Anda di halaman 1dari 18

Strategi Komunikasi Pemasaran Brand Fashion House of Smith Dalam

Meningkatkan Brand Awareness

Disusun oleh:
Muhammad Fikky Faizal
20419144021

Program Studi Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
2022
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Perkembangan pada dunia fashion di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang
sangat signifikan, dimana brand-brand atau merek-merek lokal baru bermunculan berlomba-
lomba menarik konsumen.  Brand-brand tersebut memproduksi pilihan fashion dengan
keunikannya masing-masing, mulai dari sandal, sepatu, tas, topi, jaket, celana, dan lain
sebagainya. Dengan tingginya perkembangan dunia fashion ini, juga dibarengi dengan
tingginya perkembangan pola pikir masyarakat Indonesia dengan mengalami perkembangan
yang sangat cepat.  Hal tersebut seperti perkembangan informasi teknologi yang canggih juga
inovasi-inovasi produk atau jasa yang meningkat dan mendukung tuntutan konsumen di era
globalisasi.  Dengan adanya perkembangan ini, maka perusahaan perusahaan brand fashion
memiliki kompetitor dengan perusahaan brand fashion lainnya sehingga sebuah brand
membutuhkan pembentukan brand awareness sebagai langkah untuk bersaing dan unggul
dari kompetitor yang lainnya. 
Komunikasi pemasaran berperan penting bagi perusahaan dalam membangun brand
awareness. Komunikasi pemasaran juga dapat meningkatkan kesadaran konsumen terhadap
produk atau jasa yang ditawarkan. Oleh karena itu, dengan komunikasi pemasaran yang baik,
perusahaan akan dapat merangsang terjadinya perjualan dan membujuk konsumen untuk
memasuki ekosistem yang telah disediakan oleh produsen. Namun, tentu saja hal ini
membutuhkan strategi-strategi khusus supaya komunikasi pemasaran dapat berjalan efektif
dan dapat membangun kesadaran masyarakat sesuai dengan tujuan.
Diantara berbagai brand fashion lokal di Indonesia, brand House of Smith merupakan
brand yang memiliki karakter tersendiri. Brand ini didirikan pada tahun 2010 dengan
mengedepankan karakter gorilla sebagai ciri utama. Dengan karakter tersebut brand House of
Smith membuat produk-produk yang bertema gorila yang sifatnya unik keren dan selalu
fresh. Dengan karakter tersebut, brand House of Smith memiliki ciri khas yang dapat
membedakan produknya dengan produk brand lain. Saat proposal ini disusun, yaitu pada
bulan september 2022, kurang lebih 4.300 produk House of Smith telah terjual di
Tokopedia dan 57.500 produk telah terjual di Shopee, sehingga kurang lebih 61.800 produk
House of Smith telah terjual melalui E-Commerce belum ditambah dengan hasil penjualan
secara offline di store. Tentu hal itu menjadi pencapaian yang luar biasa bagi House of Smith.
Produk-produk yang dibuat oleh House of Smith ini berupa kaos, jaket, sandal, tas, dan
celana. Produk-produk tersebut dipromosikan melalui media sosialnya.
 Penelitian ini dirasa penting karena didasari pertimbangan betapa pentingnya
memiliki brand awareness untuk mempertahankan sebuah brand di tengah persaingan bisnis
yang ketat dan mempertahankan loyalitas konsumen pada suatu brand. Hal ini membuat
peneliti bermaksud melakukan penelitian terhadap “Strategi Komunikasi Pemasaran Brand
Fashion House of Smith Dalam Meningkatkan Brand Awareness.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan beberapa masalah
sebagai berikut.
1. Persaingan bisnis semakin ketat karena munculnya banyak brand lokal baru yang ada
di Indonesia sehingga harus dibangun sebuah brand awareness yang kuat supaya
adanya keyakinan konsumen terhadap kualitas produk.
2. Setiap brand memiliki upaya dalam mengembangkan pasar dan meningkatkan
keloyalan konsumen terhadap produk-produknya.
1.3 Fokus Masalah
Fokus masalah dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi pemasaran brand House
of Smith dalam upayanya meningkatkan brand awareness.
