Anda di halaman 1dari 37

SELAMAT DATANG

PENGOLAHAN PENDIDIKAN DINIYAH DI ERA 4.0

Oleh : Abdul Rosyid, S. Pd. I

Gintungreja, 11 Januari 2023


SELAMAT DATANG
CV
Nama : ABDUL ROSYID, S. PD. I
TTL : Lamongan, 06 November 1982
Alamat : Gandrungmanis Gnadrungmangu
Cilacap
Status : Menikah
Anak :5
Pendidikan : S.1 (Pendidikan Islam) UIN Malang
NO HP : 082328457867

Gintungreja, 11 Januari 2023


SELAMAT DATANG

PENGOLAHAN PENDIDIKAN DINIYAH DI ERA 4.0

Oleh : Abdul Rosyid, S. Pd. I

Gintungreja, 11 Januari 2023


Dinamika Madrasah Diniyah di Indonesia
Pendirian Madrasah Diniyah di Indonesia telah menhalami perjalan yang panjang mempunyai latar
belakang tersendiri dan kebanyakan didirikan atas perorangan yang semata-mata untuk ibadah,
maka system yang digunakan, tergantung kepada latar belakang pendiri dan pengasuhnya, sehingga
pertumbuhan Madrasah Diniyah di Indonesia mengalami demikian banyak ragam dan coraknya.

1) Awal Munculnya Madrasah Diniyah Model Pendidikan Islam yang diadakan di surau-surau
tidak diselenggarakan dengan menggunakan kelas serta tidak dilengkapi bangku, meja dan
papan tulis. Siswa belajar dengan "lesehan". Seiring dengan perkembangan zaman, maka
model pendidikan yang bermula "lesehan" lambat laun berubah dengan menggunakan sistem
kelas. Secara historis perkembangan madrasah dengan model klasikal di Indonesia dimulai
dengan munculnya madrasah "Madrasah Adabiyah (Adabiyah School)" di Padang
(Minangkabau). Madrasah ini didirikan oleh almarhum Syekh Abdullah Ahmad pada tahun
1909. Adabiyah itu hidup sebagai madrasah (madrasah agama) sampai tahun 1914. Pada tahun
1915 diubah menjadi H.I.S. Adabiyah

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


2) H.I.S Adabiyah Menjadi Madrasah Rakyat dan SMP Pada akhirnya H.I.S Adabiyah itu telah
menjadi Madrasah Rakyat dan SMP. Selanjutnya pada tahun 1909 almarhum Syekh H.M Thaib
Umar yang mendirikan madrasah agama di Batu Sangkar, akan tetapi tidak dapat bertahan.
Kemudian pada tahun 1910 Syekh H.M Thaib Umar mendirikan madrasah agama di Sungayang
(daerah Batu Sangkar) dengan nama Madras School (Madrasah Agama).

3) Pendirian Diniyah School (Madrasah Diniyah) Pada era berikutnya, tahun 1915 Zainuddin Labai al
Yunusi mendirikan PDiniyah School (Madrasah Diniyah) di Padang panjang. Bagi masyarakat
Minangkabau madrasah ini menjadi perhatian yang besar. Madrasah Diniyah Padang Panjang
merupakan cikal bakal dalam perkembangan madrasah-madrasah di berbagai kota dan desa
Minangkabau khususnya.6 Yunus d a l a m Iqbal, memaparkan, tentang "perkembangan
Madrasah Diniyah di era Zainudin Labai al Yunusy

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


B. Lembaga Pendidikan Non Formal
Lembaga pendidikan non formal biasanya adalah lembaga pendidikan yang lahir dari ide masyarakat
dan untuk kepentingan masyarakat yang tidak formal, contoh pengajian- pengajian. Lembaga pendidikan
yang dimaksud yaitu lembaga pendidikan yang ada di dalam masyarakat, baik berupa pengajian, majlis
ta'lim dan Madrasah Diniyah.18 Dalam definisi lain disebutkan bahwa majlis ta'lim adalah lembaga
swadaya masyarakat yang keberadaannya didasarkan pada keinginan untuk membagun masyarakat
madani.

