NIM : 20419144052 Analisis Wacana ILMU KOMUNIKASI 2020 – MEDIA
No Judul Penelitian Metode yang Penjelasan masing-masing
. rancangan terdahulu dengan digunakan metode yang digunakan riset/UTS analisis wacana tersebut saudara, kritis sekaligus metode yang akan Saudara gunakan 1. UTS : 1.REPRESENTASI Analisis Metode yang digunakan dalam REPRESENTASI PEREMPUAN Wacana Kritis penelitian ini adalah metode DALAM FILM : Sara Mills analisis kualitatif. Metode FEMINISM (ANALISIS penelitian kualitatif menekankan DALAM FILM WACANA KRITIS pada analisis dari proses berpikir SARA MILLS secara induktif, berkaitan dengan (ANALISIS DALAM THE dinamika hubungan WACANA HEIRD) antarfenomena yang diamati dan selalu menggunakan logika KRITIS SARA ilmiah. MILLS DALAM Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis model Sara DISNEY : Mills , Sara Mills mendefinisikan MULAN) analisis wacana sebagai sebuah reaksi terhadap bentuk linguistik tradisional yang bersifat formal (linguistik struktural). Analisis wacana lebih memerhatikan hal- hal yang berkaitan dengan struktur pada level kalimat. Misal pada hubungan ketatabahasaan (gramatika), yaitu subjek-kata kerja-objek, sampai pada level yang lebih luas dibanding teks. Gagasan Sara Mills agak berbeda dengan model critical linguistics. Jika critical linguistics memusatkan perhatian pada struktur kebahasaan dan bagaimana pengaruhnya dalam pemaknaan khalayak, maka Sara Mills lebih melihat pada bagaimana posisi-posisi aktor ditampilkan dalam teks. Posisi ini dalam arti siapa yang menjadi subjek dalam pencitraan dan siapa yang dijadikan objek pencitraan. Selain itu, Sara Mills juga memusatkan perhatian pada bagaimana dan penulis ditampilkan dalam teks. Bagaimana pembaca mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam penceritaan. Ada dua konsep inti dalam analisis wacana Sara Mills, yaitu posisi subjek-objek dan posisi penulis dan pembaca. Konsep pertama digunakan adalah untuk melihat posisi subjek yang memberikan penafsiran atas sebuah peristiwa terhadap orang lain yang menjadi objek yang ditafsirkan. Posisi tersebut yang nantinya akan membentuk sebuah teks atau gambaran dalam masyarakat. Sedangkan konsep kedua tidak hanya meninjau dari sisi penulis saja, namun mencoba menggali wacana yang muncul dari sisi pembaca. Sara Mills menilai pembaca memiliki pengaruh ketika tulisan itu dibuat oleh penulis. Dalam konsep analisis wacana tidak hanya melihat dari sisi produksi semata, tetapi lebih melihat kedalam bagaimana teks diterima oleh pembaca. Namun dalam penelitian ini yang dimaksud teks adalah adegan dan prolog dalam tayangan, dan pembaca adalah penonton. Keunikan dari Analisis wacana sara mills adalah penekanan posisi antara pembaca-penulis dan subjek-objek. Dimana penelitian sangat dijelaskan secara rinci dari segala sudut pandang. Pembaca serasa dibuat masuk penelitian akibat penggambaran yang detail. Kerangka konseptual juga sangat terstruktur dengan baik dan tuntut. Instrumental pada model Sara Mills lebih banyak daripada model analisis lainnya. Karena banyak indicator yang masuk didalamnya dan disertakan penjelasan-penjelasannya. Model sara mills sseperti dikhususkan untuk penelitian dalam gambar, film, berita, maupun lirik lagu. Sebagian besar penafsiran penelitian mengenai gender menggunakan sara mills dalam penelitian mereka. Pada penelitian ini titik perhatian dalam perspektif i adalah menunjukkan bagaimana teks bias dalam menampilkan wanita. Dalam teks, wanita cenderung ditampilkan sebagai pihak yang salah dan marjinal dibanding laki-laki. Ketidakadilan dan penggambaran buruk mengenai wanita ini yang menjadi sasaran utama tulisan Mills. Analisis wacananya menunjukkan bagaimana wanita digambarkan dan dimarjinalkan dalam sebuah teks berita, serta bagaimana bentuk serta pola pemarjinalan tersebut dilakukan. Penjelasan serta dukungan instrumental yang kompleks menjadikan pe representasian digambarkan secara detail yang mampu menggambarkan nilai feminism dalam film tersebut. Untuk mengetahui kerangka analisis model Sara Mills, ada beberapa bagian yang menjadi poin penting agar dapat diperhatikan, serta bisa menentukan proses analisis lebih dalam, yaitu: Pertama, Posisi Subjek-Objek, yang coba ditampilkan adalah bagaimana peristiwa dilihat dari kacamata siapa yang diposisikan sebagai pencerita, serta siapa yang ditampilkan sebagai objek atau aktor yang diceritakan, kemudian apakah masing-masing dari keduanya yaitu pemain dan kelompok sosial memiliki kesempatan untuk menyampaikan gagasan dirinya sendiri, ataukah gagasan serta kehadirannya ditampilka oleh orang lain. Kedua, Posisi Penulis- Pembaca, disini sara mills akan memberikan gambaran bagaimana posisi pembaca berperan dan dimunculkan dalam teks, serta bagaimana pembaca menunjukan dirinya dalam teks yang ditampilkan kemudian kita mencoba mengetahui kepada kelompok manakah pembaca menempatkan dirinya.
