Anda di halaman 1dari 27

III. KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN 3.1.

Bahan Baku Bahan baku yang digunakan oleh PG Tasikmadu dalam menjalankan proses produksi di antaranya: a. Tebu Tebu (Saccharum officinarum) merupakan bahan baku utama dalam proses produksi gula pasir di Indonesia. Selain tebu, ada beberapa tanaman lain yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan gula pasir, seperti bit, jagung dan umbi-umbian. Namun, tanaman bahan baku gula pasir yang dapat tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia adalah tebu. Bahan baku tebu yang digunakan dalam proses produksi gula di PG Tasikmadu berasal dari Tebu Rakyat Kemitraan Kerja Sama Operasional (TKRM KSO) dan TKRM non KSO. TKRM KSO merupakan tebu yang dihasilkan lahan milik PG Tasikmadu yang bekerja sama dengan rakyat dalam pengolahan dan pemeliharaannya. Sedangkan TKRM non KSO merupakan tebu yang dihasilkan dari lahan milik rakyat yang telah terdaftar sebagai mitra 862, PS 921, PSJT 941, PS 881, PSJK 922, VMC 76-16, PS 864, BL, dan DIV. Dari sekian banyak varietas yang tersebar di lahan milik Tasikmadu maupun mitra, tebu varietas PS 864 yang banyak ditanam untuk beberapa tahun belakangan ini. Kualitas suatu proses produksi dipengaruhi oleh kualitas bahan baku yang digunakan. Untuk itu, PG Tasikmadu memiliki bagian Tebang-Angkut yang menangani pengadaan dan kontrol bahan baku. Tebu yang masuk pabrik harus memenuhi syarat layak giling, yaitu tebu bebas dari tebu muda, rapak (daun kering dan daun hijau), tali daun, tebu kering dan kotoran lainnya. Tabel 4. Penilaian Mutu Tebu yang ditetapkan oleh Pabrik Gula Tasikmadu No. Mutu Kriteria Keterangan 1 A Bersih Tidak ada klaras, pucuk, dan bung 2 B Kurang bersih Tebu bersih, sedikit rapak 3 C Kotor Tebu bersih, sedikit bung 4 D Kotor sekali Tebu sedikit pucuk, tebu kecil 5 E Sangat kotor Tebu kotor, banyak rapak, bung sekali dan pucuk 6 T Terbakar baru Terbakar < 24 jam 7 X Terbakar lama Terbakar > 24 jam Sumber : Pabrik Gula Tasikmadu Dari ketujuh penilaian mutu tebu tersebut, yang diterima pabrik gula tasikmadu hanya 4 penilaian mutu tebu, yaitu A, B, C, dan T. Karena 4 kriteria tersebut masih dalam ambang batas minimal kualitas tebu yang diterapkan oleh pabrik gula Tasikmadu, jika tebu yang masuk diluar ke-4 kriteria tersebut maka akan mengganggu kelancaran proses produksi di PG Tasikmadu. Selain itu tebu harus memenuhi syarat MBS (manis, bersih dan segar). Tebu dikatakan manis jika hasil pengukuran Brix 17 dan selisih derajat Brix antara batang atas dan bawah maksimal 2 poin. Tebu bersih yaitu tebu yang bebas dari daun kering dan memiliki kadar kotoran maksimal 3%. Sedangkan tebu yang segar adalah tebu yang secara teknis berada di emplacement maksimal 1,5x24 jam setelah tebang.

b. Nira Nira merupakan cairan yang diperoleh dari hasil pemerahan tebu. Nira yang terlibat dalam proses produksi gula di PG Tasikmadu dibagi menjadi 3 macam, yaitu: 1. Nira mentah; nira yang dihasilkan pada stasiun gilingan. Nira mentah ini adalah gabungan dari nira hasil penggilingan pada gilingan 1, 2, 3 dan 4. Nira mentah berwarna hijau kecoklatan. Hal ini disebabkan adanya kotoran terlarut seperti tanah dan partikel ampas tebu. 2. Nira encer, nira yang dihasilkan dari nira mentah yang telah melalui proses pemurnian dengan penambahan susu kapur. 3. Nira kental, nira yang dihasilkan dari nira encer yang telah diuapkan pada stasiun evaporasi. Tabel 5. Komposisi Senyawa dalam Nira Komponen % berat Air 75 88 Sukrosa 10 21 Gula reduksi 0,3 3,0 Bahan organik non gula 0,5 1,0 Bahan Anorganik 0,2 0,6 Gugus Nitrogen 0,5 1,0 (Sumber: Sugiarto, 1986) 3.2 Bahan Penolong Bahan penolong merupakan bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan berperan untuk membantu pberjalannya proses produksi. PG Tasikmadu menggunakan beberapa bahan kimia sebagai bahan penolong dalam proses produksi, sanitasi dan pemurnian. Bahan penolong tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Kapur tohor Kapur tohor adalah senyawa kapur yang telah dibakar. Kapur tohor ini berperan dalam proses pemurnian nira mentah sebagai bahan yang ditambahkan dengan tujuan mengendapkan kotoran yang terdapat dalam nira. Penggunaan kapur tohor ini diawali dengan menambahkan air dan memasaknya di dalam sebuah tromol sehingga terbentuk susu kapur. Air yang ditambahkan dalam pembuatan susu kapur bersuhu 550 C. Penambahan air panas bertujuan untuk memecah partikel-partikel kapur menjadi partikel-partikel berukuran kecil. Susu kapur yang digunakan di PG Tasikmadu memiliki kekentalan 10-120 Be. Kebutuhan kapur tohor untuk mengolah 100 ton tebu adalah sebesar 0,12 ton dengan kandungan kapur tohor yang telah ditetapkan oleh BP3GI sebagai berikut: Tabel 6. Kandungan kimia kapur tohor Kandungan Kimia Komposisi Kadar CaO 85-90% Zat tak larut dalam HCl 2% Asam Kiesel 2% Sulfat sebagai SO3 0,2% Oksida Mg 2

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Secara umum, reaksi kimia yang terjadi selama proses pembuatan susu kapur tersebut adalah sebagai berikut: CaO(s) + H2O (l) Ca(OH)2 (l) + kalori

2. Belerang padat Belerang yang digunakan berbentuk padat dengan kemurnian 99,98%. Belerang ini berfungsi untuk memucatkan warna gula. Dalam penggunaannya belerang ini dibakar dengan menggunakan alat rotary burner untuk menghasilkan gas SO2. Reaksi yang terjadi adalah: S(s) + O2(g) SO2(g) + Energi

Proses tersebut berlangsung pada suhu 363OC. Bila suhu pembakaran dibiarkan terus meningkat, maka gas yang dihasilkan bukan gas SO2 melainkan gas SO3. Gas ini sangat tidak dikehendaki dalam proses karena akan bereaksi dengan air menjadi asam sulfat (H2SO4). Pada proses sulfitasi keberadan asam sulfat pun tidak dikehendaki karena akan bereaksi dengan Ca2+ menjadi CaSO4 yang mudah larut dalam nira. Diagram alir pembuatan gas SO2 dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini:
Udara kering Tobong belerang Reaksi yang terjadi S + O2 SO2

Air dingin

Combustion chamber

Sublimator

Gas SO2

Sulfitator

Gambar 5. Diagram Proses pembuatan Gas SO2 3. Flokulan Flokulan merupakan senyawa polyacryl amid (senyawa hidrokarbon berantai panjang), digunakan sebagai bahan untuk memudahkan pemisahan antara kotoran dengan juice jernih yang akan diproses lebih lanjut. Prinsip kerja dari flokulan ialah mempercepat penggumpalan dengan mengumpulkan beberapa kotoran menjadi suatu gumpalan yang lebih besar dan padat, sehingga terpisah dari juice yang jernih.