1.4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana strategi komunikasi pemasaran brand fashion House of Smith dalam
meningkatkan brand awareness?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui strategi komunikasi pemasaran brand fashion House of Smith dalam
meningkatkan brand awareness.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
1. Mengembangkan wawasan keilmuan dalam bidang Komunikasi Pemasaran.
2. Sebagai bahan untuk penelitian lain, khususnya mengenai strategi komunikasi
pemasaran untuk meningkatkan brand awareness.
2. Manfaat Praktis
1. Diharapkan penelitian ini dapat sebagai bahan pertimbangan sebuah brand dalam
membuat sebuah brand awareness supaya dapat meningkatkan penjualan.
2. Diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk menambah dan memperluas wawasan
keilmuan dan pemahaman mengenai strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan
oleh House of Smith untuk meningkatkan brand awareness.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
1. Strategi
Strategi merupakan perencanaan mengenai cara-cara pemanfaatan serta penggunaan
potensi dan sarana yang ada dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari
suatu sasaran kegiatan. Strategi ini dapat berupa garis-garis besar haluan untuk
melakukan suatu usaha dalam mencapai tujuan tertentu (Johar & Hanum, 2016).
2. Komunikasi Pemasaran
Menurut Kotler (2008:8) dalam Febriani (2014), komunikasi pemasaran merupakan
suatu scape yang bersifat menantang dan informasi internal sampai dengan system
pengambilan keputusan konsumen. Di dalamnya, terdapat pesan dan citra produk yang
dicitrakan oleh sebuah perusahaan kepada konsumen potensil maupun stakeholders lain.
Kemudian menurut Ball, Simoes, dan Maches (2004) dalam (Farahdiba, 2020), pada
hakikatnya proses komunikasi pemasaran adalah suatu proses komunikasi, yaitu
penyampaian pesan oleh komunikator ke komunikator melalui media tertentu.
Komunikasi akan terbilang benar dan baik, apabila dapat mempengaruhi semua aspek
hubungan, tetapi Sebagian besar mencakup kepercayaan, kepuasan, dan loyalitas.
Komunikasi pemasaran mempunyai tujuan yaitu mencapai tiga tahap perubahan
konsumen (Soemanagara, 2012). Tahap-tahap tersebut, antara lain:
1. Tahap perubahan pengetahuan (knowledge change)
Pada tahap ini, konsumen mengetahui akan adanya sebuah produk, tujuan produk
tersebut diciptakan, dan ditujukan kepada siapa produk tersebut. Dengan demikian,
pesan disampaikan tidak lebih menunjukkan informasi penting pada sebuah produk.
2. Tahap perubahan sikap
Perubahan sikap konsumen yang diharapkan yaitu ke arah positif, dimana
konsumen mempunyai rasa keinginan untuk mencoba produk. Semakin tinggi ra suka
dan ingin pada produk, maka akan semakin tinggi pula dorongan untuk memakai atau
membeli produk tersebut.
3. Tahap perubahan perilaku
Pada tahap ini, bertujuan supaya konsumen tidak beralih ke produk lain dan
terbiasa menggunakan produk tersebut. Pesan pada tahp ini, lebih menunjukkan
alasan mengapa produk ini menjadi produk yang lebih menarik dibandingkan dengan
produk lainnya.
Menurut prinsip-prinsip pemasaran yang dicetus oleh Kothler (2006), bauran
komunikasi merupakan perpaduan strategi dan teknik dari seluruh elemen promosi yang
digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. Elemen-elemen tersebut antara
lain, yaitu:
1. Periklanan (advertising)
Periklanan yaitu sebuah promosi atau pemasaran berbayar untuk
menyebarluaskan produk dan membentuk kesadaran & perilaku konsumen secara
luas. Dalam beriklan diperlukan metode promosi yang akurat supaya dapat diterima
dengan baik oleh khalayak. Iklan bisa dikatakan berhasil apabila membentuk brand
awareness dibenak masyarakat serta dapat mengajak dan meyakinkan mereka untuk
menggunakan produk tersebut, misalnya iklan cetak, broadcast, Instagram ads, dan
lain sebagainya.
