Anda di halaman 1dari 7

Suharman Teknologi Dekafeinasi Kopi Robusta untuk Industri Kecil dan Menengah (IKM)

Patoni A Gafar

TEKNOLOGI DEKAFEINASI KOPI ROBUSTA


UNTUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM)
THE TECHNOLOGY OF ROBUSTA COFFEE DECAFFEINATION
FOR SMALL AND MEDIUM SCALE OF INDUSTRIES

Suharman1) dan Patoni A Gafar2)


Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri dan Kekayaan Intelektual1),
Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang2)
e-mail: suharman.hadi@gmail.com; patoni@yahoo.com

Diterima: 26 Mei 2017; Direvisi: 4 Juni 2017- 28 November 2017; Disetujui: 22 Desember 2017

Abstrak

Penelitian teknologi dekafeinasi kopi robusta (Coffea canephora L.) untuk industri kecil dan menengah bertujuan
untuk mendapatkan teknologi sederhana dekafeinasi pada kopi jenis robusta untuk Industri Kecil Menengah
(IKM). Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan bahan baku yang
diambil dari daerah yang ditentukan (purposive sampling) di beberapa wilayah di Sumatera Selatan yaitu Muara
Enim, Pagar Alam dan Lubuk Linggau yang disatukan secara homogen. Peralatan utama yang digunakan
berupa dandang 10 liter dan kukusan 10 liter dengan kondensor sederhana. Perlakuan meliputi perebusan dan
pengukusan biji kopi pada suhu 100°C selama 30 menit, 60 menit dan 90 menit. Parameter yang diuji berupa
kadar kafein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji kopi sebelum proses dekafeinasi mengandung kafein
rata-rata 1,87%, pada proses perebusan 30, 60 dan 90 menit masing-masing turun menjadi rata-rata 0,66%,
0,45% dan 0,40%; sedangkan pada proses pengukusan masing-masing turun menjadi rata-rata 1,65%, 0,42%
dan 0,45%. Hasil penelitian ini dapat diterapkan oleh IKM karena cukup sederhana dan murah.

Kata kunci: Dekafeinasi, perebesan, pengukusan

Abstract

The research on the Technology of Robusta Coffee (Coffea canephora L.) Decafeination
for Small and Medium Scale of Industries had been carried out. The purpose of the research was to get the
technology of decaffeination on robusta coffee. The research was conducted by using Completely Randomized
Design (RAL) with raw material samples taken from specified area (purposive sampling), there were Muara Enim,
Pagar Alam and Lubuk Linggau Districts and then combined by composites. The main apparatus were 10 liter
silindric container and 10 liter steamer with simple condenser. The treatments include boiling and steaming
coffee beans at 100°C for 30, 60 and 90 minutes. The results show that the process of decreasing caffeine
(decaffeination) by boiling 30, 60 and 90 minutes resulted caffeine content of 0.66%, 0.45% and 0,40% each;
whereas by steaming resulted 1.65%, 0.42% dan 0.45% each. The results of this research can be applied by
small and medium industres (SMIs) because simple and low cost.

Keywords: decaffeination, boiling, steaming

PENDAHULUAN devisa secara berturut-turut adalah


kelapa sawit, karet, kakao dan kopi
Indonesia merupakan penghasil kopi
(Rachman, 2015).
(Coffea sp) terbesar ketiga di dunia
Sumatera Selatan merupakan salah
setelah Brazil dan Vietnam. Sekitar 78%
satu daerah penghasil kopi yang
kopi dunia dipasok dari Indonesia. Dari
potensial. Tanaman kopi tumbuh subur
total produksi 644.000 ton, sekitar 59,2%
dan berproduksi dengan baik di wilayah
diekspor (Ditjen Perkebunan, 2015) dan
ini, tetapi sayangnya komoditas ini masih
sisanya 40,8% untuk memenuhi
memberikan nilai tambah yang rendah.
kebutuhan dalam negeri. Kopi
Nilai tambah yang rendah tersebut
merupakan salah satu komoditas
dikarenakan hampir semua produksi kopi
perkebunan yang potensial di Indonesia. dipasarkan dalam bentuk biji kopi (green
Menurut catatan Ditjen Perkebunan, bean). Produk kopi Sumatera Selatan
Kementerian Pertanian, komoditas umumnya dari varietas robusta dan lebih
andalan Indonesia dalam hal perolehan
banyak dihasilkan dari perkebunan
87
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 28 No.2 Tahun 2017 Hal. 87-93

