Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN MADRASAH DI INDONESIA

Islamic School Education in Indonesia

Faridah Alawiyah
Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)Sekretariat Jenderal DPR RI
Kompleks DPR MPR RI Jl. Gatot Subroto Senayan Jakarta

Naskah diterima: 25 April 2014


Naskah dikoreksi: 16 Mei 2014
Naskah diterbitkan: Juni 2014

Abstract: Madrasah (Islamic school) has a strategic role in the development of the nation. Currently, madrasah
is still considered as delivering second class education in Indonesia. This happens because madrasah has several
major problems such as management problems and poor quality of education. This paper is intended to provide
an overview on Islamic school’s education system, its problems, opportunities, and challenges. Madrasah
has become a part of the national education system. Literature study was used as the method in this study by
collecting secondary data from various sources and went through descriptive data analysis in detail. Various
problems faced by madrasah were education management, gap between public and private madrasah, quality of
madrasah, as well as curriculum to name but a few. On the other hand, madrasah also had its own strength with
society’s better understanding to Islamic education that would turn that strength into opportunity and challenge
for advancement of madrasah.
Keywords: Islamic school, education, role of madrasah, national education system.

Abstrak: Madrasah memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa. Saat ini pendidikan madrasah
masih dianggap pendidikan “kelas dua”. Hal ini terjadi karena penyelenggaraan madrasah masih menghadapi
sejumlah masalah besar mulai seperti persoalan pengelolaan dan rendahnya mutu pendidikan madrasah. Tulisan
ini dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang kiprah madrasah dalam sistem pendidikan di Indonesia,
permasalahan madrasah, peluang, dan tantangan madrasah. Madrasah telah menjadi bagian dari sistem
pendidikan nasional. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah studi kepustakaan dengan mengumpulkan
data sekunder dari berbagai sumber yang kemudian melakukan analisis deskriptif data yang dipaparkan secara
detil. Berbagai persoalan dihadapi madrasah antara lain pengelolaam pendidikan, kesenjangan antara negeri dan
swasta, mutu madrasah, serta kurikulum. Tetapi madrasah memiliki kekuatan dengan situasi masyarakat yang
mulai peka terhadap pendidikan Islam menjadi peluang dan tantangan tersendiri bagi madrasah.
Kata kunci: Madrasah, pendidikan, peran madrasah, sisdiknas.

Pendahuluan 1945. Sesuai alinea ke-4 salah satu tujuan bangsa


Persoalan runtuhnya nilai dan norma agama Indonesia adalah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.
yang seharusnya menjadi pegangan dalam Cerdas dalam semua lini kehidupan berbangsa dan
berperilaku saat ini menjadi persoalan yang bernegara. Indonesia menyelenggarakan pendidikan
mengganggu tatanan kehidupan di masyarakat. dalam satu sistem pendidikan nasional. Salah
Norma-norma agama yang dulu kental ditanamkan satunya adalah penyelenggaraan pendidikan Islam
dalam keluarga dan masyarakat sudah mulai yang diselenggarakan bersama antara Kementerian
memudar terpengaruh globalisasi. Langkah besar Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
yang harus dilakukan untuk mempertahankannya dengan Kementerian Agama (Kemenag) yang
antara lain dengan memperkuat sistem pendidikan fokus menyelenggarakan pendidikan agama dan
yang bertugas mencetak para penerus bangsa pendidikan keagamaan.
berkarakter dan berbudi luhur. Peranan pendidikan Islam di kalangan
Pendidikan merupakan sektor penting dalam umat Islam sebagai agama mayoritas penduduk
pembangunan bangsa, melalui pendidikan kita Indonesia merupakan salah satu bentuk manifestasi
menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang dari cita-cita hidup Islami untuk melestarikan,
mampu mengisi pembangunan bangsa ke depan. mengalihkan, menanamkan (internalisasi), dan
Pentingnya pendidikan sebagai pilar pembangunan mentransformasikan nilai-nilai Islam tersebut
secara tegas tertuang dalam pembukaan UUD kepada pribadi generasi penerusnya sehingga nilai-

