II. Tujuan
Mahasiswa dapat mengidentifikasi dengan tepat kation yang terdapat dalam
larutan sampel
IV. Percobaan
IV.1 Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan yang dilakukan terhadap sampel yang dianalisis dapat
memberikan petunjuk yang sangat penting dan akan memudahkan analisis lebih
lanjut. Untuk beberapa ion tertentu uji pendahuluan sudah memberikan kepastian.
Beberapa uji pendahuluan yang akan kita kerjakan dalam praktikum kali ini
adalah:
1. Uji pendahuluan secara organoleptis
2. Uji pendahuluan untuk kation
3. Uji pendahuluan untuk anion
1. Uji Pendahuluan secara Organoleptis
Bentuk : Perhatikan bentuk dari sampel apakah berupa padatan atau larutan.
Bila sampel berupa padatan atau kristal perhatikan bentuknya secara
mikroskopis.
Warna : Perhatikan warna padatan atau larutan
Padatan:
Merah : Pb3O4, HgO, HgI2, HgS, Sb2S3, CrO3,
K3(Fe(CN)6)
Merah jingga : K2Cr2O7
Merah keunguan : CdS, As2S3, PbI2, K4(Fe(CN)6), K2CrO4,
FeCl3, Fe(NO3)3
Hijau : Cr2O3, Hg2I2, Cr(OH)3, garam-garam fero
(Fe2+), garam-garam nikel (Ni2+), CuCO3,
CrCl3.6H2O, CuCl2.6H2O
Biru : Garam-garam kobalt (Co2+) anhidrat,
garam-garam tembaga (Cu2+) terhidrat.
Coklat : PbO2, CdO, Fe3O4, Fe2O3, Fe(OH)3
Hitam : PbS, CuS, CuO, HgS, FeS, MnO2, CoS,
NiS dan C (karbon)
Larutan:
Merah muda : CO2+, Mn2+, Merah jingga : Cr2O72-
Kuning : CrO42-, Fe(CN)63-, Fe3+ Hijau : Ni2+, Fe2+,
Cr3+
Biru : Cu2+ (dari garam-garam terhidrat)
Ungu : MnO4-
Langkah kerja:
a) Letakkan 3-4 mg zat di atas kaca arloji, basahi dengan sedikit HCl pekat.
b) Kawat platina atau Ni-Cr yang melingkari batang gelas dibersihkan dengan
menclupkan ke dalam larutan HCl pekat, lalu bakar pada nyala oksidasi.
Lakukan beberapa kali sampai nyala api tidak berwarna.
c) Kawat yang telah bersih diclupkan ke dalam sampel, lalu bakar pada nyala
api tak bercahaya.
d) Amati warna yang muncul.
Perhatian:
Warna nyala natrium menutupi nyala logam-logam lain, sehingga bila dalam
sampel terdapat natrium maka warna nyala logam lainnya dapat diamati
dengan memandang nyala melalui lapisan kaca kobalt yang akan menyerap
warna natrium dan warna-warna lainnya.
V. Petunjuk
Pada praktikum ini mahasiswa akan diberikan sampel dan kemudian
melakukan analisis untuk mengetahui komponen kation apa saja yang
terkandung dalam sampel tersebut, dalam sampel, kemungkinan akan terdapat
dua atau lebih kation. Mahasiswa dapat mengidentifikasi sampel dengan
mereaksikan sampel dengan larutan pereaksi seperti pada praktikum
pendahuluan atau dengan uji nyala. Hasil reaksi dapat berupa terbentuknya
endapan (putih atau berwarna), gas (berbau/tidak), atau warna nyala.
