Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita semua

rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan pratikum kimia analisis yang berjudul

“IDENTIFIKASI KATION, IDENTIFIKASI ANION, IDENTIFIKASI ASAM BASA DAN

TITRASI ASAM DAN BASA dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, kelompok kami mengucapkan terimakasih kepada dosen

praktikum kimia analisis yaitu Bapak Beny Maulana Satria, S.Si., M.Si yang telah banyak

membantu kami dalam memberikan arahan-arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama

praktikum dilaksanakan.

Kelompok kami telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran untuk

membuat kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang

tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan

demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Sebagai penutup, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu kami dalam penulisan laporan ini.

i
BAB I

IDENTIFIKASI KATION

1.1 Latar Belakang

Untuk tujuan analisis kualitatif kation sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam


golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa
yang disebut reagensia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-
golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum, adalah
asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini
didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk
endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan, bahwa klasifikasi kation yang paling umum,
didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation
tersebut.
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut:
Golongan 1 Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion
golongan ini adalah timbel, merkurium(I) (raksa), dan perak.
Golongan II Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. ion-ion golongan ini adalah
merkurium(II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik(III), arsenik(V), stibium(III),
stibium(V), timah(II), dan timah(III) (IV). Keempat ion yang pertama merupakan sub-
golongan II.a dan keenam yang terakhir sub-golongan II.b. Sementara sulfida dari kation dalam
Golongan II.a tak dapat larut dalam amonium polisulfida, sulfida dari kation dalam Golongan
II.b justru dapat larut.
Golongan III Kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk
endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan
ini adalah kobalt(II), nikel(II), besi(II), besi(III), kromium(III), aluminium, zink, dan
mangan(II).

1
Golongan IV Kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia Golongan I, II, III.
Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium
klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam, kation-kation golongan ini adalah: kalsium,
strontium, dan barium. Beberapa sistem klasifikasi golongan meniadakan pemakaian amonium
klorida disamping amonium karbonat sebagai reagensia golongan; dalam hal ini, magnesium
harus juga dimasukkan ke dalam golongan ini. Tetapi, karena dalam pengerjaan analisis yang
sistematis, amonium klorida akan terdapat banyak sekali ketika kation-kation golongan keempat
hendak diendapkan, adalah lebih logis untuk tidak memasukkan magnesium ke dalam Golongan
IV.
Golongan V Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia
golongan sebelumnya ,merupakan golongan kation yang terakhir, yang meliputi ion-ion
magnesium, natrium, kalinum, amoium, lilitium dan hidrogen.

1.2 Tujuan Praktikum


Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi kation
dengan benar.

1.3 Dasar Teori

Untuk tujuan analisis kualitatif, sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima


golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan menggunakan
reagensia golongan secara sistematik dapat ditetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation,
dan dapat juga digunakan untuk pemisahan golongan–golongan ini untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
Reagensia yang digunakan untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam
klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan
apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan.
Kelima golonan kation dan ciri-ciri khas golongan–golongan ini adalah sebagai berikut:

2
1. Kation Golongan I
Golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah
timbal (Pb), merkurium (I) raksa, dan perak(Ag). Beberapa reaksi yang dapat menjadi ciri
khas kation golongan I di antaranya:

2. Golongan II
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida tetapi membentuk endapan dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah golongan
IIA yaitu merkurium(II), tembaga , bismuth, kadmium, dan golongan IIB yaitu arsenik
(III), arsenik (V), stibium(III), stibium (V), timah (II) danTimah (III) (IV). Sulfida dari
kation golongan IIA tidak dapat larut dalam amoniumpolisulfida sedangkan sulfida dari
golongan IIB justru dapat larut. Beberapa reaksi yang dapat menjadi ciri khas kation
golongan II di antaranya:

3. Golongan III
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan hidrogen
sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini membentuk endapan dengan
amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah
kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III), kromium(III) aluminium, zink dan mangan (II).
Beberapa reaksi yang dapat menjadi ciri khas kation golongan III di antaranya:

4. Golongan IV
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-kation
ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida dalam
suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium, stronsium dan
barium.

5. Golongan V
Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia golongan sebelumnya,
merupakan golongan kation terakhir (sisa) yang meliputi ion magnesium, natrium, kalium,
dan amonium

3
1.4 Alat dan Bahan

1.4.1 Alat
1. Pipet tetes
2. Tabung reaksi
3. Bunsen
4. Rak tabung reaksi
5. Serbet
6. Batang pengaduk

1.4.2 Bahan
1. Pb
2. Cu
3. Zn
4. HCl
5. KI
6. NaOH
7. Ca
8. Mg
9. H2SO4
10. K2CrO4

1.5 Prosedur Kerja

1. Kation golongan I

Pb(NO3)2 Pb(NO3)2 Pb(NO3)2

+ HCl (3 tetes) + KI (3tetes) + NaOH (3 tetes)

PbCl2 PbI2 Pb(OH)2


(endapan putih) (endapan kuning) (endapan putih jelly)
a

4
2. Kation golongan II

CuSO4 CuSO4 CuSO4

+ HCl (3 tetes) + KI (3 tetes) + NaOH (3 tetes)

CuCl2 CuI2 Cu(OH)2


(larutan biru bening) (larutan merah betadine) (endapan biru)

3. Kation golongan III

ZnSO4 ZnSO4 ZnSO4

+ HCl (3 tetes) +KI (3 tetes) + NaOH (3 tetes)

ZnCl2 ZnI2 Zn(OH)2


(endapan putih)

