BAB II
KARAKTER SANTRI
1. Pesantren
fundu>q (Arab) yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena
pelajar yang jauh dari tempat asalnya. Sedangkan kata pesantren berasal
dari kata santri yang diimbuhi awalan pe-dan akhiran–an yang berarti
dibawa oleh wali songo, maka model pesantren di pulau Jawa juga mulai
berdiri dan berkembang bersamaan dengan zaman wali songo. Karena itu
sehari-hari.3
merugikan pendidikan Islam. Ini bisa kita lihat dari kebijakan berikut.
2
Wahjoetomo. Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), 70.
3
Mansur, Moralitas Pesantren (Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2004), 55.
guru agama yang akan mengajar harus mendapatkan izin dari pemerintah
setempat. Peraturan yang lebih ketat lagi dibuat pada tahun 1925 yang
menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atau yang
menurun. Ini berarti bahwa jumlah anak-anak muda yang dulu tertarik
muda yang ingin mengikuti pendidikan sekolah umum yang baru saja
cukup pelan dan sangat terbatas. Akan tetapi, apa yang dapat disaksikan
dan pesatnya luar biasa. Seperti yang dikatakan Zuhairini, ternyata “jiwa
b. Pengertian Pesantren
dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Atau pengertian lain
dari bahasa Sanskerta yang artinya melek huruf.8 Di sisi lain, Zamkhsyari
4
Manfrred Ziemak, dkk, Dinamika Pesantren, 72
5
Lihat Clifford Geertz, Abangan Santri; Priyayi dalam Masyarakat Jawa, diterjemahkan oleh
Aswab Mahasun, Cet. II (Jakarta: Dunia Pusataka Jaya, 1983), 268; Yasmadi, Modernisasi
Pesantren; Kritik Nurcholish Majid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional (Jakarta: Quantum
Teaching, 2005),. 61.
6
Abu Hamid, “Sistem Pendidikan Madrasah dan Pesantren di Sul-Sel”, dalam Taufik Abdullah
(ed), Agama dan Perubahan Sosial (Jakarta: Rajawali Press, 1983), 329.
7
Ibid., 328.
8
Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren; Sebuah Potret Perjalanan, Cet. I (Jakarta: Paramadina,
1977), 19.
orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli
kitab suci agama Hindu, atau secara umum dapat diartikan buku-buku
berasal dari bahasa Jawa, yaitu dari kata “cantrik”, berarti seseorang
yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru itu pergi menetap.10
seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat
9
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Yogyakarta : LP3ES, 1982), 18.
10
Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren, 20.
11
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 240.
c. Elemen-elemen pesantren
beberapa elemen dasar yang selalu ada di dalamnya. Ada lima elemen
kitab kuning.
1) Kyai
seorang kyai.12
12
Amin Haedari, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas (Jakarta: IRD Press,
2005), 28.
2) Pondok
belajar dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang
13
Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren, 56.
14
Ibid., 60.
jauh. Untuk dapat menggali ilmu dari kyai tersebut secara teratur dan
Ketiga, ada sikap timbal balik antara kyai dan santri, dimana
bagi para santri. Di samping itu dari pihak para santri tumbuh
dari tradisi pesantren, tapi juga penopang utama bagi pesantren untuk
penuh sesak, namun anak-anak muda dari pedesaan dan baru pertama
yang baru itu tidak perlu mengalami kesukaran dalam tempat tinggal
3) Mushalla
15
Amin Haedari. Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas, 32.
16
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, 44.
4) Santri
a) Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan
17
Ibid., 49.
menengah.
Pengajaran kitab kuning berbahasa Arab dan tanpa harakat atau sering
santri datang dari jauh dari kampung halaman dengan tujuan ingin
Fiqih, Kitab Tafsir, Hadits, dan lain sebagainya. Para santri juga
18
Ibid., 52.
dan Sharaf), guna menggali makna dan tafsir di balik teks-teks klasik
seorang kyai.
mengenai suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan. Ini berarti
dan apa yang dikehendaki atau tidak dikehendaki, disenangi atau tidak
19
Taliziduhu Ndraha, Teori Budaya Organisasi (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 45.
instrumental dan nilai terminal, nilai instrinksik dan nilai ekstrinsik; nilai
personal dan nilai sosial; dan nilai subyektif dan nilai obyektif.21
merancang teori nilai itu dalam istilah tipe manusia (the types of man),
yang berarti setiap orang memiliki orientasi yang lebih kuat pada salah
satu di antara enam nilai yang terdapat dalam teorinya. Enam nilai yang
20
Somantri M.I., Pendidikan Karakter: Nilai-nilai Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa.
(Bandung: Widya Aksara Press, 2006), 55.
21
Ibid., 60
dimaksud adalah nilai teoretik, nilai ekonomis, nilai estetik, nilai sosial,
nilai politik, dan nilai agama. Perilaku manusia sehari-hari pada dasarnya
ini tentu mengandung nilai, nilai yang telah ada diberikan Allah SWT
khalifah fil ardh maupun ‘immarah fil ardh. Karena manusia sebagai
subjek diatas dunia ini, maka semua nilai itu haruslah mengacu kepada
etika. Jika kita cermati tentang tujuan Allah SWT menciptakan manusia
memiliki nilai yang baik atau mulia, dan bermanfaat bagi umat manusia.