rakyat. Beberapa sentra produksi kopi Secara teknis kafein dapat dikurangi
robusta Sumatera Selatan diantaranya kandungannya dengan proses
Kabupaten Muara Enim, Lahat, Ogan dekafeinasi, yaitu diekstrak dengan
Komering Ulu (OKU), UKU Selatan, OKU menggunakan berbagai jenis pelarut
Timur, Pagar Alam dan Empat Lawang. seperti bahan kimia sintetis, bahan kimia
Kopi robusta (Coffea canephora L.) alami, air atau gas. Proses dekafeinasi
memiliki kandungan kafein yang tinggi dapat dilakukan dengan perebusan dan
dan lebih tinggi dibandingkan dengan atau pengukusan, yang selanjutnya
kopi dari jenis arabika (Erdiansyah dan diikuti proses pelarutan dengan
Yusdianto, 2012). Tingginya kandungan perendaman dalam air mengalir, proses
kafein dapat menyebabkan beberapa ini dapat menurunkan kandungan kafein
penyakit atau akan memberikan efek (Mulato, 2004).
yang kurang baik terhadap kesehatan.
Pusing, mual, badan gemetar dan BAHAN DAN METODE
bahkan penyakit jantung dapat dipicu
oleh mengkonsumsi kafein yang tinggi Bahan
pada kopi (Taufik, 2008). Oleh karena itu Bahan kopi diambil dari beberapa
dibutuhkan upaya untuk menurunkan wilayah di Sumatera Selatan yaitu Muara
kandungan kafein agar kopi tersebut Enim, Pagar Alam dan Lubuk Linggau
aman untuk dikonsumsi. Untuk yang disatukan secara homogen. Bahan
menurunkan kadar kafein diperlukan baku percobaan yang digunakan dalam
proses dekafeinasi (Lestari, et al., 2005). penelitian ini adalah kopi biji (green bean)
Beberapa hasil penelitian tentang yang sudah disortasi terlebih dahulu, lalu
dekafeinasi telah dilakukan seperti dilakukan karakterisasi.
analisa kafein pada kopi bubuk (Maramis, Peralatan utama yang digunakan
2013), dekafeinasi kopi dengan pelarut berupa dandang 10 liter dan kukusan
tersier dari pulp kakao (Purwadaria dan (steamer) 10 liter dengan kondensor
Syarief, 2008), dekafeinasi kopi dengan sederhana. Peralatan lain yang
menggunakan pelarut NaOH (Ratna, digunakan antara lain timbangan,
2000), Mutu biji kopi pada proses alat/mesin sangrai, penggiling/grinder,
dekafeinasi (Rejo, 2011), dekafeinasi sealer, ayakan dan peralatan penolong
dengan pelarut air (Mulato, 2004). lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh teknik atau teknologi guna Metode
menurunkan kadar kafein (dekafeinasi)
Penelitian menggunakan Rancangan
dari kopi robusta dengan cara yang
Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan
sederhana dan biaya yang murah
lama perebusan 30 menit, 60 menit dan
sehingga memungkinkan untuk
90 menit (R1, R2, dan R3) dan
penerapannya di tingkat industri kecil
pengukusan 30 menit, 60 menit dan 90
menengah atau petani/ rakyat.
menit (K1, K2, dan K3) sebagai
Kopi yang berkualitas ditunjukkan
perlakuan. Pengamatan dilakukan
oleh terpenuhinya persyaratan standar
terhadap kandungan kafein sebelum dan
yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI)
sesudah perlakuan setelah biji kopi
tentang kopi atau kopi bubuk. Standar
diproses menjadi kopi bubuk. Penelitian
tersebut harus memenuhi kriteria, baik
dilakukan di laboratorium proses Balai
organoleptik, fisik, kimia maupun
Riset dan Standardisasi Industri
mikrobiologi. Syarat mutu kopi
Palembang.
berdasarkan kandungan kafeinnya pada
mutu I adalah 0,92-2 dan mutu II adalah
0,45-2% b/b. Erdiansyah dan Yusianto
(2012) menyatakan bahwa rasa kopi
yang baik dihasilkan dari biji kopi yang
berkualitas dan mengandung kafein yang
tidak terlalu tinggi.

