Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita semua
rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan pratikum kimia analisis yang berjudul
TITRASI ASAM DAN BASA dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
praktikum kimia analisis yaitu Bapak Beny Maulana Satria, S.Si., M.Si yang telah banyak
membantu kami dalam memberikan arahan-arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama
praktikum dilaksanakan.
Kelompok kami telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran untuk
membuat kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang
tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan
Sebagai penutup, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
i
BAB I
IDENTIFIKASI KATION
1
Golongan IV Kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia Golongan I, II, III.
Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium
klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam, kation-kation golongan ini adalah: kalsium,
strontium, dan barium. Beberapa sistem klasifikasi golongan meniadakan pemakaian amonium
klorida disamping amonium karbonat sebagai reagensia golongan; dalam hal ini, magnesium
harus juga dimasukkan ke dalam golongan ini. Tetapi, karena dalam pengerjaan analisis yang
sistematis, amonium klorida akan terdapat banyak sekali ketika kation-kation golongan keempat
hendak diendapkan, adalah lebih logis untuk tidak memasukkan magnesium ke dalam Golongan
IV.
Golongan V Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia
golongan sebelumnya ,merupakan golongan kation yang terakhir, yang meliputi ion-ion
magnesium, natrium, kalinum, amoium, lilitium dan hidrogen.
2
1. Kation Golongan I
Golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah
timbal (Pb), merkurium (I) raksa, dan perak(Ag). Beberapa reaksi yang dapat menjadi ciri
khas kation golongan I di antaranya:
2. Golongan II
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida tetapi membentuk endapan dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah golongan
IIA yaitu merkurium(II), tembaga , bismuth, kadmium, dan golongan IIB yaitu arsenik
(III), arsenik (V), stibium(III), stibium (V), timah (II) danTimah (III) (IV). Sulfida dari
kation golongan IIA tidak dapat larut dalam amoniumpolisulfida sedangkan sulfida dari
golongan IIB justru dapat larut. Beberapa reaksi yang dapat menjadi ciri khas kation
golongan II di antaranya:
3. Golongan III
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan hidrogen
sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini membentuk endapan dengan
amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah
kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III), kromium(III) aluminium, zink dan mangan (II).
Beberapa reaksi yang dapat menjadi ciri khas kation golongan III di antaranya:
4. Golongan IV
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-kation
ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida dalam
suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium, stronsium dan
barium.
5. Golongan V
Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia golongan sebelumnya,
merupakan golongan kation terakhir (sisa) yang meliputi ion magnesium, natrium, kalium,
dan amonium
3
1.4 Alat dan Bahan
1.4.1 Alat
1. Pipet tetes
2. Tabung reaksi
3. Bunsen
4. Rak tabung reaksi
5. Serbet
6. Batang pengaduk
1.4.2 Bahan
1. Pb
2. Cu
3. Zn
4. HCl
5. KI
6. NaOH
7. Ca
8. Mg
9. H2SO4
10. K2CrO4
1. Kation golongan I
4
2. Kation golongan II
4. Kation golongan IV
CaCl2 CaCl2
CaSO4 CaCrO4
(endapan putih) (endapan putih)
BaCl2 BaCl2
BaSO4 BaCrO4
(endapan putih) (endapan kuning)
5
5. Kation golongan V
MgCl2 MgCl2
MgSO4 MgCrO4
(larutan kuning minyak)
+ HCl Bening
Zn + KI Bening
+ NaOH Endapan putih Zn
6
minyak goreng
+ NaOH + lakmus merah
+ NaOH + HCl (p) pada
batang pengaduk
1.6.2 Pembahasan
Percobaan yang dilakukan yaitu analisis kualitatif pada sampel yang mengandung jenis
kation tertentu. Uji kualitatif kation yang dilakukan menggunakan beberapa sampel, sampel
pertama yaitu PbNO3, sampel tersebut ditambahkan dengan pereaksi HCl, KI dak KBr. Uji
kualitatif kation Pb2+, sampel yang digunakan adalah Pb(NO3)2, sampel tersebut ditambahkan
dengan pereaksi HCl, KI dan NaOH. Pb(NO3)2 yang ditambahkan HCl menghasilkan endapan
putih PbCl2 dan Pb(NO3)2 yang ditambahkan KI menghasilkan endapan kuning PbI2. Selanjutnya
Pb(NO3)2 yang ditambahkan NaOH ternyata menghasilkan endapan putuh jelly Pb(OH)2.