4. Kation golongan IV

CaCl2 CaCl2

+ H2SO4 + HCl, dipanaskan + K2CrO4

CaSO4 CaCrO4
(endapan putih) (endapan putih)

BaCl2 BaCl2

+ H2SO4 + HCl, dipanaskan + K2CrO4

BaSO4 BaCrO4
(endapan putih) (endapan kuning)

5
5. Kation golongan V

MgCl2 MgCl2

+ H2SO4 + HCl, dipanaskan + K2CrO4

MgSO4 MgCrO4
(larutan kuning minyak)

1.6 Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1.6.1 Hasil Pengamatan

1. Pertemuan Kesatu : Identifikasi Kation Golongan I sampai III


Kode Sampel Pereaksi Hasil Reaksi Kation
+ HCl Endapan putih keruh Pb
Pb + KI Endapan kuning Pb
+ NaOH Endapan putih jelly Pb

+ HCl Larutan biru bening


Cu + KI Lar merah betadine
+ NaOH Endapan biru keruh Cu

+ HCl Bening
Zn + KI Bening
+ NaOH Endapan putih Zn

2. Pertemuan Kedua : Identifikasi Kation Golongan IV dan V


Kode Sampel Pereaksi Hasil Reaksi Kation
+ H2SO4 + HCl, dipanaskan Endapan putih
+ K2CrO4 Lar kuning, endapan
Ca putih
+ NaOH + lakmus merah
+ NaOH + HCl (p) pada
batang pengaduk

+ H2SO4 + HCl, dipanaskan Tetap bening


Mg + K2CrO4 Lar kuning seperti

6
minyak goreng
+ NaOH + lakmus merah
+ NaOH + HCl (p) pada
batang pengaduk

+ H2SO4 + HCl, dipanaskan Endapan putih


+ K2CrO4 Endapan kuning susu
Ba + NaOH + lakmus merah
+ NaOH + HCl (p) pada
batang pengaduk

1.6.2 Pembahasan

Percobaan yang dilakukan yaitu analisis kualitatif pada sampel yang mengandung jenis
kation tertentu. Uji kualitatif kation yang dilakukan menggunakan beberapa sampel, sampel
pertama yaitu PbNO3, sampel tersebut ditambahkan dengan pereaksi HCl, KI dak KBr. Uji
kualitatif kation Pb2+, sampel yang digunakan adalah Pb(NO3)2, sampel tersebut ditambahkan
dengan pereaksi HCl, KI dan NaOH. Pb(NO3)2 yang ditambahkan HCl menghasilkan endapan
putih PbCl2 dan Pb(NO3)2 yang ditambahkan KI menghasilkan endapan kuning PbI2. Selanjutnya
Pb(NO3)2 yang ditambahkan NaOH ternyata menghasilkan endapan putuh jelly Pb(OH)2.
Uji kualitatif kation Cu2+ digunakan sampel larutan CuSO4, larutan CuSO4 ditambahkan
pereaksi HCl KI dan NaOH. Saat CuSO4 ditambahkan pereaksi HCl, maka akan menghasilkan
larutan biru CuCl2. Selanjutnya saat CuSO4 ditambahkan pereaksi KI maka akan menghasilkan
larutan merah betadine CuI2 dan ketika ditambahkan pereaksi NaOH akan menghasilkan
endapan berwarna biru Cu(OH)2.
Uji kualitatif kation pada percobaan ini juga digunakan sampel ZnSO4 sebagai sampel
yang mengandung kation Zn2+, sampel tersebut direaksikan dengan HCl dan tidak terjadi
perubahan apapun. Saat sampel ditambahkan dengan pereaksi KI, sampel juga tidak mengalami
perubahan apapun (tetap bening) dan ketika sampel ditambahkan pereaksi NaOH baru
menghasilkan endapan putih Zn(OH)2.
Uji kualitatif yang selanjutnya menggunakan kation Ca2+ dan Ba2+. Masing-masing
sampel yang digunakan adalah CaCl2 dan BaCl2. Saat sampel CaCl2 ditambahkan pereaksi
H2SO4 maka akan menghasilkan endapan putih CaCl2, tetapi saat direaksikan kembali dengan
HCl dan dipanaskan maka endapan akan larut. Sedangkan saat CaCl2 ditambahkan pereaksi
K2CrO4 akan menghasilkan endapan putih CaCrO4. Pengujian pada sampel BaCl2 sama seperti

7
pada pengujian sampel CaCl2. BaCl2 yang ditambahkan pereaksi H2SO4 akan menghasilkan
endapan putih BaSO4 dan ketika direaksikan kembali dengan HCl (dipanaskan), endapan tetap
ada (tidak larut). Kemudian BaCl2 yang diberi pereaksi K2CrO4 akan menghasilkan endapan
kuning susu BaCrO4.
Uji kualitatif yang terakhir adalah Mg2+, sampel yang digunakan adalah MgCl2
direaksikan dengan H2SO4 dan K2CrO4. Saat sampel MgCl2 ditambahkan pereaksi H2SO4 tidak
terjadi perubahan apapun pada sampel, kemudian saat sampel ditambahkan dengan pereaksi
K2CrO4 maka akan dihasilkan larutan kuning seperti minyak goreng MgCrO4

1.7 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah analisis kimia kualitatif pada sampel Pb(NO3)2
yang mengandung kation Pb2+ ditambahkan dengan pereaksi HCl, KI dan NaoH menghasilkan
reaksi positif yakni endapan putih, endapan kuning dan endapan putih jelly. Sampel CuSO4
sebagai kation yang mengandung Cu2+ direaksikan dengan NaOH menghasilkan reaksi positif
endapan biru. Sampel ZnSO4 yang mengandung kation Zn2+ direaksikan dengan NaOH
menghasilkan endapan putih. Selanjutnya sampel CaCl2 sebagai sampel kation Ca2+ direaksikan
dengan K2CrO4 menghasilkan endapan putih. Sampel BaCl2 yang mengandung kation Ba2+
direaksikan dengan H2SO4 menghasilkan endapan putih dan saat ditambahkan dengan pereaksi
K2CrO4 menghasilkan endapan kuning. Terakhir, MgCl2 sebagai sampel yang mengandung
kation Mg2+ direaksikan dengan K2CrO4 menghasilkan larutan kuning seperti minyak goreng.