Faridah Alawiyah, Pendidikan Madrasah di Indonesia | 51


nilai kultural religius yang dicita-citakan dapat ini, dan ketika pendidikan umum sudah tidak dapat
tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat lagi memenuhi tuntutan perbaikan karakter dan
dari waktu ke waktu (Andewi, 2004:3). Kiprahnya moral bangsa, pendidikan agama justru seharusnya
untuk mencetak generasi penerus bangsa tidak menjadi garda terdepan dalam perbaikan akhlak
bisa diabaikan lagi. Salah satunya melalui dan moral bangsa dimasa yang akan datang.
penyelenggaraan pendidikan Islam dalam bentuk Karenanya, kiprah madrasah tidak dapat dipandang
pendidikan formal yang sering kita kenal dengan sebelah mata karena madrasah memiliki peran
madrasah. Madrasah tersebut memiliki payung penting dalam pendidikan nasional secara bersama
hukum sesuai dengan amanat Undang-Undang membangun pendidikan ke arah yang lebih
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan baik demi terwujudnya bangsa yang cerdas dan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 berakhlak mulia dengan mengedepankan nilai-nilai
Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan agama sebagai pegangan dalam kehidupan.
Pendidikan Keagamaan dalam bentuk Raudhatul Tulisan ini bertujuan membahas mengenai
Athfal (RA), Madrasah, dan Perguruan Tinggi gambaran perjalanan pendidikan Islam yang
Agama, serta Pendidikan Agama dan Pendidikan berbentuk madrasah di Indonesia termasuk
Keagamaan. didalamnya kiprah dan kedudukan madrasah dalam
Kiprah madrasah dalam membangun karakter sistem pendidikan nasional, persoalan, peluang dan
bangsa dengan penanaman nilai-nilai agama tantangan yang dihadapi madrasah di Indonesia, serta
sebagai bagian dalam penyelenggaraan pendidikan upaya peningkatan mutu madrasah di Indonesia.
disamping pemberian ilmu pengetahuan umum Kajian ini menggunakan metode studi kepustakaan
perlu menjadi perhatian. Karena penyeleggaraan dengan mengumpulkan data sekunder dari berbagai
pendidikan madrasah telah mendorong pendidikan sumber yang kemudian melakukan analisis deskriptif
di Indonesia semakin besar. Membantu pencapaian data yang dipaparkan secara detil.
wajib belajar, serta meningkatkan angka partisipasi
sekolah di Indonesia. Sebagai bagian integral dalam Pendidikan Islam di Indonesia
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Indonesia merupakan salah satu negara
Saat ini jumlah madrasah di Indonesia telah dengan mayoritas penduduknya beragama Islam.
tersebar ke seluruh pelosok negeri. Menurut data Pendidikan Islam telah ada sejak masa penjajahan
dari Kemenag 2011 jumlah madrasah di Indonesia Belanda dan terus berkembang. Secara teoritis,
sudah mencapai lebih dari 43.640 buah. Angka ini pendidikan Islam adalah konsep berfikir yang
memberikan kontribusi besar untuk meningkatkan bersifat mendalam dan terperinci tentang masalah
angka partisipasi sekolah dalam pencapaian kependidikan yang bersumberkan ajaran Islam
wajib belajar. Disamping itu salah satu poin dari rumusan-rumusan tentang konsep dasar, pola,
penting dalam RPJMN 2010-2014 Kementerian sistem, tujuan, metoda dan materi (substansi)
Agama dalam program dan strategi pelaksanaan kependidikan Islam disusun menjadi suatu ilmu
kegiatan di tahun 2010-2014 yaitu peningkatan yang bulat (Arifin 1991:11-14). Hakikat dari
kualitas raudhatul athfal, madrasah, perguruan pendidikan Islam adalah suatu proses membimbing
tinggi agama, pendidikan agama, dan pendidikan dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan
keagamaan. Hal ini kan memacu terselenggaranya anak didik agar menjadi manusia dewasa sesuai
pendidikan menjadi lebih baik. dengan tujuan pendidikan Islam. Adapun asas
Namun demikian, dalam pelaksanaannya pendidikan Islam yakni asas perkembangan
pendidikan madrasah seringkali masih dipandang dan pertumbuhan dalam peri kehidupan yang
sebelah mata. Madrasah dianggap sebagai berkesinambungan antara kehidupan duniawiah dan
pendidikan ‘kelas dua’ setelah pendidikan formal ukhrawiyah, jasmaniah dan rohaniah atau antara
yang diselenggarakan Kemendikbud. Pendidikan kehidupan materiil dan mental spiritual. Selain
yang diselenggarakan di madrasah dinilai kurang itu juga terdapat asas-asas lain dalam pelaksanaan
berkualitas, lulusannya dianggap belum mampu operasional seperti asas adil dan merata, asas
bersaing dengan lulusan satuan pendidikan yang menyeluruh dan asas integralitas (Andewi 2004:4-
sederajat, dan tata kelola lembaganya juga tidak 5). Bentuk penyelenggaraan pendidikan Islam di
berkualitas. Sehingga, sebagian masyarakat masih Indonesia berawal dari dilakukannya bimbingan
menjadikan madrasah sebagai pilihan terakhir dan pembinaan dari para ulama, kiai, dan ustad
untuk menuntut ilmu. Bila melihat dari komposisi kepada masyarakat, baik secara individu maupun
materi yang diberikan kepada siswa 40% merupakan kelompok. Beberapa alasan yang mendorong
materi keagamaan yang ditanamkan pada setiap penyelenggaraan pendidikan dan pendirian
sisi. Padahal, ditengah krisis moral yang terjadi saat madrasah menurut Muslimin (2004:57-58) yaitu:

52 | Aspirasi Vol. 5 No. 1, Juni 2014


1. Kegiatan pendidikan di mesjid dianggap telah menjadi Diniyah School (Madrasah Diniyah) yang
mengganggu fungsi utama lembaga tersebut kemudian berkembang hampir di seluruh Indonesia.
sebagai tempat ibadah. Pada tahun 1916, di lingkungan pondok pesantren
2. Berkembangnya kebutuhan ilmiah sebagai Tebu Ireng telah didirikan Madrasah Salafiah. Pada
akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan. madrasah tersebut dilakukan pembaharuan dengan
3. Timbulnya orientasi baru dalam penyelenggaraan memasukkan pengetahuan umum pada kurikulum
pendidikan, sebagai guru mulai berfikir untuk pada madrasah tersebut. Kemudian pada tahun
mendapatkan rizki melalui pendidikan. 1918, juga didirikan Madrasah Muhammadiyah
di Yogyakarta yang kemudian menjadi Madrasah
Pada mulanya pendidikan Islam dilakukan
Muallimin Muhammadiyah (Hasbullah, 1995:169).
di rumah tangga, khuttab, mapun masjid dalam
Sejak zaman penjajahan Belanda, pendidikan di
kegiatan pengajaran yang berlangsung atas
madrasah kerap mendapat perlakukan diskriminatif.
dasar keilmuan dan spiritual keagamaan dengan
Hal ini karena penjajah Belanda menilai pendidikan
tujuan dapat mengamalkan ajaran agama
di madrasah menjadi ancaman dan menjadi faktor
dengan baik dan benar (Muslimin, 2004:60).
penghambat dan penghalang bagi kemajuan
Pendidikan Islam kemudian berkembang seiring
kepentingan Belanda (Rasiin, 2003:14). Oleh
dengan perkembangan masyarakat muslim saat
karena itu, umat Islam merespon tekanan tersebut
ilmu pengetahuan semakin berkembang serta
dengan mengusahakan bidang pendidikan Islam
perkembangan kebutuhan dakwah Islam pada
yang setara dan sejajar, baik dari segi kelembagaan
masa itu dan dikenal dengan madrasah. Istilah
maupun kurikulum. Pengembangan dilakukan
madrasah dalam kamus bahasa Arab berasal dalam
melalui lembaga-lembaga pendidikan mandiri yang
dari kata “darasa” yang berarti tempat duduk
produknya sama dengan sekolah Belanda tetapi
untuk belajar. Selanjutnya dapat berubah menjadi
tidak tercabut dari akar keagamaan.
“mudarrisun isim fail” dari kata darasa (mazid
Setelah berkembang cukup pesat, madrasah
tasdid) yang berarti pengajar. Sementara itu dalam
menjadi bagian penting dalam penyelenggaraan
Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata madrasah
pendidikan di Indonesia. Madrasah di Indonesia
adalah sekolah atau perguruan biasanya yang
tumbuh dan berkembang dengan cepat. Di awal
berdasarkan agama Islam. Selain itu beberapa ahli
kemerdekaan, madrasah telah dirasakan memiliki
juga memberikan pengertian madrasah sebagai
peran penting dalam penyelenggaraan pendidikan.
sebuah lembaga pendidikan yang menyediakan
Pemerintah telah merasakan peran madrasah
pembelajaran dalam pengetahuan agama Islam
untuk memajukan pendidikan sejak awal karena
(Eliade, 1993:77). Zuhairi (1993:25) menyebutkan
pada saat itu pemerintahan belum bisa maksimal
madrasah dalam arti tempat belajar adalah untuk
dalam menyelenggarakan pendidikan terutama
mengajarkan dan mempelajari ajaran-ajaran agama
untuk memenuhi sarana pendidikan bagi seluruh
Islam, ilmu pengetahuan dan keahlian lainya
masyarakat Indonesia.
yang berkembang pada zamannya. Pendapat lain
Pada masa Orde Lama pendidikan agama yang
menyebutkan madrasah mengandung arti tempat
diselenggarakan di madrasah berbentuk pendidikan
atau wahana anak mengenyam proses belajar
nonformal di bawah pembinaan Departemen Agama
secara terarah, terpimpin dan terkendali. Dengan
(Syafií: 2003:36). Departemen Agama, yang baru
demikian secara teknis madrasah menggambarkan
berdiri pada tahun 1946, intensif memperjuangkan
proses pembelajaran secara formal yang tidak
pendidikan Islam untuk madrasah. Saat itu juga
berbeda dengan sekolah (Malik: 1999:18). Dari
pengetahuan umum mulai masuk ke madrasah.
beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
Pada masa ini pula, untuk meningkatkan kualitas
bahwa pengertian madrasah adalah suatu tempat
penyelenggaraan pendidikan, madrasah kemudian
belajar untuk mempelajari ajaran-ajaran Islam,
didukung oleh pengadaan pendidikan khusus guru
ilmu pengetahuan dan keahlian lainnya secara
agama (PGA). Hal ini menyiratkan harapan besar
terarah, terpimpin dan terkendali.
untuk pengembangan madrasah selanjutnya karena
Madrasah yang pertama lahir di Indonesia
ada penyiapan SDM yang memang secara khusus
adalah Madrasah Adabiyah di Padang, Sumatera
membina madrasah.
Barat yang didirikan pada tahun 1090 oleh Syeh
Sebetulnya, pendidikan madrasah telah diakui
Abdullah Ahmad. Madrasah Adabiyah merupakan
sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional
sekolah pendidikan Islam pertama yang memasukkan
(Sisdiknas) setelah lahirnya UU Nomor 12 Tahun
pelajaran umum kedalamnya. Selanjutnya pada
1954 menjadi rujukan legal pertama kedudukan
tahun 1910 berdiri pula Madrasah School (sekolah
madrasah dalam Sidiknas (Arief, 2012:223).
Agama) yang dalam perkembangannya berubah
Kemudian, eksistensi madrasah sebagai lembaga

