Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Mampu melakukan preparasi sampel
2. Mampu membuat grafik atau kurva standar
3. Mampu menentukan konsentrasi sampel

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Preparasi Sampel
Tiga pertimbangan menentukan bagaimana kita mengenalkan sampel pada
kromatografi gas. Pertama, semua konstituen sampel pasti volatil. Kedua, analit harus
hadir pada konsentrasi yang tepat. Akhirnya, proses fisik penyuntikan sampel jangan
sampai menurunkan pemisahan.
1. Mempersiapkan Sampel yang Volatile
Tidak setiap sampel bisa disuntikkan langsung ke dalam kromatografi gas. Untuk
bergerak melalui kolom, konstituen sampel harus mudah berubah-ubah. Suatu zat
terlarut dari volatilitas rendah dapat ditahan oleh kolom dan terus dielusi selama
analisis sampel selanjutnya. Larutan nonvolatile akan mengembun di bagian atas
kolom, merendahkan kinerja kolom.
Analit volatil sampel dapat dipisahkan dari komponen non volatile dengan
menggunakan teknik ekstraksi apa pun. Ekstraksi cairan cair analit dari matriks berair
menjadi metilena klorida atau pelarut organik lainnya adalah pilihan yang sama.
Ekstraksi fase padat juga digunakan untuk menghilangkan komponen non volatile
sampel.
Pendekatan menarik untuk mengisolasi analit adalah mikrokontroler fase padat
(SPME). Dalam satu pendekatan, yang diilustrasikan pada Gambar 2.1.1 berikut
Gambar 1.2.1 Ilustrasi SPME
Serat silika silika ditempatkan di dalam jarum semprit. Serat, yang dilapisi
dengan film tipis dari adsorben, seperti polydimethyl siloxane, diturunkan ke dalam
sampel dengan menekan plunger dan terpapar sampel untuk waktu yang telah
ditentukan. Setelah menarik serat ke dalam jarum, ia dipindahkan ke kromatografi gas
untuk dianalisis.
Dua metode tambahan untuk mengisolasi analit yang mudah menguap adalah
sampling pembersihan dan jebakan dan headspace. Dalam pembersihan dan
perangkap, gas inert dibungkus melalui sampel, melepaskan - atau membersihkan -
senyawa yang mudah menguap. Senyawa ini dibawa oleh gas pembersih melalui
jebakan yang mengandung bahan penyerap, seperti Tenax, di tempat
penyimpanannya. Pemanasan jebakan dan pembilasan kembali dengan gas pembawa
memindahkan senyawa yang mudah menguap ke kromatografi gas. Dalam
pengambilan sampel headspace, kami menempatkan sampel di botol tertutup dengan
ruang udara di atasnya. Setelah memberi waktu bagi analit yang mudah menguap
untuk menyeimbangkan antara sampel dan udara di atasnya, kami menggunakan
jarum suntik untuk mengekstrak sebagian fase uap dan menyuntikkannya ke dalam
kromatografi gas. Sebagai alternatif, kita bisa mencicipi headspace dengan SPME.
Desorpsi termal adalah metode yang berguna untuk melepaskan analit volatil
dari padatan. Ditempatkan sebagian padatan dalam tabung baja stainless berlapis
kaca. Setelah dibersihkan dengan gas pembawa untuk menghilangkan O2 yang
mungkin ada, kita memanaskan sampel. Volatile analit disapu dari tabung dengan
gas inert dan dibawa ke GC. Karena penguapan bukanlah proses yang cepat, analit
yang mudah menguap sering terkonsentrasi di bagian atas kolom dengan
mendinginkan inlet kolom di bawah suhu kamar, sebuah proses yang dikenal sebagai
fokus kriogenik. Setelah penguapan selesai, inlet kolom dipanaskan dengan cepat,
melepaskan analit untuk melakukan perjalanan melalui kolom.
Untuk menganalisis analit nonvolatile kita harus mengubahnya secara kimia
menjadi bentuk yang mudah menguap. Misalnya, asam amino tidak cukup mudah
menguap untuk dianalisis secara langsung dengan kromatografi gas. Bereaksi asam
amino dengan 1-butanol dan asetil klorida menghasilkan asam amino esterfied.
Perlakuan selanjutnya dengan asam trifluoroasetat memberikan turunan N-
trifluoroasetil-n-butil ester asam amino yang mudah menguap.
2. Mengatur Konsentrasi Analyte
Dalam konsentrasi analit terlalu kecil untuk memberi sinyal yang memadai,
maka perlu dipusatkan sebelum menyuntikkan sampel ke dalam kromatografi gas.
Manfaat sampingan dari banyak metode ekstraksi adalah bahwa mereka sering
memusatkan analit. Bahan organik volatil yang diisolasi dari sampel berair dengan
pembersih dan jebakan, misalnya, dapat dipekatkan sebanyak 1000 ×.
Jika analit terlalu terkonsentrasi, mudah untuk membebani kolom, sehingga
terjadi fronting puncak dan pemisahan yang buruk. Selain itu, konsentrasi analit dapat
melebihi respons linier detektor. Suntikan sampel kurang atau pengenceran sampel
dengan pelarut volatile (Thomas, 1991).
1.2.2 Jenis-jenis metode standar
Terdapat tiga metode analisis kuantitatif dengan menggunakan kromatografi
gas, yaitu metode standar kalibrasi, metode standar internal, dan metode normalisasi
area.
1. Metode standar internal
Metode standar internal dilakukan dengan menggunakan zat standar lain ( S)
yang ditambahkan ke dalam larutan standar X dan dalam larutan sampel yang
mengandung unsur X yang akan dianalisis dengan konsetrasi yang sama kemudian
larutan diukur pada panjang gelombang X dan panjang gelombang S (untuk detektor
UV).
Syarat untuk standar internal yang efektif, yaitu pertama harus menimbulkan
peak yang terpisah sepenuhnya, tapi harus terelusi dengan komponen-komponen yang
akan diukur. Kedua, tinggi atau luas peak harus sama dengan tinggi atau luas peak
dari komponen-komponen yang akan diukur. Ketiga, secara kimiawi harus serupa
dengan sampel, tapi tidak diperoleh dalam sample aslinya (Arnisfarida, 2010).
2. Kurva kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dengan mengalurkan grafik hubungan (Ix/Is) terhadap
konsentrasi (Cx) dari kurva tersebut dapat diperoleh harga konsetrasi zat sample yang
dianalisis.
y = bx + a
keterangan :
y = respon instrumen
x = kadar analit
a = intersep (intercept)
b = kemiringan (slope)
3. Normalisasi area
Normalisasi yaitu cara kuantitatif tanpa menggunakan larutan standar dengan
menghitung susunan komponen dalam % dengan mengukur setiap puncak dan
membaginya dengan area total. Pada cara ini dianggap semua zat terelusi secara
sempurna dan respon detektor sama secara kuantitatif.
Kelebihan Normalisasi :
a) Tidak diperlukan kalibrasi.
b) Perhitungan cepat dan sederhana.
c) Ukuran cuplikan yang diinjeksikan tidak perlu tepat sekali.
Kelemahan Normalisasi :
a) Seluruh komponen harus terelusi sempurna dan seluruh puncak komponen diukur
meskipun beberapa puncak pada kromatogram tidak diperlukan dalam analisa.
b) Jika detektor tidak memberikan isyarat yang sama terhadap seluruh komponen
atau bahkan ada beberapa komponen tidak terdeteksi maka perhitungan luas total
dan persen komponen dalam cuplikan dapat merupakan data yang salah
(pitacimin, 2017).
4. Metode satu standar
Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya Selanjutnya luas area larutan standar dan luas
area larutan sampel diukur dengan kromatografi.
Sehingga,
Konsentrasi larutan standar Luas area larutan standar
=
Konsentrasi larutan sampel Luas area larutan sampel
Konsentrasi larutan standar x Luas area larutan sampel
Konsentrasi larutan sampel=
Luas area larutan standar

