Anda di halaman 1dari 10

Sara et al., 2019. Evaluasi Kesesuaian Lahan...

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Pisang


di Jawa Barat Selatan
Dirga Sapta Sara1, Ganjar Herdiansyah2, Anne Nuraini1, Ade Ismail1, Erni Suminar1
1
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Jl. Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang 45363
2
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir Sutami No.36 A, Surakarta 57126
Email. dirga.sapta@unpad.ac.id

ABSTRAK

Peningkatan kualitas pisang di Provinsi Jawa Barat bagian selatan terkendala kurangnya data kesesuaian lahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan pisang dan mengevaluasi cara
budidaya di lima Kabupaten Jawa Barat Selatan. Peta ketinggian tempat, peta kontur dan peta jenis tanah digunakan
u tuk menentukan titik pengambilan sampel tanah. Survei lapangan untuk mengamati karakteristik sifat fisik tanah
meliputi struktur, drainase, erosi, tekstur, dan kedalaman efektif perakaran, serta kondisi fisiografis yaitu ketinggian
dan kelerengan. Sifat kimia tanah meliputi KTK-liat, C-Organik, tekstur, dan pH tanah. Data sifat fisik dan kimia
tanah dikelompokkan untuk mendapatkan kelas keseuaian lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian
lahan aktual untuk pengembangan pisang di Jawa Barat Selatan memiliki kriteria S1 (sesuai), S2 (cukup sesuai), S3
(sesuai marginal) dan N1 (tidak sesuai pada saat ini) dengan factor pembatas yang dominan adalah temperatur,
ketersediaan air dan lereng. Kesesuaian lahan yang memiliki kriteria N (tidak sesuai untuk saat ini) dengan faktor
pembatas kemiringan lereng lebih dari 40%. Perbaikan lahan melalui pemberian pupuk, perbaikan irigasi dan drainase
serta pembuatan teras disarankan untuk meningkatkan nilai kesesuaian lahan.

Kata kunci: budidaya pisang, evaluasi lahan, kesesuaian lahan, jawa barat

Evaluation of Land Suitability for Banana Farming in South West Java


ABSTRACT

The contrain ofbbanana quality improvement in southern part of West Java Province is lack of land suitability data.
The objective of this study was to evaluate the suitability of land and how to cultivate for banana development in five
districts located in Southern part of West Java. The altitude maps, contour maps and soil type maps were used to fix
soil sampling point. Field survey was carried out to observe the characteristics of soil physical properties including
structure, drainage, erosion, texture, and effective depth of roots, as well as physiographic conditions namely height
and slope. Soil chemical properties include CEC-clay, C-Organic, texture, and soil acidity. Data on physical and
chemical properties of the soil were grouped to get land suitability classes. The results showed that the actual land
suitability for banana development in Southern part of West Java had the criteria S1 (suitable), S2 (quite appropriate),
S3 (marginal appropriate) and N1 (not suitable at this time); dominant limiting factors were temperature, water
availability and slope. The N Land suitability with limiting slope factors covered more than 40%. Fertilizer
application, irrigation and drainage improvements and terrace construction are needed to improve land suitability so
that the land become more suitable for banana growth.

Keywords: Evaluation of land, banana farming, south west java, suitability of land

PENDAHULUAN dikonsumsi oleh konsumen tanpa


memperhatikan tingkat sosial. Hampir di
Pisang (Musa paradisiaca L.) seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah
merupakan tanaman buah-buahan tropika yang penghasil pisang, hal ini karena iklim
memiliki peranan penting di Indonesia karena Indonesia sesuai untuk pertumbuhan tanaman