Faridah Alawiyah, Pendidikan Madrasah di Indonesia | 53


pendidikan khusus yang memiliki derajat sama Madrasah Aliyah sebagai Sekolah Menengah
dengan sekolah-sekolah yang bernaung di bawah Umum berciri khas Agama Islam. Rangkaian
Departemen Pendidikan pada saat itu mulai diakui peraturan tersebut menujukkan bahwa tidak ada
pada tanggal 25 Maret 1975, yaitu dengan lahirnya lagi perbedaan status antara pendidikan madrasah
Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri. dan pendidikan umum, yang artinya madrasah
SKB tiga menteri ini mengatur dan diakui sebagai bagian dari Sisdiknas.
memperjelas fungsi madrasah yang disejajarkan Selanjutnya, UU Sisdiknas No. 2 Tahun 1989
dengan sekolah umum, sekaligus menghindari berubah menjadi UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
adanya tumpang tindih peraturan antara Kemenag Sistem pendidikan nasional (UU Sisdiknas). Pada UU
dan Kemendikbud saat itu. Lahirnya SKB tiga Sisdiknas yang baru tersebut kedudukan madrasah
menteri ini bertujuan untuk meningkatkan mutu menjadi semakin kuat. Madrasah secara tegas
madrasah agar memiliki tingkat yang sama dengan terintegrasi dalam Sisdiknas yang sejajar dengan
tujuan umum dan sekolah umum yang setingkat pendidikan umum di bawah Kementerian Pendidikan
yakni: Nasional. Tidak hanya itu, karena termasuk dalam
a. Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat Sekolah jenis pendidikan yang khas, madrasah memiliki nilai
Dasar (SD); tambah yaitu adanya penekanan pada pendidikan
b. Madrasah Tsanawiyah (MTs) setingkat Islam yang lebih banyak dibandingkan dengan
Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP); pendidikan formal pada umumnya. Dalam UU
c. Madrasah Aliyah (MA) setingkat Sekolah Sisdiknas tersebut, pendidikan madrasah masuk
Menengah Tingkat Atas (SLTA). dalam kategori pendidikan keagamaan dengan
jalur formal. Seperti diuraikan dalam pasal 30 ayat
Kiprah madrasah dan kedudukan legal
(1) dan ayat (2) UU Sisdiknas bahwa Pendidikan
madrasah dikuatkan kembali dalam dalam UU
keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/
Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989 pasal 11 ayat 1 yang
atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama,
menyebutkan bahwa jenis pendidikan yang termasuk
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan
Berdasarkan fungsinya madrasah berfungsi
umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa,
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan,
masyarakat yang memahami dan mengamalkan
pendidikan akademik, dan pendidikan profesional.
nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli
Dalam UU Sisdiknas tersebut disebutkan bahwa
ilmu agama.
tugas madrasah adalah mempersiapkan peserta
Pendidikan madrasah terdiri dari tiga jenjang
didik untuk dapat menjalankan peranan yang
pendidikan formal yaitu ibtidaiyah, tsanawiyah, dan
menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang
aliyah. Selain itu madrasah juga mengembangkan
ajaran agama. Kurikulum di madrasah harus
madrasah kejuruan untuk menghasilkan lulusan yang
menyertakan pengetahuan umum, ini menunjukan
siap bekerja dan memiliki keahlian khusus di bidang
bahwa madrasah merupakan suatu pendidikan yang
tertentu.
terintegrasi dalam Sisdiknas (Herwina, 2003:66).
Perkembangan kedudukan madrasah dalam
Meski begitu, penyelenggarannya tetap berada di
Sisdiknas juga menjadikan pendidikan di Indonesia
bawah Departemen Agama. Madrasah yang yang
menjadi lebih meluas dan berkembang secara merata.
menjadi bagian dari Sisdiknas adalah madrasah
Jumlah madrasah dan daya jangkau madrasah di
yang mendapat pengakuan dari Departemen
pelosok negeri lebih banyak dibandingkan sekolah
Agama saja. Pengintegrasian madrasah ke dalam
umum. Jumlahnya yang begitu banyak dan merata
Sisdiknas secara operasional terdapat dalam PP
menjadikan akses masyarakat untuk pendidikan
Nomor 28 Tahun 1990, SK Mendiknas Nomor 28
semakin mudah. Karenanya madrasah dapat
Tahun 1990, SK Mendiknas Nomor 0487/U/1992
mendorong pencapaian program pemerintah dalam
dan SK Mendiknas Nomor 054/U/1993 yang
penuntasan wajib belajar 9 tahun menjadi tercapai.
antara lain mentapkan bahwa MI/MTs wajib
Selain itu, kontribusi madrasah terhadap
memberikan sekurang-kurangnya sama dengan
perkembangan ilmu pengetahuan juga cukup besar.
SD/SMP. Kemudian Kementerian Agama saat itu
Sebagai pusat pembelajaran, madrasah memiliki
menindaklanjuti dengan keluarnya SK Menteri
peran konservatif dan sosialisasi ilmu agama
Agama Nomor 368 dan 369 Tahun 1993 tentang
khususnya dari kalangan sunni (Armai, 2004:198).
Penyelenggaraan MI dan MTs. Untuk jenjang
Madrasah memiliki peran penting dalam proses
Madrasah Aliyah diperkuat dengan adanya PP
transmisi ilmu dan upaya mencerdaskan kehidupan
Nomor 29 Tahun 1990 dan SK Mendiknas Nomor
bangsa. Pendidikan di madrasah yang memadukan
0489/U/1992 yang berisi pernyataan bahwa
kehidupan akademik dengan kehidupan sosial

