tujuan................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................4

2.1
2.2
2.3
2.4
2.5

Pengertian ...........................................................................................4
Kaitan TIMSS dengan HDI.................................................................7
Kaitan TIMSS dengan pasar kerja......................................................15
Kaitan Hasil PISA dengan HDI..........................................................16
Kaitan Hasil PISA terhadap pasar kerja.............................................21

BAB III PENUTUP......................................................................................26


3.1

KESIMPULAN.................................................................................26

3.2
SARAN.............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................27

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pada masa ini, kemampuan dalam menguasa ilmu pengetahuan menjadi hal yang
sangat penting, dengan penguasaan pengetahuan tersebut seseorang dapat memuat
suatu kebijakan atau keputusan yang dapat berhubungan langsung atau tidak langsung

terhadap kebutuhan mereka sendiri. Manusia selalu dihadapkan dengan berbagai


informasi, mereka bisa membedakan informasi yang dapat mencapai pemenuhan
kebutuhan atau informasi yang berupa mitos jika mereka mempunyai alat untuk hal
itu. Oleh karena itu manusia yang mempunyai keingintahuan yang tinggi perlu
diberikan jalan sebagai sarana pengembangan pengetahuan secara dini, mereka perlu
diberikan bekal ilmu pengetahuan setinggi-tingginya yang dapat menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan. Untuk mengetahui kemampuan manusia tersebut perlu
dilakukan penilaian terhadap apa yang telah diberikan.

1.2Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

apakah pengertian dari TIMSS, PISA, HDI dan pasar kerja?


Bagaimanakah kaitan hasil TIMSS terhadap HDI?
Bagaimanakah kaitan hasil TIMSS terhadap pasar kerja?
Bagaimanakah kaitan hasil PISA terhadap HDI?
Bagaimanakah kaitan hasil PISA terhadap pasar kerja?

1.3Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.

Memahami apa itu TIMSS, PISA, HDI dan pasar kerja


Mengetahui kaitan hasil TIMSS terhadap HDI
Mengetahui kaitan hasil TIMSS terhadap pasar kerja
Mengetahui kaitan hasil PISA terhadap HDI
Mengetahui kaitan hasil PISA terhadap pasar kerja.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
2.1.1 TIMSS
Trends in International of Matematics and Science Studies TIMSS)
adalah studi

penilaian

internasional

yang

dilakukan

untuk

melihat

kemampuan matematika dan sains siswa yang dilakukan sejak tahun 1995 oleh
Asosiasi Internasional untuk Evaluasi Prestasi Pendidikan (IEA), sebuah organisasi
internasional

lembaga-lembaga

penelitian

dan

lembaga

penelitian

pemerintah. Setelah tahun 1995, TIMSS dilaksanakan tahun 1999, 2003, dan 2007,
sangat sukses dalam mengukur prestasi siswa dalam matematika dan Sains. Indonesia
mulai sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 1999.
Pada tahun 1999 sebanyak 38 negara berpartisipasi sebagai peserta, pada
tahun 2003 meningkat menjadi 46 negara, pada tahun 2007 meningkat menjadi 49
negara, dan tahun 2011 meningkat lagi menjadi 65 negara peserta. Dalam melakukan
studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur operasi standar yang telah
ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes dan angket,
penentuan populasi dan sampel, pengelolaan dan analisis data, dan pengendalian
mutu. Untuk setiap tahun putaran studi, pengembangan tes dan angket dipusatkan di
Boston College, Boston-USA; penentuan sampel sekolah ditentukan oleh Statistics
Canada di Ottawa-Kanada; dan pengolahan data dilakukan di Data Processing Center,
Hamburg-Jerman.
Indonesia termasuk negara peserta dalam TIMSS seperti negara-negara lain,
untuk melihat sejauh mana kemajuan pendidikan sain dan bagaimana kedudukan
Indonesia dalam TIMSS.
Dalam studi ini adalah seluruh siswa kelas VIII sekolah lanjutan tingkat
pertama di Indonesia. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret-April pada
setiap tahun putaran studi dan dilakukan secara bersamaan di sekolah-sekolah
sampel.

2.1.2 PISA
PISA merupakan singkatan dari Programme Internationale for Student
Assesment yang merupakan suatu bentuk evaluasi kemampuan dan pengetahuan yang
dirancang untuk siswa usia 15 tahun (Shiel, 2007). PISA sendiri merupakan proyek
dari Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) yang
pertama kali diselenggarakan pada tahun 2000 untuk bidang membaca, matematika
dan sains. Ide utama dari PISA adalah hasil dari sistem pendidikan harus diukur
dengan kompetensi yang dimiliki oleh siswa dan konsep utamanya adalah literasi
(Neubrand, 2005).
Dalam melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur operasi
standar yang telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes

dan angket, penentuan populasi dan sampel, pengelolaan dan analisis data, dan
pengendalian mutu. Desain dan implementasi studi berada dalam tanggung jawab
konsorsium internasional yang beranggotakan the Australian Council for Educational
Research (ACER), the

Netherlands

National

Institute

for

Educational

Measurement (Citogroep), the National Institute for Educational Policy Research in


Japan (NIER), dan WESTAT United States.

