Anda di halaman 1dari 6

Nama : Naufala Afridika Putri Sayogyo

Kelas / NIM : B.Kom-2 / 205120201111005


Mata Kuliah : Filsafat dan Etika Komunikasi
Dosen Pengampu : Dr. Antoni, S.Sos., M.Si.

1. Hasil telaah jurnal Non-Western Perspective


Sarjana-sarjana komunikasi di berbagai negara dunia menunjukkan minat dan
ketertarikan yang cukup besar terhadap teori komunikasi. Hal ini terlihat pada survei
pengajaran komunikasi di ASEAN yang menempatkan teori komunikasi ditempat kedua
pada urutan peringkat jenis kursus komunikasi yang paling diminati oleh para sarjana
komunikasi di ASEAN. Tentu hal ini merupakan pertanda yang bagus, namun yang menjadi
concern adalah jenis-jenis teori komunikasi yang disebarluaskan di berbagai Universitas di
negara dunia ketiga. Walaupun teori-teori komunikasi yang dipelajari, disebarluaskan dan
digunakan banyak menggunakan perspektif dan teori dari Amerika Utara, pelajar-pelajar
ilmu komunikasi juga disarankan untuk memperluas domainnya dan belajar berbagai konsep
teori yang telah dirumuskan dalam bahasa Non-Western Societies. Contohnya, di dalam studi
ASEAN ditemukan bahwa 71% materi yang digunakan dalam mata kuliah teori komunikasi
berasal dari Amerika. Dan studi tentang pengajaran komunikasi di Asia Selatan mendapat
persentase yang lebih tinggi, yaitu 78%.
Di dalam retorika, ada 3 elemen penting dan umum terkait komunikasi yang kita ketahui,
yaitu meliputi komunikator, pesan, dan penerima. Tujuan dari komunikasi adalah untuk
mempengaruhi penerima dengan pesan yang kita sampaikan. Para sarjana komunikasi Asia
juga menganut model ini meskipun model ini menggunakan landasan Western dan juga
berbanding terbalik dengan konfigurasi budaya serta ciri khas dari masyarakat Asia.
Singkatnya, jika para sarjana komunikasi di Asia ingin menciptakan model komunikasi yang
sesuai dengan jalannya budaya dan ciri khas mereka, maka mereka harus menghapuskan
pengaruh dari model komunikasi Aristotelian mekanistik. Mereka harus mengarahkan fokus
mereka mengenai bagaimana cara mengemukakan formulasi terbaik guna memperoleh
model komunikasi yang mencerminkan etos budaya masyarakat yang lebih permanen dan
berguna.
Ada beberapa langkah yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, diantaranya
dengan :

1. Menjauhkan diri dari perspektif fungsionalis yang menjadi objektif bagi perspektif
Western dan juga menjadi pengaruh kuat di perspektif Eastern.
2. Mengarahkan pikiran dan fokus kepada pertanyaan untuk merumuskan teori dan
model alternatif.
3. Mengkaji karya-karya klasik tentang filsafat, retorika, linguistik, dll. Dengan tujuan
untuk mengekstraksi prinsip komunikasi
4. Mengkaji berbagai tradisi, ritual, adat masyarakat yang sudah diwariskan dari
generasi ke generasi berikutnya. Dengan tujuan untuk mengetahui dan mengenali
keunikan dari budaya tertentu.
5. Mengenal karakteristik dan perilaku komunikasi dari berbagai lapisan masyarakat,
berbagai budaya. Dengan tujuan untuk mendapatkan prinsip-prinsip yang dapat
menjadi gambaran untuk perilaku komunikasi.
Komentar
Setelah saya membaca dan menelaah jurnal mengenai kajian Non-Western Perspective ini,
timbul rasa yakin dan percaya di dalam diri saya akan perspektif non-western, khususnya
Asia. Saya setuju dengan apa yang ditulis oleh Wimal Dissanayake dalam jurnal ini, beliau
memfokuskan bahan kajiannya terhadap karya-karya klasik filsafat dan cabang ilmu lainnya.
Hal ini dapat bertujuan untuk memperoleh dan menciptakan teori atau model komunikasi
Asia yang sesuai dengan budayanya serta dapat lebih aktif terlibat dalam penelitian
komunikasi yang lebih produktif. Selain itu, hal ini juga dapat memberikan pengertian yang
lebih mendalam dan ikut turut berkontribusi dalam diskusi mengenai interaksi antar manusia.

