Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH PEMBAHARUAN ISLAM DI DUNIA

DAN TOKOH-TOKOHNYA

A. PENDAHULUAN
Pembaharuan dalam Islam dikenal juga dengan modernisasi Islam, yang
mempunyai tujuan untuk menyesuaikan ajaran yang terdapat dalam agama dengan
ilmu pengetahuan dan filsafat modern, tetapi perlu diingat bahwa dalam Islam ada
ajaran yang tidak bersifat mutlak, yaitu penafsiran dari ajaran-ajaran yang bersifat
abadi dari masa ke masa. Dengan kata lain pembaharuan mengenai ajaran-ajaran yang
bersifat mutlak tak dapat diadakan karena sudah tak bisa lagi diganggu gugat seperti
pada hukum-hukum yang tercantum dalam al-Qur’an.
Pembaharuan dapat dilakukan dengan meninjau kembali beberapa aspek yang
memang memerlukan untuk diperbaharui seiring dengan perkembangan zaman yang
semakin modern yang mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti
sekarang ini. Islam di masa lalu pernah berada pada periode keemasan, dimana
peradaban Islam berkembang dan munculnya banyak tokoh-tokoh ilmuwan muslim.
Masa kejayaan Islam dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam,
ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam
dan madrasah-madrasah formal serta universitas-universitas dalam
berbagai pusat kebudayaan Islam. Kemajuan di masa lalu ternyata tidak mengalami
korelasi dengan kondisi umat Islam saat ini. Peradaban Islam di masa kini mengalami
kemunduran ketika ilmuwan-ilmuwan muslim tidak banyak muncul untuk melakukan
kontribusi di bidang Ilmu pengetahuan dan peradaban dunia. Sejarah keemasan di
masa lalu inilah yang menjadi salah satu faktor ilmuwan muslim untuk melakukan
pembaharuan Islam di beberapa penjuru dunia.
B. Latar Belakang Pembaharuan Islam Didunia

Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dunia Islam timbul terutama karena


adanya kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak itu,
umat Islam abad XIX mulai menyadari bahwa mereka telah mengalami kemunduran
dibandingankan dunia Barat yang pada saat itu mulai menemukan titik kemajuan
peradaban.
Sebelum periode modern, hubungan atau kontak antara Islam dan Barat
sebenarnya sudah terjadi, terlebih antara Kerajaan Utsmani (yang mempunyai daerah
kekuasaan di daratan Eropa) dengan beberapa negara Barat. Namun kontak dengan
kebudayaan Barat ini semakin intens saat jatuhnya kekuatan Mesir oleh Napoleon
Bonaparte dari Perancis, disusul dengan imperialisasi Barat terhadap negara-negara
muslim lainnya. Kondisi itu akhirnya membuka pemikiran pemuka-pemuka intelektual
dan pemerintahan Islam di Mesir untuk segera mengadakan upaya-upaya
pembaharuan.
Di antara hal-hal yang mendorong lahirnya gerakan pembaharuan dan modernisasi
Islam adalah:
 Adanya sifat jumud (stagnan) yang telah membuat umat Islam berhenti berpikir
dan berusaha.
Selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir
(berijtihad) maka mereka tidak mungkin mengalami kemajuan. Kemajuan
masyarakat hanya akan bisa tercapai melalui pengkajian ilmu pengetahuan
yang terus menerus untuk kemudian diaplikasikan dalam teknologi terapan
dan kehidupan sosial yang nyata demi kemajuan masyarakat. Untuk itulah
maka perlu diadakan upaya pembaharuan dengan memberantas sikap jumud
dan menggerakkan kembali tradisi ijtihad di kalangan umat Islam.
 Persatuan di kalangan umat Islam mulai terpecah belah.
Umat Islam tidak akan mengalami kemajuan apabila tidak ada persatuan
dan kesatuan yang diikat oleh tali ukhuwah Islamiyah. Karena itu maka
lahirlah suatu gerakan pembaharuan yang berupaya memberikan inspirasi
kepada seluruh umat Islam untuk bersatu dan melawan imperialisme Barat.
 Hasil adanya kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat.
Dengan adanya kontak ini mereka sadar bahwa mereka mengalami
kemunduran dibandingkan Barat. Terutama pasca terjadinya peperangan
antara kerajaan Utsmani dengan kerajaan Eropa, di mana pada masa-masa
sebelumnya kerajaan Utsmani selalu menang dalam peperangan namun saat
itu mengalami kekalahan. Hal ini membuat tokoh-tokoh kerajaan Utsmani
berupaya menyelidiki rahasia kekuatan militer Eropa. Ternyata rahasianya
adalah “sistem militer modern” yang dimiliki Eropa. Sehingga,pembaharuan
dalam dunia Islam pun salah satunya dipusatkan pada bidang militer.
 Meski demikian, pembaharuan dalam Islam berbeda dengan renaissance dalam
dunia Barat.
Jika renaisans Barat muncul dengan cara “menyingkirkan” peran agama
dari kehidupan masyarakat, maka pembaharuan Islam sebaliknya, yakni
untuk tujuan memperkuat prinsip dan ajaran Islam itu sendiri demi
kemashlahatan dunia secara lebih luas. Pada saat dunia Islam mengalami
kemunduran, bangsa Barat justru mengalami kemajuan dan berhasil
melakukan ekspansi wilayah perdagangan baru. Meski jalur strategis
perdagangan yang selama itu menjadi jalur internasional telahdikuasai oleh
umat Islam sehingga bangsa Barat sulit melakukan transaksi-transaksi
perdagangan melalui jalur tersebut, namun dengan didukung oleh
kesuksesan Christoper Columbus (1492M) yang berhasil menemukan benua
Amerika, juga Vasco da Gama yang berhasil menemukan jalur ke Timur
melalui Tanjung Harapan pada tahun 1498M.
C. PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembaharuan dalam Islam Didunia
Hakikat pembaharuan merujuk kepada makna kata tajdid, kemudian muncul
berbagai istilah yang dipandang memiliki relevansi makna dengan pembaruan, yaitu
modernisme, reformisme, puritanisme, revivalisme dan fundamentalisme. Di samping
kata tajdid, ada istilah lain dalam kosa kata Islam tentang kebangkitan atau pembaruan,
yaitu ishlah. Kata tajdid biasa diterjemahkan sebagai pembaharuan dan kata ishlah
sebagai perubahan. Kedua kata tersebut secara bersama-sama mencerminkan suatu
tradisi yang berlanjut, yaitu suatu upaya menghidupkan kembali keimanan Islam
beserta praktik-praktiknya dalam komunitas kaum muslimin.
Menurut Darajat dalam (As’ adi & Muttaqin, 2019) agama adalah proses hubungan
manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu lebih tinggi
daripada manusia. Menurut Fauzi (2004:1), Berkaitan hal tersebut, maka pembaruan
dalam Islam bukan dalam hal yang menyangkut dengan dasar atau fundamental ajaran
Islam; artinya bahwa pembaharuan Islam bukanlah dimaksudkan untuk mengubah,
memodifikasi, ataupun merevisi nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam supaya sesuai
dengan selera jaman, melainkan lebih berkaitan dengan penafsiran atau interpretasi
terhadap ajaran-ajaran dasar agar sesuai dengan kebutuhan perkembangan, serta
semangat jaman. Menurut Harun Nasution (1994:2), Pembaharuan Islam adalah fikiran
dan gerakan untuk menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan oleh pengetahuan dan teknologi modern.
B. Tokoh-Tokoh Pembaharuan dalam Islam Di dunia
a. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh dilahirkan pada 1849 M di sebuah desa pertanian di
lembah Sungai Nil. Ayahnya, Abdul Hasan Khairullah, adalah seorang keturunan
Turki yang telah lama menetap di Mesir. Adapun ibunya dalah seorang Arab
yang masih mempunyai hubungan dengan keluarga Umar ibn al-Khattab,
khalifah kedua dalam Islam setelah Nabi Muhammad saw wafat.
b. Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot pada tahun 1876. Ia berasal dari keluarga
Kasta Brahmana Khasmir. Ayahnya bernama Nur Muhammad yang terkenal
saleh adalah guru pertamanya.
LATAR BELAKANG PEMBAHARUAN ISLAM DI INDONESIA

Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang berpendapat
bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh dari Gujarat-
India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang paling besar dibandingkan
umat Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam
di Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara Islam
lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan mayoritas penduduk dan
mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta banyak yang berkumpul dalam berbagai
organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan politik.

Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya di
Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-abad kemudian, masyarakat
sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa
Islam yang datang di Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari
pengaruh Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah mudah tersiarnya
agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena sudah lama
kenal akanajaran-ajaran Hindu itu.

Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum Sufi dan
Mistik. Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya ortodoksi Islam yang
meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera. Golongan Sufi dan Mistik ini dalam
berbagai segi toleran terhadap adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang
sebenarnya belum tentu sesuai dengan ajaran-ajaran tauhid.

Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan Budha.
Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara itu
mereka masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur antara
adat kebiasaan Hindu-Budha dengan ajaran Islam. Hal tersebut berlangsung dari abad ke abad,
sehingga sulit dipisahkan antara ajaran Islam yang murni dengan tradisi peninggalan Hindu atau
peninggalan agama Budha. Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi seakan-akan “Tradisi
Islam”. Seperti kebiasaan menyelamati orang yang telah mati pada hari ke:7, 40, 1 tahun dan ke
1000-nya serta selamatan pada bulan ke-7 bagi orang yang sedang hamil pertama kali,
mengkeramatkan kubur seseorang, meyakini benda-benda bertuah dan sebagainya.

  

AWAL KELAHIRAN GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM di INDONESIA

Melihat keadaan di lapangan bahwa pengamalan agama Islam di Indonesia yang masih
banyak bercampur dengan tradisi Hindu-Budha tersebut dan jelas sekali merusak kemurnian
ajarannya, maka tampillah beberapa ulama mengadakan pemurnian dan pembaharuan faham
keagamaan dalam Islam. Pada mulanya lahir Gerakan Padri di daerah Minangkabau yang
dipelopori oleh Malim Basa, pendiri perguruan di Bonjol, yang kemudian dikenal dengan
sebutan Imam Bonjol. Sejak kembali dari Mekah, Imam Bonjol melancarkan pemurnian aqidah
Islam seperti yang telah dilakukan oleh gerakan Wahabi di Mekah. Karena kaum tua yang masih
sangat kuat berpegang teguh pada adat menentang dengan keras terhadap gerakan Imam Bonjol
maka timbulah perang Padri yang berlangsung antara tahun 1821-1837.

Pemerintahan Kolonial Belanda, sesuai dengan politik induknya “Devide et empera”


akhirnya membantu kaum adat untuk bersama-sama menumpas kaum pembaharu. Sungguh pun
kaum militer Padri dapat dikalahkan, tetapi semangat pemurnian Islam dan kader-kader
pembaharu telah ditabur yang kemudian pada kenmudian hari banyak meneruskan usaha dan
perjuangan mereka. Diantaranya, Syekh Tohir Jalaludin, setelah kembali dari Mekah dan Mesir
bersama-sama dengan Al Khalili mengembangkan semangat pemurnian Agama Islam dengan
menerbitkan majalah Al Imam di Singapura.

Pada saat itu juga, di Jakarta berdiri Jami’atul Khair pada tahun 1905, yang pada
umumnya beraggotakan peranakan Arab. Organisasi Jami’atul Khair ini dinilai sangat penting
karena dalam kenyataanya dialah yang memulai dalam bentuk organisasi dengan bentuk modern
dalam masyarakat Islam (dengan anggaran dasar, daftar anggota yang tercatat, rapat-rapat
berkala) dan mendirikan suatu sekolah dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah modern.
Di bawah pimpinan Syekh Ahmad Soorkati, Jami’atul Khair banyak mengadakan pembaharuan
dalam bidang pengajaran bahasa Arab, pendidikan Agama Islam, penyiaran agama, dan banyak
berusaha mewujudkan Ukhuwah Islam.
Sementara itu, banyak tumbuh dan lahir gerakan pembaharuan dan pemurnian Agama
Islam di beberapa tempat di Indonesia, yang satu sama lain mempunyai penonjolan perjuangan
dan sifat yang berbeda-beda. Akan tetapi, secara keseluruhan mereka mempunyai cita-cita yang
sama dan tunggal yaitu “Izzul Islam wal Muslimin” atau kejayaan Agama Islam dan Kaum
Muslimin. Di antara gerakan-gerakan tersebut adalah: Partai Sarekat Islam Indonesia,
Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Al Irsyad.
Gerakan-gerakan tersebut, umumnya terbagi dalam dua golongan yaitu Gerakan
Modernis dan Gerakan Reformis. Yang dimaksud dengan Gerakan Modernis ialah gerakan yang
menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya. Jadi semua Gerakan Islam tersebut dapat
digolongkan sebagai gerakan Modernis. Sedangkan Gerakan Reformis, berarti di samping
gerakan ini menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya, juga berusaha memurnikan
Islam dan membangun kembali Islam dengan pikiran-pikiran baru, sehingga Islam dapat
mengarahkan dan membimbing umat manusia dalam kehidupan mereka. Misalnya:
Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Al Irsyad.
 

 
 

Anda mungkin juga menyukai