2. Promosi Penjualan (sales promotion)
Promosi ini merupakan promosi penjualan intensif jangka pendek guna
merangsang pembelian atau penjualan suatu produk, misalnya pengadaan kontes,
permainan, dan undian.
3. Penjualan Personal (personal selling)
Penjualan personal menggunakan interaksi dengan satu atau lebih calon pembeli
secara langsung, dengan tujuan untuk membuat presentasi, menjawab pertanyaan, dan
pengadaan pesanan, misalnya telemarketing.
4. Hubungan Masyarakat (public relations)
Elemen ini merupakan program-program untuk mempromosikan dan melindungi
citra perusahaan serta produknya yang direncanakan & diadakan, misalnya seminar
dan annual reports.
5. Pemasaran Langsung (direct marketing)
Pemasaran langsung merupakan pemasaran yang dilakukan dengan cara
berkomunikasi atau berdialog secara langsung dengan pelanggan, misalnya
penggunaan mail, telepon, fax, e-mail, atau internet.
6. Acara Khusus (event & experiences)
Acara ini merupakan kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh perusahaan
yang berujuan untuk menciptakan suasana yang berhubungan dengan interaksi merk
secara harian atau khusus, misalnya dengan entertainment atau festival.
7. Pemasaran Interaktif (interactive marketing)
Dengan pemasaran ini, dapat mempermudah untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi dengan cepat.
Sementara itu, juga terdapat Marketing Mix yang merupakan sebuah alat pemasaran
yang digunakan oleh perusahaan guna mencapai tujuan pemasarannya di target pasaran
(Kothler, 2009 dalam Christine & Budiawan, 2017). Faktor-faktor yang dikuasai dan
dapat digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi keputusan pembelian
konsumennya, yaitu product, price, place, promotion, people, process, dan physical
evidence atau dikenal sebagai The 7Ps Marketing Mix.
1. Product (Produk)
Produk merupakan sesuatu yang bisa ditawarkan oleh produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar guna
memenuhi kebutuhan atau keinginannya, baik berupa barang maupun jasa.
2. Price (Harga)
Harga memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan para konsumen.
Harga dapat dikatakan mahal, murah, atau biasa saja tergantung dari setiap latar
belakang individu. Namun, harga dapat diukur melalui harga prosuk pesaing, diskon
(potongan harga), dan variasi system pembayaran.
3. Place (Tempat)
Dalam membangun usaha, pemilihan lokasi memerlukan pertimbangan yang
cermat, dimana faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain, yaitu kemudahan
akses, visibilitas, tempat parker, ekspansi, peraturan pemerintah, dan persaingan.
4. Promotion (Promosi)
Promosi merupakan usaha untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi,
mengajak, dan mengingatkan target pasar yang mau menerima, membeli, dan loyal
pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.
5. People (Orang)
Faktor ini merupakan orang yang mempunyai andil dalam memberikan pelayanan
kepada konsumen selama melakukan pembelian barang.
6. Process (Proses)
Proses mencakup cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk melayani
permintaan tiap konsumen. Mulai dari konsumen tersebut memesan produk hingga
mereka mendapat apa yang mereka inginkan.
7. Physical Evidence (Bentuk Fisik)
Faktor ini merupakan sebuah fasilitas dalam sebuah bangunan yang harus
diperhatikan untuk menciptakan pelayanan yang berkualitas.
3. Brand atau Merek
Menurut Kotler dan Keller (2009) dalam Maliyah (2015), “Brand merupakan nama,
istilah, tanda, simbol, rancangan, atau suatu kombinasi dari hal-hal tersebut untuk
mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau kelompok penjual, guna membedakan
produk pesaingnya.”. Dalam sebuah merek, setidaknya ada enam tingkatan pengertian
(Kotler, 2003 dalam Maliyah, 2015), antara lain atribut, manfaat, nilai, kebudayaan,
kepribadian, dan pengguna. Merek ini menjadi faktor penting untuk memperkenalkan
ataupun menawarkan sebuah produk/jasa sehingga harus sesuai dengan komponen proses
pemasaran yang lain (Surachman, 2008 dalam Hasugian, 2015). Merek juga dapat
menjadi suatu nilai bagi konsumen terhadap produk atau jasa tersebut. Menurut Tjiptono
(2008) dalam Hasugian (2015), keberadaan memiliki beberapa tujuan, seperti sebagai
identitas yang dapat membedakan dengan produk dari merek lain; sebagai alat promosi
yang memiliki daya tarik tersendiri; untuk membina citra; serta untuk mengendalikan
pasar.