2.1.3 HDI
Pengertian HDI adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup,
pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia. HDI digunakan
untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara termasuk negara maju, negara
berkembang, atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari
kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup. HDI merupakan salah satu indeks yang
berguna untuk memusatkan perhatian pada aspek kualitas dari pembangunan dan
berguna bagi negara-negara dengan skor HDI yang relatif rendah untuk melihat
kembali variabel-variabel nutrisi, kesehatan, dan pendidikan.
HDI mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara, komponen yang diukur dalam
HDI adalah
1. Income (pendapatan per kapita)
2. expectation of life (angka harapan hidup)
3. years of scholly (pendidikan)
4. elitaration rate (tingkat buta huruf)
human development index dibagi menjadi 4 kategori
Katagori pertama adalah very high human development dimana terdapat urutan 1
sampai 47.
Kategori kedua adalah high human development yang memuat urutan 48 sampai
94.
Kategori ketiga adalah medium human development dengan urutan 95 sampai
141.
Kategori keempat adalah low human development dengan urutan 142 sampai
187.

Berdasarkan laporan The United Nations Development Programme ( UNDP )


tahun 2011 yang mengumumkan peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM ) atau
Human Development Index (HDI) Indonesia mengalami penurunan dari peringkat
108 pada 2010 menjadi peringkat 124 pada tahun 2012. Hal ini harus menjadi
cambukan bagi pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. percuma
dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi yang di gembor-gemborkan oleh pemerintah
jika sekolah saja harus mengeluarkan biaya tinggi, sakit saja membutuhkan biayab
besar untuk sembuh, Pemerintah harus berani ber investasi pada dunia pendidikan.

2.1.4 Pasar Kerja


Pasar kerja adalah seluruh aktifitas dari pelaku-pelaku yang mempertemukan
pencari kerja dan lowongan kerja. Pelaku-pelaku ini terdiri atas:
1. Pengusaha yang membutuhkan tenaga kerja.
2. Pencari kerja.
3. Perantara atau pihak ketiga yang memberikan kemudahan bagi pengusaha dan
pencari kerja untuk saling berhubungan.
Fungsi perantara ini dapat dilakukan oleh instansi Pemerintah (Departemen
Tenaga Kerja) atau konsultan ataupun badan swasta. Sebagian pengusaha mencari
kerja melalui orang yang telah bekerja diperusahaan atau melalui iklan disurat kabar,
majalah, televisi, atau radio. Proses mempertemukan pencari kerja dan lowongan
kerja membutuhkan waktu yang lama. Dalam proses ini pencari kerja maupun
pengusaha dihadapkan pada kenyataan bahwa:
a) Pencari kerja mempunyai tingkat pendidikan, keterampilan, kemampuan dan
sikap pribadi yang berbeda.
b) Setiap perusahaan atau unit usaha menghadapi lingkungan yang berbeda:
luaran(output), masukan (input), manajemen, teknologi, lokasi, pasar, dll,
sehingga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memberikan tingkat
upah, jaminan sosial dan lingkungan pekerjaan.
c) Pengusaha dan pencari kerja sama-sama mempunyai informasi yang terbatas
mengenai hal-hal yang dikemukakan pada poin 1 & 2.

Jadi kenyataan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan-perbedaan dikalangan


pencari kerja dan diantara lowongan pekerjaan. Oleh sebab itu tidak tepat asumsi
Neoklasik yang memandang semua karyawan atau pekerja adalah homogen.

2.2 Kaitan TIMSS dengan HDI


Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah
pengukuran perbandingan dari harapan hidup,melek huruf,pendidikan dan standar hidup
untuk semua negara seluruh dunia. (Biro Pusat Statistik dan UNDP, 1997)
Mutu pendidikan di Indonesia dinilai masih kurang baik dibandingkan dengan negaranegara di kawasan OECD (The Organisation for Economic Co-operation and Development)
atau Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi). Bahkan, Indonesia
membutuhkan waktu 300 tahun agar mutu pendidikannya setara dengan negara-negara
OECD sehingga harus ada kebijakan dan langkah nyata untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
Laporan HDI:
Indonesia menempati peringkat ke-108 dari 187 negara pada tahun 2013, atau tidak
mengalami perubahan dari tahun 2012. Posisi tersebut menempatkan Indonesia pada
kelompok menengah. Skor nilai HDI Indonesia sebesar 0,684, atau masih di bawah rata-rata
dunia sebesar 0,702.Peringkat dan nilai HDI Indonesia masih di bawah rata-rata dunia dan di
bawah empat negara di wilayah ASEAN (Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand)
Hasil penilaian TIMSS terhadap prestasi siswa Indonesia adalah sebagai berikut:
Prestasi bidang Matematika dari siswa Indonesia pada tahun 1999 berada pada peringkat 34
dari 38 negara. Tahun 2003, Indonesia berada padaperingkat 35 dari 46 peserta. Dan pada
tahun 2007, Indonesia berada pada peringkat 36 dari 49 negara peserta. Sedangkan pada
bidang IPA, pada tahun 1999 Indonesia berada pada peringkat 32 (dari 38 negara), pada tahun
2003 Indonesia berada pada peringkat 37 (dari 46 negara) dan pada tahun 2007 Indonesia
berada pada peringkat 35 (dari 49 negara). Data peringkat ini menunjukkan bahwa prestasi

Matematika dan IPA Indonesia cukup rendah dan berada pada kisaran peringkat 32 hingga
37 dari negara-nega ra anggota IEA yang jumlahnya sekarang lebih dari 50 negara.
TIMSS 1999
TIMSS pertama kali diadakan pada tahun 1995, saat itu ikut berpartisipasi 41 negara.
Negara-negara tersebut mengevaluasi prestasi matematika dan sains murid-murid kelas
ketiga, keempat, ketujuh, kedelapan, dan pada tahun terakhir sekolah menengah.
TIMSS 1999 menggunakan teknik sampling untuk mencapai cakupan yang luas (total
308 item) secara sistematis didistribusikan di 8 buku uji dan booklet dibagikan secara acak
kepada

siswa.Setiap

siswa

menyelesaikan

satu

booklet

tes

selama

90

menit.

