PENDAHULUAN
1. Apa saja yang termasuk kation golongan I, II, III, IV, dan V?
2. Apa saja reagen reagen dalam kation golongan I, II, III, IV, dan V?
4. Apa hasil dari identifikasi kation golongan I, II, III, IV, dan V?
1
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kation golongan I, II, III, IV, dan V
2. Untuk mengetahui apa saja reagen dalam kation golongan I, II, III, IV, dan V
3. Untuk mengetahui reaksi identifikasi kation golongan I, II, III, IV, dan V
4. Untuk mengetahui hasil identifikasi kation golongan I, II, III, IV, dan V
1.4 Manfaat
Makalah kation ini digunakan sebagai penunjang untuk melakukan praktikum
KimiaAnalisa dan diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan mengenai
kation dan penggolongannya serta reaksi di dalamnya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kation berasal dari bahasa Yunani yaitu κάτω (káto), yang berarti "turun" yang berarti
ion dengan jumlah elektron lebih sedikit daripada proton, memberikan muatan positif.
Kation adalah ion bermuatan positif yang terbentuk ketika sebuah atom kehilangan satu atau
lebih elektron selama reaksi kimia. Kation memiliki muatan listrik positif, karena memiliki
lebih banyak proton daripada elektron, dan akan tertarik kepada anion, yang memiliki
muatan negatif.
Kation terdiri dari 5 golongan yaitu golongan I, II, III, IV, dan V terhadap beberapa
reagensia. Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum
adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi
ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan
membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan, bahwa klasifikasi kation yang
paling umum, didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari
kation tersebut
3
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut:
Golongan I, kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion
golongan ini adalah timbel, merkurium I (raksa), dan perak.
Golongan II, kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah
merkurium(II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik(III), arsenik(V), stibium(III), stibium(V),
timah(II), dan timah (III) (IV).
Golongan III, kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun hidrogen
sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan
amonium sulfida, dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah
kobalt(II), nikel(II), besi(II), besi(III), kromium(III), alumunium, zink, dan mangan(II).
Golongan IV, kation golongan ini tak bereaksi dengan reaggensia golongan I, II, dan III. Kation-
kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida,
dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium,
strontium,dan barium.
4
a. Timbal (Pb 2+ )
Timbal adalah unsur kimia yang memiliki lambang “Pb”, dengan nomor atom 82.
Unsur ini termasuk dalam golongan logam berwarna abu-abu kebiruan dengan rapatan
sebesar 11,48 g/ml pada suhu kamar. Timbal memiliki titik didih 1725 ºC. sedangkan
titik lelehnya adalah 327,4 ºC. Karena hal itu timbal bersifat lunak, mudah ditempa serta
tahan korosi. Reaksi ion timbal yaitu :
Hidrogen sulfida
Dalam suasana netral atau asam encer : Pb 2+ + H2S → PbS↓ + 2H +
Menghasilkan endapan hitam timbel sulfida. Pengendapan tidak sempurna terjadi apabila
konsenterasi asam mineral kuat lebih dari 2M.
Larutan Amonia
Pb 2+ + 2NH3 + 2H2O → Pb(OH) 2 ↓ + 2NH4 +
Menghasilkan endapan putih dari timbel hidroksida.
5
nomor atom 80. Unsur ini termasuk dalam golongan logam cair berwarna putih
keperakan pada suhu kamar. Rapatannya adalah 13,6 g/ml. Raksa memiliki titik didih
357 ºC dan titik leleh 38,4 ºC. Reaksi ion merkurium yaitu:
Hidrogen Sulfida
Hg 22+ + H2S → Hg↓ + HgS↓ + 2H +
Menghasilkan endapan hitam campuran merkurium (II) sulfida dan
logam merkurium.
c. Perak (Ag + )
Perak merupakan unsur kimia logam dengan lambang “Ag”, nomor atomnya
adalah 47. Logam perak mudah ditempa dan berwarna putih. Logam ini memiki
kerapatan 10,5 g/ml. Titik didih dan titik lelehnya adalah 2210 ºC dan 960,8 o C. Reaksi
ion perak yaitu:
6
Asam Klorida encer
Ag + + Cl - → AgCl↓
Menghasilkan endapan putih perak klorida.
Hidrogen Sulfida
Dalam bentuk gas atau larutan air jenuh dalam suasana netral atau asam
2Ag+ + H 2S → Ag2S↓ + 2H +
Menghasilkan endapan hitam perak sulfida.
Larutan Amonia
2Ag + + 2NH 3 + H 2 O → Ag 2 O↓ + 2NH 4 +
Menghasilkan endapan coklat perak oksida.
Natrium Karbonat
2Ag + + CO32- → Ag2CO3 ↓
Menghasilkan endapan putih kekuningan perak karbonat.
Kation golongan II terdiri dari merkuri (II), timbal (II), bismuth (III), tembaga (II),
kadmium (II), arsen (III) dan (V), stibium (III) dan (V), dan timah (II) dan (V). Reagensia
golongannya yaitu hidrogen sulfida (gas atau larutan-air jenuh). Reaksi golongan yaitu
terjadi endapan-endapan dengan berbagai warna HgS (hitam), PbS (hitam), Bi 2S3(coklat),
AS2S3 (kuning), Sb2S3 (jingga), SnS2 (coklat) dan SnS2 (kuning).
7
Kation golongan II dibagi menjadi dua sub-golongan, yaitu sub-golongan tembaga dan
sub-golongan arsenik berdasarkan kelarutan endapan sulfida dalam amonium polisulfida.
Sementara sulfida dari sub-golongan tembaga tak larut dalam reagensia ini., sulfida dari
sub-golongan arsenik melarut dalam membentuk garam TiO. Sub-golongan tembaga terdiri
dari merkurium(II), timbel(II), bismuth(II), tembaga(II), dan kadmium(II). Klorida, nitrat,
dan sulfat dari kation-kation sub-golongan tembaga, sangat mudah larut dalam air. Sulfida,
hidroksida, dan karbonat-nya tak larut.Sub-golongan arsenik terdiri dari ion arsenik(III),
arsenik(V), stibium(II), Stibium(V), timah(II), dan timah(V). Ion-ion ini mempunyai sifat
amfoter yaitu dapat bereaksi sebagai asam dan basa. Oksidanya membentuk garam baik
dalam asam maupun dengan basa.
1. Sub-golongan II A yaitu golongan Tembaga yang terdiri dari Hg2+, Pb2+, Bi3+, Cu2+, dan
Cd2+.
2. Sub-golongan II B yaitu golongan Arsen yang terdiri dari As3+, As5+, Sb3+, Sb5+, Sn2+,
dan Sn4+.
8
2. Reaksi Kation Timbal (II)
Timbal klorida direaksikan dengan hydrogen sulfida menghasilkan timbal (II)
sulfida dengan endapan hitam dan asam klorida.
PbCl2 + H2S → PbS↓ (hitam) + 2HCl
Timbal (II) nitrat direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan timbale sulfat
dengan endapan putih dan asam nitrat.
Pb(NO3)2 + H2SO4 → PbSO4 ↓ (putih) + 2HNO3
Bi + 3HCl → BiCl3↓ + 3H
3+ +
Bismut klorida direaksikan dengan asam sulfida menghasilkan bismut sulfida dengan
endapan hitam dan asam klorida.
9
Tembaga sulfida direaksikan dengan kalium heksasianoferat(II) menghasilkan
tembaga heksasianoferat (II) dengan endapan merah coklat dengan kalium sulfat.
2CuSO4 + K4[Fe(CN)6] → Cu2[Fe(CN)6] ↓ (merah coklat) + 2K2SO4
Hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh): endapan hitam, tembagaII sulfida
Cu2+ + H2S→ CuS ↓ + 2H+
10
2. Reaksi Kation Arsenik (V)
Hidrogen sulfida : tak terjadi endapan segera dengan adanya asam klorida encer. Jika
aliran gas diteruskan, campuran arsenik (III) sulfida, As2S3, dan belerang mengendap
dengan lambat. Pengendapan akan lebih cepat dalam larutan panas.