1. Uji kuantitatif
Aplikasi kuantitatif yaitu perlu menetapkan kurva kalibrasi yang
menghubungkan respons detektor terhadap konsentrasi analit. Jika volume injeksi
identik untuk setiap standar dan sampel, maka standarisasi eksternal memberikan
hasil yang akurat dan tepat. Sayangnya, bahkan dalam kondisi terbaik, ketepatan
relatif untuk meniru suntikan mungkin berbeda sebesar 5% - karena secara
substansial lebih buruk. Untuk pekerjaan kuantitatif yang membutuhkan akurasi dan
ketepatan tinggi, penggunaan standar internal direkomendasikan (Thomas, 1991).
2. Uji kualitatif
Aplikasi kualitatif yaitu mengidentifikasi komponen campuran. Bila
menggunakan detektor nonspectroscopic, seperti detektor ionisasi nyala, kita harus
menemukan pendekatan lain jika kita perlu mengidentifikasi komponen campuran.
Salah satu pendekatannya adalah memunculkan sampel senyawa yang dicurigai dan
mencari peningkatan tinggi puncak. Kita juga dapat membandingkan waktu retensi
puncak dengan waktu retensi untuk senyawa yang diketahui jika kita menggunakan
kondisi operasi yang sama.
Karena waktu retensi senyawa pada dua kolom identik tidak sama persis -
perbedaan dalam efisiensi pengepakan, misalnya, akan mempengaruhi waktu retensi
zat terlarut pada kolom yang dikemas - tabel waktu retensi standar tidak berguna.
Indeks retensi Kovat menyediakan satu solusi untuk masalah pencocokan waktu
retensi. Di bawah kondisi isotermal, waktu retensi yang disesuaikan untuk alkana
normal meningkat secara logaritmik. Kovat mendefinisikan indeks retensi (Thomas,
1991).
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat :
1. GC varian 450
2. Jarum suntik (syiringe)
3. Komputer
4. Printer