4. Soda solid Soda solid merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membersihkan kerak pada pan-pan pemanas evaporator. Penambahan bahan kimia ini bertujuan untuk melunakkan kotoran-kotoran yang mengerak pada dasar dan dinding pan tempat nira dipanaskan. 5. Tawas Tawas (Alum) adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat isomorf. Kristal tawas ini cukup mudah larut dalam air, dan kelarutannya berbeda-beda tergantung pada jenis logam dan suhu. Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang dibuat dari dari molekul air dan dua jenis garam, salah satunya biasanya Al2(SO4)3. Alum kalium, juga sering dikenal dengan alum, mempunyai rumus formula yaitu K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O. Tawas digunakan dalam penjernihan air yang digunakan untuk proses produksi gula di PG Tasikmadu. Tawas berfungsi sebagai flokulator yang menggumpalkan kotoran-kotoran pada air sehingga kotoran tersebut terendapkan dan air menjadi jernih. 6. Mikrobiosida Mikrobiosida merupakan bahan kimia yang berfungsi untuk membunuh kuman dan bakteri yang terdapat pada sekitar peralatan dan mesin dalam proses penggilingan. Mikrobiosida yang digunakan oleh PG Tasikmadu yaitu MJ Bioside 107, MJ Bioside 207 dan Buckhom 885. Cara penggunaan mikrobiosida ini yaitu dengan mengencerkan 1-2 liter mikrobisida menjadi 20 liter. Kemudian cairan tersebut disemprotkan di sekitar stasiun gilingan, seperti di talangan. Penyemprotan dilakukan 3 hari sekali dengan menggunakan bahan mikrobiosida secara bergantian. Tujuan penggunaan jenis mikrobiosida secara bergantian adalah untuk mencegah terjadinya resistensi mikroba yang dibasmi. 3.3.Sarana Penunjang 1. Unit utilitas Unit utilitas merupakan unit yang memiliki peran penting dalam keberlangsungan proses produksi. Pabrik gula Tasikmadu mempunyai 6 unit utilitas, antara lain: a. Unit Pengadaan Air dan Pengolahannya (Water Station) Ada beberapa sumber pengadaan air untuk kebutuhan produksi di PG Tasikmadu, di antaranya: 1. Air tanah Pabrik Gula Tasikmadu mempunyai 5 buah sumur bor yang menghasilkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air proses. Air sumur yang beroperasi ditampung terlebih dahulu pada sebuah bak penampung dan selanjutnya akan didistribusikan ke stasiun ketel dan air pendingin. 2. Air kondensat Air kondensat diperoleh dari uap yang terkondensasi setelah adanya pemanasan. Air ini diperoleh dari juice heater, evaporator dan boiling pan. Air kondensat digunakan untuk umpan pada ketel dan air imbibisi pada stasiun gilingan.

3. Air sungai Air sungai yang dimanfaatkan oleh PG Tasikmadu untuk mencukupi kebutuhan produksi diperoleh dari sungai yang berhulu di gunung Lawu dan sungai di sekitar pabrik. Air sungai yang digunakan mengalami proses pengolahan terlebih dahulu yang meliputi penyaringan dan pemurnian. Proses penyaringan dilakukan dengan menyaring air sungai menggunakan filter berukuran tertentu agar memisahkan air dengan kotoran atau benda asing yang berukuran besar, seperti daun, ranting, dan batu. Sedangkan proses pemurnian dilakukan dengan cara pengendapan dengan bantuan bahan-bahan kimia seperti tawas. b. Unit Pengadaan Uap (Stasiun Ketelan) Uap yang dihasilkan dari ketel merupakan sumber tenaga yang diperlukan untuk seluruh kegiatan pabrik. PG Tasikmadu mempunyai 3 unit boiler yaitu : 1. Boiler 1 YOSHIMINE dengan kapasitas 40 ton/hari. 2. Boiler 2 Stork I dengan kapasitas 30 ton/hari. 3. Boiler 3 Stork II dengan kapasitas 30 ton/hari. Air umpan untuk boiler diperoleh dari air tanah dan air kondensat. Air yang digunakan untuk mengisi ketel harus memenuhi beberapa syarat, terutama tidak boleh banyak mengandung zat-zat organik karena zat organik akan mudah terurai menjadi asam dan CO2 yang berbahaya untuk ketel. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh air pengisi ketel adalah sebagai berikut: Tabel 7. Syarat air pengisi ketel Kesadahan 0,1 D (maksimum) TDS Alkalitet (P/M CaCO3) 50/100 ppm (maksimal) Kadar O2 Kadar klorin (PO4) 50 ppm Kadar sulfit (SO3) 30 ppm pH air 7,5-8 Sebelum masuk ke dalam boiler, air sungai dan air sumur diproses terlebih dahulu melalui tahap pretreatment yaitu ditampung dalam bak dan ditambahkan tawas serta DPO4. Penambahan tawas bertujuan untuk mengendapkan kotoran yang terdapat dalam air. Selanjutnya air masuk ke dalam softener. Pada tahap ini, garam ditambahkan ke dalam air yang berfungsi untuk mengatur pH air. Setelahh melalui tahap softener air masuk ke feed water dan ditambahakan soda untuk mengatur kesadahan air. Tahap berikutnya, air kemudian masuk ke masing-masing boiler. Boiler yang digunakan oleh PG Tasikmadu adalah jenis water tube boiler, yang menggunakan bagass sebagai bahan bakar dan kayu bakar. Bila terjadi kerusakan pada unit penggilingan dan/ atau produksi ampas kurang, maka digunakan bahan bakar yang disebut FO. Pemakaian FO diharapkan serendah mungkin untuk menghemat biaya dan mengurai tingkat pencemaran lingkungan. Uap yang dihasilkan unit boiler akan digunakan untuk turbin generator, turbin unit penggilingan, kebutuhan proses, turbin pada hammer shredder dan cane cutter 1 & 2.

c. Unit Pembangkit Tenaga Listrik Unit pembangkit tenaga listrik pabrik gula Tasikmadu terdiri dari : 1. Turbin uap Alat pembangkit tenaga utama adalah turbin uap. Alat ini terdiri dari 2 (dua) unit yang dapat membangkitkan tenaga 1600 kW/jam per satu turbin, dengan putaran yang masuk ke generator sebesar 1.500 rpm dan putaran turbin sebesar 7.000 rpm. Dari turbin uap, daya yang dihasilkan disuplai ke seluruh area pabrik. 2. Diesel Alat pembangkit dengan tenaga diesel juga digunakan pada pabrik gula Tasikmadu. Mesin diesel ada satu buah yang menghasilkan daya sebesar 1200 kW. Pembangkit tenaga diesel ini digunakan pada saat permulaan operasi pada stasiun ketelan (boiler). 3. Listrik PLN Pabrik gula Tasikmadu juga menggunakan sumber tenaga yang berasal dari pasokan listrik PLN. Pasokan listrik tersebut dialokasikan untuk penerangan dan pengoperasian sejumlah peralatan elektronik seperti computer dan alat uji analitik. d. Unit Pemeliharaan Alat Pabrik Gula Tasikmadu mempunyai unit yang bertugas untuk mengadakan pemeliharaan, perawatan, modifikasi hingga pembuatan peralatan, yaitu unit perawatan alat. Unit ini mempunyai sebuah bengkel, yakni Stasiun Besali yang menangani seluruh pemeliharaan dan perawatan alat dan mesin. Unit ini berada di bawah naungan bagian instalasi. e. Unit Penyediaan Bahan Kimia Pabrik gula Tasikmadu merupakan pabrik gula yang menggunakan sistem sulfitasi.Proses produksi gula di PG Tasikmadu memerlukan bahan baku penunjang berupa kapur tohor, belerang, flokulan dan berbagai bahan kimia lain yang digunakan untuk analisa laboratorium. Unit penyediaan bahan kimia bertanggung jawab terhadap ketersediaan bahanbahan kimia tersebut. Unit ini dipegang oleh bagian pengolahan. 3.4.Mesin dan Peralatan Produksi Peralatan merupakan suatu benda yang digunakan untuk membantu manusia agar dapat menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang lebih singkat dengan kualitas dan kuantitas yang diinginkan. Mesin adalah gabungan dari beberapa peralatan yang bekerja secara sinergis dan menjalankan satu fungsi tertentu. Pabrik Gula Tasikmadu menggunakan berbagai peralatan industri untuk mendukung kinerja dari proses produksinya. Peralatan tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi dalam stasiun yang ada di pabrik. a. Unit Penyiapan Tebu Unit penyiapan bertugas sebagai tempat penampungan tebu sebelum digiling agar dapat diatur kontinyuitas kecepatan giling. Kontinyuitas merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam memndapatkan hasil yang baik di pabrik karena semua peralatan yang ada telah memliki kapasitas tertentu bila dikaitkan dengan