Uji kualitatif kation Cu2+ digunakan sampel larutan CuSO4, larutan CuSO4 ditambahkan
pereaksi HCl KI dan NaOH. Saat CuSO4 ditambahkan pereaksi HCl, maka akan menghasilkan
larutan biru CuCl2. Selanjutnya saat CuSO4 ditambahkan pereaksi KI maka akan menghasilkan
larutan merah betadine CuI2 dan ketika ditambahkan pereaksi NaOH akan menghasilkan
endapan berwarna biru Cu(OH)2.
Uji kualitatif kation pada percobaan ini juga digunakan sampel ZnSO4 sebagai sampel
yang mengandung kation Zn2+, sampel tersebut direaksikan dengan HCl dan tidak terjadi
perubahan apapun. Saat sampel ditambahkan dengan pereaksi KI, sampel juga tidak mengalami
perubahan apapun (tetap bening) dan ketika sampel ditambahkan pereaksi NaOH baru
menghasilkan endapan putih Zn(OH)2.
Uji kualitatif yang selanjutnya menggunakan kation Ca2+ dan Ba2+. Masing-masing
sampel yang digunakan adalah CaCl2 dan BaCl2. Saat sampel CaCl2 ditambahkan pereaksi
H2SO4 maka akan menghasilkan endapan putih CaCl2, tetapi saat direaksikan kembali dengan
HCl dan dipanaskan maka endapan akan larut. Sedangkan saat CaCl2 ditambahkan pereaksi
K2CrO4 akan menghasilkan endapan putih CaCrO4. Pengujian pada sampel BaCl2 sama seperti
7
pada pengujian sampel CaCl2. BaCl2 yang ditambahkan pereaksi H2SO4 akan menghasilkan
endapan putih BaSO4 dan ketika direaksikan kembali dengan HCl (dipanaskan), endapan tetap
ada (tidak larut). Kemudian BaCl2 yang diberi pereaksi K2CrO4 akan menghasilkan endapan
kuning susu BaCrO4.
Uji kualitatif yang terakhir adalah Mg2+, sampel yang digunakan adalah MgCl2
direaksikan dengan H2SO4 dan K2CrO4. Saat sampel MgCl2 ditambahkan pereaksi H2SO4 tidak
terjadi perubahan apapun pada sampel, kemudian saat sampel ditambahkan dengan pereaksi
K2CrO4 maka akan dihasilkan larutan kuning seperti minyak goreng MgCrO4
1.7 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah analisis kimia kualitatif pada sampel Pb(NO3)2
yang mengandung kation Pb2+ ditambahkan dengan pereaksi HCl, KI dan NaoH menghasilkan
reaksi positif yakni endapan putih, endapan kuning dan endapan putih jelly. Sampel CuSO4
sebagai kation yang mengandung Cu2+ direaksikan dengan NaOH menghasilkan reaksi positif
endapan biru. Sampel ZnSO4 yang mengandung kation Zn2+ direaksikan dengan NaOH
menghasilkan endapan putih. Selanjutnya sampel CaCl2 sebagai sampel kation Ca2+ direaksikan
dengan K2CrO4 menghasilkan endapan putih. Sampel BaCl2 yang mengandung kation Ba2+
direaksikan dengan H2SO4 menghasilkan endapan putih dan saat ditambahkan dengan pereaksi
K2CrO4 menghasilkan endapan kuning. Terakhir, MgCl2 sebagai sampel yang mengandung
kation Mg2+ direaksikan dengan K2CrO4 menghasilkan larutan kuning seperti minyak goreng.
8
BAB II
IDENTIFIKASI ANION
Kimia analisis dibagi menjadi dua (2) bidang ilmu yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang membahas tentang identifikasi zat (ada
tidaknya suatu unsur), sedangkan analisa kuantitatif merupakan analisis yang membahas tentang
banyaknya suatu zat yang terdapat dalam suatu sampel. Pada analisis anion ini menggunakan
analisis kualitatif.