Mahasiswa harus dapat membedakan antara kation satu dengan yang lain dan
dapat menunjukan reaksi yang spesifik untuk setiap kation yang terdapat
dalam sampel
Analisis Kualitatif Anion
I. Teori Singkat
Pemisahan anion-anion yang memungkinkan adalah menggolongkannya dalam
golongan-golongan utama¸ berdasarkan pada kelarutan garam peraknya
(golongan halida), garam kalsium atau bariumnya (golongan sulfat) dan
golongan sisa yg tidak bereaksi dg keduanya
II. Tujuan
Mahasiswa dapat mengidentifikasi dengan tepat kation yang terdapat dalam
larutan sampel
V. Petunjuk
Pada praktikum ini mahasiswa akan diberikan sampel dan kemudian
melakukan analisis untuk mengetahui komponen anion apa saja yang
terkandung dalam sampel tersebut, dalam sampel, kemungkinan akan
terdapat dua atau lebih anion. Mahasiswa dapat mengidentifikasi sampel
dengan mereaksikan sampel dengan larutan pereaksi seperti pada praktikum
pendahuluan atau mereaksikannya dengan H2SO4 encer. Hasil reaksi dapat
berupa terbentuknya endapan (putih atau berwarna), gas (berbau/tidak), atau
warna gas. Mahasiswa harus dapat membedakan antara anion satu dengan
yang lain dan dapat menunjukan reaksi yang spesifik untuk setiap anion
yang terdapat dalam sampel.
MODUL 2
TITRASI ASAM BASA METODE POTENSIOMETRI
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan titik ekivalen yang ditunjukkan dengan perubahan kuat
potensial listrik yang terjadi antara elektroda pembanding dan elektroda
pengukur.
2. Memahami dan mampu menggunakan titrasi potensiometri untuk tujuan
analisis.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
B. Penetapan Kadar
1. Pilih 10 data yang dapat memperlihatkan 8 data volume titran sebelum
loncatan pH/E dan minimal 2 data sesudah loncatan.
No. V. Titran E (mV)/pH * ∆E/∆V ∆2E/∆V
(mL) ∆pH/∆V* ∆2pH/∆V*
1. 1 0,56 (1,2-0,56)/(2-
1)=0,64
2. 2 1,2 (1,5-1,2)/1=
0,3
3. 3 1,5
4. 4 1,9
5. 5 2.4
6. 6 7,9
7. 7 8,2
8. 8 8,4
9. 9 8,6
10. 10 8,7
I. Pendahuluan
Larutan vitamin yang akan diuji terlebih dahulu ditambah dengan larutan
amilum sebagai indikator. Iodium lebih mudah bereaksi dengan asam
askorbat dibandingkan dengan amilum. Saat semua asam askorbat telah
habis bereaksi, iodium akan bereaksi dengan amilum membentuk senyawa
berwarna biru. Ini adalah titik akhir dari titrasi.
I. Tujuan percobaan:
II. Pendahuluan
Merah biru
1. Bahan
2. Prosedur
a. Penyiapan larutan
1) Pembuatan larutan EDTA yang kadarnya 0,01 M
Timbang dengan tepat 3,723 gram Na2H2EDTA dalam sebuah botol
timbang dan larutkan dengan air suling dalam labu ukur 1 L dan tepatkan
sampai tanda batas.
4. Perhitungan
V Mg2+
Vsampel air
Vsampel air
I. Tujuan:
Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat menentukan panjang
gelombang maksimum, membuat kurva baku, dan menentukan konsentrasi
Cu2+ dalam larutan menggunakan spektrofotometer UV/Vis
II. Pendahuluan
Spektroskopi UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang
menggunakan sumber radiasi elektromegnetik ultraviolet dan sinar tampak
dengan menggunakan instrumen spektrofotometer. Prinsip dari
spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan sinar tampak untuk ultra
violet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul dari tingkat energi dasar (ground state) ketingkat energi yang
paling tinggi (excited stated). Pengabsorbsian sinar ultra violet atau sinar
tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi elektron
bonding, akibatnya panjang absorbsi maksimum dapat dikolerasikan
dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul (Hendayana, 1994).
