Anda di halaman 1dari 3

TEORI PENERIMAAN SELEKTIF

TERHADAP MEDIA

DISUSUN OLEH :

LAZUARDO HARTONO

(220900015)

1
Telah terbukti bahwa media dapat memberikan pengaruh negatif terhadap pemirsa muda
melalui TV atau video game yang berisi kekerasan, yang dapat menumbuhkan agresi. Untuk
mendukung hal ini, ada teori sosiologi yang menyatakan bahwa media mempunyai pengaruh
langsung dan segera terhadap khalayaknya.

Mendengar kata TikTok pasti tidak akan asing lagi di telinga kita. Aplikasi yang merupakan
platform video musik ini sedang naik daunnya dan memiliki jumlah peminat yang cukup
banyak.

Hampir semua orang di Indonesia baik dari kalangan muda sampai kalangan tua, dari
penduduk urban sampai rural mengetahui TikTok, bahkan mempunyai akun untuk ikut
menjadi content creator atau sekadar menjadi penonton.

Di TikTok terdapat berbagai jenis konten yang disuguhkan oleh para content creator, mulai
dari hiburan seperti komedi, menyanyi, menari, prank sampai konten edukasi dan ceramah
pun ada.

Tiktok menjadi penyedia sarana media untuk para creator menuangkan ide-ide kreatif atau
menyampaikan pesan berupa informasi atau gagasan. Maka dari itu, TikTok sebagai
jaringan sosial menjadi salah satu media komunikasi massa.
Dan semenjak orang mempunyai aplikasi tersebut banyak orang mengidolakan influencer
yang mereka sukai pada aplikasi tersebut,tidak sedikit juga orang melalukan seperti apa
yang idola mereka lakukan.

Model filter selektif


Menurut teori ini , penonton tidak mudah menerimamediakonten sebagai kebenaran. Model
ini menyarankan agar pesan media melewati filter berikut sebelum mempengaruhi khalayak:

1.Paparan selektif
2.Persepsi selektif
3.Retensi selektif

Audiens dihadapkan pada konten media yang selektif - mereka secara aktif memilih apa
yang ingin mereka tonton, baca, atau dengar. Kelompok yang berbeda, dipengaruhi oleh hal-
hal seperti minat, usia, dan pendidikan, memilih konten media.

contohnya; konten media dewasa yang melarang anak-anak menonton acara atau film
tertentu lebih menarik minat anak-anak dibandingkan orang dewasa.
Audiens menolak beberapa pesan media yang mereka terima jika pesan tersebut tidak sesuai
dengan persepsi atau pemahaman mereka terhadap dunia di sekitar mereka. Terakhir, pesan-
pesan media perlu ' menempel ' di benak khalayak agar dapat memberikan pengaruh.

Model analisis penerimaan


Teori ini mengemukakan ada tiga jenis utama ' membaca ' bagi khalayak. Khalayak tidak
secara pasif menerima persepsi media terhadap konten, namun mereka memilih untuk
2
membacanya dengan cara yang berbeda.

Pembacaan dominan: berbagi pandangan yang dianggap sah, sering kali dibagikan oleh
pembuat konten media, editor, jurnalis, dan lain-lain.

Pembacaan oposisi: menentang pandangan yang diungkapkan dalammediapesan.

Pembacaan yang dinegosiasikan: khalayak menafsirkan konten media agar sesuai dengan
nilai dan pendapat mereka sendiri.

'Bacaan' yang berbeda ini membagi penonton ke dalam peran-peran tersendiri, masing-
masing dengan hasil tersendiri. Pembuatan profil audiens adalah proses membagi audiens
menjadi kelompok-kelompok terpisah tergantung pada perilaku mereka. Profil audiens dapat
digunakan oleh produser media untuk menggambarkan pesan media yang berbeda kepada
setiap kelompok penerima.

POIN POIN PENTING

•Media massa di suntikan langsung kepada khalayak untuk memanipulasikan atau membuat
mereka bertindak dengan cara tertentu,untuk itu kita harus memilah untuk berita atau
informasi yang baik dan benar agar kita tidak terkena hoax

•Kaum postmodernis berpendapat bahwa media, sebagai bagian integral dari masyarakat
postmodern, memberikan kesempatan kepada individu untuk membentuk identitas dan
beradaptasi dengan gaya hidup pilihan mereka. Media mengkonstruksi realitas masyarakat –
misalnya, profil media sosial seseorang di Facebook atau Instagram.

Anda mungkin juga menyukai