4. Brand Awareness
Brand awareness merupakan kemampuan seorang konsumen potensial dalam
mengenali atau mengingat bahwa suatu merek termasuk ke dalam kategori produk
tertentu (Aaker dalam Handayani, 2010). Brand awareness ini merupakan tujuan umum
komunikasi pemasaran. Ketika seseorang mengetahui merek produk tertentu, maka ia
akan tertarik dan berminat untuk membeli produk dari merek tersebut. Lain halnya
apabila ia tidak tahu akan merek tersebut, pasti ia memiliki keraguan dan tidak berminat
untuk membeli produk tersebut. Oleh karena itu, dengan brand awareness yang tinggi,
ingatan konsumen terhadap merek juga akan semakin tinggi sehingga konsumen tersebut
tidak ragu dengan apa yang diputuskan untuk dibeli. Febriani & Dewi (2018) juga
menyatakan bahwa, “brand awareness merupakan sebuah bentuk kesadaran terhadap
suatu brand yang terkait dengan kekuatan brand dalam ingatan masyarakat, tergambarkan
dibenak masyarakat, serta mampu membuat masyarakat mengidentifikasi berbagai
elemen brand (seperti nama brand, logo, simbol, karakter, kemasan, dan slogan) dalam
berbagai situasi.”
Menurut Herdana (2015), hal-hal yang mempengaruhi brand awareness antara lain,
sebagai berikut:
1. Kualitas Produk
Dengan kualitas produk yang baik, maka konsumen dapat terpuaskan apabila
keinginan dan harapannya terpenuhi.
2. Periklanan (advertising)
Iklan menjadi sebuah alat komunikasi perusahaan untuk menyampaikan
informasi-informasi mengenai produk atau merek kepada konsumen.
3. Promosi
Promosi adalah kegiatan mengomunikasikan keunggulan- keunggulan produk dan
berguna untuk membujuk & mengajak target pelanggan supaya membeli produk
tersebut.
Sementara itu, indicator-indikator dari brand awareness (Wilujeng & Edwar, 2014)
antara lain, sebagai berikut:
1. Brand recall
Brand recall merupakan indikator untuk mengetahui seberapa jauh konsumen
bisa mengingat ketika ada yang bertanya merek apa saja yang mereka ingat. Salah
satu cara yang sering digunakan oleh praktisi pemasaran untuk mengukur brand
recall ini adalah top of mind.
2. Recognition
Recognition merupakan indikator untuk mengetahui seberapa jauh konsumen
dapat mengenali merek dalam suatu kategori tertentu. Misalnya, konsumen dapat
mudah mengenali merek Aqua sebagai air mineral. Akan tetapi, ABC dapat dikenali
oleh konsumen yang mungkin jawaban per orang akan berbeda, seperti sebagai mie
instan, sirup, kecap, atau batu baterai.
3. Purchase
Purchase merupakan merupakan indikator untuk mengetahui seberapa jauh
konsumen dapat memasukkan suatu merek ke pilihan alternatif mereka ketika akan
membeli produk atau jasa. Pada indikator ini, aktivitas below the line sangat penting.
4. Consumption
Consumption merupakan merupakan indikator untuk mengetahui seberapa jauh
konsumen dapat mengingat suatu merek ketika sedang menggunakan produk atau jasa
pesaing.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain, sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Susanto dan Afrina Sari dari Universitas Budi
Luhur, di Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Teuku Umar Volume 6 (1), 2020.
Penelitian tersebut berjudul “Strategi Komunikasi Pemasaran Jam Tangan Matoa
dalam Meningkatkan Brand Awareness.”