82
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 82-91
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

pisang [1]. Banyak masyarakat yang belum agar dapat tumbuh dan berproduksi tinggi serta
memanfaatkan peluang pasar komoditas hasilnya berkualitas, maka tanaman pisang
pisang. Kebanyakan masyarakat/petani harus dibudidayakan pada lingkungan yang
memanfaatkan lahannya untuk pertanaman sesuai (Tabel 1) [3].
tanaman tahunan seperti Albasia karena Penelitian ini bertujuan untuk
keuntungan yang dianggap menjanjikan. mengevaluasi kesesuaian lahan untuk
Padahal anggapan tersebut tidak sepenuhnya pengembangan pisang dan mengevaluasi cara
benar karena untuk dapat keuntungan dari budidaya di Jawa Barat Selatan.
menanam Albasia diperlukan waktu tahunan.
Lain halnya jika petani mau membudiayakan BAHAN DAN METODE
tanaman pisang sebagai tanaman utama yang
dapat dipanen dalam Waktu yang relatif Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli
pendek. 2016 sampai bulan Januari 2017. Lokasi
Kesesuaian lahan kurang diperhatikan penelitian dilaksanakan di Wilayah jawa Barat
karena pisang dianggap sebagai tanaman yang Selatan. Alat dan bahan yang diperlukan dalam
bisa ditanam dan tumbuh dimana saja tanpa penelitian yaitu peta ketinggian tempat, peta
ada pemeliharaan. Padahal jikalau dikaji kontur dan peta jenis tanah (skala 1: 100.000).
secara ilmiah, tanaman pisang mempunyai Karakteristik lahan yang diamati dalam survei
kriteria kesesuaian lahan tersendiri untuk lapangan adalah sifat fisik tanah yang meliputi
pertumbuhannya. Faktor lingkungan, iklim, struktur, drainase, erosi, tekstur, dan
tanah, ketinggian tempat dari permukaan laut, kedalaman efektif perakaran, serta kondisi
dan tinggi rendahnya permukaan air tanah, fisiografis yaitu ketinggian dan kelerengan.
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil Analisis tanah untuk mengetahui kandungan
tanaman buah-buahan. kimia tanah meliputi KTK-liat, C-Organik,
Kegiatan evaluasi lahan dan survei tekstur, dan pH tanah. Data dilakukan
tanah, sangat dianjurkan dalam rangka untuk pengelompokkan menjadi kelas-kelas yaitu S1
merencanakan dan mengkoordinir upaya (“sangat sesuai”), S2 (“cukup sesuai”), S3
perbaikan dan pengelolaan lahan pada masing- (“sesuai marginal”), dan N yang bersifat “tidak
masing tipe penggunaan atau usahatani [2], sesuai” berdasarkan kriteria pada Tabel 1.
khususnya budidaya pisang yang memang Masing-masing karakteristik divisualkan
jarang dilakukan, padahal budidaya pisang dalam bentuk peta meliputi: peta curah hujan,
merupakan salah satu sektor pertanian yang erosi, kedalaman efektif perakaran,
menjanjikan jika dikelola dengan benar. temperatur, tekstur tanah, pH tanah, KTK-Liat,
Namun demikian, untuk dapat berproduksi C-organik, drainase, kemiringan dan
secara optimal tanaman pisang membutuhkan ketinggian.
persyaratan tumbuh tertentu . Di samping itu,

Tabel 1. Persyaratan Penggunaan Lahan Tanaman Pisang


Kelas Kesesuaian Lahan
Persyaratan tumbuh/Karakteristik lahan
S1 S2 S3 N
Suhu (tc)
Suhu tahunan rata-rata (oC) 25 - 27 27- 30 30 35 > 35
22- 25 18 22 < 18
Elevasi (m dpl) < 1200 1200- 1500 1500 - 2000 > 2000
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan tahunan rata-rata (mm) 1500 - 2500 1250- 1500 1000 - 1250 < 1000
2500- 3000 3000 - 4000 > 4000
Bulan kering (bulan) 0-3 3- 4 4 6 >6
Kelembaban nisbi (%)
> 60 50- 60 30 50 < 30
Ketersediaan oksigen (oa)