Suatu ion dapat digolongkan menjadi anion dan kation. Anion merupakan atom non
logam yang bermuatan negatif, sedangkan kation merupakan atom non logam yang bermuatan
positif. Dalam percobaan ini akan dibahas tentang Anion. Adanya anion dalam suatu larutan
dapat didentifikasikan dengan adanya perubahan kimia. Cara mengidentifikasi anion tidak begitu
sistematik. Analisis anion cenderung lebih mudah dan berlangsung secara singkat sehingga
dengan sangat mudah untuk mendapatkan hasil percobaan. Analisa anion bertujuan untuk
mengidentifikasikan adanya ion dalam suatu sampel.
Penggolongan anion berdasarkan identifikasi anion berdasarkan pembentukan gas,
endapan, warna, dan kelarutan. Reaksi yang terjadi pada saat pengidentifikasian singkat akan
terbentuk zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan juga berbeda sifat-sifat fisiknya.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang
melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion yang ada didalam
sampel.
Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur
atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan
dengan penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel. Anion berinti banyak
9
dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4 atom oksigen yang terikat pada atom inti dan
menghasilkan atom deskret. Namun demikian, mungkin hanya terdiri dari 2 atom oksigen dan
menghasilkan ion dengan jembatan oksigen seperti ion bikarbonat yang terbentuk dari CrO4
yang diasamkan (Ismail Besari : 1982).
Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode untuk
mendeteksi kation. Sampai saat ini belum pernah dikemukakan suatu skema yang benar-benar
memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam golongan
utama, dan dari masing-masing golongan menjadi anggota golongan tersebut yang berdiri
sendiri. Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan garam
pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap berguna
untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion
bukanlah skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub golongan (G.
Svehla : 1985).
Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk senyawa yang
mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah larut dalam garam karbonat dari
logam-logam berat sukar larut dalam air, sehingga apabila zat yang akan dianalisa berupa zat
yang sukar larut atau memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat dahulu berupa ekstrak
soda, kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu tersebut (Anonim : 2011).
Anion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat adanya kenaikan jumlah
elektron. Misalnya : atom klorin (Cl) dapat memperoleh tambahan satu elektron untuk mendapat
ion klorida (Cl-). Natrium klorida (NaCl), yang dikenal sebagai garam dapur, disebut senyawa
ionik (ionik compound) karena dibentuk dari kation dan anion. Atom dapat kehilangan atau
memperoleh lebih dari satu elektron. Contoh ion-ion yang terbentuk dengan kehilangan atau
memperoleh lebih dari satu elektron adalah Mg2+, Fe3+, S22-, dan N3-, Na+ dan Cl- Ion-ion ini
disebut ion monoatomik karena ion-ion ini mengandung hanya satu atom.
Pengujian anion dilakukan setelah uji kation. Pengujian terhadap anion relatif lebih
sederhana karena gangguan-gangguan dari ion-ion lain yang ada dalam larutan minimal (dapat
diabaikan). Pada umumnya anion-anion dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Golongan sulfat:
SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, BO33-, Cr2O42-, AsO43-,AsO33-. Anion-anion ini mengendap
dengan Ba2+ dalam suasana basa.
10
2) Golongan halida :
Cl-, Br-, I-, S2- . Anion golongan ini mengendap dengan Ag+ dalam larutan asam (HNO3).
3) Golongan nitrat :
NO3-, NO2-,C2H3O2-. Semua garam dari golongan ini larut. NO3-, NO2-, CH3OO-. Analisis
anion tidak jauh berbeda dengan analisis kation, hanya saja pada analisis anion tidak
memiliki metode yang sistematis seperti analisis kation. Uji analisis anion juga berdasarkan
pada sifat fisika seperti warna, bau, terbentuknya gas, dan kelarutannya.
2.4.1 Alat
1. Tabung reaksi 4. Kapas 7. Plat tetes (Drople Plat)
2. Rak tabung 5. Serbet
3. Pipet tetes 6. Lampu spiritus
2.4.2 Bahan
1. Na2CO3 4. KBr 7. BaCl2 10.FeSO4
2. NaNO2 5. KI 8. HCl 11. AgNO3
3. Na2SO4 6. KCl 9. H2SO4 12. KmnO4
BaCO3 H2CO3
BaCO3
(jernih lalu terbentuk (Jernih lalu membentuk
(endapan putih susu)
endapan putih) endapan putih)
H2CO3 FeCO3
11
2.
