Strategi Komunikasi Pemasaran Brand Fashion House of Smith Dalam
Meningkatkan Brand Awareness
Disusun oleh: Muhammad Fikky Faizal 20419144021
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta 2022 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Perkembangan pada dunia fashion di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang sangat signifikan, dimana brand-brand atau merek-merek lokal baru bermunculan berlomba- lomba menarik konsumen. Brand-brand tersebut memproduksi pilihan fashion dengan keunikannya masing-masing, mulai dari sandal, sepatu, tas, topi, jaket, celana, dan lain sebagainya. Dengan tingginya perkembangan dunia fashion ini, juga dibarengi dengan tingginya perkembangan pola pikir masyarakat Indonesia dengan mengalami perkembangan yang sangat cepat. Hal tersebut seperti perkembangan informasi teknologi yang canggih juga inovasi-inovasi produk atau jasa yang meningkat dan mendukung tuntutan konsumen di era globalisasi. Dengan adanya perkembangan ini, maka perusahaan perusahaan brand fashion memiliki kompetitor dengan perusahaan brand fashion lainnya sehingga sebuah brand membutuhkan pembentukan brand awareness sebagai langkah untuk bersaing dan unggul dari kompetitor yang lainnya. Komunikasi pemasaran berperan penting bagi perusahaan dalam membangun brand awareness. Komunikasi pemasaran juga dapat meningkatkan kesadaran konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Oleh karena itu, dengan komunikasi pemasaran yang baik, perusahaan akan dapat merangsang terjadinya perjualan dan membujuk konsumen untuk memasuki ekosistem yang telah disediakan oleh produsen. Namun, tentu saja hal ini membutuhkan strategi-strategi khusus supaya komunikasi pemasaran dapat berjalan efektif dan dapat membangun kesadaran masyarakat sesuai dengan tujuan. Diantara berbagai brand fashion lokal di Indonesia, brand House of Smith merupakan brand yang memiliki karakter tersendiri. Brand ini didirikan pada tahun 2010 dengan mengedepankan karakter gorilla sebagai ciri utama. Dengan karakter tersebut brand House of Smith membuat produk-produk yang bertema gorila yang sifatnya unik keren dan selalu fresh. Dengan karakter tersebut, brand House of Smith memiliki ciri khas yang dapat membedakan produknya dengan produk brand lain. Saat proposal ini disusun, yaitu pada bulan september 2022, kurang lebih 4.300 produk House of Smith telah terjual di Tokopedia dan 57.500 produk telah terjual di Shopee, sehingga kurang lebih 61.800 produk House of Smith telah terjual melalui E-Commerce belum ditambah dengan hasil penjualan secara offline di store. Tentu hal itu menjadi pencapaian yang luar biasa bagi House of Smith. Produk-produk yang dibuat oleh House of Smith ini berupa kaos, jaket, sandal, tas, dan celana. Produk-produk tersebut dipromosikan melalui media sosialnya. Penelitian ini dirasa penting karena didasari pertimbangan betapa pentingnya memiliki brand awareness untuk mempertahankan sebuah brand di tengah persaingan bisnis yang ketat dan mempertahankan loyalitas konsumen pada suatu brand. Hal ini membuat peneliti bermaksud melakukan penelitian terhadap “Strategi Komunikasi Pemasaran Brand Fashion House of Smith Dalam Meningkatkan Brand Awareness.” 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut. 1. Persaingan bisnis semakin ketat karena munculnya banyak brand lokal baru yang ada di Indonesia sehingga harus dibangun sebuah brand awareness yang kuat supaya adanya keyakinan konsumen terhadap kualitas produk. 2. Setiap brand memiliki upaya dalam mengembangkan pasar dan meningkatkan keloyalan konsumen terhadap produk-produknya. 1.3 Fokus Masalah Fokus masalah dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi pemasaran brand House of Smith dalam upayanya meningkatkan brand awareness. 1.4 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana strategi komunikasi pemasaran brand fashion House of Smith dalam meningkatkan brand awareness? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui strategi komunikasi pemasaran brand fashion House of Smith dalam meningkatkan brand awareness. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis 1. Mengembangkan wawasan keilmuan dalam bidang Komunikasi Pemasaran. 2. Sebagai bahan untuk penelitian lain, khususnya mengenai strategi komunikasi pemasaran untuk meningkatkan brand awareness. 2. Manfaat Praktis 1. Diharapkan penelitian ini dapat sebagai bahan pertimbangan sebuah brand dalam membuat sebuah brand awareness supaya dapat meningkatkan penjualan. 2. Diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk menambah dan memperluas wawasan keilmuan dan pemahaman mengenai strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh House of Smith untuk meningkatkan brand awareness. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 1. Strategi Strategi merupakan perencanaan mengenai cara-cara pemanfaatan serta penggunaan potensi dan sarana yang ada dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari suatu sasaran kegiatan. Strategi ini dapat berupa garis-garis besar haluan untuk melakukan suatu usaha dalam mencapai tujuan tertentu (Johar & Hanum, 2016). 2. Komunikasi Pemasaran Menurut Kotler (2008:8) dalam Febriani (2014), komunikasi pemasaran merupakan suatu scape yang bersifat menantang dan informasi internal sampai dengan system pengambilan keputusan konsumen. Di dalamnya, terdapat pesan dan citra produk yang dicitrakan oleh sebuah perusahaan kepada konsumen potensil maupun stakeholders lain. Kemudian menurut Ball, Simoes, dan Maches (2004) dalam (Farahdiba, 2020), pada hakikatnya proses komunikasi pemasaran adalah suatu proses komunikasi, yaitu penyampaian pesan oleh komunikator ke komunikator melalui media tertentu. Komunikasi akan terbilang benar dan baik, apabila dapat mempengaruhi semua aspek hubungan, tetapi Sebagian besar mencakup kepercayaan, kepuasan, dan loyalitas. Komunikasi pemasaran mempunyai tujuan yaitu mencapai tiga tahap perubahan konsumen (Soemanagara, 2012). Tahap-tahap tersebut, antara lain: 1. Tahap perubahan pengetahuan (knowledge change) Pada tahap ini, konsumen mengetahui akan adanya sebuah produk, tujuan produk tersebut diciptakan, dan ditujukan kepada siapa produk tersebut. Dengan demikian, pesan disampaikan tidak lebih menunjukkan informasi penting pada sebuah produk. 2. Tahap perubahan sikap Perubahan sikap konsumen yang diharapkan yaitu ke arah positif, dimana konsumen mempunyai rasa keinginan untuk mencoba produk. Semakin tinggi ra suka dan ingin pada produk, maka akan semakin tinggi pula dorongan untuk memakai atau membeli produk tersebut. 3. Tahap perubahan perilaku Pada tahap ini, bertujuan supaya konsumen tidak beralih ke produk lain dan terbiasa menggunakan produk tersebut. Pesan pada tahp ini, lebih menunjukkan alasan mengapa produk ini menjadi produk yang lebih menarik dibandingkan dengan produk lainnya. Menurut prinsip-prinsip pemasaran yang dicetus oleh Kothler (2006), bauran komunikasi merupakan perpaduan strategi dan teknik dari seluruh elemen promosi yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. Elemen-elemen tersebut antara lain, yaitu: 1. Periklanan (advertising) Periklanan yaitu sebuah promosi atau pemasaran berbayar untuk menyebarluaskan produk dan membentuk kesadaran & perilaku konsumen secara luas. Dalam beriklan diperlukan metode promosi yang akurat supaya dapat diterima dengan baik oleh khalayak. Iklan bisa dikatakan berhasil apabila membentuk brand awareness dibenak masyarakat serta dapat mengajak dan meyakinkan mereka untuk menggunakan produk tersebut, misalnya iklan cetak, broadcast, Instagram ads, dan lain sebagainya. 2. Promosi Penjualan (sales promotion) Promosi ini merupakan promosi penjualan intensif jangka pendek guna merangsang pembelian atau penjualan suatu produk, misalnya pengadaan kontes, permainan, dan undian. 