2.1.2 Bahan :
1. Aquadest
2. Ethanol 100%
3. Sampel 3
4. Sampel 4

2.2 Prosedur Kerja


2.2.1 Pembuatan Larutan Standar ( Ethanol 5%, 10%, 15%, 20%,
25%, dan 30%)
1. Memipet 7,5; 14,67; 21,75; 28,8; 35,83; dan 15 mL larutan ethanol
100%
2. Memasukkan kedalam labu ukur 50 mL
3. Menambahkan aquades sampai tanda batas
4. Menghomogenkan
5. Memasukkan kedalam tabung reaksi
2.2.2 Menjalankan Instrumen
1. Membuka sumber gas helium dan udara tekan dan memastikan masing
– masing sesuai yaitu Nitrogen = 80 psi, Hidrogen = 40 Psi, Udara
Tekan = 60 Psi.
2. Menyalakan PC hingga tampil startup windows.
3. Menyalakan GC dengan mengatur power switch pada posisi ON
4. Mendouble klik icon Galaxie sehingga tampil dialog Galaxie
Workstation Connection.
5. Memasukkan user indification : analisa kemudian memilih project dan
memasukkan pasword : gc, kemudian mengklik OK hingga tampil
windoe Galaxie.
6. Pada menu File memilih open kemudian open method, memilih
method ON.
7. Pada bagian control klik button “over view” kemudian mengklik

button untuk mengaktifkan method. Menunggu samapai


status ready.
2.2.3 Membuat Method
1. Pada menu file memilih New dan new method
2. Memastikan bahwa system varian 450 GC terpilih kemudian
mengklik Next
3. Memasukkan nama method kemudian mengklik OK sehingga nama
method yang dibuat akan tampil
4. Mengklik pada bagian control sehingga akan muncul panel control
5. Mengklik button untuk menampilkan method section
6. Mengklik pada bagian injector dan melakukan pengaturan terhadap
heater, temperature: 170oC dan split state/ ratio pada front injector.
7. Mengklik pada bagian column oven dan melakukan pengaturan pada
temperature: 75oC, time dan stabilization time
8. Mengklik pada bagian column Pneumatis dan melakukan pengaturan:
- Front (EFC) : Checklist Constant flow, lalu mengatur flow
menjadi 1 mL/min
9. Mengklik pada bagian detector Front (FID) dan melakukan
pengaturan :
- Heater : ON (untuk mengaktifkan oven detector )
- Setpoint : temperature Detector (200oC)
- Electronic : ON ( Jika ingin mengkaktifkan detector)
- Range : Sensitivity Detector (12)
- Autozero : Fungsi Autozero
- N2 make Up : 28 ml/min
H2 : 30 ml/min
Air : 300 ml/min
- Pada kolom method mengklik pada bagian acquisition dan
mengatur injection volume dan acquisition length
10. Pada menu file pilih save dan save method
11. Mengklik bagian control klik button “ over view” kemudian

mengklik button untuk mengirim method ke alat GC.