Sebelum lahirnya UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, Madrasah Diniyah (MADIN) dikenal sebagai
Madrasah.20 Dalam PP No 55 pasal 15- 16 tahun 2007, disebutkan bahwa "Pendidikan Diniyah sifatnya
non formal diselenggarakan dalam bentuk pengajian kitab, majlis ta'lim, pendidikan al-Quran, diniyah
ta'limiyah atau dalam bentuk lain yang sejenis".
Jenis-jenis Madrasah Diniyah Sehubungan dengan perkembangan Madrasah Diniyah di masyarakat,
maka untuk memudahkan pembinaan dan bimbingan Kementerian Agama RI menetapkan peraturan
tentang jenis-jenis Madrasah Diniyah yang diatur dalam Peraturan Menteri Agama RI nomor 13
tahun1964 yang antara lain dijelaskan:

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


c. Karakteteristik Madrasah Diniyah Indonesia

1. Sistem Belajar di Madrasah Diniyah Sistem belajar di Madrasah Diniyah merupakan evolusi dari sistem
belajar yang dilaksanakan di pesantren salafiyah, karena pada awalnya dalam penyelenggaraan
pendidikannya dilakukan dengan cara tradisonal. Adapun cirri khas untuk mempertahankan tradisi
pesantren adalah mempertahankan paradigma penguasaan "kitab kuning".
Sementara pada awalnya, sistem pembelajarannya menggunakan metode "halaqoh", yaitu model belajar di
mana guru duduk di lantai di kelilingi oleh santri (murid), dengan mendengarkan penyampaian ilmu-ilmu
agama. Namun model halaqoh tersebut mengalami pergeseran seiring dengan perkembangan zaman.
Adapun perubahan yang dilakukan dengan dari sistem halaqoh ke sistem klasikal. Perubahan model
tersebut berdampak pada respon masyarakat (Islam) dalam perkembangan pendidikan Islam di
Indonesia. Bergesernya sistem "halaqoh" yang berlaku di pesantren ke sistem klasikal di madrasah
memberikan situasi baru dalam pembelajaran. Semula pendidikan agama di Madrasah Diniyah
digolongkan pendidikan keagamaan yang tertutup terhadap pengetahuan umum, sehingga model
pendidikan yang seperti ini di sebut dengan "madrasah agama atau Madrasah Diniyah.

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


2. Jenis-jenis Madrasah Diniyah Sehubungan dengan perkembangan Madrasah Diniyah di masyarakat,
maka untuk memudahkan pembinaan dan bimbingan Kementerian Agama RI menetapkan peraturan
tentang jenis-jenis Madrasah Diniyah yang diatur dalam Peraturan Menteri Agama RI nomor 13
tahun1964 yang antara lain dijelaskan:
C. Karakteteristik Madrasah Diniyah Indonesia

1. Sistem Belajar di Madrasah Diniyah Sistem belajar di Madrasah Diniyah merupakan evolusi dari
sistem belajar yang dilaksanakan di pesantren salafiyah, karena pada awalnya dalam penyelenggaraan
pendidikannya dilakukan dengan cara tradisonal. Adapun cirri khas untuk mempertahankan tradisi
pesantren adalah mempertahankan paradigma penguasaan "kitab kuning".
Sementara pada awalnya, sistem pembelajarannya menggunakan metode "halaqoh", yaitu model belajar
di mana guru duduk di lantai di kelilingi oleh santri (murid), dengan mendengarkan penyampaian ilmu-
ilmu agama. Namun model halaqoh tersebut mengalami pergeseran seiring dengan perkembangan
zaman. Adapun perubahan yang dilakukan dengan dari sistem halaqoh ke sistem klasikal. Perubahan
model tersebut berdampak pada respon masyarakat (Islam) dalam perkembangan pendidikan Islam di
Indonesia. Bergesernya sistem "halaqoh" yang berlaku di pesantren ke sistem klasikal di madrasah
memberikan situasi baru dalam pembelajaran. Semula pendidikan agama di Madrasah Diniyah
digolongkan pendidikan keagamaan yang tertutup terhadap pengetahuan umum, sehingga model
pendidikan yang seperti ini di sebut dengan "madrasah agama atau Madrasah Diniyah.

