Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kerontokan Rambut

2.1.1 Anatomi Rambut


Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali
telapak tangan, telapak kaki, kuku, ujung zakar, permukaan dalam bibir-bibir kemaluan wanita,
dan bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat digolongkan 2 jenis:
1. Rambut terminal, rambut kasar yang mengandung banyak pigmen. Terdapat di kepala,
alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna. Rambut terminal diproduksi oleh folikel-folikel
rambut besar yang ada di lapisan subkutis. Secara umum diameter rambut > 0,03 mm.
2. Rambut velus, rambut halus sedikit mengandung pigmen, terdapat 16drene di seluruh
tubuh. Rambut velus diproduksi oleh folikel-folike rambut yang sangat kecil yang ada di lapisan
dermis, diameternya < 0,03 mm. (Soepardiman, Lily. 2010; Kusumadewi, dkk; Olsen, E. A.
1994)
Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian sebagai berikut:
a. Folikel Rambut, yaitu suatu tonjolan epidermis ke dalam berupa tabung yang meliputi:
1). Akar rambut (folliculus pili), yaitu bagian rambut yang tertanam secara miring dalam
kulit.
2). Umbi rambut (bulbus pili), yaitu pelebaran bagian terbawah akar rambut. Bagian
terbawah umbi rambut adalah matriks rambut, yaitu daerah yang terdiri dari sel-sel yang
membelah dengan cepat dan berperan dalam pembentukan batang rambut. Dasar umbi rambut
yang melekuk ini mencakup gumpalan jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf yang berguna
untuk 16drene makanan kepada matriks rambut. (Kusumadewi, dkk; Brown, Robin Graham dan
Tony Burns)
Selain itu, folikel rambut juga menyelubungi akar rambut, mulai dari permukaan kulit
sampai di bagian terbawah umbi rambut. Pada selubung ini dapat dibedakan 16drene yang
berasal dari dermis dan 16drene yang berasal dari epidermis. (Kusumadewi, dkk)
Unsur dari epidermis terdiri dari kandung akar luar dan kandung akar dalam. Kandung
akar luar

terdiri atas sel bening, dan baru mulai berdiferensiasi pada daerah ismus tanpa

membentuk stratum granulosum. Kandung akar dalam terdiri atas 3 bagian yaitu: lapisan Henle,

Universitas Sumatera Utara

lapisan Huxley, dan kutikula kandung akar dalam. (Kusumadewi, dkk; Pusponegoro, Erdina
H.D. 2002)
b. Batang Rambut, yaitu bagian rambut yang berada diatas permukaan kulit. Batang
rambut keluar dari kulit secara miring. Batang rambut terdiri atas 3 bagian, yaitu kutikula
(selaput rambut), yang terdiri dari 6-10 lapis sel tanduk dan tersusun seperti genteng atap;
korteks (kulit rambut), terdiri atas serabut polipeptida yang memanjang dan saling berdekatan;
dan medulla (sumsum rambut), yang terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin,
badan lemak, dan rongga udara. (Soepardiman, Lily. 2010; Kusumadewi, dkk; Pusponegoro,
Erdina H.D. 2002)
c. Otot Penegak Rambut (muskulus arector pili), merupakan otot polos yang berasal dari
batas dermo-epidermis dan melekat di bagian bawah kandung rambut. Otot-otot ini dipersarafi
oleh saraf-saraf 17drenergic dan berperan untuk menegakkan rambut bila kedinginan serta
sewaktu mengalami tekanan emosional. (Kusumadewi, dkk; Brown, Robin Graham dan Tony
Burns)
Tabel 2.1: Struktur Rambut
Struktur

Isi

Infundibulum

Lokasi
Epidermis

Papila dermis

Mesenkima embrionik

Itsmus

Keratinisasi trikhilemma

Kandung akar dalam

Trikohialin, sitrullin

Medula

Trikohialin, sitrullin

Bulb

Dermis

Subcutis

Sumber: (Jaffer, Saeed N dan Abrar A. Qureshi)