83
Sara et al., 2019. Evaluasi Kesesuaian Lahan...

Kelas Kesesuaian Lahan


Persyaratan tumbuh/Karakteristik lahan
S1 S2 S3 N
Drainase Agak cepat, Sangat terhamabt,
Baik, sedang sedang Terhambat cepat
Keadaan Perakaran (rc)
Tekstur tanah di permukaan Halus, agak Agak kasar, sangat Kasar
halus, sedang - halus
Fraksi kasar (%) < 15 15- 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 75 > 75 50 - 75 < 50
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), bila berlapis dengan
bahan mineral/pengkayaan mineral < 140 140- 200 200 - 400 > 400
Kematangan sapric* sapric, hemic* hemic, fibric* fibric
Ketersediaan hara (nr)
KTK liat (cmol/kg) > 16 < 16
> 50 35- 50 < 35
Kejenuhan basa (%)
pH H2O 5.6 - 7.5 5.2- 5.6 < 5.2
7.5- 8.0 > 8.0
C-organik (%) > 1.5 0.8- 1.5 0.8
Toksisitas (xc)
Salinitas (ds/m) <2 2- 4 4- 6 >6
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) <4 4- 8 8 - 12 > 12
Toksisitas sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <8 8 - 16 16 - 40 > 40
Tingkat bahaya erosi (eh) Sangat Rendah- Berat Sangat berat
rendah sedang
Bahaya banjir (fh)
Banjir F0 F1 F2 > F2
Penyiapan tanah (lp)
Batuan permukaan (%) <5 5 - 15 15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) <5 5 - 15 15 - 25 > 25

HASIL DAN PEMBAHASAN papandayan. Fisiografis vulkanik dengan


lereng beragam mulai dari 8% sampai
Klasifikasi Tanah >40%. tanah Andosol mempunyai
Sistem klasifikasi tanah berkembang di cadangan mineral yang masih tinggi
dunia namun sistem klasifikasi tanah yang sebagai penyedia unsur Ca, Mg, dan Fe.
Sementara itu dari kelompok mika,
berlaku saat ini adalah sistem klasifikasi soil
taxonomy atau taksonomi tanah yang dijumpai adanya muskovit dan biotit [5,6] .
dikembangkan oleh USDA. Sistem klasifikasi 2. Entisol
tanah ini memiliki keistimewaan terutama Tanah Entisol paling luas ada di kecamatan
dalam hal penamaan atau tata nama, definisi- Pabuaran, Kab. Sukabumi. Sebagian besar
definisi horizon penciri, dan beberapa sifat tanah entisol tidak mengalami perubahan
penciri lain yang digunakan untuk menentukan seperti mengalami sedimentasi dari bahan
jenis tanah [4]. Daerah kajian (Jawa Barat induk mereka. Entisol mempunyai
Selatan) terdapat 4 ordo tanah (Gambar 1). kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari
berikut uraian tanahnya: asam, netral sampai alkalin, KTK juga
bervariasi baik untuk horison A maupun C,
1. Andisol mempunyai nisbah C/N < 20% di mana
Tanah ini terdapat di bagian utara, tepatnya tanah yang mempunyai tekstur kasar
di daerah cikajang yang merupakan tanah berkadar bahan organik dan nitrogen lebih
vulkanik hasil erupsi dari gunung

84
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 82-91
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

rendah dibandingkan dengan tanah yang kelabu sampai dengan cokelat tua, tekstur
bertekstur lebih halus [7]. pasir, debu, dan lempung, struktur tanah
remah konsistensi gembur [8], kandungan
3. Inceptisol unsur hara yang sedang sampai tinggi,
Tanah ini tersebar di bagian barat dan timur produktivitas tanahnya sedang sampai
Jawa Barat Selatan. Inceptisol berwarna tinggi [9].

Gambar 1. Peta jenis tanah di Jawa Barat Selatan

4. Ultisol Pada umumnya Ultisol berwarna kuning


Pada umumnya Ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah. Pada klasifikasi
kecoklatan hingga merah, kemasaman lama menurut [10] Soepraptohardjo (1961),
tanah tinggi, pH rata-rata < 4,50, kejenuhan Ultisol diklasifikasikan sebagai Podsolik
Al tinggi, miskin kandungan hara makro Merah Kuning(PMK). Ultisol umumnya
terutama P, K, Ca, dan Mg, dan kandungan mempunyai struktur sedang hingga kuat,
bahan organic rendah. dengan bentuk gumpal bersudut [11].