2. Analisis Kritik 2. ANALISIS Analisis Norman Fairclough menganggap
sosial dalam Film WACANA KRITIS Wacana Kritis analisis terhadap teks saja seperti JAKARTA VS NORMAN : Norman yang banyak dikembangkan oleh EVERYBODY FAIRCLOUGH Fairclough ahli linguistik tidak cukup, (Analisis Wacana PADA BERITA karena tidak bisa mengungkap Kritis Norman Fairclough) FESTIVAL lebih jauh dan mendalam kondisi CISADANE DI sosiokultural yang KORAN SATELIT melatarbelakangi munculnya NEWS teks. Begitu juga sebaliknya, pandangan ini juga sekaligus mengkritik para pengikut post- strukturalis yang lebih menekankan pada aspek sosio- kultural dari munculnya teks tanpa menyediakan metodologi yang memadai bagi analisis teks yang pada dasarnya merupakan representasi dan artikulasi dari pemikiran, kepentingan, dan ideologi yang dilekatkan pada teks. Lebih lanjut, diskursus, menurut Fairclough berperan dalam konstruksi identitas sosial, relasi sosial, dan sistem pengetahuan dan makna. Oleh karenanya, diskursus memiliki tiga fungsi, yakni fungsi identitas, fungsi relasional, dan fungsi ideasional. Dalam analisis diskursusnya, Fairclough menawarkan model tiga dimensi yang mewakili tiga domain yang harus dianalisis, yakni teks (ucapan, tulisan, image visual, atau kombinasi dari ketiganya), praktik diskursif yang mencakup produksi dan konsumsi teks, dan praktik sosial. Dimensi pertama, yakni teks harus dianalisis melalui pendekatan linguistik yang mencakup bentuk formal seperti kosa kata, tata bahasa, dan struktur tekstual. Masingmasing bentuk formal tersebut harus dianalisis lebih lanjut dengan menarik nilainilai yang ada di dalamnya. Fairclough membedakan empat nilai yang terdapat dalam bentuk formal. Pertama, nilai eksperiental yang menunjuk pada jejak ideologis yang digunakan oleh produser teks dalam merepresentasikan dunia natural atau sosial. Aspek nilai eksperiental ini menjadi penting untuk mengungkap bagaimana perbedaan ideologis direpresentasikan dalam teks yang dituangkan dalam katakata. Karena bersifat ideologis, nilai ini memiliki efek struktural berupa produksi pengetahuan dan keyakinan yang diharapkan mendapatkan penerimaan publik dan memenangkan pertarungan ideologis. Pada tingkat tata bahasa, analisis Fairclough terutama difokuskan pada apakah tata bahasa ditampilkan dalam bentuk proses ataukah dalam bentuk partisipan. Apabila tata bahasa ditampilkan dalam bentuk proses, proses seperti apakah yang ditampilkan. Apakah proses berupa tindakan, peristiwa, keadaan, ataukah proses mental. Bentuk tindakan memperlihatkan adanya aktor yang melakukan suatu tindakan kepada seseorang dan mengakibatkan sesuatu. Bentuk tindakan umumnya mempunyai struktur anak kalimat transitif (subjek + verba + objek), contohnya, oknum pejabat menganiaya seorang wanita. Bentuk peristiwa umumnya mempunyai anak kalimat intransitif, berstruktur subjek + verba. Bentuk peristiwa hanya memasukkan satu partisipan saja dalam kalimat, baik subjeknya maupun objeknya saja. Misalnya, oknum pejabat melakukan penganiayaan (hanya memasukkan subjek) dan seorang wanita mengalami penganiayaan (hanya memasukkan objek). Bentuk keadaan merujuk pada sesuatu yang telah terjadi. Bentuk ini hanya menggambarkan keadaan tanpa harus menyebutkan subjek atau pelaku tindakan, misalnya seorang wanita dianiaya. Bentuk lainnya adalah proses mental. Bentuk ini menampilkan sesuatu sebagai fenomena, gejala umum, tanpa merujuk pada tindakan, subjek, dan objek secara spesifik. 