NaNO2 NaNO2 NaNO2
HNO2 Fe(NO2)2
3.
Na2SO4 Na2SO4 Na2SO4
H2SO4
12
4. KBr KBr KBr
AgBr K2SO4
(larutan hijau muda) (larutan fanta orange)
5. KI
KI
AgI HI
(larutan jernih) (endapan coklat > uap biru tua > larutan jernih >
larutan orange > larutan ungu)
6.
KCl KCl
13
2.6 Hasil Pengamatan dan Pembahasan
14
+ AgNO3 Endapan putih kapur
+ KMNO4 + H2SO4 pekat Endapan ungu > larutan
KCl
jernih > larutan kuning
muda
2.6.2 Pembahasan
Pada praktikum analisis anion ini, sampel yang akan di uji termasuk anion golongan apa
adalah, Na2CO3, NaNO2, Na2SO4, KBr, KI dan KCl (semua sampel dalam bentuk larutan).
Pengujian dilakukan dengan cara meneliti atau mengamati sampel yang telah ditambahkan
reagen akan mengalami pengendapan atau tidak. Selanjutnya kita akan akan mengamati
perbedaan penambahan reagen yang berlebih dan dilakukan pemanasan pada pengujian reagen
yang berlebih.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kecocokan secara teoritis pada
saat pengujian atau praktikum. Adapun reagen yang kami gunakan pada saat praktikum kemarin
adalah AgNO3, KMnO4, BaCl2, H2SO4 encer dan pekat, FeSO4 dan HCl. Pada percobaan
pertama yaitu sampel pertama Na2CO3 ditambahkan dengan BaCl2 dan HCl encer, reaksinya
yaitu menghasilkan larutan jernih yang berubah menjadi endapan putih. Selanjutnya Na2CO3
ditambahkan pereaksi H2SO4 encer dan FeSO4, hasil reaksi mula-mula jernih lalu terjadi
endapan putih.
Percobaan kedua menggunakan sampel NaNO2 yang ditambahkan dengan pereaksi BaCl2
dan HCl encer sehingga terjadi endapan putih. Selanjutnya NaNO2 direaksikan dengan pereaksi
H2SO4 dan FeSO4 yang menghasilkan larutan seperti minyak jelantah.
Percobaan ketiga menggunakan sampel Na2SO4. Pereaksi yang digunakan masih tetap
sama yaitu BaCl2 dan HCl encer, menghasilkan endapan putih. Kemudian Na2SO4 direaksikan
dengan H2SO4 encer dan FeSO4 yang menghasilkan larutan berwarna hijau pekat.
15
Percobaan keempat menggunakan sampel KBr yang ditambahkan dengan pereaksi
AgNO3 dan menghasilkan larutan hijau muda. Selanjutnya KBr direaksikan dengan pereaksi
KMNO4 + H2SO4 pekat yang menghasilkan larutan berwarna orange fanta.
Percobaan kelima menggunakan sampel KI yang ditambahkan dengan pereaksi AgNO3,
hasilnya larutan tetap jernih (tidak berubah warna). Selanjutnya KI direaksikan dengan pereaksi
KMNO4 + H2SO4 pekat yang menghasilkan endapan coklat > uap biru tua > larutan jernih >
larutan orange > larutan ungu.
Percobaan terakhir menggunakan sampel KCl yang ditambahkan dengan pereaksi AgNO3
yang menghasilkan endapan putih kapur. Selanjutnya KCl direaksikan denga pereaksi KMNO4 +
H2SO4 pekat yang menghasilkan endapan ungu > larutan jernih > larutan kuning muda.
2.7 Kesimpulan
16
BAB III
Pada tahun 1923 J.N.Bronsted dan T.M.Lowry mempresentasikan suatu pandangan baru
tentang perilaku asam – basa. Mereka mendefinisikan asam adalah segala zat yang dapat
memberikan proton, dan basa adalah zat yang dapat menerima proton. Ketika suatu asam
menghasilkan proton, spesies yang kekurangan harus mempunyai sedikit afinitas proton,
sehingga merupakan suatu basa. Jadi, dalam perlakuan Bronsted, kita menemui pasangan asam-
basa konjugat :
HB ↔ H+ + B
Asam Basa
Menurut teori Bronsted – Lowry, asam dapat berupa :
1. Molekul tak bermuatan yang dikenal sebagai asam dalam teori asam-basa klasik, seperti
HCl, HNO3, H2SO4, CH3COOH, H3PO4, dan sebagainya.