Secara keseluruhan, ada 162 item matematika dan 146 item ilmu pengetahuan.
Sekitar sepertiga dari item disusun menggunakan format respon, dan item sisanya pilihan
ganda. Untuk tahun 1999, TIMSS akan melaporkan penilaian untuk matematika dan sains
dengan 11 pokok bahasan.
Matematika :
1.

Fractions and number sense

4.

Geometri

2.

Measurement

5.

Aljabar

3.

Representasi data, analisis, dan probabilitas

Sains :
1.

Ilmu bumi

4.

Kimia

2.

Ilmu pengetahuan hidup

5.

Scientific inquiry and the nature of science

3.

Fisika

6.

Isu lingkungan dan sumber daya

TIMSS pada tahun 1995 dan 1999 dikembangkan melalui upaya kolaborasi antara
Pusat Studi Internasional, pendidik ( bidang matematika dan sains) dari seluruh dunia, dan
perwakilan negara-negara yang ikut berpartisipasi.Sekitar sepertiga dari item dalam penilaian
1995 disimpan untuk mengukur tren dari waktu ke waktu. Dalam mengembangkan tes tahun

1999, instrument pada tahun 1995 yang dirilis ke publik digantikan dengan item dengan isi,
format, dan kesulitan yang serupa. Penggantian item dan panduan skoring dikembangkan
dengan bantuan dari Science and Mathematics Item Replacement Committee, sekelompok
pendidik matematika dan pendidik sains terkemuka dari seluruh dunia. Item yang diuji coba
pada tahun 1998 di tes lapangan yang luas yang melibatkan 31 negara, dan telah ditinjau oleh
Koordinator Nasional Penelitian, yang melakukan review dalam negara dengan panel
pendidik matematika dan ilmu pengetahuan dan ahli pengukuran.
TIMSS 1999 mengumpulkan informasi yang luas tentang pengajaran dan
pembelajaran matematika dan sains di seluruh dunia. Melalui serangkaian kuesioner, TIMSS
mengumpulkan informasi tentang kurikulum, praktik pembelajaran, kebijakan, latar belakang
siswa dan sikap. Banyak pertanyaan juga diminta pada tahun 1995, provididing tren untuk
negara-negara yang berpartisipasi dalam kedua penilaian.
TIMSS 2003
TIMSS 2003 adalah putaran ketiga dari TIMSS yang serius melakukan serangkaian
penilaian internasional yang dilaksanakan di negara-negara di dunia untuk mengukur tren
dalam matematika dan sains di kelas keempat dan kedelapan. TIMSS sangat membantu
negara negara yang ikut serta untuk memperoleh kesempatan memperoleh informasi
komparatif tentang siswa mereka mengenai prestasi dalam matematika dan sains. Dalam
TIMSS 2003 terdapat 49 negara yang ikut serta.
IEA, TIMSS, PIRLS, dan National Center for Education Statistics ( dari U. S
Department of Educations) bekerja sama dengan negara peserta untuk menjelaskan secara
rinci mengenai matematika dan sains tentang konten yang akan dinilai untuk memperbarui
hasil pembelajaran.
Dalam TIMSS 2003 matematika terbagi dalam lima domain contents yaitu, jumlah,
aljabar, pengukuran, geometri, dan data. Setiap domain content dijelaskan topik yang akan
dinilai dan setiap area topic ini diuraikan dengan jelas untuk kelas keempat dan kelas
kedelapan. Ada empat domain kognitif dalam setiap domain content yaitu mengetahui fakta
dan prosedur, pemahaman konsep, pemecahan masalah rutin, dan penalaran.
Seperti tujuan TIMSS yang berupaya untuk mengetahui keberhasilan kurikulum
dalam suatu negara melalui tes yang diujikan, pada tahun 2003 pun dilakukan tes yang serupa
yang diujikan pada sampel kelas dalam suatu sekolah yang diambil secara acak pada setiap