Pada penelitian tersebut menunjukkan betapa pentingnya sebuah strategi dalam
komunikasi pemasaran guna mencapai tujuan dari perusahan tersebut. Maka dari itu,
permasalahan dari penelitian ini yaitu bagaimana cara Matoa menerapkan strategi
komunikasi pemasaran yang dapat meningkatkan kesadaran akan merek Jam Tangan
Matoa supaya dapat bersaing dengan kompetitornya. Pada penelitian tersebut, peneliti
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data
dengan cara wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fokus
pemasaran Matoa untuk meningkatkan brand awareness kepada konsumen, yaitu
Matoa merupakan jam tangan kayu handmade yang prosesnya dibuat secara manual.
Saat ini, strategi yang paling berpengaruh dalam meningkatkan brand awareness,
yaitu melalui periklanan atau promosi di media sosial karena memiliki cakupan dan
dampak yang luas ke masyarakat.
Persamaan penelitian ini dengan proposal penelitian yang saya buat, yaitu sama-
sama mencari tahu strategi apa yang dilakukan sebuah brand dalam meningkatkan
brand awareness-nya. Sedangkan, yang menjadi pembeda yaitu objek penelitian
(brand yang berbeda) dan pada proposal penelitian ini tidak hanya menggunakan
wawancara dan dokumentasi, melainkan juga observasi untuk mengumpulkan data.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Trias Aprilya, di eJournal Ilmu Komunikasi Fisip
Unmul, Vokume 5 (1), 2017. Penelitian tersebut berjudul “Strategi Komunikasi
Pemasaran Nadyasfashop melalui Instagram dalam Meningkatkan Kepercayaan
Customer di Samarinda.”
Pada penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi
pemasaran yang efektif dalam meningkatkan kepercayaan customer melalui
Instagram dan untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi
kepercayaan customer. Data dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan dan
penelitian lapangan (observasi, wawancara, dan dokumentasi) dengan narasumber
pemilik toko online ”Nadyasfashop” dan pelanggannya. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif dengan mengambil data menggunakan teknik purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nadyasfashop telah menggunakan
keempat konsep komunikasi pemasaran yaitu Product, Price, Place, Promotion
dengan sesuai. Hal tersebut dibuktikan dengan Nadyasfashop memberikan produk
berdasar kebutuhan pasar, harga sesuai dengan kualitas, menggunakan media
Instagram, dan didukung dengan promosi yang baik. Kemudian, dua faktor yang
mempengaruhi kepercayaan customer yaitu perceived web vendor reputation dan
perceived web site quality.
Persamaan penelitian tersebut dengan proposal penelitian yang saya buat ini, yaitu
sama-sama ingin mengetahui strategi komunikasi pemasaran pada suatu brand.
Perbedaanya, pada penelitian tersebut strategi komunikasi pemasaran yang digunakan
untuk meningkatkan kepercayaan customer, sedangkan pada proposal penelitian ini
untuk meningkatkan kesadaran atau customer’s brand awareness.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mega Febriani, di JOM FISIP Volume 1 (2), 2014.
Penelitian tersebut berjudul “Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Membangun
Brand Image pada Media Sosial Twitter @PekanbaruCo.”
Pada penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi
pemasaran dan faktor-faktor komunikasi pemasaran apa saja yang membangun brand
image pada media sosial twitter @PekanbaruCo. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif dengan purposive sampling sebagai teknik
pengambilan informan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara tiga metode, yaitu
observasi, wawancara, dan studi kepustakaan, yang selanjutnya dianalisis
menggunakan model interaktif. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa strategi
komunikasi pemasaran yang dilakukan di media sosial twitter @PekanbaruCo untuk
membangun brand image yaitu melalui periklanan, promosi penjualan, penjualan
pribadi, publisitas, pemasaran langsung. Hubungan yang baik dengan klien dan
jaringan yang baik dengan akun bisnis lain sebagai faktor pendukung. Sedangkan,
faktor penghambat strategi komunikasi pemasaran dalam membangun brand image
adalah kurangnya edukasi tentang pemasaran media sosial, kurangnya sumber daya
manusia, dan anggaran yang terbatas.