2.1.2 Fisiologi Rambut
1. Pengaturan Suhu Badan
Pada manusia fungsi ini hampir tidak ada lagi, sejalan dengan perkembangan cara-cara
lain untuk memelihara suhu tubuh yang konstan melalui kelenjar-kelenjar keringat, peredaran
darah kulit dan pengaruh susunan saraf terhadap struktur-strukur tadi. Dalam kondisi dingin,
pori-pori rambut akan mengecil. Dalam kondisi panas, maka kondisi tersebut berlaku sebaliknya.
(Kusumadewi, dkk; Ridwan, Muhammad)
2. Fungsi Sebagai Alat Perasa

Universitas Sumatera Utara

Rambut memperbesar efek rangsang sentuhan terhadap kulit. Sentuhan terhadap bulu
mata menimbulkan reflex menutup kelopak mata. Kepekaan kulit terhadap sentuhan berbanding
sejajar dengan kelebatan pertumbuhan rambut. Maka kulit kepala dengan kelebatan pertumbuhan
rambut 312/cm2 sangat peka terhadap sentuhan. (Kusumadewi, dkk). Rambut meningkatkan
kepekaan kulit terhadap rangsangan sentuhan. Pada beberapa spesies yang lebih rendah, fungsi
ini mungkin lebih disempurnakan. Sebagai contoh, sungut kucing sangat peka dalam hal ini.
Peran rambut yang lebih penting pada hewan-hewan rendah adalah konservasi panas, tetapi
fungsi ini tidak begitu bermakna bagi manusia yang relative tidak berbulu. (Sherwood, Lauralee.
2001)
2.1.3 Siklus Aktivitas Folikel Rambut
Setelah pembentukan folikel rambut dan rambut, perkembangan folikel rambut
selanjutnya akan berhenti pada bulan ke-5 kehamilan. Folikel mengalami involusi memasuki fase
katagen, dimana papilla dermis akan mengalami regresi dan akhirnya folikel memasuki fase
istirahat. Sampai saat ini belum diketahui mengapa papila dermis yang telah terbentuk harus
mengalami regresi terlebih dahulu dan kemudian mengalami aktivasi kembali. (Pusponegoro,
Erdina H.D. 2002)
Siklus pertumbuhan folikel rambut adalah demikian. Sejak pertama kali terbentuk folikel
rambut mengalami siklus pertumbuhan yang berulang. Fase pertumbuhan dan fase istirahat
bervariasi berdasarkan umur dan regio tempat rambut tersebut tumbuh dan juga dipengaruhi
faktor fisiologis maupun patologis. Siklus pertumbuhan yang normal adalah masa anagen, masa
katagen, dan masa telogen. (Soepardiman, Lily. 2010)
1. Masa anagen: sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong selsel tanduk yang lebih tua ke atas. Aktivitas ini lamanya 2-6 tahun. (Soepardiman, Lily. 2010)
2. Masa katagen: masa peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan ikat di sekitar
folikel rambut, disusul oleh penebalan dan mengeriputnya selaput hialin. Papil rambut lalu
mengelisut dan tidak lagi berlangsung mitosis dalam matriks rambut. Bagian tengah akar rambut
menyempit dan bagian dibawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga terbentuk
gada (club). Antara bekas papil dan bagian bawah gada terbentang satu tiang sel epitel. Masa
peralihan ini berlangsung 2-3 minggu. (Kusumadewi, dkk; Soepardiman, Lily. 2010)
3. Masa telogen atau masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel epitel mulai dari
bawah ke atas sampai hanya tersisa suatu puting epitel kecil, yaitu benih sekunder, dan berbentuk