8
BAB II

IDENTIFIKASI ANION

2.1 Latar Belakang

Kimia analisis dibagi menjadi dua (2) bidang ilmu yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang membahas tentang identifikasi zat (ada
tidaknya suatu unsur), sedangkan analisa kuantitatif merupakan analisis yang membahas tentang
banyaknya suatu zat yang terdapat dalam suatu sampel. Pada analisis anion ini menggunakan
analisis kualitatif.
Suatu ion dapat digolongkan menjadi anion dan kation. Anion merupakan atom non
logam yang bermuatan negatif, sedangkan kation merupakan atom non logam yang bermuatan
positif. Dalam percobaan ini akan dibahas tentang Anion. Adanya anion dalam suatu larutan
dapat didentifikasikan dengan adanya perubahan kimia. Cara mengidentifikasi anion tidak begitu
sistematik. Analisis anion cenderung lebih mudah dan berlangsung secara singkat sehingga
dengan sangat mudah untuk mendapatkan hasil percobaan. Analisa anion bertujuan untuk
mengidentifikasikan adanya ion dalam suatu sampel.
Penggolongan anion berdasarkan identifikasi anion berdasarkan pembentukan gas,
endapan, warna, dan kelarutan. Reaksi yang terjadi pada saat pengidentifikasian singkat akan
terbentuk zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan juga berbeda sifat-sifat fisiknya.

2.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang
melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion yang ada didalam
sampel.

2.3 Dasar Teori

Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur
atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan
dengan penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel. Anion berinti banyak

9
dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4 atom oksigen yang terikat pada atom inti dan
menghasilkan atom deskret. Namun demikian, mungkin hanya terdiri dari 2 atom oksigen dan
menghasilkan ion dengan jembatan oksigen seperti ion bikarbonat yang terbentuk dari CrO4
yang diasamkan (Ismail Besari : 1982).
Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode untuk
mendeteksi kation. Sampai saat ini belum pernah dikemukakan suatu skema yang benar-benar
memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam golongan
utama, dan dari masing-masing golongan menjadi anggota golongan tersebut yang berdiri
sendiri. Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan garam
pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap berguna
untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion
bukanlah skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub golongan (G.
Svehla : 1985).
Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk senyawa yang
mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah larut dalam garam karbonat dari
logam-logam berat sukar larut dalam air, sehingga apabila zat yang akan dianalisa berupa zat
yang sukar larut atau memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat dahulu berupa ekstrak
soda, kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu tersebut (Anonim : 2011).
Anion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat adanya kenaikan jumlah
elektron. Misalnya : atom klorin (Cl) dapat memperoleh tambahan satu elektron untuk mendapat
ion klorida (Cl-). Natrium klorida (NaCl), yang dikenal sebagai garam dapur, disebut senyawa
ionik (ionik compound) karena dibentuk dari kation dan anion. Atom dapat kehilangan atau
memperoleh lebih dari satu elektron. Contoh ion-ion yang terbentuk dengan kehilangan atau
memperoleh lebih dari satu elektron adalah Mg2+, Fe3+, S22-, dan N3-, Na+ dan Cl- Ion-ion ini
disebut ion monoatomik karena ion-ion ini mengandung hanya satu atom.
Pengujian anion dilakukan setelah uji kation. Pengujian terhadap anion relatif lebih
sederhana karena gangguan-gangguan dari ion-ion lain yang ada dalam larutan minimal (dapat
diabaikan). Pada umumnya anion-anion dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Golongan sulfat:
SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, BO33-, Cr2O42-, AsO43-,AsO33-. Anion-anion ini mengendap
dengan Ba2+ dalam suasana basa.

10
2) Golongan halida :
Cl-, Br-, I-, S2- . Anion golongan ini mengendap dengan Ag+ dalam larutan asam (HNO3).
3) Golongan nitrat :
NO3-, NO2-,C2H3O2-. Semua garam dari golongan ini larut. NO3-, NO2-, CH3OO-. Analisis
anion tidak jauh berbeda dengan analisis kation, hanya saja pada analisis anion tidak
memiliki metode yang sistematis seperti analisis kation. Uji analisis anion juga berdasarkan
pada sifat fisika seperti warna, bau, terbentuknya gas, dan kelarutannya.