22
Ibid., 65
23
Ibid., 65.
Tidak ada satupun ciptaan Allah swt di dunia ini yang tidak ada nilai atau
Oleh karena itu sudah seharusnya kita menjadi orang yang baik,
bahkan kata Allah swt harus menjadi orang yang terbaik. Sebagaimana
umat terbaik, yaitu amar ma’ruf, nahi munkar, dan beriman kepada Allah
24
QS. Ali Imran: 91
25
QS. Ali Imran: 110
dikerjakan oleh umat manusia sebagai wakil tuhan di dunia ini.26 Dalam
ayat tersebut juga terkandung dua makna sebagai hamba Allah yang
mulia, yaitu Iman dan amal soleh. Iman atinya keyakinan kita kepada
Allah, swt, serta amar ma’ruf dan nahi mungkar itulah yang disebut
sebagai amal soleh. Apabila didalam diri seorang hamba telah teraplikasi
tauhid27. Manusia tauhid dapat juga dikatakan sebagai Insa>n ka>mil, atau
manusia paripurna. Semakin tinggi nilai iman dan amal saleh seseorang,
maka semakin mulia dia disisi Allah swt. Jadi banyak makna dalam ayat
yang terbaik dalam hidupnya. Disisi Allah swt setiap kebaikan itu akan
manusia itu ibaratnya benda yang terkecil yang ada didunia ini, dapat
dari Allah swt, yang dapat dijabarkan dengan luas dalam konteks Islam.
Penempatan posisi nilai yang tertinggi ini adalah dari Tuhan, juga dianut
oleh kaum filosis idealis tentang adanya hirarki nilai. Menurut kaum
idealis ini, nilai spiritual lebih tinggi dari nilai material. Kaum idealis
merangking nilai agama pada posisi yang tinggi, karena menurut mereka
26
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan Islam (Yogyakarta: Aditya Media, Cetakan I, 2005), 72.
27
Muhmidayeli, Teori-Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia., 71.
mengakui bahwa landasan utama dari kebaikan nilai adalah dari Allah
swt, yang kemudian penting diutusnya nabi dan rasul untuk lebih
nilai dalam Islam ialah al-Qur’an dan Hadits atau Sunnah Rasulullah
saw. Dalam menjabarkan kedua dimensi ini, diperlukan daya akal atau
memahami sesutau, hal ini dapat dicermati dari firman Allah swt dalam
sampai kepada Insan Kamil, atau manusia tauhid. Insan kamil atau
manusia tauhid ini adalah orang beriman dan bermoral (etika), yang juga
syarat diterimanya amal haruslah ikhlas. Jadi bermoral atau ber-etika itu
28
Ibid., 91.
itu betul-betul dibutuhkan, itulah prilaku kesadaran moral. Hal ini dapat
dibaca dalam al-Qur’an Surah al-Furqan ayat 23. Dan semakin tinggi
nilai ketaqwaan kita, maka semakin mulia pula (bernilai) kita disisi Allah
swt.
merupakan akhlak sedang akhlak merupakan ciri khas Islam untuk moral
dan etika. Karena istilah nilai terkait dengan moral dan etika, maka antara
moral, etika dan akhlak adalah satu kesatuan kata memiliki makna yang
sama.29
adalah: Sumber nilai Islam yang berasal dari nilai yang menjadi falsafah
hidup yang dianut oleh ummat Islam. Sumber nilai agama yang pokok
1) Al-Qur’an
2) As-Sunnah
31
Ahmad Izzan dan Saehuddin, Tafsir Pendidikan: Studi Ayat-Ayat yang Berdimensi Pendidikan,
16
individu.
diantaranya:
b) Melaksanakan perintah-perintah-Nya
c) Menghindari larangan-larangan-Nya.
a) Pendidikan Ibadah
32
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dan Perspektif Islam, 93
33
Ibid., 99
b) Pendidikan Muamalah
hak-hak indvidu.
pendapatan.
B. Pembentukan Karakter
1. Pengertian karakter
atau pekarti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, lingkungan dan kebangsaan yang
yang tepat, yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Jadi
sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang. Misalnya kerja keras,
34
Agus Zainul Fitri, Pendidikan Krakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah (Jakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), 20.
bahwa ada empat ciri dasar pendidikan karakter, pertama karakter interior
merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Ketiga
sifat yang melekat melalui keputusan bebas dari orang lain. Dan keempat
menginini apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi
35
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nialai-Karakter (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012 ), 77-
78.
36
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2012), 46.
dasar, karakter unggul, dan karakter pemimpin. Karakter dasar menjadi inti
dari karakter pokok. Karakter ini ditopang oleh tiga nilai yang menjadi sifat
dasar manusia; yaitu tidak egois, jujur, dan disiplin. Cukup memiliki ketiga
nilai ini, seseorang sudah baik untuk mengontrol diri untuk jadi orang baik.