Universitas Sumatera Utara

tunas kecil yang membuat rambut baru sehingga rambut gada akan terdorong keluar dan rontok.
(Kusumadewi, dkk; Soepardiman, Lily. 2010)
Lama masa anagen adalah berkisar 1000 hari, sedang masa telogen sekitar 100 hari
sehingga perbandingan rambut anagen dan telogen berkisar antara 9:1. Jumlah folikel rambut
pada kepala manusia sekitar 100.000, rambut pirang dan merah jumlahnya lebih sedikit dari
rambut hitam. Jumlah rambut yang rontok per hari 100 helai. Densitas folikel rambut pada bayi
1135/cm2 dan berkurang menjadi 615/cm2 pada umur tiga puluhan, karena meluasnya
permukaan kulit. Pada umur 50 tahunan ada pengurangan beberapa folikel sehingga jumlah
menjadi 485/cm2. Untuk mengetahui jumlah rambut anagen dan telogen diperiksa rasio rambut
anagen terhadap telogen yang disebut trikogram, sedikitnya 50 helai rambut halus dicabut dan
diperiksa untuk menghindari deviasi standar yang tinggi. Jumlah rambut anagen pada wanita +
85% dan laki-laki 83% dan jumlah rambut telogen pada wanita 11% dan laki-laki 15%.
(Soepardiman, Lily. 2010)
Tabel 2.2: Siklus Rambut
Fase

Masa

Anagen

3 tahun, 84% kulit kepala

Telogen

3 bulan, 14% kulit kepala

Katagen

3 minggu, 2% kulit kepala

Sumber: (Jaffer, Saeed N dan Abrar A. Qureshi)


2.1.4 Pengaturan dan Siklus Pertumbuhan Rambut
Pertumbuhan dan perkembangan folikel rambut dipengaruhi oleh beberapa sitokin dan
growh factor (GF) yang diproduksi oleh sel papilla dermis. Substansi ini memulai dan
mengontrol epitel intrafolikular dan interaksi mesenkimal. Juga mempengaruhi proliferasi dan
diferensiasi sel matriks folikel rambut dengan mengeluarkan sinyal spesifik yang menginduksi
berbagai stadium siklus rambut. Molekul bioaktif tersebut antara lain interleukin-1 alfa, FGF,
EGF, KGF, substansi P, IGF-1, hormone tiroid, paratiroid, dan androgen. Aktivitas sel papilla
dermis sendiri dikontrol oleh substansi yang diproduksi oleh lapisan spinosum sarung akar luar
dan hormon. Beberapa peptida yang dihasilkan lapisan spinosum dan mempengaruhi papilla
dermis antara lain basic fibroblast growth factor (bFGF), platelet derived growth factor (PDGF),
dan transforming growth factor beta (TGF-beta). (Pusponegoro, Erdina H.D. 2002)

Universitas Sumatera Utara

Berbagai macam molekul sinyal yang mengontrol siklus rambut tersebut digolongkan ke
dalam 3 kelompok:
1. Memulai fase anagen, IGF 1, bFGF, EGF, VEGF, TGF-alfa yang merupakan faktor mitogenik
kuat untuk keratinosit dan sel endotel.
2. Mempertahankan folikel anagen matang, IGF 1, VEGF, yang menstimulasi prliferasi
vaskularisasi dan proses diferensiasi.
3. Menginduksi fase katagen dan degradasi folikel rambut, IL 1, IL 4, TNF-alfa, TNF-beta,
merupakan sitokin pro-apoptotic dan penghambat pertumbuhan. (Pusponegoro, Erdina H.D.
2002)
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut adalah sebagai berikut:
2.1.5.1 Keadaan Fisiologik
1. Hormon
Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen, tiroksin, dan kortikosteroid. Masa
pertumbuhan rambut 0,35 mm/hari, lebih cepat pada wanita daripada pria. Hormon androgen
dapat merangsang dan mempercepat pertumbuhan dan menebalkan rambut di daerah janggut,
kumis, ketiak, kemaluan, dada, tungkai laki-laki, serta rambut-rambut kasar lainnya. Namun,
pada kulit kepala penderita alopesia androgenetik hormon androgen bahkan memperkecil
diameter batang rambut serta memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita
aktivitas hormon androgen akan menyebabkan hirsutisme, sebaliknya hormon estrogen dapat
memperlambat pertumbuhan rambut, tetapi memperpanjang anagen. (Suling, Pieter L;
Kusumadewi, dkk; Soepardiman, Lily. 2010)
2. Nutrisi
Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama malnutrisi protein dan kalori.
Pada keadaan ini rambut menjadi kering dan suram. Adanya kehilangan pigmen setempat
sehingga rambut tampak berbagai warna. Kekurangan vitamin B12, asam folat, asam animo,
karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan zat besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut.
(Soepardiman, Lily. 2010; Suling, Pieter L)
3. Kehamilan
Pada kehamilan muda, yaitu tiga bulan pertama, jumlah rambut telogen masih dalam
batas normal, tetapi pada kehamilan tua menurun sampai 10%. (Kusumadewi, dkk)

