Pengertian
Menghilangkan kotoran pada rambut dan kulit kepala dengan menggunakan sabun atau sampo
kemudian di bilas dengan air bersih
Tujuan
Dilakukan
Indikasi
Persiapan alat
1. Baki berisi:
f. Sabun/sampo
g. Alas (handuk/perlak)
h. Talang karet
i. Kom kecil (mangkok) serta kain kasa dan kapas dalam tempatnya 2-3 potong
l. Celemek
2. Gayung
4. Kain pel
5. Ember kosong
Prosedur pelaksanaan
3. Cuci tangan
4. Pakai celemek
6. Atur posisi tidur klien senyaman mungkin dengan kepala dekat sisi tempat tidur
8. Letakkan ember yang dialasi kain pel di lantai, di bawah kepala klien
10. Tutup lubang telinga luar dengan kapas dan tutup mata klien dengan kasa
12. Sisir rambut kemudian siram dengan air hangat dengan menggunakan gayung
13. Gosok pangkal rambut dengan kain kasa yang telah di beri sampo kemudian urut denga ujung
jari. Kasa kotor di buang ke bengkok
16. Angkat talang, masukkan ke dalam ember, dan letakkan handuk dalam baki
17. Kembalikan klien pada posisi semula dengan cara mengangkat kepala dan alasnya serta
meletakkannya di atas bantal
18. Sisir rambut klien dengan sisir bersih dan biarkan kering atau keringkan dengan alat pengering
rambut lalu sisir sampai rapi
19. Rapikan klien
24. Cuci tangan
25. Dokumentasikan tindakan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
anugerah kepada penyusun untuk dapat menyusun makalah yang berjudul
“Pemberian obat melalui Injeksi”.
Makalah ini disusun berdasarkan hasil data-data dari media elektronik berupa
Internet dan media cetak.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam
menambah pengetahuan atau wawasan mengenai Pemberian obat melalui Injeksi.
Penyusun sadar makalah ini belumlah sempurna maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi sempurna.
Ciamis, 17 September 2012
Penyusun
Andang herdiana
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar…………………………………………………………………… 1
Daftar Isi…………………………………………………………………………….. 2
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………… 3
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 3
1.2 Tujuan Penulisan …………………………………………………… 3
BAB II Pembahasan……………………………………………………………….. 4
2.1 Pengertian Injeksi…………………………………………………… 4
2.2 Tujuan injeksi………………………………………………………… 4
2.3 mengidentifikasi penyebab penyakit………………………………. 4
2.4 Definisi pemberian obat……………………………………………… 4
2.5 Mengetahui dosis obat……………………………………………… 5
2.6 Macam-macam injeksi……………………………………………….. 7
2.7 Prosedur Pemberian obat secara Oral ……………………………. 9
BAB III Penutup…………………………………………………………………… 10
3.1 Simpulan………………………………………………………………. 10
3.2 Saran…………………………………………………………………… 10
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………. 1
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN INJEKSI
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir.
Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan
menggunakan teknik steril.
2.2 TUJUAN INJEKSI
Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses
penyerapan (absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.
2.6 MACAM-MACAM INJEKSI
INJEKSI INTRA VENA (IV)
Sedikit penjelasan mengenai INJEKSI INTRA VENA (IV):
Gunakan ALCOHOL SWAB untuk men-STERIL-kan wilayah injeksi.
Gunakan jarum paling tipis (JARUM NO.30) atau WING NEEDLE (no. 27). Bila jenis
produk yang digunakan LEBIH dari 1, disarankan untuk memasukkan satu per satu
secara BERGANTIAN dengan wing needle (Pangkal wing needle dapat dipisahkan
dengan spuit TANPA harus MELEPAS jarum)
Pada akhir proses persiapan, DORONG pompa spuit sampai CAIRAN KELUAR
SEDIKIT untuk memastikan seluruh UDARA dalam tabung sudah keluar.
Posisi jarum waktu dimasukkan adalah SEJAJAR dengan kulit (1 S/D 5 DERAJAT)
Masukan cairan secara PERLAHAN-LAHAN untuk mencegah pecahnya pembuluh
darah. Dalam hal ini, wing needle dapat membantu memperlambat proses injeksi.
3.1 Simpulan
Dengan melihat definisi, ciri injeksi yang telah disebutkan diatas dapat kita
analisis bahwa keperawatan di Indonesia dapat dikatakan sebagai suatu profesi.
Karena memiliki ciri-ciri dari profesi yaitu mempunyai body of knowledge,
berhubungan dengan nilai-nilai sosial, masa pendidikan, motivasi, otonomi,
komitmen, kesadaran bermasyarakat, yang ikut bertanggung jawab dalam
membantu klien sebagai individu, keluarga, maupun sebagai masyarakat, baik
dalam kondisi sehat ataupun sakit, yang bertujuan untuk tercapainya pemenuhan
kebutuhan dasar klien, dalam mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal,
dalam menentukan tindakan keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan,
komunikasi interpersonal serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
3.2 Saran
Penyusun berharap agar semua perawat dapat meningkatkan kualitas
kerjanya dan mampu menjadi seseorang yang profesional dalam bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tujuan.
Tindakan enema diberikan dengan tujuan untuk mengeluarkan feses dan flatus.
Manfaat.