AsO43- + H2S → AsO33- ↓+ S + H2O
2AsO33- + 3H2S + 6H+ → As2S3 ↓+ 6H2O
Perak nitrat : endapan merah kecoklatan, perak arsenat Ag3AsO4, dari larutan netral.
AsO43- + 3Ag+ → Ag3AsO4 ↓
Hidrogen sulfida: endapan merah jingga stibium tri sulfida, Sb 2S3, dari larutan-larutan
yang tak terlalu asam. Endapan larut dalam asam klorida pekat panas dalam amonium
polisulfida (membentuk tioantimonat), dan dalam larutan hidroksida alkali
(membentuk antimonit dan tioantimonit).
2Sb3+ +3H2S → Sb2S3↓ + 6H+
Sb2S3 + 6HCl → 2Sb3+ + 6Cl- + 3H2S
Larutan natrium hidroksida atau amonia: endapan putih stibium (III) oksida terhidrasi
Sb2O3.xH2O, yang larut dalam larutan basa alkali yang pekat membentuk antimonat.
2Sb3+ + 6OH- → Sb2O3 ↓ + 3H2O
Sb2O3 + 2OH- → 2SbO2-↓ + H2O
11
4. Reaksi Kation Stibium (V)
Hidrogen Sulfida (H2S) : endapan merah-jingga stibium pentasulfida, Sb2S5, dalam
larutan yang sedang asamnya. Larutan ini larut dalam larutan amonium sulfida
menghasilkan tioantimonat.
2Sb5+ + 5H2S → Sb2S5↓ + 10 H+
Sb2S5 + 3S2- → 2SbS43-
asam.
Sn2+ + H2S → SnS↓ + 2H+
SnS↓ + S22- → SnS32- ↓ + H2S↓
Larutan narium hidroksida : endapan putih timah (II) hidroksida, yang larut
12
Larutan yang sudah diasamkan lalu dialiri gas H2S apabila tidak ada gas H2S bisa diganti
dengan larutan H2S jenuh berlebih, proses ini dilakukan untuk memisahkan kation glolongan II
dari kation III, IV, dan V. Kation II akan mengendap sebagai sulfidanya sedangkan golongan III,
IV, dan V tidak mengendap.
Larutan diencerkan dengan air kemudian dialiri gas H 2S kembali hal ini bertujuan untuk
menyempurnakan pengendapan kation golongan II sehingga tidak ada lagi kation yang belum
mengendap. Setelah tahap ini maka kation golongan II sudah berhasil dipisahkan dari golongan
yang lainnya dan mengendap.
13
2.5 Kation Golongan III
Kation golongan ke 3, ada beberapa unsur yaitu, Fe2+, Fe3+, Aluminium, Cr3+, Cr4+,
Nikel, Cobalt, Mangan (II dan VII) dan Zink. Untuk mengetahui senyawa kation golongan 3
dilakukan uji larutan dengan reagensia golongan menggunakan H2So4 dalam bentuk gas atau
larutan air jenuh dengan adanya ammonia dan ammonia klorida, ataupun dengan larutan
ammonium sulfida. Suatu senyawa kation golongan (III) jika direaksikan dengan beberapa
senyawa pereaksi, yang pertama besi (II) sulfida menghasilkan warna hitam, kedua ammonium
hidroksida menghasilkan warna putih, chromium (III) hidroksida menghasilkan larutan berwarna
hijau, nikel sulfida menghasilkan larutan berwarna hitam, cobalt sulfida menghasilkan warna
hitam, mangan (II) sulfida menghasilkan warna merah jambu, dan yang terakhir, zink sulfida
menghasilkan warna putih.
Logam-logam golongan ini tidak akan terendapkan oleh regensia golongan untuk
golongan I dan II, tetapi semuanya diendapkan dengan adanya ammonium klorida oleh hydrogen
sulfida dari larutan yang telah dijadikan basa oleh larutan ammonia. Logam-logam ini
diendapkan sebagai sulfida kecuali unsur aluminium dan cromium yang diendapkan sebagai
hidroksida, karena hirolisis sempuran dari sulfida dalam larutan air. Besi, aluminium, dan
cromium juga diendapkan sebagai hidroksida oleh larutan amonia dikarenakan adanya amonium
klorida, sedangkan dari logam-logam lain dari golongan ini tetap berada dalam larutan sebagai
sulfida oleh hidrogen sulfida. Maka golongan ini biasa dibagi menjadi golongan besi (besi,
aluminium, dan kromium) atau Golongan IIIA, dan golongan zink (nikel, koblat, mangan dan
zink) atau Golongan IIIB.
Besi yang murni adalah logam yang memiliki warna putih-perak, yang memiliki sifat
kukuh dan liat. Besi dapat melebur paa 1535℃. Jarang terdapat besi komersial yang murni,
biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisia, fosfossida, dan sulfida dari besi, serta
memiliki sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting alam kekuatan struktur
besi. Besi dapat imagnitkan. Larutan yang dapat melarutkan besi yaitu asam klorida encer atau
pekat dan asam sufat encer, pada mana dihasilkan garam-garam besi (II) dan gas hidrogen.
14
Fe + 2H+ → Fe2+ + H2
Fe + 2HCl → Fe2+ + 2Cl- + H2
Asam sulfat pekat yang panas, menghasilkan ion-ion besi (III) dan belerang dioksida :
Dengan asam nitrat encer dingin, terbentuk ion besi (II) dan amonia :
Asam nitrat pekat, dingin, membuat besi menjadi pasif alam keaaan ini. Ia tak akan bereaksi
dengan asam nitrat encer dan tak pula menesak tembaga dari larutan air suatu garam tembaga.
Asam nitrat atau asam nitrat pekat yang panas melarutkan besi dengan membentuk gas nitrogen
oksidan ion besi (III) :
Garam-garam besi(II) (atau fero) diturunkan dari besi (II) oksida, FeO.
Dalam larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion besi
(II) dapat mudah dioksidasikan menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat.
Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini. Garam-garam besi (III) diturunkan
ari oksida besi (III), Fe2O3. Mereka lebih stabil daripada garam besi(II). Dalam larutannya,
terdapat kation-kation Fe3+ yang berwarna kuning muda, jika larutan mengandung klorida,
warna menjadi semakin kuat, Zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi (II).
Reaksi-reaksi ion besi (II) pakailah larutan 0,5 M besi (II) sulfat,FeSO 4 .7H2O atau besi (II)
amonium sulfat (garam mohr : FeSO 4 .(NH4)2SO4.6H2O),Yang baru saja di buat dan samakan
dengan 50 ml M H2SO4 per liter,untuk mempelajari reaksi-reaksi ini.
15
1. Larutan Natrium Hidroksida menghasilkan endapan putih besi (II) hidroksida,Fe(OH) 2,bila tak
terdapat udara sama sekali.Endapan ini tak laturan dalam reagensia berlebihan,tetapi larut dalam
asam bila kenalan udara besi (II) hidroksida dengan cepat dioksidakan,yang pada akhirnya
menghasilkan besi (III) hidroksida yang coklat kemerahan.pada kondisi biasa Fe(OH)2 nampak
sebagai endapan hijau kotor ; dengan penambahan hydrogen peroksida.larutan natrium
hidroksida segera dioksidasikan menjadi besi (III) hidroksida:
2. Larutan Amonia akan terjadi pengendapan besi (II) hidroksida. Tetapi jika ada ion amanium
dalam jumlah yang banyak disosiasi amonium hidroksida tertekan. Dan konsertrasi ion hidroksil
semakin rendah,sampai sedemikian,sehingga hasilkali kelarutan besi (II) hidroksida,Fe(OH) 2 tak
tercapai,dan pengendapan tak terjadi.
3. Hidrogen Sulfida tak terjadi pengendapan dalam larutan asam,karena konsentrasi ion sulfida
(S2-),tak cukup untuk melampui hasil kali kelarutan besi (II) sulfida.konsentrasi ion hydrogen
jadi berkurang dan konsentrasi ion sulfide bertambah dengan sesuai,dengan penambahan larutan
natrium asetat,maka terjadi pengendapan sebagian besi (II)sulfide.FeS yang hitam.
