FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS FLORES
ENDE
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa yang atas
perkenaanya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul perkampungan adat
wolotopo
Adapun tujuan makala dari penulisan ini adalah untuk dijadikan bahan pertimbangan
akademik dalam mata kuliah filsafat arsitektur. Adapun tujuan lain dari penulisan makalah
ini adalah memberikan pengetahuan tersendiri kepada penulis dan kepada si pembaca
tentang perkampungan adat Wolotopo.
penulis menyadari bahwa tulisan dari isi makala ini masih jauh dari senpurna. Oleh
karena itu, segala bentuk kritik dan saran konstruktif demi penyempurnaan akan penulis
terima dengan senang hati.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2 Luas
Kampung Wolotopo yang didalamnya dibangun rumah-rumah adat secara
berundak dan terstruktur mengikuti keadaan geografis perbukitan seluas
1.051 Ha terbagi atas Nua PuU (Kampung Utama), Kopo Ria (kampung
besar) dan Kopo Kasa (Kampung kecil) di pinggir kampung utama.
Gambar kampung adat nua puu
SaO Ria:
Tempat pengadilan adat; Biku Tau Ngilo Bara Tau Tina, Leka
Nopo Leka Kara
SaO Sue :
Tempat menyimpan benda adat dan sue (gading).
Sao Atawolo :
Menyiapkan dan memakai pakaian kebesaran adat
Mosalaki dan Atalaki disaat Wakelaki atau pelantikan
Tempat menyimpan rembi nduku dan Kilindoka juga
sebagai wunu koli
BNB : Keempat rumah adat tersebut diatas merupakan tempat tinggal
para mosalaki sesuai kedudukan dan fungsinya dalam persekutuan
adat di Wolotopo. Selain bangunan rumah adat dalam Nua PuU, pada
Kopo Ria dan Kopo Kasa dibangun pula rumah-rumah pendukung
(Poa Paso) dan rumah anggota suku (Fai Walu Anakalo).
- Tenda/ Ndawa
Alas rumah dari papan atau bambu belah yang terletak diatas balok yang
melintang diatas tumpuan tiang sebagai pemisah ruang bawah / kolong (Lewu/
zewu) dengan ruang atau tempat tinggal.
tenda
- Kebi/ Kembi
Dinding yang memisahkan dinding dalam rumah dan luar rumah.
kembi
- Lote
Ruang diatas One untuk menyimpan barang-barang rumah tangga / pusaka.
- Pere/ Pene
Pintu yang menghubungkan luar rumah dengan ruang dalam rumah (One Sao).
pere
- Rate
Jendela rumah untuk cahaya dan sirkulasi udara.
- Mangga
Balok yang dilintang di empat sudut untuk tumpuan balok atap (Nggoza/ Nggela).
- Nggola/ Nggoza
Balok yang menghubungkan badan rumah dengan bubungan/ atap juga sebagai
landasan susunan atap.
- Ate/ Ghumbu
Atap dari bahan daun alang-alang, ijuk atau sirap bambu yang digunakan untuk
menutup bangunan tersebut.
Atap dari
alang-alang
b. Secara horizontal
Dilihat secara horisontal, bangunan rumah adat secara tata letak dapat diuraikan
atas komponen bagian sebagai berikut :
- Wewa
Halaman depan rumah adat berupa sebuah pelataran terbuka.
wewa
- Tangi
Tangga naik pertama, biasanya dibawah tangga/ tangi diletakkan batu ceper (watu
lata) untuk alas/ cuci kaki sebelum masuk rumah adat.
Watu lata
- Tenda Loo
Tenda kecil yaitu pelataran tempat duduk pertama.
- Tenda Ria
Tenda besar yaitu pelataran tempat duduk tingkat kedua untuk musyawarah dan
menjamu tamu.
- Pane/ Pere
yaitu pintu masuk ke ruang dalam
- Kawa/ Tiga
Kamar yang dibagi menurut kebutuhan penghuni terdiri dari kamar bujang/ laki
kamar ibu-bapak, kamar gadis.
- One Soo yaitu ruang tengah.
- Lapu/ Zappu yaitu dapur tempat memasak dan diatas bagian dapur terdapat
Ghara sebagai tempat menyimpan alat dapur.
lulu
Selain komponen bangunan, pada dinding dan pintu masuk biasa dipasang ukiran
sepasang Susu sebagai lambang kesuburan pada dinding dan senapan (Mbendi)
pada pintu masuk selain ukiran/ ornamen pada alas pintu pintu dan bilah pintu.
2.3 Wilayah adat Wolotopo
Sebagai suatu persekutuan adat, Wolotopo memiliki suatu wilayah adat/ ulayat yang
disebut Ulu Eko (batas wilayah). Wilayah Adat Wolotopo meliputi :
Tana Wara Mena yaitu tanah warisan turun temurun (Tana Nggaro)
Tana Wara Ghale yaitu tanah hasil menang perang jadi milik bersama (Tana Gado
Bhondo Watu Kapa).
Semua kegiatan / usaha masyarakat adat dalam wilayah adat/ persekutuan adat tersebut
selalu diatur secara adat misalnya dalam mengolah tanah, membuka kebun dan setiap
pemimpin dan anak suku wajib menjaga dan melindungi serta mempertahankan wilayah
adatnya dari gangguan dan ancaman luar.
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Pada akhir kata, kami menyampaikan permohonan maaf kepada dosen pengasuh mata kuliah
filsafat arsitektur bila tugas yang kami kerjakan belum terlalu sempuna dan belum sesuai
dengan keinginan ibu dosen, pada kesempatan ini kami mohon maaf. Pada kesempatan yang
terakhir kami mengharapkan kepada pembaca dan khususnya kepada dosen pengasuh mata
kuliah filsafat arssitektur guna memberikan saran serta kritikan yang membangun tentang
tugas ini agar dapat disempurnakan pada kesempatan yang akan datang.