Menunggu samapai status ready. Lalu klik ignate.
2.2.4 Melakukan Monitoring Baseline
1. Memilih menu bar system kemudian memberi check (V) pada system
yang sedang running sehingga tampil window monitoring.
2. Pada menu acquisition memilih monitoring baseline.
3. Memilih method oprasi kemudian mengklik ok sehingga monitoring
baseline dimulai.
4. Menunggu hingga monitoring baseline stabil dengan ciri-ciri peak
yang sudah terbentuk serupa (garis lurus)
5. Mengakhiri monitoring baseline dapat dilakukan dengan mengklik
button stop.
2.2.5 Menginjeksi Sampel
1. Pada menu acqusition, memilih quick start sehingga tampil dialog
quick start dan memilih.
2. Memilih method analisa kemudian mengklik ok
3. Pada area sampel information, memasukkan identitas injeksi/sampel
pada field file prefix, identifien, vial , Injection volum
4. Menempatkan sampel sesuai dengan vial yang dipilih kemudian
mengklik button inject dan memulai proses injeksi
5. Menunggu stabilizing selama 2 menit
2.2.6 Melihat dan Mencetak Chromatogram
1. Pada menu file memilih open dan open chromatogram sehingga
tampil dialog open file
2. Memilih file chromatogram, kemudian mengklik open sehingga akan
terbuka file chromatogram yang dipilh
3. Mengklik pada bagian result sehingga result peak akan tampil pada
panel sebelah kanan
4. Untuk mengaktifkan result file, pada menu file memilih print preview
5. Mengklik button print
2.2.7 Mematikan Instrumen

1. Membuka method off dan mengklik menunggu sampai


status ready dan memastikan bahwa column oven = 30 oC, dan
seluruh injectordan detector lebih kecil dari 100 oC
2. Menutup aplikasi software galaxie workstation dengan memilih quit
pada menu file
3. Mematikan GC dengan mengatur power swicth pada posisi OFF
4. Menutup semua tabung gas
5. Melakukan Prosedur Shut Down PC
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

Tabel 3.1 Data hasil pengamatan


Retention Luas Area
No Nama Analis Komponen
Time (RT) (µV.min)
Benzene 20% 2.96 1888595.1
1 Septian TO 75
Etanol 80% 2.49 3701624.8
Benzene 40% 2.95 4130822.6
2 Juni TO 75
Etanol 60% 2.40 3075150.9
Benzene 60% 2.95 5493690.4
3 Lia TO 75
Etanol 40% 2.49 2180037.2
Benzene 80% 2.95 5302884.5
4 Eliana TO 75
Etanol 20% 2.50 1100949.2
5 Nova TO 75 Benzene 100% 2.96 5534385.4
6 Shereen TO 75 Etanol 100% 2.49 4533467.5
2.96 30718751.6
7 Faizal TO 75 Sampel 3
2.50 2562936.8
2.95 4176173.0
8 Aminudin TO 75 Sampel 4
2.49 2419513.6