4. Larutan amonium sulfide menghasilkan kelarutan hitam besi (II) sulfida,FeS yang larut
dengan mudah dalam asam,sdengan melepaskan hydrogen sulfida. Endapan yang basah,akan
menjadi coklat setelah kenal udara karena dioksidakan menjadi besi (III) sulfat
basah,Fe2O(SO4)2.
16
Fe2+ + 2CN- → Fe(CN)2 ↓
Fe(CN)2 ↓+ 4CN- → [Fe(CN6)]4-
6. Larutan kalium heksasianoferat (II) dalam keadaan tanpa udara sama sekali, akan terbentuk
endapan putih kalium besi (II) heksasianoferat:
7. Larutan kalium heksasianoferat (III) akan diperoleh endapan biru tua. Mula-mula ion
heksasionaferat (III) m.engoksidasikan besi (II) menjadi besi (III),pada mana terbentuk
heksasionaferat (II)
Dan ion-ion ini bergabung menjadi endapan yang disebut biru Turnbull:
4Fe3+ +3[Fe(CN)6]4- → Fe4[Fe(CN)6]3
8. Larutan amonium tiosianat tak diperoleh pewarnaan dengan garam-garam besi (II) yang murni
(perbedaan dari ion-ion besi (III)).
Ciri-ciri khas paling penting dari logam ini telah diuraikan dibagian atas.
Reaksi-reaksi ion besi (III) pakailah larutan 0,5M dari besi (III) klorida FeCl3.6H2O.
Larutan harus berwarna kuning jernih.jika larutan berubah menjadi coklat,karena hidrolsisi,harus
ditambahkan beberapa tetes asam klorida.
1. Larutan ammonia menghasilkan endapan coklat merah seperti gelatin dari besi (III)
hidroksida,yang tak larut dalam reagensia berlebihan,tetapi larut dalam asam.
17
Fe3+ + 3NH3 +3H2O → Fe(OH)3 ↓ + 4NH4+
Hasil kali kelarutan besi (III) hidroksida begitu kecil (3,8 x 10 -38), sehingga terjadi pengedapan
sempurna,bahkan dengan adanya garam-garam amonium.Besi (III) hidroksida diubah pada
pemanasan yang kuat menjadi besi (III) oksida;
Oksida yang dipijarkan dapat larut dengan sukar dalam larutan asam encer,tetapi melarut setelah
dididihkan dengan keras bersama asal klorida pekat.
2Fe(OH)3 ↓ → Fe2O3 + 3H2O
Fe2O3 + 6H+ → 2Fe3+ + 3H2O
Fe3+ + 3OH- → Fe(OH)3
3. Gas hydrogen sulfide dalam larutan asam mereduksi ion-ion besi (III) menjadi besi (II) dan
terbentuk belerang sebagai endapan putih-susu:
Jika suatu larutan netral besi (III) klorida ditambahkan pada larutan gidrogen sulfide jenuh yang
baru saja dibuat,timbul mula-mula pewarnaan kebiruan ,diikuti dengan pengendapan
belerang.warna biru ini disebabkan oleh larutan koloid belerang yang ukuran pertikelnya sangat
kecil.reaksi ini bisa dipakai untuk menguji baru atau tidaknya larutan-larutan hydrogen sulfide.
Belerang yang terbentuk halus itu tak dapat disaring dengan mudah dengan kertas saring biasa.
Dengan mendidihkan larutan bersama beberapa potong sobekan kertas saring,endapan
berkoagurasi dan bisa disaring.
4. Larutan amonium sulfida akan terbentuk endapan hitam,yang terdiri dari besi (II) sulfida dan
belerang.
18
Dalam asam klorida,endapan besi (II) sulfide hitam itu melarut dan warna putih dari belerang
menjadi nampak jelas:
Fe3+ + 3CN- → Fe(CN)3
Fe(CN)3 ↓ + 3CN- → [Fe(CN)6]3-
6. Larutan kalium heksasianoferat (II) akan menghasilkan endapan biru tua,besi (III)
heksasionoferat (Biru prusia) :
4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4- → Fe4[Fe(CN)6]3
Endapan ini tak larut dalam asam encer,tetapi terurai dalam asam klorida pekat.Reagensia yang
sangat berlebihan melarutkannya sebagian atai seluruhnya,pada mana diperoleh larutan yang
berwarna biru tua. Natrium hidroksida mengubah endapan menjadi merah,karena terbentuk besi
(III) oksida dan ion heksasianoferat (II)
19
7. Kalium heksasianoferat (III) akan menghasilkan pewarnaan coklat,oleh pembentukan
kompleks yang tak terdisosiasi, yaitu besi (III) heksasianoferat (III) :
Fe3++ [Fe(CN)6]3- → Fe[Fe(CN)6]
8.larutan dinatrium hydrogen fosfat akan terbentuk endapan putih kekuningan besi (III) fosfat :
9. Larutan natrium asetat akan diperoleh pewarnaan coklat kemerahan,yang disebabkan pleh
pembentukan ion kompleks dengan komposisi [Fe3(OH)2(CH3COO)6]+, reaksi :
Jika larutan diencerkan dan dididihkan,terbentuk endapan coklat kemerahan.besi (II) asetat basa:
3. Aluminium
Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa, bubuknya berwarna abu-abu.
Aluminium melebur pada suhu 695°C. Apabila terkena udara permukaan unsur aluminium
teroksidasi tetapi lapisan oksidasi ini melindungi aluminium dari oksida lebih lanjut. Asam
klorida encer dengan mudah melarutkan logam aluminium. Pelarutan lebih lambat dalam asam
sulfat encer atau asam nitrat encer : 2 Al + 6H+ → 2 Al3+ + 3 H2↑
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit merkurium (II) klorida pada
campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan aluminium : 2Al + 6H + → 2Al3+ + 3H2↑
Asam sulfat pekat melarutkan aluminium dengan membebaskan belerang yang dioksidasi:
Asam nitrat pekat membuat logam menjadi pasif. Dengan hidroksida – hidroksida alkali
terbentuk larutan tetrahidroksoaluminat:
20
2 Al + 2 OH- + 6 H2O → 2[Al(OH)4]- + 3H2 ↑
Ion – ion aluminium (Al3+) membentuk garam – garam yang tak berwarna dengan anion – anion
yang tak berwarna. Halida, nitrat, dan sulfatnya larut dalam air. Larutan ini memperlihatkan
reaksi asam karena hidrolisis. Aluminium sulfida dapat dibuat hanya dalam keadaan padat saja,
oleh karena itu dalam larutan air, ia terhidrolisis dan membentuk aluminium hidroksida,
Al(OH)3. Garam-garam rangkap dibentuk oleh aluminium sulfat dari kation-kation monovalent
dengan bentuk kristal yang menarik atau yang biasa disebut sebagai tawas.
Reaksi-reaksi ion alumunium (III) pakailah larutan 0,33M alumunium klorida AlCl 3, atau
larutan 0,166 M alumunium sulfat, Al2(SO4)3, 16H2O, atau tawas kalium, K2SO4.Al2(SO4)3.
24H2O, untuk mempelajari reaksi-reaksi ini.
1. Larutan ammonium akan menghasilkan endapan putih seperti gelatin, yaitu alumunium
hidroksida Al(OH)3, yang larut sedikit dalam reagensie berlebihan. Kelarutan berkurang
denganadanya garam-garam ammonium, disebabkan oleh efek ion sekutu. Sebagian kecil
endapan masuk kedalam larutan sebagai alumunium hidroksida koloid (sol alumunium
hidroksida): sol ini berkoagulasi pada pendidihan ataun pada penambahan garam-garam yang
larut (misalnya: ammonium klorida), dengan menghasilkan endapan alumunium hidroksida,
yang dikenal sebagi gel alumunium hidroksida. Untuk menjamin pengendapan yang sempurna
dengan larutan ammonia. Larutan alumunimu itu ditambahkan dengan sedikit berlebihan, dan
campuran dididihkan sampai cairan sedikit berbau ammonia. Bila baru diendapkan ia mudah
melarut dalam asam kuat dan basa kuat, tetapi setelah dididihkan ia menjadi sangat sedikit larut:
2. Larutan natrium hidroksida akan menghasilkan endapan putih alumunium hidroksida dengan
reaksi sebagai berikut:
21
Reaksi ini adalah reaksi reversible, dan setiap reagensia yang akan mengurangi konsentrasi
ion-hidroksil dengan cukup, akan menyebabkan reaksi berjalan dari kanak ke kiri, dengan akibat
mengendapnya aluminium hidroksida. Ini dapat dihasilkan dengan larutan ammonium
klorida(konsentrasi ion-hidroksil berkurang karena terbentuknya basa lemah ammonia, yang
mudah dikeluarkan sebagai gas ammonia dengan pemasan) atau dengan penambahansuatu asam;
dalam hal yang terakhir ini, asam yang sangat berlebihan akan menyebabkan hidroksida yang
diendapkan meralut lagi.