Universitas Sumatera Utara

4. Masa balig
Pada masa ini terjadi peningkatan kadar hormon seks. Ini berakibat pertumbuhan rambut
ketiak dan rambut kemaluan, tetapi rambut kepala justru akan rontok. (Kusumadewi, dkk)
5. Kelahiran
Dalam masa 3 bulan setelah melahirkan folikel-folikel rambut kepala sang ibu dengan
cepat beralih ke fase telogen, sehingga selama masa ini dijumpai nilai telogen 35%.
(Kusumadewi, dkk)
6. Masa baru lahir
Jika rambut janin dalam rahim seluruhnya berada dalam fase anagen, maka beberapa
minggu setelah bayi lahir akan tampak kerontokan rambut, yang disusul dengan pertumbuhan
rambut baru selama tahun pertama dan kedua kehidupannya. (Kusumadewi, dkk)
7. Masa menjadi tua
Wanita dan pria sama-sama menderita kerontokan rambut karena usia lanjut. Kerontokan
dimulai di ubun-ubun, dahi, dan pelipis, lalu bergeser ke belakang. Di bagian-bagian ini fase
anagen rambut menjadi singkat, rambut lebih cepat rontok dan rambut halus tumbuh sebagai
gantinya (Kusumadewi, dkk), folikel rambut mengalami atrofi, fase pertumbuhan bertambah
singkat, rambut lepas lebih cepat dan densitas rambut juga berkurang. (Pusponegoro, Erdina
H.D. 2002)
8. Vaskularisasi
Vaskularisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut, namun bukan merupakan
penyebab primer dari gangguan pertumbuhan rambut, karena destruksi bagian 2/3 bawah folikel
sudah berlangsung sebelum susunan pembuluh darah mengalami perubahan. (Suling, Pieter L)
2.1.5.2 Keadaan Patologik
1. Peradangan sistemik/setempat
Kuman lepra yang menyerang kulit akan menyebabkan kulit menjadi atrofi dan folikel
rambut rusak, akan terjadi kerontokan rambut pada alis mata dan bulu mata (madarosis). Pada
penyakit eritematosis sifilis stadium II dapat menyebabkan rambut menipis secara rata maupun
setempat secara tidak rata sehingga disebut moth eaten appearance. Infeksi jamur di kulit kepala
dan rambut akan menyebabkan kerontokan maupun kerusakan batang rambut. Infeksi akut
lainnya seperti demam tinggi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut. Mekanisme

Universitas Sumatera Utara

terjadinya kerontokan setelah demam karena percepatan fase anagen ke telogen.(Soepardiman,


Lily. 2010; Suling, Pieter L)
2. Obat
Setiap obat menghalangi pembentukan batang rambut dapat menyebabkan kerontokan,
umumnya obat antineoplasma misalnya bleomisin, endoksan, vinkristin, dan obat antimitotik,
misalnya kolkisin. Obat antikoagulan heparin atau kumarin dapat mempercepat terjadinya
perubahan folikel anagen ke dalam fase telogen dalam jumlah besar, sehingga menyebabkan
effluvium telogen. Logam berat yang akan terikat pada grup sulfhidril dalam keratin antara lain
talium, merkuri dan arsen juga bisa mempengaruhi pertumbuhan rambut. (Soepardiman, Lily.
2010; Suling, Pieter L)
3. Mekanis
Mencabut rambut gada atau melukai folikel rambut akan mempercepat terjadinya masa
anagen dengan mempersingkat masa telogen. (Kusumadewi)
4. Kelainan endokrin
Kelainan endokrin dapat mempengaruhi fisiologi folikel rambut, menambah atau
mengurangi produksi rambut. Hipotiroidisme dapat menyebabkan mengecilnya diameter rambut
dan meningkatkan kerontokan rambut. (Pusponegoro, Erdina H.D. 2002; Suling, Pieter L)
5. Penyakit kronis
Kerontokan rambut tidak selalu didapatkan pada penyakit kronis, kecuali terdapat
kekurangan protein dalam jumlah besar. (Suling, Pieter L)
2.1.6 Efluvium (Kerontokan Rambut)
2.1.6.1 Definisi
Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut terminal dalam bentuk apapun dan
dimanapun asal mula terjadinya yang berkisar lebih dari 100 helai per hari. Dapat terjadi difus
atau lokal. Kelainan setempat dapat berupa unifokal atau multifokal. Bila kerontokan ini
berlanjut dapat terjadi alopesia (kebotakan). (Brown, Robin Graham dan Tony Burns;
Pusponegoro, Erdina H.D.2002)
2.1.6.2 Etiologi dan Patogenesis
Klasifikasi etiopatogenesis kerontokan rambut dapat membantu menentukan jenis
kerontokan rambut:

Universitas Sumatera Utara

1. Kegagalan pertumbuhan rambut, umumnya disebabkan oleh karena displasia ektodermal


akibat gangguan genetik.
2. Abnormalitas batang rambut meliputi: a). instrinsic hair breakage dan b). unruly hair, dapat
terjadi secara kongenital akibat kelainan metabolik atau didapat akibat kerusakan mekanik atau
kimia.
3. Abnormalitas siklus rambut (jumlah rambut yang lepas meningkat), dapat menyebabkan
effluvium telogen, effluvium anagen, dan alopesia areata.
4. Kerusakan folikel rambut dapat disebabkan oleh faktor eksogen (trauma/tekanan), faktor
endogen (infeksi/keganasan/beberapa penyakit dengan proses destruktif) dan aplasia kutis
kongenital. (Suling, Pieter L)

2.1.6.3 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, klasifikasi kerontokan rambut dapat dibagi menjadi:
kongenital, kelainan siklus pertumbuhan rambut, kelainan batang rambut, obat, gangguan
hormonal, trauma, infeksi, dan penyakit dengan proses destruktif. (Suling, Pieter L)
Kerontokan rambut akibat trauma
Secara umun, kerontokan rambut atau alopesia yang disebabkan oleh trauma mekanis
dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu trauma, tekanan, dan tarikan.
a. Alopesia traumatic
Kerontokan rambut sampai alopesia akibat trauma memilki daerah yang berbatas tegas
dan merupakan penyebab tersering alopesia sikatrisial.
b. Alopesia karena tekanan
Tekanan yang lama, misalnya pada pasien yang berbaring lama dapat menyebabkan
iskemia, nekrosis, dan ulserasi di kulit kepala. Keadaan ini mengakibatkan kerontokan rambut
yang berkembang menjadi alopesia sikatrisial yang umumnya bersifat irreversibel.
c. Alopesia karena tarikan
Tarikan kronis dapat menyebabkan atrofi folikel rambut disertai inflamasi folikular dan
rambut yang patah mengakibatkan kerontokan rambut sampai alopesia setempat. Keadaan ini
dapat dijumpai pada gadis-gadis remaja dengan kuncir ekor kuda yang kencang, pemuda-pemuda
sich dan anak-anak Afro-Karabia dengan kuncir-kuncir kecil di rambut serta pada keadaan
trikotilomania. (Suling, Pieter L)

Universitas Sumatera Utara

2.2.