3. Penjualan Personal (personal selling) Penjualan personal menggunakan interaksi dengan satu atau lebih calon pembeli secara langsung, dengan tujuan untuk membuat presentasi, menjawab pertanyaan, dan pengadaan pesanan, misalnya telemarketing. 4. Hubungan Masyarakat (public relations) Elemen ini merupakan program-program untuk mempromosikan dan melindungi citra perusahaan serta produknya yang direncanakan & diadakan, misalnya seminar dan annual reports. 5. Pemasaran Langsung (direct marketing) Pemasaran langsung merupakan pemasaran yang dilakukan dengan cara berkomunikasi atau berdialog secara langsung dengan pelanggan, misalnya penggunaan mail, telepon, fax, e-mail, atau internet. 6. Acara Khusus (event & experiences) Acara ini merupakan kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh perusahaan yang berujuan untuk menciptakan suasana yang berhubungan dengan interaksi merk secara harian atau khusus, misalnya dengan entertainment atau festival. 7. Pemasaran Interaktif (interactive marketing) Dengan pemasaran ini, dapat mempermudah untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi dengan cepat. Sementara itu, juga terdapat Marketing Mix yang merupakan sebuah alat pemasaran yang digunakan oleh perusahaan guna mencapai tujuan pemasarannya di target pasaran (Kothler, 2009 dalam Christine & Budiawan, 2017). Faktor-faktor yang dikuasai dan dapat digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi keputusan pembelian konsumennya, yaitu product, price, place, promotion, people, process, dan physical evidence atau dikenal sebagai The 7Ps Marketing Mix. 1. Product (Produk) Produk merupakan sesuatu yang bisa ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar guna memenuhi kebutuhan atau keinginannya, baik berupa barang maupun jasa. 2. Price (Harga) Harga memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan para konsumen. Harga dapat dikatakan mahal, murah, atau biasa saja tergantung dari setiap latar belakang individu. Namun, harga dapat diukur melalui harga prosuk pesaing, diskon (potongan harga), dan variasi system pembayaran. 3. Place (Tempat) Dalam membangun usaha, pemilihan lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat, dimana faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain, yaitu kemudahan akses, visibilitas, tempat parker, ekspansi, peraturan pemerintah, dan persaingan. 4. Promotion (Promosi) Promosi merupakan usaha untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi, mengajak, dan mengingatkan target pasar yang mau menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. 5. People (Orang) Faktor ini merupakan orang yang mempunyai andil dalam memberikan pelayanan kepada konsumen selama melakukan pembelian barang. 6. Process (Proses) Proses mencakup cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk melayani permintaan tiap konsumen. Mulai dari konsumen tersebut memesan produk hingga mereka mendapat apa yang mereka inginkan. 7. Physical Evidence (Bentuk Fisik) Faktor ini merupakan sebuah fasilitas dalam sebuah bangunan yang harus diperhatikan untuk menciptakan pelayanan yang berkualitas. 3. Brand atau Merek Menurut Kotler dan Keller (2009) dalam Maliyah (2015), “Brand merupakan nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau suatu kombinasi dari hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau kelompok penjual, guna membedakan produk pesaingnya.”. Dalam sebuah merek, setidaknya ada enam tingkatan pengertian (Kotler, 2003 dalam Maliyah, 2015), antara lain atribut, manfaat, nilai, kebudayaan, kepribadian, dan pengguna. Merek ini menjadi faktor penting untuk memperkenalkan ataupun menawarkan sebuah produk/jasa sehingga harus sesuai dengan komponen proses pemasaran yang lain (Surachman, 2008 dalam Hasugian, 2015). Merek juga dapat menjadi suatu nilai bagi konsumen terhadap produk atau jasa tersebut. Menurut Tjiptono (2008) dalam Hasugian (2015), keberadaan memiliki beberapa tujuan, seperti sebagai identitas yang dapat membedakan dengan produk dari merek lain; sebagai alat promosi yang memiliki daya tarik tersendiri; untuk membina citra; serta untuk mengendalikan pasar. 