2.4 Alat dan Bahan

2.4.1 Alat
1. Tabung reaksi 4. Kapas 7. Plat tetes (Drople Plat)
2. Rak tabung 5. Serbet
3. Pipet tetes 6. Lampu spiritus

2.4.2 Bahan
1. Na2CO3 4. KBr 7. BaCl2 10.FeSO4
2. NaNO2 5. KI 8. HCl 11. AgNO3
3. Na2SO4 6. KCl 9. H2SO4 12. KmnO4

2.5 Prosedur Kerja

1. Na2CO3 Na2CO3 Na2CO3

+ BaCl2 + HCl (encer) + H2SO4 (encer) + FeSO4 + BaCl2

BaCO3 H2CO3
BaCO3
(jernih lalu terbentuk (Jernih lalu membentuk
(endapan putih susu)
endapan putih) endapan putih)

H2CO3 FeCO3

11
2.
NaNO2 NaNO2 NaNO2

+ BaCl2 + HCl + H2SO4 (encer) + FeSO4 + BaCl2

Ba(NO2)2 HNO2 Ba(NO2)2


(larutan seperti (endapan putih)
(endapan putih)
minyak jelantah)

HNO2 Fe(NO2)2

3.
Na2SO4 Na2SO4 Na2SO4

+ BaCl2 + HCl + H2SO4 (encer) + FeSO4 + BaCl2

BaSO4 (larutan hijau pekat) BaSO4


(endapan putih kapur) (endapan putih kapur)

H2SO4

12
4. KBr KBr KBr

+ AgNO3 + KMnO4 + H2SO4 (pekat)

AgBr K2SO4
(larutan hijau muda) (larutan fanta orange)

5. KI
KI

+ AgNO3 + KMnO4 + H2SO4 (pekat)

AgI HI
(larutan jernih) (endapan coklat > uap biru tua > larutan jernih >
larutan orange > larutan ungu)

6.
KCl KCl

+ AgNO3 + KMnO4 + H2SO4 (pekat)

AgCl Endapan ungu > larutan jernih >


(endapan putih kapur) larutan kuning muda

13
2.6 Hasil Pengamatan dan Pembahasan

2.6.1 Hasil Pengamatan

1. Pertemuan Kesatu : Identifikasi Anion Karbonat, Sulfit, Nitrit, Posfat


Kode Sampel Pereaksi Hasil Reaksi Kation

Na2CO3 + BaCl2 + HCl encer Larutan Jernih lalu


menjadi endapan
putih
+ H2SO4 encer + FeSO4 Larutan jernih lalu
menjadi endapan
putih
+ BaCl2 Endapan putih susu

NaNO2 + BaCl2 + As. Kuat encer Endapan putih


+ H2SO4 encer + FeSO4 Larutan seperti
minyak jelantah
+ BaCl2 Endapan putih

Na2SO4 + BaCl2 + As. Kuat encer Endapan putih


+ H2SO4 encer + FeSO4 Larutan hijau pekat
+ BaCl2 Endapan putih kapur

2. Pertemuan Kedua : Identifikasi Anion Klorida, Bromida, Iodida, Borat, Asetat


Kode Sampel Pereaksi Hasil Reaksi Kation
+ AgNO3 Larutan hijau muda
KBr
+ KMNO4 + H2SO4 pekat Larutan fanta orange

+ AgNO3 Larutan jernih


KI
+ KMNO4 + H2SO4 pekat Endapan coklat > uap biru
tua > larutan jernih >
larutan orange > larutan
ungu

14
+ AgNO3 Endapan putih kapur
+ KMNO4 + H2SO4 pekat Endapan ungu > larutan
KCl
jernih > larutan kuning
muda

2.6.2 Pembahasan

Pada praktikum analisis anion ini, sampel yang akan di uji termasuk anion golongan apa
adalah, Na2CO3, NaNO2, Na2SO4, KBr, KI dan KCl (semua sampel dalam bentuk larutan).
Pengujian dilakukan dengan cara meneliti atau mengamati sampel yang telah ditambahkan
reagen akan mengalami pengendapan atau tidak. Selanjutnya kita akan akan mengamati
perbedaan penambahan reagen yang berlebih dan dilakukan pemanasan pada pengujian reagen
yang berlebih.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kecocokan secara teoritis pada
saat pengujian atau praktikum. Adapun reagen yang kami gunakan pada saat praktikum kemarin
adalah AgNO3, KMnO4, BaCl2, H2SO4 encer dan pekat, FeSO4 dan HCl. Pada percobaan
pertama yaitu sampel pertama Na2CO3 ditambahkan dengan BaCl2 dan HCl encer, reaksinya
yaitu menghasilkan larutan jernih yang berubah menjadi endapan putih. Selanjutnya Na2CO3
ditambahkan pereaksi H2SO4 encer dan FeSO4, hasil reaksi mula-mula jernih lalu terjadi
endapan putih.
Percobaan kedua menggunakan sampel NaNO2 yang ditambahkan dengan pereaksi BaCl2
dan HCl encer sehingga terjadi endapan putih. Selanjutnya NaNO2 direaksikan dengan pereaksi
H2SO4 dan FeSO4 yang menghasilkan larutan seperti minyak jelantah.
Percobaan ketiga menggunakan sampel Na2SO4. Pereaksi yang digunakan masih tetap
sama yaitu BaCl2 dan HCl encer, menghasilkan endapan putih. Kemudian Na2SO4 direaksikan
dengan H2SO4 encer dan FeSO4 yang menghasilkan larutan berwarna hijau pekat.

15
Percobaan keempat menggunakan sampel KBr yang ditambahkan dengan pereaksi
AgNO3 dan menghasilkan larutan hijau muda. Selanjutnya KBr direaksikan dengan pereaksi
KMNO4 + H2SO4 pekat yang menghasilkan larutan berwarna orange fanta.
Percobaan kelima menggunakan sampel KI yang ditambahkan dengan pereaksi AgNO3,
hasilnya larutan tetap jernih (tidak berubah warna). Selanjutnya KI direaksikan dengan pereaksi
KMNO4 + H2SO4 pekat yang menghasilkan endapan coklat > uap biru tua > larutan jernih >
larutan orange > larutan ungu.
Percobaan terakhir menggunakan sampel KCl yang ditambahkan dengan pereaksi AgNO3
yang menghasilkan endapan putih kapur. Selanjutnya KCl direaksikan denga pereaksi KMNO4 +
H2SO4 pekat yang menghasilkan endapan ungu > larutan jernih > larutan kuning muda.