10

negara. TIMSS cukup konsisten memberikan laporan mengenai keberhasilan kurikulum


matematika dan sains kepada setiap negara yang ikut serta.
TIMSS 2007
TIMSS 2007 adalah TIMSS keempat dalam siklus penilaian komparatif internasional
yang didedikasikan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran dalam matematika dan
sains bagi siswa di seluruh dunia. Dilakukan setiap empat tahun di kelas keempat dan
kedelapan, TIMSS menyediakan data tentang tren dalam matematika dan prestasi sains dari
waktu ke waktu.
Untuk menginformasikan kebijakan pendidikan di negara-negara yang berpartisipasi,
penilaian ini di seluruh dunia dan proyek penelitian juga secara rutin mengumpulkan
informasi latar belakang yang luas yang membahas kekhawatiran tentang kuantitas, kualitas,
dan isi dari instruksi. Sebagai contoh, TIMSS 2007 mengumpulkan informasi rinci tentang
matematika dan ilmu pengetahuan cakupan kurikulum dan pelaksanaan, serta persiapan guru,
ketersediaan sumber daya, dan penggunaan teknologi.
Pengembangan Kerangka Kerja Penilaian TIMSS 2007 merupakan usaha bersama
yang luas yang melibatkan individu dan kelompok ahli dari lebih dari 60 negara di seluruh
dunia. Terdapat tiga kerangka kerja untuk melaksanakan TIMSS 2007, yaitu Kerangka
Matematika, Kerangka Sains, dan Kerangka Kontekstual untuk kuesioner. Hal ini juga
memberikan gambaran dari desain penilaian, termasuk parameter umum untuk pembangunan
item. Kerangka kerja konten TIMSS untuk tahun 2007 sangat tergantung pada upaya-upaya
luas yang dikeluarkan untuk memperbaharui kerangka kerja untuk tahun 2003.
Laporan Teknis TIMSS 2007 menyediakan dokumentasi teknis tentang desain dan
pelaksanaan penilaian, termasuk rincian proses yang mendasari pengembangan instrumen
TIMSS tahun 2007 dan metode yang digunakan dalam pengambilan sampel, pengumpulan
data, skala, analisis data, dan pelaporan. Secara khusus, TIMSS 2007 Laporan Teknis
menyediakan dokumentasi rinci tentang prosedur dan metode yang digunakan oleh TIMSS
untuk menyediakan data perbandingan internasional berkualitas tinggi. Laporan ini
menjelaskan multi-faceted perhatian terhadap kualitas dan langkah-langkah jaminan kualitas
yang banyak diterapkan dari memperbarui kerangka kerja penilaian untuk TIMSS 2007
melalui rilis dari database internasional dan Panduan Pengguna
TIMSS 2011

11

TIMSS 2011 adalah TIMSS kelimadalam siklus penilaian komparatif internasional


yang didedikasikan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran dalam matematika dan
sains bagi siswa di seluruh dunia. Dilakukan setiap empat tahun di kelas keempat dan
kedelapan, TIMSS menyediakan data tentang tren dalam matematika dan prestasi sains dari
waktu ke waktu.

2.3 Hasil TIMSS Bidang Matematika dan Sains Indonesia


Tabel berikut menunjukkan peringkat prestasi matematika dan sains siswa antarnegara peserta (Tahun 2011 rata-rata skor internasioanal = 500 dan standar deviasi = 100):
Tabel 2.1.1 Skor Rata-rata Prestasi Matematika

TIMSS 1999

TIMSS 2003

TIMSS 2007

TIMSS 2011

No. Negara

Skor

No. Negara

Skor

No. Negara

Skor No Negara

Skor

Singapura

604

Singapura

605

Taiwan

598

Korea Selatan 613

Korea Selatan 587

Korea Selatan 589

Korea Selatan 597

Singapura

Taiwan

585

Hongkong

586

Singapura

593

China Taipei 609

Hongkong

582

Taiwan

585

Hongkong

572

Hongkong

586

Jepang

579

Jepang

570

Jepang

570

Jepang

570

Belgia

558

Belgia

537

Hungaria

517

Rusia

539

Belanda

540

Belanda

536

Inggris

513

Israel

516

Slowakia

534

Estonia

531

Rusia

512

Firlandia

514

Hungaria

532

Hungaria

529

Amerika

508

Amerika

509

506

10 Inggris

507

611

10 Kanada

531

10 Malaysia

508

Serikat
10 Lituania

11 Slovenia

530

11 Latvia

508

11 Ceko

504

11 Hungaria

505

12 Rusia

526

12 Rusia

508

12 Slovenia

501

12 Australia

505

13 Australia

525

13 Slowakia

508

Internasional 500

13 Slovenia

505

14 Finlandia

520

14 Australia

505

13 Armenia

499

14 Lithuania

502

15 Ceko

520

15 Amerika

504

14 Australia

496

519

Serikat
16 Lituania

502

15 Swedia

491

16 Malaysia

Internasional 500
15 Itali

498

12

17 Bulgaria

511

17 Swedia

499

16 Malta

488

16 New zealand 488

18 Latvia
19 Amerika

505
502

18 Skotlandia
19 Inggris

498
498

17 Skotlandia
18 Serbia

487
486

17 kazakhstan
18 Sweden

487
484

496
491
487
482
479
476
472
469
467

20
21
22
23
24
25
26
27

19
20
21
22
23
24
25
26
27

Italia
Malaysia
Norwegia
Siprus
Bulgaria
Israel
Ukraina
Rumania
Bosnia

480
474
469
465
464
463
462
461
456

19
20
21
22
23
24
25
26
27

Ukraina
Norwegia
Armenia
Romania
Amirate Arab
Turki
Lebanon
Malaysia
Georgia

479
475
467
458
456
452
449
440
431

28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

Herzegovina
Libanon
Thailand
Turki
Yordania
Tunisia
Georgia
Iran
Bahrain
INDONESIA
Siria
Mesir
Algeria
Maroko
Kolombia
Oman
Palestina
Botswana
Kuwait
Elsavador
Saudi Arabia
Ghana
Qatar

449
441
432
427
420
410
403
398
397
395
391
387
381
380
372
367
364
354
340
329
309
307