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


Jenis-jenis Madrasah Diniyah Sehubungan dengan perkembangan Madrasah Diniyah di masyarakat, maka
untuk memudahkan pembinaan dan bimbingan Kementerian Agama RI menetapkan peraturan tentang
jenis-jenis Madrasah Diniyah yang diatur dalam Peraturan Menteri Agama RI nomor 13 tahun1964 yang
antara lain dijelaskan:

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


a. Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran
secara klasikal dalam pengetahuan Agama Islam kepada pelajar bersama-sama sedikitnya
berjumlah 10 (sepuluh) orang atau lebih diantara anak-anak yang berusia 7 (tujuh) sampai
dengan 18 (delapan belas) tahun.

b. Pendidikan dan pengajaran (pada Madrasah Diniyah) selain bertujuan untuk memberi
tambahan pengetahuan agama kepada pelajar-pelajar yang merasa kurang menerima
pelajaran agama di madrasah-madrasah umum.

c. Madrasah Diniyah ada tiga tingkatan yakni; Diniyah Awaliyah, Diniyah Wustho, dan Diniyah
Ulya. Dengan diberlakukannya undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, maka untuk mengatur lembaga pendidikan yang beragam di Indonesia dikeluarkan
pula peraturan pemerintah yaitu hasil pendidikan non formal dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk
oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


3. Upaya dalam Menjaga Eksistensi Madrasah Diniyah
Masyarakat Islam tentunya tidak ingin melihat keberadaan Madrasah Diniyah sebagai sebuah
lembaga yang keberadaannya hanya sebagai pelengkap. Perlu pemikiran yang cukup brilian
agar keberadaannya tetap menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat, sebagaimana awal
kemunculannya di Indonesia. Eksistensinya perlu dijaga dan dikembangkan.

a. Langkah Taktis Mempertahankan Eksistensi Madrasah Diniyah


1. Penyelenggaraan dan pembekalan bagi guru-guru Madrasah Diniyah berkaitan tentang
materi, metode dan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kompetensi dan
karakteristik daerah masing-masing.
2. Perlu adanya distribusi buku-buku pelajaran standar Madrasah Diniyah untuk wilayah-
wilayah yang tidak atau belum memiliki kurikulum standar.
3. Penyelenggaraan pengawasan pembinaan, dan pendampingan bagi setiap Madrasah
Diniyah di berbagai wilayah meliputi manajemen, pembelajaran dan lain-lain.
4. Membangun kerjasama dengan pemerintahan-pemerintahan lokal, terutama berkaitan
dengan alokasi dana. Kerjasama dengan pemerintah lokal diharapkan minimal dapat
membentu dalam hal pendanaan dan pemenuhan sarana dan prasarana kegiatan
pembelajaran.
a. Pemikiran Untuk Mewujudkan Madasah Diniah Ideal Selain itu, menurut Amin, untuk menjaga
eksistensi Madrasah Diniyah maka perlu juga pemikiran untuk mewujudkan madrasah yang
ideal, diantaranya:

1) Integralisasi sistem pendidikan Madrasah Diniyah ke dalam sistem pendidikan formal


pesantren.
2) Penerapan manajemen pendidikan secara baik dalam Madrasah Diniyah.
3) Sistem pembelajaran yang digunakan harus mengacu pada pola pembelajaran yang terpola
dan berpedoman kepada kurikum.
4) Melengkapi Madrasah Diniyah dengan fasilitas belajar terutama media pendidikan yang
sesuai.

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


D. Jenis-jenis dan Tingkatan Madrasah Diniyah

Sehubungan dengan perkembangan Madrasah Diniyah, maka untuk memudahkan pembinaan dan
bimbingan Kementrian Agama RI, atas nama pemerintah menetapkan peraturan tentang jenis-jenis
Madrasah Diniyah yang diatur dalam Peraturan Menteri Agama RI Nomor 13 tahun 1964 yang antara lain
dijelaskan, sebagai berikut.

1) Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran secara
klasikal dalam pengetahuan Agama Islam kepada pelajar bersama-sama sedikitnya berjumlah 10
(sepuluh) orang atau lebih di antara anak-anak yang berusia 7 (tujuh) sampai dengan 18 (delapan
belas) tahun.

2) Pendidikan dan pengajaran (pada Madrasah Diniyah) selain bertujuan untuk memberi tambahan
pengetahuan agama kepada pelajar-pelajar yang merasa kurang menerima pelajaran agama di
sekolah-sekolah umum.