3. Larutan amonium sulfida akan menghasilkan endapan putih dari alumunium hidroksida
dengan reaksi sebagai berikut :
4. Larutan natrium asetat tak diperoleh endapan dalam larutan netral dingin, tetapi dengan
mendidihkan dengan reagensia berlebihan, akan terbentuk endapan bervolume besar alumunium
asetat basa Al(OH)2CH3COO dengan reaksi sebagai berikut :
5. Larutan natrium fosfat akan menghasilkan endapan putih alumunium fosfat yang seperti
gelatin, reaksi ini reversible karena asam-asam kuat melarutkan endapan. Tetapi endapan tak
larut dalam asam asetat (perbedaan dari fosfat-fosfat alkali tanah, yang larut)
4. Kromium (III)
Unsur ini memiliki simbol (Cr) dengan massa atom reltif sebesar 51,996. Kromium
adalah sebuah logam kristalin yang memiliki sifat putih, kromium ini juga memiliki titik lebur
yaitu sebesar 1765%. Logam Kromium (III) ini larut dalam asam klorida encer atau pekat.
Dalam larutan –larutan air, kromium membentuk tiga jenis ion yaitu ada kation – kation
kromium (II), kromium (III) dan anion kromat dalam mana keadaan oksidasi kromium adalah 6+.
22
Cr3+ itu ialah keadaan yang stabil. Cr3+ diturunkan dari dikromium trioksida yang
berwarna hijau atau lembayung. Dalam larutan Hijau, terdapat kompleks
pentakuomonoklorokromat (III) atau tetrakuodiklorokromat. Sedangkan dalam keaadaan
lembayung terdapat ion heksakuokromat (III). Pembuatan senyawa tersebut hanya bisa dilakukan
dalam keadaan kering.
Reaksi – reaksi kromium (III) yang pertama ada yaitu direaksikan dengan larutan
amonia, setelah itu terjadi endapan abu-abu hijau sampai abu-abu biru seperti gelatin dari
kromium hidroksida yang larutnya hanya sedikit dalam reagensia. Dengan reaksi :
Cr3+ + 3NH3 + 3H2O → Cr(OH)3↓ + 3NH3
Cr(OH)3↓+ 6NH3 → Cr(NH3)6↓ + 3OH-
Yang kedua yaitu direaksikan dengan larutan natrium hidroksida dan akan terbentuk endapan
abu-abu hijau dari kromium hidroksida, dengan reaksi :
Yang ketiga yaitu adanya larutan natrium karbonat yang direaksikan dengan senyawa kation
golongan 3 dan hasilnya maka terbentuk endapan abu-abu hijau dari kromium hidroksida,
dengan reaksi :
Yang keempat yaitu jika suatu kation golongan (III) dilarutan dengan amonium sulfida terbentuk
endapan abu-abu hijau dari kromium hidroksida, dengan rekasi :
Lalu yang terakhir ada pereksi nya yaitu natrium. Dengan diadakan larutan natrium asetat tidak
terbentuk endapan dalam larutan netral dingin walaupun dengan mendidihkan.
23
5. Kobalt (Co2+)
Kobalt adalah logam yang memiliki warna abu – abu seperti baja, dan bersifat sedikit
magnetik. Titik leburd dari kobalt sendiri lalah denan 1490°C. Selain itu, logam ini mempunyai
sifat yang lain ialah mudah melarut dalam asam – asam mineral encer. Dalam larutan air dari
senyawa-senyawa Kobat (II) terdapat ion CO 2+ yang menghasilkan warna merah. Senyawa-
senyawa Kobalt (II) yang tak beredar dan atau tak berdisosiasi akan menjadi warna biru. Tetapi
jika disosiasi dari senyawa-senyawa kobalt ditekan warna larutan akan berangsur-angsur berubah
menjadi biru.
Ion kobalt (III) CO3 tidak stabil tetapi kompleks-kompleks nya stabil baik dalam larutan
maupun dalam bentuk kering kompleks-kompleks kobalt (II) dapat dioksidasikan dengan mudah
menjadi kompleks-kompleks kobalt. Setelah itu adanya reaksi – reaksi antara senyawakation
golongan 3 dengan senyawa lain, diantaranya :
Rekasi yang pertama ialah ada larutan natrium hidroksida yang nantinya akan terbentuk
endapan biru.
CO2+ + OH- + NO3- → CO(OH) NO3 ↓
Co2+ + 2CN- → Co(CN)2↓
24
6. Nikel
Nikel adalah logam putih perak yang sangat bersifat keras. Nikel juga memiliki sifat lain
yaitu liat, dan dapat ditempa dan Sangat kokoh. Dengan larutan natrium hidroksida terbentuk
endapan hijau. Namun logam ini memiliki titik melebur yaitu melebur pada suhu 1455°C dan
sifat yang lainnya yang dimiliki ialah bersifat sedikit magnetis.
Ni2+ + 2OH- → Ni(OH)2↓
Mangan adalah logam putih abu-abu, yang penampilannya serupa besi-tuang. la melebur
pada kira-kira 1250°C. Ia bereaksi dengan air hangat membentuk mangan(II)
hidroksida dan hidrogen:
Mn + 2H2O → Mn(OH)2 ↓ + H2 ↑
Asam mineral encer dan juga asam asetat melarutkannya dengan mengha- silkan garam
mangan(II) dan hydrogen:
Mn + 2H+ → Mn2+ + H2 ↑
25
Bila ia terserang oleh asam sulfat pekat dan panas, belerang dioksida akan dilepaskan:
Enam oksida mangan dikenal orang, MnO, Mn,O3, MnO2, MnO,, Mn,O, dan Mn,O
Lima dari oksida-oksida ini mempunyai keadaan oksidasi masing-masing +2, +3, +4, +6, dan +7,
sedang yang terakhir, Mn,0 merupakan mangan(II) mangan(II) oksida, (MnO.Mn,O,). Kation
mangan(II) diturunkan dari mangan(II) oksida. Ia membentuk garam-garam tak berwarna, meski
jika senyawa itu mengandung air kristal, terdapat larutan, warnanya agak merah jambu; ini
disebabkan oleh adanya ion heksakuomanganat(II). Ion mangan(III) tidaklah stabil; tetapi ada
beberapa kompleks yang mengandung mangan dalam keadaan oksidasi +3, dikenal orang. Ia
mudah direduksi menjadi ion mangan(II). Meskipun ia dapat diturunkan dari mangan(III) oksida,
Mn,O,, yang terakhir ini, bila direaksikan dengan asam mineral, menghasilkan ion mangan(II).
Jika asam klorida yang dipakai, klor timbul sebagai hasil- sampingan:
26
Senyawa-senyawa mangan(VI) mengandung anion manganat(VI) MnO Ini stabil dalam larutan
basa dan mempunyai warna hijau. Pada penetralannya terjadi reaksi disproporsionasi; terbentuk
endapan mangan dioksida dan ion manganat(VII) (permanganat):
Jika mangan(VI) oksida diolah dengan asam, terbentuk ion-ion mangan(II). Dengan asam sulfat
pekat, panas, terjadi reaksi:
1. Larutan natrium hidroksida: endapan mangan(II) hidroksida, yang mula- mula berwarna putih:
Mn 2+ + 2OH - → Mn(OH) 2 ↓
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan. Endapan dengan cepat teroksidasi bila terkena
udara, menjadi coklat, ketika terbentuk mangan dioksida berhidrat,
Mn(OH) 2 ↓ + O 2 + H 2 O → MnO(OH) 2 ↓ + H 2 O
Hidrogen peroksida mengubah mangan(II) hidroksida dengan cepat menjadi mangan dioksida
berhidrat:
27
Endapan larut dalam garam-garam amonium pada mana reaksi berlangsung ke arah kiri.