4. Brand Awareness Brand awareness merupakan kemampuan seorang konsumen potensial dalam mengenali atau mengingat bahwa suatu merek termasuk ke dalam kategori produk tertentu (Aaker dalam Handayani, 2010). Brand awareness ini merupakan tujuan umum komunikasi pemasaran. Ketika seseorang mengetahui merek produk tertentu, maka ia akan tertarik dan berminat untuk membeli produk dari merek tersebut. Lain halnya apabila ia tidak tahu akan merek tersebut, pasti ia memiliki keraguan dan tidak berminat untuk membeli produk tersebut. Oleh karena itu, dengan brand awareness yang tinggi, ingatan konsumen terhadap merek juga akan semakin tinggi sehingga konsumen tersebut tidak ragu dengan apa yang diputuskan untuk dibeli. Febriani & Dewi (2018) juga menyatakan bahwa, “brand awareness merupakan sebuah bentuk kesadaran terhadap suatu brand yang terkait dengan kekuatan brand dalam ingatan masyarakat, tergambarkan dibenak masyarakat, serta mampu membuat masyarakat mengidentifikasi berbagai elemen brand (seperti nama brand, logo, simbol, karakter, kemasan, dan slogan) dalam berbagai situasi.” Menurut Herdana (2015), hal-hal yang mempengaruhi brand awareness antara lain, sebagai berikut: 1. Kualitas Produk Dengan kualitas produk yang baik, maka konsumen dapat terpuaskan apabila keinginan dan harapannya terpenuhi. 2. Periklanan (advertising) Iklan menjadi sebuah alat komunikasi perusahaan untuk menyampaikan informasi-informasi mengenai produk atau merek kepada konsumen. 3. Promosi Promosi adalah kegiatan mengomunikasikan keunggulan- keunggulan produk dan berguna untuk membujuk & mengajak target pelanggan supaya membeli produk tersebut. Sementara itu, indicator-indikator dari brand awareness (Wilujeng & Edwar, 2014) antara lain, sebagai berikut: 1. Brand recall Brand recall merupakan indikator untuk mengetahui seberapa jauh konsumen bisa mengingat ketika ada yang bertanya merek apa saja yang mereka ingat. Salah satu cara yang sering digunakan oleh praktisi pemasaran untuk mengukur brand recall ini adalah top of mind. 2. Recognition Recognition merupakan indikator untuk mengetahui seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek dalam suatu kategori tertentu. Misalnya, konsumen dapat mudah mengenali merek Aqua sebagai air mineral. Akan tetapi, ABC dapat dikenali oleh konsumen yang mungkin jawaban per orang akan berbeda, seperti sebagai mie instan, sirup, kecap, atau batu baterai. 3. Purchase Purchase merupakan merupakan indikator untuk mengetahui seberapa jauh konsumen dapat memasukkan suatu merek ke pilihan alternatif mereka ketika akan membeli produk atau jasa. Pada indikator ini, aktivitas below the line sangat penting. 4. Consumption Consumption merupakan merupakan indikator untuk mengetahui seberapa jauh konsumen dapat mengingat suatu merek ketika sedang menggunakan produk atau jasa pesaing. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain, sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Susanto dan Afrina Sari dari Universitas Budi Luhur, di Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Teuku Umar Volume 6 (1), 2020. Penelitian tersebut berjudul “Strategi Komunikasi Pemasaran Jam Tangan Matoa dalam Meningkatkan Brand Awareness.” Pada penelitian tersebut menunjukkan betapa pentingnya sebuah strategi dalam komunikasi pemasaran guna mencapai tujuan dari perusahan tersebut. Maka dari itu, permasalahan dari penelitian ini yaitu bagaimana cara Matoa menerapkan strategi komunikasi pemasaran yang dapat meningkatkan kesadaran akan merek Jam Tangan Matoa supaya dapat bersaing dengan kompetitornya. Pada penelitian tersebut, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fokus pemasaran Matoa untuk meningkatkan brand awareness