Persamaan penelitian tersebut dengan proposal penelitian yang saya buat ini, yaitu
sama-sama ingin mengetahui strategi komunikasi pemasaran pada suatu brand.
Perbedaanya, ialah pada penelitian tersebut strategi komunikasi pemasaran yang
digunakan untuk meningkatkan brand image, sedangkan pada proposal penelitian ini
untuk meningkatkan brand awareness.
2.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana strategi komunikasi pemasaran Brand Fashion House of Smith untuk
meningkatkan brand awareness dalam Marketing Communication Mix (bauran
komunikasi)?
a. Iklan (advertising)
b. Penjualan personal (personal selling)
c. Promosi penjualan (sales promotion)
d. Hubungan masyarakat (public relation)
e. Pemasaran langsung (direct marketing)
2. Bagaimana strategi komunikasi pemasaran Brand Fashion House of Smith untuk
meningkatkan brand awareness dalam The 7Ps Marketing Mix?
a. Product (produk)
b. Price (harga)
c. Place (tempat)
d. Promotion (promosi)
e. People (orang)
f. Process (proses)
g. Physical Evidence (bentuk fisik)
3. Pada saat ini, seberapa jauh brand awareness yang dipunyai oleh konsumen berdasarkan
indikator-indikator di bawah ini?
a. Brand recall
b. Recognition
c. Purchase
d. Consumption
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan untuk penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode
pendekatan penelitian kualitatif, yaitu metode untuk menemukan jawaban mengenai suatu
fenomena atau pertanyaan-pertanyaan yang menggunakan aplikasi prosedur ilmiah yang
sistematis dengan pendekatan kualitatif (Yusuf, 2014 dalam Sidiq, 2019). Adapun langkah-
langkah dalam penelitian kualitatif yaitu dengan cara memilih masalah, mengumpulkan
bahan yang relevan, menentukan strategi dan pengembangan instrument, mengumpulkan
data-data yang diperlukan, manafsirkan data, dan melaporkan hasil penelitian (Sidiq, 2019).
Peneliti juga akan menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif untuk menjelaskan
dan menggambarkan secara mendalam mengenai komunikasi pemasaran yang telah
dilakukan oleh brand House of Smith dalam meningkatkan brand awareness-nya.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dan penulisan ini dilakukan di Yogyakarta pada bulan September 2022-
November 2022.
3.3 Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data utama yang diambil langsung saat di lapangan.
Peneliti menggunakan data primer untuk mendapatkan informasi dan data mengenai
strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh brand House of Smith dalam
meningkatkan brand awareness-nya. Data ini diperoleh dari narasumber atau informan
penelitian. Pada penelitian ini, yang menjadi narasumber atau informan yaitu owner dan
marketing team brand House of Smith.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data tambahan yang diambil secara tidak langsung pada saat
di lapangan. Yang digunakan oleh peneliti yaitu konten-konten yang dibuat oleh House
of Smith di media sosial.
3.4 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan untuk menemukan sebuah fakta dibalik sebuah
variable. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Observasi
Observasi merupakan proses melihat, mengamati, dan mencermati perilaku secara
sistematis untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam observasi ini, peneliti
mendeskripskan lingkungan yang diamati, aktivitas yang sedang berlengsung,
individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut dan aktivitasnya, serta makna
kejadian berdasarkan perspektif individu tersebut (Sidiq, 2019).