2. Anion, seperti HSO4-, H2PO4-, HPO42-, dan sebagainya
3. Kation, seperti NH4+, H3O+, dan sebagainya
Zat –zat berikut ini yang termasuk dalam basa :
1. Molekul tak bermuatan seperti NH3, dan H2O, dan sebagainya.
2. Anion, seperti Cl-, NO3-, NH2-, OH-, dan sebagainya.
17
senyawa tersebut bersifat asam dan jika suatu senyawa pH lebih besar dari 7 maka senyawa
tersebut bersifat basa.
1. Teori asam basa menurut Arrhenius yaitu asam adalah suatu spesies yang akan
meningkatkan konsentrasi ion H+ di dalam air dan basa adalah suatu spesies yang akan
meningkatkan konsentrasi ion OH- di dalam air.
2. Sedangkan teori asam basa menurut Bronsted-Lowry yaitu asam didefinisikan sebagai
sebuah molekul atau ion yang mampu melepaskan atau mendonorkan
kation hidrogen (proton, H+) danbasa sebagai spesi kimia yang mampu menarik atau
menerima kation hidrogen (proton).
3. Teori asam basa menurut Lewis yaitu asam adalah spesi yang dapat membentuk ikatan
kovalen dengan akseptor pasangan elektron bebas dari spesi yang lain dan basa adalah spesi
yang dapat membentuk ikatan kovalen melalui donator pasangan elektron bebas kepada
spesi yang lain
3.4.1 Alat
1. Plat tetes/drople plate
2. Kertas lakmus biru dan merah
3. Indikator universal
4. pH meter
3.4.2 Bahan
1. H2SO4
2. Ba(OH)2
3. HCl
4. NaOH 0,1N
5. HNO3
18
3. Tuang sampel ke dalam plat tetes, kemudian celupkan indikator universal, amati dan catat
perubahan yang terjadi.
4. Masukkan pH meter ke dalam larutan sampel, catat nilai pH yang keluar
Hasil Pengamatan
Kode Lakmus Indikator Sifat Zat Nama Zat
Sampel pH meter
Merah Biru Universal
H2SO4 Merah Merah 1 Asam Asam Sulfat
Ba(OH)2 Biru Biru 14 Basa Barium Hidroksida
HCl Merah Merah 2 Asam Asam Klorida
NaOH 0,1N Biru Biru 12 Basa Natrium Hidroksida
HNO3 Merah Merah 1 Asam Asam Nitrat
3.6.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1. Pada Indikator H2SO4, HCl dan HNO3, lakmus biru yang dicelupkan kedalamnya akan
berubah menjadi warna merah. Hal ini dikarenakan ketiga indikator tersebut bersifat asam
(H+) yang dapat merubah warna lakmus biru menjadi merah.
2. Pada Indikator Ba(OH)2, dan NaOH 0,1N, lakmus merahyang dicelupkan kedalamnya
akan berubah menjadi warna biru. Hal ini dikarenakan indikator tersebut bersifat basa
(OH)- yang dapat merubah warna lakmus merah menjadi biru.
3.7 Kesimpulan
Larutan yang besifat netral tidak akan merubah warna kertas lakmus. Larutan yang
bersifat basa akan mengubah kertas lakmus merah menjadi biru, sedangkan yang biru tetap biru.
Larutan yang bersifat asam akan mengubah kertas lakmus biru menjadi warna merah, sedangkan
yang merah tetap merah. pH indicator universal dapat digunakan untuk mengukur pH suatu
larutan. Jika pH = 7 bersifat netral, pH > 7 bersifat basa, pH < 7 bersifat asam.