2.7 Kesimpulan

Dari praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa:


1. Anion adalah atom yang bermuatan negatif bila kelebihan elektron. Analisis anion
diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh gambaran ada tidaknya anion tertentu
atau kelompok anion yang memiliki sifat – sifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan
proses analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu. Pemisahan secara fisik
dari anion umumnya tidak penting, karena uji spesifik anion hanya peka terhadap anion
tertentu dan tidak peka untuk anion lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan
alam suatu analisis anion oleh anion lain, maka diperlukan langkah awal proses
pemisahan.
2. Pemakaian zat pereaksi yang terlalu benyak, mungkin tidak akan terjadi endapan karena
terbentuknya ion kompleks, sehingga pemakaian zat pereaksi secara berlebihan tidak
berguna dan merupakan pemborosan, juga dapat menyulitkan proses analisa.
3. Larutan pencuci endapan berguna untuk membersihkan endapan dengan cara melarutkan
kotoran yang terdapat dalam endapan. Dalam hal ini adalah air hangat dan HCl encer.
4. Berdasarkan teori, endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan ke larutan (S) satu endapan, menurut defenisi adalah sama dengan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.
5. Kelarutan tergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-
bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya.

16
BAB III

IDENTIFIKASI ASAM DAN BASA

3.1 Latar Belakang

Pada tahun 1923 J.N.Bronsted dan T.M.Lowry mempresentasikan suatu pandangan baru
tentang perilaku asam – basa. Mereka mendefinisikan asam adalah segala zat yang dapat
memberikan proton, dan basa adalah zat yang dapat menerima proton. Ketika suatu asam
menghasilkan proton, spesies yang kekurangan harus mempunyai sedikit afinitas proton,
sehingga merupakan suatu basa. Jadi, dalam perlakuan Bronsted, kita menemui pasangan asam-
basa konjugat :
HB ↔ H+ + B
Asam Basa
Menurut teori Bronsted – Lowry, asam dapat berupa :
1. Molekul tak bermuatan yang dikenal sebagai asam dalam teori asam-basa klasik, seperti
HCl, HNO3, H2SO4, CH3COOH, H3PO4, dan sebagainya.
2. Anion, seperti HSO4-, H2PO4-, HPO42-, dan sebagainya
3. Kation, seperti NH4+, H3O+, dan sebagainya
Zat –zat berikut ini yang termasuk dalam basa :
1. Molekul tak bermuatan seperti NH3, dan H2O, dan sebagainya.
2. Anion, seperti Cl-, NO3-, NH2-, OH-, dan sebagainya.

3.2 Tujuan Praktikum


Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu : Mengidentifikasi
senyawa asam dan basa dengan menggunakan alat pendeteksi yang terdiri dari kertas lakmus, pH
meter, dan indikator universal.

3.3 Dasar Teori


Asam basa merupakan salah satu sifat suatu zat baik yang berbentuk larutan maupun non
pelarut, sifat dari asam yaitu terasa masam dan basa terasa pahit dan sifat asam basa juga bersifat
beracun dan korosif. hubungan asam basa dengan pH adalah pH sebagai penentu agar suatu
senyawa bisa diketahui bersifat asam atau basa, jika pH senyawa lebih kecil dari 7 maka

17
senyawa tersebut bersifat asam dan jika suatu senyawa pH lebih besar dari 7 maka senyawa
tersebut bersifat basa.
1. Teori asam basa menurut Arrhenius yaitu asam adalah suatu spesies yang akan
meningkatkan konsentrasi ion H+ di dalam air dan basa adalah suatu spesies yang akan
meningkatkan konsentrasi ion OH- di dalam air.

2. Sedangkan teori asam basa menurut Bronsted-Lowry yaitu asam didefinisikan sebagai
sebuah molekul atau ion yang mampu melepaskan atau mendonorkan
kation hidrogen (proton, H+) danbasa sebagai spesi kimia yang mampu menarik atau
menerima kation hidrogen (proton).

3. Teori asam basa menurut Lewis yaitu asam adalah spesi yang dapat membentuk ikatan
kovalen dengan akseptor pasangan elektron bebas dari spesi yang lain dan basa adalah spesi
yang dapat membentuk ikatan kovalen melalui donator pasangan elektron bebas kepada
spesi yang lain

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat
1. Plat tetes/drople plate
2. Kertas lakmus biru dan merah
3. Indikator universal
4. pH meter

3.4.2 Bahan
1. H2SO4
2. Ba(OH)2
3. HCl
4. NaOH 0,1N
5. HNO3

3.5 Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan
2. Tuang sampel ke dalam plat tetes, kemudian celupkan kertas lakmus merah dan biru,
amati dan catat perubahan warna yang terjadi.