3. LAGU 3. ANALISIS Analisis Van Dijk menyatakan bahwa “BONGKAR” WACANA TEUN wacana wacana itu sebenarnya adalah SEBAGAI A. VAN DIJK Kritis : TEUN bangun teoritis yang abstrak (The BENTUK TERHADAP A. VAN DIJK abstract theoritical construct) MEDIA SKENARIO FILM dengan begitu wacana belum PERLAWANAN “PEREMPUAN dapat dilihat sebagai perwujudan DAN KRITIK PUNYA CERITA” fisik bahasa. Adapun perwujudan SOSIAL wacana adalah teks. (ANALISIS Model analisis wacana Van Dijk WACANA adalah model analisis wacana TEUN A. VAN yang lebih banyak dipilih dalam DIJK) penelitian. Sebagian khalayak umum menganggap bahwa Model Analisis wacana Van Dijk mempunyai elemen-elemen yang dapat dikemas secara praktis. Model yang dipakai Teun A. Van Dijk kerap disebut sebagai ”kognisi sosial”. Istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks. Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik pendekatan yang diperkenalkan oleh Van Dijk. Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarakan pada analisis atau teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Baik struktur teks, kognisi sosial, maupun konteks sosial adalah bagian yang integral dalam kerangka Van Dijk. Van dijk memiliki sebuah skema penelitian yang terdiri dari TEKS, Kognisi sosial dan Analisis Sosial. Dimana hal ini digunakan dengan tujuan untuk mengemas point penelitian dan dapat dipahami dengan mudah. Bagian TEKS berisi tentang Analisa strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarginalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu. metode yang digunakan Bernama Critical linguistics. Bagian Kognisi sosial berisi tentang Analisa kognisi pembuat teks dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis. Metodenya adalah wawancara mendalam. Yang terakhir bagian Analisis sosial yang berisi tentang Analisa wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi peristiwa seseorang atau digambarakan. Menggunakan metode Studi pustaka, penelusuran sejarah. Menurut Van Dijk, meskipun terdiri dari atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Menurut Littejohn, antar bagian teks dan model Van Dijk dilihat saling mendukung, mengandung arti yang koheren satu sama lain. Hal ini karena semua teks dipandang van dijk memiliki suatu aturan yang dapat dilihat sebagai suatu piramida. Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat dan proposisi yang dipakai. Pertanyaan/tema pada level umum didukung oleh pilihan kata, kalimat atau retorika tertentu. Proses ini membantu peneliti untuk mengamati bagaimana suatu teks terbangun oleh elemen-elemen yang lebih kecil. Skema ini juga memberikan peta untuk mempelajari suatu teks. Kita tidak Cuma mengerti apa isi dari suatu teks berita, tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraf, dan proposisi. Kita tidak hanya mengetahui apa yang diliput oleh media, tetapi juga bagaimana media mengungkapkan peristiwa kedalam pilihan bahasa tertentu dan bagaimana itu diungkapkan lewat retorika tertentu. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka teks, pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. ia melihat suatu teks wacana terdaat berbagai tingkatan dimana antar tingkatan tersebut memiliki point yang saling mendukung. Sehingga ia membagi tingkatan tersebut menjadi 3, yaitu Struktur Makro merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa. Lalu, Superstruktur adalah kerangka suatu teks: Bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh. Yang terakhir, Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, preposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai dan sebagainya. Berdasarkan pandangan Van Dijk elemen-elemen tersebut mampu mengikat dan menganalisis segala jenis teks.