Saat sinar mengenai larutan bening, maka akan terjadi 2 hal:
1. Transmisi
Transmitan larutan merupakan bagian dari sinar yang diteruskan melalui
larutan.
2. Absorpsi
Cahaya akan diserap jika energi cahaya tersebut sesuai dengan energi yang
dibutuhkan untuk mengalami perubahan dalam molekul. Absorbansi
larutan bertambah dengan pengurangan kekuatan sinar.
Hukum Lambert-Beer:
Dengan: A = absorbansi
Io = intensitas sinar datang
I = intensitas sinar yang diteruskan
a = tetapan absorptivitas
l = panjang jalan sinar / kuvet
c = konsentrasi
Analisis kuantitatif dengan spektrofotometer dapat dilakukan dengan:
1. Cara Pembandingan
Suatu larutan yang akan ditentukan konsentrasinya dibandingkan terhadap standar
yang telah diketahuinya.
AS = cbCs
Ax = cbCx
E dan b sama maka Cx = As.Cs/Ax.
Alat:
Labu ukur 100 mL
Labu ukur 50 mL
Spektrofotometer UV/Vis
Pipet
Neraca analitis
II. Prosedur
1. Pembuatan Larutan Stok CuSO4.5H2O 1000 ppm sebanyak 100 mL
Kristal CuSO4.5H2O sebanyak 0,3848 gram dilarutkan dan larutan
dituangkan kedalam labu ukur 100 mL + akuades hingga tanda batas (volum
tepat 100 mL).
Y = Absorbansi
a = intersep (titik potong garis regresi
terhadap sumbu y, a = + titik potong
di atas titik 0,0 , a = - titik potong
di bawah titik 0,0)
b = slope (kemiringan garis / tg sudut )
x = Konsentrasi larutan standar/sampel
I. Pendahuluan
Metode penetapan kadar protein dengan metode Kjeldahl umum digunakan untuk
menentukan kandungan protein dalam bahan pangan. Metode ini didasarkan pada
pengukuran kadar nitrogen total yang ada di dalam sampel. Kandungan protein
dapat dihitung dengan mengasumsikan rasio tertentu antara protein terhadap
nitrogen untuk sampel yang dianalisis. Karena unsur nitrogen bukan hanya berasal
dari protein, maka metode ini umumnya mendasarkan pada asumsi bahwa
kandungan nitrogen di dalam protein adalah sekitar 16%. Metode ini telah
dijadikan sebagai metode resmi yang diakui oleh AOAC. Salah satu kelemahan
metode ini mengukur bukan hanya nitrogen pada protein, tetapi juga nitrogen dari
non-protein, dengan demikian informasi kadar protein dalam nitrogen dalam
protein menjadi sangat penting untuk digunakan sebagai faktor konversi dalam
perhitungan.
Penetapan kadar protein dengan metode Kjeldahl dibagi menjadi tiga tahap yaitu
tahap penghancuran/destruksi (digestion), destilasi dan titrasi.
II. Cara kerja
a. Alat :
• Labu kjeldahl
• Alat destilasi
• Timbangan analitik
• Labu didih
• Erlenmeyer 100/125 ml
• Buret 10 atau 25 ml
b. Bahan :
c. Prosedur kjeldahl
1. Tahap Digesti
Timbang sampel yang telah dihaluskan sebanyak 1 g. masukkan sampel
ke dalam labu Kjeldahl. Tambahkan 7 g K2SO4 dan 0,8 g CuSO4 ke dalam
labu Kjeldahl yang berisi sampel kemudian tambahkan larutan
H2SO4 sebanyak 12 ml, dilakukan di dalam lemari asam. Proses destruksi
dilakukan di dalam ruang asam dengan memanaskan sampel yang ada
pada labu Kjeldahl menggunakan kompor listrik hingga berwana hijau
tosca. Dinginkan labu Kjeldahl dengan cara didiamkan selama 20 menit.
Setelah dingin tambahkan 25 ml akuades ke dalam labu Kjeldahl yang
berisi sampel.
2. Tahap Distilasi
Tambahkan 50 ml NaOH 40% dan beberapa butir batu didih ke dalam labu
Kjeldahl yang berisi sampel. Sebanyak 30 ml H3BO3 (1%) ke dalam
erlenmeyer dengan ditambahkan indicator Conway (BCG-MR )3 tetes
untuk menangkap destilat dari hasil destilasi. Kemudian rangkai alat
destilasi dan nyalakan.
3. Tahap Titrasi
Destilat yang diperoleh dari hasil destilasi dititrasi dengan menggunakan
larutan standar HCl 0,1 N hingga warna larutan berubah menjadi merah
muda seulas. Sebelum melakukan titrasi, pastikan HCl yang digunakan
sudah di standarisasi (lihat modul potensiometri bagian standarisasi)
Buat juga larutan blanko dengan mengganti sampel dengan aquadest, lakukan
destruksi, destilasi, dan titrasi seperti langkah diatas.
MODUL 7
A. Tujuan
Mengetahui dan memahami cara analisis protein terlarut dengan metode
Lowry.
B. Pendahuluan
Metode Biuret pertama kali dikembangkan oleh Reigler tahun 1914. Metode
ini merupakan salah satu cara yang terbaik untuk menentukan kadar protein suatu
larutan. Metode ini didasarkan pada prinsip bahwa zat yang mengandung dua atau
lebih ikatan peptida (-CO-NH-) yang dapat membentuk kompleks berwarna abu-
abu dengan garan Cu dalam larutan alkali. Ikatan peptida dari protein akan
bereaksi dengan ion Cu2+ membentuk kompleks berwarna abu-abu. Intensitas
warna abu-abu tersebut berbanding langsung dengan konsentrasi protein, dimana
semakin meningkat intensitas warnanya konsentrasi protein semakin besar.
Intensitas warna abu-abu ini dapat diukur absorbansinya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 520 nm. Nilai absorban tidak tergantung pada jenis
peotein, karena seluruh protein pada dasarnya mempunyai jumlah ikatan peptida
yang sama persatuan berat. Hanya sedikit senyawa lain yang mengganggu reaksi,
misalnya urea (mengandung gugus –CO-NH-) dan gula pereduksi yang akan
bereaksi dengan ion Cu2+
C. Cara Kerja
a. Pereaksi
2. Larutan Protein Standar Buat larutan Bovine Serum Albumin dalam air
dengan konsentrasi 5 mg/ml. Ukur kadar air serum albumin, nyatakan
konsentrasi dengan dasar berat kering (agar lebih tepat).
b. Peralatan
1. Spektrofotometer
2. Sentrifuse
3. Waring blender
c. Prosedur
a. Pembuatan Kurva Standar
1. Masukkan ke dalam tabung reaksi 0 (blanko), 0.1, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8,
dan 1 ml larutan standar.
2. Tambahkan air sampai volume total masing-masing 4 ml.
3. Tambahkan 6 ml pereaksi Biuret ke dalam masing-masing tabung
reaksi
4. Vortek (pengaduk khusus) masing-masing tabung reaksi
5. Simpan tabung reaksi pada suhu 37○C selama 10 menit atau pada
suhu kamar (30○C) selama 30 menit sampai terbentuk warna ungu
sempurna.
6. Ukur absorbansinya pada panjang gelombang 520 nm
b. Persiapan sampel
c. Penetapan sampel.
Pipet dengan tepat 0.1 s.d 1.0 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, kemudian diperlakukan seperti menetapkan standar. Tentukan
kadar protein dengan memanfaatkan kurva standar.
Daftar Pustaka
Vogel. (1990). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro.
(Alih bahasa: Setiono A dan Pujaatmaka). Jakarta: PT. Kalman Media
Pustaka