85
Sara et al., 2019. Evaluasi Kesesuaian Lahan...

Tabel 1. Rekapitulasi Luasan Lahan Berdasarkan Jenis Tanah Hasil Survai di Jawa Barat
Selatan

No Tanah (USDA) Luas (Ha) %


1 Inceptisol 143.462 18.90
2 Andisol, Inceptisol 12.373 1.63
3 Inceptisol, Ultisol 205.702 27.11
4 Ultisol 384.650 50.69
5 Inceptisol, Entisol 12.687 1.67
Total 758.876 100.00

Kesesuaian Lahan Aktual Cidadap, Cidolog, Ciemas, Ciracap, Jampang


Hasil penilaian kesesuaian lahan aktual Kulon, Kalibunder, Pabuaran, Sagaranten,
menunjukkan lokasi penelitian memiliki Simpenan, Surade, Tegal Buled dan Waluran.
kriteria S1 (sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 Kriteria kesesuaian lahan actual di Kabupaten
(sesuai marginal) dan N1 (tidak sesuai pada Sukabumi meliputi S2 (cukup sesuai), S3
saat ini) dengan factor pembatas yang dominan (sesuai marginal) dan N1 (tidak sesuai pada
adalah temperature, ketersediaan air dan saat ini). Sebaran kesesuaian lahan aktual
lereng. Kesesuaian lahan yang memiliki dapat dilihat pada Gambar 2.
kriteria N (tidak sesuai untuk saat ini) dengan Cianjur
factor pembatas kemiringan lereng lebih dari Luas lahan yang sesuai untuk pengembangan
40%. Kemiringan seperti ini tidak sesuai tanaman pisang di Cianjur Selatan mencapai
dengan ditanami tanaman pisang, sehingga 67.108 Ha dengan kriteria kesesuaian lahan
kejadian erosi akan semakin besar. Berikut actual dari S2 sampai S3 dan N1 yang menjadi
kesesuaian lahan pada setiap Kabupaten di faktor pembatas dominan adalah ketersediaan
Jawa Barat Selatan. air, temperature dan ketersediaan hara.
Sukabumi Wilayah yang berpotensi tersebar di
Kesesuaian lahan actual merupakan Kecamatan Agrabinta, Cibinong, Cidaun,
kesesuaian lahan yang didasarkan pada data Cikadu, Kadupandak, Naringgul,
sifat biofisik tanah. Dari hasil sifat biofisik Sindangbarang dan Tanggeung. Berikut luas
tanah, kesesuaian lahan di Sukabumi lahan hasil penilaian kesesuaian lahan pada
menunjukkan lahan yang berpotensi dalam setiap Kecamatan di Cianjur Selatan. Sebaran
pengembangan tanaman pisang mencapai kesesuaian lahan aktual dapat dilihat pada
62.792,19 Ha terdapat di Kecamatan Cibitung, Gambar 3.

86
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 82-91
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

Gambar 2. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Sukabumi

Garut untuk Kabupaten Tasikmalaya khususnya


Penilaian kesesuaian lahan aktual di wilayah bagian selatan sebesar 55.779 Ha dengan
Garut Selatan menghasilkan lahan yang kriteria kesesuaian lahan dominan yaitu S3
berpotensi dikembangkan tanaman pisang (sesuai marginal) terdapat faktor pembatas
sebesar 50.433 Ha yang tersebar di seluruh temperatur dan ketersediaan hara yang
kecamatan di Garut Selatan yaitu di dominan selain kemiringan lereng. Sebaran
Kecamatan Bungbulang, Caringin, Cibalong, kesesuaian lahan aktual dapat dilihat pada
Cihurip, Cikelet, Cisewu, Cisompet, Gambar 5.
Mekarmukti, Pakenjeng, Pameungpeuk,
Pamulihan dan Pendeuy. Kriteria kesesuaian Ciamis dan Pangandaran
lahan actual yaitu S2, S3 dan N1, dengan Lahan yang berpotensi dijadikan
factor pembatas kemiringan lereng, pengembangan tanaman pisang di Kabupaten
temperatur, ketersediaan air dan ketersediaan Ciamis yaitu sebesar 5.913 Ha di Kecamatan
hara. Berikut table luasan kesesuaian lahan Banjarsari. Lahan di Kabupaten Pangandaran
actual di Kabupaten Garut. Sebaran kesesuaian seluas 57.893 Ha yang tersebar di Kecamatan
lahan aktual dapat dilihat pada Gambar 4. Cigugur, Cijulang, Cimerak, Kalipucang,
Langkaplancar, Padaherang, Pangandaran,
Tasikmalaya Parigi dan Sidamulih. Sebaran kesesuaian
Luas lahan yang berpotensi pengembangan lahan aktual dapat dilihat pada Gambar 6.
tanaman pisang hasil analisis kesesuaian lahan