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


Berbagai aktifitas pendidikan diniyah merupakan sub dari sistem pendidikan nasional. yang di
maksud Madrasah Diniyah adalah suatu lembaga pendidikan non formal yang ada di tengah-tengah
masyarakat sebagai alternatif pendidikan agama Islam di masyarakat untuk melengkapi pengetahuan
agamanya di sekolah umum. Adapun sistem pembelajarannya juga sangat sederhana dan tidak ada
kurikulum khusus yang ditetapkan oleh pemerintah. Hanya saja dalam pelaksanaan pembelajarannya
meniru sistem pembelajaran yang ada di pondok pesantren. Dalam operasionanya Madrasah Diniyah
ada tiga tingkatan yakni, Diniyah Awaliyah, Diniyah Wushto, dan Diniyah Ulya.

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


Madrasah Diniyah Awaliyah
Madrasah Diniyah Awaliyah, dalam menyelenggarakan
pendidikan Agama Islam tingkat dasar selama empat
tahun dan jumlah jam belajar delapan belas jam
seminggu.

. Madrasah Diniyah Wushto


Madrasah Diniyah Wustho, dalam menyelenggarakan
pendidikan Agama Islam tingkat menengah pertama
sebagai pengembangan pengetahuan yang diperoleh pada
Madrasah Diniyah Awaliyah, masa belajar selama dua
tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran
seminggu.

Madrasah Diniyah Ulya


Madrasah Diniyah Ulya, dalam menyelenggaraan
pendidikan Agama Islam tingkat menengah atas dengan
melanjutkan dan mengembangkan Madrasah diniyah
Wustha, masa belajar dua tahun dengan jumlah jam

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


E. Kondisi Objektif Madrasah Diniyah di Indonesia

Kegiatan Pembelajaran Madrasah Diniyah


Fenomena kegiatan pembelajaran Madrasah
Diniyah dilakukan pada sore hari antara pukul
14.00-15.00 atau dalam bahasa orang awam
disebut dengan istilah "madrasah sore" atau
"madrasah arab". Ada tiga alasan yang mendasari
waktu sore dipilih sebagai waktu yang tepat untuk
belajar, yaitu:

1. Faktor sumber daya alam yang melimpah dengan sumber daya manusia yang
mini.
2. Sebagai bias kolonialisme yang telah memperlakukan diskriminasi kepada
masyarakat pribumi dengan cara mempersulit hak ajar. Masyarakat di awal-
awal kemerdekaan masih kurang menyadari arti pendidikan untuk anak-
anaknya.
3. Madrasah sore dimaksudkan untuk mengimbangi pendidikan umum yang
diikuti anak-anak di Sekolah Rakyat (SR) di waktu pagi.

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


F. Aspek-aspek Yang Memperkokoh Eksistensi Madrasah Diniyah

1) Aspek Kelembagaan
Secara legal formal keberadaan Madrasah Diniyah sebagai satuan pendidikan keagamaan (Islam) yang telah
diakui dalam UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20/2003 maupun peraturan pemerintah (PP No 55 Tahun
2003). Keberadaannya efektif untuk menambah pengetahuan agama para anak didiknya, yang tidak diperoleh
di bangku madrasah formal. Diniyah, sebagai salah satu jenis/satuan pendidikan keagamaan yang memberikan
pendidikan umum dengan tetap mempertahankan ciri khasnya sebagai lembaga pendidikan Islam. Pelajaran
Diniyah meliputi pelajaran al-Quran, Hadits, Fiqh, Akhlak, Sejarah Islam, dan Bahasa Arab.
Dalam penyelenggaraannya, Madrasah Diniyah menggunakan pendekatan klasikal. Namun Madrasah Diniyah
memiliki variasi kelembagaan cukup banyak; ada yang diselenggarakan oleh pesantren, masyarakat (ta'mir
masjid), perorangan atau yayasan serta organisasi (sosial-keagamaan). Dalam kategori sistem pendidikan
nasional, Madrasah Diniyah ada yang termasuk dalam pendidikan jalur formal dan jalur nonformal

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


2. Aspek Manajemen
Pelaksanaan manajemen di Madrasah Diniyah secara umum belum dapat ikatakan maksimal. Ada
beberapa kendala yang membuat manajemen di suatu madrasah tidak terkelola dengan baik.
a. Ketidakjelasan dalam pemisahan kepemimpinan dengan tenaga pendidik.
b. Adanya tumpang tindih dalam menjalankan kewenangan, sehingga terkadang tugas kepala
madrasah merangkap pengelola keuangan dan lain-lain.
c. Mekenisme perekrutan tenaga pendidik dan kependidikan yang tidak professional, sehingga
pengelolaan lembaga dan pelaksanaan pembelajaran menjadi carut marut. Hal ini tentunya
berimbas pada kualitas pembelajaran di madrasah sehingga berdampak pada berkurangnya
jumlah siswa atau peminat yang belajar

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


3. Tenaga Pengajar
Secara konseptual bahwa menjadi guru dituntut adanya keikhlasan, termasuk jika tidak digaji sekalipun.
Pada awalnya munculnya Madrasah Diniyah di Indonesia adalah adanya kesadaran dari masyarakat akan
pentingnya pendidikan agama. Oleh karena itu guru Madrasah Diniyah pun merasa terpanggil untuk
mengajar dengan suka rela tanpa berfikir akan gaji. Namun seiring perkembangan zaman. masyarakat
masih menganggap bahwa eksistensi Madrasah Diniyah bagi masyarakat Islam masih penting, maka
pengelola lembaga ini mencoba untuk memberikan insentif yang sesSuai. Membincang persoalan insentif
(bisyaroh) bagi guru Madrasah Diniyah sampai saat ini masih belum dapat dikatakan "layak". Karena
prinsip keikhlasan itulah yang terkadang membuat pengelola Madrasah Diniyah dengan ukuran keikhlasan
tersebut. Yang terpenting dari adanya guru di Madrasah Diniyah adanya kemauan untuk mengajar siswa
sesuai dengan keilmuannya.
4. Aspek Keadaan Siswa
Minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya sangat rendah. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa pendidikan untuk
anak-anak cukup di madrasah pagi saja. Selain itu padatnya kegiatan ekstrakurikuler di madrasah membuat prioritas
tetap untuk kegiatan di madrasah pagi. Apalagi sekarang marak madrasah dengan konsep "terpadu". Konsep yang
memadukan kurikulum mata pelajaran agama dengan kurikulum mata pelajaran umum, dengan durasi waktu sampai
jam 15.00. Fenomena inilah yang membuat keadaan siswa di Madrasah Diniyah semakin berkurang.

5. Aspek Pendanaan
Pendanaan di Madrasah Diniyah sepenuhnya umumnya langsung dikelola oleh penyelenggara lembaga pendidikan.
Dana tersebut berasal dari setidaknya dari empat sumber yaitu: (1) uang madrasah (SPP); (2) biaya pendaftaran, ujian,
3) donasi dari dermawan dan masyarakat yang peduli dengan Madrasah Diniyah, dan (4) zakat, infak dan sadakah.
Penggunaan dan pengelolaan dana di Madrasah Diniyah untuk operasional madrasah termasuk gaji guru dan karyawan.
Adapun pendanaan yang berkkaitan dengan fasilitas dan sarana prasarana terkadang tidak terfikirkan karana minimnya
dana.

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


6. Aspek Sarana dan Prasarana
Fasilitas di Madrasah Diniyah, pada umumnya tidak se-ideal keadaanya di madrasah (pagi). Keadaannya sederhana, yang
terpenting adalah adanya tempat atau ruang belajar, papan tulis dan tempat duduk, sehingga pembelajaran tetap berjalan.
Jika ditinjau dari awal keberadaanya, maka Madrasah Diniyah berada di masjid. Ketika sudah memiliki gedung sendiri maka
lokasi belajar dipindah. Sampai sekarang pembelajaran Madrasah Diniyah sudah tidak dilaksanakan di masjid. Madrasah
Diniyah yang memiliki gedung dan sarana prasarana sendiri hanyalah madrasah yang ada dilokasi pesantren. Hal ini dapat
dimaklumi karena keterbatasan yang ada di Madrasah Diniyah.
7. Kegiatan evaluasi
Pembelajaran Setiap pempelajaran yang dilaksanakan di madrasah, maka harus diberengi dengan adanya
evaluasi belajar. Hal ini sebagai tolok ukur keberhasilan siswa dalam belajar. Walaupun memang dalam
pelaksanaan di setiap satuan pendidikan berbeda. Dalam kurikulum yang diberlakukan di madrasah maupun
madrasah selalu menggunakan evaluasi. Meskipun Madrasah Diniyah dikategorikan dalam pendidikan
tradisional mnamun tetap saja diberlakukan evaluasi dengan istilah imtihan. Evaluasi ini sebagai ukuran
prestasi siswa.