3.2 Pembahasan
Pada praktikkum gas chromatografi 2 bertujuan agar mampumelakukan
preparasi sampel, mampu membuat kurva standar dan mampu menentukan
konsentrasi sampel nomor 3 dan sampel nomor 4. Gas chromatografi (GC)
adalah suatu metode analisa yang didasarkan pada pemisahan fisik zat
organik/anorganik yang stabil pada pemanasan dan mudah diuapkan
(volatil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju masing-masing komponen
untuk masuk dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorbsi antara
fasa mobile (gas) dan fasa stationer (cairan). Larutan sampel dan standar
yang digunakan pada praktikkum kali ini adalah campuran benzene dan
etanol.
Pada tujuan pertama yaitu mampu melakukan preparasi sampel. Syarat
sampel yaitu mudah menguap dan stabil pemanasan, dimana sampel yang
digunakan yaitu sampel nomor 3 dan sampel nomor 4. Selain itu juga
dilakukan preparasi standar benzene 20%, 40% 60%, 80%, dan 100%
dengan etanol sebagai pelarut, serta standar etanol 100%. Etanol disini
biasa disebut sebagai pelarut serbaguna yang larut dalam air dan pelarut
organik seperti benzene. Larutan standar yang digunakan yaitu sebanyak 6
mL. Pada benzene 20% memipet 1.2 mL dan etanol 4.8 mL. Pada benzene
40% memipet 2.4 mL dan etanol 3.6 mL. Pada benzene 60% memipet 3.6
mL dan etanol 2.4 mL. Pada benzene 80% memipet benzene 4.8 mL dan
etanol 1.2 mL. Pada benzene 100% memipet 6 mL benzene dari larutan
induk serta pada etanol 100% memipet 6 ml dari larutan induk etanol. Dari
larutan induk masing – masing diletakkan kedalam vial. Tujuan dari
pembuatan larutan standar pada praktikkum ini adalah untuk membuat
kurva standar. Tujuan dari preparasi sampel yaitu untuk mendapatkan
larutan sampel yang volatil sehingga dapat dianalisa dengan alat GC. Dari
GC 2 dapat menentukan dengan 2 metode analisa yaitu analisa kuantitatif
untuk menentukan jenis sampel dengan perbandingan waktu retensi antara
komposisi larutan standar yang diinput dan dianalisa kuantitatif untuk
menentukan konsentrasi sampel berdasarkan luas area. Suhu oven yang
digunakan adalah 750C, suhu injektor yang digunakan adalah 1700C, dan
suhu detektor yang digunakan adalah 2000C.
Untuk memperoleh data kita harus mengetahui retention time yang tepat
dari masing – masing konsentrasi dengan membandingkan retention tome
standar campuran benzene – etanol dengan standar benzene 100% dan
standar etanol 100%. Dimana didapatkan waktu retensi pada masing –
masing larutan 100% yaitu 2.96 min dan 2.49 min. Waktu retensi standar
tersebut digunakan untuk analisa kualitatif. Ketika sampel 3 dianalisa
timbul 2 peak yang menandakan terdapat 2 komponen yang terkandung.
Retention time peak pertama yaitu 2.96 mindan retention time peak kedua
yaitu 2.50 min. Sehingga dapat diketahui bahwa peak etanol. Pada sampel
4 dianalisa, timbul juga 2 peak yang menandakan terdapat 2 komponen
yang terkandung. Retention time peak pertama yaitu 2.95 min dan retention
time peak keduan yaitu 2.49 min. Sehingga dapat diketahui peak pertama
adalah benzene dan peak kedua adalah etanol. Pada tujuan kedua
praktikkum ini, selanjutnya dilakukan metode analisa kuantitatif
berdasarkan metode kurva standar. Pada saat mengolah data menjadi kurva
standar, nilai standar pada konsentrasi 60% kami hilangkan, karena titik
pada konsentrasi 60% memiliki luas area yang tidak linier terhadap titik-
titik disekitarnya. Terbukti pada saat pembuatan kurva standar, garis liner
yang dihasilkan sangat jauh terhadap titik 60%. Hal ini dapat disebabkan
karena pada saat proses preparasi sampel sifat homogenisasi dari
komponen-komponen tersebut yang tidak dapat bercampur dengan
sempurna. Kurva standar diperoleh dari larutan standar yang sesuai, dengan
konsentrasi 100%. Sebagai pembanding konsentrasi yang merupakan
sumbu y sehingga diperoleh hubungan linieritasnya. Digunakan luas area
karena berbanding lurus dengan konsentrasi, dimana bertambahnya jumlah
analit yang diberikan, maka luas peak yang terbentuk juga bertambah
besar. Berdasarkan data percobaan didapatkan dua kurva standar yaitu :
1. Persamaan kurva standar benzene y = 4.106x + 2.106 dengan R2 =
0.8586
2. Persamaan kurva standar benzene y = 4.106x + 402259 dengan R2 =
0.9914
Dari persamaan kurva standar melalui analisa kuantitatif, kita dapat
menentukan konsentrasi sampel 3 dan sampel 4 pada tujuan ketiga
berdasarkan luas area yang terbaca. Sampel 3 peak waktu 2.96 min dengan
luas area 3071875.6 µV.min didapat konsentrasinya 54.516% benzene
melalui kurva standar benzene, serta peak diwaktu 2.50 min dengan luas
area 2562936.8 µV.min didapat konsentrasinya 45.848% etanol melalui
kurva etanol. Sampel 4 peak waktu 2.95 min dengan luas area 4176173.0
µV.min didapat konsentrasinya 63.371% serta peak diwaktu 2.49 min
dengan luas arean 2419513.6 µV.min didapatkan konsentrasinya yaitu
36.683% etanol melalui kurva etnaol. Namun berdasarkan perhitungan,
konsentrasi sampel 3 terdiri dari 26.7968% benzene dan 54.0169% etanol
tidak mencapai 100% dan konsentrasi sampel 4 terdiri dari 54.4043%
benzene dan 50.4313% etanol ini melebihi 100%. Hal ini mungkin
disebabkan karena injeksi dilakukan oleh analis yang berbeda beda
sehinggan mempengaruhi nilai deviasi dari pembacaan sampel tersebut.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikkum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari preparasi sampel, mendapatkan sampel yang bisa dianalisa
dengan GC yaitu volatil dan mudah dipisahkan.
2. Dari data larutan standar yang telah sesuai, dimana konsentrasi 100%
sebagai pembanding diperoleh kurva standar benzene y = 4.106x +
2.106 dengan R2 = 0.8586 serta kurva standar benzene y = 4.106x +
402259 dengan R2 = 0.9914.
3. Didapatkan konsentrasi sampel 3 sebesar 26.7968% benzene dan
54.62169% etanol serta konsentrasi sampel sebesar 54.4043% benzene
dan 50,4313% etanol.

