Anda di halaman 1dari 3

RAHASIA GEMINI

Judul : Rahasia Gemini


Pengarang : Sekar Ayu Asmara
Penerbit : Mekar Cipta Lestari
Tahun Terbit : 2022
Tebal Buku : 316 halaman
tempat terbit : Jakarta
Kategori : Novel/Fiksi
Harga : Rp 99.000.00.
Tentang Penulis :
Sekar Ayu Asmara lahir di Jakarta, Indonesia. Menghabiskan masa kecil berpindah
negara mengikuti karir ayahnya yang menjabat sebagai duta besar. Pernah menetap di
Afghanistan, Turki, dan Belanda. Semua bidang seni yang ditekuni dipelajarinya secara
otodidak. Sekar memperoleh penghargaan The Naguib Mahfouz Prize sebagai Best New
Director pada Cairo International Film Festival 2004 melalui film pertamanya Biola Tak
Berdawai. Film ini mewakili Indonesia pada ajang Academy Awards (Oscars) dan Golden
Globes di tahun yang sama. Film ini kemudian dialihwahanakan menjadi novel oleh Seno
Gumira Ajidarma. Film berikutnya, Belahan Jiwa, memenangi penghargaan Best International
Feature Film pada New York International Independent Video and Film Festival tahun 2007.
Novel pertamanya Pintu Terlarang diadaptasi menjadi film layar lebar oleh sutradara Joko
Anwar. Novel Rahasia Gemini merupakan karya pustaka kedua belas.
Ulasan :