87
Sara et al., 2019. Evaluasi Kesesuaian Lahan...

Gambar 3. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Cianjur

Gambar 4. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Garut

88
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 82-91
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

Gambar 5. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Tasikmalaya

Gambar 6. Peta kesesuaian lahan aktual Ciamis dan Pangandaran

89
Sara et al., 2019. Evaluasi Kesesuaian Lahan...

Kesesuaian Lahan Potensial dari bahaya erosi. Hasil usaha perbaikan lereng
8-30% dengan upaya pembuatan teras,
Usaha Perbaikan sehingga pertumbuhan tanaman tidak
Berdasarkan perbaikan-perbaikan pada terganggu. Hasil usaha perbaikan bahaya erosi
faktor pembatas di kesesusian lahan potensial berat dengan upaya pembuatan teras serta
yaitu pemupukan, irigasi dan drainase serta penanaman sejajar kontur menjadi rendah
penterasan maka hasil penilaian kesesuaian sampai sedang. Dengan demikian erosi yang
lahan potensialnya mendapatkan bahwa terjadi dapat diminimalisir dan pertumbuhan
seluruh lokasi survei naik satu tingkat. tanaman tidak terganggu.
Target Pengelolaan dan Usaha Perbaikan 5. Program Penataan Lingkungan
Lahan Pada lahan tidak sesuai sebaiknya dijadikan
Target pengelolaan dan usaha perbaikan hutan lindung atau wilayah konservasi
lahan untuk pengembangan tanaman pisang di terutama pada lahan-lahan yang memiliki
Jawa Barat Selatan adalah sebagai berikut : kemiringan lereng >40%.
Hasil usaha perbaikan dari faktor pembatas
1. Program Pemupukan yang menjadi acuan dalam penilaian
Peningkatan kesuburan tanah melalui program kesesuaian lahan aktual, maka didapatkan
pemupukan pupuk N, P, K dan pemberian kesesuaian potensial yang menjadi bahan
bahan organik. Tingkat usaha perbaikannya pertimbangan dalam upaya pengembangan
agar pada tingkat pemupukan sedang sampai tanaman pisang di Kabupaten Sukabumi.
tinggi. Tidak disarankan menggunakan pupuk Kriteria kesesuaian lahan N1 (tidak sesuai
yang bersifat asam, misalnya pupuk ZA, dan pada saat ini) berubah satu tingkat menjadi S3
lain-lain. (sesuai marginal). Peningkatan kriteria
Pemberian pupuk organik yang siap pakai kesesuaian lahan ini terjadi pada sebagian
maupun melalui penanaman tanaman besar karakteristik tanah kecuali pada faktor
polongan baik yang merambat maupun pembatas temperatur yang tidak bisa
berpohon. Pupuk organik ini disamping diperbaiki (S2t).
memasok unsur hara, juga dapat memperbaiki
kesuburan fisik tanah sehingga sirkulasi KESIMPULAN
oksigen lancar.
2. Program Pengolahan Tanah 1. Hasil penilaian kesesuaian lahan actual di
Tingkat usaha perbaikan lahan agar pada Jabar Selatan menunjukkan lokasi
tingkat sedang sampai tinggi. Misalnya penelitian memiliki kriteria S1 (sesuai), S2
pencangkulan sekeliling tanaman pisang. Hal (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal) dan N1
ini untuk mencapai aerasi internal tanah yang (tidak sesuai pada saat ini) dengan factor
ideal akibat pemadatan tanah. pembatas yang dominan adalah
temperature, ketersediaan air dan lereng.
3. Program perbaikan dan pembuatan saluran
Kesesuaian lahan yang memiliki kriteria N
drainase permukaan
(tidak sesuai untuk saat ini) dengan factor
Di daerah studi banyak ditemukan saluran- pembatas kemiringan lereng lebih dari
saluran yang tidak mengalirkan air dengan 40%.
baik. Masalah tersebut dapat diatasi dengan 2. Perbaikan-perbaikan agar menjadi lahan
perbaikan saluran drainase pada tingkat sedang potensial yaitu pemupukan, irigasi dan
sampai tinggi. drainase serta penterasan dengan begitu
4. Program Penterasan dan Perataan Lahan hasil penilaian kesesuaian lahan
Di wilayah bagian utara daerah studi potensialnya naik satu tingkat dari lahan
memerlukan pembuatan teras bangku tingkat aktual.
sedang sampai tinggi, sehingga lahan terhindar