19
BAB IV
20
homogen/konstan. Indikator yang umum digunakan dalam titrasi ini adalah indikator
phenolptalein (PP)
21
4.3 Dasar Teori
4.3.1 Larutan Baku Pembanding
Untuk dapat menentukan kadar larutan dengan metode titrasi diperlukan suatu larutan
lain yang kadarnya telah diketahui. Larutan ini sering disebut sebagai larutan baku. Larutan baku
dibedakan atas larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer merupakan
larutan yang diperoleh dari zat padat yang mempunyai karakteristik relatif stabil kadarnya secara
analitis bila dibuat dalam bentuk larutan sehingga dapat dijadikan sebagai patokan atau standar
pertama dari suatu larutan baku. Sedangkan larutan baku sekunder adalah larutan yang kadarnya
diketahui dengan cara menggunakan larutan baku primer melalui metode titrasi. Larutan baku
sekunder inilah yang sering digunakan dalam titrasi karena dapat dibuat dalam skala banyak
untuk satu kali penentuan kadar sampel dengan harga relatif murah bila dibandingkan larutan
baku primer. Daftar bahan baku untuk membuat larutan baku primer dapat dilihat pada
Farmakope edisi IV pada bagian Larutan Volumetrik (LV) halaman 1212.
Khusus untuk titrasi asidi-alkalimetri umumnya digunakan baku pembanding primer
dalam bentuk zat padat yang dibuat larutan baku primer sebagai titrat. Sedangkan titran yang
digunakan justru akan dicari kadar sebenarnya dengan menggunakan larutan baku primer
tersebut. Larutan baku primer yang sering digunakan dalam asidimetri adalah larutan borax
(B4O7). Keuntungan standarisasi dengan borax daripada yang lain adalah Borax mempunyai sifat
anhygropic (tidak mudah menyerap air) sehingga dalam penyimpanan kadar air dapat diabaikan.
Kemudian dalam penggunaannya ada titrasi didapat titik akhir titrasi pada temperatur kamar
yang jelas dengan menggunakan indikator metyl merah. Reaksi titrasi borax dengan titran HCl
adalah sebagai berikut:
2H+ + B4O7 + 5H2O 4H3BO3 + Na2+
1 gr Na2B4O7 = 2 grek Na2B4O7
Dengan menggunakan larutan baku primer borax maka akan diperoleh HCl yang sudah
dibakukan dan dapat digunakan untuk titrasi asidimetri. Untuk melakukan titrasi alkalimetri
maka dilakukan terlebih dahulu pembakuan NaOH dengan menggunakan HCl yang sudah baku.
22
sedemikian rupa hingga dihentikan apabila diperoleh tanda yang diperlihatkan pada titrat sebagai
indikasi bahwa reaksi pada titrat telah mencapai tingkat yang diharapkan sehingga diperoleh
volume titran sebagai bahan perhitungan analisis penentuan kadar. Tanda berakhirnya titrasi
tersebut umumnya menggunakan zat berwarna yang dapat berubah saat reaksi tertentu yang
sering disebut dengan indikator. Kadar yang dicari tergantung tujuan dari titrasi, bisa titran atau
titrat yang ingin dicari kadarnya.
Asidimetri adalah metode titrasi dengan menggunakan larutan asam yang sudah diketahui
sebelumnya (titran) digunakan untuk mencari kadar suatu larutan basa. Larutan asam yang biasa
digunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat dan asam borat. Sedangkan Alkalimetri adalah
kebalikan dari asidimetri yaitu mencari kadar suatu larutan asam dengan menggunakan larutan
basa yang sudah diketahui kadarnya sebagai titran. Larutan basa yang biasa digunakan adalah
NaOH. Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asidi-alkalimetri adalah phenoftalein (pp),
bromtimol biru (bb) dan metil merah.