18
3. Tuang sampel ke dalam plat tetes, kemudian celupkan indikator universal, amati dan catat
perubahan yang terjadi.
4. Masukkan pH meter ke dalam larutan sampel, catat nilai pH yang keluar

3.6 Hasil Pengamatan dan Pembahasan


3.6.1 Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan
Kode Lakmus Indikator Sifat Zat Nama Zat
Sampel pH meter
Merah Biru Universal
H2SO4 Merah Merah 1 Asam Asam Sulfat
Ba(OH)2 Biru Biru 14 Basa Barium Hidroksida
HCl Merah Merah 2 Asam Asam Klorida
NaOH 0,1N Biru Biru 12 Basa Natrium Hidroksida
HNO3 Merah Merah 1 Asam Asam Nitrat

3.6.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1. Pada Indikator H2SO4, HCl dan HNO3, lakmus biru yang dicelupkan kedalamnya akan
berubah menjadi warna merah. Hal ini dikarenakan ketiga indikator tersebut bersifat asam
(H+) yang dapat merubah warna lakmus biru menjadi merah.
2. Pada Indikator Ba(OH)2, dan NaOH 0,1N, lakmus merahyang dicelupkan kedalamnya
akan berubah menjadi warna biru. Hal ini dikarenakan indikator tersebut bersifat basa
(OH)- yang dapat merubah warna lakmus merah menjadi biru.

3.7 Kesimpulan
Larutan yang besifat netral tidak akan merubah warna kertas lakmus. Larutan yang
bersifat basa akan mengubah kertas lakmus merah menjadi biru, sedangkan yang biru tetap biru.
Larutan yang bersifat asam akan mengubah kertas lakmus biru menjadi warna merah, sedangkan
yang merah tetap merah. pH indicator universal dapat digunakan untuk mengukur pH suatu
larutan. Jika pH = 7 bersifat netral, pH > 7 bersifat basa, pH < 7 bersifat asam.

19
BAB IV

TITRASI ASAM DAN BASA

4.1 Latar Belakang


Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan
konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya
(larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa
(reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi
volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi (Syukri, 1999).
Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator berubah warna
pada saat titik ekuivalen. Pasda titrasi asam basa, dikenal istilah titik ekuivalen dan titik akhir
titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepat habis bereaksi.
Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan digunakan indikator. Saat perubahan warna terjadi,
saat itu disebut titik akhir titrasi (Sukmariah, 1990).
Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai
standarisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan menggunakan suatu
sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat, dalam volume larutan yang
diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal ini hanya sedikit, disebut standar primer
(Sukmariah, 1990).
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di
dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan
biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.Titrasi
asam basa disebut juga titrasi asidi alkalimetri. Dimana titrasi asidimetri adalah titrasi yang
menggunakan larutan asam sebagai larutan standar yang bertujuan untuk menentukan
konsentrasi larutan basa. Sedangkan titrasi alkalimetri adalah titrasi yang menggunakan larutan
basa sebagai larutan standar yang bertujuan untuk menentukan konsetrasi larutan asam. Pada
dasarnya proses titrasi selalu menggunakan larutan indikator yang berfungsi membantu
perubahan warna larutan yang dititrasi, perubahan warna tersebut sebagai indikasi berhasilnya
suatu titrasi. Titrasi dikatakan selesai jika pembentukan warna dari larutan yang dititrasi telah

20
homogen/konstan. Indikator yang umum digunakan dalam titrasi ini adalah indikator
phenolptalein (PP)

4.2 Tujuan Praktikum


Setelah praktikum, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Membuat larutan baku pembanding
2. Melakukan titrasi asam dan basa

21
4.3 Dasar Teori
4.3.1 Larutan Baku Pembanding

Untuk dapat menentukan kadar larutan dengan metode titrasi diperlukan suatu larutan
lain yang kadarnya telah diketahui. Larutan ini sering disebut sebagai larutan baku. Larutan baku
dibedakan atas larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer merupakan
larutan yang diperoleh dari zat padat yang mempunyai karakteristik relatif stabil kadarnya secara
analitis bila dibuat dalam bentuk larutan sehingga dapat dijadikan sebagai patokan atau standar
pertama dari suatu larutan baku. Sedangkan larutan baku sekunder adalah larutan yang kadarnya
diketahui dengan cara menggunakan larutan baku primer melalui metode titrasi. Larutan baku
sekunder inilah yang sering digunakan dalam titrasi karena dapat dibuat dalam skala banyak
untuk satu kali penentuan kadar sampel dengan harga relatif murah bila dibandingkan larutan
baku primer. Daftar bahan baku untuk membuat larutan baku primer dapat dilihat pada
Farmakope edisi IV pada bagian Larutan Volumetrik (LV) halaman 1212.
Khusus untuk titrasi asidi-alkalimetri umumnya digunakan baku pembanding primer
dalam bentuk zat padat yang dibuat larutan baku primer sebagai titrat. Sedangkan titran yang
digunakan justru akan dicari kadar sebenarnya dengan menggunakan larutan baku primer
tersebut. Larutan baku primer yang sering digunakan dalam asidimetri adalah larutan borax
(B4O7). Keuntungan standarisasi dengan borax daripada yang lain adalah Borax mempunyai sifat
anhygropic (tidak mudah menyerap air) sehingga dalam penyimpanan kadar air dapat diabaikan.
Kemudian dalam penggunaannya ada titrasi didapat titik akhir titrasi pada temperatur kamar
yang jelas dengan menggunakan indikator metyl merah. Reaksi titrasi borax dengan titran HCl
adalah sebagai berikut:
2H+ + B4O7 + 5H2O 4H3BO3 + Na2+
1 gr Na2B4O7 = 2 grek Na2B4O7
Dengan menggunakan larutan baku primer borax maka akan diperoleh HCl yang sudah
dibakukan dan dapat digunakan untuk titrasi asidimetri. Untuk melakukan titrasi alkalimetri
maka dilakukan terlebih dahulu pembakuan NaOH dengan menggunakan HCl yang sudah baku.