Pelurusan Rambut

2.2.1 Meluruskan Rambut Dengan Teknik Rebonding


Ada beberapa teknik pelurusan rambut, diantaranya adalah dengan teknik pengepresan,
teknik smoothing (tanpa alat), dan teknik rebonding. Namun penulis akan membahas tentang
teknik rebonding saja sesuai judul penelitian ini.
2.2.1.1 Sejarah rebonding
Rebonding atau teknik pelurusan rambut sudah ada sejak zaman dahulu, namun sampai
dengan tahun 1996 penglurusan dilakukan dengan menggunakan teknik papan, dari tahun 1997
sampai 1999 hanya melakukan teknik smoothing, dimana hasil yang didapatkan belum sempurna
dan tidak terlihat natural. Pada tahun-tahun tersebut digolongkan pada Era Straightener.
Memasuki tahun 2000 sampai 2002 ada terobosan baru/penemuan alat catok Ceramid, kemudian
sekitar tahun 2003 sampai 2005 maju lagi dengan teknik rebonding system, dimana hasil yang
didapatkan telihat alami dan lebih tahan lama. Pada tahun-tahun ini digolongkan pada Era
Rebonding. Sekitar tahun 2006 sampai 2007 berkembang teknik terbaru dengan Natural
Express Rebonding. Dengan kemajuan teknologi canggih, digital turbo ion dan bionic hair
drayer dalam waktu tidak sampai 2 jam kita sudah dapat merasakan dan melihat hasilnya dan
kita sudah dapat membentuk style sesuka hati ala Natural Express Rebonding. Pada tahun 2007
berkembang Rebon cling with I zone. (Rostamailis, dkk. 2008)
2.2.1.2. Rebonding
Rebonding adalah suatu teknik meluruskan rambut dimana setelah dilakukan smoothing,
rambut dicuci dan dikeringkan dengan tingkat kekeringan 50 sampai 70%, kemudian rambut
dicatok dengan memakai alat. Kelebihan dari teknik rebonding adalah rambut bisa lurus lebih
maksimal dan hasil pelurusan lebih tahan lama. Akan tetapi teknik ini juga mempunyai
kekurangan, dalam penggunaan alat iron hendaklah ekstra hati-hati dan pelaksanaan harus sesuai
dengan standar teknik produk yang digunakan. (Rostamailis, dkk. 2008)
Sebelum melakukan pelurusan rambut dengan teknik rebonding, rambut juga harus
dianalisa terlebih dahulu seperti yang sudah dijelaskan pada uraian sebelumnya guna
menentukan:
1) Formula apa yang akan digunakan/dipakai (sesuai dengan jenis dan kondisi rambut).
2) Rambut re-growth dan rambut yang sudah di rebonding .

Universitas Sumatera Utara

a. Rambut tumbuh baru dengan jenis keriting, terbagi; keriting kribo, keriting asli dan
keriting ikal, maka dilakukan pengolesan cream.
b. Rambut yang sudah di rebonding beberapa waktu yang lalu, maka dilakukan treatment
terlebih dahulu.
3) Perlu tidaknya di treatment terlebih dahulu (dengan menggunakan HAIR REPAIR). Ini
tergantung tingkat kerusakan rambut. (Rostamailis, dkk. 2008)
Tingkat kerusakan rambut umumnya dapat dikelompokkan pada tingkatan ringan, sedang
(pourositas area 1 dan 2) dan rusak parah (pourositas area 3).
1) Kerusakan ringan, penyebabnya adalah sinar matahari, air dan proses styling. Adapun ciricirinya rambut terlihat kusam, kering dan kemerahan.
2) Kerusakan sedang (pourositas area 1 dan 2), penyebabnya adalah proses kimia. Ciri-cirinya
rambut kusam, kering dan kasar serta kemerahan.
3) Rusak parah (pourositas area 3), penyebabnya bleaching. Ciri-cirinya rambut terlihat kusam,
kering dan kasar, kemerahan serta seperti kapas. Sebelum melakukan pelurusan teknik
rebonding, lakukan terlebih dahulu; persiapan area kerja, peralatan, lenan dan bahan kosmetika
yang diperlukan. Jangan lupa mensterilkan semua peralatan dan lenan yang akan digunakan.
Tempatkan model/pelanggan pada tempat yang sudah disediakan. Lakukan pendekatan dan
konsultasikan model keinginannya. Analisa kondisi kulit kepala dan rambut klien dengan
seksama, untuk menentukan produk yang cocok untuk dipergunakan. (Rostamailis, dkk. 2008)
Dengan semakin majunya perkembangan IPTEK dibidang kecantikan rambut, maka saat
ini banyak produk yang ditawarkan dengan kualitas yang lebih bagus untuk menanggulangi
kerusakan rambut. Seperti halnya produk pelurus rambut telah disediakan berbagai jenis
kosmetika yang dalam pemakaiannya disesuaikan dengan kondisi rambut dan penggunaannya
secara step by step. (Rostamailis, dkk. 2008)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai