Anda di halaman 1dari 42

KIMIA ANALITIK

Analisis Kimia

• Analisis Kimia Kualitatif :


A. Secara Basah
B. Secara Kering
Analisis KUALITATIF secara Basah

• Analisis Kimia Kualitatif :


A. Analisis Anion
B. Analisis Kation
B. Analisis Kation

• Langkah dalam analisis kation secara umum


dapat dikategorikan dalam 3 tahapan sbb :
TAHAP PERTAMA

• 1. Pemisahan Kation-kation ke dalam golongan


 Kation tiap golongan diendapkan sebagai
senyawa dengan pereaksi pengendap
golongan tertentu. Endapan yang dihasilkan
mengandung kation kation dalam satu
golongan.
 Pemisahan endapan dan larutan  teknik
sentrifugasi  dekantasi.

TAHAP KEDUA :

PEMISAHAN KATION-KATION
DARI TIAP GOLONGAN

 Serangkaian reaksi  memisahkan satu


kation dalam satu kelompok dari kation
lainnya
 Reaksi yang dipilih  keuntungan tentang
kemiripan dan perbedaan sifat- sifat kimia
TAHAP KE TIGA

IDENTIFIKASI SETIAP KATION

• Keberadaan suatu kation diidentifikasi 


• satu atau lebih reaksi kimia yang
karakteristik atau spesifik untuk suatu
kation
5 GOLONGAN KATION

1) Gol. 1 : Gol. HCl / gol. Cl / gol. perak


(Ag)
2) Gol. 2 : Gol. H2S (hidrogen sulfida)
asam atau gol.tembaga-timah
3) Gol. 3 : Gol. H2S basa atau gol.
Aluminium ‑besi
4) Gol. 4 : Gol. Ca dan Ba
5) Gol. 5 : Gol. Alkali Tanah atau
golongan larut atau gol. sisa
Kation Golongan I : Hg 2+, Ag+, Pb 2+
• Golongan I disebut golongan asam
klorida / golongan klorida / golongan
perak
• Pereaksi yang digunakan untuk menetapkan
gol.I adalah asam klorida (HCl)  Endapan
• Dalam suasana asam klorida  kation dari
golongan II-V  Larut
a. + NH3  endapan hitam (Hg 2+)
b. + NH3  larut (Ag+)
c. + K2CrO4  endapan kuning (Pb 2+)
•  merah (Ag +)
Kation Golongan II
(Hg2+, Pb2+, Cu2+, Sb2+, Sn2+, Sn4+,As3+, Bi3+)

• Golongan II disebut hidrogen sulfida (H2S)


asam atau golongan tembaga-timah
• Dengan penambahan H2S dalam suasana asam encer
(0,25 – 0,30 M)  endapan Sulfida
• a. Endapan hitam  Hg2+, Cu2+ , Pb2+
• b. Endapan jingga  Sb2+
• c. Endapan kuning  Sn 2+

• Sulfida Gol II Mempunyai nilai Ksp yang sangat kecil,


sehingga dijaga agar konsentrasi Sulfida tetap kecil
• Sulfida Golongan III atau IV diharapkan tetap larut
Kation Golongan III
(Zn2+ Mn2+, Fe2+ atau Fe3+,Co 2+, Ni 2+, Al3+ ,Cr3+)

• Golongan III disebut Gol H2S basa atau


golongan aluminium‑besi

• Dengan H2S dalam buffer NH4OH ‑ NH4Cl


• Ion‑Ion dari kation golongan III  semuanya
mengendap
• Sulfida logam yang tak dapat diendapkan pada
golongan II akan terlihat pada golongan III