28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Thailand
427
Macedonia 426
Tunisia
425
Chili
416
Iran
415
Qatar
410
Bahrain
409
Jordan
406
Palestina
404
Arab Saudi 394
INDONESIA 386
Syrian Arab 380
Maroko
371
Oman
366
Ghana
331

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Serikat
Inggris
Selandia Baru
Internasional
Lituania
Italia
Siprus
Rumania
Maldova
Thailand

Israel
466
Tunisia
448
Masedonia
447
Turki
429
Yordania
428
Iran
422
INDONESIA 403
Cili
392
Filipina
345
Maroko
337
Afrika Selatan 275

28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

Israel
496
Selandia Baru 494
Slovenia
493
Italia
484
Armenia
478
Serbia
477
Bulgaria
476
Rumania
475
Internasional 467
Norwegia
461
Maldova
460
Siprus
459
Masedonia
435
Libanon
433
Yordania
424
Iran
411
INDONESIA 411
Tunisia
410
Mesir
406
Bahrain
401
Palestina
390
Cili
387
Maroko
387
Filipina
378
Botswana
366
Saudi Arabia 332
Gana
276
Afrika Selatan 264

Tabel 2.1.2 Skor Rata-rata Prestasi Sains

13

TIMSS 1999

TIMSS 2003

TIMSS 2007

TIMSS 2011

14

No. Negara

Skor

No. Negara

Skor

No. Negara

Skor No Negara

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

569
568
552
550
549
545
540
539
538
535

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

578
571
558
556
552
552
544
543
536
527

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

567
561
554
553
542
539
539
538
530
530

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

535

Serikat
11 Australia

527

11 Amerika

520

11 Hungaria

522

519
515
511
500
496
495
488

12
13
14
15
16
17
18

519
516
514
512
509
501
501

Taiwan
Singapura
Hungaria
Jepang
Korea Selatan
Belanda
Australia
Ceko
Inggris
Finlandia

11 Slowakia
12
13
14
15
16
17
18

Belgia
Slovenia
Kanada
Hongkong
Rusia
Bulgaria
Amerika

535
533
533
530
529
518
515

Serikat
19 Selandia Baru 510
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Latvia
Italia
Malaysia
Lituania
Internasional
Thailand
Rumania
Israel
Siprus
Maldova
Masedonia
Yordania
Iran
INDONESIA

503
493
492
488
488
482
472
468
460
459
458
450
448
435

12
13
14
15
16
17
18

Singapura
Taiwan
Korea Selatan
Hongkong
Estonia
Jepang
Inggris
Hungaria
Belanda
Amerika

Swedia
Slovenia
Selandia Baru
Lituania
Slowakia
Belgia
Rusia

19 Latvia
20
21
22
23
24
25
26

Skotlandia
Malaysia
Norwegia
Italia
Israel
Bulgaria
Yordania
Internasional
27 Maldova
28
29
30
31
32

Rumania
Serbia
Armenia
Iran
Masedonia

Singapura
Taiwan
Jepang
Korea Selatan
Inggris
Hungaria
Ceko
Slovenia
Hongkong
Rusia

Serikat
Lituania
Australia
Swedia
Internasional
Skotlandia
Italia
Armenia

524
520
520
519
517
516
514

12
13
14

512

18 Norwegia

512
510
494
491
488
479
475
474
472
470
468
461
453
449

15
16
17

Skor

Singapura
590
China Taipei 564
Korea Selatan 560
Jepang
558
Firlandia
552
Slovenia
543
Rusia
542
Hongkong
535
Inggris
533
Amerika
525

Australia
Israel
Lithuania
New Zealand
Sweden
Itali
Ukraina

487

Internasiona 500
494
490
483
474
465
465
461
452
451
449
439
437
436
426

19
20
21
22
23
24
25
26
27

Ukraina
Yordania
Malaysia
Thailand
Serbia
Bulgaria
Israel
Bahrain
Bosnia

485
482
471
471
470
470
468
467
466

19
20
21
22
23
24
25
26
27

l
Norwegia
Kazakhstan
Turki
Iran
Romania
Emirate Arab
Chili
Bahrain
Thailand

28
29
30
31
32

Herzegovina
Rumania
Iran
Malta
Turki
Siria

462
459
457
454
452

28
29
30
31
32

Jordan
Tunesia
Armenia
Saudi Arabia
Malaysia

15

33
34
35
36
37
38

Turki
433
Tunisia
430
Cili
420
Filipina
345
Maroko
323
Afrika Selatan 243

33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

Siprus
441
Bahrain
438
Palestina
435
Mesir
421
INDONESIA 420
Cili
413
Tunisia
404
Saudi Arabia 398
Maroko
396
Libanon
393
Filipina
377
Botswana
365
Gana
255
Afrika Selatan 244

33 Siprus
452 33 Syiria
426
34 Tunisia
445 34 Palestina
420
35 INDONESIA 427 35 Georgia
420
36 Oman
423 36 Oman
420
37 Georgia
421 37 Qatar
419
38 Kuwait
418 38 Macedonia 407
39 Kolombia
417 39 Lebanon
406
40 Libanon
414 40 INDONESIA 406
41 Mesir
408 41 Maroko
376
42 Algeria
408 42 Gana
306
43 Palestina
404
44 Saudi Arabia 403
45 Maroko
402
46 Elsavador
387
47 Botswana
355
48 Qatar
319
49 Ghana
303
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi siswa Indonesia berada signifikan di
bawah rata-rata internasional. Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 34 dari 38
negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 35 dari 46 negara, dan tahun 2007 berada di
peringkat ke 36 dari 49 negara . Dengan jumlah negara peserta yang sama seperti dalam
matematika, untuk rata-rata skor prestasi sains posisi Indonesia tidak jauh berbeda. Siswa
Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 32, pada tahun 2003 berada di peringkat ke
37, dan pada tahun 2007 berada di peringkat ke 35.