54 | Aspirasi Vol. 5 No. 1, Juni 2014


dengan bekal pendidikan agama yang lebih dari mengembangkan pendidikan. Karena madrasah pun
pendidikan umum dari orang yang tinggal di menjadi bagian dalam Sisdiknas.
lingkungannya. Hal ini menjadi nilai lebih dimana Kedua, kesenjangan antara madrasah negeri
madrasah tidak hanya menawarkan peserta dengan madrasah swasta. Ada perbedaan perlakuan
didiknya memiliki kematangan intelektual semata yang diberikan untuk madrasah negeri dan swasta.
melainkan juga memiliki kematangan mental dan Perbedaan perlakuan ini sangat dirasakan oleh
spiritual. Pendidikan di madrasah secara intensif madrasah swasta. Pemberian bantuan pendidikan
dibekali dengan pendidikan keagamaan baik secara untuk madrasah swasta selalu dinomor-duakan.
teori maupun praktik sehingga madrasah dapat Contohnya saja, dalam hal pemberian beasiswa
menjadi alternatif pendidikan ditengah runtuhnya baik untuk siswa maupun untuk guru. Sarana dan
nilai dan norma agama yang terjadi di masyarakat. prasarana pun masih kurang memadai. Pembinaan
sekolah atau madrasah swasta yang minim
Permasalahan Madrasah di Indonesia perhatian. Padahal jumlah madrasah negeri dan
Perkembangan madrasah di Indonesia cukup swasta sangat jauh sekali perbedaannya. Menurut
pesat, hal ini dapat dilihat dari jumlah madrasah data Kemenag tahun 2010-2011, secara nasional
yang setiap tahun semakin bertambah. Menurut data terdapat 22.468 sekolah jenjang MI, 14.757 MTs,
Kemenag hingga akhir tahun 2011 jumlah madrasah dan 6.415 MA. Selain itu, berdasarkan data statistik
sudah lebih dari 43.640 buah. Banyaknya madrasah yang dikeluarkan Kemenag tahun 2011, jika dilihat
yang tersebar di seluruh pelosok negeri membantu berdasarkan status lembaganya, maka diperoleh
pencapaian pemerataan pendidikan di Indonesia. data seperti pada Tabel 1.
Akan tetapi, dalam penyelenggaraannya, madrasah Tabel 1. Jumlah Madrasah
kerap menghadapi masalah. Persoalan klasik dari Berdasarkan Status Kelembagaan Tahun 2011
penyelenggaraan pendidikan di madrasah antara Jenjang Pendidikan Status
lain terkait dengan pengelolaan madrasah yang Madrasah Negeri (%) Swasta (%)
MI 1.686 (7,5) 20.782 (92,5)
berada di bawah pembinaan dua kementerian yaitu
MTs 1.437 (9,7) 13.320 (90,3)
Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama, MA 758 (11,8) 5.657 (88,2)
kesenjangan antara madrasah negeri dan swasta, Sumber: Kementerian Agama, 2011.
serta mutu madrasah yang masih rendah.
Pertama, persoalan dualisme pengelolaan Jika jumlah tersebut dibagi lagi berdasarkan
pendidikan. Pengelolaan pendidikan madrasah berada status lembaganya, maka didapatkan data sebagai
dibawah dua kementerian yaitu Kemendiknas dan berikut: Madrasah Ibtidaiyah yang berstatus negeri
Kemenag. Pengelolaan ini seringkali menimbulkan sebanyak 1.686 (7,5%) sedangkan Madrasah
kecemburuan terutama dari segi pendanaan, perhatian, Ibtidaiyah yang berstatus swasta sebanyak 20.782
bantuan, yang seringkali mendapat perlakuan yang (92,5%). Jumlah Madrasah Tsanawiyah Negeri
berbeda. Anggaran pendidikan untuk madrasah yang (MTsN) sebanyak 1.437 (9,7%), sedangkan
diambil dari anggaran pendidikan langsung dikelola Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) sebanyak
oleh Kemenag. Namun jumlahnya tidak sebanding 13.320 (90,3%). Jumlah Madrasah Aliyah Negeri
dengan jumlah madrasah yang ada di seluruh (MAN) sebanyak 758 (11,8%), sedangkan jumlah
Indonesia. Sehingga kucuran dana yang diberikan Madrasah Aliyah Swasta (MAS) sebanyak 5.657
menjadi terbagi dan lebih kecil dibandingkan dengan (88,2%). Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas
sekolah umum. Selain itu kesejahteraan guru di pendidikan madrasah di Indonesia adalah berstatus
madrasah juga cukup memprihatinkan. Sistem swasta yang dikelola oleh masyarakat secara
dualisme pengelolaan pendidikan ini memang telah swadaya melalui yayasan pendidikan yang mereka
terjadi di Indonesia sejak lama, dan menjadi bentuk dirikan. Dalam hal ini, perhatian terhadap madrasah
jalan kompromi politik kelompok kepentingan dalam swasta perlu ditingkatkan. Dalam kasus ini ada dua
masyarakat Indonesia (Arief, 2012:230). Hal ini pihak yang harus menjadi perhatian, pertama adalah
perlu mendapat perhatian khusus. Madrasah secara bagaimana keseriusan dan usaha dari pihak yayasan
bersama dengan sekolah umum ikut memajukan sebagai penyelenggara madrasah swasta dalam
pendidikan dan memiliki kontribusi besar terhadap melakukan manajemen yang baik sehingga baik
pembangunan dalam menghasilkan lulusan yang input, proses, maupun output pendidikan di madrasah
tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan umum, berjalan dengan lancar. Dan yang kedua adalah pihak
tetapi juga berbekal ilmu pengetahuan agama. pemerintah baik Kemenag maupun Kemendiknas
Sudah sepatutnya mendapat perhatian ekstra dari yang perlu memberikan perhatian khusus kepada
dua kementerian ini. Kemenag dan Kemendikbud madrasah. Karena peserta didik madrasah swasta pun
tentu saja harus mengabaikan ego sektoralnya dalam merupakan aset bangsa yang tidak boleh diabaikan.