syarat proses yang baik. Tugas dari unit ini dimulai dari penimbangan tebu yan diangkut dari kebun hingga pembongkaran tebu agar mudah digiling. 1. Penimbangan Timbangan tebu a. Timbangan Berkel Jumlah : 2 buah Kapasitas : 40 ton dan 60 ton per buah Frekuensi : 433,2 MHz Fungsi : menimbang tebu yang masuk ke halaman pabrik bersama dengan alat angkutnya 2. Pengambilan Sampel Unit pangambilan sampel ini bertujuan untuk memudahkan monitoring kualitas tebu yang dikirim ke pabrik secara cepat dan akurat untuk meningkatkan produktififats gula per hektar . 1. Refraktometer atau Hand Brix Jumlah : 1 buah Fungsi : untuk mengukur Brix sampel tebu yang terdapat pada akan masuk pabrik 3. Pembongkaran a. Alat pembongkar Jumlah Produksi Tahun produksi Panjang bentang Ukuran kabel baja Tinggi angkat Daya angkat Fungsi b. Lori Jumlah Kapasitas Panjang Lebar Tinggi Fungsi

: 2 buah : Sork & Co Hengelo : 1972 : 22 m : 3/4 x 45 m (angkat) 3/8 x 20 (lepas) : 7,5 m : 8,5 m : Memindahkan tebu yang diangkut pada truk ke lori : 1.180 buah : 5 ton : 3670 mm : 1110 mm : 500 mm : mengangkut tebu dari truk menuju stasiun gilingan

b. Stasiun Gilingan atau Pemerahan Tebu a. Can crane Jumlah : 4 buah, dengan perincian : Tiga buah untuk mengangkat tebu dan 1 buah untuk mengangkat mesin saat over haul Fungsi : memindahkan tebu dari lori ke meja tebu b. Meja Tebu (Cane Table) Jumlah : 3 buah Tipe : Rolling cane table Ukuran : 5.000 x 5.000 mm

Kecepatan Penggerak Kapasitas Fungsi c. Cane carrier Produksi Tipe Ukuran Kecepatan Kapasitas Fungsi preparation. d. Cane Cutter Jumlah 1. Cane cutter 1 Jumlah Jumlah pisau Bentuk pisau Kecepatan Fungsi Prinsip kerja 2. Cane Cutter 2 Jumlah Jumlah pisau Bentuk pisau Kecepatan Fungsi Prinsip kerja e. Carding Drum Jumlah kanal Produksi Merk Kecepatan putaran Daya Arah putaran Fungsi f. Hammer Shreeder Jumlah Kecepatan Jumlah hammer Jumlah poros lengan JUmlah piringan Fungsi Prinsip kerja

: 2,94 mm/ menit : Motor listrik 220 KW/ 380 V : 42,394 ton/ jam : mengatur letak tebu sebelum masuk ke gilingan. : PT. Srikaya Mas : Slate Plate Carrier : 2.215 mm x 190 mm x 6 mm : 12 meter/ menit : 4.000 ton/ hari : untuk membawa tebu dari meja tebu ke alat

: 2 buah, dengan perincian : : 1 buah : 32 buah : bengkok : 700 rpm : memotong batang tebu : pisau tersusun pada suatu poros yang diputar oleh motor : 1 buah : 64 buah : bengkok : 700 rpm : memotong batang tebu : pisau tersusun pada suatu poros yang diputar oleh motor : 40 buah : PT. Srikaya Mas : Walkers : 200 rpm : 45 KW : berlawanan dengan cane carrier : untuk meratakan cacahan tebu yang akan menuju HDHS (Heavy Duty Hammer Shreeder) : 1 buah : 1.200 rpm : 88 buah : 8 buah : 19 buah : menghancurkan tebu yang akan masuk ke gilingan : memukul tebu yang telah disayat oleh cane cutter

g. Elevator Jumlah Power Kecepatan Ukuran Jumlah rake Kemiringan Fungsi gilingan

: 1 buah : 55 KW : 3 m/ menit/ siklus : 17.000 x 2.000 mm : 39 buah : 400 : membawa tebu dari alat kerja pendahuluan menuju

h. Unit Penggilingan (Mill Extraction) Terdapat 4 buah gilingan pada stasiun gilingan di PG Tasikmadu yang digunakan untuk memerah cacahan tebu dan memisahkan nira dengan ampas, perincian: 1. Gilingan I Diameter muka : 96,5 cm Diameter atas : 96,5 cm Diameter belakang : 96,5 cm Panjang : 2.135 cm 2. Gilingan II Diameter muka : 93,4 cm Diameter atas : 95,4 cm Diameter belakang : 94,2 cm Panjang : 2.135 cm 3. Gilingan III Diameter muka : 92,4 cm Diameter atas : 92,1 cm Diameter belakang : 92,7 cm Panjang : 2.135 cm 4. Gilingan IV Diameter muka : 95,6 cm Diameter atas : 95,2 cm Diameter belakang : 96,3 cm Panjang : 2.135 cm 5. Saringan Nira DSM (Dutch State Mines) Luas : 9,69 m Ukuran lubang : 64 mesh Bahan : stainless steal Fungsi : memisahkan ampas dari nira gilingan 1 dan 2. b. Stasiun Pemurnian 1. Timbangan Nira Merk : Boulogne Kapasitas : 74 Ku Ukuran : 4500 x 2500 x 1550 mm Jumlah :1 2. Pemanas nira (Juice heater)

Pemanas nira yang digunakan pada stasiun pemurnian berjumlah 10 buah untuk 3 tahap pemanasan dan berfungsi untuk mempersiapkan kondisi operasional proses selanjutnya. - Pemanas pendahuluan I Jumlah : 4 buah Tipe pemanas : Brass tube Jumlah pipa : 532 buah Sirkulasi : 8 kali Suhu operasional : 80-850 C Bahan pemanas : uap bekas Tekanan Ube : 0,5 kg/ cm - Pemanas pendahuluan II Jumlah : 3 buah Tipe pemanas : Brass tube Jumlah pipa : 365 buah Sirkulasi : 8 kali Suhu operasional : 100-1050 C Bahan pemanas : uap bekas Tekanan Ube : 0,5 kg/ cm - Pemanas pendahuluan III Jumlah : 3 buah Tipe pemanas : Brass tube Jumlah pipa : 365 buah Sirkulasi : 8 kali Suhu operasional : 100-1050 C Bahan pemanas : uap bekas Tekanan Ube : 0,5 kg/ cm 3. Kondensor Alat pengeluar air embun berfungsi untuk mengeluarkan air embun yang dihasilkan dari proses kondensasi uap jenuh. Alat ini dipasang di tempat dimana nira dipanaskan, seperti juice heater, evaporator dan pan masakan. 4. Pompa Plunger Jumlah : 2 buah Kapasitas : 0,67 meter kubik/ menit Fungsi : memompa nira kotor yang akan masuk ke Rotary Vacuum Filter 5. Pompa sentrifugal Pompa ini terdapat pada 3 tempat, yaitu bak tunggu nira mentah, reaction tank dan clear juice tank yang berfungsi untuk memompa air dan nira mentah. - Pompa sentrifugal pada bak tunggu Jumlah : 2 buah Kapasitas : 4 m/ menit - Pompa sentrifugal pada reaction tank Jumlah : 3 buah Kapasitas : 0,7 m/ menit - Pompa sentrifugal pada clear juice tank