2.3 Kaitan TIMSS dengan pasar kerja


Pembahasan materi ini adalah mengenai hubungan atau keterkaitan antara TIMSS
dengan pasar kerja. Dari materi ini akan diketahui bentuk hubungannya,apakah timbal balik
atau hubungan tegak lurus.
Jika berbicara tentang TIMSS maka kita akan berbicara tentang prestasi siswa.
Menurut hasil TIMSS sendiri diketahui bahwa pencapaian prestasi fisika dan matematika
siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and
Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44
negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi
sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai

16

negara tetangga yang terdekat. Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations
for Development Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas
manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human
Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi
ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi
Indonesia berada jauh di bawahnya. Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai
30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian
yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan
mengerjakan soal pilihan ganda.
Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-RepeatTIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi
siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika.
Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai
di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat
ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.
Rendahnya prestasi siswa juga sangat berpengaruh terhadap pasar kerja,sehingga
banyak masyarakat Indonesia saat ini yang pengangguran. Dari uraian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa hubungan antara TIMSS dengan pasar kerja adalah hubungan yang saling
tegak lurus,yaitu apabila TIMSS rendah maka pasar kerjapun rendah juga.

2.4 Kaitan Hasil PISA dengan HDI


PISA merupakan singkatan dari Programme Internationale for Student Assesment
yang merupakan suatu bentuk evaluasi kemampuan dan pengetahuan yang dirancang untuk
siswa usia 15 tahun . PISA sendiri merupakan proyek dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2000
untuk bidang membaca, matematika dan sains. Ide utama dari PISA adalah hasil dari sistem
pendidikan harus diukur dengan kompetensi yang dimiliki oleh siswa dan konsep utamanya
adalah literasi.
PISA dilaksanakan setiap tiga tahun sekali, yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009,
dan seterusnya. Sejak tahun 2000 Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi pada PISA.
Pada tahun 2000 sebanyak 41 negara berpartisipasi sebagai peserta sedangkan pada tahun
2003 menurun menjadi 40 negara dan pada tahun 2006 melonjak menjadi 57 negara. Jumlah

17

negara yang berpartisipasi pada studi ini meningkat pada tahun 2009 yaitu sebanyak 65
negara. PISA terakhir diadakan pada tahun 2012, dan laporan mengenai hasil studi ini belum
dirilis oleh pihak OECD.
Dalam melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur operasi standar yang
telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes dan angket,
penentuan populasi dan sampel, pengelolaan dan analisis data, dan pengendalian mutu.
Desain dan implementasi studi berada dalam tanggung jawab konsorsium internasional yang
beranggotakan the Australian Council for Educational Research (ACER), the Netherlands
National Institute for Educational Measurement (Citogroep), the National Institute for
Educational Policy Research in Japan (NIER), dan WESTAT United States.
HDI adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan,
dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia. HDI digunakan untuk
mengklasifikasikan apakah sebuah negara termasuk negara maju, negara berkembang, atau
negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi terhadap
kualitas hidup.
Indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih berguna daripada hanya sekedar
pendapatan perkapita yang selama ini digunakan. Indeks ini juga berguna untuk mengetahui
hal-hal yang lebih terperinci dalam membuat laporan pembangunan manusia.
HDI merupakan salah satu indeks yang berguna untuk memusatkan perhatian pada
aspek kualitas dari pembangunan dan berguna bagi negara-negara dengan skor HDI yang
relatif rendah untuk melihat kembali variabel-variabel nutrisi, kesehatan, dan pendidikan.
HDI mengukur pencapaian rata-rata seuah negara dalam 3 dimensi dasar
pembangunan manusia:
a. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran
b. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca-tulis pada orang dewasa (bobot dua
per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah, dan atas (bobotnya satu per tiga)
c. Standar kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari Produk Domestik
Bruto (PDB) perkapita dalam paritasi daya beli
Variabel-variabel dalam HDI :

18

a.

Umur panjang (longevity)


Sebagai pengukur kesehatan dan nutrisi. Umur panjang diukur dengan merata-rata
harapan hidup (dalam tahun) dari tingkat kelahiran.

b.

Pendidikan
Terdiri dari rata-rata terbobot antara tingkat melek huruf dari kaum dewasa dalam % dan
tahun-tahun utama dari masa sekolah seseorang sepanjang 25 tahun dari umurnya

c.

Standar hidup
Indikator standar hidup adalah produk domestik bruto (PDB) dengan dasar kebutuhan
pendapatan yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat nutrisi minimal dan merefleksikan
utilitas marginal yang semakin menurun dari pendapatan.

dalam tes PISA negara indonesia masih berada pada level yang paling bawah. Berdasarkan
hasil survey Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2011menyatakan bahwa
posisi atau peringkat Indonesia berada pada juru kunci, seperti tampak pada tabel berikut.