Paling tidak dia sudah sanggup mengurus dirinya sendiri. Karakter dasar
karakter unggul menjadi lebih mudah. Dia sudah memiliki modal yang kuat.
pada pembentukan dua karakter pokok lainnya, yaitu: karakter dasar dan
karakter unggul.
Karakter pengusaha tentu antara langit dan bumi bila disandingkan dengan
2. Pembentukan karakter
tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Dengan begitu fitrah anak
yang dilahirkan suci. Berkembang secra optimal untuk itu ada tiga pihak
secara:
37
Erie Sudewo, Character Bulding Menuju Indinesia Lebih Baik (Jakarta: Gramedia, 2011 ), 15-
16.
a. Anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus
tak mau berbohong,” kerena tahu bohong itu buruk. Ya tak mau
itu, beberapa karakter yang penting ditanamkan pada anak yakni: Cinta
persatuan.38
alam. Hal ini menujukkan bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Semua
yang berkarakter.
yang berarti mengukir hingga terbentuk pola itu memerlukan proses panjang
38
Sofan Amri dkk, Implementasi Pendidikan karakter (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), 102-103.
Manusia pada dasarnya memiliki dua potensi yakni baik dan buruk.
kemungkinnan jalan, yaitu menjadi makhluk yang beriman atau ingkar pada
atau kafir, mukmin atau musyrik. Manusia adalah makhluk Tuhan yang
paling sempurna.41
39
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nialai-Karakter (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012 ), 76.
40
QS. Ash-Sham, 8
41
Agus Zainul Fitri,Pendidikan, Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah (Jakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), 34-36.
a. Rasa cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segenap ciptaan-Nya,
d. Percaya diri, adil, mandiri, dapat bertoleransi, baik dan rendah hati.
f. Jujur, bertanggung jawab, santun, hormat pada orang lain, ada kepedulian.
baik akan memiliki karakter baik pula, hal ini disebabkan oleh teladan atau
contoh yang dilihat dan dialami sehingga kesemua itu merupakan modal
buruk. Hal ini di dorong oleh rasa ingin tahu, dan ingin mencoba sesuatu
Anak akan melihat dan meniru apa yang ada disekitarnya, bahkan
apabila hal itu sangat melekat pada diri anak akan tersimpan dalam memori
42
Dwi yani Lukitaningsih, Pendidikan Etika, Moral Kepribadian dan Pembentukan Karakter
(Jogjakarta: Media utama, 2011), 50.
jangka panjang (long term memory). Apabila yang tersimpan dalam LTM
adalah sesuatu yang negatif (buruk), reproduksi yang akan dihasilkan adalah
ERASING
RECORDING
Gambar
Tahap pembentukan LTM.
akan melakukan sesuatu (baik atau buruk), selalu diawali dengan proses
43
Ibid., 58-59.
sebagai berikut:
a. Metode keteladanan
didengar ajarannya.
demikian.
asal timur tengah, mendefisikan ibrah dengan suatu kondisi psikis yang
sesuai.45
sebagai berikut.
seseorang, dalam hal ini santi, misalnya tentang sopan santun, harus
45
Abd. Rahman an Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, diterjemahkan Dahlan
& Sulaiman, (Bandung: Dipenegoro, 1992), 390.
46
Warson, Kamus Al-Munawwir, 1568.
47
Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Jilid II, (Mesir: Maktabah al-Qahirah, tt), 404.
muncul dari adanya larangan bagi dirinya sendiri maupun orang lain.48
Metode ini terdiri atas dua metode sekaligus yang berkaitan satu
48
Lihat Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren, 57-58.
49
Hadari Nawawi, Pendidikan dalam Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas: 1993), 234.
50
Abd. Rahman an Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, 412.
51
Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren, 61.
Santri.
berbagai tugas dan kegiatan. Sehingga seluruh apa yang dilihat, didengar,
anak didik akan mengerjakan berbagai macam tugas dengan kesadaran dan
ditangani oleh Organisasi Pelajar yang terbagi dalam banyak bagian, seperti
52
Abd. Rahman an Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, 127
pramuka, dan Pembina gugus depan. Pendidikan organisasi ini sekaligus untuk
pada level asrama ada organisasi sendiri, terdiri dari ketua asrama, bagian
club olah raga dan kesenian juga mempunyai struktur organisasi sendiri,
dan dibimbing oleh para senior mereka yang terdiri dari para ustadz staf
pengasuhan santri ini diasuh oleh Bapak Pimpinan Pondok yang sekaligus
lapis ini dilakukan oleh para santri senior dan ustadz, dengan menjalankan
dinamika yang tinggi akan membentuk militansi dan militansi yang kuat akan
kebaikan.53
bersifat ekstra kurikuler dengan pembinaan yang intensif dari para ustadz dan
53
Manfrred, dkk. Dinamika Pesantren. (Jakarta : P3M, 1988), 98