2. Wawancara
Wawancara digunakan untuk menggali dan mendapatkan informasi mengenai
data-data yang diperlukan ke narasumber. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik wawancara semi terstruktur (structured interview), dimana pada saat proses
wawancara, peneliti menggunakan panduan pedoman wawancara, namun juga ada
kemungkinan adanya pertanyaan-pertanyaan baru yang berasal dari pengembangan
topik sehingga sifatnya fleksibel sesuai dengan kebutuhan informasi. Informasi dari
hasil wawancara tersebut kemudian direkam dan dicatat oleh peneliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan secara tidak langsung ke subjek penelitian, melainkan
berupa dokumen-dokumen resmi yang memberi informasi pendukung terhadap suatu
peristiwa. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen-
dokumen dari media sosial House of Smith dan data-data penjualan pada E-
Commerce.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian merupakan alat yang membantu
dalam pengumpulan data yang berfungsi untuk memeriksa dan menyelidiki masalah
yang akan diteliti. Instrumen pada penelitian kualitatif ini yaitu peneliti itu sendiri,
yang harus divalidasi terhadap pemahamannya mengenai metode-metode penelitian
kualitatif, penugasan wawasan terhadap bidang yang akan diteliti, dan kesiapan
peneliti untuk memasuki objek penelitian (Sidiq, 2019).
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan yaitu interaktif, dimana model analisis data
interaktif ini terdiri dari tiga hal utama (Miles dan Hubermen, 1992), yaitu sebagai berikut ini.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan yang berisi merangkum, memilih hal-hal yang
bersifat pokok, memfokuskan ke hal-hal penting, serta mencari tema dan polanya.
Hasil reduksi data akan memperlihatkan gambaran yang lebih jelas dan dapat
mempermudah dalam pengunmpulan data selanjutnya (Miles dan Huberman dalam
Gunawan, 2013).
2. Penyajian Data atau Display Data
Setelah reduksi data, kemudian langkah berikutnya adalah penyajian data, dimana
informasi-informasi yang sudah didapatkan akan dikumpulkan dan disusun yang
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
data ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap kasus dan sebagai acuan
dalam mengambil sebuah tindakan berdasar pemahaman dan analisis sajian data. Data
disajikan dalam bentuk matriks, network, chart/grafik, dan sebagainya (Miles dan
Huberman dalam Gunawan, 2013).
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Setelah penyajian data, kemudian langkah seanjutnya adalah penarikan kesimpulan,
yaitu hasil penelitian yang menjawab focus penelitian berdasarkan analisis data yang
telah dilakukan. Kesimpulan ini berbentuk deskriptif objek penelitian dengan
menggunakan kajian penelitian sebagai pedoman. Verifikasi dapat dilakukan dengan
singkat, yaitu dengan mengumpulkan data-data baru (Miles dan Huberman dalam
Gunawan, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Apriliya, T. (2017). Strategi Komunikasi Pemasaran Nadyafashop Melalui Instagram
Dalam Meningkatkan Kepercayaan Customer Di Samarinda. Ejournal Ilmu
Komunikasi, 5(1), 13-23.
Christine, C., & Budiawan, W. (2017). Analisis Pengaruh Marketig Mix (7P)
Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen (Studi pada House of Moo, Semarang).
Industrial Engineering Online Journal, 6(1).
Febriani, M. (2014). Strategi Komunikasi Pemasaran Dalam Membangun Brand
Image Pada Media Sosial Twitter @PekanbaruCo (Doctoral dissertation, Riau
University).
Febriani, N. S., & Dewi, W. W. A. (2018). Teori dan Praktis Riset Komunikasi
Pemasaran Terpadu. Malang: UB Press.
Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 143.
Hasugian, J. T. (2015). Pengaruh Brand Image dan Brand Trust Terhadap Brand
Kothler, Philip, Marketing management. New Jersey: Pearson Education, 2006.
Loyalty Telkomsel. Ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, 3, 923-937.
Herdana, A. (2015). Analisis Pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awareness) Pada
Produk Asuransi Jiwa Prudential Life Assurance (Studi Pada Pru Passion
Agency Jakarta). Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen, 3(1), 1-18.
Maliyah, S. (2015) Pengaruh Citra Merek, Kepercayaan (Trust) dan Komitmen
terhadap Loyalitas Nasabah pada PT. Henan Putihari Asset Management.
Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis Mercu Buana, 1(1), 96732.
Soemarga, R. (2012). Strategic Marketing Communication: Konsep Strategis dan
Terapan. Bandung: Alfabeta.
Susanto, S., & Sari, A. (2020). STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN JAM
TANGAN MATOA DALAM MENINGKATKAN BRAND AWARENESS.
SOURCE Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(1), 108-117.

Anda mungkin juga menyukai