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


8. Aspek Kurikulum
Madrasah Diniyah Kurikulum adalah rancangan pembelajaran yang harus ada di setiap lembaga pendidikan,
termasuk di Madrasah Diniyah. Pengelola dalam hal ini kepala madrasah maupun guru di Madrasah Diniyah
masih belum memahami urgensi keberadaan kurikulum. Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari system
pendidikan nasional yang diselenggarakan pada jalur pendidikan luar madrasah untuk memenuhi hasrat
masyarakat tentang pendidikan agama.

G. Ruang lingkup Pengelolaan Madrasah Diniyah 4.0

Sumber daya pendidikan adalah semua faktor yang dapat dimanfaatkan oleh pengelola pendidikan untuk
melaksanakan proses pendidikan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan efisien.
Sumber daya pendidikan dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu: sumber daya manusia (SDM),
sumber daya informasi, sumber daya fisik serta sumber daya keuangan. Secara umum sumber daya
pendidikan terdiri dari: dana, bangunan, peralatan, infrastruktur, ruangan, masyarakat, tenaga, siswa serta
waktu. Jenis-jenis sumber daya pendidikan bila dikaitkan dengan komponen pengelolaan pendidikan secara
umum yaitu: Kurikulum, siswa, tenaga kependidikan, sarana prasarana, dana, manajemen, lingkungan, dan
proses pembelajaran.
Ruang lingkup pengelolaan di sekolah/madrasah pada dasarnya adalah semua kegiatan yang merupakan sarana
penunjang proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan di sekolah dasar. Adapun ruang lingkup
pengelolaan pendidikan pada tingkat persekolahan meliputi: pengelolaan kurikulum, pengelolaan kesiswaan, pengelolaan
personel atau SDM, pengelolaan sarana prasarana, pengelolaan keuangan, pengelolaan ketatausahaan, pengelolaan
hubungan masyarakat (humas).

Esensi makna manajemen/pengelolaan artinya penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien. Dari definisi
etimologis tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya pendidikan adalah manajemen atau pengelolaan
yang dilakukan oleh pengelola pendidikan terhadap semua faktor yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan proses
pendidikan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan efisien. Berdasar pada delapan standar
pendidikan tujuan manajemen sumber daya ini adalah produktivitas, kualitas, efektivitas serta efisiensi dalam lembaga
pendidikan. Sekolah/madrasah sebagai institusi pendidikan bisa menjalankan fungsinya jika seluruh kegiatan di dalamnya
dikelola dengan tepat. Administrasi sekolah/madrasah perlu dikelola dengan baik supaya kinerja institusi pendidikan bisa
optimal. Pada dasarnya, Administrasi Sekolah adalah seluruh proses pengelolaan, mulai dari pengendalian, pengurusan dan
pengaturan berbagai cara atau usaha supaya tujuan sekolah bisa terlaksana.

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


Pada pelaksanaan Administrasi Sekolah, segenap sumber daya sekolah harus diatur dan didayagunakan secara efektif dan
efisien. Selain itu, karena Administrasi Sekolah berhubungan erat dengan surat menyurat atau arsip, data maupun informasi
harus tercatat dengan tepat, akurat dan disajikan tepat waktu. Atas dasar itu, maka ruang lingkup pengelolaan sumber daya
pendidikan/ madrasah secara garis besar dibagi ke dalam beberapa aspek pengelolaan adminiatrasi manajemen, antara lain:

1. Pengelolaan Kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan kegiatan pengelolaan kurikulum suatu sekolah, kegiatan ini menyangkut
dua aspek, yaitu yang berkaitan dengan tugas guru dan berkaitan dengan proses pembelajaran. Dalam
manajemen kurikulum dikenal ada lima istilah, yaitu pengembangan kurikulum (curriculum development),
perbaikan kurikulum (curriculum improvement), perencanaan kurikulum (curriculum planning), penerapan
kurikulum (curriculum implementation), dan evaluasi kurikulum (curriculum evaluation).