Hasil terbaru dari PISA 2013 seperti yang dilansir dalam detikNews bahwa
Mendikbud menyatakan jika perombakan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 itu
sangat perlu berdasarkan hasil survei PISA yang menyatakan bahwa Indonesia menempati
posisi 64 dari 65 negara.
Hal ini bisa jadi disebabkan kebijakan pemerintah kita dengan adanya Ujian Nasional.
Saat ini tolak ukur keberhasilan siswa sepertinya hanya terletak pada Ujian Nasional sebagai

19

suatu tes formal yang mesti ditempuh oleh peserta didik untuk lulus guna melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi. Misalnya dari SMP ke SMA. Seperti kita ketahui pada soal-soal
ujian nasional lebih menekankan pada penguasaan keterampilan dasar (basic skill), namun
sedikit atau sama sekali tidak ada penekanan untuk penerapan matematika dalam konteks
kehidupan sehari- hari, berkomunikasi secara matematis, dan bernalar secara matematis.
Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Sampoerna Foundation menunjukkan bahwa
sebaran soal Ujian Nasional masih sangat kontekstual, yakni penuh dengan penghitungan.
Sehingga siswa banyak dituntut melakukan penghitungan dengan menerapkan rumus-rumus
tanpa menekankan problem solving atau penalaran (Yuyun Yunengsih, 2008).
Soal-soal PISA sangat menuntut kemampuan penalaran dan pemecahan masalah.
Seorang siswa dikatakan mampu menyelesaikan masalah apabila ia dapat menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal
(Wardhani, 2005).

Elemen-elemen pembangunan manusia secara tegas menggaris bawahi sasaran yang ingin
dicapai, yaitu hidup sehat dan panjang umur, berpendidikan dan dapat menikmati hidup
layak. Ini berarti pembangunan manusia merupakan manifestasi dari aspirasi dan tujuan suatu
bangsa yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan secara struktural melalui upaya yang
sistematis. Sasaran dasar pembangunan pada akhirnya adalah peningkatan derajat kesehatan
(usia hidup panjang dan sehat), meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis dan
ketrampilan) serta penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk hidup layak) untuk dapat
berpartisipasi dalam pembangunan.
Indeks ini pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel india Amartya Sen dan Mahbub
ul Haq seorang ekonom pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord
Meghnad Desai dari London School of Economics. United Nations Development Programme
(UNDP) dalam model pembangunannya, menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam
semua proses dan kegiatan pembangunan. Sejak tahun 1990, UNDP mengeluarkan laporan
tahunan perkembangan pembangunan manusia untuk negara-negara di dunia. Salah satu alat
ukur untuk melihat aspek-aspek yang relevan dengan pembangunan manusian adalah melaui
Human Development Index (HDI)yang dikenal dengan istilah IPM ( Indeks Pembangunan
Manusia). Digambarkan sebagai pengukuran vulgar oleh Amartya Sen karena batasanya .
indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar

20

pendapatan perkapita yang selama ini digunakan, dan indeks ini juga berguna sebagai
jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam
membuat laporan pembangunan manusianya. IPM merupakan indeks komposit yang terdiri
dari tiga komponen utama, yaitu kesehatan, pendidikan dan pendapatan yang diracik menjadi
satu secara proporsional.
Berdasarkan ketiga indikator tersebut, ditetapkan tiga kelompok negara.

Pertama, negara dengan tingkat pembangunan manusia yang rendah bila IPM-nya
berkisar antara 0 sampai 50. Negara yang masuk kategori ini sama sekali atau kurang
memperhatikan pembangunan manusia.

Kedua, negara dengan tingkat pembangunan manusia sedang jika IPM-nya berkisar
antara 51 sampai 79. Negara yang masuk dalam kategori ini mulai memperhatikan
pembangunan sumber daya manusianya.

Ketiga, negara dengan tingkat pembangunan manusia tinggi jika IPM-nya berkisar
antara 80 sampai 100. Negara yang masuk dalam kategori ini sangat memperhatikan
pembangunan sumber daya manusianya.
Negara berkembang (Developing Countries) adalah istilah yang digunakan untuk

menyebut suatu negara yang jika dilihat dari tingkat kemajuan ekonomi memiliki standar
hidup yang relatif rendah, sektor industri yang kurang berkembang, skor Indeks
Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) berada pada tingkat
menengah ke bawah, serta rendahnya pendapatan perkapita.
Negara-negara berkembang terus menghadapi tantangan untuk bertumbuh menjadi negara
maju, atau mengalami kemunduran dan menjadi negara gagal.
Hal ini berarti bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam menyelesaikan soal-soal
yang menuntut kemampuan untuk menelaah, memberi alasan, dan mengkomunikasikannya
secara efektif, serta memecahkan dan menginterpretasikan permasalahan dalam berbagai
situasi masih sangat rendah. karena Salah satu indikator dala menentukan HDI adalah
kualitas pendidkan pada suatu negara dari tingkat sekolah dasr sampai menengah. Tampak
bahwa untuk masalah matematika yang menuntut kemampuan berfikir tinggi, siswa
Indonesia jauh di bawah rata-rata nasional.