88
Suharman Teknologi Dekafeinasi Kopi Robusta untuk Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Patoni A Gafar

Hasil karakterisasi kopi biji terhadap


kadar komponen yang digunakan
sebagai bahan baku penelitian meliputi
kadar kafein 1,18%, kadar air 11,20%,
kadar lemak 12,16 %, kadar gula 8,50 %,
selulosa 18,17 % dan kadar abu 3,95 %
seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Kadar komponen kopi biji bahan


baku penelitian.

Komponen Kadar (%)


Air 11,20
Kafein 1,18
Lemak 12,16
Gula 8,50
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Selulosa 18,17
Abu 3,95
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dekafeinasi Kopi Robusta Kafein merupakan salah satu


senyawa alkaloid yang terdapat secara
Hasil karakterisasi kopi biji yang
alami dalam biji kopi (Arwangga, et al.,
digunakan pada penelitian ini meliputi
2016). Bagi orang atau masyarakat yang
kopi biji dengan aroma yang khas dan
memiliki kepekaan tinggi terhadap kafein,
ukuran biji yang seragam. Kandungan
zat ini dapat menimbulkan beberapa
kulit, biji hitam, jamur dan kotoran lain
gangguan kesehatan seperti jantung
(benda asing) nihil dan kadar air 11,20 %.
berdebar, peningkatan tekanan darah,
Menurut Najiyati dan Danarti (2006)
susah tidur, kepala pusing dan
tingkat kadar air kopi biji pada kisaran
sebagainya. Untuk dapat mengkonsumsi
tersebut merupakan kadar air
kopi yang tidak mengganggu kesehatan,
keseimbangan yang menghasilkan mutu
maka dapat memilih kopi rendah kafein
serta daya simpan yang baik. Secara
(kopi dekafein). Mulato dan Suharyanto
keseluruhan karakteristik kopi biji untuk
(2010), Mulato dan Suharyanto (2011),
bahan baku percobaan telah memenuhi
Mulato et al., (2014), Puslitkoka (2011
Standar Nasional Indonesia (SNI 01-
dan 2014) menyatakan bahwa untuk
2907-2008) tentang kopi biji. Karakteristik
menghasilkan kopi dengan kualitas yang
kopi biji sebagai bahan baku
baik dan aman dikonsumsi maka proses
sebagaimana terlihat pada Tabel 1.
pengolahan kopi harus dilakukan dengan
Tabel 1. Karakteristik kopi biji bahan baku cara yang benar sesuai petunjuk GMP
penelitian. (Good Manufacturing Product). Proses
pengolahan kopi tersebut terdiri dari
Kriteria Hasil Uji pengolahan kopi primer dan pengolahan
kopi skunder.
Aroma Khas
Hasil pengujian menunjukkan bahwa
Kadar air, % 11,20%
kopi bubuk yang dihasilkan adalah
Kadar kulit, % Nihil
Biji hitam, % Nihil
normal, sedangkan kandungan kafein
Ukuran biji Relatif seragam mengalami penurunan selama proses
Jamur Nihil dekafeinasi (Tabel 3).
Kadar kotoran : Perlakuan perebusan atau
- Benda asing Nihil pengukusan dapat memperlebar pori-pori
lunak Nihil jaringan pada biji kopi, sehingga pelarut
- Benda asing mudah mendifusi ke dalam jaringan dan
keras melarutkan kafein yang ada (Maramis,
2013). Uap panas juga dapat berperan
89
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 28 No.2 Tahun 2017 Hal. 87-93