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


2. Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran sangat dibutuhkan dalam setiap lembaga pendidikan baik itu pendidikan
formal maupun pendidikan non formal, karena setiap lembaga pendidikan mempunyai tujuan.
Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh manajer, dimana dalam hal ini ialah guru, ditunjukkan
dengan pelaksanaan berbagai langkah kegiatan mulai dari merencanakan pembelajaran,
mengorganisasikan pembelajaran, mengarahkan dan mengevaluasi pembelajaran. Hal itu dilakukan
dalam rangka tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Manajemen program
pembelajaran sering disebut dengan manajemen kurikulum dan pembelajaran
3. Pengelolaan Santri/ Peserta didik
Manajemen peserta didik secara sederhana adalah usaha pengaturan peserta didik mulai dari
peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Manajemen
peserta didik bukan hanya kegiatan pencatatan peserta didik saja tapi juga meliputi aspek yang
lebih luas, yang secara operasional dapat dipergunakan untuk membantu kelancaran upaya
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses Pendidikan. Manajemen
peserta didik meliputi beberapa bagian, yaitu: Analisis kebutuhan peserta didik, rekrutment
peserta didik, Seleksi peserta didik, orientasi peserta didik, penempatan peserta didik
(pembagian kelas), pembinaan dan pengembangan peserta didik, pencatatan dan pelaporan,
pelulusan dan alumni.
4. Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Definisi Manajemen SDM secara sederhana merupakan "serangkaian sistem yang terintegrasi dan

bertujuan untuk meningkatkan performansi SDM". Ada juga yang mengemukakah arti dari

pengelolaan SDM adalah "segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan masalah

memperoleh dan menggunakan tenaga kerja secara efisien untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan"
5. Pengelolaan Pembiayaan
Pendidikan Manajemen keuangan adalah pengelolaan sumber daya yang diterima yang akan dipergunakan
untuk penyelenggaraan pendidikan. Manajemen keuangan dimaksudkan sebagai suatu manajemen
terhadap fungsi-fungsi keuangan. Pengelolaan keuangan meliputi kegiatan perencanaan, penggunaan
pencatatan, pelaporan, dan pertanggungjawaban yang dialokasikan untuk penyelenggaraan lembaga
pendidikan. Tujuan pengelolaan keuangan adalah untuk mewujudkan tertib administrasi dan bisa
dipertanggungjawabkan berdasar ketentuan yang sudah digariskan. Tugas pengelolaan keuangan dapat
dibagi ke dalam tiga fase, yaitu financial palanning, implementation and evaluation. Proses pengelolaan
keuangan di sekolah meliputi: Perencanaan anggaran, Strategi mencari sumber dana sekolah, Penggunaan
keuangan sekolah, Pengawasan dan evaluasi anggaran, Pertanggungjawaban.
6. Pengelolaan Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus di suatu sekolah merupakan bagian penting dalam Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) yang efektif dan efisien. Sekolah merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas dari penduduk bangsa Indonesia. Sekolah tidak hanya memiliki tanggung jawab
dan tugas untuk mlaksanakan proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu penegetahuan dan
teknologi saja, melainkan harus menjaga dan meningkatkan kesehatan baik jasmani maupun rohani
peserta didik. Hal ini sesuai dengan UUSPN bab 11 Pasal 4 yang memuat tentang adanya tujuan
pendidikan nasional.
7. Pengelolaan Sarana Prasarana