Jumlah : 2 buah Kapasitas : 0,5 m/ menit 6. Flash tank (Bejana pengembang) Bejana pengembang digunakan untuk menghilangkan gas-gas yang terdapat pada nira agar tidak mengganggu proses pengendapan. Pabrik gula Tasikmadu menggunakan 2 buah flash tank pada proses pemurnian nira, yaitu flash tank pada defekator I dan flash tank pada single tray clarifier. - Flash tank pada Defecator I Jumlah : 1 buah Luas penampang : 2,0729 m Volume : 3,115 m Waktu tinggal : 1 menit - Flash tank pada Single tray clarifier Jumlah : 1 buah Luas penampang : 5,083 m Volume : 15 m Waktu tinggal : 1 menit 7. Defecator Defekator merupakan tempat terjadinya reaksi antara nira dengan bahan-bahan kimia yang ditambahkan dengan tujuan memperoleh nira yang jernih. Defekator yang digunakan pada stasiun pemurnian PG Tasikmadu berjumlah 3 buah. - Defekator I Volume : 1,71 m Waktu tinggal : 5 menit pH dalam defekator : 7-7,2 Jumlah sirkulasi : 17 Indikator uji pH : BTB dan PAN - Defekator II Volume : 0,51 m Waktu tinggal : 1,5 menit pH dalam defecator : 8,3-9,8 Jumlah sirkulasi : 10 Indikator uji pH : PAN dan PP - Defekator III Volume : 0,17 m Waktu tinggal : 0,5 menit pH dalam defekator : 8,3-9,8 Jumlah sirkulasi :6 Indikator uji pH : PP 8. Sulfitator tower Jumlah : 1 buah Plat perforated : 14 trays, DIA 1200xT 10 mm, 18% cut away, hole DIA 20 mm, stainless steal pH : 7-7,2 Indikator uji pH : PP dan TP Kapasitas : 5000 m

Tinggi 9. Reaction tank Debit Waktu tinggal Diameter Tinggi Volume overflow Fungsi

: 6.000 mm

: 3,43 m/ menit : 5 menit : 12,5 m : 3,2 m : 20,87 m : sebagai tempat penyempurnaan reaksi antara nira dan gas SO2 10. Clarifier (Bak Pengendap) Kapasitas : 4000 TCD Diameter : 10 m Volume : 220 m Tinggi : 7756 mm Waktu tinggal : 45 menit Fungsi : memisahkan nira jernih dengan nira kotor 11. Rotary Vacuum Filter (Alat penapis) Jumlah : 2 buah Ukuran filter : 625 mesh Ukuran saringan : 150 cm Panjang drum : 600 cm Diameter (cm) : 3660 x H 7000 12. Tromol Susu Kapur Jumlah : 1 buah Volume : 5,042 m/ jam Waktu tinggal : 4 jam Kecepatan putar : 15 rpm Luas penampang : 1,25 m x 4 m Fungsi : membuat susu kapur dengan melarutkan kapur tohor dan air bersuhu 550 C 13. Tobong Belerang Luas pembakaran : 4,325 m Jumlah : 2 buah Panjang : 3900 mm Volume : 16,8 m Tekanan udara : 0,5 kg/cm Fungsi : menghasilkan gas belerang untuk proses pemurnian nira 14. Rotary Sulphur Burner Luas pembakaran : 5,45 m Jumlah : 2 buah Panjang : 4100 mm Volume : 22,345 m Tarikan udara : 0,5 kg/cm Fungsi : menghasilkan gas belerang untuk proses pemurnian nira 15. Penyaring Nira Encer Jumlah : 3 buah

Panjang Lebar Lubang saringan Bahan Fungsi

: 1800 cm : 2100 cm : 0,35 mm : Stainless steal : menyaring nira encer setelah diendapkan pada single tray clarifier

c. Stasiun Penguapan - Evaporator Evaporator atau badan penguapan berfungsi untuk menguapkan air yang terkandung di dalam cairan nira. Badan penguapan yang dimiliki PG Tasikmadu berjumlah 8 buah dengan perincian, 1 buah evaporator I, 1 buah evaporator II, dan masing-masing 2 buah untuk evaporator III, IV dan V (cadangan). 1. Evaporator I Luas pemanas : 1450 m Jumlah pipa pemanas : 5733 Panjang pipa : 2500 mm Diameter badan : 4382 mm Tinggi badan : 8100 mm Diameter pipa : 33/36 mm Bahan pipa pemanas : Stainless steal 2. Evaporator II Luas pemanas : 1350 m Jumlah pipa pemanas : 5337 Panjang pipa : 2500 mm Diameter badan : 8350 mm Tinggi badan : 8350 mm Diameter pipa : 33/36 mm Bahan pipa pemanas : Stainless steal 3. Evaporator III A Luas pemanas : 621 m Jumlah pipa pemanas : 3283 Panjang pipa : 1800 mm Diameter badan : 3200 mm Tinggi badan : 4020 mm Diameter pipa : 33/36 mm Bahan pipa pemanas : Stainless steal 4. Evaporator III B Luas pemanas : 610 m Jumlah pipa pemanas : 3565 Panjang pipa : 1650 mm Diameter badan : 3300 mm Tinggi badan : 4060 mm Diameter pipa : 33/36 mm Bahan pipa pemanas : Stainless steal 5. Evaporator IV A Luas pemanas : 560 m Jumlah pipa pemanas : 2350

Panjang pipa : 2300 mm Diameter badan : 3130 mm Tinggi badan : 4060 mm Diameter pipa : 33/36 mm Bahan pipa pemanas : Stainless steal 6. Evaporator IV B Luas pemanas : 631 m Jumlah pipa pemanas : 3691 Panjang pipa : 1650 mm Diameter badan : 3320 mm Tinggi badan : 4070 mm Diameter pipa : 33/36 mm Bahan pipa pemanas : Stainless steal 7. Evaporator V A Luas pemanas : 560 m Jumlah pipa pemanas : 2350 Panjang pipa : 2300 mm Diameter badan : 3130 mm Tinggi badan : 4060 mm Diameter pipa : 33/36 mm Bahan pipa pemanas : Stainless steal 8. Evaporator V B Luas pemanas : 650 m Jumlah pipa pemanas : 3200 Panjang pipa : 1960 mm Diameter badan : 3200 mm Tinggi badan : 7000 mm Diameter pipa : 33/36 mm Bahan pipa pemanas : Stainless steal - Separator (Penangkap Nira) Separator berfungsi untuk menangkap nira yang terbawa oleh uap nira yang keluar dari badan penguap. Separator ini terpasang pada evaporator I, II, III, dan IV di bagian bawah evaporator. - Kondensor Kondensor berfungsi untuk mengembunkan uap nira dari badan akhir. Perubahan fasa zat terjadi pada kondensor, dari uap menjadi embun sehingga menyebabkan terjadinya pengurangan volume uap dan tekanan dalam kondensor menjadi vakum. Ukuran : T 6.900 x L atas 2.000 x L bawah 6.900 Suahu air injeksi : 300 C Suhu air jatuhan : 40-500 C Suhu uap nira : 600 C - Manometer Manometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besar tekanan pada ruang tertutup (hampa). Terdapat 2 jenis manometer yang dipasang pada stasiun pengupan, yaitu manometer logam dan menometer air raksa. Perbedaan dari penggunaan dua jenis manometer ini terletak pada tekanan yang diukurnya. Manometer logam yang dimiliki PG

Tasikmadu berfungsi untuk mengukur tekanan dan juga kevakuman karena dilengkapi dengan vacuum meter. Sedangkan manometer air raksa digunakan sebagai kalibrasi perantara sebelum tekanan diukur oleh manometer logam. - Peti Sulfitasi Nira Kental Peti sulfitasi nira kental berfungsi sebagai wadah proses pemucatan sebelum nira kental masuk ke pan masakan. Tipe : Silindris Diameter : 1.500 mm Tinggi : 2.500 mm Tebal plat : 10 mm d. Stasiun Masakan - Pan Masakan Tipe pan masakan yang digunakan oleh PG Tasikmadu ada 2 jenis, yaitu tipe Calandria dan tipe Cerpentyn. Luas pemanas : 105 m Diameter pan : 3800 mm Tinggi pan : 6324 mm Volume total : 220 hL Volume efektif : 143 hL - Rapid Cool Crystalizer Jumlah : 5 buah Ukuran : 7550x2650x2800 mm Tebal plat : 3/8 Panjang pengaduk : 8850 mm Diameter pengaduk : 220 mm Kecepatan putar : 1/3 rpm Suhu palu pendingin 1 : 620 C Suhu palung pendingin 2 : 600 C Suhu palung pendingin 3 : 580 C Suhu palung pendingin 4 : 540 C Suhu palung pendingin 5 : 500 C - Receiver Receiver berfungsi sebagai tempat pendinginan sementara masakan. Receiver ini terdapat pada unit masakan A dan unit masakan D. 1. Receiver masakan A Jumlah : 6 buah Kapasitas : 400 hL Lama pendinginan : 15-45 menit Suhu turun : 65-700 C Suhu putar : 600 C Volume operasi : 350 hL Kecepatan putar : 1 rpm 2. Receiver masakan D Jumlah : 8 buah Kapasitas : 400 hL Lama pendinginan : 8-16 jam Suhu turun : 65-700 C