Faridah Alawiyah, Pendidikan Madrasah di Indonesia | 55


Ketiga, persoalan mutu madrasah. Seperti yang umum sehingga dikhawatirkan penguasaan ilmunya
telah diungkapkan Supangat (2011:155) Meskipun justru setengah-setengah. Hal ini menjadikan proses
madrasah telah berkontribusi bagi pencerdasan pendidikan di madrasah tidak optimal. Sejalan dengan
kehidupan bangsa, namun masih menghadapi berbagai pendapat Marwan (1998:66) yang menyebutkan
kendala yang sulit dihindarinya (Supangat: 2011:155). bahwa terdapat beberapa kelemahan pendidikan Islam
Menurut Amirullah (Minnah dkk, 2012: 5), hambatan antara lain alokasi waktu pendidikan di madrasah, isi
terbesar yang dihadapi madrasah adalah rendahnya kurikulum yang terlalu padat, sarana dan prasarana
kualitas proses pendidikan yang ada didalamnya. Hal ini yang tidak memadai, kurangnya kerjasama guru,
terjadi karena aspek manajemen, aspek kurikulum dan kurangnya kompetensi guru dalam ilmu yang diampu,
aspek kualitas tenaga pendidiknya yang dinilai masih serta kurangnya kemampuan yang komprehensif untuk
rendah. Pada umumnya madrasah masih dihadapkan menjawab permasalahan dalam perkembangan zaman,
pada beberapa kendala yang mempengaruhi mutu serta pemberian metode pendidikan yang tidak tepat.
baik proses maupun hasil pendidikan, baik berkenaan Hal inilah yang menjadikan mutu pendidikan madrasah
dengan latar belakang siswa dan keluarganya, dukungan terutama madrasah swasta memiliki mutu rendah.
berbagai sumber pendidikan, kualifikasi dan rendahnya Berbagai permasalahan madrasah tersebut
partisipasi dari masyarakat. Persoalan yang dihadapi masih belum diperoleh penyelesaiaannya, meski
madrasah terutama pada pencapaian mutu dipicu begitu penyelenggaraan pendidikan madrasah terus
karena tidak terpenuhinya standar-standar tertentu, berjalan. Kemenag maupun Kemendikbud sebagai
seperti infrastruktur, pendidik dan tenaga kependidikan, aktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan di
kurikulum, calon siswa, proses pembelajaran, dan madrasah perlu duduk bersama untuk menyelesaikan
manajemen kelembagaannya. Pendirian madrasah permasalahan tersebut sehingga dapat diperoleh titik
sering kurang mempertimbangkan pemenuhan aspek temu yang selanjutnya dampaknya akan dirasakan
mutu baik standar pelayanan pendidikan maupun oleh seluruh masyarakat Indonesia.
standar nasional pendidikan.
Lebih banyaknya madrasah swasta Peluang dan Tantangan Madrasah
dibandingkan dengan madrasah negeri seperti Madrasah merupakan bagian dari Sisdiknas
yang telah disebutkan di atas berdampak pada memiliki peran yang cukup penting dalam pendidikan
pencapaian mutu madrasah yang masih rendah. dan sejajar dengan sekolah umum. Perbedaan antara
Lebih banyaknya madrasah swasta yang berarti madrasah dan sekolah umum terletak pada sejarah
lebih banyak madrasah yang dikelola yayasan. pembentukannya serta ciri khasnya. Dari sisi sejarah,
Untuk yayasan yang memiliki dukungan dana sekolah atau pendidikan umum dibentuk dari
dan infrastruktur yang memadai, maka madrasah model pendidikan umum yang dibangun pada masa
tersebut dapat menata menajemennya secara baik, kolonialisme Belanda, sementara madrasah dibentuk
dapat menyediakan sarana dan prasana pendidikan sebagai respons terhadap pandangan umum bahwa
yang memadai, serta dapat memberi kesejahteraan sekolah-sekolah Belanda hanya diperuntukkan bagi
yang cukup kepada para tenaga pendidikannya. kaum elit yang berkuasa dan pejabat pemerintahan.
Sebaliknya jika yayasan yang menaunginya Penyelenggaraan madrasah memiliki peluang dan
tidak memiliki kesiapan dana yang cukup maka tantangan tersendiri. Menurut Abdurrahman (2000:
manajemen, sarana dan prasarana pendidikan, serta 130-137) peluang madrasah antara lain: pertama,
kesejahteraan tenaga pendidiknya akan sangat kehidupan beragama yang semakin semarak dan
membutuhkan perhatian lebih. Hal ini berimbas semakin diamalkan dalam kehidupan pribadi maupun
pada mutu pendidikan yang diselenggarakan. dalam sosial kemasyarakatan memberi peluang untuk
Keempat, beban kurikulum di madrasah bersama-sama membangun khususnya dalam bidang
yang cukup berat. Kurikulum yang diterapkan di pendidikan yang mempunyai peranan strategis dalam
madrasah adalah 100% kurikulum sekolah umum peningkatan sumber daya manusia. Ditengah krisis
ditambah dengan kurikulum berciri khas agama. moral yang terjadi di Indonesia, pendidikan madrasah
Mata pelajaran keislaman menjadi tambahan dengan menjadi pilihan tepat karena paket pendidikan
proporsi sepenuhnya diserahkan kepada madrasah di dalamnya sudah mencangkup pemberian
dan persentasi kurikulumnya 100% agama dan 100% wawasan ilmu agama. Kedua, semakin berfungsinya
umum (Arief, 2012:257). Hal ini mengakibatkan Kementerian Agama dalam pembinaan dan
beban belajar siswa madrasah lebih berat dibandingkan pengelolaan madrasah. Hal ini kemudian dikuatkan
dengan siswa sekolah umum. Seperti diungkap Junaidi dengan adanya program strategis Kementerian Agama
(2003:77) yaitu di satu sisi pendidikan madrasah yakni meningkatkan mutu pendidikan madrasah.
harus memperkaya dengan ilmu-ilmu agama, namun Ketiga, adanya animo masyarakat dan gairah
disisi lain harus memahamkan diri pada pengetahuan beribadah untuk berperan serta dalam ikut serta

