DAN TOKOH-TOKOHNYA
A. PENDAHULUAN
Pembaharuan dalam Islam dikenal juga dengan modernisasi Islam, yang
mempunyai tujuan untuk menyesuaikan ajaran yang terdapat dalam agama dengan
ilmu pengetahuan dan filsafat modern, tetapi perlu diingat bahwa dalam Islam ada
ajaran yang tidak bersifat mutlak, yaitu penafsiran dari ajaran-ajaran yang bersifat
abadi dari masa ke masa. Dengan kata lain pembaharuan mengenai ajaran-ajaran yang
bersifat mutlak tak dapat diadakan karena sudah tak bisa lagi diganggu gugat seperti
pada hukum-hukum yang tercantum dalam al-Qur’an.
Pembaharuan dapat dilakukan dengan meninjau kembali beberapa aspek yang
memang memerlukan untuk diperbaharui seiring dengan perkembangan zaman yang
semakin modern yang mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti
sekarang ini. Islam di masa lalu pernah berada pada periode keemasan, dimana
peradaban Islam berkembang dan munculnya banyak tokoh-tokoh ilmuwan muslim.
Masa kejayaan Islam dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam,
ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam
dan madrasah-madrasah formal serta universitas-universitas dalam
berbagai pusat kebudayaan Islam. Kemajuan di masa lalu ternyata tidak mengalami
korelasi dengan kondisi umat Islam saat ini. Peradaban Islam di masa kini mengalami
kemunduran ketika ilmuwan-ilmuwan muslim tidak banyak muncul untuk melakukan
kontribusi di bidang Ilmu pengetahuan dan peradaban dunia. Sejarah keemasan di
masa lalu inilah yang menjadi salah satu faktor ilmuwan muslim untuk melakukan
pembaharuan Islam di beberapa penjuru dunia.
B. Latar Belakang Pembaharuan Islam Didunia
Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang berpendapat
bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh dari Gujarat-
India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang paling besar dibandingkan
umat Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam
di Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara Islam
lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan mayoritas penduduk dan
mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta banyak yang berkumpul dalam berbagai
organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan politik.
Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya di
Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-abad kemudian, masyarakat
sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa
Islam yang datang di Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari
pengaruh Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah mudah tersiarnya
agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena sudah lama
kenal akanajaran-ajaran Hindu itu.
Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum Sufi dan
Mistik. Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya ortodoksi Islam yang
meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera. Golongan Sufi dan Mistik ini dalam
berbagai segi toleran terhadap adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang
sebenarnya belum tentu sesuai dengan ajaran-ajaran tauhid.
Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan Budha.
Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara itu
mereka masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur antara
adat kebiasaan Hindu-Budha dengan ajaran Islam. Hal tersebut berlangsung dari abad ke abad,
sehingga sulit dipisahkan antara ajaran Islam yang murni dengan tradisi peninggalan Hindu atau
peninggalan agama Budha. Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi seakan-akan “Tradisi
Islam”. Seperti kebiasaan menyelamati orang yang telah mati pada hari ke:7, 40, 1 tahun dan ke
1000-nya serta selamatan pada bulan ke-7 bagi orang yang sedang hamil pertama kali,
mengkeramatkan kubur seseorang, meyakini benda-benda bertuah dan sebagainya.
Melihat keadaan di lapangan bahwa pengamalan agama Islam di Indonesia yang masih
banyak bercampur dengan tradisi Hindu-Budha tersebut dan jelas sekali merusak kemurnian
ajarannya, maka tampillah beberapa ulama mengadakan pemurnian dan pembaharuan faham
keagamaan dalam Islam. Pada mulanya lahir Gerakan Padri di daerah Minangkabau yang
dipelopori oleh Malim Basa, pendiri perguruan di Bonjol, yang kemudian dikenal dengan
sebutan Imam Bonjol. Sejak kembali dari Mekah, Imam Bonjol melancarkan pemurnian aqidah
Islam seperti yang telah dilakukan oleh gerakan Wahabi di Mekah. Karena kaum tua yang masih
sangat kuat berpegang teguh pada adat menentang dengan keras terhadap gerakan Imam Bonjol
maka timbulah perang Padri yang berlangsung antara tahun 1821-1837.
Pada saat itu juga, di Jakarta berdiri Jami’atul Khair pada tahun 1905, yang pada
umumnya beraggotakan peranakan Arab. Organisasi Jami’atul Khair ini dinilai sangat penting
karena dalam kenyataanya dialah yang memulai dalam bentuk organisasi dengan bentuk modern
dalam masyarakat Islam (dengan anggaran dasar, daftar anggota yang tercatat, rapat-rapat
berkala) dan mendirikan suatu sekolah dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah modern.
Di bawah pimpinan Syekh Ahmad Soorkati, Jami’atul Khair banyak mengadakan pembaharuan
dalam bidang pengajaran bahasa Arab, pendidikan Agama Islam, penyiaran agama, dan banyak
berusaha mewujudkan Ukhuwah Islam.
Sementara itu, banyak tumbuh dan lahir gerakan pembaharuan dan pemurnian Agama
Islam di beberapa tempat di Indonesia, yang satu sama lain mempunyai penonjolan perjuangan
dan sifat yang berbeda-beda. Akan tetapi, secara keseluruhan mereka mempunyai cita-cita yang
sama dan tunggal yaitu “Izzul Islam wal Muslimin” atau kejayaan Agama Islam dan Kaum
Muslimin. Di antara gerakan-gerakan tersebut adalah: Partai Sarekat Islam Indonesia,
Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Al Irsyad.
Gerakan-gerakan tersebut, umumnya terbagi dalam dua golongan yaitu Gerakan
Modernis dan Gerakan Reformis. Yang dimaksud dengan Gerakan Modernis ialah gerakan yang
menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya. Jadi semua Gerakan Islam tersebut dapat
digolongkan sebagai gerakan Modernis. Sedangkan Gerakan Reformis, berarti di samping
gerakan ini menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya, juga berusaha memurnikan
Islam dan membangun kembali Islam dengan pikiran-pikiran baru, sehingga Islam dapat
mengarahkan dan membimbing umat manusia dalam kehidupan mereka. Misalnya:
Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Al Irsyad.