Suhu putar Volume operasi Kecepatan putar Palung pemanas masakan Ukuran Tebal plat Suhu Jumlah pipa pemanas Ukuran pipa pemanas Fungsi

: 550 C : 350 hL : 1 rpm : 1200x1500x6000 mm : 0,6 mm : 520 C : 56 buah : 2,5 : sebagai pemanas ulang pada masakan D untuk mencegah masakan menjadi keras saat diputar.

f. Stasiun Puteran dan Penyelesaian - Pemutar LGF (Low Grade Fugal) Jumlah : 14 buah Kapasitas : 20 ton/ jam dan 10 ton/ jam Kecepatan putar : 2200 rpm Sistem penggerak : motor listrik Ukuran lubang penyaring : 350 mesh Fungsi : memutar gula D untuk menghasilkan gula D1, D2 dan tetes. - Pemutar HGF (High Grade Fugal) Jumlah : 9 buah Kapasitas : 9,6 ton/ jam Ukuran lubang penyaring : 265 mesh untuk working screen 200 mesh untuk buffer screen 160 mesh untuk backing screen Fungsi : memutar gula A untuk menghasilkan gula A dan stroop A. - Alat Pengering Gula Jumlah : 2 buah Kecepatan putar : 735 rpm Ukuran roda penggerak : 200 mm Prinsip kerja : gula dikeringkan dengan hembusan udara panas bersuhu 900 C dan udara dingin bersuhu 300 C. Fungsi : mengeringkan gula produk sebelum disaring dan dikemas. - Penyaring gula Jumlah : 2 buah Kapasitas : 25 ton/ jam Kecepatan putar : 210 rpm Ukuran lubang penyaring : 8x8 mesh untuk penyaring gula bongkahan 23x23 mesh untuk penyaring gula debu Fungsi : memisahkan gula produk dengan gula bongkahan dan gula debu.

SGK (Saringan Gula Kasar)

SGH (Saringan Gula Halus)

SGP (Saringan Gula Produk)

Gambar 6. Skema susunan penyaring gula produk 3.5. PROSES PRODUKSI Musim tebang giling di PG Tasikmadu berlangsung selama kurang lebih 4-5 bulan yang dimulai pada bulan Mei dan berakhir bulan September. Tebu sebagai bahan baku utama dalam proses pembuatan gula melewati enam stasiun yaitu stasiun penerimaan, stasiun gilingan, stasiun pemurnian, stasiun masakan dan pengkristalan, stasiun putaran, stasiun penyelesaian dan akhirnya disimpan di gudang. 3.5.1 Stasiun Penerimaan Tebu Stasiun penerimaan tebu merupakan stasiun yang dilewati tebu sebelum masuk ke stasiun penggilingan. Stasiun ini bertujuan untuk mempersiapkan bahan baku (tebu) yang akan diproses lebih lanjut. Terdapat empat bagian diawal stasiun ini yaitu unit pemeriksaan awal, unit timbangan, unit pembongkaran dan bagian halaman. Gambar dari keempat unit tersebut dapat di lihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 7. Unit pemeriksaan awal

Gambar 8. Unit Timbangan

Gambar 9. Unit Pembongkaran

Gambar 10. Bagian halaman

Hal yang dilakukan pada unit pemeriksaan awal adalah mengukuran derajat Brix dengan menggunakan refraktometer atau di PG Tasikmadu dikenal dengan hand Brix. Pada unit ini terdapat 3 orang petugas, satu orang bertugas untuk mengukur derajat Brix dari tebu yang diangkut dengan mengambil satu sampel. Sebatang tebu dipatahkan dan air tebu diteteskan pada alat refraktometer. Standar untuk nilai Brix tebu pada unit ini adalah minimal 17. Dua orang petugas lain bertugas untuk

mencatat surat regristrasi yang dibawa oleh setiap supir truk saat mengantarkan tebu ke pabrik. Setelah melalui unit pemeriksaan awal, truk bermuatan tebu menuju unit timbangan untuk ditimbang beratnya. Penimbangan ini dilakukan dua kali, yakni ketika truk berisi muatan akan masuk pabrik dan truk kosong (tidak bermuatan) saat akan meninggalkan pabrik. Dengan cara ini, bobot tebu yang dimuat tiap truk dapat diketahui. Unit timbangan memiliki 2 buah timbangan elektrik dengan kapasitas yang berbeda, pertama 40 ton dan kedua 50 ton. Unit ketiga dari penerimaan bahan adalah unit pembongkaran, dimana pada unit ini tebu yang diangkut oleh tebu dipindahkan ke lori dengan menggunakan crane yang dijalankan oleh seorang operator. Selanjutnya, jajaran lori berisi tebu akan mengantri di bagian halaman untuk masuk ke stasiun penggilingan. 3.5.2 Stasiun gilingan Secara umum ada tiga tahapan utama di stasiun gilingan yaitu pemerahan, pemberian air imbibisi dan penyaringan. Tugas dari stasiun gilingan ini ialah untuk mendapatkan nira seefisien mungkin dan memperkecil tingkat kehilangan gula yang terbawa dalam ampas. PG Tasikmadu beroperasi dengan menggunakan empat buah gilingan yang disusun seri. Penggilingan PG Tasikmadu memiliki standar kapasitas maksimum gilingan sebesar 1.300 ku/jam. Tenaga untuk mengerakkan keempat gilingan tersebut menggunakan turbin uap yang digerak oleh uap hasil dari ketel. Tebu yang masuk ke stasiun gilingan terlebih dahulu melalui tahap penyiapan. Tahap penyiapan ini terdiri dari 5 alat utama, yaitu pengangkut tebu ( cane crane), meja tebu (cane table), pembawa tebu (cane carrier), pisau tebu (cane cutter) dan hummer shreeder. Aliran tebu dalam gilingan diawali dengan penggilingan tebu pada gilingan pertama sehingga diperoleh nira dan ampas