56 | Aspirasi Vol. 5 No. 1, Juni 2014


mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun Ketujuh, ketidaksiapan pelaksanaan pendidikan di
manusia Indonesia seutuhnya, serta meningkatkan madrasah berkenaan
sumber manusia melalui penyelenggaraan madrasah Pengetahuan dan teknologi serta perubahan sosial,
dan memasukkan putra-putrinya pada jenjang khususnya dalam hal kemampuan teknik metodologi
pendidikan madrasah. Keempat, adanya peluang dan manajemen pendidikan (Abdurrahman, 2000:130).
untuk mengembangkan program sesuai dengan Berbagai peluang dan tantangan tersebut menjadikan
kemandirian dan ciri kekhususan madrasah sesuai madrasah harus berpacu dalam memajukan pendidikan
dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan dan tidak boleh kalah dengan pendidikan umum
nasional. Kelima, adanya dukungan masyarakat lainnya. Upaya pemerintah untuk memajukan madrasah
yang sangat luas dalam upaya untuk ikut berperan juga sudah nampak dari adanya salah satu program
serta dalam menyelenggarakan madrasah baik strategis di Kemenag untuk meningkatkan mutu
dalam hal pengelolaan, pembangunan maupun madrasah yang tertuang dalam Rencana Pembangunan
dalam hal tanggung jawab kemitraan dalam Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
pengabdiannya kepada bangsa, negara dan agama. yang menyebutkan bahwa pada bidang pendidikan,
Melihat perkembangan ilmu pengetahuan yang kebijakan nasional diarahkan kepada peningkatan
begitu cepat, upaya untuk menjadikan madrasah akses, kualitas, dan relevansi pendidikan menuju
lebih unggul di bandingkan dengan pendidikan terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian,
umum perlu dilakukan dalam rangka menjawab keluhuran budi pekerti, dan kemandirian bangsa yang
tantangan tersebut. Kita bisa melihat, bahwa animo kuat.1 Kemudian rencana tersebut direalisasikan dalam
masyarakat untuk kembali pada nilai-nilai agama sejumlah kebijakan strategis yang mengarah pada
begitu besar sehingga akan lebih mudah melakukan upaya perbaikan mutu pendidikan madrasah mulai dari
pengembagan ilmu pengetahuan berwawasan agama. tingkat Raudhatul Athfal sampai pada Aliyah.
Selanjutnya madrasah juga memiliki Pemerintah harus memberikan perhatian lebih
tantangan sendiri dalam menyelenggarakan melalui penataan, pembinaan, serta pengawasan
pendidikan. Tantangan penyelenggaraan pendidikan terhadap pendidikan di madrasah sehingga dapat
madrasah antara lain: pertama, perkembangan terus maju dan berkembang bersama dengan sistem
ilmu pengetahuan, teknologi, perubahan sosial pendidikan nasional. Pengembangan program
dan globalilsasi yang demikian cepat, yang pendidikan seharusnya tidak hanya dilakukan pada
tidak dibarengi percepatan konsepsional, tehnik pendidikan umum, akan tetapi juga madrasah.
metodologi maupun administrasi, managemen di Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan madrasah
lingkungan madrasah. Kedua, hambatan birokrasi akan berpengaruh pada kemajuan pendidikan di
dalam penataan prosedur pengembangan baik Indonesia, terlebih dengan semakin meningkatnya
kelembagaan madrasah, organisasi, administrasi jumlah dan mutu madrasah.
serta kurikulum dan teknik metodologinya. Ketiga,
tuntutan komputerisasi dalam sistem administrasi Penutup
kependidikan, kelengkapan alat-alat laboratorium Kiprah pendidikan Islam di kalangan umat
dan perpustakaan yang masih diperlukan meningkat Islam sebagai agama mayoritas penduduk Indonesia
secara luas dan profesional berkenaan dengan tuntutan untuk mencetak generasi penerus bangsa tidak bisa
yang dihadapinya. Keempat, implementasi kemitraan diabaikan lagi. Perkembangannya begitu pesat
dan penyelenggaraan pendidikan pada madrasah mulai dari pendidikan informal hingga menjadi
antara pembina dan masyarakat pengelola madrasah pendidikan formal yang sejajar dengan pendidikan
belum dikembangkan secara optimal dan profesional. umum. Kedudukannya kuat sebagai bagian dari
Kelima, ketidaksiapan pelaksanaan pendidikan di Sisdiknas, dengan payung hukum UU Sisdiknas
madrasah berkenaan dengan tuntutan kurikulum yang secara tegas menyiratkan kedudukan madrasah
perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang sama dengan sekolah umum. Kurikulum yang
serta perubahan sosial khususnya dalam hubungan termuat dalam pendidikan di madrasah adalah
kemampuan teknik metodologi dan manajemen 100% umum ditambah ilmu agama.
pendidikan. Keenam, perkembangan pendidikan Sepanjang perjalanan, madrasah memiliki
pada madrasah pada umumnya diselenggarakan kontribusi besar terhadap kemajuan pendidikan dan
oleh masyarakat yang latar belakang ekonominya perkembangan ilmu pengetahuan. Jumlah madrasah
rendah, namun demikian harus menampung siswa yang tersebar ke seluruh pelosok negeri telah membantu
yang datang dari kalangan masyarakat yang kurang
Ditjen Pendidikan Islam, Kebijakan, Program dan Strategi
1
mampu. Maka akan selalu dihadapkan pada kesulitan
Pelaksanaan kegiatan Ditjen Pendidikan Islam Tahun 2010-
pembiayaan operasional pendidikan dan berakibat 2014, dalam www.kemenag.go.id diakses tanggal 13 Maret
rendahnya mutu pendidikan yang diselenggarakan. 2013. (alamatsitusdiperjelas)