Pengendapan tak terjadi jika ada serta garam-garam amonium, disebabkan oleh turunnya
konsentrasi ion-hidroksil, yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk menghasilkan Mn(OH),.
Setelah terkena udara, mangan dioksida berhidrat yang coklat mengendap dari larutan amoniakal
ini. Ini penting sekali sehubungan dengan pemisahan logam-logam Golongan IIIA. Ketika
mengendapkan besi, alur inium, dan kromium, larutan harus mengan- dung amonium klorida
yang sangat berlebihan dan dididihkan untuk mengeluarkan sebagian besar udara yang terlarut,
lalu larutan amonia yang Mn(OH),2NH sedikit berlebihan harus ditambahkan dan endapan
disaring secepat mngkin. Pada kondisi-kondisi ini, hanya sedikit sekali mangan akan ikut
mengendap.
Mn 2+ + S 2- → MnS ↓
Endapan juga mengandung air yang terikat-lemah Endapan mudah larut dalam asam- asam
mineral (pcrbedaan dari nikel dan kobalt) dan bahkan dalam asam asetat (perbedaan dari nikel,
kobalt, dan zink):
MnS ↓ + 2H + → Mn 2+ + H2S ↑
MnS ↓ + 2CH3COOH → Mn2+ + H2S ↑ + 2CH3COO –
4. Larutan natrium fosfat: endapan merah jambu mangan amonium fosfat jika ada amonia (atau
ion amonium):
28
Jika garam amonium tak ada, terbentuk mangan(II) fosfat:
5. Timbel oksida dan asam nitrat pekat Dengan mendidihkan larutan encer ion mangan(II), yang
bebas dari asam klorida dan klorida-klorida, dengan timbel dioksida (atau timbel merah, yang
akan menghasilkan dioksida tersebut dengan adanya nitrat) dan sedikit asam nitrat pekat, lalu
mengencer- kannya sedikit dan membiarkan zat padat yang tersuspensi mengandung timbel
oksida yang tak bereaksi, turun mengendap, maka cairan supernatan akan memperoleh warna
merah-lembayung (atau ungu) yang ditimbulkan oleh permanganat. Asam permanganat ini
diuraikan oleh asam klorida, maka klorida tak boleh ada.
6. Amonium atau kalium peroksodisulfat: (NH),S,O ditambahkan kepada larutan encer ion
mangan(II), yang bebas klorida Larutan diasamkan dengan asam sulfat encer, dan beberapa tetes
perak nitrat encer (yang bertindak sebagai katalis) ditambahkan; dengan mendidihkan terbentuk
larutan lembayung-kemerahan, disebabkan oleh permanganat:
Akşi katalis perak disebabkan oleh pembentukan peralihan perak(II), Ag,atau ion perak (III), Ag
yang sebagai zat pengoksid yang kuat sekali, akan mengoksidasikan mangan(II) menjadi
permanganat. Larutan harus encer (maksimum 0.02M). kalau tidak, akan terbentuk cndapan
mangan dioksida uji bercak.
29
7. Natrium bismutat (NaBiO Bila zat padat ini ditambahkan kepada Tarutan dingin ion-ion
mangan(II) dalam asam nitrat encer atau dalam asam sulfat encer, campuran diaduk, dan
reagensia yang kelebihan disaring (lebih baik lagi melalui asbes atau kapas kaca atau corong
kaca berpori), dihasilkan larutan permanganat
Teknik uji bercaknya adalah sebagai berikut. Taruh setetes larutan uji di atas lempeng bercak,
tan. hkan setetes asam nitrat pekat dan lalu sedikit natrium bismutat. Warna ungu dari asam
permanganat muncul. Jika larutan berwarna begitu gelap.ingga warnanya tak dapat dikenali,
encerkan campuran dengan air sampai warnanya nampak jelas. Kepekaan: 25 gram Mn (dalam 5
ml). Batas konsentrasi: 1 dalam 200.000
8. Kalium Periodat (KIO) Larutan mangan(II) sulfat sangat asam (asam keras) dengan asam
sulfat atau asam nitrat atau (paling baik) dengan asam fosfat 0.2-0,3 g kalium periodat
ditambahkan, dan larutan dididihkan selama 1 menit. Terbentuk larutan permanganat. Klorida-
klorida tak boleh ada; jika ada, klorida harus dihilangkan dengan menguapkan dengan asam
sulfat atau nitrat, sebelum menguji:
9. Uji kalium perioda (tetra-metil-diamino-dife- nilmetana) dalam kloroform, dipakai sebagai uji
yang peka untuk mengidentifika- si mangan dalam jumlah yang sedikit, sebagai asam
permanganat. Asam permanganat ini mengoksidasikan menjadi senyawa yang berwarna biru
kuat. Garam-garam kromium tak boleh ada, karena garam-garam ini akan dioksidasikan menjadi
kromat, yang menghasilkan warna. Taruh setetes larutan uji di atas lempeng bercak, diikuti oleh
setetes larutan kalium periodat jenuh dan 2 tetes larutan; 1 persen dalam kloroform. Terjadi
warna biru-tua.
10. Reagensia formaldoksima (HCH=NOH): pewarnaan merah dengan la- rutan garam-garam
mangan(II) yang bersifat basa. Tembaga memberi warna lembayung-biru, tetapi gangguan ini
dapat diatasi dengan memakai sianida alkali. Besi paling baik dihilangkan sebelum menguji
(misalnya dengan suspensi zink hidroksida atau sebagai asetat basa), meskipun besi bisa juga
dijadikan tak aktif dengan menambahkan suatu tartrat. Garam-garam Kromium, kobalt, dan nikel
30
memberi warna-warma dengan pereaksi itu dan karenanya tak boleh ada. Taruh 2 ml larutan uji,
yang telah dijadikan tepat basa dengan natrium hidroksida 2M, dalam tabung-uji semimikro dan
tambahkan 1 tetes reagensia Kita memperoleh warna merah. Kepekaan: 0,25 4g (dalam 5 ml).
Batas konsentrasi: 1 daiam 20.000.000. Reagensia terdiri dari larutan formaldoksima 2,5 persen
dalam air.
11. uji-uji kering oksidasi oleh garam-garam mangan dalam jumlah sedikit, berwarna lem-
bayung sewaktu panas dan merah kecubung ketika dingin; dengan mangan dalam jumlah-jumlah
yang lebih banyak, manik hampir coklat warnanya, dan mungkin disalah-sangka sebagai manic
dari nikel. Dalam nyala reduksi, manik mangan tak berwarna, sedangkan manik yang
ditimbulkan oleh nikel.
a. Uji manik boraks. Manik yang dihasilkan dalam nyala berwarna abu- abu.
b. Uji lebur. Peleburan setiap senyawa mangan dengan natrium karbonat dan suatu zat pengoksid
(kalium klorat atau kalium nitrat) memberi massa yang berwarna hijau dari alkali manganat. Uji
ini dapat dilakukan entah dengan memanaskan di atas sepotong lembaran tipis platinum dengan
kalium nitrat dan natrium karbonat (bila lembaran platinum tak tersedia, boleh juga dipakai
sepotong pecahan porselen), atau dengan melebur sebutir manik natrium karbonat dengan sedikit
senyawa mangan itu dalam nyala oksidasi, dan mencelupkan massa yang terlebur itu sewaktu
masih panas ke dalam sedikit kalium klorat atau kalium nitrat bubuk, dan memanaskan kembali.
Zink adalah logam yang putih-kebiruan; logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada
110-150°C. Zink melebur pada 410°C dan mendidih pada 906°C. Logamnya yang murni,
melarut lambat sekali dalam asam dan dalam alkali; adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan
platinum atau tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari
logam-logam ini, mempercepat reaksi. Ini menjelaskan larutnya zink-zink komersial.