kepada konsumen, yaitu Matoa merupakan jam tangan kayu handmade yang prosesnya dibuat secara manual. Saat ini, strategi yang paling berpengaruh dalam meningkatkan brand awareness, yaitu melalui periklanan atau promosi di media sosial karena memiliki cakupan dan dampak yang luas ke masyarakat. Persamaan penelitian ini dengan proposal penelitian yang saya buat, yaitu sama- sama mencari tahu strategi apa yang dilakukan sebuah brand dalam meningkatkan brand awareness-nya. Sedangkan, yang menjadi pembeda yaitu objek penelitian (brand yang berbeda) dan pada proposal penelitian ini tidak hanya menggunakan wawancara dan dokumentasi, melainkan juga observasi untuk mengumpulkan data. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Trias Aprilya, di eJournal Ilmu Komunikasi Fisip Unmul, Vokume 5 (1), 2017. Penelitian tersebut berjudul “Strategi Komunikasi Pemasaran Nadyasfashop melalui Instagram dalam Meningkatkan Kepercayaan Customer di Samarinda.” Pada penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran yang efektif dalam meningkatkan kepercayaan customer melalui Instagram dan untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi kepercayaan customer. Data dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan (observasi, wawancara, dan dokumentasi) dengan narasumber pemilik toko online ”Nadyasfashop” dan pelanggannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengambil data menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nadyasfashop telah menggunakan keempat konsep komunikasi pemasaran yaitu Product, Price, Place, Promotion dengan sesuai. Hal tersebut dibuktikan dengan Nadyasfashop memberikan produk berdasar kebutuhan pasar, harga sesuai dengan kualitas, menggunakan media Instagram, dan didukung dengan promosi yang baik. Kemudian, dua faktor yang mempengaruhi kepercayaan customer yaitu perceived web vendor reputation dan perceived web site quality. Persamaan penelitian tersebut dengan proposal penelitian yang saya buat ini, yaitu sama-sama ingin mengetahui strategi komunikasi pemasaran pada suatu brand. Perbedaanya, pada penelitian tersebut strategi komunikasi pemasaran yang digunakan untuk meningkatkan kepercayaan customer, sedangkan pada proposal penelitian ini untuk meningkatkan kesadaran atau customer’s brand awareness. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Mega Febriani, di JOM FISIP Volume 1 (2), 2014. Penelitian tersebut berjudul “Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Membangun Brand Image pada Media Sosial Twitter @PekanbaruCo.” Pada penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran dan faktor-faktor komunikasi pemasaran apa saja yang membangun brand image pada media sosial twitter @PekanbaruCo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan purposive sampling sebagai teknik pengambilan informan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara tiga metode, yaitu observasi, wawancara, dan studi kepustakaan, yang selanjutnya dianalisis menggunakan model interaktif. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan di media sosial twitter @PekanbaruCo untuk membangun brand image yaitu melalui periklanan, promosi penjualan, penjualan pribadi, publisitas, pemasaran langsung. Hubungan yang baik dengan klien dan jaringan yang baik dengan akun bisnis lain sebagai faktor pendukung. Sedangkan, faktor penghambat strategi komunikasi pemasaran dalam membangun brand image adalah kurangnya edukasi tentang pemasaran media sosial, kurangnya sumber daya manusia, dan anggaran yang terbatas. Persamaan penelitian tersebut dengan proposal penelitian yang saya buat ini, yaitu sama-sama ingin mengetahui strategi komunikasi pemasaran pada suatu brand. Perbedaanya, ialah pada penelitian tersebut strategi komunikasi pemasaran yang digunakan untuk meningkatkan brand image, sedangkan pada proposal penelitian ini untuk meningkatkan brand awareness. 2.