2. Pandangan terkait keberadaan dari paradigma, 7 tradisi, serta mazhab dalam ilmu
komunikasi.
Bagi saya paradigma sangat berguna serta dapat membuat orang-orang memiliki lebih
banyak pengetahuan serta perspektif mengenai suatu metode dalam penelitian sosial. Hal ini
tentunya dapat membantu orang-orang untuk mengetahui lebih dalam mengenai suatu
metode penelitian sosial dengan melihat dan memahami berbagai paradigma yang ada.
Paradigma itu sendiri dibagi mejadi paradigma positivistik, interpretatif, kritis, dan
postmodernism. Selanjutnya, mengenai keberadaan 7 tradisi dalam Ilmu Komunikasi ini
saya dapat melihat bahwa Ilmu Komunikasi itu memiliki cakupan yang luas dan berkaitan
dengan disiplin ilmu lainnya. Menurut saya, seiring berkembangnya zaman, tradisi ini juga
akan ikut berkembang dan bertambah sehingga sangat penting bagi kita sebagai mahasiswa
Ilmu Komunikasi untuk memahami 7 tradisi ini. Adapun 7 tradisi dalam Ilmu Komunikasi
yang dikemukakan oleh Robert T. Craig, diantaranya ialah retorika, sosiopsikologi,
fenomenologi, semiotika, cybernetics, sosiocultural, dan critical. Dan yang terakhir yaitu
mengenai Mazhab dalam Ilmu Komunikasi, jadi dengan adanya aliran yang muncul dari
negara-negara yang berbeda dengan tokoh-tokoh berbeda yang memiliki wawasan luas
tentunya bisa dikatakan bahwa banyak tokoh yang ingin memberikan pandangannya
mengenai suatu hal dan tentunya pandangan-pandangan yang diberikan tersebut berbeda dan
beragam. Mazhab-mazhab yang ada ini juga memberikan pengaruh terhadap perkembangan
Ilmu Komunikasi. Beberapa mazhab dalam Ilmu Komunikasi diantaranya seperti mazhab
Frankfurt, mazhab Chicago, mazhab Birmingham, dan mazhab Toronto.
3. Pandangan terhadap gagasan yang disampaikan oleh Schramm, Chaffee, dan Rogers.
Rogers: Rogers berpikir bahwa akhirnya ilmu komunikasi telah menjadi disiplin ilmu. Ia
juga berpikir bahwa meskipun banyak program dalam komunikasi seperti komunikasi
massa, telekomunikasi, pidato, jurnalisme, namun fokus semua itu adalah pertukaran
informasi diantara manusia.
Roger juga berpendapat bahwa sosiologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, antropologi telah
berhubungan satu sama lain sesuai buku Scrhamm tentang ilmu sosial baru.
Chaffee: Chaffee berpendapat tidak seperti Rogers. Ilmu komunikasi terlalu banyak jenisnya
untuk bisa disebut dalam satu disiplin ilmu. Dalam ilmu komunikasi di universitas bahkan
dibagi-bagi programnya seperti komunikasi massa, pidato, telekomunikasi, jurnalisme.
Chaffee tidak sependapat dengan Rogers yang mengatakan bahwa ilmu komunikasi tidak
terlihat maju ke tahap semaju itu. Dia melihat banyak orang dari jurnalisme yang tidak
mengerti apa itu komunikasi sebagai suatu disiplin.
Schramm: Schramm juga berpandangan bahwa suatu saat ilmu komunikasi akan menjadi
suatu disiplin ilmu. Bidang-bidang seperti komunikasi pidato, jurnalisme, komunikasi massa
pada akhirnya akan dikenal dengan komunikasi. (Schramm, 1987).
Scrhamm mempelopori 5 tradisi (ilmu sosial) yang akhirnya sangat diterima di universitas-
universitas Amerika, yaitu sosiologi, psikologi, antropologi, ekonomi, dan ilmu politik.