Yang terakhir ini dengan mudah larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat encer dengan
31
mengeluarkan hidrogen: Zn + 2H+ → Zn 2+ + H 2
Pelarutan akan terjadi dalam asam nitrat yang encer sekali, pada ada gas yang dilepaskan:
Dengan bertambah pekatnya konsentrasi asam nitrat, akan terbentuk dinitrogen oksida (N,O),
nitrogen oksida (NO):
Asam nitrat pekat mempunyai pengaruh yang kecil terhadap zink, karena rendahnya kelarutan
zink nitrat dalam suasana demikian. Dengan asam sulfat pekat, panas, dilepaskan belerang
dioksida: Zn + 2H 2 SO 4 → Zn 2+ + SO 2 + SO 4 2- + 2H 2 O
Zink juga larut dalam hidroksida alkali, pada maa terbentuk tetrahidrok- sozinkat(II):
Zn + 2OH - + 2H 2 O → [Zn(OH) 4 ] 2- + H 2
Zink membentuk hanya satu seri garam; garam-garam ini mengandung kation zink(II), yang
diturunkan dari zink oksida, ZnO. Reaksi-reaksi dari ion zink. Larutan zink sulfat, ZnSO, 0,25M
bisa dipakai untuk mempelajari reaksi-reaksi ini
1. Larutan natrium hidroksida: endapan seperti gelatin yang putih, yaitu zink hidroksida
Zn 2+ + 2OH - → Zn(OH) 2
32
2. Larutan amonia: endapan putih zink hidroksida, yang mudah larut dalam reagensia berlebihan
dan dalam larutan garam amonium, karena menghasil kan tetraaminazinkat(II). Tidak
diendapkannya zink hidroksida oleh larutan amonia jika ada amonium klorida, disebabkan oleh
menurunnya konsentrasi ion-hidroksil sampai nilai sedemikian sehingga hasilkali kelarutan
Zn(OH), tak tercapai.
3. Larutan amonium sulfida: endapan putih zink sulfida, ZnS, dari larutan netral atau basa;
endapan tak larut dalam reagensia berlebihan, dalam asam asetat dan dalam larutan basa alkali,
tetapi larut dalam asam-asam mineral encer. Endapan yang diperoleh dengan cara ini bersifat
koloid sebagian; endapan ini sukar dicuci dan cenderung untuk mengalir menembus kertassaring,
terutama sewaktu dicuci. Untuk mendapat zink sulfida dalam bentuk yang bisa disaring dengan
mudah, pengendapan sebaiknya dilangsungkan dalam larutan mendidih dengan diberi amonium
klorida berlebihan, lalu endapan dicuci dengan larutan amonium klorida encer.
ZN 2+ + S 2- → ZnS
4. Hydrogen sulfida peeadapan parial zink aulfida dalam larstas netral bs konsenras asam yang
Dilhasilkan adalah kira kira 0.3M (pt kira-kira 0,6), maka konsenuasi ton sullida yang berasal
dari hidrogen sulfida diturunkan begitu banyak oleh konsentrasi ion-hidrogen dari asam,
sehingga menjadi terialu rendah untuk nelampaui hasil kali kelarutannya. Akibatnya
pengendapan berhenti.
Zn 2+ + H 2 S → ZnS + 2H +
Dengan menambahkan asetat alkali kepada larutan, konsentrasi lon-hidrogen akan berkurang,
karena terbentuknya asam asetat yang berdisosiani lama Berkurangnya konsentrasi ion-hidrogen
mengakibatkan konsentrasi ion sulti da bertambah sehingga pengendapan menjadi hampir
sempurna.
33
5. Larutan dinatrium hidrogen fosfat: endapan putih zink fosfat. Jika ada serta ion amonium,
terbentuk zink amonium fosfat. Kedua endapan larut dalam asam encer, pada mana reaksi
berjalan ke arah kebalikannya.
6. Larutan kalium heksasianoferat(II): endapan putih dengan komposisi yang berbeda-beda; jika
reagensia ditambahkan dengan sedikit berlebihan, komposisi endapan endapan tak larut dalam
asam encer, tetapi larut dengan mudah dalam natrium hidroksida:
7. Reagensia asam kuinaldat. Dengan menambahkan beberapa tetes reagensia kepada larutan
garam zink yang sedikit diasamkan dengan asam asetat, kita memperoleh endapan putih
kompleks zink Zn. Endapan-endapan larut dalam larutan amonia dan asam-asam mineral, tetapi
mengendap kembali ketika dinetral- kan. Ion-ion tembaga, kadmium, uranium, besi, dan
kromium memberi endapan dengan reagensia dan tak boleh ada. Ion-ion kobalt, nikel, dan
mangan tak mempunyai pengaruh. Reaksi ini adalah uji yang luar biasa peka terhadap ion zink,
dan merupakan uji pemastian yang berguna untuk zink yang telah diisolasi setelah pemisahan
Golongan IIIB Namun, reagensia ini mahal. Reaksi sebaiknya dilakukan dalam skala semimikro
atau sebagai uji bercak. Reagensia dibuat dengan menetralkan 1 g asam kuinaldat dengan larutan
natrium hidroksida dan mengencerkan sampai 100 ml.
34
Garam-garam tembaga sendiri, tak membentuk endapan dengan reagensia ammonium
tetratiosianatomerkurat(II), sementara ion-ion zink, jika terdapat sendirian, membentuk endapan
putih. Jika ada ion-ion tembaga, kompleks tembaga akan berkopresipitasi dengan kompleks zink,
dan endapan yang lembayung (atau ungu-kehitaman) itu terdiri dari kristal-campuran
Zn[Hg(SCN)]+Cu[Hg(SCN). Reagensia amonium tetratiosianatomerkurat(II) dibuat dengan
melarutkan 8 g merkurium(II) klorida, dan 9 g amonium tiosianat dalam 100 ml air. Taruh satu
dua tetes larutan uji, yang sedikit asam (sebaiknya dengan asam sulfat), di atas lempeng bercak,
tambahkan 1 tetes larutan tembaga sulfat 0,25M dan 1 tetes reagensia ammonium
tetratiosianatomerkurat(II). Timbul endapan lembayung (atau ungu-kehitaman). Reaksi boleh
juga dilakukan dalam tabung-uji semimikro; disini 0,3-0,5 ml amil alkohol ditambahkan.
Endapan lembayung akan mengumpul pada bidang antar permukaan. Batas konsentrasi: 1 dalam
10.000.
9. Uji amonium tetratiosianatomerkurat(II)-kobalt sulfat: Uji ini serupa dengan yang diuraikan
pada reaksi 8, kecuali bahwa ditambahkan sejumlah kecil sekali larutan encer suatu garam kobalt
(nitrat, sulfat, atau asetat). Kopresipitasi dari kobalt tetratiosianatomerkurat(II) menghasilkan
endapan biru yang terdiri dari kristal-campuran Zn[Hg(SCN)] +Co[Hg(SCN)] Garam-garam
besi(II) memberi warna merah, tetapi ini dapat ditiadakan dengan menambahkan sedikit alkali
fluorida (terbentuk ion-ion [FeF yang tak berwarna). Garam-garam tembaga tak boleh ada. Taruh
setetes larutan uji (yang harus sedikit asam, sebaiknya dengan asam sulfat encer), setetes larutan
kobalt nitrat 0,5M, dan setetes reagensia amonium tetratiosianatomerkurat(II) di atas lempeng
bercak atau dalam krus mikro. Terbentuk endapan biru. Reaksi boleh juga dilangsungkan dalam
tabung-uji semimikro dengan menambahkan 0,3-0,5 ml amil alkohol. Batas konsentrasi: 1 dalam
100.000.