4.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, disaran agar :
1. Penginjeksian sampel dilakukan dengan kecepatan konstan dan
volume yang kecil agar sampel dapat terpisah dengan baik.
2. Syiringe yang digunakan pada saat menyuntik sampel diusahakan tidak
ada gelembung udara dan bebas dari pengotor.
DAFTAR PUSTAKA

Khopkar,S.M.2007. “ Konsep Dasar Kimia Analitik “. Jakarta : UI Press


Tim Laboraturium Analitik Instrument.2017.” Penuntun Praktikum Analitik
Instrument Semester III “. Samarinda : POLNES
Anonim. 2012. Analisis Kromatografi Gas. Didownload di http://scribd.com//
pada 17 Desember 2016.
LAMPIRAN

Preparasi Larutan
1. Benzene 20%
20
x 6 mL = 1.2 mL
100
2. Benzene 40%
40
x 6 mL = 2.4 mL
100
3. Benzene 60%
40
x 6 mL = 3.6 mL
100
4. Benzene 80%
80
x 6 mL = 4.8 mL
100
5. Benzene 100%
100
x 6 mL = 6 mL
100
6. Etanol 100%
100
x 6 mL = 6 mL
100

Konsentrasi sampel 3
1. Benzene
y = 4.106x + 2.106
3071875.6 = 4. 106 x + 2. 106
1071875.6 − 2. 106 = 4. 106 x
1071875.6
=x
4. 106
x = 0.26797
x = 26.7968%
2. Etanol
y = 4.106x + 402259
2562936.8 = 4. 106 x + 402259
1071875.6 − 402259 = 4. 106 x
2160677
=x
4. 106
x = 0.5402
x = 54.0169%

Konsentrasi sampel 4
1. Benzene
y = 4.106x + 2.106
3071875.6 = 4. 106 x + 2. 106
1071875.6 − 2. 106 = 4. 106 x
1071875.6
=x
4. 106
x = 0.26797
x = 26.7968%

2. Etanol
y = 4.106x + 402259
2562936.8 = 4. 106 x + 402259
1071875.6 − 402259 = 4. 106 x
2160677
=x
4. 106
x = 0.5402
x = 54.0169%
Grafik kurva standar
1. Benzene
Komposisi Luas Area
20% 1888595.1
40% 4130822.6
80% 5302884.5
100% 5534385.4

Kurva Standar pada Benzene


7000000.0

6000000.0

5000000.0

4000000.0

3000000.0 y = 4E+06x + 2E+06


R² = 0.8586
2000000.0

1000000.0

0.0
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

2. Etanol
Komposisi Luas Area
20% 1100949.2
40% 2180037.2
60% 3075150.9
80% 3701624.8
100% 4533467.5
Kurva Standar pada Etanol
5000000
4500000 y = 4E+06x + 402259
R² = 0.9914
4000000
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Anda mungkin juga menyukai