2.5 Kaitan Hasil PISA terhadap Pasar Kerja


PISA merupakan singkatan dari Programme Internationale for Student Assesment
yang merupakan suatu bentuk evaluasi kemampuan dan pengetahuan yang dirancang untuk

21

siswa usia 15 tahun . PISA sendiri merupakan proyek dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2000
untuk bidang membaca, matematika dan sains. PISA dilaksanakan setiap tiga tahun sekali,
yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan seterusnya. Sejak tahun 2000 Indonesia mulai
sepenuhnya berpartisipasi pada PISA. Pada tahun 2000 sebanyak 41 negara berpartisipasi
sebagai peserta sedangkan pada tahun 2003 menurun menjadi 40 negara dan pada tahun 2006
melonjak menjadi 57 negara. Jumlah negara yang berpartisipasi pada studi ini meningkat
pada tahun 2009 yaitu sebanyak 65 negara. PISA terakhir diadakan pada tahun 2012, dan
laporan mengenai hasil studi ini belum dirilis oleh pihak OECD.
Tujuan PISA adalah untuk mengukur prestasi literasi membaca, matematika, dan sains
bagi siswa usia 15 tahun. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh antara lain untuk
mengetahui posisi prestasi literasi siswa di Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi
literasi siswa di negara lain dan faktor faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil
survey Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2011menyatakan bahwa posisi
atau peringkat Indonesia berada pada juru kunci, seperti tampak pada tabel berikut.

Gambar 1.Hasil PISA

22

Pasar Kerja Indonesia


Jika kita perhatikan indikator Human Development Index (HDI), Indonesia
masih sangat memprihatinkan, pada tahun 2002 nilainya 0,684 berada pada rangking
110. Pada tahun 2003 HDI Indoneia semakin memburuk menduduki peringkat 112 di
bawah Vietnam (109), Thailand (74) dan Brunei Darusalam (31), Korea (30), dan
Singapura (28). Selanjutnya pada tahun 2004 dan 2005 HDI Indonesia secara
berturut-turut berada pada peringkat 111 dan 110. Menurut The 2006 Global
Economic Forum of Global Competiveness Index (GCI) yang di-release World
Economic Forum (WEF), daya saing global Indonesia kini berada pada poisi yang
terpuruk.
Untuk mempertajam pembahasan posisi tenaga kerja dipasar tenaga kerja.
Biro Pusat Statistik pada bulan Februari 2009, jumlah penduduk yang bekerja
menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan mengalami kenaikan untuk hampir
semua golongan pendidikan jika dibandingkan keadaan Agustus 2008, kecuali untuk
pekerja dengan pendidikan diploma yang mengalami penurunan sebanyak 100 ribu
orang. Berikut data penduduk yang bekerja menurut pendidikan :

23

Dengan adanya PISA dapat menentukan tingkat HDI di negara-negara yang mengikuti
program PISA ini. HDI sangat menentukan atau dapat dikataktan sebagai parameter untuk
meninjau kualitas sumber daya manusia disuatu negara. Dampak SDM ini berkaitan erat
dengan bidang pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Berikut data-data HDI untuk indonesia:

24

Hal ini juga dapat dilihat dengan tingkat pengangguran di indonesia dari seluruh
tingkatan.

Upaya Pemerintah dalam merespon tuntutan pasar tenaga kerja baik skala nasional
maupun internasional, adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi Indonesia.
Keseriusan Pemerintah terlihat terlihat jelas

dengan diterbitkannya Perundangan dan

Peraturan Pemerintah yang merupakan kesatuan tujuan untuk menjamin mutu pendidikan

25

tinggi, antara lain UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, UU No.14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, UU No. 9 Tahun 2009 tentang BHP, RPP tentang Penyelenggaraan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan
HELTS ( Higher Education Long Strategy) 2003-2010.

26

BAB 3
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Dengan adanya TIMSS dan PISA dapat menentukan tingkat HDI di negaranegara yang mengikuti program PISA ini. HDI sangat menentukan atau dapat
dikataktan sebagai parameter untuk meninjau kualitas sumber daya manusia
disuatu negara. Dampak SDM ini berkaitan erat dengan bidang pendidikan,
ekonomi, dan kesehatan.Hubungan antara TIMSS dan PISA dengan pasar
kerja adalah hubungan yang saling tegak lurus,yaitu apabila TIMSS rendah
maka pasar kerjapun rendah juga.

3.2Saran
semoga dengan mempelajari keterkaitan antara TIMSS,PISA dengan
HDI serta Pasar kerja kita lebih dapat memahami dan mempraktekannya di
kehidupan kita secara langsungnya.

Daftar Pustaka
Nurdjaman, Progo. 2006. Pembangunan Potensi Wilayah Berbasis Pendidikan.
Sukirno, Sadono . 1992. Ekonomi Pembangunan . Jakarta : Bima Grafika.
Yulistiono( 2010), Peningkatan SDM Menghadapi ACFTA. Bandung

27

http://en.wikipedia.org/wiki/Trends_in_International_Mathematics_and_Science_Study.18No
v
mber2010
http://saorajaku.wordpress.com/2012/05/04/peningkatan-minat-siswa-pada-ilmu-alam/
http://id.wikipedia.org/wiki/Program_Penilaian_Pelajar_Internasional
http://wulieokti.blogspot.co.id/2014/04/pisa-programme-internationale-for.html
http://musthika-aksara.blogspot.co.id/2010/11/human-development-index-hdi.html
http://prasetyo-utomo.blogspot.co.id/2010/12/pengaruh-peningkatan-indikator-human.html
http://biecantik.blogspot.co.id/2012/12/hdi-human-development-index.html

Anda mungkin juga menyukai