35
menjadi sangat berwarna karens adsorpsi produk-produk oksidas yang berwarna Buat reagensia
dengan mencampurkan 10 tetes iarutan kalium heksasianco ferat(I1I) 0.033M, 2 tetes asam sulfat
M. dan 6 tetes larutan p-fenetidina hidroklorida 2 persen. Pada 0,1 ml reagensia yang baru dibuat
di atas lempeng bercak, tambahkan setetes larutan-uji. Pewarnaan atau endapan ungu sampai biru
muncul dengan adanya zink. Uji blanko sangat perlu. Batas konsentrasi: 1 dalam 100.000. Uji ini
khususnya berguna jika ada pula Cr. Al dan Mg. Kation-kation (Cu, Co, Ni, Fe, dsb.) kalium
heksasianoferat(II) yang memberi endapan berwarna dengan boleh ada.
11. Uji hijau Rinmann Uji ini bergantung pada dihasilkannya hijau Rin mann (sebagian besar
merupakan kobalt zinkat, CoZnO,) pada pemanasan garam-garam atau oksida-oksida dari zink
dan kobalt. Kobalt(II) oksida yang berlebihan harus dihindari, karena ia memberi pewarnaan
coklat-merah: oksidasi menjadi kobalt(III) oksida mengakibatkan warna bertambah gelap
Kondisi-kondisi eksperimen yang optimum akan diperoleh, dengan mengubah zink menjadi
heksasianokobaltat(III).
3K + + [Co(CN) 6 ] 3- + Zn 2+ = KZn[Co(CN) 6 ] + 2K +
Pemijaran zat yang terakhir ini menghasilkan zink oksida dan kobalt(II) oksida dalam
perbandingan yang tepat untuk membentuk kobalt zinkat, sementara karbon dari kertas saring
mencegah terbentuknya kobalt(III) oksida. Semua logam-logam lain harus dihilangkan. Taruh
beberapa tetes larutan uji yang netral (terhadap lakmus) di atas kertas uji kalium
heksasianokobaltat(II) (atau kobaltisianida, hijau Rin- mann). Keringkan kertas di atas nyala api,
dan pijarkan dalam sebuah krus kecil. Amati warna abu pada latar belakang yang berwarna
putih: sebagian abu itu akan berwarna hijau. Kepekaan: 0,6 ug Zn. Batas konsentrasi: 1 dalam
3.000. Kertas uji kalium heksasianokobaltat(III) (atau kobaltisianida) dibuat dengan merendam
kertas reaksi-uji atas kertas saring kuantitatif dalam larutan yang mengandung 4 g kalium
heksasianokobaltat(III) dan 1 g kalium klorat dalam 100 ml air dan mengeringkannya pada suhu
ruang atau pada 100°C. Kertas ini berwarna kuning, dan tahan lama.
12. Uji ditizon Ditizon (difenil tiokarbazon) membentuk kompleks- kompleks dengan sejumlah
ion logam, yang dapat diekstraksi dengan karbon tetraklorida. Kompleks zink-nya, yang
terbentuk dalam larutan-larutan netral, basa atau asam asetat, berwarna merah. Asamkan larutan
uji dengan asam asetat, dan tambahkan beberapa tetes reagensia.
36
Fase organik menjadi merah jika ada zink. Ion-ion Cu, Hg, Hg Ag, Au, dan Pd mengganggu.
Dengan menambahkan larutan natrium hidroksida kepada campuran, dan mengocok, fase air
juga menjadi merah. Reaksi ini adalah khas hanya untuk zink saja. (Dalam larutan yang basa,
kepekaan uji ini berkurang.) Batas deteksi: dalam suasana netral: 0,025 ug Zn; dalam asam asetat
atau natrium hidroksida: 0.9 g Zn. Uji ini dapat dipakai dengan adanya Ni dan Al dalam jumlah
2.000 kali lipat dari jumlah tersebut. Reagensia hendaknya baru saja dibuat dengan melarutkan
1-2 g ditizon dalam 100 ml karbon tetraklorida.
13. Uji-uji kering (uji pipa-tiup). Senyawa-senyawa zink bila dipanaskan di atas natrium
karbonat, menghasilkan kerak oksidanya yang berwarna kuning ketika panas dan putih ketika
dingin. Logam ini tak dapat diisolasikan karena mudah menguap dan seterusnya dioksidasi. Jika
kerak ini dibasahi setetes larutan kobalt nitrat, dan dipanaskan lagi, diperoleh suatu massa yang
berwarna hijau (hijau Rinmann), yang sebagian besar terdiri dari kobalt zinkat CoZnO, Suatu
metode yang lain adalah mencelupkan selembar kertas saring tak berabu dalam larutan garam
zink, tambahkan 1 tetes larutan kobalt nitrat dan pijarkan dalam suatu krus atau dalam suatu
lingkar kawat platinum. Residu berwarna hijau.
37
Pengenalan Unsur Kation Golongan IV
Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat, yang stabil dalam udara kering.
Barium bereaksi dengan air dalam udara yang lembab, membentuk oksida atau hidroksida.
Barium melebur paa 710 0C. Logam ini bereaksi dengan air pada suhu ruang, membentuk barium
hidroksida dan hidrogen :
Ba + 2 H2O→ Ba(OH)2 + H2
Asam encer melarutkan barium engan muah mengeluarkan hidrogen :
Ba + 2HCl→BaCl2 + H2
2. Stronsium, Sr ( Ar : 87,62 )
Stronsium adalah logam putih perak, yang dapat ditempa . Storonsium melebur pada
771 0C. Sifat-sifatnya serupa dengan sifat-sifat barium.
Kalsium adalah logam putih perak, yang agak lunak. Ia melebur pada 845 0C. Ia dapat
bereaksi dengan oksigen membentuk kalsium oksida.
Kalsium membentuk kation Ca2+ dalam larutan berair garam-garamnya biasanya berupa
bubuk putih dan membentuk larutan yang tak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna.
Kalsium klorida padat bersifat higroskopis dan sering digunakan zat pengering. Kalsium
klorida dan an kalsium nitrat larut dengan mudah dalam etanol atau dalam campuran 1:1
dari etanol bebas air dan dietil eter.
38
Uji Kation Golongan IV
1. Ion Ba2+
Digunakan BaCl2.2H2O
a. Uji basah
2. Dengan (NH)2CO3
Terbentuk endapan putih dari BaCO3 yang terlarut dalam asam asetat dan dalam asam mineral
encer.
Endapan sedikit larut dalam larutan garam ammonia dari asam kuat. Ini disebabkan karena ion
NH4+ termasuk asam kuat bereaksi dengan basa, seperti ion CO32- yang dalam larutan
membentuk ion HCO3- sehingga menyebabkan kadar ion CO berkurang dalam larutan. Reaksi
39
4. Dengan H2SO4 encer
Terbentuk endapan putih BaSO4. Endapan tidak larut dalam air dan hampir tidak larut dalam
NH4 asam encer, dan larutan (NH4)2SO4.
BaCl2 + H2SO4→ ↓(putih) BaSO4 + 2HCl
Mula –mula terbentuk endapan putih BaSO4, tapi SrSO4 jenuh juga membentuk endapan putih.
Dari ketiga alkali tanah sulfat, barium sulfatlah yang paling sedikit larut. Dalam larutan
kalsium sulfat jenuh, konsentrasi ion sulfat cukup tinggi untuk menimbulkan pengendapan
dengan barium yang berjumlah agak banyak karena hasil kali konsentrasi –konsentrasi ion
melampi nilai hasil kali kelarutannya.
BaCl2 + CaSO4 → ↓(putih) BaSO4 +CaCl2
Terbentuk endapan kuning BaCrO4. Endapan tidak larut dalam air CH3COOH encer ( beda
dengan Sr dan Ca). Tapi endapan segera larut dalam asam mineral.
BaCl2 + K2CrO4 → ↓(kuning) BaCrO4 + 2 KCl
Terbentuk endapan coklat kemerahan dari garam Ba Rhodizonat dalam larutan yang netral.
Caranya : teteskan contoh (yang telah netral atau sedikit) pada kertas reaksi, kemudian tetes
dengan reagen, maka terlihat warna coklat atau coklat kemerah-merahan pada kertas.Bila
ditambahkan dengan HCl, akan terbentuk endapan merah cemerlang.