4. Pandangan terhadap ilmu komunikasi berdasarkan gagasan yang dikemukakan oleh


Prof. emeritus M. Alwi Dahlan, Ph.D
Bapak Alwi pada video conference menerangkan tentang perbedaan perspektif yang terjadi
dalam berkomunikasi. Setiap orang pasti memiliki pandangan sendiri-sendiri dalam
memaknai sesuatu sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya. Dalam kesimpulannya
Bapak Alwi mengatakan bahwa saat ini banyak sekali orang-orang yang memperlihatkan
perspektif mereka tanpa menimbangnya terlebih dahulu sehingga banyak terjadi
miscommunication. Misalnya ketika orang yang mengurus tentang kesehatan namun
berbicara hal lain, orang yang mengurus seni berbicara hal lain, dan lainnya sehingga
masyarakat tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini mengartikan jika
komunikasi memang berjalan intensif namun tidak diikuti dengan pemahaman komunikasi.
Menurut pandangan saya, apa yang dikatakan oleh Bapak Alwi itu sangat mencerminkan
kehidupan masyarakat saat ini. Sekarang masing-masing orang selalu memiliki pandangan
masing-masing bahkan terkadang mereka tidak mau menghargai pandangan berbeda dari
orang lain. Hal ini menyebabkan pro kontra yang menghasilkan kericuhan. Masyarakat
sering sekali mengungkapkan pandangan mereka dalam media sosial seperti Facebook atau
Twitter sehingga orang-orang dapat mengetahui apa yang mereka katakan lalu
mengomentari pandangan mereka dengan pandangan yang dia punya. Padahal mereka
semua belum tentu mengerti dengan apa yang sedang terjadi, masalah apa yang mereka
bicarakan karena semua orang ingin terlihat keren dengan cara memberi pandangan masing-
masing terkait suatu masalah. Namun seperti yang dikatakan oleh Bapak Alwi, kebanyak
dari mereka bukanlah pakar dalam permasalahan yang sedang dibicarakan sehingga dapat
terjadi miscommunication di dalamnya.
5. Pandangan terhadap sejarah dan perkembangan ilmu komunikasi di Indonesia
berdasarkan gagasan yang dipaparkan oleh Ignatius Haryanto, Justito, dan Antoni
dalam Forum Amir Efendi Siregar UII
Pandangan saya mengenai Sejarah dan perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia
berdasarkan pemaparan Ignatius Haryanto, Justito, dan Antoni. Jadi, Pandangan saya
mengenai sejarah dan perkembangan Ilmu Komunikasi di UI dalam pemaparan Haryanto,
ternyata Ilmu Komunikasi banyak mengalami perubahan nama dan perubahan naungan
fakultas hingga sampai tahun 2003 berubah menjadi Departemen Ilmu Komunikasi serta UI
juga memiliki guru besar yang hebat-hebat. Dimana Ignatius Haryanto melakukan
penelurusan awal sejarah komunikasi Indonesia melihat dari kasus Universitas Indonesi dan
mengatakan bahwa pertumbuhan komunikasi di kampus Indonesia dimulai pada tahun 1990
dengan 12 perguruan tinggi jurusan ilmu komunikasi hingga meningkat signifikan pada
tahun 2015. Selanjutnya Pandangan saya mengenai sejarah dan perkembangan Ilmu
Komunikasi yang dipaparkan oleh Justito adalah ternyata Prof Astrid dan Alwi Dahlan
memberikan perubahan besar terhadap Ilmu Komunikasi. Ilmu Komunikasi ini dimulai
dengan Ilmu Publiziztik yang kemudian tahun 1970-an baru berubah menjadi Ilmu
Komunikasi yang diajukan oleh Prof. Astrid dan didukung juga dengan kepulangan Alwi
Dahlan. Selain itu, Ilmu Komunikasi pada masa orde baru dan pasca pembangunan juga
mengalami banyak perubahan. Dimana Justito melakukan penelusuran awal sejarah
komunikasi Indonesia dengan melihat gegar epistemik komunikasi orde baru dan pasca
pembangunan. Dan yang terkahir, Pandangan saya mengenai sejarah dan perkembangan
Ilmu Komunikasi di UB dalam pemaparan bapak Antoni adalah ternyata sejarah komunikasi
sebagai sebuah studi berdasarkan pengalaman Universitas Brawijaya dapat dilihat dari
beberapa hal seperti communication education, communication Sscholars, kajian pers
Indonesia, kajian komunikasi politik dan komunikasi kepresidenan, kajian nonwestern
perspective, performance research, dan sejarah budaya populer. Selain itu, sejarah dan
perkembangan Ilmu Komunikasi juga memiliki banyak tokoh-tokoh hebat yang terlibat
didalamnya yang tentunya memiliki banyak pengalaman menarik. Dimana bapak Antoni
melakukan penelurusan awal sejarah komunikasi Indonesia melihat dari pengalaman
Universitas Brawijaya.

DAFTAR PUSTAKA

Craig, R. T. (1999). Communication theory as a field. Communication Theory, 9(2),


119_161.
FISIP UI. ( 2020, September, 18). Studium Generale Virtual : Komunikasi: Hilangnya
Perspektif?(video).Youtube

https://www.youtube.com/watch?v=PdIZ574KORg

Kornai, J. (1998). The System Paradigm.

Rehman, A. A., & Alharthi, K. (2016). An introduction to research paradigms.


International Journal of Educational Investigations, 3(8), 51-59.

Rogers. Chaffee. (1993). Journal of Communication. The Past and The Future of
Communication Study: Convergence or Divergence?, 43(4), 125-131.

UNIICOMS TV. (2020, Juli 4). AES Corner: Serial Bincang Sejarah Komunikasi (Seri 2)
(video). Youtube

https://www.youtube.com/watch?v=WluodmNjMkk

UNIICOMS TV. (2020, Juli 18). AES Corner: Serial Bincang Sejarah Komunikasi (Seri 3)
(video). Youtube

https://www.youtube.com/watch?v=W1yTWHAZ-7Q&t=10s

UNIICOMS TV. (2020, Juli 26). AES Corner: Serial Bincang Sejarah Komunikasi (Seri 4)
(video). Youtube

https://www.youtube.com/watch?v=WntIHBQU7A0&t=5151s

FISIP UI. ( 2020, September, 18). Studium Generale Virtual : Komunikasi: Hilangnya
Perspektif?(video).Youtube

Anda mungkin juga menyukai