Gambar 11. Meja tebu

Gambar 12. Cane Carierr

Gambar 13. Penggilingan I II

Gambar 14. Nira hasil gilingan

Pada penggilingan pertama ini dilakukan penambahan nira hasil pemerahan dari gilingan ketiga. Ampas gilingan pertama masuk pada gilingan kedua dan ditambahi dengan air nira hasil pemerahan dari gilingan keempat. Ampas dari penggilingan kedua kemudian masuk ke gilingan 3 dan ditambahkan air imbibisi bersuhu 960 C. Tujuan penambahan imbibisi adalah untuk membilas ampas hingga bersih sehingga diperoleh cairan gula sebanyak-banyaknya. Jadi, imbibisi yang dilakukan pada stasiun gilingan ada 3 macam, yaitu imbibisi nira dari gilingan 4 ke gilingan 2, imbibisi nira dari gilingan 3 ke gilingan 1 dan imbibisi air yang diberikan pada gilingan 3. Gilingan 3 menghasilkan ampas dan nira, dimana nira didistribusikan ke gilingan pertama dan ampas diteruskan menuju gilingan keempat. Nira yang dihasilkan dari gilingan keempat dikembalikan ke gilingan kedua dan ampas yang dihasilkan diteruskan ke stasiun ketelan untuk dijadikan bahan bakar. Nira gilingan pertama dan kedua ditampung dalam satu bak yang kmudian disaring dengan penyaring DSM dan hasil penyaringan ini disebut dengan nira mentah. Nira mentah yang dihasilkan pada stasiun gilingan ini dianalisa Brix, pol dan temperaturnya setiap 1 jam sekali. Selain itu, analisa Brix, pol dan tempetratur juga dilakukan pada nira yang dihasilkan dari masing-masing gilingan. Akhir dari stasiun gilingan menghasilkan ampas tebu dan nira mentah. Nira mentah yang dihasilkan akan diolah pada tahap lanjut yakni tahap defekasi pada stasiun pemurnian. Sedangkan ampas tebu akan didistribusikan ke stasiun ketelan untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Sebelum masuk ke stasiun ketelan, ampas tebu dianalisa dari segi zat kering dan pol. Zat kering ampas tebu tidak boleh kurang dari 50%. Analisa pol pada ampas tebu dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan gula yang terbawa oleh ampas tebu. 3.5.3 Stasiun Pemurnian Stasiun pemurnian bertugas untuk memisahkan nira dari bahan-bahan bukan gula sehingga dihasilkan nira murni. Proses pemurnian nira di PG Tasikmadu menggunakan metode sulfitasi dengan bahan pembantu berupa susu kapur atau Ca(OH)2, SO2 dan flokulan. Penghilangan bahan non gula pada stasiun ini hanya berkisar antara 25%-30% dari nira yang tersulfitasi. Proses defekasi nira di PG Tasikmadu menggunakan susu kapur sebagai bahan kimia dalam pemurnian nira. Susu kapur ditambahkan pada nira mentah dalam sebuah defecator berpengaduk sehingga susu kapur dan nira dapat tercampur secara homogen. Setelah melalui proses defekasi, nira akan masuk ke proses sulfitasi. Pada tahap ini nira yang telah terdefekasi dimurnikan dengan gas SO2 yang dihasilkan dari pembakaran belerang. a. Penimbangan nira mentah Nira mentah hasil dari stasiun gilingan ditimbang dalam timbangan Boulogne sebelum memasuki stasiun pemurnian. Kapasitas timbang dari timbangan ini sebesar 7.400 kg. Penimbangan nira mentah dilakukan untuk mengetahui berat nira yang akan diolah pada stasiun pemurnian sebagai dasar pengawasan. b. Juice Heater I Juice Heater I berfungsi sebagai pemanas awal nira mentah. Proses ini disebut dengan pemanasan pendahuluan I (PP I). Media pemanas yang digunakan berupa vapour yang berasal dari uap nira pada evaporator I dan uap bekas. Uap bekas merupakan sisa uap untuk menggerakkan turbin. Suhu pemanasan pada PP I

mencapai 750 C dengan tujuan untuk mempersiapkan kondisi operasional proses selanjutnya dan juga membunuh bakteri yang terdapat dalam nira mentah. c. Defekator Proses defekasi dilakukan dengan menambahkan susu kapur ke dalam nira mentah. Penambahan susu kapur bertujuan untuk mengendapkan kotoran non gula dalam nira mentah. Soedjardi (2003) menyebutkan bahwa inti dari pemberian susu kapur adalah untuk menetralkan koloid dalam nira. Penetralan koloid yang dimaksud adalah penggumpalan koloid yang ada dalam nira. Pabrik Gula Tasikmadu menggunaka 3 tahap defekasi. Pertama, nira mentah masuk ke defekator I dan ditambahkan susu kapur hingga mencapai pH 7,0-7,2. Kedua, nira terdefekasi dari defekator I masuk ke defekator II dan diatur agar cairan nira memiliki kisaran pH 8,5-8,8. Ketiga, nira terdefekasi hasil defekator II dimasukkan defekator III untuk dimurnikan dengan penambahan susu kapur sampai mencapai kisaran pH 9,5-9,8. Pengaturan kisaran pH pada setiap defekator dilakukan dengan pengujian kualitatif menggunakan cairan indikator pH. Indikator pH yang digunakan ada 3 jenis, yaitu PP (Phenolphtalein), BTB (Bromthymole blue), dan PAN (1 Naphtolphthalein). Ketiga indikator ini memiliki kisaran pH yang berbeda. d. Sulfitator Tahap selanjutnya adalah sulfitasi dengan menggunakan gas belerang (SO2). Nira yang telah melalui tahap defekasi kemudian dilewatkan Sulfitator Tower untuk ditambahkan gas SO2. Tingkat keasaman nira pada saat proses ini diatur agar mencapai 7,0-7,2. Proses pemurnian metode sulfitasi disempurnakan dengan memasukkan nira tersulfitasi ke dalam Reaction Tank. e. Juice Heater II dan Flash Tank Nira yang telah tersulfitasi sempurna kemudian dipanaskan kembali pada Juice Heater II atau pemanasan pendahuluan kedua (PP II) sebelum masuk ke flash tank untuk ditambahkan flokulan. Nira dipanaskan pada PP II hingga mencapai suhu 1050 C. Nira yang keluar dari PP II diteruskan ke flash tank untuk ditambahkan flokulan dengan konsentrasi 3 ppm. Penambahan flokulan berfungsi untuk memperbesar berat jenis dan ukuran gumpalan kotoran sehingga lebih mudah dan cepat mengendap. f. Single Tray Clarifier (STC) Single Tray Clarifier berfungsi untuk memisahkan nira murni dengan endapan kotoran. Larutan nira yang terdapat di dalam single tray clarifier terdiri dari endapan dan cairan. Untuk memisahkan keduanya, larutan nira diendapkan dalam STC sehingga menghasilkan nira encer murni, nira kotor dan blotong. Nira encer murni ditampung dalam tangki yang akan diolah lagi pada stasiun penguapan. Sedangkan nira kotor disalurkan ke tangki nira kotor dan dicampur dengan ampas halus dalam mixer. Campuran nira kotor dan ampas halus kemudian disaring oleh RVF (Rotary Vacuum Filter). Penyaringan ini menghasilkan nira tapis dan blotong, dimana nira tapis akan dikembalikan ke bak penampung nira mentah tertimbang dan blotong dimanfaatkan sebagai pupuk organik

Alur proses pemurnian nira di PG Tasikmadu adalah sebagai berikut:

Gambar 15. Alur proses pemunrian nira PG Tasikmadu 3.5.4. Stasiun Penguapan Proses penguapan pada produksi gula pasir bertujuan untuk menguapkan air yang terkandung dalam nira encer hingga diperoleh nira dengan tingkat kekentalan tertentu. Penguapan merupakan proses perubahan fase suatu zat dari bentuk cair menjadi uap, dimana proses perubahan tersebut memerlukan panas dalam keberlangsungannya. Proses penguapan nira diawali dengan pemanasan nira encer pada pemanas Nira III sampai mencapai suhu 110C. Pemanasan pendahuluan ini bertujuan untuk mempercepat proses penguapan pada evaporator-evaporator berikutnya. Proses penguapan nira pada PG. Tasikmadu menggunakan 8 buah evaporator yang dioperasikan dengan sistem Quadruple Effect yaitu pengoperasian evaporator dalam 4 tingkat badan penguap. Uap dari evaporator terdahulu digunakan sebagai pemanas bagi evaporator selanjutnya. Selain uap tersebut, digunakan pula uap baru dari stasiun ketelan sebagai tambahan. Uap nira dari evaporator I digunakan untuk penguapan pada evaporator II dan seterusnya sampai evaporator IV. Uap yang berasal dari evaporator akhir diembunkan melalui kondensor menjadi air jatuhan. Proses penguapan dilakukan secara kontinyu dari evaporator I sampai evaporator IV, dimana dihasilkan nira dengan viskositas cukup tinggi yang disebut nira kental. Pada stasiun penguapan terdapat sebuah evaporator cadangan, yaitu evaporator V. Badan V digunakan sebagai cadangan apabila salah satu evaporator yang sedang dibersihkan atau rusak. Evaporator III, IV, dan V terdiri dari 2 badan, yaitu A dan B. Nira yang berasal dari evaporator II akan diteruskan ke evaporator III dan terlebih dahulu dibagi menjadi 2 (badan IIIA dan badan IIIB). Tujuan dari pembagian nira pada badan III, IV, dan V menjadi 2 adalah untuk memperbesar luas permukaan pemasakan nira sehingga efisiensi pengentalan nira semakin tinggi. Nira kental kemudian diteruskan ke proses sulfitasi dengan penambahan gas SO2 sampai nira mencapai pH 5,4-5,6. Hal penting yang harus diperhatikan dalam proses penguapan adalah tekanan dan temperatur nira dalam pan penguapan. Untuk mengukur dan memantau tekanan pada tiap badan penguapan, PG Tasikmadu menggunakan 2 jenis manometer, yaitu manometer logam dan manometer air raksa. Manometer logam digunakan untuk mengukur tekanan badan penguapan. Sedangkan manometer air raksa digunakan untuk mengukur tekanan penguapan pada keadaan vakum. Adapun suhu dari proses

penguapan diukur dengan thermometer yang dipasang pada setiap badan untuk mengukur suhu uap dan nira. Tabel 8. Kondisi operasi evaporator stasiun penguapan Ruang Uap Keterangan Suhu (0C) Tekanan Evaporator I Evaporator II Evaporator III Evaporator IV 0.5-0.8 kg/cm2 5 cmHg 40 cmHg 65 cmHg 111-117 90 80 50-60 Sumber: PG. Tasikmadu