• Sulfida golongan III memiliki Ksp lebih besar


dibandingkan golongan II  sehingga dibutuhkan
konsentrasi S 2- > yang dipenuhi oleh larutan hidrogen
sulfida dalam suasana basa (pH = 9).
• Terbentuknya warna‑warna yang spesifik dari ion
golongan III  terutama ion kompleksnya,
sehingga pengamatan warna  sebagai deteksi
awal dari keberadaan ion golongan III dalam
larutan
• Larutan hijau  Cr ,Fe(II),
• Merah  Co,
• Biru  Ni,
• kuning  Fe(III)
• Bila Sampel + Na2S  Endapan warna….
a. Pink (Mn)
b. Hitam (Fe(II), Co , Ni
Kation Golongan IV
(Ca2+dan Ba 2+)
• Ca dan Ba terletak dalam satu golongan 
memiliki sifat-sifat kimia yang mirip dan
sulit untuk saling dipisahkan
• Klorida, sulfida dan hidroksida dari Ba dan
Ca bersifat larut
• Dengan CO3= dalam suasana buffer
(NH4OH – NH4Cl)  terjadi endapan
putih
 Ion Ca dan Ba hanya ditemukan dalam
muatan 2+, keduanya berikatan secara
ionik dengan anion
 Garamnya yang larut dalam air mencakup
CH3COO-, Br-, Cl-, l-,NO3-, dan ClO4-
 Dengan CO3=,F-, C2O4= dan SO4= 
timbul endapan
Konsentrasi kesetimbangan dari Ca dan Ba
dalam larutan jenuh menurun menurut
urutan:
• CaCrO4 > Ca(OH)2(s) > CaSO4(s) > CaF2(s) >
CaCO3(s) > CaC2O4(s) > Ba(OH)2(s) > BaF2(s) >
BaC2O4 (s) > BaCO3(s) > BaSO4(s) > BaCrO4(s)

• Dalam proses analisis, perbedaan kelarutan di antara


kedua kromatnya sangat berguna barium kromat
endapan kuning, kalsium kromat tidak mengendap

• Tes nyala :
• Ca 2+ adalah merah terang
• Ba 2+ adalah hijau‑kuning
Kation Golongan V
(Mg2+, Na+, K+, NH4+)
 Senyawa kation golongan V  memiliki
derajat kelarutan yang sangat tinggi, sehingga
disebut golongan larut
 Untuk identifikasi kation golongan V tidak
cukup ditetapkan dengan satu pereaksi
spesifik
 Ion NH4+ diidentifikasi dari sampel melalui
gas yang dibebaskannya
 Untuk Na+, K+, Mg2+ lainnya tidak ada
pereaksi pengendap yang spesifik
 Tambahan identifikasinya dilakukan dengan
menggunakan tes nyala
Ion Magnesium, Mg 2+

 Unsur Mg2+  salah satu anggota golongan


alkali tanah sifat ion Mg 2+ tidak
berwarna dan memiliki kemiripan dengan
Ca 2+, Ba 2+

 MgSO4 dan MgCrO4  larut baik dalam


air, tetapi Mg(OH)2 sedikit larut, kecuali
adanya ion NH4- dan MgCO3

Ion Natrium (Na+) dan Ion Kalium (K+)

 Anggota golongan alkali (IA)  sehingga


keduanya memiliki kemiripan sifat
 Uji nyala yang memberikan warna kuning
terang untuk Na+, dan violet untuk K+
 Kontaminasi Na+  menyebabkan masalah
pengamatan pada uji nyala K+
 Warna Na+ akan menghalangi warna K+
 Warna K+ dapat terlihat dengan jelas bila
digunakan filter Cobalt (Co) untuk menyerap
warna kuning
Analisis kualitatif
secara kering

1. Pemanasan
2. Uji pipa tiup
3. Uji nyala
4. Uji spektroskopi
5. Uji manik boraks
6. Uji manik Phosphat
7. Uji manik Karbonat
1. Pemanasan

• Zat diletakkan dalam tabung reaksi kecil


• Dipanasi dengan nyala bunsen
• Hasil :
• Sublimasi, pelelehan, penguraian disertai
perubahan warna, terjadi gas
2. Uji Pipa Tiup

• Prinsip : reaksi reduksi-oksidasi


• Tempat : zat arang yang berlubang + zat
yang diselidiki misal Na2CO3 / K2CO3
kemudian dipanaskan dg api bunsen dan
tereduksi menjadi logam Na / K
• Khusus Oksida Al, Ca, Sr tidak dapat
direduksi oleh arang.
• Residu putih + Cobalt nitrat dan dipanasi
 warna biru terang.
3. Uji Nyala
• Senyawa logam tertentu, diuapkan dalam
nyala bunsen, tak terang dan memberikan
warna karakteristik.
• Prosedur :
• Kawat Pt panjang 5 cm, diameter 0,03 –
0,05 cm dicelupkan dalam HCl pekat
kemudian, tempelkan zat yang akan diuji
agar menempel pada kawat Platina
dipanaskan dalam dalam zone mengoksid
bawah ( C ) dari nyala bunsen dan diamati
warna nyala yang terjadi.
4. Uji Spektroskopi

Tujuan :
• untuk memisahkan cahaya
atas komponen-komponennya
dan mengidentifikasi kation-
kation yang ada oleh
perangkat rona yang khas.
5. Uji Manik boraks
Prosedur :
• Ujung kawat Pt dibengkokkan menjadi
lingkaran kecil dan dipanaskan di atas api
bunsen sampai membara kemudian
dengan cepat dibenamkan di bubuk
NaB4O7 10 H2O dan dipanaskan pada
bagian nyala yang terpanas, maka garam
membengkak ketika melepas air kristalnya
dan menyusut sebesar lingkaran
membentuk manik mirip kaca tembus
cahaya yang tidak berwarna dari Na2B4O7
dan B O (borat anhidrat)
• Lanjutan :….

• Manik dan zat (CuO) yang menempel


mula-mula dipanasi dalam nyala
reduksi bawah, dan warnanya diamati
pada waktu panas dan dingin 
Panas : tak berwarna, dingin : merah
• Kemudian manik dan zat (CuO)
dipanasi dalam nyala oksidasi bawah,
dan warnanya diamati lagi waktu panas
dan dingin  Panas : hijau, dingin:
biru.
• Logam tersebut : Cu
Reaksi Kimia :

• Na2 B4O7 10 H2O  Na2 B4O7 + 10 H2O


• Na2 B4O7  2NaBO2 + B2O3
• CuO + NaBO2  NaCuBO3
• CuO + B2O3  Cu(BO2 )2

• Cu(BO2)2 +NaBO2 +C  CuBO2 + Na2 B4O7 +CO

• Cu(BO2)2+NaBO2+C  2Cumerah+ 2Na2B4O7 +2CO


6. Uji Manik fosfat

• Manik dibuat serupa dengan manik boraks,


tetapi boraks diganti dengan dengan garam
mikrokosmik : Na(NH4)HPO4 4H2O

• Na(NH4)HPO4 4H2O  NaPO3 + 5H2O (g)


+ NH3 (g)
• NaPO3 + CoO  NaCoPO4 (manik fosfat
biru)
Tabel uji manik fosfat
_____________________________________________
Nyala oksida Nyala reduksi Logam
Panas Dingin Panas Dingin
______________________________________________
• Hijau Biru tak berwarna merah Cu
• Coklat Kn Coklat merah kuning t berwarna Fe
• Hujau hijau hijau hijau Cr
• Biru biru biru biru Co
• Ungu ungu t berwarna t berwarna Mn
• t berwarna t berwarna kuning ungu Ti
______________________________________________
7. Uji Manik Karbonat

• Dilelehkan Na2CO3 pada lingkaran kawat Pt


dalam nyala bunsen  pentulan putih tak
tembus cahaya.
• Kemudian pentulan putih + KNO3 + MnO
dipanasi dalam nyala oksida

• MnO + Na2CO3  Na2MnO4 + CO2


• 2Cr2O3+4Na2CO3 + 3O2  4Na2CrO4 + 4CO2
KELARUTAN
dan
HASIL KALI KELARUTAN
KONSEP 1 : LARUTAN ZAT ELEKTROLIT YANG SUKAR LARUT
KESETIMBANGAN LARUTAN ELEKTROLIT YANG SUKAR LARUT

• Banyak zat yang nampaknya tidak larut, sesungguhnya melarut juga,


tetapi kelarutannya sangat kecil
• Misalnya : AgCl, didalam air nampaknya tidak larut, tetapi percobaan
menunjukkan bahwa  setiap liter larutan AgCl terdapat 1,25 x 10 -5

mol AgCl yang larut


• Karena AgCl  merupakan elektrolit kuat  maka AgCl yang terlarut
dalam air, terurai menjadi ion‑ionnya, Ag+ dan Cl -
• Larutan AgCl yang mengandung AgCl padat adalah LARUTAN JENUH,
dimana kesetimbangan reaksi ionisasinya dapat ditulis sebagai berikut :
• AgCl (s)  AgCl(aq)  Ag+(aq) + Cl-(aq)
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
Konsep 2 : KELARUTAN (Notasi : L)

• Kelarutan suatu zat adalah : banyaknya zat terlarut


maksimal yang dapat larut dalam satu liter larutan
pada suhu tertentu.
• Contoh : Kelarutan AgCI = 1,25 X 10-5 mol / L , artinya :
banyaknya AgCl maksimal yang dapat larut dalam 1
liter larutan = 1,25 x 10-5 mol
• Semua yang larut, terurai menjadi ion‑ion Ag+ dan Cl -
Ini berarti, dalam larutan jenuh AgCl, terdapat :
• ion Ag + sebanyak 1,25 x 10‑5 mol ion / L
• ion Cl - sebanyak 1,25 x 10‑5 mol ion / L
Konsep 3 : HASIL KALI KELARUTAN
(Notasi : Ksp)

• Kesetimbangan ionisasi berikut :


PbCl 2 (s)  [ Pb2+(aq)] + 2 [Cl- (aq)]
• Menurut hukum kesetimbangan :
K [PbCl 2 ] = [ Pb2+(aq)] [Cl- (aq)]2
• Karena konsentrasi PbCl 2 padat dalam larutan
jenuh dapat dianggap tetap, maka persamaan di
atas dapat ditulis :

Ks (PbCl 2 ) = [Pb2+ (aq)] [Cl-(aq)]2


Konsep 3 : HASIL KALI KELARUTAN
(Notasi : Ksp)

• Ksp disebut hasil kali kelarutan


hasil kali konsentrasi ion‑ion dalam larutan
jenuh yang dipangkatkan dengan
masing‑masing koefisien reaksinya

• Tiap‑tiap senyawa mempunyai nilai Ksp


tertentu dan harganya tergantung pada suhu.
jika temperatur makin tinggi maka
harga makin besar.
• Contoh soal :
Bila Ksp (AgCl) = 1,56 x 10-10
Berapakah kelarutan AgCl (dalam air) ?
Jawab : AgCl (s)  Ag++(aq) + Cl-(aq)
Misalkan AgCl yang larut = x mol/l
Maka [Ag+] (aq) = x million/l
[Cl- ] (aq) = x million /L
Ksp (AgCl] = [Ag++(aq) ][ Cl- (aq)]
=x.x
x2 = 1,56 x 10-10
x = 1,25 x 10-5 mol /Ll
Jadi kelarutan AgCl = 1,25x 10-5 mol /L
Konsep 4 :
PENGARUH ION SEJENIS TERHADAP
KELARUTAN ZAT – ZAT ELEKTROLIT YANG
SUKAR LARUT
• AgCl(s)  Ag+ (aq) + Cl- (aq)
• Berdasarkan asas Le Chatelier, diketahui bahwa:
• Perubahan konsentrasi atau jumlah zat‑zat yang
berada dalam kesetimbangan mengakibatkan
penggeseran kesetimbangan.
• Karena itu penambahan ion Cl- (aq) ke dalam larutan
jenuh AgCl, mengakibatkan penggeseran
kesetimbangan ke KIRI. Hal ini berarti, banyaknya
AgCl yang larut BERKURANG, atau dengan
perkataan lain:
• Ion sejenis mengakibatkan kelarutan suatu
elektrolit yang sukar larut makin berkurang .
Contoh soal :

a). Berapa kelarutan AgCl di dalam air (lihat contoh


soal konsep 3). Diketahui Ksp (AgCl) = 1,56 x 10-10
b). Berapa kelarutan AgCl di dalam 1 liter larutan yang
mengandung 0,01 mol KCl ?
Jawab :
Penyelesaian :
a) Kelarutan AgCl dalam air = 1,25 x 10- 5 Mol /L
b) Larutan KCl 0,0 1 mol /L :
KCl  K+ + Cl-
0,01 mol 0,01 mol ion 0,0 1 mol ion
c) Reaksi ion AgCl : AgCl  Ag + (aq) + Cl - (Aq)
x mol ion x mol ion
Misal:
kelarutan AgCl dalam larutan KCl 0,01 M adalah x mol/L  maka
[Ag + (aq) ] = x mol ion / L dan [Cl - (aq) ] = x mol ion / L
Dengan memperhatikan ion Cl- yang berasal dari KCl, maka :
Karena [ Cl - ] yang berasal dari KCI >> daripada [ Cl- ] yang
berasal dari AgCl  maka [Cl - ] = (x + 0,01) -> 0,01 mol ion / L
Sehingga:
Ksp (AgCl) = [Ag + ][Cl -]
1,56 x 10-10 = (x) (0,01)
X = 1,56 x 10-8
Jadi kelarutan AgCl dalam larutan KCl 0,01 M =1,56 x 10-8 mol / L
Dibandingkan dengan kelarutan AgCl dalarn air 1,25 x 10-5
Kesimpulan : Kelarutan AgCl dalam larutan KCl lebih kecil.
Konsep 5 :
TERBENTUKNYA ENDAPAN PADA PENCAMPURAN
LARUTAN LARUTAN ELEKTROLIT

• Ada kemungkinan yang dapat terjadi, apabila larutan AgNO3


dicampur dengan larutan NaCI
dengan reaksi : Ag + + Cl - AgCl (s)
• Kemungkinan 1 : Apabila [ Ag + ] . [ Cl- ] < Ksp (AgCI),
maka endapan AgCl BELUM terbentuk, dan larutannya
disebut larutan belum jenuh.
• Kemungkinan II : Apabila [ Ag + ] . [ Cl - ] = Ksp (AgCI),
maka endapan AgCl tTETAP AKAN terbentuk, dan
larutannya disebut larutan tetap jenuh

• Kemungkinan III : Apabila [ Ag + ] [ Cl - ] > Ksp (AgCI),


maka TERBENTUKLAH Endapan AgCl, sehingga:
[Ag + (aq) ] [ Cl - (aq) = Ksp (AgCl)
• Contoh soal
• Bila 400 ml larutan Na2CO3 yang mengandung 0,2 mol Na2CO3
dicampur dengan 100 ml larutan CaCl2 yang mengandung 0,1
mol. CaCl2, maka periksalah, apakah endapan CaCO3 dapat
terbentuk ? (Ksp (CaCO3) = 4,8 x 10 -9

• Penyelesaian :
Jadi : [CO3] 2-= x 0,2 mol = 0,4 milion / l
[Ca + 2] = x 0,2 mol = 0,4 milion / l
Hasil kali konsentrasi Ca + 2 dan CO3 2-adalah :
Berarti : [CO3] 2- [Ca + 2] > K sp (CaCO3)

Kesimpulan : endapan CaCO3 terbentuk dalam pencampuran

Anda mungkin juga menyukai