4.3.2 Titrasi Asam – Basa


Analisis titrimetri yang sering disebut titrasi volumetrik adalah metode penentuan kadar
suatu zat dalam bentuk larutan dengan cara meneteskan zat titran (yang berada dalam buret) pada
titrat (zat yang ditetesi titran yang berada pada Erlenmeyer). Tetesan titran dari buret diatur

22
sedemikian rupa hingga dihentikan apabila diperoleh tanda yang diperlihatkan pada titrat sebagai
indikasi bahwa reaksi pada titrat telah mencapai tingkat yang diharapkan sehingga diperoleh
volume titran sebagai bahan perhitungan analisis penentuan kadar. Tanda berakhirnya titrasi
tersebut umumnya menggunakan zat berwarna yang dapat berubah saat reaksi tertentu yang
sering disebut dengan indikator. Kadar yang dicari tergantung tujuan dari titrasi, bisa titran atau
titrat yang ingin dicari kadarnya.
Asidimetri adalah metode titrasi dengan menggunakan larutan asam yang sudah diketahui
sebelumnya (titran) digunakan untuk mencari kadar suatu larutan basa. Larutan asam yang biasa
digunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat dan asam borat. Sedangkan Alkalimetri adalah
kebalikan dari asidimetri yaitu mencari kadar suatu larutan asam dengan menggunakan larutan
basa yang sudah diketahui kadarnya sebagai titran. Larutan basa yang biasa digunakan adalah
NaOH. Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asidi-alkalimetri adalah phenoftalein (pp),
bromtimol biru (bb) dan metil merah.

4.4 Alat dan Bahan


4.4.1 Larutan Baku
a. Bahan
1) Borax PA (jumlah ditentukan pengawas)
2) HCl (konsentrasi ditentukan pengawas)
3) Indikator MO
b. Alat
1) Satu set peralatan titrasi
2) Satu set peralatan pengenceran

4.4.2 Titrasi Asam Basa


a. Bahan
1) HCl 0,1 M (Disiapkan oleh pengawas)
2) NaOH 0,1 M (Disiapkan oleh pengawas)
3) Larutan asam A (Disiapkan oleh pengawas)
4) Larutan basa B (Disiapkan oleh pengawas)
5) indikator phenoftalein
6) indikator metil merah

23
b. Alat
Satu set perlengkapan titrasi (lihat di peralatan yang wajib dibawa pada tata tertib
praktikum)

4.5 Prosedur Kerja


4.5.1 Larutan Baku

1. Borax PA ditimbang dengan jumlah tertentu yang telah ditentukan pengawas


2. Borax yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu ukur sesuai ukuran yang
telah ditentukan pengawas.
3. Larutan borax diambil beberapa ml sesuai yang ditetapkan pengawas praktikum
kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
4. Beberapa tetes indikator MO ditambahkan
5. Larutan langkah 4 di titrasi dengan larutan HCl yang akan dibakukan secara perlahan-
lahan dengan dikocok hingga warna berubah dari kuning menjadi merah muda
6. Langkah 3 hingga 5 diulangi sekali lagi dan masing-masing volume titrasi dicatat
7. Kadar HCl dihitung dengan format sebagai berikut:
a. volume rata-rata hasil titrasi dicari
b. jumlah mol titrat dicari menggunakan rumus pencarian mol dari hasil perkalian kadar
dengan volume titrat volume yang di titrasi
c. jumlah mol titran dicari dengan persamaan reaksi menggunakan mol titrat yang sudah
diketahui
d. kadar titran dihitung menggunakan jumlah mol titrat dan volume peniter (hasil titrasi)
yang sudah diketahui
contoh perhitungan:
diketahui:
1. volume titrat borax yang digunakan 10 ml
2. konsentrasi borax misalkan 0,1 M
3. reaksi netralisasi antara HCl dengan borax adalah
2H+ + B4O7 + 5H2O 4H3BO3 + Na2+
Maka langkah untuk mencari kadar HCl yang di titrasi adalah:
L
1. Jumlah mol borax adalah 0,1 M x 10 ml x 1000 ml= 0,001 mol

24
2. Perbandingan mol antara HCl dengan borax menurut reaksi adalah 2:1
3. volume hasil rata-rata titran = 33,55 ml , maka kadar HCl yang sudah dibakukan adalah:
33,55 𝑀𝐻𝐶𝑙 2 2 x 10 x 0,1
× = = 0,0597
10 ml 0,1 1 33,55 x 1

4.5.2 Titrasi Asam Basa


Asidimetri:
1. Larutan Tetraborat diambil menggunakan pipet volume dengan ukuran yang ditentukan
oleh pengawas kemudian hasilnya dimasukkan dalam Erlenmeyer.
2. 2-3 tetes indikator metilen merah ditambahkan pada larutan langkah 1.
3. Digunakan titran HCl 0,1 N dan Volume awal pada buret dicatat
4. Larutan pada langkah 2 di titrasi dengan HCl 0,1 N sampai warna merah muda yang
timbul stabil atau tidak hilang lagi saat titrasi berlangsung.
5. volume akhir titran diukur dan dicatat.
6. Langkah 1 sampai 5 diulangi hingga diperoleh 2 volume awal dan 2 volume akhir.
7. dilakukan perhitungan dengan format sebagai berikut :
a. volume rata-rata hasil titrasi dicari
b. jumlah mol titran dicari menggunakan volume rata-rata hasil titrasi
c. jumlah mol titrat dicari dengan persamaan reaksi menggunakan mol titran yang sudah
diketahui
d. kadar titrat dihitung menggunakan jumlah mol dan volume titrat yang sudah diketahui
contoh perhitungan:
diketahui:
1. volume hasil rata-rata titran HCl 0,1 M adalah 17,8+17/2 = 17,4
2. volume titrat HCl yang digunakan adalah 17,8 ml dan 17 ml
3. reaksi netralisasi antara Na4B2O7 dengan HCl adalah
Na4B2O7 10H2O + 2HCl  4 H3BO3 + 2 NaCl + 5 H2O
Maka langkah untuk mencari kadar Na4B2O7 yang di titrasi adalah:
1. jumlah mol HCl yang bereaksi saat titrasi adalah
𝐿
17,4 𝑚𝑙 × 0,1 𝑀 × 1000 𝑚𝑙 = 0.00174 𝑚𝑜𝑙