90
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 82-91
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

UCAPAN TERIMA KASIH [4] Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi


Sumber Daya Lahan. CV. Andi
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Yogyakarta.
Badan Penelitian, Pengembangan dan [5] Dahlgren, R.S., Shoji and M. Nanzyo.
1993. Mineralogical characteristics of
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
volcanic ash soils. Elsevier. Amsterdam.
(BP3IPTEK) Provinsi Jawa Barat yang telah [6] Tan, K. H. and J. Van Schuylenborgh.
memberikan dana hingga penelitian ini selesai 1961. On the classification and genesis
dilaksanakan. Penulis juga mengucapkan of soils developed over acid volcanic
terima kasih kepada Dr. Reginawanti material under humid tropical condition.
Hindersah, Ir., MP karena telah memberikan Neth. J. Agric. Sci. 9:41-54.
dukungan dan pendampingan dalam proses [7] Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama
Indonesia. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
penelitian ini.
[8] Resman, Syamsul, A.S. dan H.S.
Bambang. 2006. Kajian beberapa sifat
DAFTAR PUSTAKA kimia dan fisika inceptisol pada
toposekuen lereng selatan gunung
[1] Departemen Pertanian. 2005. Prospek merapi kabupaten sleman. Jurnal Ilmu
dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanah dan Lingkungan. Vol. 6 (2):101-
Pisang. Jakarta: Badan Penelitian dan 108.
Pengembangan Pertanian. Departemen [9] Nuryani. 2003. Sifat Kimia Entisol Pada
Pertanian. Sistem Pertanian Organik. Jurnal Ilmu
[2] Puslittanak. 1997. Petunjuk Teknis Pertanian 10 (2): 63- 69.
Evaluasi Lahan Tingkat Tinjau (skala [10] Supraptoharjo. M. 1961. Jenis-jenis
1:250.000). Puslittanak, Bogor, tanah di Indonesia. Lembaga Penelitian
Indonesia. Tanah, Bogor.
[3] Djaenudin, D., Marwan H., Subagyo H., [11] Rachim A, Situmorang, R. dan A.
dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Hartono.2000. Konsep Pengembangan
untuk Komoditas Pertanian. Edisi Pertanian Berkelanjutan Di Lahan Rawa
Pertama tahun 2003, ISBN 979-9474- Untuk Mendukung Ketahanan Pangan
25-6. Balai Penelitian Tanah, Pusat Dan Pengembangan Agribisnis. Dalam:
Penelitian dan Pengembangan Tanah Prosiding Seminar Nasional Penelitian
dan Agroklimat, Bogor, Indonesia. dan Pengembangan Pertanian di Lahan
Rawa, Cipayung, 25-27 Juli 2000.
Badan Litbang Pertanian. Hal: 53 – 63

91

Anda mungkin juga menyukai