Faridah Alawiyah, Pendidikan Madrasah di Indonesia | 57


pemerataan pendidikan dan menuntaskan wajib belajar Eliade Mircea. 1993. The Encyclopedia of Religion.
9 tahun. Namun, meski berkembang dengan begitu pesat Newyork: Mac Millan Publishing Company.
madrasah kerap menghadapi berbagai permasalahan. Fajar, A. Malik. 1999. Madrasah dan Tantangan
Permasalahan di madrasah menjadi masalah klasik Modernitas. Bandung: PT. Mizan.
yang sampai saat ini masih belum ada titik temunya.
Hasbullah. 1995. SejarahPendidikan Islam di Indonesia.
Permasalahan itu antara lain: dualisme pendidikan di
Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.
mana penyelenggaraan madrasah di bawah pembinaan
dua kementerian yaitu Kemenag dan Kemendikbud Junaidi, 2003.“Reformasi Pendidikan” dalam Bunga
yang masing-masing masih memiliki ego sektoral Rampai Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung:
dalam penyelenggaraan pendidikan; kesenjangan Angkasa.
antara madrasah swasta dan negeri di mana madrasah Minnah, Ek Widdah, Asep Suryana, dkk. 2012.
swasta seringkali tidak mendapat perhatian dari Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Pengembangan
pemerintah, seringkali madrasah swasta mendapat Mutu Madrasah. Bandung: Alfabeta.
perlakuan diskriminatif baik dari segi pengelolaan, Muslimin, K. 2004. “Pertumbuhan Madrasah di Masa Awal”
bantuan, dan lainnya; persoalan mutu madrasah yang dalam buku Bunga Rampai Sejarah Pertumbuhan dan
masih rendah yang dipicu oleh banyak faktor seperti Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik.
manajemen, kurikulum, kualitas tenaga kependidikan, Bandung: Angkasa.
serta faktor lainnya. Hal lain adalah beban kurikulum Rasiín. 2003. “Pendidikan Islam di Indonesia pada
madrasah yang mengharuskan 100% kurikulum Zaman Belanda” dalam Kapita Selekta Pendidikan
pendidikan umum ditambah dengan pendidikan Islam. Bandung: Angkasa.
agama. Kurikulum ini menjadikan kurang optimalnya
Saleh, Abdurrahman. 2000. Pendidikan Agama Dua
pendidikan di madrasah karena beban belajar siswa
Keagamaan, Visi, Misi, dan Aksi. Jakarta: PT. Gema
menjadi lebih berat. Berbagai persoalan tersebut masih Aksi Panca Perkasa.
belum mendapat titik temu yang dapat menjadikan
penyelenggaraan pendidikan madrasah lebih baik. Sarijo, Marwan. 1998. Pendidikan Agama Islam.
Meski begitu, madrasah terus berjalan dan Jakarta: Departemen Agama RI. Dirjen Pembina
Kelembagaan Agama Islam.
memiliki peluang dan tantangan tersendiri. Peluangnya
antara lain: semakin maraknya kehidupan umat Subhan, Arief. 2012. Lembaga Pendidikan Islam di
beragama, semakin kuatnya Kemenag dalam mengelola Indonesia. Jakarta: Kencana.
pendidikan madrasah, animo masyarakat yang semakin Suhartini, Andewi. 2004. Dasar-Dasar Pendidikan
baik terhadap penyelenggaraan pendidikan madrasah, Islam Kerangka Teoritis dalam Bunga Rampai
serta dukungan masyarakat yang semakin luas. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga
Sementara tantangan pendidikan madrasah adalah: Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Angkasa.
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Supangat. 2011. “Transformasi Madrasah dalam Sistem
birokrasi, teknologi, kemitraan, tuntutan kurikulum, Pendidikan Nasional” dalam Jurnal Penelitian dan
serta pendanaan. Walau bagaimanapun madrasah Evaluasi Pendidikan Tahun 15 Nomor 1.
telah memiliki peran dan kedudukan penting bagi
Yunus, Mahmud. 1989. Kamus Bahasa Arab. Jakarta:
penyelenggaraan pendidikan dalam upaya mencetak
Hidayah Karya Agung.
generasi bangsa di masa yang akan datang.
Zuhairi. 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Solo:
Ramadhani.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen
Ditjen Pendidikan Islam, Kebijakan, Program dan
Strategi Pelaksanaan kegiatan Ditjen Pendidikan
Buku Islam Tahun 2010-2014.
Amirullah. 2012. Studi Kebijakan Pemerintah Daerah di Kementerian Agama Direktorat Jenderal Pendidikan Islam,
Bidang Pendidikan Agama: Analisis terhadap Kebijakan Buku Statistik Pendidikan Islam Tahun 2010-2011.
Pemerintahan Bidang Pemberdayaan Madrasah
Ibtidaiyah di Kota Surabaya dan Kota Malang. Surabaya: Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Lemlit IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.
Arifin, M. 1991. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Nasional.
Indisipliner. Jakarta: BumiAksara. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

58 | Aspirasi Vol. 5 No. 1, Juni 2014

Anda mungkin juga menyukai