Sarana pendidikan mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan
dan menunjang dalam proses pendidikan seperti gedung, ruang kelas, alat, media, meja, kursi dan
sebagainya. Adapun yang disebut dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak secara
langsung menunjang jalannya proses pendidikan seperti halaman, kebun sekolah, taman sekolah, jalan
dan lainlain. Pengelolaan sarana prasarana dapat diartikan sebagai kegiatan menata, mulai dari
merencanakan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran, pendayagunaan, pemeliharaan,
penginventarisasi dan penghapusan serta penataan secara tepat guna dan tepat sasaran. Pada garis
besarnya pengelolaan sarana prasarana meliputi 5 hal, yakni: (a) penentuan kebutuhan, (b) proses
pengadaan, (c) pemakaian, (d) pencatatan, dan (e) pertanggungjawaban.
8. Pengelolaan Pemasaran
Pendidikan Manajemen pemasaran atau marketing adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran,
mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan, serta
mengomunikasikan nilai unggul kepada pelanggan. Manajemen pemasaran pendidikan memiliki arti
sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang mana individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta saling menukar dan memanfaatkan jasa
(kualitas dan kuantitas sekolah/lembaga pendidikan serta sistem pengajaran yang telah ditawarkan
dalam kegiatan promosi atau penjualan) dengan pemakai jasa pendidikan (orang tua santri/wali santri).

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


9. Pengelolaan Hubungan

Masyarakat Manajemen hubungan masyarakat dalam lembaga pendidikan adalah usaha untuk mencapai

hubungan yang harmonis antara satu sekolah dengan masyarakatmelalui satu proses komunikasi timbal balik

ataudua arah. Fungsi utama hubungan masyarakat adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan

baik antara lembaga/organisasi dengan publiknya, intern dan ektern, dalam menanamkan pengertian,

menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan pendapat yang menguntungkan

lembaga/organisasi. Tujuan humas yang akan dicapai adalah tujuan organisasi, sebab humas dibentuk atau

digiatkan guna menunjang manajemen ynag berupaya mencapai tujuan organisasi.

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


10. Pengelolaan Sitem Informasi Pendidikan
Sistem informasi manajemen pendidikan atau Education Management Information Sistem (EMIS)
merupakan perpaduan antara sumber daya manusia dan aplikasi teknologi informasi untuk memilih,
menyimpan, mengolah, dan mengambil kembali data dalam rangka mendukung proses pengambilan
keputusan bidang pendidikan. Gordon B. Davis (dalam Rochaety, dkk.), menjelaskan bahwa "sistem
informasi manajemen adalah sebuah sistem yang terintegrasi antara manusia dan mesin yang mampu
menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam
sebuah organisasi" Hal yang sama dikemukakan oleh Harbangan Siagian, bahwa; "sistem informasi
manajemen mengandung arti sekumpulan orang, seperangkat pedoman dan pemilihan peralatan pengolahan
data, menyimpan, mengolah dan memakai data untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan
keputusan dengan memberikan informasi kepada manajer agar dapat dimanfaatkan pada waktunya secara
efesien". Intinya sistem informasi manajemen pendidikan adalah suatu kumpulan dari komponen yang saling
berkaitan yang diatur, dikelola atau dikoordinasikan untuk mengubah data menjadi informasi guna mencapai
tujuan pendidikan.
Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0
Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0
Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0
1. Data Lembaga (Status tanah)
2. Data Kepala TPQ/ MDT BE
3. Data Santri RK
AS
4. Data Pendidik/Ustadz (Ijazah) PE
NG
5. Data Tenaga Kependidikan (Ijazah) AJ
UA
6. Kurikulum NL
EM
7. Data Sarana Prasarana BA
GA
8. Berkas Persyaratan : NO
9. Surat Permohonan oleh Lembaga NF
OR
10. Struktur Organisasi Kepengurusan TPQ/ MDT MA
L
11. KTP Pengurus
12. Surat Keterangan Domisili dari Kelurahan/Kepala Desa
13. Rekomendasi KUA
14. Bersedia dan sanggup menyelenggarakan dan mengelola TPQ/ MDT dengan baik dan bertanggung
jawab
15. Loyal terhadap Pancasila, UUD 1945 dan NKRI dan tidak berafiliasi dengan organisasi terlarang di
Indonesia

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0


Dokumen Pendukung:
1. Logo
2. Foto Gedung
3. Foto Ruang Belajar
4. Foto Sarana Prasarana
5. Foto KBM
6. Foto Papan Nama/Plang
7. Ruang Kelas/Pembelajaran terdapat foto Lambang Garuda, Presiden dan Wakil Presiden
8. Ruang Kantor terdapat foto Lambang Garuda, Presiden dan Wakil Presiden
9. Tiang Bendera dan Bendera Indonesia

Pengolahan Pendidikan Diniyah Di Era 4.0

Anda mungkin juga menyukai