BaCl2 + 2 C6O6Na → ↓(coklat-kemerahan) (C 6O6)2Ba + 2 NaCl
40
b. Uji kering
Garam-garam barium bila dipanaskan dalam nyala Bunsen, memberi warna Hijau
kekuningan.
1. Ion Sr2+
Gunakan larutan SrCl2.6H2O
a. Uji Basah
3. Dengan (NH4)2CO3
Terbentuk endapan putih SrCO3, kelarutan SrCO3 kecil dalam ammonium.
Reaksi :
SrCl2 + (NH4)2CO3 → ↓(putih)SrCO3 + 2 NH4Cl
Terbentuk endapan putih dari SrSO4 , terbentuk endapannya lambat dalam suasana dingin, tapi
cepat mengendap bila dididihkan (perbedaan dengan Ba)
Reaksi :
SrCl2 + CaSO4 → ↓(putih) SrSO4 + CaCl2
41
5. Dengan larutan ammonium oksalat
Terbentuk endapan putih SrC2O4, sulit larut dalam air, dan dalam CH3COOH. Tapi endapan
larut dalam asam mineral.
Reaksi :
Cl2 + (NH4)2C2O4→ ↓(putih) SrC2O4 + NH4Cl
b. Reaksi kering
Garam-garam barium bila dipanaskan dalam nyala Bunsen, memberi warna merah-karmin.
2. Ion Ca2+
a. Reaksi Basah
Reaksi :
42
CaCl2 + NH4OH → Ca(OH)2 + NH4Cl
Reaksi :
Reaksi :
Reaksi:
43
6. Dengan larutan K2CrO4
Tidak berbentuk endapan dalam larutan encer juga tidak terbentuk endapan bila larutan
mengandung asam asetat.
Reaksi :
Reaksi :
Caranya : Ambil contohkan asamkan dengan asetat, teteskan pada plate test yang panas,
kemudian tetes yang panas, kemudian tetesi dengan asam picrolonic jenuh akan dihasilkan
bentuk yang segi empat.
Reaksi :
b. Uji Kering
Garam-garam barium bila dipanaskan dalam nyala Bunsen, memberi warna merah kekuningan.
44
Reagen Spesifik Utama Kation Golongan IV
Pada golongan IV reagen spesifiknya adalah K2CrO4 dan Natrium rodizonat.
45
2.7 Kation Golongan V
Kation- kation golongan V terdiri dari Mg2+, Na+, K+ dan NH4+ dapat diidentifikasi
satu per satu tanpa pemisahan pendahuluan. Tidak ada reagensia untuk kation golongan V.
Ciri-ciri khas dari kation golongan V adalah sebagai berikut :
Reaksi khusus yang dapat dipakai untuk uji identifikasi kation golongan V adalah uji-uji nyala.
Dari kation-kation golongan ini magnesium memperlihatkan reaksi-reaksi yang serupa dengan
reaksi-reaksi dari kation golongan IV. Namun magnesium karbonat dengan adanya garam
amonium , larut, maka dalam pengerjaannya analisis sistematis (pada garam-garam amonium
bertambah jumlahnya dengan banyak sekali dalam larutan). Magnesium tidak mengendap
bersama kation golongan ke empat. Reaksi ion amonium sangat serupa dengan reaksi-reaksi ion
kalium, karena jari-jari ion keduanya hampir sama.
a. Magnesium (Mg²⁺)
Magnesium adalah logam putih dapat di tempa dan liat. Magnesium melebur pada suhu
650˚C. Magnesium merupakan logam yang mudah terbakar dalam udara atau oksigen dengan
mengeluarkan cahaya putih yang cemerlang, pada suhu biasa logam magnesium akan terurai
dengan air.
1. Ditambah amonium encer (NH3) akan terbentuk endapan putih seperti gelatin;
Dalam air endapan larut sangat sedikit, tetapi mudah larut dalam garam-garam amonium.
2. Reaksi dengan NaOH akan terbentuk endapan putih yang sukar larut dalam NaOH
berlebih;
46
3. Dengan amonium karbonat (NH4)2CO3 terbentuk endapan putih magnesium karbonat
basa :
5. Ditambah dengan dinatrium hidrogen fosfat Mg(NH4)PO4 . 6H2O dan larutan amonia
akan terbentuk endapan kristalin putih yang dapat dilihat secara mikroskopis;
b. Kalium (K+)
Kalium adalah logam putih perak yang lunak. Logam ini melebur pada 63,5˚C. Dalam
udara kering kalium tidak berubah, tetapi dengan cepat teroksidasi dalam udara lembab menjadi
tertutup dengan suatu lapisan biru. Logam itu menguraikan air dan melepaskan hidrogen dan
terbakar dengan nyala.
Uji identifikasi K+
1. Uji kering (pewarnaan nyala) klorida senyawa kalium mewarnai nyala Bunsen yang tak
cemerlang menjadi lembayung.
2. Ditambah 1 tetes asam perklorat (HClO4) pekat terjadi endapan kristalin putih
K⁺ + ClO₄⁻ → KClO₄ ↓
Endapan sedikit larut dalam air dan tidak larut dalam alcohol mutlak
47
Dalam asam asetat encer endapan tidak larut jika ada natrium dalam jumlah yang lebih
banyak akan terbentuk garam campuran
c. (Na+)
Natrium adalah logam putih perak yang lunak dan melebur pada suhu 97,5˚C. Dalam udara
lembab natrium akan teroksidasi dengan cepat. Logam natrium bereaksi vepat dengan air akan
membentuk natrium hidroksida dan air.
1. Uji kering (pewarnaan nyala) garam natrium akan mewarnai nyala Bunsen yang tak
cemerlang menjadi kuning kuat warna ini tidak terlihat bilah di pandang melalui dua
lapisan lempeng kaca kobalt yang biru
2. Reaksi asam kloroplatinat, asam taratat atau natrium heksaniritokobaltat(III): tidak ada
endapan dengan larutan garam natrium
3. Reaksi dengan uranil magnesium asetat akan terjadi endapan kristalin kuning
d. Amonium ( NH₄+)
Merupakan turunan dari ion amonia dan hidrogen. Ciri khasnya adalah serupa dengan
logam- logam alkali. Umumnya garam amonium larut dalam air dan membentuk larutan tidak
berwarna ( kecuali bila anionnya berwarna). Dengan pemanasan akan menjadi amonia. Reaksi
amonium hampir sama dengan kalium karena ukuran kedua ion tersebut hampir identik.
2. Dengan pereaksi nessler dan KOH/NaOH terjadi endapan kuning coklat. Uji ini akan
menedeteksi runutan ammonia yang terdapat di dalam air minum kecuali pada logam
natrium atau kalium tidak boleh ada.
3. Uji bercak dilakukan dengan meneteskan larutan uji dengan setetes larutan natrium
hidroksida pekat diatas kaca arloji tambahkan setetes reagensianessler akan menghasilkan
nodel atau cicin berwarna kuning atau merah jingga.
4. Reaksi dengan asam perklorat atau natrium perklorat tidak ada pengendapan.
48
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kation adalah ion positif dan terbagi menjadi 5 golongan. Golongan I, kation golongan
ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah timbel,
merkurium I (raksa), dan perak. Golongan II, kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam
klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.
Ion-ion golongan ini adalah merkurium(II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik(III), arsenik(V),
stibium(III), stibium(V), timah(II), dan timah (III) (IV). Golongan III, kation golongan ini tidak
bereaksi dengan asam klorida encer ataupun hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.
Namun, kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida, dalam suasana netral atau
amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobalt(II), nikel(II), besi(II), besi(III),
kromium(III), alumunium, zink, dan mangan(II). Golongan IV, kation golongan ini tak bereaksi
dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium
karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation
golongan ini adalah kalsium, strontium,dan barium. Golongan V, kation-kation yang umum,
yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya. Merupakan golongan
kation yang terakhir yang meliputi ion-ion magnesium, natium, kalium, amonium, litium, dan
hidrogen (Vogel, 1985).
3.2 Saran
49
DAFTAR PUSTAKA
https://www.asymmetricalife.com/2017/11/pemisahan-dan-identifikasi-kation-golongan-II.html
diakses pada 9 September 2019 pada 22.10 WIB.
50