untuk memutus ikatan (bonding) antara


kafein dan asam klorogenat yang semula Kadar
Proseskafeindekafeinasi yang dilakukan
merupakan garam komplek kalium- dengan cara perebusan atau pengukusan
klorogenat-kafein. Pada proses biji kopi menunjukkan bahwa semakin
pengukusan uap panas (steam) dialirkan lama waktu pengukusan atau perebusan
melalui bagian dasar alat atau bejana hingga waktu 90 menit menghasilkan
dan menembus tumpukan biji kopi. kadar kafein yang semakin menurun.
Molekul kafein pada biji kopi menjadi Kecepatan penurunan kafein dengan
bebas dan mudah terserap/terbawa ke cara perebusan lebih cepat dibandingkan
dalam pelarut. Hasil penelitian proses dengan cara pengukusan. Hal tersebut
dekafeinasi yang menggunakan disebabkan oleh terjadinya proses
perebusan dan pengukusan pembesaran pori dan pelarutan garam
menunjukkan terjadi penurunan jumlah kompleks kalium-klorogenat-kafein yang
kafein dalam kopi bubuknya yaitu dari berlangsung secara simultan dan
1,87% menjadi rata-rata 0,40% pada terjadinya kontak langsung antara air
perebusan dan 0,45% pada pengukusan. perebusan dengan bahan kopi biji
Dekafeinasi kopi robusta dengan cara (Maramis et al, 2013). Histogram rata-
pengukusan dan perebusan rata hasil proses dekafeinasi dengan cara
menghasilkan keadaan yang normal dan perebusan dan pengukusan seperti pada
tingkat kelarutan yang baik. Hasil Gambar 2 dan Gambar 3.
pengujian keadaan, kelarutan dan
kandungan kafein pada dekafeinasi 2
dengan pengukusan dan perebusan
1.5
seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengujian keadaan dan kadar 1 Rebus
kafein.
0.5
Kode
Conto Keadaan Kafein 0
h (%)
0 1 2 3
Dekafeinasi dengan cara
perebusan (rata-rata)
R00 Normal 1,87 Gambar 2. Histogram rata-rata hasil proses
R11 Normal 0,65 dekafeinasi dengan perebusan.
R12 Normal 0,66
R21 Normal 0,51 Dari Gambar 2 terlihat bahwa kadar
R22 Normal 0,39 kafein turun secara signifikan pada
R31 Normal 0,42 oerebusan selama 30 menit, dengan
R32 Normal 0,38 semakin lama perebusan pada
Dekafeinasi dengan cara perebusan yaitu dari 30 menit berikutnya
pengukusan (rata-rata) penurunan kafein semakin kecil. Hal ini
K00 Normal 1,87 sesuai dengan pernyataan Mulato (2004)
K11 Normal 1,74
bahwa pelarutan kafein dapat dilakukan
K12 Normal 1,57
K21 Normal 0,52 dengan menggunakan pelarut air atau
K22 Normal 0,32 dengan cara perebusan pada suhu
K31 Normal 0,54 100oC dengan waktu antara 1-7 jam.
K32 Normal 0,35
Keterangan:
R00 : sampel kontrol perebusan;
Rxy : sampel coffee bean yang
direbus selama x jam ulangan
ke y (x = 30, 60 dan 90 menit;
y = 1, 2)
K00 : sampel kontrol pengukusan
Kxy : sampel coffee bean yang
dikukus selama x jam ulangan
ke y (x = 30, 60 dan 90 menit;
y = 1, 2)
90
Suharman Teknologi Dekafeinasi Kopi Robusta untuk Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Patoni A Gafar