2. mol ekuivalen dari Na4B2O7 sesuai persamaan reaksi adalah 0,00174 mol

25
𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑀𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝐸
3. kadar Na4B2O7 bila dihitung adalah % 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑁𝐵𝑜𝑟𝑎𝑥

0,0597 𝑥 17,4 𝑥 2
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100% = 1,0387%
200 𝑥 0,1

4.6 Hasil Pengamatan dan Pembahasan


4.6.1 Hasil Pengamatan
1. Pembuatan Larutan Baku
Tabel 3 Perhitungan Volume Hasil Pengukuran

Pembacaan Buret I II
Akhir Titrasi 33,1 ml 34 ml
Awal Tirasi 0 ml 0 ml
Volume Larutan HCl 33,1 ml 34 ml
Rata-rata 33,55 ml

(𝑣 𝑥 𝑚) 𝐻𝐶𝑙 𝑛 𝐻𝐶𝑙
Perhitungan : 𝑚 𝐻𝐶𝑙 = (𝑣 𝑥 𝑚) 𝐵𝑜𝑟𝑎𝑥
=
𝑛 𝐵𝑜𝑟𝑎𝑥

33,55 𝑥 𝑚 𝐻𝐶𝑙 2
𝑚 𝐻𝐶𝑙 = =
10 𝑥 0,1 1

2 𝑥 10 𝑥 0,1
𝑚 𝐻𝐶𝑙 = = 0,0597
33,55

2. Titrasi Asam Basa


Tabel 4 Perhitungan Volume Hasil Pengukuran

Pembacaan Buret I II
Akhir Titrasi 17,8 ml 17 ml
Awal Tirasi 0 ml 0 ml
Volume Larutan HCl 17,8 ml 17 ml
Rata-rata 17,4

26
𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑀𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝐸
Perhitungan : % 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑁𝐵𝑜𝑟𝑎𝑥

0,0597 𝑥 17,4 𝑥 2
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100% = 1,0387%
200 𝑥 0,1

4.6.2 Pembahasan
Analisa volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia yang luas
penggunaannya. Cara ini sangat menguntungkan karena pelaksanaannya yang mudah dan cepat,
ketelitian dan kecepatan cukup tinggi, juga dapat digunakan untuk menetukan kadar berbagai zat
yang mempunyai sifat berbeda-beda. Salah metode yang sering digunaka dalam analisis
volumetri yaitu titrasi asam basa.
Titrasi asam basa sering disebut juga disebut dengan titrasi netralisasi. Dalam reaksi itu,
menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Reaksi netralisasi terjadi antara ion
hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat
netral. Berdasarkan konsep lain netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor
proton (asam) dan penerima proton (basa).
Dalam praktikum ini, pada percobaan metode asidimetri sampel yang dititrasi adalah
Natrium Tetraborax (Na4B2O7) dengan menggunakan larutan baku asam klorida (HCl) 0,0597 N.
Hal ini disebabkan karena Natrium tetraborax bersifat basa sehingga titran yang digunakan
adalah larutan baku asam.
Pada saat melakukan titrasi metode asidimetri larutan sampel (Na4B2O7) dilarutkan
dengan air. Indikator yang digunakan adalah indicator metilen red. Hasil titrasi adalah terjadinya
perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Hal ini disebabkan karena pengaruh dari
indikator sebagai larutan penunjuk dari titrasi. Volume titran yang didapatkan oleh kelompok 3
secara berurutan adalah 17,8 ml dan 17 ml. salah satu faktor volume titrannya berbeda–beda
adalah karena ukuran dalam berat sampel yang digunakan masing–masing kelompok berbeda–
beda.
Untuk menghitung % kadar terlebih dahulu diperhatikan faktor koreksinya berdasarkan
berat setara sampel. Alasan penggunaan indicator adalah pada saat dilakukan proses penitrasian
pH yang ada menunjukkan perubahan warna larutan seperti pada trayek pH. Adapun faktor
kesalahan yang akan menyebabkan gagalnya percobaan ini diantaranya adalah apabila

27
konsentrasi larutan baku yang digunakan tidak sesuai dengan prosedur kerja yang ada, apabila
titran yang digunakan tidak sesuai dengan teori yaitu apabila larutan asam yang ingin dititrasi
maka sebagai titran adalah larutan baku basa dan begitupula sebaliknya, selain itu apabila adanya
partikel–artikel lain yang menempel pada alat–alat praktikum, kecepatan pada saat mengocok
larutan ketika dititrasi juga menjadi faktor berhasilnya titrasi atau tidak.

4.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilkukan dapat disimpulkan bahwa kadar rata-rata dari
sampel Na4B2O7 (Natrium karbonat) yaitu 1,0387%.

28

Anda mungkin juga menyukai