Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nur Alizza Zahratunnisa

Nim : 1900001221

Pengembangan Media Sosial Untuk Layanan Bimbingan dan Konseling

ABSTRAK
Media sosial adalah sebuah media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna serta
memfasilitiasi para pengguna dalam beraktifitas maupun berkolaborasi tanpa ada batasan
waktu dan tempat. Karena sifatnya yang dinamis itu, media sosial kian dikembangkan untuk
digunakan dalam berbagai hal, salah satunya yaitu layanan bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling selama ini dilakukan secara luring melalui tatap muka, padahal jika
memanfaatkan media komputer, internet, dan media sosial maka kegiatan bimbingan dan
konseling dapat menjadi lebih efektif. Pengembangan media sosial untuk layanan bimbingan
dan konseling dilakukan dengan melihat subjek yang dituju, yaitu individu/kelompok
(khusus)/kelompok (umum). Dalam proses mengembangkan media sosial sebagai layanan
bimbingan dan konseling tersebut perlu peran aktif dari konselor, konseli, maupun
pemerintah.
Kata Kunci : Media Sosial, Bimbingan dan Konseling

A. Pendahuluan
Sejak menginjak Revolusi Industri 4.0 dapat dipastikan bahwa setiap orang yang
memiliki telepon pintar atau Smartphone juga memiliki akun media sosial seperti
Twitter, Facebook, Instagram, Snapchat, dan sebagainya. Adanya media sosial merubah
kebiasaan masyarakat yang awalnya berkomunikasi secara konvensional menjadi digital.
Dunia seolah-olah tidak memiliki batasan tempat dan waktu dalam melakukan interaksi
sosial. Saat ini manusia dapat bertemu satu sama lain meskipun dalam jarak ribuan
kilometer.
New Media merupakan media yang menawarkan convergence, digitization,
interactivity, dan development of network terkait pembuatan dan penyampaian sebuah
pesan1. Hal ini memungkinkan pengguna new media untuk memilih informasi yang akan
dikonsumsi sekaligus mengendalikan informasi yang akan disampaikan. Konsep sentral
dari new media adalah mampu menawarkan interactivity tersebut. New Media
merupakan peristilahan baru untuk menggambarkan sebuah media terbaru yang berbeda
dari yang telah ada selama ini. Contoh media lama yaitu televisi, radio, majalah, koran.

1
Terry Flew, “New Media: An Introduction”, (New York: Oxford University Press, 2002), hal. 25
Sedangkan media baru (new media) merupakan sebuah media baru yang telah
menggunakan internet.
Media sosial atau jejaring sosial merupakan bagian dari media baru (new media).
Media Sosial terdiri dari dua kata yaitu “Media” dan “Sosial”. “Media” memiliki arti
yaitu sebuah alat komunikasi2. Sedangkan “Sosial” memiliki arti kenyataan sosial
dimana tiap individu melakukan aksi yang akan berkontribusi kepada masyarakat. Van
Dijk mengartikan media sosial sebagai platform media yang menfokuskan pada
eksistensi pengguna yang memfasilitiasi para pengguna dalam beraktifitas maupun
berkolaborasi tanpa ada batasan waktu dan tempat 3. Media sosial semakin banyak
digunakan untuk kegiatan-kegiatan formal dan massif lainnya seperti politik, hukum,
kesehatan, maupun bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling merupakan
pelayanan bantuan untuk peserta didik secara perorangan ataupun keompok agar bisa
berkembang secara optimal4.
Jika dikatikan dengan media sosial yang bersifat dinamis, maka dapat dilihat potensi
pengembangan layanan bimbingan dan konseling menggunakan media sosial. Selain itu,
saat ini dunia sedang mengalami pandemi Covid-19. Virus Covid-19 menular secara
contagious, yaitu infeksi dengan penyebaran yang sangat cepat dalam sebuah jaringan5.
Oleh karena itu, penyebarannya sangat cepat melalui kontak fisik dan droplet liur
manusia. Covid-19 kemudian ditetapkan sebagai jenis penyakit yang menimbulkan
kedaruratan kesehatan masyarakat melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020.
Berdasarkan hal tersebut, semua kegiatan seperti pendidikan maupun pekerjaan saat ini
menggunakan computer dan media internet untuk saling berinteraksi sebagai langkah
pencegahan dari penyebaran virus Covid-19. Oleh karena itu, media sosial merupakan
salah satu solusi yang menarik untuk melakukan suatu pengembangan layanan
bimbingan dan konseling.
Pada artikel ini, penulis akan memaparkan “Pengembangan Media Sosial untuk
Layanan Bimbingan dan Konseling”. Pemaparan tersebut akan dijelaskan melalui
beberapa bagian yaitu: (1) Mengapa media sosial berpotensi untuk menjadi sarana
layanan bimbingan dan konseling?; (2) Bagaimana proses pengembangan media sosial