. maupun dengan koperasi atau


Kadar kafein membentuk Kelompok Usaha Bersama
2 (KUB). Di lain pihak kopi dekafeinasi
merupakan produk yang memiliki nilai
1.5
jual yang baik karena kopi banyak
1 Kukus
dikonsumsi oleh hampir semua orang
dengan sebaran usia yang tidak terbatas,
0.5 apalagi kopi rendah kafein adalah kopi
yang baik untuk kesehatan. Kopi rendah
0 kafein dapat juga divariasikan dengan
0 1 2 3 Lama berbagai produk yang lain seperti kopi
pengukusan dekafeinasi ginseng (Adhiguna, 2010).
Dengan mengkonsumsi kopi rendah
Gambar 3. Histogram rata-rata hasil proses kafein maka pengaruh dari gangguan
dekafeinasi dengan pengukusan. terhadap kesehatan yang disebabkan
Berbeda dengan proses perebusan, oleh kafein dapat terhindarkan.
pada proses dekafeinasi secara Kartasasmita dan Addyantina (2012)
pengukusan (Gambar 3) terlihat menyatakan bahwa gangguan kesehatan
perbedaan pola penurunan kafein sangat akibat tingginya kadar kafein pada biji
signifikan setelah proses berlangsung kopi dapat berupa peningkatan kerja
selama 60 menit. Hal tersebut dapat psikomotor, frekuensi urinasi, sekresi
disebabkan karena perbedaan waktu asam lambung, ketegangan otot dan
kontak pelarut air pada pengukusan yang denyut jantung.
lebih lambat dibanding perebusan.
KESIMPULAN
Prospektif Pengembangan untuk IKM
Perebusan dan pengukusan Kopi robusta memiliki kandungan
merupakan proses yang sangat biasa kafein yang tinggi, lebih tinggi
bagi masyarakat tingkat menengah ke dibandingkan kopi arabika, namun dapat
bawah terutama dalam kaitannya dengan diturunkan dengan proses dekafeinasi
pekerjaan industri skala mikro dan kecil. Penurunan kadar kefein dapat dilakukan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan perebusan atau pengukusan.
secara teknis teknologi dekafeinasi kopi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
robusta dengan cara perebusan dan proses penurunan kafein (dekafeinasi)
pengukusan merupakan teknologi dengan cara perebusan dapat
dekafeinasi yang sederhana dan dapat menurunkan kafein hingga 0,40% dan
dilakukan dengan menggunakan dengan cara pengukusan dapat
peralatan yang sederhana pula. Dengan menurunkan kafein hingga 0,45%.
demikian teknologi ini sesuai/prospektif Proses perebusan dapat menurunkan
untuk diterapkan atau diaplikasikan oleh kadar kafein lebih cepat dibandingkan
usaha/industri mikro, kecil dan menengah dengan proses pengukusan.
(IMKM), meskipun masih diperlukan
kajian ekonomis spesifik lokasi untuk SARAN
penerapannya di tempat tertentu.
Sekalipun sesuai untuk industri skala Hasil penelitian ini cukup prospektif
mikro, kecil dan menengah, teknologi ini untuk diterapkan pada IKM/UMKM (untuk
dapat juga dikembangkan untuk industri memproduksi kopi rendah kafein) karena
besar. Untuk penerapan pada industri teknologinya sangat sederhana dan
besar diperlukan scale up dan kajian atau cukup efektif dalam menurunkan
rekayasa proses lebih lanjut. kandungan kafein kopi.
Model pengembangan industri
dekafeinasi kopi robusta diyakini akan UCAPAN TERIMA KASIH
dapat meningkatkan nilai tambah bagi
petani pekebun kopi atau industri tingkat
rumah tangga karena secara perorangan
91
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 28 No.2 Tahun 2017 Hal. 87-93