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana strategi komunikasi pemasaran Brand Fashion House of Smith untuk meningkatkan brand awareness dalam Marketing Communication Mix (bauran komunikasi)? a. Iklan (advertising) b. Penjualan personal (personal selling) c. Promosi penjualan (sales promotion) d. Hubungan masyarakat (public relation) e. Pemasaran langsung (direct marketing) 2. Bagaimana strategi komunikasi pemasaran Brand Fashion House of Smith untuk meningkatkan brand awareness dalam The 7Ps Marketing Mix? a. Product (produk) b. Price (harga) c. Place (tempat) d. Promotion (promosi) e. People (orang) f. Process (proses) g. Physical Evidence (bentuk fisik) 3. Pada saat ini, seberapa jauh brand awareness yang dipunyai oleh konsumen berdasarkan indikator-indikator di bawah ini? a. Brand recall b. Recognition c. Purchase d. Consumption BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan untuk penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode pendekatan penelitian kualitatif, yaitu metode untuk menemukan jawaban mengenai suatu fenomena atau pertanyaan-pertanyaan yang menggunakan aplikasi prosedur ilmiah yang sistematis dengan pendekatan kualitatif (Yusuf, 2014 dalam Sidiq, 2019). Adapun langkah- langkah dalam penelitian kualitatif yaitu dengan cara memilih masalah, mengumpulkan bahan yang relevan, menentukan strategi dan pengembangan instrument, mengumpulkan data-data yang diperlukan, manafsirkan data, dan melaporkan hasil penelitian (Sidiq, 2019). Peneliti juga akan menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif untuk menjelaskan dan menggambarkan secara mendalam mengenai komunikasi pemasaran yang telah dilakukan oleh brand House of Smith dalam meningkatkan brand awareness-nya. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian dan penulisan ini dilakukan di Yogyakarta pada bulan September 2022- November 2022. 3.3 Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah sumber data utama yang diambil langsung saat di lapangan. Peneliti menggunakan data primer untuk mendapatkan informasi dan data mengenai strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh brand House of Smith dalam meningkatkan brand awareness-nya. Data ini diperoleh dari narasumber atau informan penelitian. Pada penelitian ini, yang menjadi narasumber atau informan yaitu owner dan marketing team brand House of Smith. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data tambahan yang diambil secara tidak langsung pada saat di lapangan. Yang digunakan oleh peneliti yaitu konten-konten yang dibuat oleh House of Smith di media sosial. 3.4 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data digunakan untuk menemukan sebuah fakta dibalik sebuah variable. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Observasi Observasi merupakan proses melihat, mengamati, dan mencermati perilaku secara sistematis untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam observasi ini, peneliti mendeskripskan lingkungan yang diamati, aktivitas yang sedang berlengsung, individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut dan aktivitasnya, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu tersebut (Sidiq, 2019). 2. Wawancara Wawancara digunakan untuk menggali dan mendapatkan informasi mengenai data-data yang diperlukan ke narasumber. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semi terstruktur (structured interview), dimana pada saat proses wawancara, peneliti menggunakan panduan pedoman wawancara, namun juga ada kemungkinan adanya pertanyaan-pertanyaan baru yang berasal dari pengembangan topik sehingga sifatnya fleksibel sesuai dengan kebutuhan informasi. Informasi dari hasil wawancara tersebut kemudian direkam dan dicatat oleh peneliti. 3. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan secara tidak langsung ke subjek penelitian, melainkan berupa dokumen-dokumen resmi yang memberi informasi pendukung terhadap suatu peristiwa. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen- dokumen dari media sosial House of Smith dan data-data penjualan pada E- Commerce. 2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data dalam penelitian merupakan alat yang membantu dalam pengumpulan data yang berfungsi untuk memeriksa dan menyelidiki masalah yang akan diteliti. Instrumen pada penelitian kualitatif ini yaitu peneliti itu sendiri, yang harus divalidasi terhadap pemahamannya mengenai metode-metode penelitian kualitatif, penugasan wawasan terhadap bidang yang akan diteliti, dan kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian (Sidiq, 2019). 3.5 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan yaitu interaktif, dimana model analisis data interaktif ini terdiri dari tiga hal utama (Miles dan Hubermen, 1992), yaitu sebagai berikut ini. 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan kegiatan yang berisi merangkum, memilih hal-hal yang bersifat pokok, memfokuskan ke hal-hal penting, serta mencari tema dan polanya. Hasil reduksi data akan memperlihatkan gambaran yang lebih jelas dan dapat mempermudah dalam pengunmpulan data selanjutnya (Miles dan Huberman dalam Gunawan, 2013). 2. Penyajian Data atau Display Data Setelah reduksi data, kemudian langkah berikutnya adalah penyajian data, dimana informasi-informasi yang sudah didapatkan akan dikumpulkan dan disusun yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap kasus dan sebagai acuan dalam mengambil sebuah tindakan berdasar pemahaman dan analisis sajian data. Data disajikan dalam bentuk matriks, network, chart/grafik, dan sebagainya (Miles dan Huberman dalam Gunawan, 2013). 3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Setelah penyajian data, kemudian langkah seanjutnya adalah penarikan kesimpulan, yaitu hasil penelitian yang menjawab focus penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan. Kesimpulan ini berbentuk deskriptif objek penelitian dengan menggunakan kajian penelitian sebagai pedoman. Verifikasi dapat dilakukan dengan singkat, yaitu dengan mengumpulkan data-data baru (Miles dan Huberman dalam Gunawan, 2013). DAFTAR PUSTAKA Apriliya, T. (2017). Strategi Komunikasi Pemasaran Nadyafashop Melalui Instagram Dalam Meningkatkan Kepercayaan Customer Di Samarinda. Ejournal Ilmu Komunikasi, 5(1), 13-23. Christine, C., & Budiawan, W. (2017). Analisis Pengaruh Marketig Mix (7P) Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen (Studi pada House of Moo, Semarang). Industrial Engineering Online Journal, 6(1). Febriani, M. (2014). Strategi Komunikasi Pemasaran Dalam Membangun Brand Image Pada Media Sosial Twitter @PekanbaruCo (Doctoral dissertation, Riau University). Febriani, N. S., & Dewi, W. W. A. (2018). Teori dan Praktis Riset Komunikasi Pemasaran Terpadu. Malang: UB Press. Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 143. Hasugian, J. T. (2015). Pengaruh Brand Image dan Brand Trust Terhadap Brand Kothler, Philip, Marketing management. New Jersey: Pearson Education, 2006. Loyalty Telkomsel. Ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, 3, 923-937. Herdana, A. (2015). Analisis Pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awareness) Pada Produk Asuransi Jiwa Prudential Life Assurance (Studi Pada Pru Passion Agency Jakarta). Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen, 3(1), 1-18. Maliyah, S. (2015) Pengaruh Citra Merek, Kepercayaan (Trust) dan Komitmen terhadap Loyalitas Nasabah pada PT. Henan Putihari Asset Management. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis Mercu Buana, 1(1), 96732. Soemarga, R. (2012). Strategic Marketing Communication: Konsep Strategis dan Terapan. Bandung: Alfabeta. Susanto, S., & Sari, A. (2020). STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN JAM TANGAN MATOA DALAM MENINGKATKAN BRAND AWARENESS. SOURCE Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(1), 108-117.