2
Laughey, “Themes in Media Theory”, (New York: Open University Press, 2007), hal. 121
3
Rulli Nasrullah, “Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia)”, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group), hal. 4
4
Prayitno, “Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling”, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2004)
5
Mona, Nailul, 2020, Konsep Isolasi dalam Jaringan Sosial untuk Meminimalisasi Efek Contagious(Kasus
Penyebaran Virus Corona di Indonesia), Jurnal Sosial Humaniora Terapan Universitas Indonesia,Vol.2 No.2,
hlm. 117.
untuk layanan bimbingan dan konseling?; (3) Apa saja implikasi yang ditimbulkan dari
penggunaan media sosial sebagai sarana layanan bimbingan dan konseling?. Berdasarkan
ketiga bagian tersebut diharapkan pembaca dapat memahami potensi media sosial
tersebut.

B. Isi
Pada bagian isi akan dijelaskan pemaparan terhadap ketiga rumusan masalah yang telah
dijelaskan sebelumnya. Berikut adalah pemaparan ketiga rumusan masalah tersebut:

a. Potensi Media Sosial Sebagai Sarana Layanan Bimbingan dan Konseling


Komunikasi dalam bimbingan konseling merupakan suatu syarat mutlak karena
proses bimbingan dan konseling merupakan bagian dari komunikasi. Metode
bimbingan dan konseling dapat dibagi berdasarkan segi komunikasi tersebut, yaitu
komunikasi langsung dan metode komunikasi tidak langsung6. Metode komunikasi
langsung merupakan metode bimbingan dan konseling dengan komunikasi secara
langsung yaitu bertatap muka antara konselor dengan konseli individu maupun
kelompok. Sedangkan metode komunikasi tidak langsung merupakan metode yang
menggunakan bantuan media berkomunikasi dalam proses bimbingan dan konseling.
Contoh media komunikasi tidak langsung yaitu melalui televisi, telepon,
internet, radio, dan lainnya. Media sosial merupakan jenis dari media komunikasi
tidak langsung yang memanfaatkan internet. Beberapa jenis dari media sosial
adalah7:
1. Proyek Kolaborasi
Pada situs ini pengguna dapat menambah, mengubah, dan menghapus
konten yang telah diunggah sebelumnya. Contoh dari media sosial proyek
kolaborasi adalah Wikipedia, Blogspot, dan Wixsite.
2. Blog dan Mikroblog
Pada situs ini pengguna dapat mengekspresikan opininya secara bebas, baik
itu ungkapan hati secara individu maupun kritik terhadap kebijakan
pemerintah. Contoh blog atau microblog adalah Twitter.
3. Konten
Pada situs ini pengguna dapat saling berbagi konten media seperti gambar
dan video. Contoh situs web konten adalah Youtube
6
Faqih, “Bimbingan dan Konseling dalam islam”, (Yogyakarta: LPPAI UII Press, 2004), hal. 54
7
Julia Anjarwati, “Media Sosial: Pengertian, jenis, fungsi, dan contoh”, (Website:
https://tekno.foresteract.com/media-sosial/2/, 2020)
4. Situs Jejaring Sosial
Aplikasi dalam jenis media sosial jejaring sosial ini memberi izin pada
penggunanya untuk bisa terhubung dengan pengguna lainnya. Caranya yaitu
melalui membuat informasi dan berbagi informasi foto dan video dengan
pengguna lainnya. Contoh jejaring sosial adalah Facebook dan Instagram.
Keempat jenis media sosial tersebut dapat menjadi penunjang konselor dalam
melakukan layanan pengembangan bimbingan dan konseling. Hal ini karena keempat
jenis media sosial tersebut dapat didapatkan dengan mudah selama ada internet dan
tidak membutuhkan biaya dalam operasionalnya. Hal yang dibutuhkan hanyalah
kemampuan konselor dalam mengaplikasikan ilmunya ke dalam bentuk audio/visual.
b. Proses Pengembangan Media Sosial Sebagai Sarana Layanan Bimbingan dan
Konseling
Pengembangan media sosial sebagai sarana layanan bimbingan dan konseling