23
b. Alat
Satu set perlengkapan titrasi (lihat di peralatan yang wajib dibawa pada tata tertib
praktikum)
24
2. Perbandingan mol antara HCl dengan borax menurut reaksi adalah 2:1
3. volume hasil rata-rata titran = 33,55 ml , maka kadar HCl yang sudah dibakukan adalah:
33,55 𝑀𝐻𝐶𝑙 2 2 x 10 x 0,1
× = = 0,0597
10 ml 0,1 1 33,55 x 1
2. mol ekuivalen dari Na4B2O7 sesuai persamaan reaksi adalah 0,00174 mol
25
𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑀𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝐸
3. kadar Na4B2O7 bila dihitung adalah % 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑁𝐵𝑜𝑟𝑎𝑥
0,0597 𝑥 17,4 𝑥 2
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100% = 1,0387%
200 𝑥 0,1
Pembacaan Buret I II
Akhir Titrasi 33,1 ml 34 ml
Awal Tirasi 0 ml 0 ml
Volume Larutan HCl 33,1 ml 34 ml
Rata-rata 33,55 ml
(𝑣 𝑥 𝑚) 𝐻𝐶𝑙 𝑛 𝐻𝐶𝑙
Perhitungan : 𝑚 𝐻𝐶𝑙 = (𝑣 𝑥 𝑚) 𝐵𝑜𝑟𝑎𝑥
=
𝑛 𝐵𝑜𝑟𝑎𝑥
33,55 𝑥 𝑚 𝐻𝐶𝑙 2
𝑚 𝐻𝐶𝑙 = =
10 𝑥 0,1 1
2 𝑥 10 𝑥 0,1
𝑚 𝐻𝐶𝑙 = = 0,0597
33,55
Pembacaan Buret I II
Akhir Titrasi 17,8 ml 17 ml
Awal Tirasi 0 ml 0 ml
Volume Larutan HCl 17,8 ml 17 ml
Rata-rata 17,4
26
𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑀𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝐸
Perhitungan : % 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑁𝐵𝑜𝑟𝑎𝑥
0,0597 𝑥 17,4 𝑥 2
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100% = 1,0387%
200 𝑥 0,1
4.6.2 Pembahasan
Analisa volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia yang luas
penggunaannya. Cara ini sangat menguntungkan karena pelaksanaannya yang mudah dan cepat,
ketelitian dan kecepatan cukup tinggi, juga dapat digunakan untuk menetukan kadar berbagai zat
yang mempunyai sifat berbeda-beda. Salah metode yang sering digunaka dalam analisis
volumetri yaitu titrasi asam basa.
Titrasi asam basa sering disebut juga disebut dengan titrasi netralisasi. Dalam reaksi itu,
menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Reaksi netralisasi terjadi antara ion
hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat
netral. Berdasarkan konsep lain netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor
proton (asam) dan penerima proton (basa).
Dalam praktikum ini, pada percobaan metode asidimetri sampel yang dititrasi adalah
Natrium Tetraborax (Na4B2O7) dengan menggunakan larutan baku asam klorida (HCl) 0,0597 N.
Hal ini disebabkan karena Natrium tetraborax bersifat basa sehingga titran yang digunakan
adalah larutan baku asam.
Pada saat melakukan titrasi metode asidimetri larutan sampel (Na4B2O7) dilarutkan
dengan air. Indikator yang digunakan adalah indicator metilen red. Hasil titrasi adalah terjadinya
perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Hal ini disebabkan karena pengaruh dari
indikator sebagai larutan penunjuk dari titrasi. Volume titran yang didapatkan oleh kelompok 3
secara berurutan adalah 17,8 ml dan 17 ml. salah satu faktor volume titrannya berbeda–beda
adalah karena ukuran dalam berat sampel yang digunakan masing–masing kelompok berbeda–
beda.
Untuk menghitung % kadar terlebih dahulu diperhatikan faktor koreksinya berdasarkan
berat setara sampel. Alasan penggunaan indicator adalah pada saat dilakukan proses penitrasian
pH yang ada menunjukkan perubahan warna larutan seperti pada trayek pH. Adapun faktor
kesalahan yang akan menyebabkan gagalnya percobaan ini diantaranya adalah apabila
27
konsentrasi larutan baku yang digunakan tidak sesuai dengan prosedur kerja yang ada, apabila
titran yang digunakan tidak sesuai dengan teori yaitu apabila larutan asam yang ingin dititrasi
maka sebagai titran adalah larutan baku basa dan begitupula sebaliknya, selain itu apabila adanya
partikel–artikel lain yang menempel pada alat–alat praktikum, kecepatan pada saat mengocok
larutan ketika dititrasi juga menjadi faktor berhasilnya titrasi atau tidak.
4.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilkukan dapat disimpulkan bahwa kadar rata-rata dari
sampel Na4B2O7 (Natrium karbonat) yaitu 1,0387%.
28