(a)

(b)

Gambar 16. (a) Evaporator, (b) Manometer air raksa pada evaporator Penggunaan berbagai jenis bahan kimia dalam proses pemurnian mengakibatkan pembentukan kerak pada badan penguapan, terutama pada badan akhir. Sebagian besar kerak terdiri dari zat anorganik, seperti silikat (SiO2), Phosphat (P2O5), Sulfat (SO4), dan CaO. Penyebab terbentuknya kerak adalah terlampau jenuhnya bahan kimia yang ditambahkan, seperti CaSO3, Ca3(PO4)2, Fe(PO4)2, dan SiO2. Selain itu, pengendapan bukan gula akibat pengaruh pH yang berbeda-beda selama proses pemurnian juga menjadi penyebab terjadinya pengerakan pada badan penguapan. Adanya pengerakan pada badan penguapan mengharuskan badan penguapan untuk dibersihkan secara berkala. Evaporator I dan II dibersihkan setiap 19 hari sekali dan badan III, IV dan V dibersihkan setiap 5 hari sekali. Pembersihan kerak pada PG. Tasikmadu dilakukan secara chemis dan mekanis. Metode chemis dilakukan dengan cara merebus evaporator aid (soda caustik, acid, dan alkaline cleaning) dalam evaporator untuk membantu proses pembersihan. Sedangkan metode mekanis dilakukan dengan menggunakan skrap yang dioperasikan secara manual oleh petugas pembersih kerak. Tebal kerak yang berlebih pada badan evaporator dapat diketahui dengan melihat hasil kerja penguapan, dimana nilai Brix nira kental mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien pindah panas dari uap

ke nira yang melalui dinding pipa pemanas mengalami penurunan serta kemampuan penguapan air untuk setiap badan penguapan juga menurun. Mekanisme pembersihan kerak pada badan penguapan adalah sebagai berikut: 1. Air dimasak dalam pan selama 2 jam untuk melunakkan kerak. 2. Soda coustik dalam pan penguapan dimasak hingga mendidih selama 3 jam, selanjutnya pan penguapan direndam soda coustik selama 5 jam. 3. Setelah itu soda coustik dikeluarkan dan pan penguapan langsung dibilas dengan air. 4. Selanjutnya sisa-sisa kerak dibersihkan dengan tenaga manusia menggunakan skrap sampai bersih. 5. Kebersihan pipa dilihat dengan cara pemantulan sinar (apabila sinar sudah dapat dipantulkan oleh pipa, maka pipa dinyatakan bersih). 3.5.5. Stasiun Kristalisasi Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan. Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suatu zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat. Proses kristalisasi ini merupakan proses terpenting dalam pembuatan gula karena pada proses ini kualitas gula produk ditentukan. Proses kristalisasi membutuhkan kondisi vakum minimal 60 mmHg dan suhu di dalam pan sebesar 65-700C. Proses kristalisasi di Pabrik Gula Tasikmadu menggunakan 3 masakan yaitu masakan A dan Masakan D. Masakan A memasak bahan yang terdiri dari bibit A/B, nira kental, klare SHS, dan leburan gula D2. Sub stasiun masakan A terdiri dari 6 buah pan masakan, yaitu pan 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Pan masakan 6 digunakan khusus untuk memasak bibit gula A (einwurf). Hasil dari masakan A didinginkan terlebih dahulu selama kurang lebih satu jam sebelum memasuki tahap berikutnya. Pendinginan tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan pengkristalan lebih lanjut. Proses pengkristalan lanjut dilakukan pada palung pendingin A. Setelah didinginkan kurang lebih satu jam, hasil masakan A dialirkan ke putaran HGF (High Grade Fugal) untuk diputar pada putaran A sehingga didapatkan gula A dan Stroop A. Gula A yang dihasilkan diputar di putaran SHS (Superior High Sugar) untuk menghasilkan gula SHS dan klare SHS. Gula SHS akan dikemas menggunakan karung dan akan masuk ke gudang penyimpanan gula SHS. Sedangkan klare SHS akan digunakan sebagai bahan masakan A. Adapun bahan masakan D terdiri dari bibit D, klare D dan stroop A. Pan masakan D terdiri dari 4 pan yaitu pan 1,2,3, dan 4 yang mana pan 4 digunakan untuk memasak bibit gula D (fondan). Masakan D merupakan proses yang paling menentukan kualitas gula yang akan dihasilkan karena hasil dari masakan D akan digunakan sebagai bibit masakan A yang selanjutnya diolah menjadi produk gula kristal putih. Kualitas hasil masakan D berpengaruh terhadap masakan A dan juga terhadap mutu produk gula kristal putih yang dihasilkan. Mekanisme yang berlangsung pada masakan D sama seperti masakan A. Hasil masakan D diputar pada putaran D dan menghasilkan gula D1 dan tetes (molasses). Tetes yang dihasilkan akan ditampung pada tangki penampung, sedangkan gula D1akan diputar kembali pada putaran D2 dan menghasilkan Klare D dan gula D2. Klare D yang

dihasilkan akan digunakan kembali sebagai bahan dasar masakan D sedangkan gula D2 yang dihasilkan sebagian akan digunakan sebagai einwurf atau bibit masakan A, sebagian lainnya akan dilebur kembali bersama nira kental untuk bahan masakan pada pan masakan A. 3.5.6. Stasiun Puteran dan Penyelesaian Tujuan pemutaran pada stasiun putaran ini adalah memisahkan kristal gula dengan larutan (stroop) yang masih bercampur pada kristal gula. Cara kerja dari proses puteran dan penyelesaian adalah mencampur gula A dan gula B di putaran SHS untuk menghasilkan gula SHS (Superior High Sugar) dan Klare SHS. Putaran bekerja dengan gaya centrifugal yang menyebabkan masakan terlempar jauh dari titik (sumbu) putaran dan menempel pada dinding putaran yang telah dilengkapi dengan penyaring sehingga kristal gula tertahan pada dinding putaran dan larutan (stroop) akan keluar dari putaran dengan menembus lubanglubang penyaring. Pada stasiun penyelesaian dilakukan proses pengeringan gula yang berasal dari stasiun putaran sehingga diperoleh kristal gula yang kering. Pengeringan dilakukan dengan penyemprotan uap kering panas dengan suhu 70C, kemudian didinginkan secepatnya dengan hembusan udara dingin bersuhu 30C untuk menghindari kristal gula meleleh akibat suhu tinggi. Tujuan pengeringan adalah untuk menghindari kerusakan gula yang disebabkan oleh mikroorganisme sehingga umur simpan gula lebih panjang. Proses pengeringan ini menghasilkan kristal gula yang dinamakan gula SHS (Superior High Sugar). Gula SHS yang dihasilkan kemudian dilewatkan pada talang goyang agar gula kasar dan gula halus dapat terpisahkan. Sedangkan gula yang tidak sesuai standar akan dilebur atau diproses kembali untuk dijadikan gula kristal putih. Ukuran standar kristal gula SHS berkisar antara 0,8 1,2 mm. Talang goyang (Vibrating Screen) dilengkapi dengan magnetic separator yang yang berfungsi untuk menarik logam-logam berukuran kecil yang tercampur dalam kristal gula. Gula yang memenuhi standar ukuran kristal 0,8-1,2 mm dari selanjutnya dibawa menuju bak penampung yang disebut bak Silo menggunakan elevator yang disebut tangga Yacob. Tahap selanjutnya, gula siap dikemas dan disimpan di gudang gula. Pengangkutan gula yang telah dikemas menggunakan lori yang ditarik oleh sapi. 3.5.7. Laboratorium Pabrik Gula Tasikmadu memiliki sebuah laboratorium yang berfungsi sebagai pengawas jalannya produksi (Quality Assurance). Unit laboratorium ini merupakan salah satu unit di bagian Pengolahan. Berbagai analisa dilakukan di unit laboratorium untuk mendukung proses produksi berjalan secara optimal sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan memenuhi standar mutu. Tugas pokok dari bagian laboratorium adalah sebagai kontrol kualitas bahan baku, produk akhir, produk samping dan mengelola bahan-bahan kimia yang diperlukan dalam proses produksi di PG Tasikmadu. Laboratorium PG Tasikmadu memiliki 1 orang laboran dan beberapa orang karyawan PKWT yang bertugas melakukan analisa terhadap sampel uji yang dilakukan secara periodik. Berdasarkan periode uji pelaksanaan analisa, ada 6 kelompok sampel yang diuji dan disajikan pada tabel berikut ini:

No. 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Tabel 9. Kegiatan analisa unit laboratorium Tasikmadu Periode pelaksanaan Sampel Parameter uji uji Setiap 1 jam Nira mentah pada gilingan Brix, pol, dan HK I-IV Nira mentah I Brix, pol, HK dan pH Nira mentah II Brix, pol, HK dan pH Nira terdefekasi Fisik Nira tersulfitasi Fisik Pemanas Kandungan gula Air kondensat masakan, Kandungan gula VW, VD Setiap 2 jam Ampas tebu Pol dan zat kering Nira encer Brix, pol, HK, pH, kadar kapur dan clarity Nira kental Brix, pol, HK dan pH Nira kental tersulfitir Brix, pol, HK dan pH Tetes (Molasses) Brix, pol dan HK Stroop A Brix, pol dan HK Klare D Brix, pol dan HK Nira mentah Brix, pol, HK, pH dan kadar kapur Setiap 8 jam Klare SHS Brix, pol dan HK Gula D1 dan D2 Brix, pol dan HK Gula A Brix, pol dan HK Einwurf Brix, pol dan HK Setiap 24 jam Nira gilingan I Gula pereduksi Tetes Gula pereduksi Nira mentah Gula pereduksi Nira encer Gula pereduksi Setiap 15 hari Tetes Brix, pol, HK pol, kadar sukrosa, HK sukrosa, gula pereduksi, TSAI, zat kering dan kadar abu Setiap masakan turun Masakan A Brix, pol dan HK Masakan D Brix, pol dan HK Sumber: Laboratorium PG Tasikmadu

Sesuai dengan tabel 9 di atas, analisa yang dilakukan oleh unit laboratorium di antaranya analisa brix, pol, HK pol, kadar kapur dan gula pereduksi. Uji Brix menunjukkan banyaknya komponen gula terlarut dalam suatu larutan. Hasil uji pol menunjukkan banyaknya komponen gula yang sesungguhnya terlarut dalam suatu larutan. Sedangkan HK (Harga Kemurnian) merupakan hasil bagi persen pol dibagi persen brix dikalikan 100. HK ini menunjukkan kemurnian gula yang terkandung dalam suatu bahan. Data yang diperlukan untuk menghitung brix, pol dan HK antara lain:

1. brix baca; merupakan angka yang ditunjukkan oleh Alat Penimbang Brix 2. Suhu larutan, digunakan untuk mencari harga brix terkoreksi. 3. Koreksi mata, diperoleh dari pengamatan polarimeter dengan aquades sebagai pengisi pembuluh pol. 4. pengenceran, adalah angka yang menunjukkan berapa kali pengenceran yang digunakan untuk cairan yang akan dianalisa. 5. Panjang pembuluh pol, standar adalah 2 dm (20 cm ) 6. Pol baca, angka yang diperoleh dari pengamatan nira pada polarimeter Perhitungan : 1. Data dari brix baca: 1. Dengan Daftar II (Buletin 11) Hubungan antara Kepekatan dan Berat Jenis Larutan Gula murni pada 27,5, diperoleh berat jenis. 2. Dengan Daftar III (Buletin 11) Hubungan antara koreksi brix dengan suhu dan kepekatan, diperoleh koreksi brix nira yang dianalisa. 2. Brix baca ditambah dengan koreksi brix sehingga diperoleh brix terkoreksi. 3. Dikalikan dengan pengenceran dan diperoleh % brix nira. 4. Pol baca + koreksi mata, maka diperoleh pol baca terkoreksi. 5. Pol baca terkoreksi dikalikan dengan 2/panjang pembuluh sehingga diperoleh pol baca sebenarnya. 6. % pol nira= pol baca sebenarnya x berat normal gula x pengenceran penambahan penjernih dibagi (100 x berat jenis ) 7. HK nira = % pol % brix x 100 Analisa-analisa yang dilakukan oleh unit laboratorium bertujuan untuk: 1. Mengetahui seberapa besar gula yang dihasilkan dari bahan baku yang diolah sehingga dapat ketehaui efesiensi dan efektifitas produksi 2. Mengetahui proses yang berlangsung apakah sudah sesuai dengan ketentuan, jika terjadi penyimpangan, maka dapat segera diatasi 3. Menjaga kualitas produksi sesuai yang diinginkan, sehingga dari analisa tersebut dapat diketahui efektifitas dari alat yang beroperasi. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam analisa adalah lokasi dan cara pengambilan contoh. Lokasi dan cara pengambilan sampel dapat mempengaruhi ketepatan dalam analisa yang dilakukan. Sehingga pengambilan contoh dan lokasi pengambilan sampel harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Berikut lokasi dan cara pengambilan contoh yang diterapkan di PG Tasikmadu: 1. Nira mentah pada stasiun gilingan Nira yang dihasilkan dari setiap gilingan diambil sebagai sampel untuk dianalisa. sing Nira mentah dari gilingan I sampai gilingan IV diambil dengan menggunakan alat dan kemudian ditampung dalam sebuah ember. Nira yang ditampung dari masing-masing gilingan diambil oleh seorang petugas dari bagian laboratorium, lalu dianalisa % brixnya di ARLPL (Analisa Rendemen Lori per Lori). Untuk pol dan HK diuji di laboratorium menggunakan alat polarimeter elektronik. Nilai brix, pol dan HK yang diperoleh kemudian dicatat dalam buku catatan harian. 2. Ampas Ampas merupakan hasil samping pada stasiun gilingan berupa sabut batang tebu. Pengambilan contoh dilakukan dengan mengambil langsung ampas pada

3.

4.

5.

6.

gilingan terakhir dan kemudian menganalisa pol dan zat kering ampas tersebut. Nira encer Nira encer adalah nira hasil proses pemurnian yang ditampung dalam clear juice tank. Sampel nira encer diambil dari penyaring nira encer menggunakan ember kecil. Selanjunya sampel tersebut dilakukan analisa pH, brix dan pol dari nira encer tersebut. Nira kental Nira kental hasil dari proses penguapan pada badan terakhir diharapkan kandungan airnya telah berkurang minimal 40%. Sampel nira kental yang akan diuji diambil dari talang nira kental, yaitu saluran yang nira kental menuju peti tarik nira kental dengan menggunakan canting. Sampel tersebut kemudian ditampung dalam ember dan dianalisa di laboratorium meliputi brix, pol, HK dan pH. Stroop dan Klare Pengambilan stroop A dan klare D dari setiap masakan dilakukan pada pipa stroop atau klare yang menuju peti penampungan. Sedangkan klare SHS diambil dari talang yang terletak dekat dengan puteran. Sampel yang telah diambil selanjutnya dianalisa di laboratorium meliputi uji brix, pol dan HK. Tetes (Molasses) Pengambilan sampel uji tetes dilakukan pada bak penimbangan tetes setiap isi penimbang diturunkan. Untuk analisa tetes yang diambil setiap jam, sampel diambil dari saluran pengeluaran tetes yang berada di putaran D1.

Anda mungkin juga menyukai