dapat dilakukan melalui media komunikasi langsung dan media komunikasi tidak
langsung. Pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai komunikasi tidak
langsung, yaitu melalui media sosial yang memiliki keunggulan dapat
mempertemukan dua atau lebih orang tanpa harus bertatap muka. Pengembangan
media sosial sebagai sarana layanan bimbingan dan konseling sebaiknya
diklasifikasikan sesuai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat dijabarkan
melalui subjek yang ingin dicapai, yaitu dapat berupa individu maupun kelompok,
yaitu sebagai berikut:
- Media Sosial Untuk Layanan Bimbingan Konseling Individu
Layanan bimbingan konseling individu memungkinkan peserta didik (klien
atau konseli) mendapatkan layanan langsung (tatap muka ataupun
percakapan antar dua orang) dengan guru pembimbing (konselor) dalam
rangka pembahasan permasalahan pribadi yang dideritanya. Media Sosial
yang paling cocok adalah jejaring sosial seperti Facebook dan Instagram.
Kegiatan bimbingan dan konseling dapat dilakukan melaui fitur private chat
pada media sosial tersebut. Selain itu, saat ini Instagram juga telah tersedia
fitur video call sehingga bimbingan konseling dapat dilakukan secara tatap
muka.
- Media Sosial Untuk Layanan Bimbingan Konseling Kelompok (Khusus)
Layanan bimbingan konseling kelompok (khusus) memungkinkan peserta
didik (klien atau konseli) secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan
dari narasumber tertentu (konselor). Namun kata “khusus” disini
mengisyaratkan bahwa kelompok disini bersifat privat dimana hanya
anggota kelompok yang dapat memperoleh informasi mengenai bimbingan
dan konseling. Media sosial yang cocok untuk jenis bimbingan konseling ini
yaitu jejaring sosial dan proyek kolaborasi. Seperti dijelaskan sebelumnya,
jejaring sosial seperti Facebook dan Instagram memudahkan dalam
melakukan bimbingan dan konseling secara daring yaitu melalui fitur group
chat yang bisa diisi satu konselor dan beberapa peserta konseling. Group
chat bersifat privat karena hanya beberapa orang yang dapat masuk ke
dalam grup. Selain itu, terdapat media sosial jenis proyek kolaborasi yaitu
seperti blogspot yang dapat diisi materi konseling oleh konselor, dan yang
dapat mengakses blogspot tersebut hanya kelompok yang memiliki alamat
webnya saja.
- Media Sosial Untuk Layanan Bimbingan Konseling Kelompok (Umum)
Layanan bimbingan konseling kelompok (umum) memiliki ciri yang mirip
dengan layanan bimbingan konseling kelompok (khusus). Hal yang
membedakan yaitu subjek tujuannya adalah massa secara umum, yaitu
semua orang tanpa terkecuali dapat mendapatkan informasi mengenai
layanan bimbingan dan konseling. Semua jenis media sosial dapat
digunakan. Konselor dapat menggunakan proyek kolaborasi seperti blogspot
dengan mengunggah sebuah artikel bimbingan konseling di dalamnya.
Kemudian konselor akan mempromosikan artikel yang telah dibuat melalui
jejaring sosial sehingga masyarakat luas dapat mengetahui isi artikel
tersebut. Selain itu, konselor juga dapat menggunakan youtube untuk
memvisualisasikan artikel tersebut menjadi konten yang dapat diakses oleh
seluruh masyarakat.
c. Implikasi Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana Layanan Bimbingan dan
Konseling
Konselor tentunya membutuhkan beberapa pelatihan khusus menggunakan
media sosial dalam bimbingan dan konseling, di sisi lain peserta didik (konseli) harus
mendapatkan sosialisasi mengenai bimbingan dan konseling melalui media sosial.
Dapat disimpulkan implikasi dari penggunaan media sosial yaitu8:

8
Agus Triyanto, “Implikasi Perkembangan Teknologi Komputer dan Internet bagi Konselor Sekolah”, (Jurnal
Paradigma, No. 09 Th. V, Januari 2010), hal. 26
1. Perlu diadakannya pengenalan melalui seminar mengenai potensi dan manfaat
penggunaan teknologi komputer, internet, dan sosial media untuk layanan
bimbingan dan konseling. Seminar ini ditujukan untuk konselor dan konseli.
2. Perlu diadakannya pelatihan-pelatihan atau workshop untuk dapat menguasai
ketrampilan teknis penggunaan teknologi komputer, internet dan media sosial
untuk bimbingan dan konseling untuk konselor dan konseli.
3. Penyediaan sarana dan prasarana komputer dan internet bagi konselor sekolah
agar dapat selalu belajar untuk mengembangkan kompetensi menggunakan
teknologi komputer, internet, dan media sosial.
4. Konselor dan konseli harus memiliki akun media sosial setidaknya satu untuk
mulai mengembangkan skill yang dimiliki.
5. Perlunya penelitian dan pengembangan penggunaan komputer, internet, dan
media sosial yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu
6. Selain itu, perlunya dukungan pemerintah dalam pelaksanaan pengembangan
media sosial untuk bimbingan dan konseling. Hal ini untuk mencapai
perluasan program yang lebih cepat kepada masyarakat luas.
Dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan media sosial sebagai layanan
bimbingan dan konseling perlu peran aktif dari konselor, konseli, maupun pemerintah.
Jika ketiga aspek itu saling bekerja sama, maka tujuan akan lebih cepat dicapai.
C. Penutup
Berdasarkan pemaparan mengenai “Media Sosial Untuk Layanan Bimbingan dan
Konseling” diatas, dapat disimpulkan beberapa poin-poin penting :
1. Media sosial merupakan media baru (new media), media sosial itu sendiri dapat
diartikan sebagai platform media yang menfokuskan pada eksistensi pengguna
yang memfasilitiasi para pengguna dalam beraktifitas maupun berkolaborasi tanpa
ada batasan waktu dan tempat (Dapat diakses dimana saja dan kapan saja).
2. Terdapat empat jenis media sosial yaitu proyek kolaborasi, blog, konten, dan
jejaring sosial. Keempat jenis media sosial tersebut dapat menjadi penunjang
konselor dalam melakukan layanan pengembangan bimbingan dan konseling. Hal
ini karena keempat jenis media sosial tersebut dapat didapatkan dengan mudah
selama ada internet dan tidak membutuhkan biaya dalam operasionalnya.
3. Pengembangan media sosial sebagai layanan bimbingan konseling dapat
diklasifikasikan melalui subjek tujuan penggunaannya yaitu:
- Media Sosial Untuk Layanan Bimbingan Konseling Individu
- Media Sosial Untuk Layanan Bimbingan Konseling Kelompok (Khusus)
- Media Sosial Untuk Layanan Bimbingan Konseling Kelompok (Umum)
4. Dalam proses pengembangan, perlu peran aktif dari konselor, konseli, maupun
pemerintah. Jika ketiga aspek itu saling bekerja sama dengan baik maka tujuan
akan lebih cepat tercapai dan di masa depan bimbingan dan konseling dapat
diakses dengan mudah oleh semua orang dimana saja dan kapan saja.

Daftar Pustaka
Agus Triyanto, “Implikasi Perkembangan Teknologi Komputer dan Internet bagi Konselor
Sekolah”, (Jurnal Paradigma, No. 09 Th. V, Januari 2010).

C. Fuchs, “Social Media a Critical Introduction”, (Los Angeles: SAGE Publication, 2014).

Hardi Prasetiawan, “Media dalam Layanan Bimbingan dan Konseling”, (The 5th Urecol
Proceeding, 2017).

Irawan, F. “Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling melalui Weblog”, (Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia, 2015).

Julia Anjarwati, “Media Sosial: Pengertian, jenis, fungsi, dan contoh”, (Website:
https://tekno.foresteract.com/media-sosial/2/, 2020)

Laughey, “Themes in Media Theory”, (New York: Open University Press, 2007).

Mona, Nailul, 2020, Konsep Isolasi dalam Jaringan Sosial untuk Meminimalisasi Efek
Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona di Indonesia), Jurnal Sosial Humaniora
Terapan Universitas Indonesia,Vol.2 No.2.

Faqih, “Bimbingan dan Konseling dalam islam”, (Yogyakarta: LPPAI UII Press, 2004).

Prayitno, “Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling”, (Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2004)

Rulli Nasrullah, “Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia)”, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group).

Terry Flew, “New Media: An Introduction”, (New York: Oxford University Press, 2002).

Anda mungkin juga menyukai