Tindakan ini dapat digunakan sebagi:
1. Pertimbangan medis sebagai metoda pengosongan feces dengan segera dari
kolon, seperti: tindakan pre operasi, konstipasi, toilet training pada akan-anak
dengan encopresis.
Pada perkembangannya penggunaan enema saat ini jauh lebih spesifik dari masa
awal keberadaannya.
LANDASAN TEORI
Pada bagian ini akan dijelaskan latar belakang, tujuan dan manfaat tindakan,
indikasi dan kontra indikasi tindakan enema.
Latar belakang
Pada permulaannya tindakan enema dikenal dengan nama Clyster (abad ke 17 M)
menggunakan clyster syringe yang terdiri dari tabung syrine, pipa anus dan batang
pendorong. Clyster digunakan sejak abad ke 17 (atau sebelumnya) hingga abad ke 19,
kemudian digantikan dengan syringe balon, bocks, dan kantong.
Pada awal era modern Francis Mauriceau dalam The Diseases of Women with
Childmencatat para bidan memberikan enema pada wanita hamil menjelang
melahirkan.
Pada abad ke 20, enema digunakan secara luas di negara tertentu seperti amerika
serikat; saat itu enema merupakan ide yang sangat baik untuk cuci kolon pada kasus
fever, menjelang partus dengan tujuan untuk mengurangi keluarnya feces saat
partus. Beberapa kontroversi diperdebatkan penggunaan enema untuk mempercepat
proses melahirkan dengan menstimulasi terjadinya kontrkasi, pada akhirnya enema
dengan tujuan ini dilarang karena para obstetrik menggunakan oxytocin sebagai
penggantinya selain dikarenakan para ibu hamil merasa tidak nyaman dengan
tindakan enema ini.
Pada masa John Donne Elegy XVIII, pada masa itu kaum pria menyalahgunakan
tindakan enema dengan melukai selaput dara pengantin wanita menggunakan
clyster.
Clyster juga tercatat pada periode sado-masochistic, pada masa itu mereka
menggunakan enema sebagai tindakan disipliner. Khususnya wanita dihukum
menggunakan clyster berukuran besar untuk periode tertentu, sebagai contoh
ditemukan dalam The Prussian Girl oleh P.N Dedeaux.
Clyster merupakan pengobatan yang banyak digemari oleh orang berada dan
terhormat di dunia barat hingga abad ke 19.
William Laighton dari Portsmouth, New Hampshire merupakan orang pertama yang
mendapat hak paten untuk kursi enema pada 8 agustus 1846.
Hingga kini berbagai inovasi bentuk enema dan jenis enema dibuat dengan tujuan
untuk mempermudah dalam cara pemberian, faktor kenyamanan dan simpel.
Tujuan
Enema dilakukan untuk mengobati penyakit ringan seperti sakit perut, kembung;
namun pada perkembangannya digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda
seperti telah diuraikan dalam sejarah dilakukannya tindakan ini. Pada akhirnya
setelah ilmu pengetahuan medis berkembang dengan adanya penelitian dan
ditemukannya berbagai peralatan medis, penggunaan enema saat ini jauh lebih
spesifik dari masa awal keberadaannya.
Manfaat
Merangsang gerakan usus besar, berbeda dengan laxative. Perbedaan utama
terletak pada cara penggunaannya, laxative biasanya diberikan per oral
sedangkan enema diberikan langsung ke rectum hingga kolon. Setelah seluruh
dosis enema hingga ambang batas daya tampung rongga kolon diberikan, pasien
akan buang air bersamaan dengan keluarnya cairan enema ke dalam bedpan atau
di toilet. , larutan garam isotonik sangat sedikit mengiritasi rektum dan kolon,
mempunyai konsentrasi gradien yang netral. Larutan ini tidak menarik elektrilit
dari tubuh – seperti jika menggunakan air biasa – dan larutan ini tidak masuk ke
membran kolon – seperti pada penggunaan phosphat. Dengan demikian larutan
ini bisa digunakan untuk enema dengan waktu retensi yang lama, seperti
melembutkan feses pada kasus fecal impaction.
Membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi
seperti sigmoidoscopy atau colonoscopy. Untuk kenyamanan dan mengharapkan
kecepatan proses tindakan enema dapat diberikan disposibel enema dengan
konsentrasi lebih kental berbahan dasar air yg berisikan sodium phospat atau
sodium bikarbonat.
Sebagai jalan alternatif pemberian obat. Hal ini dilakukan bila pemberian
obat per oral tidak memungkinkan, seperti pemberian antiemetik untuk
mengurangi rasa mual, beberapa anti angiogenik lebih baik diberikan tanpa
melalui saluran pencernaan , pemberian obat kanker, arthritis, pada orang lanjut
usia yang telah mengalami penurunan fungsi organ pencernaan, menghilangkan
iritable bowel syndrome menggunakan cayenne pepper untuk squelch iritasi pada
kolon dan rectum dan untuk tujuan hidrasi.
Pemberian obat topikal seperti kortikosteroid dan mesalazine yang digunakan
untuk mengobati peradangan usus besar.
Pemeriksaan radiologi seperti pemberian barium enema. Enema berisi
barium sulphat , pembilasan dengan air atau saline dilakukan setelah selesai
dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi normal dari kolon tanpa komplikasi
berupa konstipasi akibat pemberian barium sulphat.