Rahasia Gemini menceritakan tentang anak kembar yang memiliki keistimewaan


menjalani kehidupan hanya dengan satu kaki. Meskipun terlahir sebagai anak kembar identik,
mereka berdua memiliki kepribadian yang berbeda. Novel ini tidak hanya sekadar bercerita
kehidupan anak kembar. Selain itu, terdapat pembahasan tentang keluarga, cara mendidik anak,
pertemanan, pertemuan, kekerasan dalam rumah tangga, dan kegiatan sosial. Hal menarik dari
novel ini juga menceritakan tentang menulis, proses penerbitan buku, serta pembuatan film.
Co-Fouder dan COO Indonesian Writers INC Yuli Andyono berkata buku Rahasia
Gemini merupakan buku yang penuh dengan pesan moral yang mana menjelaskan setiap
ciptaan Tuhan sempurna. pengangkatan tema difabel ini dilakukan untuk menyadarkan kepada
masyarakat bahwa setiap ciptaan Tuhan adalah sempurna. Melalui buku ini, penulis berharap
dapat membuka mata masyarakat terkhususnya Indonesia untuk lebih menghargai sesama.
Wulan dan Lintang adalah anak kembar berzodiak Gemini. Keduanya punya satu
kelainan, masing-masing hanya memiliki satu kaki. Meski identik karena terlahir dari satu
telur, mereka memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Wulan introvert, sementara Lintang
ekstrovert. Wulan menjadi penulis cerpen yang hanya mau karyanya disajikan secara digital.
Selepas kejadian traumatik, Wulan memilih tinggal di Bali. Sementara Lintang terobsesi
menjadi pembuat film dokumenter. Ia melanjutkan kuliah di London, Inggris. Lintang menjalin
cinta serius dengan penyanyi tunanetra bernama Midnight. Sementara Wulan punya hubungan
dengan pemilik usaha menyelam bernama Prapança. Trauma lama kembali merasuk kehidupan
Wulan dan Lintang. Pada saatnya, satu per satu kebenaran pun terungkap. Akhirnya, takdir
bersabda. Dan hanya cinta tanpa syarat yang mampu mendamaikan sepasang anak kembar ini.
Novel ini memiliki alur cerita yang menarik sekaligus rumit, 2 Protagonis dalam cerita
ini memiliki keunikan dan keistimewaannya masing-masing, Wulan yang bertegantungan
dengan Lintang dan Lintang yang bisa hidup mandiri dan selalu ada untuk Wulan, tetapi semua
itu mulai berubah ketika mereka mendapatkan jodoh mereka masing-masing, jodoh Wulan
bernama prapanca dan jodoh Lintang bernama Midnight, dimulai dari Wulan ketika
mendapatkan jodohnya dia lebih bergantung pada Prapanca dan lebih bisa mandiri, dan Lintang
yang makin hari semakin sayang kepada midnight dan menomorduakan Wulan.
Novel ini juga memiliki keunikan dalam ceritanya seperti perselingkuhan yang
dilakukan oleh Lintang terhadap Prapanca saat di London dan Wulan yang terus kuat ketika
saudarinya meninggal dan banyak sekali genre yang bisa diambil dari novel ini.
Novel ini banyak mengandung pesan-pesan moral. Diantaranya mengajarkan kita untuk
tidak pantang menyerah meskipun banyak kekurangan yang kita miliki. karena itu ketika kita
terlahir dengan kekurangan, kita harus bisa bersyukur setiap waktu dan terus menjalani hidup
yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Tuhan pasti menciptakan kita semua dengan kelebihan
lain seperti layaknya si kembar yang tidak memiliki kaki secara utuh, namun mereka memiliki
kelebihan berupa bakat yang mereka manfaatkan dengan baik. Di novel ini juga kita belajar
untuk menjadi orang tua yang lebih baik, karena setiap anak yang terlahir ke dunia ini
merupakan anugerah terindah yang Tuhan berikan untuk kita. Dalam novel ini juga kita
diajarkan cara untuk merelakan seseorang yang telah pergi meninggalkan kita.
Yang menjadi daya tarik lainnya adalah plot twist sederhana tapi cukup menarik
perhatian. Disediakan menjelang akhir dengan penyelesaian sederhana juga tapi tetap
manis.Mengangkat tentang perpisahan yang cukup membuat sedih. Terutama, karena
perpisahan dalam versi apapun akan selalu meninggalkan rasa hampa dan cukup berat.
Novel ini bukan sekadar kisah tentang anak kembar saja. Tapi, mengangkat tentang
perjuangan perempuan dalam sosial masyarakat, eksistensi difabel dalam sosial masyarakat
ekonomi di Indonesia hingga tentang dunia perfilman yang menarik.
Penulis sekaligus sutradara, telah berhasil membawa kami bertualang. Mengunjungi
berbagai tempat yang tersaji dalam cerita. Menikmati keindahan Pantai Uluwatu, Bali hingga
menjejakkan kaki di Stasiun Paddington, London. Membayangkan kenikmatan sate lilit dan
sambal matah di warung Mantra. Ceritanya begitu mengalir. Banyak menemukan kosakata baru
dan tentunya pesan moral dari penulis dapat tersampaikan. Sangat direkomendasikan untuk
dibaca semua kalangan, mulai usia 17+. Karena ada beberapa bagian pembahasan dewasa.
Hal yang dapat dipelajari yaitu membuat kita berkontemplasi dan bersyukur sebagai
ciptaan-Nya. Terlepas dari perbedaan warna kulit, berat badan, tinggi badan, dan bentuk tubuh.
Jangan memandang sebelah mata terhadap difabel yang ada di sekitar kita. Mereka bukan cacat.
Hanya saja memiliki kemampuan yang berbeda dan dapat menjalani kehidupan seperti orang
lain.
Setiap manusia terlahir dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Selain
itu, jangan mengedepankan emosi dan bermain tangan. Karena akan meninggalkan trauma
mendalam bagi korbannya. Orang yang memiliki kemampuan berbeda juga memiliki hak yang
sama untuk berkarya dan mendapatkan pendidikan yang baik.
Novel ini memiliki alur yang rumit, sekaligus penggunaan kata-kata puitis yang kadang
membingungkan pembaca. Beberapa bagian cerita yang terasa lambat, terutama di awal novel.
Hal ini dapat membuat pembaca merasa bosan atau kehilangan minat dalam cerita. Selain itu,
beberapa karakter sampingan dalam novel ini kurang dikembangkan dengan baik, sehingga
mereka terasa kurang relevan atau tidak memiliki dampak yang signifikan pada alur cerita
utama. Hal ini bisa menjadi potensi yang kurang dimanfaatkan dalam memberikan kedalaman
pada cerita.

Anda mungkin juga menyukai