Ucapan terima kasih disampaikan Farida, A., E. Ristianti R. dan A. C. Kumoro,


kepada Kepala Balai Riset dan (2013). Penurunan Kadar Kafein dan
Standardisasi Industri Palembang yang Asam Total pada Biji Kopi Robusta
telah memberikan dukungan dan fasilitas Menggunakan Teknologi Fermentasi
Anaerob Fakultatif dengan Nopkor MZ-
penelitian. Ucapan serupa disampaikan
15. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri
juga kepada tim dan semua pihak yang 2 (3):70-75.
telah berperan seperti analis, teknisi Kartasasmita, R.E. dan Addyantina, S.,
litkayasa dan lain-lain atas kontribusinya. (2012). Dekafeinasi Biji Kopi Robusta
(Coffea canephora L.) menggunakan
Pelarut Polar (Etanol dan Metanol).
DAFTAR PUSTAKA Acta Pharmaceutica Indonesia 37 (3):
83-89.
Lestari, H., S. Anggrahini, Supriyadi dan S.
Adhiguna, R.T., (2010). Karakteristik Teknik Mulato, (2005). Kandungan Kafein,
Proses Kristalisasi Kopi Ginseng Instan Asam khlorogenat dan Trigonellin Biji
Rendah Kafein. Sekolah Pasca Sarjana, Kopi (Coffea canephora L.) Varietas
Institut Pertanian Bogor. Robusta dalam Proses Dekafeinasi
Andre Illy and Rinantonio Viani (2005). dengan Sistem Pengukusan –
Espresso Coffee: The Science of Pelarutan. Agrosains 18 (3)
Quality, 2nd edition. Elsevier Academic Maramis, R. K., G. Citraningtyas dan F.
Press Limited, London-Sandiego. Wehantouw, (2013). Analisis Kafein
Arwangga, A. F., I. A. R. A. Asih, dan I W. dalam Kopi Bubuk di Kota Manado
Sudiarta, (2016). Analisis Kandungan menggunakan Spektrofotometri UV-
Kafein Pada Kopi di Desa Sesaot VIS. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi-
Narmada Menggunakan UNSRAT 2(04):122-128.
Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Kimia Mulato, S., (2004). Pelarutan kafein biji kopi
10 (1): 110-114 robusta dengan kolom tetap
Badan Standardisasi Nasional, (2004). menggunakan pelarut air. Jurnal Pelita
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. Perkebunan 20 (2): 97-109
01-3542-2004, tentang Kopi Bubuk. Mulato, S., E. Suharyanto and Kaswanto,
Badan Standardisasi Nasional, (2008). (2010). Products Development of
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. Coffee. Indonesian Coffee and Cocoa
01-2907-2008, tentang Biji Kopi. Research Institute, Jember.
Budiman, H., F. Rahmawati dan F. Sanjaya, Mulato, S. and E. Suharyanto, (2011). Post
(2010). Isolasi dan Identifikasi Alkaloid Harvest Coffee Processing in Indonesia
pada Kopi Robusta (Coffea robusta an Introduction to Good Manufacturing
Lindl. Ex De Will) Dengan Cara Practices. Indonesian Coffee and
Kromatografi Lapis Tipis. CERATA Cocoa Research Institute, Jember.
Journal of Pharmacy Sience 1 (1): 54- Mulato, S., S. Widyotomo dan E. Suharyanto,
64. (2014). Pengolahan Produk Primer dan
Butt, M.S., A. Ahmed, M.T. Sultan, A. Amran, Sekunder Kopi. Pusat Penelitian Kopi
M. Yasin and M. Imran, (2011). dan Kakao Indonesia, Jember. 94 hal.
Evaluating the effect of decaffeination Najiyati, S. dan Danarti, (2006). Kopi, Budi
on nutritional and antioxidant status of Daya dan Penanganan Pascapanen.
different coffee brands. Internet Journal Penebar Swadaya, Jakarta.
of Food Safety Vol.13 : 198-207. Purwadaria, H.K., S. Mulato dan A.M. Syarief,
Clarke, R.J. and R. Macrae, (1989). Coffee (2008). Dekafeinasi Kopi dalam
Chemistry, Vol. I & II. Elsevier Applied Reaktor Kolom Tunggal dengan Pelarut
Science, London and New York. Tersier dari Pulpa Kakao. LPPM-IPB
Ditjen Perkebunan, 2015. Statistik bekerjasama dengan Sekretariat Badan
Perkebunan Indonesia 2014-2016, Litbang Pertanian.
Kopi. Direktorat Jenderal Perkebunan, Puslitkoka, (2011). Products Development of
Jakarta. Coffee. Indonesian Coffee and Cocoa
Research Institute, Jember.
Erdiansyah, N.P. dan Yusianto, (2012). Puslitkoka, (2014). Pengolahan Biji Kopi
Hubungan intensitas cahaya di kebun Sekunder. Pusat Penelitian kopi dan
dengan profil cita rasa dan kadar kafein kakao, Jember
beberapa klon kopi robusta. Jurnal Rachman, V., (2015). Indonesia Berpotensi
Pelita Perkebunan 28 (1) : 14-22 Jadi Eksportir Kopi Terbesar Dunia.
92
Suharman Teknologi Dekafeinasi Kopi Robusta untuk Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Patoni A Gafar

Majalah SWA – Trends - Management,


ED Oktober 5, 2015.
Ratna, Y dan Anisah, R., (2000). Dekafeinasi
Kopi Robusta pada Pembuatan Kopi
Bubuk dengan Pelarut NaOH. Makalah
Seminar Nasional Industri Pangan, IPB
Bogor.
Rejo, A., S. Rahayu dan T. Panggabean,
(2011). Karakteristik Mutu Biji Kopi
pada Proses Dekafeinasi. Jurusan
Teknologi Pertanian, Faperta, Unsri,
Palembang.http://eprints.unsri.ac.id/22,
diakses 20 Oktober 2014.

93

Anda mungkin juga menyukai